SlideShare a Scribd company logo
TUGAS MAKALAH
“Hak Memilih dan di Pilih”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“Hak Asasi Manusia”
Dosen Pengampu :
Abdul Halim, S. Pd, SH, MM, M. Pd

Di susun Oleh :
Muhammad Saifur Rohman
11.441.0041

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

UNIVERSITAS PANCA MARGA
PROBOLINGGO

2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmad, hidayah dan ridho-Nya penyusun dapat menyelesaikan salah satu tugas
Mata Kuliah yaitu membuat Makalah Dengan judul “Hak Memilih dan Dipilih”
Dalam penyusunan Makalah ini penyusun banyak menemukan hambatan,
tetapi penyusun dapat menyelesaikannya tepat waktu karena penyusun mendapat
bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak dan sumber. Atas bantuan dan kerja
samanya penyusun ucapkan terima kasih.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun mohon saran dan kritiknya yang
bersifat membangun untuk menyempurnakan Makalah ini dengan harapan untuk
memperbaiki kualitas Makalah.
Mudah-mudahan Makalah ini dapat berguna khususnya bagi penyusun dan
umumnya bagi kita semua yang membacanya.

Probolinggo, 28 Oktober 2013

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah salah satu Negara di dunia yang menerapkan sistem
politik demokrasi. Demokrasi di Indonesia ini, mempunyai sebuah slogan
yang cukup singkat, akan tetapi mempunyai makna yang cukup dalam. Slogan
yang dimaksud adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Bercermin
dari slogan tersebut, dapatlah kita ketahui bahwa demokrasi yang diterapkan
di Indonesia ini adalah demokrasi keterwakilan, yang mana salah satu contoh
pengejawantahan daripada demokrasi ini adalah adanya pesta demokrasi, yaitu
Pemilihan Umum (Pemilu). Salah satu pemilu yang krusial atau penting dalam
katatanegaraan Indonesia adalah pemilu untuk memilih wakil rakyat yang
akan duduk dalam parlemen, yang biasa kita kenal dengan sebutan Pemilihan
Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD. Dalam pemilu ini, rakyat dapat
mencalonkan dirinya untuk menjadi peserta pemilu tersebut sesuai dengan
ketentuan yang ada. Kemudian daripada itu, yang berperan dalam hal memilih,
juga rakyat. Rakyatlah yang memilih para wakilnya yang akan duduk dalam
parlemen. Setelah terpilih menjadi anggota parlemen, para konstituen tersebut
pada hakikatnya adalah bekerja untuk rakyat secara menyeluruh. Itulah yang
dinamakan dengan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Akan tetapi, dewasa ini tidak sedikit para anggota parlemen yang
“melupakan” rakyatnya ketika mereka telah duduk enak di kursi “empuk”.
Mereka sibuk dengan urusan pribadi mereka masing-masing, mengutamakan
kepentingan golongan, dan berpikir bagaimana caranya mengembalikan modal
mereka ketika kampanye. Fenomena ini sudah tidak aneh lagi bagi bangsa
Indonesia. Para elite politik saat ini, sudah tidak lagi pada bingkai kesatuan,
akan tetapi berada pada bingkai kekuasaan yang melingkarinya. Seperti
misalnya, adanya sengketa hasil pemilu, black campaign ketika kampanye dan
sebagainya, yang penting bisa mendapatkan kekuasaan. Semboyan Bhinneka
Tunggal Ika pun telah luntur dalam dirinya. Ini hanya sebagai refresh, karena
yang akan dibahas bukan mengenai masalah ini.
Selain sebagai Negara demokrasi, Indonesia juga merupakan Negara
hukum, yang mana menempatkan hukum itu pada kedudukan yang paling
tinggi, atau lebih akrab kita kenal dengan sebutan supremacy of law. Sebagai
Negara hukum, Indonesia juga mempunyai ciri-ciri sehingga bisa disebut
sebagai Negara hukum. Salah dua diantara ciri-ciri tersebut adalah, adanya
pengakuan dan penegakkan Hak Asasi Manusia (HAM), dan equality before
of law atau perlakuan yang sama dimuka hukum. Dengan adanya perlakuan
yang sama dimuka hukum, maka setiap orang berhak untuk diperlakukan
sama, adil dan tidak pandang bulu.
Pada pokok bahasan kali ini, ada kaitannya dengan masalah Hak Asasi
Manusia (HAM), sebagaimana seperti apa yang telah diuraikan sebelumnya.
Pokok bahasan pada makalah ini adalah tentang hak konstitusional warga
Negara dalam bidang politik yang dirugikan dengan terbitnya suatu undangundang, yaitu UU No. 12 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR,
DPD, dan DPRD. Dengan terbitnya undang-undang tersebut, maka hak warga
Negara yang dijamin dalam pasal 28C ayat (2) UUD 1945 telah dilanggar,
sedangkan itu merupakan salah satu bagian daripada HAM.
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa
dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilinungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Dari definisi diatas, telah
jelas bahwa salah satu ketentuan pasal dalam UU tersebut, telah melanggar
HAM.
Singkatnya, jika kita merujuk pada pengertian HAM diatas, serta merujuk
pada UUD 1945, dapat dikatakan bahwa ketentuan pasal dalam UU No. 12
tahun 2003 telah melanggar HAM, khususnya dalam bidang politik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hak Memilih Merupakan Pemenuhan Hak Asasi Manusia
HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap
manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat
diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti
menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan status,
golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.
Secara isilah hak asazi itu diartikan sebagai hak yang melekat pada
martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, dan hak tersebut dibawa
manusia sejak lahir ke muka bumi sehingga hak tersebut bersifat fitri
(kodrati), bukan merupakan pemberian manusia atau negara.
Dasar-dasar HAM tertuang dalam deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat
(Declaration of Independence of USA) dan tercantum dalam UUD
1945 Republik Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat
2, pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1.
Jenis hak asasi manusia (HAM) :
a. Hak untuk hidup.
b. Hak untuk memperoleh pendidikan.
c. Hak untuk hidup bersama-sama seperti orang lain.
d. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama.
e. Hak untuk mendapatkan pekerjaan.
Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia :
1.

Hak asasi pribadi / personal Right
o Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah
tempat
o Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat
o Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan
o

Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama
dan kepercayaan yang diyakini masing-masing
2.

Hak asasi politik / Political Right
o Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan
o Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan
o Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi
politik lainnya
o Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi

3.

Hak azasi hukum / Legal Equality Right
o Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan
o Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns
o Hak mendapat layanan dan perlindungan hokum

4.

Hak azasi Ekonomi / Property Rigths
o Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli
o Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak
o Hak

kebebasan

menyelenggarakan

sewa-menyewa,

hutang-

piutang, dll
o Hak kebebasan untuk memiliki susuatu
o Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak
5.

Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights
o Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan
o Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan,
penahanan dan penyelidikan di mata hukum.

6.

Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right
o Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan
o Hak mendapatkan pengajaran
o Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan
minat

Dari sisi sistem ketatanegaraan, upaya Indonesia untuk terlibat aktif dalam
memajukan dan menegakkan HAM sudah dilakukan minimal dalam 2
instrumen kebijakan yaitu kebijakan tata hukum (konstitusional) dan
instrumen kelembagaan (institusional) sebagai alat untuk menjalankan
instrumen yang ada.
Berdasarkan sejarah sejak dari persiapan sampai berdiri dan pelaksanaan
pemerintahan

dapat

ditegaskan

bahwa

Indonesia

menganut

sistem

konstitusional sehingga masalah hak asasi manusia (HAM) menjadi hal yang
sangat penting, sebab esensi konstitusionalisme itu sendiri pada dasarnya ada
dua yakni, adanya perlindungan terhadap HAM dan adanya pembagian
kekuasaan negara dengan sistem checks and balances agar pemerintahan dapat
memberikan perlindungan terhadap HAM.
Namun kenyataan di lapangan, praktek pelaksanaan penegakan atas hakhak dasar manusia (HAM) di Indonesia belum sepenuhnya membuahkan
perubahan progresif dan baik bagi penghargaan dan penghormatan,
perlindungan terhadap otoritas kemanusiaan dan hak ekonomi, sosial dan
budaya.

Banyak

ditemukan

fenomena

persoalan

yang

menunjukan

implementasi HAM belum berjalan secara maksimal.
penegakan HAM pun mendapat kendala struktural dan kultural. Kendala
struktural bisa kita identifikasi dari fenomena belum sepenuhnya instrumen
kebijakan HAM bisa dijalankan secara maksimal oleh aparatur kelembagaan
dan penegak hukum dan HAM. Dari sisi kultural, terjadi pertentanganpertentangan nilai di berbagai negara dan masyarakat mengenai konsepsi
HAM yang berlaku saat ini. Ada sejumlah negara, khususnya yang berada di
kawasan Asia, menganggap HAM bukan sesuatu yang universal.
Dalam konteks Indonesia, pelaksanaan HAM mendapat tantangan kultural
berkaitan dengan universalitas, nilai dan prinsip HAM saat ini. Kalangan
agamawan fundamentalis dan entitas adat menolak penyeragaman HAM
karena sebagian prinsip dan nilai HAM bertentangan dengan nilai-nilai yang
diyakininya.
Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau
kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak
disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang
atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan tidak
mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum
yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1
angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM).
Di dalam UUD 1945 telah dicantumkan beberapa ketentuan mendasar
mengenai pengakuan dan perlindungan HAM, bahkan dijadikan isi
daristaatsfundamentalnorm (Pembukaan), namun dalam kenyataannya dalam
sepanjang berlakunya UUD 1945 telah banyak terjadi pelanggaran HAM
bahkan tidak sedikit diantaranya yang dilakukan secara massif oleh aparat
pemerintah.
Oleh sebab itu pembaruan politik hukum tentang HAM untuk jangka
panjang harus diarahkan pada pembenahan konstitusi, agar mengelaborasi
konstitusionalisme

secara

ketat

di

dalam

pasal-pasalnya. Elaborasi

konstitusionalime itu harus diarahkan pada dua hal :
1. Kembali

penataan

lembaga-lembaga

negara

dengan

distribusi

kekuasaan yang seimbang dan memuat mekanisme checks an balance.
2. Rumusan-rumusan HAM secara lebih rinci dan tidak lagi memberi
atribusi kewenangan untuk mengatur lebih lanjut kecuali dalam halhal yang sifatnya lebih bersifat teknis operasional.
Hak yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia terdiri dari:
1) Hak untuk hidup;
2) Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan;
3) Hak mengembangkan diri;
4) Memperoleh keadilan;
5) Atas kebebasan pribadi;
6) Hak atas rasa aman;
7) Atas kesejahteraan;
8) Turut serta dalam pemerintahan;
9) Hak wanita;
10) Hak anak;
Perlindungan terhadap hak asasi manusia dalam mempergunakan hak
pilihnya terdapat dalam point 8 yaitu hak untuk turut serta dalam
pemerintahan. Hal ini dikarenakan dalam melaksanakan hak pilihnya seorang
warga negara bebas untuk memilih dan dipilih dalam kaitannya untuk
menjalankan tugas-tugas kenegaraan, seperti misalnya hak untuk memilih
dan/atau dipilih dalam pemilu legislatif dan pemilu eksekutif.
Penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia harus ditempatkan dalam
perspektif hukum. Hukum disusun antara lain untuk mengatur bagaimana
warga negara menjalankan hak-haknya sebagai pribadi. Hak-hak warga negara
secara pribadi tak dapat dijalankan di luar hukum. Negara sebagai organisasi
berjalan sesuai hukum. Warga negara yang merasa hak-haknya dilanggar oleh
negara dapat menggugat negara dan pejabatnya secara hukum.
Hak-hak asasi manusia adalah materi sistem hukum. Jika hak-hak asasi
manusia belum secara lengkap tercermin dalam hukum positif, maka sistem
hukumnya yang harus disempurnakan. Hal ini diperlukan untuk menghindari
kerancuan sistem. Karena itu, diperlukan klarifikasi kedudukan hak-hak asasi
manusia di satu pihak, dan sistem hukum pada pihak lain.
B. Permasalahan Hak Pilih Dalam Pemilu 2009
Di Indonesia saat ini masalah Golput menjadi perdebatan yang cukup
menarik. Berdasarkan Data dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI), misalnya,
menyebutkan ada sekitar 28 persen pemilih yang tidak menggunakan hak
pilihnya. Bila angka ini benar, tidak salah bila golput ditahbiskan sebagai
pemenang pemilu, mengingat untuk saat ini partai Demokrat paling unggul
dibandingkan partai lainnya dengan perolehan suara lebih dari 20 %.
Golput terdiri atas dua genre: golput politis dan golput teknis. Terhadap
mereka yang golput karena pilihan politik, karena menganggap pemilu tidak
berguna, hanya memboroskan anggaran negara, sekadar sarana bagi partai
politik dan calon legislator untuk menyampaikan janji-janji kosong yang
langsung dilupakan ketika telah melenggang ke kursi parlemen. Di negeri ini,
menggunakan hak memilih (casting vote) masih dikonstruksikan sebagai
sekadar hak, belum menjadi kewajiban sebagaimana halnya di Australia.
Namun, bagi yang golput karena soal teknis administratif, yaitu tidak
tercantum dalam daftar pemilih tetap (DPT), soal ini harus dicari akar masalah
dan solusinya.
Untuk menggunakan hak memilih, pemilih harus didaftar, yang
kewajibannya

dibebankan

kepada

penyelenggara

pemilu

(KPU

dan

jajarannya). Model pendaftaran yang dianut dalam UU Pemilu ada stelsel
pasif. Suka atau tidak, semua warga negara yang telah memenuhi syarat akan
didaftar. Hal ini membedakan dengan praktek di negara-negara maju, seperti
Amerika Serikat dan Inggris, yang menggunakan stelsel aktif. Untuk
menggunakan haknya,

warga negara

yang memenuhi

syarat

harus

mendaftarkan diri secara aktif. Penyelenggara pemilu tidak akan memberikan
surat suara kepada pemilih yang tidak mendaftar.
Bila ada warga negara yang memenuhi syarat tidak terdaftar, KPU patut
disalahkan. KPU bisa dipersepsikan telah melalaikan kewajiban untuk
mendaftar semua pemilih yang berhak memilih. Namun, sejak zaman otoriter
hingga demokratis hingga saat ini, data penduduk selalu bermasalah. Birokrasi
pemerintahan tidak bekerja untuk mendata penduduk secara lengkap dan
valid, yang akan digunakan dalam setiap pemilu. Padahal, pemilu adalah
sesuatu yang bisa diprediksi waktunya. Terlebih Indonesia mengatur sistem
pemerintahan presidensial, bukan parlementer di mana pemilu bisa diadakan
sewaktu-waktu.
Persoalan

administrasi

kependudukan

dan

pendataan

pemilih

mencerminkan belum bagusnya sistem pengelolaan potensi penduduk
Indonesia. Padahal, validitas data pemilih juga menjadi indikator terhadap
integritas pemilu di Indonesia. Jika data pemilih tidak valid, tidak akurat,
kemungkinan pemilih dalam menjalankan hak memilihnya menjadi semakin
rendah. Karena itu, legitimasi politik dalam pemilu sangat dipertaruhkan di
sini.
Sejak awal reformasi sudah kerap kita dengar beragam rencana
pembenahan administrasi kependudukan. Kita juga pernah mendengar rencana
komputerisasi data kependudukan dan pemberlakuan nomor identitas tunggal
bagi setiap penduduk. Nyatanya, dalam perkara ini kita tak beranjak maju.
Mungkin puluhan atau ratusan ribu atau bahkan jutaan. Mereka pemegang
kartu tanda penduduk dan terdaftar sebagai penduduk. Namun, mereka
kehilangan hak pilih karena nama mereka tak tertera dalam daftar pemilih
tetap. Sebagian dari mereka datang ke tempat pemungutan suara pada 9 April
lalu sambil membawa bukti-bukti identitas kependudukan. Tetapi, aturan
melarang mereka menggunakan hak pilih mereka. Halangan administrasi
merenggut hak-hak politik mereka, mereka terabaikan.
Buruknya pendataan DPT ini bukan hanya terjadi di daerah- daerah
pelosok yang sulit terjangkau transportasi atau komunikasi, tetapi juga di Ibu
Kota dan sekitarnya.
Di Yogyakarta, akibat rumitnya mekanisme pemberian suara di luar
daerah asal, puluhan ribu mahasiswa perantauan tidak bisa memberikan suara
karena sulit memperoleh surat mutasi. Hilangnya suara pemilih kritis dalam
jumlah yang sangat besar seperti sekarang ini bisa berakibat turunnya kualitas
Pemilu 2009. Di UII, jumlah mahasiswa yang kehilangan kesempatan
memberikan suara diperkirakan mencapai lebih dari 5.000 orang. Sementara di
Universitas Gadjah Mada dan Universitas Negeri Yogyakarta jumlahnya
diprediksi mencapai 39.000 orang.
C. Hak Pilih Pasif Warga Negara dalam Sudut Pandang HAM
Secara umum, seperti yang telah ditulis sebelumnya, yang dimaksud
dengan Hak Asasi Manusia berdasarkan UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM
adalah, seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilinungi oleh Negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia. Disini dapat kita lihat bahwa, inti daripada HAM itu sendiri
adalah hak mendasar (fundamental) yang tidak boleh dikurangi sedikitpun.
Lalu dimana letak hak pilih pasif (hak dipilih) warga Negara?
Hak pilih pasif adalah salah satu contoh hak konstitusional warga Negara
dalam bidang politik yang juga merupakan bagian daripada HAM. Jadi, hak
pilih pasif seorang warga Negara, sudah seharusnya untuk dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum dan pemerintah.
Mengenai perlindungan hak pilih pasif itu juga, telah diatur dan dilindungi
oleh UUD 1945 negara Republik Indonsia, yaitu pada ketentuan pasal 28C
ayat (2), pasal 28D ayat (1), pasal 28D ayat (3), pasal 28I ayat (2).
Disamping UUD 1945 yang mengatur tentang perlindungan hak pilih pasif
tersebut, article 21 Universal Declaration of Human Rights tahun 1948, juga
mengatur tentang hal tersebut. Article 21 berbunyi : everyone has the right to
take part in the government of his country, directly or through freely chosen
representatives. The will of the people shall be the basis of the authority of
government; this will shall be expressed in periodic and genuine elections
which shall be by universal and equal suffrage and shall be held by secret vote
or by equivalent free voting procedures. Dengan demikian jelas bahwa dalam
suatu masyarakat demokratis, yang telah diterima secara universal oleh
bangsa-bangsa beradab, hak atas partisipasi politik adalah suatu hak asasi
manusia, yang dilakukan melalui pemilu yang jujur sebagai manifestasi dari
kehendak rakyat yang menjadi dasar dari otoritas pemerintah.
Jadi, berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan diatas, ketentuan pasal
suatu peraturan perundang-undangan yang melarang bagi eks tapol
mempergunakan hak pilih pasifnya dalam pemilu, telah melanggar Hak Asasi
Manusia (HAM).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap
manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat
diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti
menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan status,
golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya.
Hak pilih pasif adalah salah satu contoh hak konstitusional warga Negara
dalam bidang politik yang juga merupakan bagian daripada HAM. Jadi, hak
pilih pasif seorang warga Negara, sudah seharusnya untuk dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum dan pemerintah.
Mengenai perlindungan hak pilih pasif itu juga, telah diatur dan dilindungi
oleh UUD 1945 negara Republik Indonsia, yaitu pada ketentuan pasal 28C
ayat (2), pasal 28D ayat (1), pasal 28D ayat (3), pasal 28I ayat (2).
Disamping UUD 1945 yang mengatur tentang perlindungan hak pilih pasif
tersebut, article 21 Universal Declaration of Human Rights tahun 1948, juga
mengatur tentang hal tersebut. Article 21 berbunyi : “everyone has the right to
take part in the government of his country, directly or through freely chosen
representatives. The will of the people shall be the basis of the authority of
government; this will shall be expressed in periodic and genuine elections
which shall be by universal and equal suffrage and shall be held by secret vote
or by equivalent free voting procedures”. Dengan demikian jelas bahwa dalam
suatu masyarakat demokratis, yang telah diterima secara universal oleh
bangsa-bangsa beradab, hak atas partisipasi politik adalah suatu hak asasi
manusia, yang dilakukan melalui pemilu yang jujur sebagai manifestasi dari
kehendak rakyat yang menjadi dasar dari otoritas pemerintah.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
 Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945.
 Dadan Ramdhan, Mendiskusikan Konsep dan Praktek Pendidikan HAM di
Sekolah, Artikel Pendidikan Network.
 Hussain, syekh syaukat. Hak Asasi Manusia dalam Islam. Diterjemahkan
oleh: Abdul Rachim. Jakarta: Gema Insani.1996.

More Related Content

What's hot

Perkembangan ham di indonesia
Perkembangan ham di indonesiaPerkembangan ham di indonesia
Perkembangan ham di indonesiaArief Marbot
 
Pendewasaan (handlichting)
Pendewasaan (handlichting)Pendewasaan (handlichting)
Pendewasaan (handlichting)Zainal Abidin
 
Makalah wewenang dan legitimasi kekuasaan
Makalah wewenang dan legitimasi kekuasaanMakalah wewenang dan legitimasi kekuasaan
Makalah wewenang dan legitimasi kekuasaanJosephine Fiona Ketaren
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Idik Saeful Bahri
 
3 uud indonesia
3 uud indonesia3 uud indonesia
3 uud indonesiaMystic333
 
Memahami Restorative Justice
Memahami Restorative JusticeMemahami Restorative Justice
Memahami Restorative Justice
Lestari Moerdijat
 
Presentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumPresentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukum
Anto Neo Madani
 
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIATugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
meikaa
 
Makalah Instrumen HAM Internasional
Makalah Instrumen HAM InternasionalMakalah Instrumen HAM Internasional
Makalah Instrumen HAM Internasional
AZA Zulfi
 
Power point konstitusi
Power point  konstitusiPower point  konstitusi
Power point konstitusibyunbella
 
Sistem hukum
Sistem hukumSistem hukum
Sistem hukumdimahana
 
Landasan Luar Negeri Politik Bebas Aktif Indonesia
Landasan Luar Negeri Politik Bebas Aktif IndonesiaLandasan Luar Negeri Politik Bebas Aktif Indonesia
Landasan Luar Negeri Politik Bebas Aktif Indonesia
Nadila Embun Sari
 
4. perkembangan ham di indonesia`
4. perkembangan ham di indonesia`4. perkembangan ham di indonesia`
4. perkembangan ham di indonesia`HIMA KS FISIP UNPAD
 
hubungan hukum pidana dengan ilmu lain
hubungan hukum pidana dengan ilmu lainhubungan hukum pidana dengan ilmu lain
hubungan hukum pidana dengan ilmu lain
Ratri nia
 
Hubungan Warga Negara dan Pemerintahan PPT
Hubungan Warga Negara dan Pemerintahan PPTHubungan Warga Negara dan Pemerintahan PPT
Hubungan Warga Negara dan Pemerintahan PPTAndhika Pratama
 
aliran kriminologi
aliran kriminologialiran kriminologi
Suprastruktur dan Infrastruktur Politik di Indonesia
Suprastruktur dan Infrastruktur Politik di IndonesiaSuprastruktur dan Infrastruktur Politik di Indonesia
Suprastruktur dan Infrastruktur Politik di Indonesia
Smywlndr wlndr
 

What's hot (20)

Perkembangan ham di indonesia
Perkembangan ham di indonesiaPerkembangan ham di indonesia
Perkembangan ham di indonesia
 
Pendewasaan (handlichting)
Pendewasaan (handlichting)Pendewasaan (handlichting)
Pendewasaan (handlichting)
 
Makalah wewenang dan legitimasi kekuasaan
Makalah wewenang dan legitimasi kekuasaanMakalah wewenang dan legitimasi kekuasaan
Makalah wewenang dan legitimasi kekuasaan
 
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
Hukum pidana khusus - Tindak pidana ekonomi secara umum (Idik Saeful Bahri)
 
Hukum tata negara
Hukum tata negaraHukum tata negara
Hukum tata negara
 
3 uud indonesia
3 uud indonesia3 uud indonesia
3 uud indonesia
 
Memahami Restorative Justice
Memahami Restorative JusticeMemahami Restorative Justice
Memahami Restorative Justice
 
Presentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukumPresentasi etika profesi hukum
Presentasi etika profesi hukum
 
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIATugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
Tugas Powerpoint tentang HAK ASASI MANUSIA
 
Makalah Instrumen HAM Internasional
Makalah Instrumen HAM InternasionalMakalah Instrumen HAM Internasional
Makalah Instrumen HAM Internasional
 
Power point konstitusi
Power point  konstitusiPower point  konstitusi
Power point konstitusi
 
Sistem hukum
Sistem hukumSistem hukum
Sistem hukum
 
Landasan Luar Negeri Politik Bebas Aktif Indonesia
Landasan Luar Negeri Politik Bebas Aktif IndonesiaLandasan Luar Negeri Politik Bebas Aktif Indonesia
Landasan Luar Negeri Politik Bebas Aktif Indonesia
 
4. perkembangan ham di indonesia`
4. perkembangan ham di indonesia`4. perkembangan ham di indonesia`
4. perkembangan ham di indonesia`
 
hubungan hukum pidana dengan ilmu lain
hubungan hukum pidana dengan ilmu lainhubungan hukum pidana dengan ilmu lain
hubungan hukum pidana dengan ilmu lain
 
Hubungan Warga Negara dan Pemerintahan PPT
Hubungan Warga Negara dan Pemerintahan PPTHubungan Warga Negara dan Pemerintahan PPT
Hubungan Warga Negara dan Pemerintahan PPT
 
aliran kriminologi
aliran kriminologialiran kriminologi
aliran kriminologi
 
Legal drafting
Legal draftingLegal drafting
Legal drafting
 
Suprastruktur dan Infrastruktur Politik di Indonesia
Suprastruktur dan Infrastruktur Politik di IndonesiaSuprastruktur dan Infrastruktur Politik di Indonesia
Suprastruktur dan Infrastruktur Politik di Indonesia
 
3. perkembangan ham di dunia
3. perkembangan ham di dunia3. perkembangan ham di dunia
3. perkembangan ham di dunia
 

Viewers also liked

Hak politik sebagai warga negara
Hak politik sebagai warga negaraHak politik sebagai warga negara
Hak politik sebagai warga negara
Mischaelle
 
Hak kemerdekaan
Hak kemerdekaanHak kemerdekaan
Hak kemerdekaan
SMAN 1 Cilegon
 
Periode, Kronologis dan Manfaat Belajar Sejarah
Periode, Kronologis dan Manfaat Belajar SejarahPeriode, Kronologis dan Manfaat Belajar Sejarah
Periode, Kronologis dan Manfaat Belajar Sejarah
Christina Dwi Rahayu
 
Kontrol masyarakat terhadap pemerintahan daerah
Kontrol masyarakat terhadap pemerintahan daerahKontrol masyarakat terhadap pemerintahan daerah
Kontrol masyarakat terhadap pemerintahan daerah
Rustan Amarullah
 
Kelompok kepentingan
Kelompok kepentinganKelompok kepentingan
Kelompok kepentinganmaneicon22
 
Bahasa Daerah-Tembung Lingga
Bahasa Daerah-Tembung LinggaBahasa Daerah-Tembung Lingga
Bahasa Daerah-Tembung Lingga
Zahrotul Hajj
 
Tugas PKN (Komnas HAM)
Tugas PKN (Komnas HAM)Tugas PKN (Komnas HAM)
Tugas PKN (Komnas HAM)
Nanda Ayu Sabrina
 
PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL MELALUI MAHKAMAH INTERNASIONAL DAN ARBITR...
PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL MELALUI MAHKAMAH INTERNASIONAL DAN ARBITR...PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL MELALUI MAHKAMAH INTERNASIONAL DAN ARBITR...
PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL MELALUI MAHKAMAH INTERNASIONAL DAN ARBITR...
Risa Tsamara
 
Hak opsi dan hak repudiasi
Hak opsi dan hak repudiasiHak opsi dan hak repudiasi
Hak opsi dan hak repudiasiIndriani Ilyas
 
HAM dalam UUD 1945
HAM dalam UUD 1945HAM dalam UUD 1945
HAM dalam UUD 1945
Faizatur Rokhmah
 
Pertumbuhan dan perkembangan pergerakan nasional indonesia
Pertumbuhan dan perkembangan pergerakan nasional indonesiaPertumbuhan dan perkembangan pergerakan nasional indonesia
Pertumbuhan dan perkembangan pergerakan nasional indonesia
SMA Negeri 9 KERINCI
 
hak dan kewajiban warganegara dibidang politik, hukum dan pemerintahan
hak dan kewajiban warganegara dibidang politik, hukum dan pemerintahanhak dan kewajiban warganegara dibidang politik, hukum dan pemerintahan
hak dan kewajiban warganegara dibidang politik, hukum dan pemerintahan
Amanina Syahida
 
Pesentasi pancasila(sila ke 5)
Pesentasi pancasila(sila ke 5)Pesentasi pancasila(sila ke 5)
Pesentasi pancasila(sila ke 5)
Sapto Pandugo
 
Sistem pemerintahan negara
Sistem pemerintahan negaraSistem pemerintahan negara
Sistem pemerintahan negara
mega widiyaningsih
 
Perka Polri No.14 Thn.2012 ttg Manajemen Penyidikan Tindak Pidana
Perka Polri No.14 Thn.2012 ttg Manajemen Penyidikan Tindak PidanaPerka Polri No.14 Thn.2012 ttg Manajemen Penyidikan Tindak Pidana
Perka Polri No.14 Thn.2012 ttg Manajemen Penyidikan Tindak Pidana
JARINGAN METHADONE INDONESIA-JIMI™ | Indonesia MMT Program Community Network®
 

Viewers also liked (18)

Hak politik sebagai warga negara
Hak politik sebagai warga negaraHak politik sebagai warga negara
Hak politik sebagai warga negara
 
Hak kemerdekaan
Hak kemerdekaanHak kemerdekaan
Hak kemerdekaan
 
Ideologi Pancasila Terbuka
Ideologi Pancasila TerbukaIdeologi Pancasila Terbuka
Ideologi Pancasila Terbuka
 
Periode, Kronologis dan Manfaat Belajar Sejarah
Periode, Kronologis dan Manfaat Belajar SejarahPeriode, Kronologis dan Manfaat Belajar Sejarah
Periode, Kronologis dan Manfaat Belajar Sejarah
 
Kontrol masyarakat terhadap pemerintahan daerah
Kontrol masyarakat terhadap pemerintahan daerahKontrol masyarakat terhadap pemerintahan daerah
Kontrol masyarakat terhadap pemerintahan daerah
 
Kelompok kepentingan
Kelompok kepentinganKelompok kepentingan
Kelompok kepentingan
 
Hak Asasi Pribadi
Hak Asasi PribadiHak Asasi Pribadi
Hak Asasi Pribadi
 
Bahasa Daerah-Tembung Lingga
Bahasa Daerah-Tembung LinggaBahasa Daerah-Tembung Lingga
Bahasa Daerah-Tembung Lingga
 
Tugas PKN (Komnas HAM)
Tugas PKN (Komnas HAM)Tugas PKN (Komnas HAM)
Tugas PKN (Komnas HAM)
 
Makalah komnasham
Makalah komnashamMakalah komnasham
Makalah komnasham
 
PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL MELALUI MAHKAMAH INTERNASIONAL DAN ARBITR...
PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL MELALUI MAHKAMAH INTERNASIONAL DAN ARBITR...PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL MELALUI MAHKAMAH INTERNASIONAL DAN ARBITR...
PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL MELALUI MAHKAMAH INTERNASIONAL DAN ARBITR...
 
Hak opsi dan hak repudiasi
Hak opsi dan hak repudiasiHak opsi dan hak repudiasi
Hak opsi dan hak repudiasi
 
HAM dalam UUD 1945
HAM dalam UUD 1945HAM dalam UUD 1945
HAM dalam UUD 1945
 
Pertumbuhan dan perkembangan pergerakan nasional indonesia
Pertumbuhan dan perkembangan pergerakan nasional indonesiaPertumbuhan dan perkembangan pergerakan nasional indonesia
Pertumbuhan dan perkembangan pergerakan nasional indonesia
 
hak dan kewajiban warganegara dibidang politik, hukum dan pemerintahan
hak dan kewajiban warganegara dibidang politik, hukum dan pemerintahanhak dan kewajiban warganegara dibidang politik, hukum dan pemerintahan
hak dan kewajiban warganegara dibidang politik, hukum dan pemerintahan
 
Pesentasi pancasila(sila ke 5)
Pesentasi pancasila(sila ke 5)Pesentasi pancasila(sila ke 5)
Pesentasi pancasila(sila ke 5)
 
Sistem pemerintahan negara
Sistem pemerintahan negaraSistem pemerintahan negara
Sistem pemerintahan negara
 
Perka Polri No.14 Thn.2012 ttg Manajemen Penyidikan Tindak Pidana
Perka Polri No.14 Thn.2012 ttg Manajemen Penyidikan Tindak PidanaPerka Polri No.14 Thn.2012 ttg Manajemen Penyidikan Tindak Pidana
Perka Polri No.14 Thn.2012 ttg Manajemen Penyidikan Tindak Pidana
 

Similar to Hak memilih dan di pilih

ARIA FAJAR PUTRA PPKN 5.doc
ARIA FAJAR PUTRA PPKN 5.docARIA FAJAR PUTRA PPKN 5.doc
ARIA FAJAR PUTRA PPKN 5.doc
Fajar961
 
362666914 hubungan-antara-ham-dgn-negara-hukum-dan-ham-dgn-demokrasi
362666914 hubungan-antara-ham-dgn-negara-hukum-dan-ham-dgn-demokrasi362666914 hubungan-antara-ham-dgn-negara-hukum-dan-ham-dgn-demokrasi
362666914 hubungan-antara-ham-dgn-negara-hukum-dan-ham-dgn-demokrasi
Aditya Setia Basuki
 
Konstitusi Indonesia, HAM, dan Penegakan Hukum
Konstitusi Indonesia, HAM, dan Penegakan HukumKonstitusi Indonesia, HAM, dan Penegakan Hukum
Konstitusi Indonesia, HAM, dan Penegakan Hukum
Yuli Eko
 
1368-2896-1-SM.pdf
1368-2896-1-SM.pdf1368-2896-1-SM.pdf
1368-2896-1-SM.pdf
ssuser9ff834
 
Anotasi bibliografi
Anotasi bibliografiAnotasi bibliografi
Anotasi bibliografi
dindavishaka
 
MAKALAH UPAYA PENCEGAHAN TERJADINYA PELANGGARAN HAM.docx
MAKALAH UPAYA PENCEGAHAN TERJADINYA PELANGGARAN HAM.docxMAKALAH UPAYA PENCEGAHAN TERJADINYA PELANGGARAN HAM.docx
MAKALAH UPAYA PENCEGAHAN TERJADINYA PELANGGARAN HAM.docx
Rahmat Hidayat
 
Pejnegakan HAM di Indonesia
Pejnegakan HAM di Indonesia Pejnegakan HAM di Indonesia
Pejnegakan HAM di Indonesia
MdhRisaldi
 
Ham
HamHam
Hamiypa
 
Hak Dan kewajiban Dapat Menimbulkan Keadilan
Hak Dan kewajiban Dapat Menimbulkan KeadilanHak Dan kewajiban Dapat Menimbulkan Keadilan
Hak Dan kewajiban Dapat Menimbulkan KeadilanSyaifOer
 
DEMOKRASI.pptx
DEMOKRASI.pptxDEMOKRASI.pptx
DEMOKRASI.pptx
Dr. Afi Parnawi, M.Pd
 
Sistem Demokrasi Di Indonesia (Jujur dan Adil, Langsung Umum Bebas dan Rahasia)
Sistem Demokrasi Di Indonesia (Jujur dan Adil, Langsung Umum Bebas dan Rahasia)Sistem Demokrasi Di Indonesia (Jujur dan Adil, Langsung Umum Bebas dan Rahasia)
Sistem Demokrasi Di Indonesia (Jujur dan Adil, Langsung Umum Bebas dan Rahasia)
AfiParnawi
 
Tugas 5 annisa nurul jannah
Tugas 5 annisa nurul jannahTugas 5 annisa nurul jannah
Tugas 5 annisa nurul jannah
annisanj22
 
Negara hukum dan ham
Negara hukum dan hamNegara hukum dan ham
Negara hukum dan ham
Robet Saputra
 
Makalah pkn
Makalah pknMakalah pkn
Modul p kn sma x persamaan derajat
Modul p kn sma x persamaan derajatModul p kn sma x persamaan derajat
Modul p kn sma x persamaan derajat
sman 2 mataram
 
PKN KELAS 11 SEKOLAH MENENGAH ATAS KURIKULUM K13
PKN KELAS 11 SEKOLAH MENENGAH ATAS KURIKULUM K13PKN KELAS 11 SEKOLAH MENENGAH ATAS KURIKULUM K13
PKN KELAS 11 SEKOLAH MENENGAH ATAS KURIKULUM K13
ricoprawestiawan57
 
himpunan lengkap UU HAM
himpunan lengkap UU HAMhimpunan lengkap UU HAM
Makalah pcl
Makalah pclMakalah pcl
Makalah pcl
Siti Krisnawati
 
Hak Asasi Manusia
Hak Asasi ManusiaHak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia
Clara Kumalawati
 

Similar to Hak memilih dan di pilih (20)

ARIA FAJAR PUTRA PPKN 5.doc
ARIA FAJAR PUTRA PPKN 5.docARIA FAJAR PUTRA PPKN 5.doc
ARIA FAJAR PUTRA PPKN 5.doc
 
362666914 hubungan-antara-ham-dgn-negara-hukum-dan-ham-dgn-demokrasi
362666914 hubungan-antara-ham-dgn-negara-hukum-dan-ham-dgn-demokrasi362666914 hubungan-antara-ham-dgn-negara-hukum-dan-ham-dgn-demokrasi
362666914 hubungan-antara-ham-dgn-negara-hukum-dan-ham-dgn-demokrasi
 
Konstitusi Indonesia, HAM, dan Penegakan Hukum
Konstitusi Indonesia, HAM, dan Penegakan HukumKonstitusi Indonesia, HAM, dan Penegakan Hukum
Konstitusi Indonesia, HAM, dan Penegakan Hukum
 
1368-2896-1-SM.pdf
1368-2896-1-SM.pdf1368-2896-1-SM.pdf
1368-2896-1-SM.pdf
 
Makalah.docx
Makalah.docxMakalah.docx
Makalah.docx
 
Anotasi bibliografi
Anotasi bibliografiAnotasi bibliografi
Anotasi bibliografi
 
MAKALAH UPAYA PENCEGAHAN TERJADINYA PELANGGARAN HAM.docx
MAKALAH UPAYA PENCEGAHAN TERJADINYA PELANGGARAN HAM.docxMAKALAH UPAYA PENCEGAHAN TERJADINYA PELANGGARAN HAM.docx
MAKALAH UPAYA PENCEGAHAN TERJADINYA PELANGGARAN HAM.docx
 
Pejnegakan HAM di Indonesia
Pejnegakan HAM di Indonesia Pejnegakan HAM di Indonesia
Pejnegakan HAM di Indonesia
 
Ham
HamHam
Ham
 
Hak Dan kewajiban Dapat Menimbulkan Keadilan
Hak Dan kewajiban Dapat Menimbulkan KeadilanHak Dan kewajiban Dapat Menimbulkan Keadilan
Hak Dan kewajiban Dapat Menimbulkan Keadilan
 
DEMOKRASI.pptx
DEMOKRASI.pptxDEMOKRASI.pptx
DEMOKRASI.pptx
 
Sistem Demokrasi Di Indonesia (Jujur dan Adil, Langsung Umum Bebas dan Rahasia)
Sistem Demokrasi Di Indonesia (Jujur dan Adil, Langsung Umum Bebas dan Rahasia)Sistem Demokrasi Di Indonesia (Jujur dan Adil, Langsung Umum Bebas dan Rahasia)
Sistem Demokrasi Di Indonesia (Jujur dan Adil, Langsung Umum Bebas dan Rahasia)
 
Tugas 5 annisa nurul jannah
Tugas 5 annisa nurul jannahTugas 5 annisa nurul jannah
Tugas 5 annisa nurul jannah
 
Negara hukum dan ham
Negara hukum dan hamNegara hukum dan ham
Negara hukum dan ham
 
Makalah pkn
Makalah pknMakalah pkn
Makalah pkn
 
Modul p kn sma x persamaan derajat
Modul p kn sma x persamaan derajatModul p kn sma x persamaan derajat
Modul p kn sma x persamaan derajat
 
PKN KELAS 11 SEKOLAH MENENGAH ATAS KURIKULUM K13
PKN KELAS 11 SEKOLAH MENENGAH ATAS KURIKULUM K13PKN KELAS 11 SEKOLAH MENENGAH ATAS KURIKULUM K13
PKN KELAS 11 SEKOLAH MENENGAH ATAS KURIKULUM K13
 
himpunan lengkap UU HAM
himpunan lengkap UU HAMhimpunan lengkap UU HAM
himpunan lengkap UU HAM
 
Makalah pcl
Makalah pclMakalah pcl
Makalah pcl
 
Hak Asasi Manusia
Hak Asasi ManusiaHak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia
 

More from SyaifOer

Pemda pemdes
Pemda pemdesPemda pemdes
Pemda pemdesSyaifOer
 
Penulisan karya tulis ilmiah
Penulisan karya tulis ilmiahPenulisan karya tulis ilmiah
Penulisan karya tulis ilmiahSyaifOer
 
Perancangan karya tulis ilmiah
Perancangan karya tulis ilmiahPerancangan karya tulis ilmiah
Perancangan karya tulis ilmiahSyaifOer
 
Menentukan tema, topik dan judul
Menentukan tema, topik dan judulMenentukan tema, topik dan judul
Menentukan tema, topik dan judulSyaifOer
 
Fungsi dan tujuan hukum pajak
Fungsi dan tujuan hukum pajakFungsi dan tujuan hukum pajak
Fungsi dan tujuan hukum pajakSyaifOer
 
Etika kepemimpinan yang bisa melayani publik dalam administrasi negara
Etika kepemimpinan yang bisa melayani publik dalam administrasi negaraEtika kepemimpinan yang bisa melayani publik dalam administrasi negara
Etika kepemimpinan yang bisa melayani publik dalam administrasi negaraSyaifOer
 
Sistem administrasi daerah dan kota
Sistem administrasi daerah dan kotaSistem administrasi daerah dan kota
Sistem administrasi daerah dan kotaSyaifOer
 
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesiaKebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesiaSyaifOer
 
Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
Ranah Kognitif, Afektif, dan PsikomotorRanah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
Ranah Kognitif, Afektif, dan PsikomotorSyaifOer
 
Makalah Pekerja Anak
Makalah Pekerja AnakMakalah Pekerja Anak
Makalah Pekerja AnakSyaifOer
 
Htn
HtnHtn
Essay investasi (p. budi)
Essay investasi (p. budi)Essay investasi (p. budi)
Essay investasi (p. budi)SyaifOer
 
Hak atas tanah
Hak atas tanahHak atas tanah
Hak atas tanahSyaifOer
 

More from SyaifOer (14)

Pemda pemdes
Pemda pemdesPemda pemdes
Pemda pemdes
 
Penulisan karya tulis ilmiah
Penulisan karya tulis ilmiahPenulisan karya tulis ilmiah
Penulisan karya tulis ilmiah
 
Perancangan karya tulis ilmiah
Perancangan karya tulis ilmiahPerancangan karya tulis ilmiah
Perancangan karya tulis ilmiah
 
Menentukan tema, topik dan judul
Menentukan tema, topik dan judulMenentukan tema, topik dan judul
Menentukan tema, topik dan judul
 
Fungsi dan tujuan hukum pajak
Fungsi dan tujuan hukum pajakFungsi dan tujuan hukum pajak
Fungsi dan tujuan hukum pajak
 
Etika kepemimpinan yang bisa melayani publik dalam administrasi negara
Etika kepemimpinan yang bisa melayani publik dalam administrasi negaraEtika kepemimpinan yang bisa melayani publik dalam administrasi negara
Etika kepemimpinan yang bisa melayani publik dalam administrasi negara
 
Sistem administrasi daerah dan kota
Sistem administrasi daerah dan kotaSistem administrasi daerah dan kota
Sistem administrasi daerah dan kota
 
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesiaKebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
Kebijakan dan perkembangan otonomi daerah di indonesia
 
Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
Ranah Kognitif, Afektif, dan PsikomotorRanah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor
 
KOPERASI
KOPERASIKOPERASI
KOPERASI
 
Makalah Pekerja Anak
Makalah Pekerja AnakMakalah Pekerja Anak
Makalah Pekerja Anak
 
Htn
HtnHtn
Htn
 
Essay investasi (p. budi)
Essay investasi (p. budi)Essay investasi (p. budi)
Essay investasi (p. budi)
 
Hak atas tanah
Hak atas tanahHak atas tanah
Hak atas tanah
 

Hak memilih dan di pilih

  • 1. TUGAS MAKALAH “Hak Memilih dan di Pilih” Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Hak Asasi Manusia” Dosen Pengampu : Abdul Halim, S. Pd, SH, MM, M. Pd Di susun Oleh : Muhammad Saifur Rohman 11.441.0041 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO 2013
  • 2. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmad, hidayah dan ridho-Nya penyusun dapat menyelesaikan salah satu tugas Mata Kuliah yaitu membuat Makalah Dengan judul “Hak Memilih dan Dipilih” Dalam penyusunan Makalah ini penyusun banyak menemukan hambatan, tetapi penyusun dapat menyelesaikannya tepat waktu karena penyusun mendapat bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak dan sumber. Atas bantuan dan kerja samanya penyusun ucapkan terima kasih. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun mohon saran dan kritiknya yang bersifat membangun untuk menyempurnakan Makalah ini dengan harapan untuk memperbaiki kualitas Makalah. Mudah-mudahan Makalah ini dapat berguna khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi kita semua yang membacanya. Probolinggo, 28 Oktober 2013 Penyusun
  • 3. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah salah satu Negara di dunia yang menerapkan sistem politik demokrasi. Demokrasi di Indonesia ini, mempunyai sebuah slogan yang cukup singkat, akan tetapi mempunyai makna yang cukup dalam. Slogan yang dimaksud adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Bercermin dari slogan tersebut, dapatlah kita ketahui bahwa demokrasi yang diterapkan di Indonesia ini adalah demokrasi keterwakilan, yang mana salah satu contoh pengejawantahan daripada demokrasi ini adalah adanya pesta demokrasi, yaitu Pemilihan Umum (Pemilu). Salah satu pemilu yang krusial atau penting dalam katatanegaraan Indonesia adalah pemilu untuk memilih wakil rakyat yang akan duduk dalam parlemen, yang biasa kita kenal dengan sebutan Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD. Dalam pemilu ini, rakyat dapat mencalonkan dirinya untuk menjadi peserta pemilu tersebut sesuai dengan ketentuan yang ada. Kemudian daripada itu, yang berperan dalam hal memilih, juga rakyat. Rakyatlah yang memilih para wakilnya yang akan duduk dalam parlemen. Setelah terpilih menjadi anggota parlemen, para konstituen tersebut pada hakikatnya adalah bekerja untuk rakyat secara menyeluruh. Itulah yang dinamakan dengan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Akan tetapi, dewasa ini tidak sedikit para anggota parlemen yang “melupakan” rakyatnya ketika mereka telah duduk enak di kursi “empuk”. Mereka sibuk dengan urusan pribadi mereka masing-masing, mengutamakan kepentingan golongan, dan berpikir bagaimana caranya mengembalikan modal mereka ketika kampanye. Fenomena ini sudah tidak aneh lagi bagi bangsa Indonesia. Para elite politik saat ini, sudah tidak lagi pada bingkai kesatuan, akan tetapi berada pada bingkai kekuasaan yang melingkarinya. Seperti misalnya, adanya sengketa hasil pemilu, black campaign ketika kampanye dan sebagainya, yang penting bisa mendapatkan kekuasaan. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika pun telah luntur dalam dirinya. Ini hanya sebagai refresh, karena yang akan dibahas bukan mengenai masalah ini.
  • 4. Selain sebagai Negara demokrasi, Indonesia juga merupakan Negara hukum, yang mana menempatkan hukum itu pada kedudukan yang paling tinggi, atau lebih akrab kita kenal dengan sebutan supremacy of law. Sebagai Negara hukum, Indonesia juga mempunyai ciri-ciri sehingga bisa disebut sebagai Negara hukum. Salah dua diantara ciri-ciri tersebut adalah, adanya pengakuan dan penegakkan Hak Asasi Manusia (HAM), dan equality before of law atau perlakuan yang sama dimuka hukum. Dengan adanya perlakuan yang sama dimuka hukum, maka setiap orang berhak untuk diperlakukan sama, adil dan tidak pandang bulu. Pada pokok bahasan kali ini, ada kaitannya dengan masalah Hak Asasi Manusia (HAM), sebagaimana seperti apa yang telah diuraikan sebelumnya. Pokok bahasan pada makalah ini adalah tentang hak konstitusional warga Negara dalam bidang politik yang dirugikan dengan terbitnya suatu undangundang, yaitu UU No. 12 tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD. Dengan terbitnya undang-undang tersebut, maka hak warga Negara yang dijamin dalam pasal 28C ayat (2) UUD 1945 telah dilanggar, sedangkan itu merupakan salah satu bagian daripada HAM. Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilinungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Dari definisi diatas, telah jelas bahwa salah satu ketentuan pasal dalam UU tersebut, telah melanggar HAM. Singkatnya, jika kita merujuk pada pengertian HAM diatas, serta merujuk pada UUD 1945, dapat dikatakan bahwa ketentuan pasal dalam UU No. 12 tahun 2003 telah melanggar HAM, khususnya dalam bidang politik.
  • 5. BAB II PEMBAHASAN A. Hak Memilih Merupakan Pemenuhan Hak Asasi Manusia HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya. Secara isilah hak asazi itu diartikan sebagai hak yang melekat pada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, dan hak tersebut dibawa manusia sejak lahir ke muka bumi sehingga hak tersebut bersifat fitri (kodrati), bukan merupakan pemberian manusia atau negara. Dasar-dasar HAM tertuang dalam deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat (Declaration of Independence of USA) dan tercantum dalam UUD 1945 Republik Indonesia, seperti pada pasal 27 ayat 1, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, dan pasal 31 ayat 1. Jenis hak asasi manusia (HAM) : a. Hak untuk hidup. b. Hak untuk memperoleh pendidikan. c. Hak untuk hidup bersama-sama seperti orang lain. d. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama. e. Hak untuk mendapatkan pekerjaan. Pembagian Bidang, Jenis dan Macam Hak Asasi Manusia Dunia : 1. Hak asasi pribadi / personal Right o Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian dan berpindah-pndah tempat o Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat o Hak kebebasan memilih dan aktif di organisasi atau perkumpulan o Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, dan menjalankan agama dan kepercayaan yang diyakini masing-masing
  • 6. 2. Hak asasi politik / Political Right o Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan o Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan o Hak membuat dan mendirikan parpol / partai politik dan organisasi politik lainnya o Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi 3. Hak azasi hukum / Legal Equality Right o Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan o Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil / pns o Hak mendapat layanan dan perlindungan hokum 4. Hak azasi Ekonomi / Property Rigths o Hak kebebasan melakukan kegiatan jual beli o Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak o Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa, hutang- piutang, dll o Hak kebebasan untuk memiliki susuatu o Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak 5. Hak Asasi Peradilan / Procedural Rights o Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan o Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan dan penyelidikan di mata hukum. 6. Hak asasi sosial budaya / Social Culture Right o Hak menentukan, memilih dan mendapatkan pendidikan o Hak mendapatkan pengajaran o Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat Dari sisi sistem ketatanegaraan, upaya Indonesia untuk terlibat aktif dalam memajukan dan menegakkan HAM sudah dilakukan minimal dalam 2 instrumen kebijakan yaitu kebijakan tata hukum (konstitusional) dan instrumen kelembagaan (institusional) sebagai alat untuk menjalankan instrumen yang ada.
  • 7. Berdasarkan sejarah sejak dari persiapan sampai berdiri dan pelaksanaan pemerintahan dapat ditegaskan bahwa Indonesia menganut sistem konstitusional sehingga masalah hak asasi manusia (HAM) menjadi hal yang sangat penting, sebab esensi konstitusionalisme itu sendiri pada dasarnya ada dua yakni, adanya perlindungan terhadap HAM dan adanya pembagian kekuasaan negara dengan sistem checks and balances agar pemerintahan dapat memberikan perlindungan terhadap HAM. Namun kenyataan di lapangan, praktek pelaksanaan penegakan atas hakhak dasar manusia (HAM) di Indonesia belum sepenuhnya membuahkan perubahan progresif dan baik bagi penghargaan dan penghormatan, perlindungan terhadap otoritas kemanusiaan dan hak ekonomi, sosial dan budaya. Banyak ditemukan fenomena persoalan yang menunjukan implementasi HAM belum berjalan secara maksimal. penegakan HAM pun mendapat kendala struktural dan kultural. Kendala struktural bisa kita identifikasi dari fenomena belum sepenuhnya instrumen kebijakan HAM bisa dijalankan secara maksimal oleh aparatur kelembagaan dan penegak hukum dan HAM. Dari sisi kultural, terjadi pertentanganpertentangan nilai di berbagai negara dan masyarakat mengenai konsepsi HAM yang berlaku saat ini. Ada sejumlah negara, khususnya yang berada di kawasan Asia, menganggap HAM bukan sesuatu yang universal. Dalam konteks Indonesia, pelaksanaan HAM mendapat tantangan kultural berkaitan dengan universalitas, nilai dan prinsip HAM saat ini. Kalangan agamawan fundamentalis dan entitas adat menolak penyeragaman HAM karena sebagian prinsip dan nilai HAM bertentangan dengan nilai-nilai yang diyakininya. Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum
  • 8. yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM). Di dalam UUD 1945 telah dicantumkan beberapa ketentuan mendasar mengenai pengakuan dan perlindungan HAM, bahkan dijadikan isi daristaatsfundamentalnorm (Pembukaan), namun dalam kenyataannya dalam sepanjang berlakunya UUD 1945 telah banyak terjadi pelanggaran HAM bahkan tidak sedikit diantaranya yang dilakukan secara massif oleh aparat pemerintah. Oleh sebab itu pembaruan politik hukum tentang HAM untuk jangka panjang harus diarahkan pada pembenahan konstitusi, agar mengelaborasi konstitusionalisme secara ketat di dalam pasal-pasalnya. Elaborasi konstitusionalime itu harus diarahkan pada dua hal : 1. Kembali penataan lembaga-lembaga negara dengan distribusi kekuasaan yang seimbang dan memuat mekanisme checks an balance. 2. Rumusan-rumusan HAM secara lebih rinci dan tidak lagi memberi atribusi kewenangan untuk mengatur lebih lanjut kecuali dalam halhal yang sifatnya lebih bersifat teknis operasional. Hak yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia terdiri dari: 1) Hak untuk hidup; 2) Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan; 3) Hak mengembangkan diri; 4) Memperoleh keadilan; 5) Atas kebebasan pribadi; 6) Hak atas rasa aman; 7) Atas kesejahteraan; 8) Turut serta dalam pemerintahan; 9) Hak wanita; 10) Hak anak;
  • 9. Perlindungan terhadap hak asasi manusia dalam mempergunakan hak pilihnya terdapat dalam point 8 yaitu hak untuk turut serta dalam pemerintahan. Hal ini dikarenakan dalam melaksanakan hak pilihnya seorang warga negara bebas untuk memilih dan dipilih dalam kaitannya untuk menjalankan tugas-tugas kenegaraan, seperti misalnya hak untuk memilih dan/atau dipilih dalam pemilu legislatif dan pemilu eksekutif. Penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia harus ditempatkan dalam perspektif hukum. Hukum disusun antara lain untuk mengatur bagaimana warga negara menjalankan hak-haknya sebagai pribadi. Hak-hak warga negara secara pribadi tak dapat dijalankan di luar hukum. Negara sebagai organisasi berjalan sesuai hukum. Warga negara yang merasa hak-haknya dilanggar oleh negara dapat menggugat negara dan pejabatnya secara hukum. Hak-hak asasi manusia adalah materi sistem hukum. Jika hak-hak asasi manusia belum secara lengkap tercermin dalam hukum positif, maka sistem hukumnya yang harus disempurnakan. Hal ini diperlukan untuk menghindari kerancuan sistem. Karena itu, diperlukan klarifikasi kedudukan hak-hak asasi manusia di satu pihak, dan sistem hukum pada pihak lain. B. Permasalahan Hak Pilih Dalam Pemilu 2009 Di Indonesia saat ini masalah Golput menjadi perdebatan yang cukup menarik. Berdasarkan Data dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI), misalnya, menyebutkan ada sekitar 28 persen pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya. Bila angka ini benar, tidak salah bila golput ditahbiskan sebagai pemenang pemilu, mengingat untuk saat ini partai Demokrat paling unggul dibandingkan partai lainnya dengan perolehan suara lebih dari 20 %. Golput terdiri atas dua genre: golput politis dan golput teknis. Terhadap mereka yang golput karena pilihan politik, karena menganggap pemilu tidak berguna, hanya memboroskan anggaran negara, sekadar sarana bagi partai politik dan calon legislator untuk menyampaikan janji-janji kosong yang langsung dilupakan ketika telah melenggang ke kursi parlemen. Di negeri ini, menggunakan hak memilih (casting vote) masih dikonstruksikan sebagai sekadar hak, belum menjadi kewajiban sebagaimana halnya di Australia. Namun, bagi yang golput karena soal teknis administratif, yaitu tidak
  • 10. tercantum dalam daftar pemilih tetap (DPT), soal ini harus dicari akar masalah dan solusinya. Untuk menggunakan hak memilih, pemilih harus didaftar, yang kewajibannya dibebankan kepada penyelenggara pemilu (KPU dan jajarannya). Model pendaftaran yang dianut dalam UU Pemilu ada stelsel pasif. Suka atau tidak, semua warga negara yang telah memenuhi syarat akan didaftar. Hal ini membedakan dengan praktek di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan Inggris, yang menggunakan stelsel aktif. Untuk menggunakan haknya, warga negara yang memenuhi syarat harus mendaftarkan diri secara aktif. Penyelenggara pemilu tidak akan memberikan surat suara kepada pemilih yang tidak mendaftar. Bila ada warga negara yang memenuhi syarat tidak terdaftar, KPU patut disalahkan. KPU bisa dipersepsikan telah melalaikan kewajiban untuk mendaftar semua pemilih yang berhak memilih. Namun, sejak zaman otoriter hingga demokratis hingga saat ini, data penduduk selalu bermasalah. Birokrasi pemerintahan tidak bekerja untuk mendata penduduk secara lengkap dan valid, yang akan digunakan dalam setiap pemilu. Padahal, pemilu adalah sesuatu yang bisa diprediksi waktunya. Terlebih Indonesia mengatur sistem pemerintahan presidensial, bukan parlementer di mana pemilu bisa diadakan sewaktu-waktu. Persoalan administrasi kependudukan dan pendataan pemilih mencerminkan belum bagusnya sistem pengelolaan potensi penduduk Indonesia. Padahal, validitas data pemilih juga menjadi indikator terhadap integritas pemilu di Indonesia. Jika data pemilih tidak valid, tidak akurat, kemungkinan pemilih dalam menjalankan hak memilihnya menjadi semakin rendah. Karena itu, legitimasi politik dalam pemilu sangat dipertaruhkan di sini. Sejak awal reformasi sudah kerap kita dengar beragam rencana pembenahan administrasi kependudukan. Kita juga pernah mendengar rencana komputerisasi data kependudukan dan pemberlakuan nomor identitas tunggal bagi setiap penduduk. Nyatanya, dalam perkara ini kita tak beranjak maju.
  • 11. Mungkin puluhan atau ratusan ribu atau bahkan jutaan. Mereka pemegang kartu tanda penduduk dan terdaftar sebagai penduduk. Namun, mereka kehilangan hak pilih karena nama mereka tak tertera dalam daftar pemilih tetap. Sebagian dari mereka datang ke tempat pemungutan suara pada 9 April lalu sambil membawa bukti-bukti identitas kependudukan. Tetapi, aturan melarang mereka menggunakan hak pilih mereka. Halangan administrasi merenggut hak-hak politik mereka, mereka terabaikan. Buruknya pendataan DPT ini bukan hanya terjadi di daerah- daerah pelosok yang sulit terjangkau transportasi atau komunikasi, tetapi juga di Ibu Kota dan sekitarnya. Di Yogyakarta, akibat rumitnya mekanisme pemberian suara di luar daerah asal, puluhan ribu mahasiswa perantauan tidak bisa memberikan suara karena sulit memperoleh surat mutasi. Hilangnya suara pemilih kritis dalam jumlah yang sangat besar seperti sekarang ini bisa berakibat turunnya kualitas Pemilu 2009. Di UII, jumlah mahasiswa yang kehilangan kesempatan memberikan suara diperkirakan mencapai lebih dari 5.000 orang. Sementara di Universitas Gadjah Mada dan Universitas Negeri Yogyakarta jumlahnya diprediksi mencapai 39.000 orang. C. Hak Pilih Pasif Warga Negara dalam Sudut Pandang HAM Secara umum, seperti yang telah ditulis sebelumnya, yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia berdasarkan UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM adalah, seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilinungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Disini dapat kita lihat bahwa, inti daripada HAM itu sendiri adalah hak mendasar (fundamental) yang tidak boleh dikurangi sedikitpun. Lalu dimana letak hak pilih pasif (hak dipilih) warga Negara? Hak pilih pasif adalah salah satu contoh hak konstitusional warga Negara dalam bidang politik yang juga merupakan bagian daripada HAM. Jadi, hak pilih pasif seorang warga Negara, sudah seharusnya untuk dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum dan pemerintah.
  • 12. Mengenai perlindungan hak pilih pasif itu juga, telah diatur dan dilindungi oleh UUD 1945 negara Republik Indonsia, yaitu pada ketentuan pasal 28C ayat (2), pasal 28D ayat (1), pasal 28D ayat (3), pasal 28I ayat (2). Disamping UUD 1945 yang mengatur tentang perlindungan hak pilih pasif tersebut, article 21 Universal Declaration of Human Rights tahun 1948, juga mengatur tentang hal tersebut. Article 21 berbunyi : everyone has the right to take part in the government of his country, directly or through freely chosen representatives. The will of the people shall be the basis of the authority of government; this will shall be expressed in periodic and genuine elections which shall be by universal and equal suffrage and shall be held by secret vote or by equivalent free voting procedures. Dengan demikian jelas bahwa dalam suatu masyarakat demokratis, yang telah diterima secara universal oleh bangsa-bangsa beradab, hak atas partisipasi politik adalah suatu hak asasi manusia, yang dilakukan melalui pemilu yang jujur sebagai manifestasi dari kehendak rakyat yang menjadi dasar dari otoritas pemerintah. Jadi, berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan diatas, ketentuan pasal suatu peraturan perundang-undangan yang melarang bagi eks tapol mempergunakan hak pilih pasifnya dalam pemilu, telah melanggar Hak Asasi Manusia (HAM).
  • 13. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN HAM / Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun. Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, jabatan, dan lain sebagainya. Hak pilih pasif adalah salah satu contoh hak konstitusional warga Negara dalam bidang politik yang juga merupakan bagian daripada HAM. Jadi, hak pilih pasif seorang warga Negara, sudah seharusnya untuk dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum dan pemerintah. Mengenai perlindungan hak pilih pasif itu juga, telah diatur dan dilindungi oleh UUD 1945 negara Republik Indonsia, yaitu pada ketentuan pasal 28C ayat (2), pasal 28D ayat (1), pasal 28D ayat (3), pasal 28I ayat (2). Disamping UUD 1945 yang mengatur tentang perlindungan hak pilih pasif tersebut, article 21 Universal Declaration of Human Rights tahun 1948, juga mengatur tentang hal tersebut. Article 21 berbunyi : “everyone has the right to take part in the government of his country, directly or through freely chosen representatives. The will of the people shall be the basis of the authority of government; this will shall be expressed in periodic and genuine elections which shall be by universal and equal suffrage and shall be held by secret vote or by equivalent free voting procedures”. Dengan demikian jelas bahwa dalam suatu masyarakat demokratis, yang telah diterima secara universal oleh bangsa-bangsa beradab, hak atas partisipasi politik adalah suatu hak asasi manusia, yang dilakukan melalui pemilu yang jujur sebagai manifestasi dari kehendak rakyat yang menjadi dasar dari otoritas pemerintah.
  • 14. BAB IV DAFTAR PUSTAKA  Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945.  Dadan Ramdhan, Mendiskusikan Konsep dan Praktek Pendidikan HAM di Sekolah, Artikel Pendidikan Network.  Hussain, syekh syaukat. Hak Asasi Manusia dalam Islam. Diterjemahkan oleh: Abdul Rachim. Jakarta: Gema Insani.1996.