Manasik Umroh & Haji Th 2018 - Ust. DR. H. Hasani Ahmad Said, M.A.Hasaniahmadsaid
Umrah dan haji ke Tanah suci (Makkah dan Madinah) termasuk ziyarah Masjid al-Aqsha merupakan destinasi wisata ruhani bagi setiap muslim sesuai dengan anjuran Rasulullah Saw. Namun untuk mendapatkan kemabruran umrah dan haji tersebut perlu adanya manasik. Slide ini memberikan pelajaran secara mendalam tentang kaifiyat umrah dan haji.
Hehe akhirnya bisa upload salah satu mata pelajaran saya di madrasah. Ini tentang Haji dan Umrah, di dalamnya ada berbagai macam informasi terkait keduanya. Semoga bermanfaat! ;)
Manasik Umroh & Haji Th 2018 - Ust. DR. H. Hasani Ahmad Said, M.A.Hasaniahmadsaid
Umrah dan haji ke Tanah suci (Makkah dan Madinah) termasuk ziyarah Masjid al-Aqsha merupakan destinasi wisata ruhani bagi setiap muslim sesuai dengan anjuran Rasulullah Saw. Namun untuk mendapatkan kemabruran umrah dan haji tersebut perlu adanya manasik. Slide ini memberikan pelajaran secara mendalam tentang kaifiyat umrah dan haji.
Hehe akhirnya bisa upload salah satu mata pelajaran saya di madrasah. Ini tentang Haji dan Umrah, di dalamnya ada berbagai macam informasi terkait keduanya. Semoga bermanfaat! ;)
Slide presentation ttg manasik umroh ini adalah hasil karya kumpulan akhi Abdullah Ghifari dan Ust. Hasan F.
Semoga bisa bermanfaat....
http://rismandukhan.multipl.com/
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
Haji dan umrah
1. HAJI DAN UMRAH
A. HAJI
1. Pengertian
Menurut bahasa, hajji berarti menyengaja. Sedangkan menurut istilah, haji
adalah sengaja mengunjungi Ka’bah dan tempat-tempat lainnya dengan niat beribadah
pada waktu tertentu dengan syarat-syarat dan dengan cara-cara tertentu pula. Sayyid
Sabiq dalam fiqh sunnah menjelaskan bahwa Hajji adalah menyengaja ke Makkah untuk
menunaikan ibadah thawwaf, sa’i, wukuf di Arafah dan menunaikan rangkaian manasik
dalam rangka memenuhi perintah Allah dan mencari ridhaNya.
Mengerjakan haji hukumnya wajib ‘ain bagi orang yang telah memenuhi syarat-
syaratnya, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an:
ّمَلاَعْلا ّنَع ٌّيّنَغ هللا َّنّإَف َرَفَك نَم َو ًاليّبَس ّهْيَلّإ َعاَطَتْسا ّنَم ّتْيَبْلا ُّج ّح ّاسَّنال ىَلَع ّ ه ّلِل َ...وَين٧٩﴾
Artinya,“….mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari
(kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
semesta alam” (QS. Ali Imran,3:97).
Melaksanakan ibadah haji hanya diwajibkan sekali seumur hidup bagi mereka
yang telah memenuhi syarat-syarat wajib haji, selebihnya hukumnya sunah. Karena
Rasulullah sendiri selama hidupnya hanya melakukan ibadah haji sekali saja.
2. Syarat wajib haji
Syarat wajib haji ialah syarat-syarat yang apabila terpenuhi, maka wajiblah
orang tersebut untuk melaksanakan haji. Sebaliknya apabila syarat-syaratnya tidak
terpenuhi, maka gugurlah kewajiban haji tersebut. Para ahli fiqh sepakat bahwa syarat-
syarat wajib seseorang untuk melaksanakan haji adalah sebagai berikut:
a. Islam
b. Berakal sehat
c. Baligh (dewasa)
d. Merdeka, bukan hamba sahaya
e. Istitha’ah (mampu), baik biaya, kesehatan, maupun keamanan dalam perjalanan.
2. 3. Rukun haji
Ditinjau dari segi hukumnya, amaliah yang dilakukan dalam haji maupun
umroh dibedakan menjadi tiga, yaitu rukun, wajib, dan sunah haji yang masing-masing
sangat penting untuk dipahami oleh setiap orang yang hendak melaksanakan haji.
Rukun Haji adalah perbuatan-perbuatan yang harus dilaksanakan atau
dikerjakan sewaktu melaksanakan ibadah haji, dan apabila ditinggalkan ibadah hajinya
tidak sah. Adapun amaliah haji yang merupakan rukun haji itu, meliputi ihram, wukuf di
Arafah, thawaf ifadah, Sa’i, tahallul dan tertib.
Ihram
Ihram ialah berniat memulai mengerjakan haji atau umrah atau keduanya
sekaligus. Ihram wajib dimulai dari miqat zamani maupun miqat makani. Sebelum
memulai ihram disunnahkan mandi, membersihkan badan, memotong kuku, mencukur
kumis, dan memakai wangi-wangian pada tubuh dan rambut. Setelah memakai pakaian
ihram disunahkan shalat dua rakaat dan selalu membaca talbiah.
1) Niat dari Miqat
Tempat niat Ihram haji adalah di miqat yang telah ditentukan. Apabila jama’ah haji
melewati miqat yang telah ditentukan (misalnya Bandara King Abdul Aziz di Jeddah)
dan tidak niat ihram maka dia wajib membayar dam seekor kambing, atau dapat
kembali lagi ke miqat yang dilewati tadi atau mengambil miqat terdekat dari tanah
haram (minimal 2 marhalah sekitar 89.04 km) apabila belum melaksanakan urutan
kegiatan dalam haji berikutnya. Adapun niat haji itu apabila dilafazkan adalah : َْكيَبَل
اهجَح َّمالله
2) Pakaian Ihram
- Bagi pria, memakai dua helai kain yang tidak terjahit, satu diselendangkan dan satu
lagi sarungkan. Pakaian ihram disunatkan yang berwarna putih. Boleh memakai
ikat pinggang yang tidak disimpul mati, tetapi tidak boleh memakai baju dan
celana dalam.
- Bagi wanita, memakai pakaian yang menutupi seluruh tubuh kecuali muka dan
kedua telapak tangan.
3. 3) Larangan selama Ihram
a. Bagi Pria, dilarang: memakai pakaian yang berjahit /pakaian biasa, memakai
sepatu yang menutupi mata kaki, dan menutup kepala yang melekat seperti topi,
tetapi kalau tidak melekat seperti payung boleh.
b. Bagi wanita dilarang: berkaus tangan dan menutup muka (memakai cadar)
c. Bagi Pria dan wanita dilarang: memakai wangi-wangian, kecuali yang dipakai
sebelum ihram, memotong kuku, mencukur / mencabut rambut atau bulu badan,
memburu /membunuh binatang dengan cara apapun, meminang wanita untuk
dinikahi, menikah, bercumbu atau bersetubuh, mencaci, bertengkar atau
mengucapkan kata-kata kotor, dan memotong/mencabut pepohonan di tanah
haram.
4) Dam/Fidyah
Ketentuan dam bagi yang melanggar larangan ihram adalah sebagai berikut :
a. Jika melanggar larangan ihram berupa mencabut atau memotong rambut ,
memotong kuku, memakai pakaian yang berjahit bagi laki-laki, menutup muka
atau memakai sarung tangan bagi wanita, memakai wangi-wangian bagi laki-laki
/wanita maka wajib membayar dam/fidyah dengan jalan memilih diantara
menyembelih seekor kambing, bersadaqah setengah sha’ (=2 mud kurang lebih 1
1/2 kg beras/makanan yang mengenyangkan) atau berpuasa 3 hari.
b. Jika melanggar larangan ihram berupa membunuh hewan kecuali ular, tikus dan
lain-lain yang membahayakan maka wajib membayar dam/fidyah menyembelih
hewan yang persamaannya, atau bersedekah dengan makanan seharga hewan
tersebut . Apabila tidak mampu boleh diganti dengan puasa. Bilangan puasanya
disesuaikan menurut banyaknya makanan yang mesti disediakan, yaitu satu hari
puasa sama dengan satu mud makanan (kurang ¾ kg)
c. Jika suami istri nelanggar ihram dengan bersetubuh sebelum tahallul awal maka
batal hajinya dan wajib membayar kafarat menyembelih seeokor unta atau sapi.
d. Jika suami istri melanggar larangan ihram dengan bersetubuh setelah tahallul awal
maka tidak batal hajinya tetapi wjaib membayar dam yaitu menyembelih seekor
unta atau sapi.
e. Jika mengadakan akad nikah di waktu ihram maka pernikahannya itu batal, yang
bersangkutan tidak membayar dam.
4. Wukuf di Arafah
Wukuf adalah hadir dan berada di padang Arafah yang dilakukan pada waktu
yang telah ditentukan, yaitu mulai tergelincirnya matahari tanggal 9 Dzulhijjah sampai
terbitnya fajar tanggal 10 Dzulhijjah. Artinya orang yang sedang mengerjakan haji wajib
berada di padang Arafah pada waktu tersebut. Hal ini didasarkan pada sabda rasulullah
SAW
طلو قـبل جمع لـيلة جاء من عرفة هجالح قال وسلم عليه هللا صلى هللا رسول هأن :يعمر ابن الرحمن عبد عنالفجر ع
)السنن وأصحاب أحمد (رواه أدرك فقد
Artinya,”Dari Abdurrahman bin Ya’mur, bahwasannya Rasulullah SAW bersabda: Haji
itu wukuf di Arafah. Barang siapa yang datang pada tanggal 10 Dzulhijjah
sebelum terbit fajar, sesungguhnya ia telah mendapatkan waktu yang sah (haji).
(HR. Ahmad dan ashhabus Sunan).
Wukuf dilakukan setelah shalat jama’ taqdim zhuhur dan ashar. Wukuf dapat
dilaksanakan dengan berjamaah atau sendiri-sendiri, dengan memperbanyak dzikir,
istighfar, dan do’a. Sesuai dengan sunnah Rasul, wukuf dilakukan dengan berjamaah
kemudian diberikan khutbah. Dalam wukuf, jama’ah haji tidak disyaratkan suci dari
hadats. Oleh karena itu wanita-wanita yang sedang haid atau nifas boleh melakukan
wukuf. Pelaksanaan wukuf jamaah yang sakit dilakukan dengan pelayanan khusus sesuai
dengan kondisi kesehatannya, yang penting berada di Arafah sebagaimana yang telah
diisyaratkan Rasul. Bagi yang tidak melakukan wukuf di Arafah -- apapun alasannya --
hajinya tidak sah. Berarti masih berkewajiban melaksanakan haji di tahun-tahun
berikutnya apabila memiliki kemampuan.
Thawaf Ifadhah
Thawaf adalah perbuatan mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali. Thawaf ada
empat macam yaitu thawaf rukun yang disebut thawaf ifadhah, sehingga apabila
ditinggallkan atau tidak dikerjakan hajinya tidak sah/batal. Sedangkan tiga yang lainnya
adalah thawaf qudum (thawaf selamat datang), thawaf wada’ (thawaf selamat tinggal)
yang oleh madzhab syafi’i dimasukkan sebagai wajib haji sehingga apabila ditinggalkan
dikenakan dam, serta thawaf Tathawwu’ atau thawaf sunah.
5. Adapun syarat-syarat orang yang melakukan thawaf adalah sebagai berikut :
a. Suci dari hadats (hadats kecil maupun besar) dan najis.
b. Menurut aurat.
c. Sempurna tujuh kali putaran. Apabila ragu mengenai jumlah putarannya maka
hitunglah jumlah yang sedikit, kemudian tambah putarannya sampai mencukupi
tujuh kali.
d. Thawaf dimulai dari hajar Aswad dan diakhiri pula di hajar Aswad.
e. Ka’bah berada di sebelah kiri orang yang thawaf, apabila berada di sebaliknya maka
thawafnya tidak sah.
f. Thawaf itu di luar Ka’bah dan masih berada di dalam Masjidil haram
Sa’i
Sa’i adalah berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali.
Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW, yang artinya:” Dari Habibah binti Abi Tajrâh –
salah seorang wanita dari Bani Abdi al-Dar—ia berkata, saya masuk ke rumah keluarga
Abî Husain bersama wanita qurays, kami melihat rasulullah sedang melakukan sa’i
antara Shafa dan Marwah......, lalu kami mendengar Rasulullah bersabda bersa’ilah
kalian, sesunggunya Allah telah mewajibkan atas kalian yaitu Sa’i (HR. Ibn Majah,
Ahmad dan Asy-Syafi’i).
Adapun syarat-syarat Sa’i adalah sebagai berikut:
a. Waktu sa’i hendaknya dilakukan setelah thawaf.
b. Sa’i hendaknya dilakukan tujuh kali.
c. Sa’i dimulai dari Shafa dan diakhiri di Marwah
Tahallul (Mencukur/Memotong rambut).
Mencukur rambut adalah salah satu rukun haji yang berfungsi sebagai bagian dari
tahallul (penghalal) terhadap beberapa hal yang diharamkan dalam haji.
Dalam mencukur rambut paling sedikit tiga helai rambut. Bagi wanita tidak perlu
mencukur rambut tetapi cukup memotong atau digunting. Hal ini didasarkan pada hadits
Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda ”
Semoga Allah merahmati orang-orang yang mencukur rambut (Muhallaqin), lalu para
sahabat bertanya apa juga termasuk orang yang memotong rambut ya Rasul, yang
6. diulang-ulang sampai tiga kali. Beliau pun mengulang jawaban sampai tiga kali, Allah
merahmati orang yang mencukur, baru beliau menjawab yang keempat kalinya, semoga
juga orang yang memotong rambut (muqashirin)”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Sebab dari diulang-ulangnya doa yang diucapkan Rasulullah bagi orang-orang
yang mencukur (muhallaqin), menandakan bahwa mencukur atau memotong rambut itu
wajib dilakukan, seperti hadits tersebut di atas. Hal itu juga diisyaratkan oleh al-Qur’an
dalam surat al-Fath (48) ayat 27. Adapun orang melakukan pemotongan itu haruslah
orang lain yang sudah haji atau sudah tahalul lebih dahulu.
Tertib Rukun
Menertibkan rukun artinya mendahulukan rukun yang semestinya lebih dahulu
dikerjakan. Seperti mendahulukan ihram dari rukun-rukun lain, mendahulukan wukuf di
Arafah daripada thawaf, mendahulukan Sa’i daripada bercukur (tahallul).
4. Wajib Haji
Wajib haji adalah ketentuan-ketentuan haji baik berupa perbuatan maupun
perkataan yang wajib dilaksanakan dalam ibadah haji, jika ditinggalkan hajinya tetap sah
tetapi wajib membayar dam (denda). Wajib haji itu meliputi Ihram dari miqat, mabit di
Muzdalifah, mabit di Mina, melempar jumrah, menjauhkan diri dari hal-hal yang
dilarang selama ihram, serta thawaf wada’.
1) Ihram dari Miqat.
Disini yang menjadi wajib haji adalah dari miqat-nya dan bukan ihramnya karena
ihram sendiri termasuk rukun haji. Yang dimaksud Miqat adalah tempat dan waktu
yang ditentukan untuk mengerjakan haji. Ihram dari miqat artinya niat haji dan atau
umrah dari miqat, baik miqat makani maupun miqat zamani. Diantara miqat makani
(tempat memulai ihram) adalah Bir Ali, Ji’ronah, Tan’im, dan Bandara King Abdul
’Aziz.
2) Mabit (bermalam) di Muzdalifah
Secara harfiah mabit berarti bermalam. Sedangkan menurut istilah, mabit di
muzdalifah adalah berada di Muzdalifah hingga lewat tengah malam, boleh dalam
kondisi jaga maupun tidur. Mabit di Muzdalifah dilakukan setelah wukuf di Arafah,
yaitu sesudah terbenam matahari tanggal 9 Dzulhijjah. Pada saat mabit di Muzdalifah
biasanya dipergunakan untuk mengambil kerikil sebanyak 49 buah atau 70 buah guna
7. melempar jumrah. Jamaah haji yang tidak melakukan mabit di Muzdalifah
diwajibkan membayar dam.
3) Melontar Jumrah
Melontar jumrah yaitu melontar tugu/jumroh yang telah ditentukan sebanyak tujuh
kali lontaran dengan menggunakan kerikil/batu kecil.
Pada tanggal 10 Dzulhijjah, melontar jumroh yang wajib dilakukan jamaah haji
hanyalah melontar jumroh ’aqabah sebanyak tujuh kali lontaran hingga mengenai
tugu aqabah atau minimal masuk pada kubangan yang ada pada tugu tersebut dengan
niat mengusir syaitan. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan tahallul awal yang
ditandai dengan pemotongan rambutnya oleh orang yang sudah berhaji guna
memperoleh halalnya semua larangan-larangan haji, selain larangan bersetubuh.
Adapun waktu yang syah untuk melontar dimulai setelah lewat tengah malam sampai
terbenam matahari, sedangkan waktu yang paling utama dalam melontar jumrah
Aqabah adalah waktu dhuha.
Sedangkan melontar jumroh yang disyariatkan pada tanggal 11, 12, dan 13
Dzulhijjah, pada setiap harinya ada tiga jumroh yaitu jumroh ula, jumroh wustha, dan
jumroh ’aqabah yang utamanya dilaksanakan sesudah tergelincir matahari (matahari
mulai condong ke barat). Masing-masing jumroh dilontar sebanyak tujuh kali, dengan
setiap lontaran satu kerikil. Melontar jumroh itu boleh hanya sampai pada tanggal 12
Dzulhijjah saja lalu kembali ke Mekkah yang disebut nafar awal. Dan bagi orang
yang ingin menyempurnakannya sampai tanggal 13 Dzulhijjah disebut nafar tsani.
4) Mabit (bermalam) di Mina.
Pada tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah diwajibkan bermalam di Mina atau berada di
Mina hingga lewat tengah malam. Bagi yang nafar awal boleh bermalam di Mina
hanya pada malam 11 dan 12 Dzulhijjah saja.
5) Menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang (muharramat).
Menjauhkan diri dari muharramat artinya meninggalkan atau menghindarkan diri dari
melakukan hal-hal yang terlarang dalam haji. Orang yang melanggar hal-hal yang
terlarang, wajib baginya membayar denda (dam).
6) Thawaf Wada’
8. Thawaf Wada’ (thawaf perpisahan) dilakukan ketika akan meninggalkan baitullah di
Mekkah. Cara melakukannya sama dengan thawaf yang lain, yaitu mengelilingi
Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran.
5. Sunah haji
Sunah haji adalah hal-hal yang dianjurkan untuk dilakukan dalam haji guna
kesempurnaan ibadah haji dan apabila ditinggalkan hajinya tetap syah. Adapun hal-hal
termasuk sunnah haji, yaitu:
1) Membaca talbiyah dengan suara nyaring bagi laki-laki dan dibaca dengan suara pelan
bagi perempuan. Waktu membacanya yaitu sejak ihram sampai saat melempar jumrah
’aqabah pada hari raya qurban. Lafadz talbiyah sebagai berikut:
ّـيبل ,ّـيكبل ّمهّلال ّـيكبللك شريك ال والملك لك عـمةّنال و الحمـد ّان ّـيكبل لـك شريـك ال ك
Artinya, “Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku datang memenuhi
panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, aku penuhi panggilan-Mu,
Sesungguhnya segala puji dan kebesarannya untuk-Mu. Tidak ada sekutu
bagi-Mu”.
2) Membaca shalawat dan do’a sesudah membaca talbiyah.
3) Melaksanakan thawaf qudum. Thawaf qudum disebut juga dengan thawaf talbiyah,
karena thawaf ini adalah thawaf penghormatan kepada Ka’bah.
4) Masuk ke Ka’bah (baitullah) dari Hijir Ismail. Hal ini sesuai hadits yang diriwayatkan
oleh Baihaqi.
6. Cara Mengerjakan Haji
Setiap orang yang menunaikan kewajiban rukun islam yang kelima,
sebenarnya tidak hanya wajib melaksanakan haji saja melainkan juga wajib
melaksanakan umroh, sehingga keduanya merupakan dua rangkaian ibadah yang tak
terpisahkan dalam haji. Karena
Sedangkan tata cara pelaksanaan ibadah haji dan umrah dapat dibagi 3 macam
cara pelaksanaan, yaitu :
a. Haji ifrad yaitu menunaikan haji terlebih dahulu kemudian umrah.
9. b. Haji tamattu yaitu menunaikan ibadah umroh terlebih dahulu kemudian ibadah haji
sampai selesai.
c. Haji iqran yaitu menggabungkan pelaksanaan ibadah haji dan umrah sekaligus dalam
satu rangkaian amalan haji.
B. UMRAH
Secara bahasa umrah berarti ziarah. Sedang menurut istilah umrah adalah ziarah
ke ka’bah, thawaf, sa’i dan tahallul. Atau dengan pengertian lain, bahwa umrah adalah
ibadah yang dilakukan dengan ihram dari miqat, kemudian thawaf, sa’i dan diakhiri
dengan tahallul (mencukur/mengunting rambut) serta dilakukan dengan tertib. Jika haji
hanya diwajibkan sekali dalam seumur hidup dan waktunya tertentu saja. Maka Umrah
dapat dikerjakan sewaktu-waktu di luar waktu mengerjakan haji.
Adapun syarat-syarat melakukan umrah adalah sebagai berikut :
1. Islam
2. Baligh (dewasa)
3. Berakal sehat
4. Merdeka, bukan hamba sahaya
5. Istitha’ah (mampu).
Selain syarat-syarat yang harus dipenuhi, dalam ibadah umrah juga ada rukun
dan wajib umrah. Rukun umrah meliputi:
1. Ihram
2. thawaf umrah
3. sa’i
4. bercukur
5. tertib melaksanakan
Rukun umrah tidak boleh ditinggalkan. Jika rukun umrah tidak dipenuhi maka
umrahnya tidak sah. Sedang yang menjadi wajib umrah adalah :
1. Ihram dari miqat
2. tidak berbuat yang diharamkan pada waktu melaksanakan ibadah umrah.
Apabila melanggar ketentuan wajib umrah, maka ibadah umrahnya tetap sah, tetapi yang
bersangkutan diharuskan membayar dam (denda).
10. Hal penting yang perlu diketahui adalah tata cara pelaksanaan umrah. Urutan
pelaksaan umrah adalah sebagai berikut :
1. Ihram dari miqat, kemudian shalat sunnah ihram.
2. Menuju ke Mekkah dengan membaca talbiyah.
3. Menuju ke Masjidil Haram, mengerjakan thawaf sebanyak tujuh kali putaran.
Setelah selesai thawaf disunnahkan shalat dua raka’at di maqam Ibrahim.
4. Setelah keluar menuju Shafa untuk mengerjakan sa’i sebayak tujuh kali yang
berakhir di bukit Marwah.
5. Setelah selesai sa’i, kemudian tahallul.
Ibadah Haji adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim yang mampu (istitha’a) untuk
mengunjungi Baitullah di Mekkah, sekali seumur hidup.
Syarat-syarat haji adalah: Islam, berakal sehat, baligh (dewasa), merdeka, bukan
hamba sahaya dan Istitha’ah (mampu).
Rukun haji meliputi: ihram, wukuf di Arafah, thawaf, sa’i, tahallul dan tertib.
Wajib haji meliputi: ihram dari miqat, mabit di Muzdalifah, mabit di Mina, melontar
jumroh ula, wustha dan ’aqabah, menjauhkan diri dari larangan (muharramat) dan
thawaf wada’.
Pelaksanaan ibadah haji dapat dilakukan dengan salah satu dari tiga cara, yaitu
tamattu’, ifrad dan qiran.
Dam berarti darah, maksudnya menyembelih binatang ternak sebagai denda
disebabkan melanggar larangan-larangan haji atau meninggalkan wajib haji.
Umrah adalah ziarah ke Mekkah dengan memenuhi syarat dan rukunnya. Syarat
umrah yaitu; Islam, baligh (dewasa), berakal sehat, merdeka, bukan hamba sahaya
dan istitha’ah (mampu. Sedang rukun meliputi: ihram, thawaf umrah tahallul dan
tertib. Sementara Wajib umrah adalah ihram dari miqat dan tidak berbuat yang
diharamkan pada waktu melaksanakan ibadah umrah.