Manasik Umroh & Haji Th 2018 - Ust. DR. H. Hasani Ahmad Said, M.A.Hasaniahmadsaid
Umrah dan haji ke Tanah suci (Makkah dan Madinah) termasuk ziyarah Masjid al-Aqsha merupakan destinasi wisata ruhani bagi setiap muslim sesuai dengan anjuran Rasulullah Saw. Namun untuk mendapatkan kemabruran umrah dan haji tersebut perlu adanya manasik. Slide ini memberikan pelajaran secara mendalam tentang kaifiyat umrah dan haji.
Hehe akhirnya bisa upload salah satu mata pelajaran saya di madrasah. Ini tentang Haji dan Umrah, di dalamnya ada berbagai macam informasi terkait keduanya. Semoga bermanfaat! ;)
Manasik Umroh & Haji Th 2018 - Ust. DR. H. Hasani Ahmad Said, M.A.Hasaniahmadsaid
Umrah dan haji ke Tanah suci (Makkah dan Madinah) termasuk ziyarah Masjid al-Aqsha merupakan destinasi wisata ruhani bagi setiap muslim sesuai dengan anjuran Rasulullah Saw. Namun untuk mendapatkan kemabruran umrah dan haji tersebut perlu adanya manasik. Slide ini memberikan pelajaran secara mendalam tentang kaifiyat umrah dan haji.
Hehe akhirnya bisa upload salah satu mata pelajaran saya di madrasah. Ini tentang Haji dan Umrah, di dalamnya ada berbagai macam informasi terkait keduanya. Semoga bermanfaat! ;)
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
Haji dan umroh
1. A. HAJI
1. Pengertian
Menurut bahasa, hajji berarti menyengaja. Sedangkan menurut istilah, haji adalah
sengaja mengunjungi Ka’bah dan tempat-tempat lainnya dengan niat beribadah pada waktu
tertentu dengan syarat-syarat dan dengan cara-cara tertentu pula. Sayyid Sabiq dalam fiqh
sunnah menjelaskan bahwa Hajji adalah menyengaja ke Makkah untuk menunaikan ibadah
thawwaf, sa’i, wukuf di Arafah dan menunaikan rangkaian manasik dalam rangka
memenuhi perintah Allah dan mencari ridhaNya.
Mengerjakan haji hukumnya wajib ‘ain bagi orang yang telah memenuhi syarat-syaratnya,
sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an:
َعْلا ّنَع ٌّيّنَغ هللا َّنّإَف ََرفَك نَمَو ًاليّبَس ّهْيَلّإ َعاَطَتْسا ّنَم ّتْيَبْلا ُّج ّح ّاسَّنال ىَلَع ّ ه ّلِلَ...وَنيَِّلا٧٩﴾
Artinya,“….mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang
yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban
haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
alam” (QS. Ali Imran,3:97).
Melaksanakan ibadah haji hanya diwajibkan sekali seumur hidup bagi mereka
yang telah memenuhi syarat-syarat wajib haji, selebihnya hukumnya sunah. Karena
Rasulullah sendiri selama hidupnya hanya melakukan ibadah haji sekali saja.
2. Syarat wajib haji
Syarat wajib haji ialah syarat-syarat yang apabila terpenuhi, maka wajiblah orang
tersebut untuk melaksanakan haji. Sebaliknya apabila syarat-syaratnya tidak terpenuhi, maka
gugurlah kewajiban haji tersebut. Para ahli fiqh sepakat bahwa syarat-syarat wajib seseorang
untuk melaksanakan haji adalah sebagai berikut:
a. Islam
b. Berakal sehat
c. Baligh (dewasa)
d. Merdeka, bukan hamba sahaya
e. Istitha’ah (mampu), baik biaya, kesehatan, maupun keamanan dalam perjalanan.
2. 3. Rukun haji
Ditinjau dari segi hukumnya, amaliah yang dilakukan dalam haji maupun umroh
dibedakan menjadi tiga, yaitu rukun, wajib, dan sunah haji yang masing-masing sangat
penting untuk dipahami oleh setiap orang yang hendak melaksanakan haji.
Rukun Haji adalah perbuatan-perbuatan yang harus dilaksanakan atau dikerjakan
sewaktu melaksanakan ibadah haji, dan apabila ditinggalkan ibadah hajinya tidak sah.
Adapun amaliah haji yang merupakan rukun haji itu, meliputi ihram, wukuf di Arafah,
thawaf ifadah, Sa’i, tahallul dan tertib.
Ihram
Ihram ialah berniat memulai mengerjakan haji atau umrah atau keduanya sekaligus.
Ihram wajib dimulai dari miqat zamani maupun miqat makani. Sebelum memulai ihram
disunnahkan mandi, membersihkan badan, memotong kuku, mencukur kumis, dan memakai
wangi-wangian pada tubuh dan rambut. Setelah memakai pakaian ihram disunahkan shalat
dua rakaat dan selalu membaca talbiah.
1) Niat dari Miqat
Tempat niat Ihram haji adalah di miqat yang telah ditentukan. Apabila jama’ah haji
melewati miqat yang telah ditentukan (misalnya Bandara King Abdul Aziz di Jeddah) dan
tidak niat ihram maka dia wajib membayar dam seekor kambing, atau dapat kembali lagi
ke miqat yang dilewati tadi atau mengambil miqat terdekat dari tanah haram (minimal 2
marhalah sekitar 89.04 km) apabila belum melaksanakan urutan kegiatan dalam haji
berikutnya. Adapun niat haji itu apabila dilafazkan adalah : اهجَح َّمالله َْكيَبَل
2) Pakaian Ihram
- Bagi pria, memakai dua helai kain yang tidak terjahit, satu diselendangkan dan satu
lagi sarungkan. Pakaian ihram disunatkan yang berwarna putih. Boleh memakai ikat
pinggang yang tidak disimpul mati, tetapi tidak boleh memakai baju dan celana dalam.
- Bagi wanita, memakai pakaian yang menutupi seluruh tubuh kecuali muka dan kedua
telapak tangan.
3. 3) Larangan selama Ihram
a. Bagi Pria, dilarang: memakai pakaian yang berjahit /pakaian biasa, memakai sepatu
yang menutupi mata kaki, dan menutup kepala yang melekat seperti topi, tetapi kalau
tidak melekat seperti payung boleh.
b. Bagi wanita dilarang: berkaus tangan dan menutup muka (memakai cadar)
c. Bagi Pria dan wanita dilarang: memakai wangi-wangian, kecuali yang dipakai
sebelum ihram, memotong kuku, mencukur / mencabut rambut atau bulu badan,
memburu /membunuh binatang dengan cara apapun, meminang wanita untuk
dinikahi, menikah, bercumbu atau bersetubuh, mencaci, bertengkar atau mengucapkan
kata-kata kotor, dan memotong/mencabut pepohonan di tanah haram.
4) Dam/Fidyah
Ketentuan dam bagi yang melanggar larangan ihram adalah sebagai berikut :
a. Jika melanggar larangan ihram berupa mencabut atau memotong rambut , memotong
kuku, memakai pakaian yang berjahit bagi laki-laki, menutup muka atau memakai
sarung tangan bagi wanita, memakai wangi-wangian bagi laki-laki /wanita maka wajib
membayar dam/fidyah dengan jalan memilih diantara menyembelih seekor kambing,
bersadaqah setengah sha’ (=2 mud kurang lebih 1 1/2 kg beras/makanan yang
mengenyangkan) atau berpuasa 3 hari.
b. Jika melanggar larangan ihram berupa membunuh hewan kecuali ular, tikus dan lain-
lain yang membahayakan maka wajib membayar dam/fidyah menyembelih hewan
yang persamaannya, atau bersedekah dengan makanan seharga hewan tersebut .
Apabila tidak mampu boleh diganti dengan puasa. Bilangan puasanya disesuaikan
menurut banyaknya makanan yang mesti disediakan, yaitu satu hari puasa sama
dengan satu mud makanan (kurang ¾ kg)
c. Jika suami istri nelanggar ihram dengan bersetubuh sebelum tahallul awal maka batal
hajinya dan wajib membayar kafarat menyembelih seeokor unta atau sapi.
d. Jika suami istri melanggar larangan ihram dengan bersetubuh setelah tahallul awal
maka tidak batal hajinya tetapi wjaib membayar dam yaitu menyembelih seekor unta
atau sapi.
e. Jika mengadakan akad nikah di waktu ihram maka pernikahannya itu batal, yang
bersangkutan tidak membayar dam.
4. Wukuf di Arafah
Wukuf adalah hadir dan berada di padang Arafah yang dilakukan pada waktu yang
telah ditentukan, yaitu mulai tergelincirnya matahari tanggal 9 Dzulhijjah sampai terbitnya
fajar tanggal 10 Dzulhijjah. Artinya orang yang sedang mengerjakan haji wajib berada di
padang Arafah pada waktu tersebut. Hal ini didasarkan pada sabda rasulullah SAW
ِج لـيلة جاء من عرفة هالحج قال وسلم عليه هللا صلى هللا رسول هأن :يعِر ابن الرحِن عبد عنقـبل ع
)السنن وأصحاب أحِد (رواه أدرك فقد الفجر طلوع
Artinya,”Dari Abdurrahman bin Ya’mur, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: Haji itu
wukuf di Arafah. Barang siapa yang datang pada tanggal 10 Dzulhijjah sebelum
terbit fajar, sesungguhnya ia telah mendapatkan waktu yang sah (haji). (HR. Ahmad
dan ashhabus Sunan).
Wukuf dilakukan setelah shalat jama’ taqdim zhuhur dan ashar. Wukuf dapat
dilaksanakan dengan berjamaah atau sendiri-sendiri, dengan memperbanyak dzikir, istighfar,
dan do’a. Sesuai dengan sunnah Rasul, wukuf dilakukan dengan berjamaah kemudian
diberikan khutbah. Dalam wukuf, jama’ah haji tidak disyaratkan suci dari hadats. Oleh
karena itu wanita-wanita yang sedang haid atau nifas boleh melakukan wukuf. Pelaksanaan
wukuf jamaah yang sakit dilakukan dengan pelayanan khusus sesuai dengan kondisi
kesehatannya, yang penting berada di Arafah sebagaimana yang telah diisyaratkan Rasul.
Bagi yang tidak melakukan wukuf di Arafah -- apapun alasannya -- hajinya tidak sah.
Berarti masih berkewajiban melaksanakan haji di tahun-tahun berikutnya apabila memiliki
kemampuan.
Thawaf Ifadhah
Thawaf adalah perbuatan mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali. Thawaf ada
empat macam yaitu thawaf rukun yang disebut thawaf ifadhah, sehingga apabila
ditinggallkan atau tidak dikerjakan hajinya tidak sah/batal. Sedangkan tiga yang lainnya
adalah thawaf qudum (thawaf selamat datang), thawaf wada’ (thawaf selamat tinggal) yang
5. oleh madzhab syafi’i dimasukkan sebagai wajib haji sehingga apabila ditinggalkan
dikenakan dam, serta thawaf Tathawwu’ atau thawaf sunah.
Adapun syarat-syarat orang yang melakukan thawaf adalah sebagai berikut :
a. Suci dari hadats (hadats kecil maupun besar) dan najis.
b. Menurut aurat.
c. Sempurna tujuh kali putaran. Apabila ragu mengenai jumlah putarannya maka hitunglah
jumlah yang sedikit, kemudian tambah putarannya sampai mencukupi tujuh kali.
d. Thawaf dimulai dari hajar Aswad dan diakhiri pula di hajar Aswad.
e. Ka’bah berada di sebelah kiri orang yang thawaf, apabila berada di sebaliknya maka
thawafnya tidak sah.
f. Thawaf itu di luar Ka’bah dan masih berada di dalam Masjidil haram
Sa’i
Sa’i adalah berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali.
Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW, yang artinya:” Dari Habibah binti Abi Tajrâh – salah
seorang wanita dari Bani Abdi al-Dar—ia berkata, saya masuk ke rumah keluarga Abî
Husain bersama wanita qurays, kami melihat rasulullah sedang melakukan sa’i antara
Shafa dan Marwah......, lalu kami mendengar Rasulullah bersabda bersa’ilah kalian,
sesunggunya Allah telah mewajibkan atas kalian yaitu Sa’i (HR. Ibn Majah, Ahmad dan
Asy-Syafi’i).
Adapun syarat-syarat Sa’i adalah sebagai berikut:
a. Waktu sa’i hendaknya dilakukan setelah thawaf.
b. Sa’i hendaknya dilakukan tujuh kali.
c. Sa’i dimulai dari Shafa dan diakhiri di Marwah
Tahallul (Mencukur/Memotong rambut).
Mencukur rambut adalah salah satu rukun haji yang berfungsi sebagai bagian dari
tahallul (penghalal) terhadap beberapa hal yang diharamkan dalam haji.
6. Dalam mencukur rambut paling sedikit tiga helai rambut. Bagi wanita tidak perlu
mencukur rambut tetapi cukup memotong atau digunting. Hal ini didasarkan pada hadits
Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda ”
Semoga Allah merahmati orang-orang yang mencukur rambut (Muhallaqin), lalu para
sahabat bertanya apa juga termasuk orang yang memotong rambut ya Rasul, yang diulang-
ulang sampai tiga kali. Beliau pun mengulang jawaban sampai tiga kali, Allah merahmati
orang yang mencukur, baru beliau menjawab yang keempat kalinya, semoga juga orang
yang memotong rambut (muqashirin)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebab dari diulang-ulangnya doa yang diucapkan Rasulullah bagi orang-orang yang
mencukur (muhallaqin), menandakan bahwa mencukur atau memotong rambut itu wajib
dilakukan, seperti hadits tersebut di atas. Hal itu juga diisyaratkan oleh al-Qur’an dalam
surat al-Fath (48) ayat 27. Adapun orang melakukan pemotongan itu haruslah orang lain
yang sudah haji atau sudah tahalul lebih dahulu.
Tertib Rukun
Menertibkan rukun artinya mendahulukan rukun yang semestinya lebih dahulu
dikerjakan. Seperti mendahulukan ihram dari rukun-rukun lain, mendahulukan wukuf di
Arafah daripada thawaf, mendahulukan Sa’i daripada bercukur (tahallul).
4. Wajib Haji
Wajib haji adalah ketentuan-ketentuan haji baik berupa perbuatan maupun perkataan
yang wajib dilaksanakan dalam ibadah haji, jika ditinggalkan hajinya tetap sah tetapi wajib
membayar dam (denda). Wajib haji itu meliputi Ihram dari miqat, mabit di Muzdalifah,
mabit di Mina, melempar jumrah, menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang selama ihram,
serta thawaf wada’.
1) Ihram dari Miqat.
Disini yang menjadi wajib haji adalah dari miqat-nya dan bukan ihramnya karena ihram
sendiri termasuk rukun haji. Yang dimaksud Miqat adalah tempat dan waktu yang
ditentukan untuk mengerjakan haji. Ihram dari miqat artinya niat haji dan atau umrah
dari miqat, baik miqat makani maupun miqat zamani. Diantara miqat makani (tempat
memulai ihram) adalah Bir Ali, Ji’ronah, Tan’im, dan Bandara King Abdul ’Aziz.
7. 2) Mabit (bermalam) di Muzdalifah
Secara harfiah mabit berarti bermalam. Sedangkan menurut istilah, mabit di muzdalifah
adalah berada di Muzdalifah hingga lewat tengah malam, boleh dalam kondisi jaga
maupun tidur. Mabit di Muzdalifah dilakukan setelah wukuf di Arafah, yaitu sesudah
terbenam matahari tanggal 9 Dzulhijjah. Pada saat mabit di Muzdalifah biasanya
dipergunakan untuk mengambil kerikil sebanyak 49 buah atau 70 buah guna melempar
jumrah. Jamaah haji yang tidak melakukan mabit di Muzdalifah diwajibkan membayar
dam.
3) Melontar Jumrah
Melontar jumrah yaitu melontar tugu/jumroh yang telah ditentukan sebanyak tujuh kali
lontaran dengan menggunakan kerikil/batu kecil.
Pada tanggal 10 Dzulhijjah, melontar jumroh yang wajib dilakukan jamaah haji hanyalah
melontar jumroh ’aqabah sebanyak tujuh kali lontaran hingga mengenai tugu aqabah
atau minimal masuk pada kubangan yang ada pada tugu tersebut dengan niat mengusir
syaitan. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan tahallul awal yang ditandai dengan
pemotongan rambutnya oleh orang yang sudah berhaji guna memperoleh halalnya semua
larangan-larangan haji, selain larangan bersetubuh. Adapun waktu yang syah untuk
melontar dimulai setelah lewat tengah malam sampai terbenam matahari, sedangkan
waktu yang paling utama dalam melontar jumrah Aqabah adalah waktu dhuha.
Sedangkan melontar jumroh yang disyariatkan pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah,
pada setiap harinya ada tiga jumroh yaitu jumroh ula, jumroh wustha, dan jumroh
’aqabah yang utamanya dilaksanakan sesudah tergelincir matahari (matahari mulai
condong ke barat). Masing-masing jumroh dilontar sebanyak tujuh kali, dengan setiap
lontaran satu kerikil. Melontar jumroh itu boleh hanya sampai pada tanggal 12 Dzulhijjah
saja lalu kembali ke Mekkah yang disebut nafar awal. Dan bagi orang yang ingin
menyempurnakannya sampai tanggal 13 Dzulhijjah disebut nafar tsani.
8. 4) Mabit (bermalam) di Mina.
Pada tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah diwajibkan bermalam di Mina atau berada di Mina
hingga lewat tengah malam. Bagi yang nafar awal boleh bermalam di Mina hanya pada
malam 11 dan 12 Dzulhijjah saja.
5) Menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang (muharramat).
Menjauhkan diri dari muharramat artinya meninggalkan atau menghindarkan diri dari
melakukan hal-hal yang terlarang dalam haji. Orang yang melanggar hal-hal yang
terlarang, wajib baginya membayar denda (dam).
6) Thawaf Wada’
Thawaf Wada’ (thawaf perpisahan) dilakukan ketika akan meninggalkan baitullah di
Mekkah. Cara melakukannya sama dengan thawaf yang lain, yaitu mengelilingi Ka’bah
sebanyak tujuh kali putaran.
5. Sunah haji
Sunah haji adalah hal-hal yang dianjurkan untuk dilakukan dalam haji guna
kesempurnaan ibadah haji dan apabila ditinggalkan hajinya tetap syah. Adapun hal-hal
termasuk sunnah haji, yaitu:
1) Membaca talbiyah dengan suara nyaring bagi laki-laki dan dibaca dengan suara pelan
bagi perempuan. Waktu membacanya yaitu sejak ihram sampai saat melempar jumrah
’aqabah pada hari raya qurban. Lafadz talbiyah sebagai berikut:
ّـيبل ,ّـيكبل ّمهّلال ّـيكبللك شريك ال والملك لك عـمةّنال و الحمـد ّان ّـيكبل لـك شريـك ال ك
Artinya, “Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku datang memenuhi
panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu,
Sesungguhnya segala puji dan kebesarannya untuk-Mu. Tidak ada sekutu
bagi-Mu”.
2) Membaca shalawat dan do’a sesudah membaca talbiyah.
3) Melaksanakan thawaf qudum. Thawaf qudum disebut juga dengan thawaf talbiyah,
karena thawaf ini adalah thawaf penghormatan kepada Ka’bah.
9. 4) Masuk ke Ka’bah (baitullah) dari Hijir Ismail. Hal ini sesuai hadits yang diriwayatkan
oleh Baihaqi.
6. Cara Mengerjakan Haji
Setiap orang yang menunaikan kewajiban rukun islam yang kelima, sebenarnya
tidak hanya wajib melaksanakan haji saja melainkan juga wajib melaksanakan umroh,
sehingga keduanya merupakan dua rangkaian ibadah yang tak terpisahkan dalam haji.
Karena
Sedangkan tata cara pelaksanaan ibadah haji dan umrah dapat dibagi 3 macam
cara pelaksanaan, yaitu :
a. Haji ifrad yaitu menunaikan haji terlebih dahulu kemudian umrah.
b. Haji tamattu yaitu menunaikan ibadah umroh terlebih dahulu kemudian ibadah haji
sampai selesai.
c. Haji iqran yaitu menggabungkan pelaksanaan ibadah haji dan umrah sekaligus dalam satu
rangkaian amalan haji.
B. UMRAH
Secara bahasa umrah berarti ziarah. Sedang menurut istilah umrah adalah ziarah ke
ka’bah, thawaf, sa’i dan tahallul. Atau dengan pengertian lain, bahwa umrah adalah ibadah
yang dilakukan dengan ihram dari miqat, kemudian thawaf, sa’i dan diakhiri dengan tahallul
(mencukur/mengunting rambut) serta dilakukan dengan tertib. Jika haji hanya diwajibkan
sekali dalam seumur hidup dan waktunya tertentu saja. Maka Umrah dapat dikerjakan
sewaktu-waktu di luar waktu mengerjakan haji.
Adapun syarat-syarat melakukan umrah adalah sebagai berikut :
1. Islam
2. Baligh (dewasa)
3. Berakal sehat
4. Merdeka, bukan hamba sahaya
5. Istitha’ah (mampu).
Selain syarat-syarat yang harus dipenuhi, dalam ibadah umrah juga ada rukun dan
wajib umrah. Rukun umrah meliputi:
10. 1. Ihram
2. thawaf umrah
3. sa’i
4. bercukur
5. tertib melaksanakan
Rukun umrah tidak boleh ditinggalkan. Jika rukun umrah tidak dipenuhi maka
umrahnya tidak sah. Sedang yang menjadi wajib umrah adalah :
1. Ihram dari miqat
2. tidak berbuat yang diharamkan pada waktu melaksanakan ibadah umrah.
Apabila melanggar ketentuan wajib umrah, maka ibadah umrahnya tetap sah, tetapi yang
bersangkutan diharuskan membayar dam (denda).
Hal penting yang perlu diketahui adalah tata cara pelaksanaan umrah. Urutan
pelaksaan umrah adalah sebagai berikut :
1. Ihram dari miqat, kemudian shalat sunnah ihram.
2. Menuju ke Mekkah dengan membaca talbiyah.
3. Menuju ke Masjidil Haram, mengerjakan thawaf sebanyak tujuh kali putaran. Setelah
selesai thawaf disunnahkan shalat dua raka’at di maqam Ibrahim.
4. Setelah keluar menuju Shafa untuk mengerjakan sa’i sebayak tujuh kali yang berakhir
di bukit Marwah.
5. Setelah selesai sa’i, kemudian tahallul.
11. Ibadah Haji adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim yang mampu (istitha’a) untuk
mengunjungi Baitullah di Mekkah, sekali seumur hidup.
Syarat-syarat haji adalah: Islam, berakal sehat, baligh (dewasa), merdeka, bukan hamba
sahaya dan Istitha’ah (mampu).
Rukun haji meliputi: ihram, wukuf di Arafah, thawaf, sa’i, tahallul dan tertib.
Wajib haji meliputi: ihram dari miqat, mabit di Muzdalifah, mabit di Mina, melontar
jumroh ula, wustha dan ’aqabah, menjauhkan diri dari larangan (muharramat) dan
thawaf wada’.
Pelaksanaan ibadah haji dapat dilakukan dengan salah satu dari tiga cara, yaitu tamattu’,
ifrad dan qiran.
Dam berarti darah, maksudnya menyembelih binatang ternak sebagai denda disebabkan
melanggar larangan-larangan haji atau meninggalkan wajib haji.
Umrah adalah ziarah ke Mekkah dengan memenuhi syarat dan rukunnya. Syarat umrah
yaitu; Islam, baligh (dewasa), berakal sehat, merdeka, bukan hamba sahaya dan istitha’ah
(mampu. Sedang rukun meliputi: ihram, thawaf umrah tahallul dan tertib. Sementara
Wajib umrah adalah ihram dari miqat dan tidak berbuat yang diharamkan pada waktu
melaksanakan ibadah umrah.
12. Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi manusia dari jalan Allah dan
Masjidilharam yang Telah kami jadikan untuk semua manusia, baik yang bermukim di
situ maupun di padang pasir dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan
secara zalim, niscaya akan kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih.
Dan (ingatlah), ketika kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah
(dengan mengatakan): "Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan
sucikanlah rumahKu Ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat
dan orang-orang yang ruku' dan sujud.
Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang
kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus (Unta yang kurus
menggambarkan jauh dan sukarnya yang ditempuh oleh jemaah haji yang datang dari
segenap penjuru yang jauh
Haji : menyengaja berkunjung
Umrah : ziarah
Istitha’ah : mampu
Tawaf : mengelilingi ka’bah
Haji Mabrur : haji yang diterima
Qudum : permulaan
Wada’ : perpisahan