makalah yang menjelaskan tentang 'AM dan KHASH, guna memenuhi tugas mata kuliah ULUMUL QUR'AN 2.
untuk lebih lengkapnya kunjungi blog saya di khusnulsawo.blogspot.com \(^o^)/
Dokumen tersebut membahas tentang perdebatan ulama mengenai kedudukan Rasm Al-Qur'an atau Rasm Al-Utsmani, yaitu apakah pola penulisan Al-Qur'an tersebut bersumber dari petunjuk Nabi Muhammad SAW (tawqifi) atau hanya hasil ijtihad para sahabat. Jumhur ulama berpendapat bahwa Rasm Al-Utsmani bersifat tawqifi, sedangkan sekelompok ulama lain berpendapat hanya bers
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengumpulan Al-Qur'an pada masa Khulafaur Rasyidin, khususnya pada masa Abu Bakar dan Utsman. 2. Pada masa Abu Bakar, Al-Qur'an diumpulkan oleh Zaid bin Sabit atas perintah Abu Bakar untuk mencegah hilangnya ayat-ayat akibat gugurnya banyak hafal Al-Qur'an. 3. Pada masa Utsman, Al-Qur'an disatukan d
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu aqsam al-Qur'an, termasuk definisi, jenis, dan contoh-contoh makhluk yang digunakan sebagai muqsam beserta hikmahnya. Pesan pentingnya adalah mengajak memahami pesan sumpah Allah dengan merenungkan muqsam bih-Nya serta mendalami nilai dan relevansi muqsam bih tersebut dalam kehidupan.
makalah yang menjelaskan tentang 'AM dan KHASH, guna memenuhi tugas mata kuliah ULUMUL QUR'AN 2.
untuk lebih lengkapnya kunjungi blog saya di khusnulsawo.blogspot.com \(^o^)/
Dokumen tersebut membahas tentang perdebatan ulama mengenai kedudukan Rasm Al-Qur'an atau Rasm Al-Utsmani, yaitu apakah pola penulisan Al-Qur'an tersebut bersumber dari petunjuk Nabi Muhammad SAW (tawqifi) atau hanya hasil ijtihad para sahabat. Jumhur ulama berpendapat bahwa Rasm Al-Utsmani bersifat tawqifi, sedangkan sekelompok ulama lain berpendapat hanya bers
1. Dokumen tersebut membahas tentang pengumpulan Al-Qur'an pada masa Khulafaur Rasyidin, khususnya pada masa Abu Bakar dan Utsman. 2. Pada masa Abu Bakar, Al-Qur'an diumpulkan oleh Zaid bin Sabit atas perintah Abu Bakar untuk mencegah hilangnya ayat-ayat akibat gugurnya banyak hafal Al-Qur'an. 3. Pada masa Utsman, Al-Qur'an disatukan d
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu aqsam al-Qur'an, termasuk definisi, jenis, dan contoh-contoh makhluk yang digunakan sebagai muqsam beserta hikmahnya. Pesan pentingnya adalah mengajak memahami pesan sumpah Allah dengan merenungkan muqsam bih-Nya serta mendalami nilai dan relevansi muqsam bih tersebut dalam kehidupan.
Dokumen tersebut membahas tentang poligami dalam pandangan hukum Islam, termasuk definisi, dasar hukum, syarat yang dibolehkan, dan hikmah adanya poligami.
Makalah ini membahas tentang manthuq dan mafhum dalam tafsir Al-Qur'an. Manthuq didefinisikan sebagai arti yang ditunjukkan oleh lafaz, sedangkan mafhum adalah arti yang dipahami dari ayat meskipun tidak secara langsung. Makalah ini menjelaskan pengertian dan macam-macam dari manthuq dan mafhum serta mafhum muwafaqah dan mukhalafah.
Teks tersebut membahas tentang tarikh tasyri' yang merupakan ilmu yang mempelajari perkembangan hukum Islam sejak zaman Rasulullah saw hingga sesudahnya. Tasyri' dapat bermakna penetapan hukum agama Islam, baik yang bersumber dari Allah maupun yang dibuat oleh manusia. Teks ini juga menjelaskan ruang lingkup, macam-macam, dan prinsip-prinsip penting dalam pembentukan hukum Islam seperti
Qiyas merupakan salah satu metode penggalian hukum Islam yang digunakan untuk menetapkan hukum bagi peristiwa-peristiwa yang tidak terdapat nashnya dalam Alquran dan Hadis. Qiyas dilakukan dengan membandingkan kasus yang belum diatur dengan kasus yang sudah diatur berdasarkan kesamaan alasan hukum (illat). Metode ini diterima oleh kebanyakan mazhab, sedangkan mazhab Zahiri dan Syi'ah Imam
Makalah ini membahas sejarah perkembangan ilmu tauhid mulai dari masa Nabi Muhammad sampai dinasti Umayyah. Pada masa Nabi, ilmu tauhid bersifat praktis dan penghayatan. Setelah itu, kontroversi politik menimbulkan berbagai aliran seperti Syi'ah dan Khawarij yang mempengaruhi perkembangan ilmu tauhid menjadi lebih teoritis.
Dokumen tersebut membahas tentang ijma' dan qiyas sebagai sumber hukum Islam. Ijma' didefinisikan sebagai kesepakatan para ulama muslim tentang suatu masalah hukum, sedangkan qiyas adalah menyamakan masalah baru dengan masalah lama berdasarkan persamaan alasan hukumnya. Kedua sumber hukum ini diakui oleh kebanyakan ulama sebagai sumber hukum yang sah selama tidak bertentangan dengan Al-
Sistem Pemerintahan Pada Masa Rasulullah SAW dan Khulafaur RasyidinIzzatul Ulya
Teks tersebut membahas sistem ketatanegaraan pada masa Nabi Muhammad SAW dan Khulafa ar-Rasyidin. Pada masa Nabi, dibentuk Negara Madinah berdasarkan Piagam Madinah sebagai konstitusinya. Nabi memegang peranan sebagai kepala negara sekaligus pemimpin agama. Sistemnya menerapkan kesejahteraan dan pembagian tugas pemerintahan. Pada masa Khulafa ar-Rasyidin, sistem tersebut berkembang dengan
Dokumen ini membahas definisi Al-Quran secara etimologi dan istilah, sejarah turunnya Al-Quran secara bertahap, hikmah turunnya secara berangsur-angsur, pengumpulan dan penulisan Al-Quran pada masa Nabi Muhammad SAW, Khulafaur Rasyidin, dan setelahnya.
Tarekat adalah sistem untuk mendekatkan diri kepada Allah yang melibatkan ilmu tasawuf dan bimbingan guru rohani. Tarekat bermula dari pengalaman mistik para sufi yang kemudian berkembang menjadi persaudaraan dengan aturan formal. Tujuan utamanya adalah membersihkan jiwa manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Makalah Masa Keemasan dan Kemunduran Fiqhfriskacaca
Makalah ini membahas masa keemasan dan kemunduran fiqih. Pada masa keemasan, fiqih berkembang pesat karena dukungan khalifah dan kebebasan berijtihad. Mazhab-mazhab besar seperti Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali muncul pada periode ini. Sedangkan masa kemunduran ditandai dengan bertaqleed yang berlebihan dan anggapan tutupnya pintu ijtihad.
Dokumen tersebut membahas tentang hukum lafadz mutlak dan muqayyad dalam tafsir Al-Quran. Ada empat kategori hubungan antara mutlak dan muqayyad, yaitu: (1) sama hukum dan sebab, (2) berbeda hukum dan sebab, (3) berbeda hukum tapi sama sebab, (4) sama hukum tapi berbeda sebab. Dokumen ini menjelaskan kondisi di mana mutlak dibawa ke muqayy
Kelompok Khawarij, Jabariyah, Qodariyah, Mu’tazilah, Syiah dan Murji’ah - Cop...Zukét Printing
Makalah ini membahas tentang beberapa aliran utama dalam Islam seperti Khawarij, Jabariyah, Qodariyah, Mu'tazilah, Syiah dan Murji'ah. Aliran-aliran tersebut muncul sejak permulaan perpecahan umat Islam akibat perselisihan politik antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah. Setiap aliran memiliki pandangan dan keyakinan tersendiri mengenai berbagai aspek agama seperti hukum syarak, dos
Dokumen tersebut membahas tentang poligami dalam pandangan hukum Islam, termasuk definisi, dasar hukum, syarat yang dibolehkan, dan hikmah adanya poligami.
Makalah ini membahas tentang manthuq dan mafhum dalam tafsir Al-Qur'an. Manthuq didefinisikan sebagai arti yang ditunjukkan oleh lafaz, sedangkan mafhum adalah arti yang dipahami dari ayat meskipun tidak secara langsung. Makalah ini menjelaskan pengertian dan macam-macam dari manthuq dan mafhum serta mafhum muwafaqah dan mukhalafah.
Teks tersebut membahas tentang tarikh tasyri' yang merupakan ilmu yang mempelajari perkembangan hukum Islam sejak zaman Rasulullah saw hingga sesudahnya. Tasyri' dapat bermakna penetapan hukum agama Islam, baik yang bersumber dari Allah maupun yang dibuat oleh manusia. Teks ini juga menjelaskan ruang lingkup, macam-macam, dan prinsip-prinsip penting dalam pembentukan hukum Islam seperti
Qiyas merupakan salah satu metode penggalian hukum Islam yang digunakan untuk menetapkan hukum bagi peristiwa-peristiwa yang tidak terdapat nashnya dalam Alquran dan Hadis. Qiyas dilakukan dengan membandingkan kasus yang belum diatur dengan kasus yang sudah diatur berdasarkan kesamaan alasan hukum (illat). Metode ini diterima oleh kebanyakan mazhab, sedangkan mazhab Zahiri dan Syi'ah Imam
Makalah ini membahas sejarah perkembangan ilmu tauhid mulai dari masa Nabi Muhammad sampai dinasti Umayyah. Pada masa Nabi, ilmu tauhid bersifat praktis dan penghayatan. Setelah itu, kontroversi politik menimbulkan berbagai aliran seperti Syi'ah dan Khawarij yang mempengaruhi perkembangan ilmu tauhid menjadi lebih teoritis.
Dokumen tersebut membahas tentang ijma' dan qiyas sebagai sumber hukum Islam. Ijma' didefinisikan sebagai kesepakatan para ulama muslim tentang suatu masalah hukum, sedangkan qiyas adalah menyamakan masalah baru dengan masalah lama berdasarkan persamaan alasan hukumnya. Kedua sumber hukum ini diakui oleh kebanyakan ulama sebagai sumber hukum yang sah selama tidak bertentangan dengan Al-
Sistem Pemerintahan Pada Masa Rasulullah SAW dan Khulafaur RasyidinIzzatul Ulya
Teks tersebut membahas sistem ketatanegaraan pada masa Nabi Muhammad SAW dan Khulafa ar-Rasyidin. Pada masa Nabi, dibentuk Negara Madinah berdasarkan Piagam Madinah sebagai konstitusinya. Nabi memegang peranan sebagai kepala negara sekaligus pemimpin agama. Sistemnya menerapkan kesejahteraan dan pembagian tugas pemerintahan. Pada masa Khulafa ar-Rasyidin, sistem tersebut berkembang dengan
Dokumen ini membahas definisi Al-Quran secara etimologi dan istilah, sejarah turunnya Al-Quran secara bertahap, hikmah turunnya secara berangsur-angsur, pengumpulan dan penulisan Al-Quran pada masa Nabi Muhammad SAW, Khulafaur Rasyidin, dan setelahnya.
Tarekat adalah sistem untuk mendekatkan diri kepada Allah yang melibatkan ilmu tasawuf dan bimbingan guru rohani. Tarekat bermula dari pengalaman mistik para sufi yang kemudian berkembang menjadi persaudaraan dengan aturan formal. Tujuan utamanya adalah membersihkan jiwa manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Makalah Masa Keemasan dan Kemunduran Fiqhfriskacaca
Makalah ini membahas masa keemasan dan kemunduran fiqih. Pada masa keemasan, fiqih berkembang pesat karena dukungan khalifah dan kebebasan berijtihad. Mazhab-mazhab besar seperti Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali muncul pada periode ini. Sedangkan masa kemunduran ditandai dengan bertaqleed yang berlebihan dan anggapan tutupnya pintu ijtihad.
Dokumen tersebut membahas tentang hukum lafadz mutlak dan muqayyad dalam tafsir Al-Quran. Ada empat kategori hubungan antara mutlak dan muqayyad, yaitu: (1) sama hukum dan sebab, (2) berbeda hukum dan sebab, (3) berbeda hukum tapi sama sebab, (4) sama hukum tapi berbeda sebab. Dokumen ini menjelaskan kondisi di mana mutlak dibawa ke muqayy
Kelompok Khawarij, Jabariyah, Qodariyah, Mu’tazilah, Syiah dan Murji’ah - Cop...Zukét Printing
Makalah ini membahas tentang beberapa aliran utama dalam Islam seperti Khawarij, Jabariyah, Qodariyah, Mu'tazilah, Syiah dan Murji'ah. Aliran-aliran tersebut muncul sejak permulaan perpecahan umat Islam akibat perselisihan politik antara Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah. Setiap aliran memiliki pandangan dan keyakinan tersendiri mengenai berbagai aspek agama seperti hukum syarak, dos
1. Dokumen tersebut membahas tentang hadits maudhu' atau hadits palsu, yaitu hadits yang dibuat-buat dan tidak benar-benar diucapkan oleh Nabi Muhammad. Dokumen ini menjelaskan pengertian, faktor munculnya, dan upaya ulama dalam mendeteksi hadits palsu.
Makalah ini membahas tentang masa keemasan dan kemunduran fiqih. Pada masa keemasan fiqih (abad ke-2 sampai pertengahan abad ke-4 H), semangat ijtihad sangat tinggi di kalangan ulama. Namun pada masa kemunduran fiqih (pertengahan abad ke-7 sampai abad ke-13 H), para ulama lebih banyak memberikan penjelasan terhadap kitab fiqih mazhab tanpa menguraikan tujuan ilmiahnya. Hal ini disebabkan kec
Makalah ini membahas mengenai pandangan ulama’ terhadap hadist Iftiraq Al Ummah, Perkembangan Islam setelah Khulafaur Rasyidin, Riwayat Hadist tentang Iftiraqu Ummati, Pandangan ulama terkait hadist Iftiraqu Ummati, Pandangan sunni terhadap hadist Iftiraqu Ummati.
Bahaya Fahaman Wahabi Dan Penjelasan Mengenainyaunderitan
1. Dokumen tersebut membahas tentang penjelasan mengenai fahaman Wahabi dan menjawab beberapa pertanyaan terkaitnya.
2. Istilah 'Wahabi' bukanlah sebuah istilah ejekan melainkan istilah ilmiah yang digunakan untuk menyebut kelompok yang mengikuti pemikiran Muhammad Abdul Wahab.
3. Tidak boleh sembarangan menuduh seseorang sebagai Wahabi hanya karena tidak melakukan beberapa
Buku ini memberikan penjelasan mengenai ajaran-ajaran Mazhab Syiah secara lengkap dan akurat berdasarkan pandangan para ulamanya. Tujuannya adalah untuk memperbaiki pemahaman mengenai Mazhab Syiah dan menciptakan kerukunan antar umat beragama.
Hadits maudlu' adalah hadits palsu yang dibuat oleh pendusta dengan tujuan politik, merusak Islam, atau fanatisme. Beberapa cara mengetahui hadits maudlu' adalah bertentangan dengan Alquran, berlebihan dalam pahala, dan pengakuan si pembuat. Para ulama ahli hadits berupaya menyingkap dan menjelaskan hadits maudlu' untuk menjaga kemurnian ajaran Islam.
Makalah ini membahas tentang ijtihad dan madzhab. Ijtihad didefinisikan sebagai pengerahan segala daya upaya untuk menemukan hukum secara rinci dari sumber-sumber syariat. Sedangkan madzhab didefinisikan sebagai pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh mujtahid dalam memecahkan masalah hukum Islam. Makalah ini juga menjelaskan latar belakang dan tujuan dibuatnya makalah ini.
Ada tiga kelompok utama yang menolak atau mengingkari sunnah Nabi saw sebagai sumber hukum Islam yaitu:
1) Khawarij, yang menolak hadis-hadis setelah peristiwa tahkim.
2) Syi'ah Itsna 'Asyariyah, yang hanya menerima hadis dari ahlul bait Nabi.
3) Sebagian ulama Mu'tazilah, yang menolak atau mengkritik hadis-hadis ahad atau yang bertentangan dengan mazhabnya.
Hadis maudhu' adalah pernyataan yang dibuat oleh seseorang kemudian dinisbahkan pada Nabi Muhammad SAW secara palsu. Hadis palsu mulai muncul ketika terjadi konflik politik di kalangan umat Islam. Umat Islam sepakat bahwa membuat dan menyebarkan hadis maudhu' secara sengaja adalah dilarang. Ciri-ciri hadis maudhu' antara lain bertentangan dengan Alquran, maknanya rusak, dan rawinya
Aliran Khawarij dan Murji'ah muncul karena perbedaan pandangan politik di kalangan umat Islam setelah kematian Nabi Muhammad. Khawarij menolak keputusan arbitrase antara Ali dan Muawiyah, sementara Murji'ah ingin menunda penilaian terhadap kesalahan agama besar. Kedua aliran ini kemudian membangun doktrin teologis tersendiri mengenai masalah iman dan dosa.
Makalah ini membahas tiga aliran utama dalam Islam yaitu Syi'ah, Khawarij, dan Mu'tazilah. Syi'ah muncul karena persoalan kekhalifahan setelah Nabi Muhammad wafat dan meyakini bahwa Ali dan keturunannya berhak atas jabatan tersebut. Khawarij muncul akibat perselisihan pendapat mengenai pembunuhan khalifah Utsman. Mu'tazilah hadir dengan gagasan rasionalisme agama dan me
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Universitas Negeri Jakarta banyak melahirkan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh didunia pendidikan. Beberapa diantaranya ada didalam file presentasi
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
1. MAKALAH
HADITS MAUDHU’
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
STUDI HADITS: METODOLOGI DAN TEMATIK
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Enizar, M. Ag
Oleh:
NAMA : IMAM SUSANTO
NPM : 1403691
JURUSAN : TARBIYAH
PRODI : PAI
PROGRAM PASCASARJANA (PPs) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
NEGERI (STAIN) JURAI SIWO METRO
1436 H / 2015 M
2. KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan mengucap puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT karena
berkat rahmat dan hidayah Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya.
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Studi Hadits: Metodologi dan Tematik, dengan pokok bahasan “Hadits
Maudhu’”
Penulis menyadari dalam membuat makalah ini banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan. Maka dari itu saran dan kritik sangat penulis harapkan
guna memperbaiki dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada
umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Metro, Maret 2015
Penulis
Imam Susanto
NPM. 1403691
3. DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
A. Pengertian Hadits Maudhu’.................................................................. 3
B. Motif dan Latar Belakang Pemalsuan Hadits....................................... 3
C. Dampak Pemalsuan Hadits .................................................................. 10
D. Ciri-ciri Hadits Maudhu’...................................................................... 10
E. Kitab yang Memuat Hadits Maudhu’................................................... 14
F. Upaya Penyelamatan Hadits dari Maudhu’ ......................................... 14
BAB III KESIMPULAN................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadis Nabi SAW sebagaimana telah diyakini- merupakan sumber
ajaran yang kedua bagi umat Islam. Kedudukannya sebagai sumber ajaran
agama, memiliki legitimasi langsung dari Allah Swt. melalui Al-Quran.
Bahkan disatu sisi Hadis memiliki kedudukan yang sejajar dengan Al-Quran,
mengingat antara keduanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu bangunan
pemahaman agama dan implementasi ajarannya.
Namun secara hierarkis posisi Hadis tetaplah berada dibawah Al-
Quran, sebagaimana dalam banyak ayat Al-Quran menggambarkan demikian.
Apalagi dilihat dari segi proteksi terdapat perbedaan yang mendasar antara
Hadis dengan Al-Quran, tidak seperti halnya Al-Quran, Hadis tidak memiliki
garansi langsung dari Allah SWT atas pemeliharaanya. Sehingga sangat
memungkinkan terjadinya penyelewengan dan pemalsuan.
Masalah hadits maudhu atau hadits palsu berawal dari pertentangan
politik yang terjadi pada masa khalifah Ali Bin Abi Thalib yang berujung
pada pembuatan hadits-hadits palsu yang tujuannya adalah untuk
mengalahkan lawan dan mempengaruhi orang-orang tertentu. Akibat
perpecahan politik ini, hampir setiap golongan membuat hadits maudhu untuk
memperkuat golongannya masing-masing.
Ulumul hadits merupakan suatu ilmu pengetahuan yang komplek dan
sangat menarik untuk diperbincangkan, salah satuanya adalah mengenai
hadits maudhu yang menimbulkan kontrofersi dalam keberadaannya. Suatu
pihak menanggapinya dengan apa adanya, ada juga yang menanggapinya
dengan beberapa pertimbangan dan catatan, bahkan ada pihak yang
menolaknya secara langsung.
5. B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hadits maudhu’ ?
2. Apa motif dan bagaimana latar belakang timbulnya pemalsuan hadits ?
3. Apa dampak dari pemalsuan hadits ?
4. Bagaimana ciri-ciri hadits maudhu’ ?
5. Apa nama kitab yang memuat hadits maudhu’ ?
6. Bagaimana upaya penyelamatan hadits dari maudhu’ ?
6. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadits Maudhu’
Pengertian Hadits maudhu’ secara etimologis (kebahasaan) adalah berasal
dari kata wado`a-yado`u. Kata wado’a memiliki beberapa makna diantaranya:
menggugurkan, meninggalkan, mengada-ada, dan membuat-buat. Maudu’
berasal dari isim maf’ul dari وضع يضع وضعا menurut bahasa seperti
(meletakkan atau menyimpan).1
Sedangkan pengertian Hadits maudu’ secara
terminologi (istilah) adalah Sesuatu yang dinisbatkan kepada rasulullah SAW
secara mengada-ada dan dusta, yang tidak beliau sabdakan, beliau kerjakan
ataupun beliau taqrirkan.2
Dapat disimpulkan bahwa hadits maudu’ adalah
hadits palsu yang dibuat-buat dan mengatasnamakan Nabi SAW.
B. Motif dan Latar Belakang Pemalsuan Hadits
Banyak pendapat yang telah diungkapkan oleh para ahli mengenai motif
dan latar belakang pemalsuan hadits. Satu pendapat mengatakan bahwa
pemalsuan Hadis telah terjadi sejak zaman Rasulullah Saw. Adapula yang
berpendapat bahwa pemalsuan Hadits mulai terjadi pada tahun 40 Hijriah.
Sedangkan pendapat lainnya menyatakan bahwa pemalsuan Hadis baru
terjadi pada akhir abad kesatu Hijriah.3
Ada pula pendapat yang mengatakan
bahwa pemalsuan hadits sejak zaman Rasulullah SAW tidak mungkin terjadi,
apalagi jika dilakukan oleh para sahabat, sangat tidak logis. Ia
menggambarkan bagaimana perjuangan para sahabat mendampingi
Rasulullah SAW berkorban dengan harta dan jiwa demi tegaknya agama
Allah SWT serta menghadapi berbagai siksaan. Disamping itu para sahabat
hidup dibawah bimbingan Rasulullah SAW dan mereka menjalani hidup
1
Munzier Suprapto, Utang Ranuwijaya. Ilmu Hadits. Jakarta: Raja Grapindo Persada,
1993, h. 191.
2
Muhamad `Ajjaj Al-khsthib. Ushul al-hadits.terj.H.M. Qadirun dan Ahmad Musyafiq.
Jakarta: Gaya Media Pratama, tt. h.352.
3
Mohamad Najib. Pergolakan Politik Umat Islam dalam Kemunculan Hadits Maudhu’.
Bandung, 2001, hal. 49
7. dengan penuh ketaqwaan. Sehingga tidak mungkin jika ada salah seorang
diantara mereka yang melakukan kedustaan atas nama Rasulullah SAW
Sementara pendapat lainnya menyebutkan bahwa Hadis Mauḍū’ telah
muncul sejak masa kekhalifahan ‘Uṡmān bin ‘Affān. Diantara yang
berpendapat demikian adalah Akram al-Umari, Abū Syuhbah, dan Abū Zahu4
.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan oleh para ahli, setidaknya dapat
dideskripsikan adanya beberapa faktor yang melatar belakangi dan motif
kemunculan Hadis Mauḍū’.
1. Pertentangan Politik Umat Islam
Apabila saat ini kita menyaksikan perpecahan dalam tubuh umat Islam
didominasi oleh perbedaan-perbedaan pemikiran dalam masalah-masalah
keagamaan. Pada mulanya justru perpecahan muncul bukan dalam ranah
teologi, melainkan dalam ranah politik. Namun tidak memerlukan waktu
yang lama perpecahan itu merambat pada aspek-aspek yang lain.5
Sebagaimana telah banyak dikemukakan didalam referensi-referensi
sejarah politik Islam, sejak masa kekhalifahan ‘Uṡmān hingga masa
kekhalifah ‘Alī bin Abī Ṭālib umat Islam mengalami perpecahan.
Pertentangan diantara umat islam timbul setelah terjadinya pembunuhan
terhadap khalifah Usman bin Affan oleh para pemberontak dan
kekhalifahan digantikan oleh Ali bin Abi Thalib.6
Sehingga umat Islam
terbagi kepada beberapa kelompok, diantara kelompok tersebut adalah
kelompok pendukung ‘Alī bin Abī Ṭālib (Syi’ah), kelompok pendukung
Mu’āwiyah, kelompok pendukung ‘Alī bin Abī Ṭālib yang melakukan
desersi (Khawārij), dan kelompok yang tidak berpihak kepada ketiga
kelompok tersebut (Jumhur al-Muslimin).
4
Ibid. hal. 51
5
Harun Nasution. Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan. Jakarta,
1986, hal. 3.
6
M. Solahuddin. Ulumul Hadits. Bandung: Pustaka Setia, 2009. h. 176.
8. Untuk mendukung golongannya masing-masing, mereka membuat hadits
palsu, yang pertama yang paling banyak membuat hadits Maudhu’ adalah
golongan Syiah (Pendukung Ali).7
ِهِمْلِع يِف َْميِها َْربِإ ىَلِإ َو ُها َوْقَت ىِف ٍح ْوُن ىَلِإ َو ِهِمْلِع ىِف َمَدَا ىَلإ َرُظْنَي ْنَأ َدا َرَا ْنَم
ىَس ْوُم ىَلِإ َوِيِلَع ىَلِإ ْرُظْنَيْلَف ِهِتَداَبِع يِف ىَسْيِع ىَلِإ َو ِهِتَبْيَه ىِف
“ Barang siapa tyang ingin melihat Adam tentang ketinggian ilmunya,
ingin melihat Nuh tentang ketakwaannya, ingin melihat Ibrahim tentang
kebaikan hatinya, ingin melihat Musa tentang kehebatannya, ingin melihat
isa tentang ibadahnya, hendaklah melihat Ali”.
ُه ْوُلُتْقاَف َهَيِواَعُم ْمُتْيَأر َذِإ
Apabila kamu melihat Muawiyyah atas mimbarku, bunuhlah dia.
Demikian pula kelompok pendukung Mu’āwiyah, orang-orang fanatik
diantara mereka tidak luput dari pemalsuan Hadis dalam rangka mencari
pembenaran atas kebijakan politik Mu’āwiyah yang bersebarangan dengan
sikap politik kelompok lain.8
Diantara Hadis yang mereka ciptakan
misalnya:
اَثَالَث ُءَانَمُألُةَيِواَعُم َو ُلْي ِْرب ِج َو َانَأ :ٌة
Orang yang terpercaya itu ada tiga, yaitu Aku, Jibril Dan Muawwiyah.
Sementara mengenai kelompok Khawārij, masih menjadi perbedaan
pendapat dikalangan ahli terkait partisipasinya dalam memunculkan
Hadis-hadis palsu. Sebagian berpendapat bahwa sekalipun mereka
termasuk kelompok pengikut hawa nafsu, dalam hal perkataan mereka
tetap yang paling benar dan paling ṣaḥīḥ Hadisnya. Apalagi mereka
memiliki keyakinan bahwa pelaku dosa besar adalah kafir. Sedangkan
perbuatan dusta termasuk kedalam kategori dosa besar. Disamping itu
7
M. Hasbi Ash-Shiddiqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Jakarta: Bulan Bintang,
1987, h. 246.
8
Mohamad Najib. Op.Cit. hal. 95
9. tidak ada riwayat yang secara tegas menunjukan keterlibatan mereka
dalam menciptakan Hadis palsu.
Namun beberapa riwayat menunjukan pengakuan seorang tokoh Khawārij
bahwa ia membuat Hadis. Sebagaimana riwayat berikut:
فانظروا دين الحديث هذا إن :الخوارج من رجل لي قال الكريم عبد عن
حديث فى جعلناه أمرا هوينا إذا اكن اإن دينكم تأخذون من عن
Dari ‘Abdu al-Karīm, telah berkata kepadaku salah seorang dari
kelompok Khawārij: Sesungguhnya Hadis ini adalah bagian dari agama,
maka perhatikanlah dari mana Anda mengambil ajaran agamamu.
Sesungguhnya jika aku berkeinginan terhadap sesuatu, maka aku jadikan
sesuatu itu kedalam Hadis.9
2. Musuh-musuh Islam
Golongan ini adalah dari golongan Zindiq, Yahudi, Majusi, dan Nasrani
yang senantiasa menyimpan dendam terhadap agama Islam. Mereka tidak
mampu untuk melawan kekuatan Islam secara terbuka maka mereka
mengambil jalan yang buruk ini. Mereka menciptakan sejumlah besar
hadits Maudhu’ dengan tujuan merusak ajaran Islam. Sejarah
mencatatAbdullah Bin Saba’ adalah seorang Yahudi yang berpura-pura
memeluk Agama Islam. Oleh sebab itu, dia berani menciptakan hadits
Maudhu’ pada saat masih banyak sahabat utama masih hidup. Diantara
hadits Maudhu’ yang diciptakan oleh orang-orang zindiq tersebut, adalah:
َةَاشُمْال ُقِناَعُي َو َانَبْكُّالر ُحِفاَصُي ,ٍق َر ْوَا ٍلَمَج ىَلَع ًةَّيِشَع َانُّب َر ُل ِزْنَي
Tuhan kami turunkan dari langit pada sore hari, di Arafah dengan
bekendaraan Unta kelabu, sambil berjabatan tangan dengan orang-orang
yang berkendaraan dan memeluk orang-orang yang sedang berjalan.
ٌةادَبِع ِلْيِمَجْال ِهْج َوْال ىَلِإ ُرْظَّنال
Melihat (memandang) muka yang indah adalah ibadah.
9
Ibid, hal. 117
10. 3. Fanatisme Kebangsaan
Pada masa pemerintahan Banī Umayyah, sebagian penguasa diantara
mereka memiliki sikap fanatik terhadap bangsa Arab. Sehingga kalangan
non-Arab merasakan sikap rasis dan terdorong untuk mengadakan sebuah
gerakan dengan tujuan untuk menunjukan persamaan mereka dengan
bangsa Arab. Bahkan orang-orang yang fanatik diantara mereka terdorong
pula untuk menciptakan Hadis demi mengangkat martabat mereka
dihadapan bangsa Arab. Faktor inilah yang juga merupakan salah satu
alasan yang mendorong mereka untuk membuat hadits-hadits palsu, di
antaranya adalah sebagai berikut :
ةبالفارسي العرش حول ذينال كالم إن
“Sesungguhnya kalam mereka yang ada disekitar ‘Arasy adalah dengan
bahasa Parsi”.
الوحي أنزل رضي وإذا ةبالعربي الوحي أنزل غضب إذا هللا إن
ةبالفارسي
“Sesungguhnya Allah itu apabila marah Dia menurunkan wahyu dalam
bahasa Arab, dan apabila ridha, Dia menurunkan wahyu dalam bahasa
Persia”.10
Sebagai balasan, etnis lain juga membuat hadits palsu, yakni :
وكال الخوزية الشياطين وكالم الفارسية هللا إلى الكالم أبغضأهل م
أهل وكالم البخارية النار.العربية الجنة
“Bahasa yang paling dibenci oleh Allah adalah bahasa Persia, bahasa
Setan adalah bahasa Khauzi, bahasa penghuni neraka adalah bahasa
Bukhara, dan bahasa penghuni surga adalah bahasa Arab”.
10
Hasbi Ash-Shiddieqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Semarang, 2010, h. 194
11. 4. Fanatisme Keimaman Perbedaan Madzhab Fiqih dan Teologi
Selain fanatisme kebangsaan, pada abad ketiga Hijriah kemunculan Hadis
palsu dipicu pula oleh adanya sikap fanatik terhadap Imam tertentu. Para
pengikut madzhab fiqih dan pengikut ulama` kalam, yang bodoh dan
dangkal ilmu agamanya, membuat pula hadits-hadits palsu untuk
menguatkan paham pendirian imannya. Kalangan jahil yang fanatik
terhadap Imam Abū Ḥanīfah misalnya menciptakan Hadis yang berbunyi:
إب من تيأم على أضر إدريس ابن دمحم له يقال رجل تيأم في يكون.ليس
يكونتيأم سراج هو حنيفة أبو له يقال رجل تيأم في
“Akan ada pada umatku seseorang bernama Muḥammad bin Idris yang
lebih berbahaya daripada iblis. Akan ada dari umatku seseorang bernama
Abū Ḥanīfah yang merupakan pelita bagi umatku”.
Disamping kelompok fanatis terhadap Imam Abū Ḥanīfah, kelompok
pengikut imam yang lain terlibat pula dalam memalsukan Hadis untuk
membela dan membagus-baguskan kedudukan Imam yang diikutinya.
Disamping itu, pemalsuan Hadis terjadi pula dalam perbedaan pandangan
dalam persolan fikih. Misalnya orang-orang jahil yang menganggap tidak
sahnya shalat dengan mengangkat kedua tangan, memunculkan Hadis
Mauḍū’ yang isinya:
له صالة فال الصالة في يديه رفع من
“Barangsiapa yang mengangkat kedua tangannya ketika shalat, maka
tidak ada shalat baginya”.11
5. Para Pendongeng (Pembuat Cerita Fiktif)
Pada masa-masa akhir pemerintahan Khulafaurrasyidin muncul kelompok-
kelompok pendongeng dan penasehat yang jumlahnya terus bertambah
pada masa-masa selanjutnya di masjid-masjid kekuasaan Islam. Sebagian
dari pendongeng itu mengumpulkan banyak orang kemudian membuat
hadits untuk menggugah perasaan mereka dengan berdusta
11
M. Solahuddin. Op. Cit, h. 180
12. mengatasnamakan Rasulullah SAW. Demikianlah yang dilakukan oleh
sebagian tukang cerita, mereka memunculkan hadis-hadis palsu demi
menarik perhatian pendengarnya. Selain bertujuan agar cerita mereka
didengar, sebagian melakukannya demi memperoleh upah yang banyak.
Sebagai contoh perilaku membuat-buat hadis yang dilakukan oleh tukang
cerita misalnya:
من وريشه ذهب من منقاره طيرا كلمة كل من هللا خلق هللا إال إله ال قال من
مرجان
“Barangsiapa yang membaca “Lā ilāha illallāh”, maka Allah akan
menciptakan dari setiap katanya seekor burung, yang paruhnya dari emas
dan bulunya dari marjan”.
6. Sikap Menjilat Kepada Penguasa
Terdapat pula latarbelakang pemalsuan hadis yang diakibatkan
tertanamnya sikap menjilat. Hal itu dilakukan demi menyenangkan hati
penguasa dan memperoleh penghargaan darinya. Seperti kisah Ghiyats Bin
Ibrahim An-Nakha’i yang datang kepada Amirul mukminin Al-Mahdi,
yang sedang bermain merpati. Lalu ia menyebutkan hadis bahwa Nabi
SAW pernah bersabda :
ٍاحَنَج ْوَأ ٍرِفاَح ْوَأ ٍٍّفُخ ْوَأ ٍلْصَن ْيِف َّالِإ ََقبَس َال
Tidak ada perlombaan, kecuali dalam anak panah, ketangkasan,
menunggang kuda, atau burung yang bersayap.
Ia menambahkan kata, ‘atau burung yang bersayap’, untuk meyenagkanAl-
Mahdi, lalu Al-Mahdi memberinya sepuluh dinar. Setelah ia berpaling,
sang Amir berkata, “Aku bersaksi bahwa tengkukmu adalah tengkuk
pendusta atas nama Rasulullah SAW.” Lalu memerintahkan untuk
menyembelih merpati itu.12
12
Hasbi Ash-Shiddieqy. Op. Cit, h. 197
13. C. Dampak Pemalsuan Hadits
Pengaruh dan dampak dari hadits-hadits palsu yang banyak beredar di
tengah masyarakat kita memberi dampak dan sangat buruk pada masyarakat
Islam diantaranya:
1. Penyimpangan dalam beribadah
2. Munculnya ibadah-ibadah dan keyakinan yang salah
3. Matinya sunnah.
D. Ciri-ciri Hadits Maudhu’
Para ulama` muhadditsin, disamping membuat kaidah-aidah untuk
mengetahui hadis sahih, hasan, atau dhaif, mereka juga menentukan ciri ciri
untuk mengetahui ke-maudhu`-an suatu hadits. Kepalsuan suatau hadits dapat
dilihat pada kriteria yang terdapat pada sanad dan matan.
1. Ciri-ciri yang terdapat pada sanad
Dari segi sanad, ke-mauḍū’-an dapat diketahui melalui beberapa indikasi,
yaitu:
a. Pengakuan dari pembuatnya
Para muḥaddiṡīn menilai, pengakuan seorang rawi merupakan indikasi
yang paling kuat untuk menetapkan ke-mauḍū’-an suatu Hadis. Seperti
pangakuan seorang guru taswwuf, ketika ditanya oleh Ibnu Ismail
tentang keutamaan ayat ayat al-qur`an, maka dijawab, “tidak seorang
pun yang meriwayatkan hadits ini kepadaku. Akan tetapi, kami melihat
manusia membenci Al-qur’an, kami ciptakan untuk mereka hadits ini
(tentang keutamaan ayat-ayat Al-Qur’an), agar mereka menaruh
perhatian untuk mencintai Al-Qur’an”.13
b. Rawi tersebut terkenal berdusta
Apabila suatu Hadis diriwayatkan oleh seorang rawi yang telah dikenal
sebagai pendusta dan tidak ada rawi lain yang meriwayatkan Hadis
tersebut, maka sudah dapat dipastikan bahwa Hadisnya itu palsu.
Sebagai contoh misalnya Hadis berikut:
13
M. Agus Solahudin, Agus Suyadi. Ulumul Hadits. Bandung: Pustaka Setia, 2009, h. 182
14. والفقهاء األمراء ,اسٍّنال صلح صلحا إذا تىٍّمأ من صنفان
Dua kelompok dari umatku apabila keduanya beres, niscaya bereslah
manusia seluruhnya, ialah ‘Umara dan Fukaha.14
Hadis ini dinilai mauḍū’, karena pada sanad Hadis ini, seorang rawi
bernama Muḥammad bin Ziyād dinyatakan sebagai pendusta dan
pemalsu Hadis oleh para ulama seperti Aḥmad Ibn Mu’in, dan
Dāruquṭni.15
c. Kenyataan sejarah mereka tidak mungkin bertemu
Misalnya ada pengakuan seorang rawi bahwa ia menerima hadits dari
seorang guru, padahal ia tidak pernah bertemu dengan guru tersebut
atau ia lahir sesudah guru tersebut meninggal. Adapun contoh kasus
rawi yang tidak sempat bertemu misalnya pengakuan Ma’mun Ibn
Aḥmad al-Sarawy kepada Ibn Hibban, bahwa ia menerima Hadis dari
Hisyām Ibn ‘Amr yang berada di kota Syām. Padahal ia (Ma’mun) pergi
ke Syām pada tahun 250 H, sedangkan Hisyām telah wafat pada tahun
245 H.16
2. Ciri-ciri yang terdapat pada matan
Selain dari segi sanad, terdapat pula indikasi ke-mauḍū’-an suatu Hadis
yang ditunjukan oleh matan. Dilihat dari segi matan, ke-mauḍū’-an
suatu Hadis dapat dilihat dari beberapa indikasi yaitu:
1. Kejanggalan Redaksi
Apabila redaksi suatu Hadis tidak mencerminkan sebagai ucapan
Rasulullah Saw., tidak memiliki rasa bahasa seperti halnya bahasa
Rasulullah Saw., atau redaksinya rancu dan kacau, maka faktor
tersebut dapat dijadikan sebagai tolok ukur ke-mauḍū’-annya.
Indikasi yang pertama ini tentu hanya dapat diketahui oleh para
pakar bahasa. Sebagai contoh adalah Hadis berikut:
14
A. Zakarya. Al-Hidayah. Garut, ttp, th, h. 266
15
Ibid
16
Hasbi Ash-Shiddieqy. Op. Cit, h. 185
15. ب و سكرانا القبر دخل سكران وهو ٍّنيادال فارق منارٍّنال إلى به وأمر من عث
جبل إلى سكراناسكران له يقال...
Barangsiapa yang meninggal dunia dalam keadaan mabuk, maka ia
akan memasuki alam kubur dalam keadaan mabuk, dibangkitkan
dalam keadaan mabuk, kemudian diperintahkan masuk kedalam
neraka dan hidup dalam keadaan mabuk, dan ditempatkan di suatu
gunung yang disebut gunung mabuk….17
2. Kerusakan Makna
Yaitu apabila redaksinya bertentangan dengan akal sehat dan norma
agama. Sebagai contoh:
شيئ ٍّلك من شفاء الباذنجان
Terong adalah obat bagi segala penyakit
ٍّإنمنها نفسها فخلق فعرقت فأجراها الفرس خلق هللا
Sesungguhnya Allah menciptakan kuda betina, kemudian Dia
memacunya, lalu berpeluklah kuda itu, kemudian Allah menciptakan
diri-Nya darinya.18
3. Kontradiktif dengan Al-qur’an dan Hadits Mutawatir
Sebagai contoh riwayat yang berindikasi mauḍū’ dikarenakan
bertentangan dengan nash Al-Quran, Hadis Mutawwatir,
sebagaimana riwayat-riwayat berikut:
ٍاءَنْبأ ِةَعْبٍّس ىَلِإ َةَّنَجال ُلُخ ْدَيَال اَنٍِّالز ُدَلَو
Anak zina itu tidak dpat masuk syurga sampai tujuh turunan.
Makna hadits diatas bertentangan dengan kandungan Q. S. Al-
An’am: 164 yaitu:
ىَرْخُأَرْزِو ٌةَر ِازَو ُر ِزَتَالَو
17
Mohamad Najib. Op.Cit. h. 67
18
Hasbi Ash-Shiddieqy. Op. Cit, h. 186
16. Dan seorang yang berdosa tidak akanmemikul dosa orang lain.
أ لم أم به ٍّثتدح ,فخذوابه ٍّالحق يوافق بحديث يٍّنع حدثتم إذاٍّثدح
Apabila diriwayatkan suatu Hadis yang sesuai dengan kebenaran,
maka ambilah, baik aku mengatakannya maupun tidak.
Hadis ini bertentangan dengan Hadis lain yang keshahihannya tidak
dapat diragukan lagi (Hadis Mutawwatir), yaitu Hadis yang
berbunyi:
كذب منارٍّنال من مقعده أٍّفليتبو داٍّممتع ٍّعلي
Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, maka
hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka.(HR. Bukhari)19
4. Bersifat Politis dan Ta’aṣub
Terdapat banyak riwayat yang kontennya terkesan bersifat
membagus-baguskan atau menjelek-jelekan golongan (partai)
tertentu. Sebagai contoh:
ثمرتها والحسين والحسن لقاحها ٍّوعلي فرعها أو أصلها فاطمة و شجرة أنا
ا فى قاحٍّلوال والفرع األصل عدن ةٍّنج من أصلها فالشجرة ورقها وشيعتناةٍّنلج
Aku adalah pohonnya, Fātimah adalah akar dan cabangnya, Alī
adalah intisarinya, al-Hasan dan al-Husain adalah buahnya, kaum
Syi’ah adalah daunnya. Pohon dan akar berasal dari syurga ‘Adn.
Pangkal, cabang, intisari, daun dan buahnya, semuanya berada di
syurga.20
5. Menerangkan suatu pahala yang sangat besar terhadap perbuatan-
perbuatan yang sangat kecil, atau siksa yang sangat besar terhadap
perbuatan yang kecil.21
Contohnya:
ِةَّنَجْلا ىِف ُهُد ْوُل ْوَمَو َوُه ََانك ،ًادَّمَحُم ُهاَّمَسَف ٌدَلَو ُهَل َدِلُو ْنَم
19
Ibid. h. 188
20
Mohamad Najib. Op.Cit. h. 72
21
M. Solahuddin. Op. Cit. h. 186
17. Barangsiapa mengucapkan tahlil (la ilaha illallh) maka Allah
menciptakan dari kalimat itu seekor burung yang mempunyai 70.000
lisan, dan setiap lisan yang mempunyai 70.000 bahasa yang dapat
memintakan ampun kepadanya.
E. Kitab yang Memuat Hadits Maudhu’
Para ulama muhaditsin, dengan menggunakan berbagai kaidah studi kritis
hadits, berhasil mengumpulkan hadits-hadits maudhu’ dalam sejumlah karya
yang cukup banyak, di antaranya;22
1. Kitab Al-Mabda’ (karya Ishaq Bin Bisyr)
2. Kitab Ahwalu Yaumil Qiyamah (karya Mujasyi’ Bin Amr)
3. Kitab Kitabul Asrar Was Sirrul Iskar, Mathiyatun Naqli Wa Athiyatul Aqli,
Al-Farqu Bainas Shufi Wal Faqir, Jamhatun Nuha Fi Lamhatil Maha
(karya Muhammad Bin Ibrahim)
4. Kitab As-Suruj Wal Lijam, Gharibul Quran, Al-Muqtabas (karya
Muhammad Bin Hasan Bin Duraid)
5. Kitab Al-Mukhtalif Wal Mu’talif, Al-Mansyur (karya Muhammad Bin
Thahir).
F. Upaya Penyelamatan Hadits dari Maudhu’
Pemalsuan hadis dalam pentas sejarah perkembangan Islam merupakan
kenyataan yang tak dapat terelakkan. Hal ini memiliki implikasi yang sangat
besar bagi pemahaman umat Islam. Oleh karena itu, upaya pemberantasan
pemalsuan hadis dipandang merupakan suatu keniscayaan, di samping
pemeliharaan terhadap otentisitasnya. Dalam rangka memberikan solusi
terhadap persoalan pemalsuan hadis yang muncul, ulama telah menawarkan
konsep-konsep dasar yang bersifat metodologis yang memungkinkan secara
akurat mampu mendeteksi pemalsuan hadis tersebut. Artinya, prosedur yang
22
Iqra’ Firdaus, Moh. Fathor Rois. Para Pemalsu Hadits. Yogyakarta: DIVA Press, 2014,
h. 88-117
18. ditempuh dalam menerima hadis adalah berupa pengujian dan penelitian
hadis sebagai upaya mengatasi pemalsuan hadis adalah sebagai berikut: 23
1. Pembukuan Hadits dan Mengukuhkan hadits-hadits;
2. Meneliti sanad hadits;
3. Meneliti rawi hadits dalam menetapkan status kejujurannya/menghimpun
biografi para periwayat hadits;
4. Menetapkan kaidah-kaidah umum untuk mengklasifikasikan hadits/
perumusan istilah-istilah hadits;
5. Pembentukan ilmu-ilmu hadits.
23
Mustafa Al-Siba’i. Al-Sunnah; Makanatuha fi al-tasyri al-Islamy, terjemahan Djafar
Abd. Muchith, Al-Hadis Sebagai Sumber Hukum, Bandung: Dipanegoro, 1993, h. 143-154
19. BAB III
KESIMPULAN
Hadits maudhu’ adalah hadits palsu yang dibuat-buat b dan
mengatasnamakan Nabi SAW. Faktor-faktor yang melatarbelakangi hadits
maudhu, yaitu: 1) Pertentangan politik umat Islam, 2) Musuh-musuh Islam,
3) Fanatisme kebangsaan, 4) Fanatisme Keimaman Perbedaan Madzhab Fiqih dan
Teologi, 5) Para Pendongeng (Pembuat Cerita Fiktif), 6) Sikap Menjilat Kepada
Penguasa.
Dampak dari pemalsuan hadits adalah penyimpangan dalam beribadah,
munculnya ibadah-ibadah dan keyakinan yang salah, matinya sunnah. Sedangkan
ciri-ciri hadits maudhu’ ada dua yaitu terdapat pada sanad (pengakuan dari
pembuatnya, Rawi tersebut terkenal berdusta, dan kenyataan sejarah mereka tidak
mungkin bertemu) dan terdapat pada matan (kejanggalan redaksi, kerusakan
makna, kontradiktif dengan Al-qur’an dan hadits mutawatir, bersifat politisi dan
ta’asub, serta menerangkan suatu pahala yang sangat besar terhadap perbuatan-
perbuatan yang sangat kecil, atau siksa yang sangat besar terhadap perbuatan yang
kecil).
Upaya penyelamatan hadits dari maudhu’ adalah menggunakan pengujian
dan penelitian yaitu: Pembukuan Hadits dan Mengukuhkan hadits-hadits, meneliti
sanad hadits, meneliti rawi hadits dalam menetapkan status
kejujurannya/menghimpun biografi para periwayat hadits, menetapkan kaidah-
kaidah umum untuk mengklasifikasikan hadits/ perumusan istilah-istilah hadits,
pembentukan ilmu-ilmu hadits.
20. DAFTAR PUSTAKA
Al-khathib Muhamad `Ajjaj. Ushul al-hadits.terj.H.M. Qadirun dan Ahmad
Musyafiq. Jakarta: Gaya Media Pratama,tt
Ash-Shiddiqy M. Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Jakarta: Bulan
Bintang, 1987
A. Zakarya. Al-Hidayah. Garut, ttp, th
Harun Nasution. Teologi Islam; Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan.
Jakarta, 1986
Hasbi Ash-Shiddieqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Semarang, 2010
Iqra’ Firdaus, Moh. Fathor Rois. Para Pemalsu Hadits. Yogyakarta: DIVA Press,
2014
Mohamad Najib. Pergolakan Politik Umat Islam dalam Kemunculan Hadits
Maudhu’. Bandung, 2001
Munzier Suprapto, Utang Ranuwijaya. Ilmu Hadits. Jakarta: Raja Grapindo
Persada, 1993
Mustafa Al-Siba’i. Al-Sunnah; Makanatuha fi al-tasyri al-Islamy, terjemahan
Djafar Abd. Muchith, Al-Hadis Sebagai Sumber Hukum, Bandung:
Dipanegoro, 1993
M. Solahuddin. Ulumul Hadits. Bandung: Pustaka Setia, 2009
Solahudin M. Agus, Agus Suyadi. Ulumul Hadits. Bandung: Pustaka Setia, 2009