SlideShare a Scribd company logo
GIBAH 
Ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, 
sedang ia tidak suka (jika hal itu disebutkan). Baik dalam keadaan soal 
jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, ahlaknya, bentuk lahiriyahnya dan 
sebagainya. Caranya-pun bermacam-macam. Di antaranya dengan 
membeberkan aib, menirukan tingkah laku atau gerak tertentu dari orang yang 
dipergunjingkan dengan maksud mengolok-ngolok. 
Ghibah Keji Dan Kotor Secara bahasa, ghibah berarti menggunjing. Banyak 
orang meremehkan masalah ghibah, padahal dalam pandangan Allah ia adalah 
sesuatu yang keji dan kotor. Hal itu dijelaskan dalam sabda Rasulullah 
Shallallahu 'alaihi wa sallam. "Artinya : Riba itu ada tujuh puluh dua pintu, yang 
paling ringan daripadanya sama dengan seorang laki-laki yang menyetubuhi 
ibunya (sendiri), dan riba yang paling berat adalah pergunjingan seorang laki-laki 
atas kehormatan saudaranya". (As-Silsilah As-Shahihah,) 
Keutamaan Mencegah Ghibah Wajib bagi orang yang hadir dalam majlis yang 
sedang menggunjing orang lain, untuk mencegah kemungkaran dan membela 
saudaranya yang dipergunjingkan. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam amat 
menganjurkan hal demikian, sebagaimana dalam sabdanya. "Artinya : 
Barangsiapa menolak (ghibah atas) kehormatan saudaranya, niscaya pada hari 
kiamat Allah akan menolak menghindarkan api Neraka dari wajahnya". (HR 
Ahmad)
HUKUM GHIBAH 
Makna Ghibah: 
Apa itu ghibah? Ghibah atau menggunjing adalah membicarakan orang lain yang 
orang yang kita bicarakan itu tidak ada di sisinya dengan suatu perkataan yang 
apabila ia mendengarnya maka membuatnya ia tidak suka. Dalam sebuah hadits 
riwayat imam Muslim dari jalan sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa 
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. 
وأْ نََُْ أُ وا أََرَأَ أََُأُ:َ أُأَ اَوأَْ لُْلهاَ أُرقََاَرَأَ أََرُهَأ هَُأقُ،َأرَلعََوا هَْأوَ أُ لله وأ ومَ أَُ يََوأ اََْاوم ونوأردََأتَ 
رَأُ،َأوَ أُرَوْمَنويأ نََُْ أُرُهَأ هَُأقُللهنُأوَ أُلَقومنوأقَقعََأ قََيَ يَََنوأ رَُْهَأ أأَ ولَأقُللهنُأقَقعََأأ يِنأو 
Artinya : 
“Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)?. Para sahabat menjawab : Allah dan Rasul- 
Nya yang lebih tahu. Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Ghibah 
adalah engkau membicarakan tentang saudaramu sesuatu yang dia benci. Ada yang bertanya. 
Wahai Rasulullah bagaimana kalau yang kami katakana itu betul-betul ada pada dirinya?. 
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Jika yang kalian katakan itu betul, berarti 
kalian telah berbuat ghibah. Dan jika apa yang kalian katakan tidak betul, berarti kalian 
telah memfitnah (mengucapkan suatu kedustaan)” [HR Muslim : 4690]. 
Haramnya Menghibah: 
Masalah ghibah kelihatannya adalah masalah yang sepele dan ringan, akan 
tetapi sebenarnya masalah ini adalah masalah yang sangat berat karena 
menyangkut kehormatan seseorang. Apalagi kalau yang dighibah adalah 
saudara Muslim kamu sendiri yang mana kehormatan seoarang muslim sangat 
dijaga. Rasululloh SAW bersabda : 
رُهِأ وَوَُِ أ رََْوَمَ و أ اََْ يَِأدَتَللهَو أ واَْوَ أأَمَوُو أ نَ أَقُ،أ اُو أ نَ أَقُ،أأَتَعُو أ نََ 
“Sesungguhnya darah-darah kalian, harta-harta kalian, (dan juga kehormatan 
kalian) semua itu adalah haram atas kalian sebagaimana kesucian hari kalian ini 
(hari ‘Arafah), pada bulan kalian ini dan di negeri kalian yang suci ini.” 
Mengenai hukum haramnya ghibah, dalilnya sudah sangat jelas sekali baik yang terdapat 
dalam Al-Qur’an, hadist Nabi dan kesepakatan kaum muslimin sendiri. Men-ghibah adalah 
perbuatan kemungkaran yang sangat besar yang sangat diharamkan, bahkan termasuk dari 
dosa-dosa besar. Hal ini berdasarkan firman Allah ta’ala 
نُلأرُضَ أِ سَْألَغَلاِلاوم أَ سَْأأَ يَلاَأأَوََث و أأَ أُرَأض أُ نُِألَأ وََّيوم أَ يَيُوَم أَ بُللهتا أَوُلَأ اِنُلأرُهِأأَ أَََُّ اأِ 
لُْله أِأَتََث أُرَأوضُْلاأرَ عَْو و أرهََأأَوَ واَأ أرَأُللهنُأوَللهَيتأُقَ اُ يوو:موأَ لََِْقوم أَ بَِأَرُهِأ بَِأَلمَِ أًَِاَأ 
(artinya) : 
“Janganlah sebagian kalian menggunjing/ mengghibahi sebagian yang lain. Sukakah salah
seorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang telah mati ? Maka tentulah kalian 
merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kalian kepada Allah. 
Ghibah yang Dibolehkan 
Menceritakan ‘aib orang lain tanpa ada hajat sama sekali, inilah yang disebut dengan ghibah . 
Karena ghibah artinya membicarakan ‘aib orang lain sedangkan ia tidak ada di saat 
pembicaraan. ‘Aib yang dibicarakan tersebut, ia tidak suka diketahui oleh orang lain. Adapun 
dosa ghibah dijelaskan dalam firman Allah Ta’ala , 
ي ا أَ ي ها اَلَّذِي ن آَ منُوا اَجْ تنِبُوا كثِيرًا مَِ ن اَلظَّ نِ إَِنَّ أَ نْ يَ أْكُ ل لَْ م أَ خِيهِ ميْتًا فَ كرِهْتُمُوهُ وات قَُّوا اَللََّّ إَِنَّ اَللََّّ ت وَّابٌ رحِيمٌ بَ عْ ضَ 
الظَّ نِ إَِثٌْْ و لَ تَ سَّسُوا و لََ يَ غْ تبْ بَ عْضُكُمْ بَ عْضًا أَ يُُِبُّ أَ حدُكُمَْ “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari 
prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang. Jangan pula menggunjing 
satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang 
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. 
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang .” (QS. Al Hujurat: 12) 
Asy Syaukani rahimahullah dalam kitab tafsirnya mengatakan, “Allah Ta’ala memisalkan 
ghibah (menggunjing orang lain) dengan memakan bangkai seseorang. Karena bangkai sama 
sekali tidak tahu siapa yang memakan dagingnya. Ini sama halnya dengan orang yang hidup 
juga tidak mengetahui siapa yang menggunjing dirinya. Demikianlah keterangan dari Az 
Zujaj.” 
Asy Syaukani rahimahullah kembali menjelaskan, “Dalam ayat di atas terkandung isyarat 
bahwa kehormatan manusia itu sebagaimana dagingnya. Jika daging manusia saja diharamkan 
untuk dimakan, begitu pula dengan kehormatannya dilarang untuk dilanggar. Ayat ini 
menjelaskan agar seseorang menjauhi perbuatan ghibah. Ayat ini menjelaskan bahwa ghibah 
adalah perbuatan yang teramat jelek. Begitu tercelanya pula orang yang melakukan ghibah.” 
Adapun yang dimaksud ghibah disebutkan dalam hadits berikut,
ذَِكْرُ كَ «َ قَ الُوا اَللََُّّ و رسُولُهُ أَ عْل مُ. قَ ا ل .»َ أَ تدْرُو ن ما اَلْغِي بةُ «َ عنْ أَ بِِ هَُ ري رة أَ نَّ رسُو ل اَللََِّّ -َصلى اَلله عَليه وَسلم- قَ ا ل 
إَِنْ كا ن فَِيهِ ما ت قُولُ فَ قدِ اَغْ تبْ تهُ وإِنْ لَْ يَ كُنْ فَِيهِ فَ قدَْ «َ قَِي ل أَ ف رأ يْ تَ إَِنْ كا ن فَِِ أَ خِى ما أَ قُولُ قَ ا ل .»َ أ خا ك بَِِ ا يَ كْ رهُ 
ب هتَّهَُ 
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya, 
“Tahukah kamu, apa itu ghibah? ” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu .” 
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ghibah adalah kamu 
membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai .” Seseorang bertanya, “Wahai 
Rasulullah, bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang 
sesuai dengan yang saya ucapkan? ” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apabila 
benar apa yang kamu bicarakan itu tentang dirinya, maka berarti kamu telah menggibahnya 
(menggunjingnya). Namun apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti 
kamu telah menfitnahnya (menuduh tanpa bukti) .” (HR. Muslim no. 2589, Bab 
Diharamkannya Ghibah) 
Ghibah dan menfitnah (menuduh tanpa bukti) sama-sama keharaman. Namun untuk ghibah 
dibolehkan jika ada tujuan yang syar’i yaitu dibolehkan dalam enam keadaan sebagaimana 
dijelaskan oleh Imam Nawawi rahimahullah. Enam keadaan yang dibolehkan menyebutkan 
‘aib orang lain adalah sebagai berikut: 
1- Mengadu tindak kezaliman kepada penguasa atau pada pihak yang berwenang. Semisal 
mengatakan, “Si Ahmad telah menzalimiku.” 
2- Meminta tolong agar dihilangkan dari suatu perbuatan mungkar dan untuk membuat 
orang yang berbuat kemungkaran tersebut kembali pada jalan yang benar. Semisal meminta 
pada orang yang mampu menghilangkan suatu kemungkaran, “Si Rahmat telah melakukan 
tindakan kemungkaran semacam ini, tolonglah kami agar lepas dari tindakannya.” 
3- Meminta fatwa pada seorang mufti seperti seorang bertanya mufti, “Saudara kandungku 
telah menzalimiku demikian dan demikian. Bagaimana caranya aku lepas dari kezaliman yang 
ia lakukan.” 
4- Mengingatkan kaum muslimin terhadap suatu kejelekan seperti mengungkap jeleknya 
hafalan seorang perowi hadits. 
5- Membicarakan orang yang terang-terangan berbuat maksiat dan bid’ah terhadap maksiat 
atau bid’ah yang ia lakukan, bukan pada masalah lainnya. 
6- Menyebut orang lain dengan sebutan yang ia sudah ma’ruf dengannya seperti
menyebutnya si buta. Namun jika ada ucapan yang bagus, itu lebih baik. (Syarh Shahih 
Muslim, 16: 124-125) 
DEFINISI GHIBAH (GOSIP) 
Nabi menjelaskan definisi ghibah dalam sebuah hadits riwayat Muslim sebagai berikut: 
أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ ق اَلُوْا: اَللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، ق اَلَ: ذِكْرُكَ أخََاكَ بِمَا يَكْرَهُ، قِيلَ: أَفَرَأَي تَ إِنْ 
كَانَ فِيْ أخَِيْ مَا أَقُوْلُ؟ ق اَلَ: إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَت ه Artinya: Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)?. Para sahabat menjawab : Allah dan 
Rasul-Nya yang lebih tahu. Kemudian beliau bersabda : Ghibah adalah engkau membicarakan 
tentang saudaramu sesuatu yang dia benci. Ada yang bertanya. Wahai Rasulullah bagaimana 
kalau yang kami katakana itu betul-betul ada pada dirinya?. Beliau menjawab : Jika yang 
kalian katakan itu betul, berarti kalian telah berbuat ghibah. Dan jika apa yang kalian katakan 
tidak betul, berarti kalian telah memfitnah (mengucapkan suatu kedustaan). 
Imam Nawawi mendefinisikan makna ghibah sebagaimana dikutip oleh Ibnu Hajar Al- 
Asqalani dalam Fatbul Bari Syarah Bukhari hlm. 10/391 demikian: 
وق ال النووي في الاذكار تبعا للغزالي ذكر المرء بما يكرهه سواء كان ذلك في بدن 
الشخص أو دينه أو دنياه أو نفسه أو خلقه أو خلقه أو ماله أو والده أو ولده أو زوجه أو 
خادمه أو ثوبه أو حركته أو طلاقته أو عبوسته أو غير ذلك مما يتعلق به سواء ذكرته 
باللفظ أو بالإشارة والرمز 
Artinya: Imam Nawawi berkata dalam kitab Al-Adzkar mengikuti pandangan Al-Ghazali 
bahwa ghibah adalah menceritakan tentang seseorang dengan sesuatu yang dibencinya baik 
badannya, agamanya, dirinya (fisik), perilakunya, hartanya, orang tuanya, anaknya, istrinya, 
pembantunya, raut mukanya yang berseri atau masam, atau hal lain yang berkaitan dengan 
penyebutan seseorang baik dengan lafad (verbal), tanda, ataupun isyarat. 
~DALIL QURAN DAN HADITS TENTANG GHIBAH
~Dalil-dalil dari Quran dan hadits tentang ghibah adalah sebagai berikut: 
~DALIL HARAMNYA GHIBAH 
- QS Al Hujurat : 12 
وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أحََدُكُمْ أَنْ يَ أْكُلَ لَحْمَ أخَِيهِ مَيْتً ا فَكَرِهْتُمُوهُ وَات قُوا ا للّ إِ ن ا للّ تَو ابٌ رَحِيم Artinya: Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang 
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik 
kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi 
Maha Penyayang. 
Ibnu Abbas dalam menafsiri ayat di atas menyatakan: ( لكأ نأل هبيغلل لثملا اذه هللا برض امنإ 
taubmem hallA ( ل حم ال م يت ح رام م س ت قذر و ك ذا ال غ ي ب ه ح رام ف ى ال دي ن و ق ب يح ف ى ال ن فوس 
perumpamaan ini untuk ghibah karena memakan daging bangkai itu haram dan menjijikkan. 
Begitu juga ghibah itu haram dalam agama dan buruk dalam jiwa. (Lihat Tafsir Al-Qurtubi 
hlm 16/346). 
- Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud 
لما عٌرج بى مررت بقوم لهم اظف ار من نحاس يخمشون وجوههم و صدورهم فق لت :من 
هؤلاء يا جبريل؟ ق ال: هؤلاء الذين يأكلون لحوم الناس و يقعون فى أعراضهم. 
Artinya: Ketika aku dinaikkan ke langit, aku melewati suatu kaum yang memiliki kuku-kuku 
dari tembaga, mereka melukai (mencakari) wajah-wajah mereka dan dada-dada mereka. 
Maka aku bertanya :”Siapakah mereka ya Jibril?” Jibril berkata :”Mereka adalah orang-orang 
yang memakan daging-daging manusia dan mereka mencela kehormatan-kehormatan 
manusia”. 
- Hadits riwayat Ahmad dari Jabir bin Abdullah
كُن ا مَعَ الن بِىِ -صلى الله عليه وسلم- فَ ارْتَفَعَتْ رِيحُ جِيف ةٍ مُنْتِنَةٍ فَق اَلَ رَسُولُ ا للِّ -صلى الله 
عليه وسلم- أَتَدْرُونَ مَا هَذِهِ ال رِيحُ هَذِهِ رِيحُ ال ذِينَ يَغْتَ ابُونَ الْمُؤْمِنِينَ 
Artinya: Kami pernah bersama Nabi tiba-tiba tercium bau busuk yang tidak mengenakan. 
Kemudian Rosulullohbersabda, ‘Tahukah kamu, bau apakah ini? Ini adalah bau orang-orang 
yang mengghibah (menggosip) kaum mu’minin. 
- QS An Nisa 4:148 
لا يُحِبُّ ا للُّ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلا مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ ا للُّ سَمِيعًا عَلِيمًا 
Artinya: Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali 
oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. 
- Hadits riwayat Muslim 
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ قِيلَ مَا هُ ن يَ ا رَسُولَ ا للِّ ق اَلَ إِذَا لَقِيتَهُ فَسَل مْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ 
فَ أجَِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَ انْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ ا للَّ فَسَم تْهُ وَإِذَا مَرضَِ فَعُدْهُ وَإِذَا مَ اتَ 
فَ ات بِعْهُ. 
- Hadits riwayat Ibnu Hibban dan Baihaqi 
اذكروا الف اسق بما فيه، يحذره الناس 
Artinya: Ceritakan tentang pendosa apa adanya supaya orang lain menjadi takut. 
- Hadits riwayat Muslim 
كل أمتي معافى إلا المجاهرون 
Artinya: Setiap umatku akan dimaafkan kecuali para mujahir. 
Mujahir adalah orang-orang yang menampakkan perilaku dosanya untuk diketahui umum 
- Hadits riwayat Baihaqi 
من ألقى جلباب الحياء ف لا غيبة له
Artinya: Barangsiapa yang tidak punya rasa malu (untuk berbuat dosa), maka tidak ada ghibah 
(yang dilarang) baginya. 
HUKUM GOSIP (GHIBAH) ADA TIGA: HARAM, WAJIB, BOLEH 
Dari sejumlah dalil Quran dan hadits di atas, maka ulama mengambil kesimpulan bahwa 
hukum ghibah atau gosip itu terbagi tiga yaitu haram, wajib dan halal (boleh). 
HARAM 
Hukum asal gosip adalah haram. Gosip yang haram adalah ketika anda membicarakan aib 
sesama muslim yang dirahasiakan. Baik aib itu terkait dengan bentuk fisik atau perilaku; 
terkait dengan agama atau duniawi. Hukum haram ini tersurat secara tegas dalam Al-Quran, 
hadits seperti disebut di atas dan ijmak ulama sebagaimana disebutkan oleh Al-Qurtubi dalam 
Tafsir Al-Qurtubi 16/436. Yang menjadi perselisihan ulama hanyalah apakah gosip termasuk 
dosa besar atau kecil. Mayoritas ulama menganggapnya sebagai dosa besar. Menurut Ibnu 
Hajar Al-Haitami ghibah dan namimah (adu domba) termasuk dosa besar. 
Imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar berkata: Ghibah itu haram tidak hanya bagi pembawa 
gosip tapi juga bagi pendengar yang mendengar dan mengakui. Maka wajib bagi siapa saja 
yang mendengar orang memulai berghibah untuk berusaha menghentikannya apabila ia tidak 
kuatir pada potensi ancaman. Apabila takut maka ia wajib mengingkari dengan hatinya dan 
keluar dari majelis pertemuan kalau memungkinkan. Apabila mampu mengingkari dengan 
lisan atau dengan mengalihkan pembicaraan maka hal itu wajib dilakukan. Apabila tidak 
dilakukan, maka ia berdosa. 
WAJIB 
Ghibah atau membicarakan / menyebut aib orang lain adakalanya wajib. Hal itu terjadi dalam 
situasi di mana ia dapat menyelamatkan seseorang dari bencana atau p otensi terjadinya 
sesuatu yang kurang baik. Misalnya, ada seorang pria atau wanita yang ingin menikah. Dia 
meminta nasihat tentang calon pasangannya. Maka, si pemberi nasihat wajib memberi tahu 
keburukan atau aib calon pasangannya sesuai dengan fakta yang diketahui pemberi nasihat.
Atau seperti si A memberitahu pada si B bahwa si C berencana untuk mencuri hartanya atau 
membunuhnya atau mencelakakan istrinya, dlsb. Ini termasuk dalam kategori memberi 
nasihat. Dan hukumnya wajib seperti disebut dalam hadits di atas tentang 6 hak muslim atas 
muslim yang lain. 
BOLEH 
Imam Nawawi dalam Riyadus Shalihin 2/182 membagi gosip atau ghibah yang dibolehkan 
menjadi enam sebagai berikut: 
الأول: التظلم، فيجوز للمظلوم أن يتظلم إلى السلطان والق اضي وغيرهما مما له ولاية أو 
قدرة على إنصافه من ظالمه، فيقول: ظلمني ف لان كذا. 
الثاني: الاستعانة على تغيير المنكر ورد المعاصي إلى الصواب، فيقول لمن يرجو قدرته 
على إزالة المنكر: ف لان يعمل كذا، ف ازجره عنه. 
الثالث: الاستفتاء، فيقول: للمفتي: ظلمني أبي، أو أخي، أو زوجي، أو ف لان بكذا. 
الرابع: تحذير المسلمين من الشر ونصيحتهم. 
الخامس: أن يكون مجاهرًا بفسقه أو بدعته، كالمجاهر بشرب الخمر ومصادرة الناس وأخذ 
المكس وغيرها. 
لسادس: التعريف، ف إذا كان الإنسان معروفً ا بلقب الأعمش، والأعرج والأصم، والأعمى 
والأحول، وغيرهم جاز تعريفهم بذلك. 
Artinya: 
Pertama, At-Tazhallum. Orang yang terzalimi boleh menyebutkan kezaliman seseorang 
terhadap dirinya. Tentunya hanya bersifat pengaduan kepada orang yang memiliki qudrah 
(kapasitas) untuk melenyapkan kezaliman. 
Kedua, isti’ ānah (meminta pertolongan) untuk merubah atau menghilangkan kemunkaran. 
Seperti mengatakan kepada orang yang diharapkan mampu menghilangkan kemungkaran:
"Fulan telah berbuat begini (perbuatan buruk). Cegahlah dia." 
Ketiga, Al-Istifta' atau meminta fatwa dan nasihat seperti perkataan peminta nasihat kepada 
mufti (pemberi fatwa): "Saya dizalimi oleh ayah atau saudara, atau suami." 
Keempat, at-tahdz īr lil muslimīn (memperingatkan orang-orang Islam) dari perbuatan buruk 
dan memberi nasihat pada mereka. 
Kelima, orang yang menampakkan kefasikan dan perilaku maksiatnya. Seperti menampakkan 
diri saat minum miras (narkoba), berpacaran di depan umum, dll. 
Keenam, memberi julukan tertentu pada seseorang. Apabila seseorang dikenal dengan julukan 
Kategori dan bolehnya ghibah untuk enam kasus di atas disetujui oleh Imam Qurtubi dan 
dianggap pendapat yang ijmak. Dalam Tafsir Al-Qurtubi 16/339 iya menyatakan 
وكذلك قولك للق اضي تستعين به على أخذ حقك ممن ظلمك فتقول ف لان ظلمني أو 
غصبني أو خانني أو ضربني أو قذفني أو أساء إلي، ليس بغيبة. وعلماء الأمة على ذلك 
مجمعة 
Artinya: Begitu juga ucapan anda pada hakim meminta tolong untuk mengambil hak anda 
yang diambil orang yang menzalimi lalu anda berkata pada hakim: Saya dizalimi atau 
dikhianati atau dighasab olehnya maka hal itu bukan ghibah. Ulama sepakat atas hal ini. 
As-Shan'ani dalam Subulus Salam 4/188 menyatakan 
والأكثر يقولون بأنه يجوز أن يق ال للف اسق : يا ف اسق , ويا مفسد , وكذا في غيبته بشرط 
قصد النصيحة له أو لغيره لبيان حاله أو للزجر عن صنيعه لا لقصد الوقيعة فيه ف لا بد من 
قصد صحيح 
Artinya: Kebanyakan ulama berpendapat bahwa boleh memanggil orang fasik (pendosa) 
dengan sebutan Wahai Orang Fasiq!, Hai Orang Rusak! Begitu juga boleh meggosipi mereka 
dengan syarat untuk bermaksud menasihatinya atau menasihati lainnya untuk menjelaskan 
perilaku si fasiq atau untuk mencegah agar tidak melakukannya. Bukan dengan tujuan 
terjatuh ke dalamnya. Maka (semua itu) harus timbul dari maksud yang baik.
NAMA KELOMPOK 3 
 ANDI NURHIQMAH 
 NUR FIQRAH M. 
 IMUTMAINNAH 
 FACRIANNA FIRMAN 
 WAHYUNI RAHMAN 
 RAHMAWATI 
 DIAN WAHYUNI 
 SUKMAWATI
Gibah

More Related Content

What's hot

Makalah tentang syirik
Makalah tentang syirikMakalah tentang syirik
Makalah tentang syirik
amrin syahrafi
 
Akhlak tercela
Akhlak tercelaAkhlak tercela
Akhlak tercela
syifa nabila
 
Syirik
SyirikSyirik
Firar
FirarFirar
Ringkasan Materi PAI Kelas 9 bab 4 Qana'ah dan Tasamuh
Ringkasan Materi PAI Kelas 9 bab 4 Qana'ah dan TasamuhRingkasan Materi PAI Kelas 9 bab 4 Qana'ah dan Tasamuh
Ringkasan Materi PAI Kelas 9 bab 4 Qana'ah dan Tasamuh
SMP Muhammaidyah Boarding School Tarakan
 
Agama
AgamaAgama
Husnudzon
HusnudzonHusnudzon
Husnudzon
Amalisa Icha
 
Bahaya maksiat
Bahaya maksiatBahaya maksiat
Bahaya maksiat
alaulawy
 
Materi qanaah dan tasamuh
Materi qanaah dan tasamuhMateri qanaah dan tasamuh
Materi qanaah dan tasamuh
ilmupendidikan
 
Bab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin ppt
Bab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin pptBab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin ppt
Bab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin ppt
soleh solehudin
 
Ciri2 orang munafik
Ciri2 orang munafikCiri2 orang munafik
Ciri2 orang munafik
Helmon Chan
 
Sifat sifat tercela (akhlakul madzmumah)
Sifat sifat tercela (akhlakul madzmumah)Sifat sifat tercela (akhlakul madzmumah)
Sifat sifat tercela (akhlakul madzmumah)
Awanda Gita
 
Menjaga lidah
Menjaga lidahMenjaga lidah
Menjaga lidah
Rizal Fuadi Muhammad
 
Koreksi atas salah kaprah pemahaman tentang rahmatan li al-âlamîn
Koreksi atas salah kaprah pemahaman tentang rahmatan li al-âlamînKoreksi atas salah kaprah pemahaman tentang rahmatan li al-âlamîn
Koreksi atas salah kaprah pemahaman tentang rahmatan li al-âlamînMuhsin Hariyanto
 
Materi Perilaku Husnuzhan
Materi Perilaku HusnuzhanMateri Perilaku Husnuzhan
Materi Perilaku Husnuzhan
Dewwii Casono
 
Bab 1(keikhlasan)
Bab 1(keikhlasan)Bab 1(keikhlasan)
Bab 1(keikhlasan)
Zeinudin Harits
 
KUFUR AKIDAH & AKHLAK
KUFUR AKIDAH & AKHLAK KUFUR AKIDAH & AKHLAK
KUFUR AKIDAH & AKHLAK
Irwan John Imbayan
 
Perkara2 yg membatalkan iman
Perkara2 yg membatalkan imanPerkara2 yg membatalkan iman
Perkara2 yg membatalkan iman
Halimah Taib
 

What's hot (20)

Makalah tentang syirik
Makalah tentang syirikMakalah tentang syirik
Makalah tentang syirik
 
Akhlak tercela
Akhlak tercelaAkhlak tercela
Akhlak tercela
 
Syirik
SyirikSyirik
Syirik
 
Firar
FirarFirar
Firar
 
Qonaah dan tasamuh
Qonaah dan tasamuhQonaah dan tasamuh
Qonaah dan tasamuh
 
Ringkasan Materi PAI Kelas 9 bab 4 Qana'ah dan Tasamuh
Ringkasan Materi PAI Kelas 9 bab 4 Qana'ah dan TasamuhRingkasan Materi PAI Kelas 9 bab 4 Qana'ah dan Tasamuh
Ringkasan Materi PAI Kelas 9 bab 4 Qana'ah dan Tasamuh
 
Agama
AgamaAgama
Agama
 
Husnudzon
HusnudzonHusnudzon
Husnudzon
 
Bahaya maksiat
Bahaya maksiatBahaya maksiat
Bahaya maksiat
 
Syirik
SyirikSyirik
Syirik
 
Materi qanaah dan tasamuh
Materi qanaah dan tasamuhMateri qanaah dan tasamuh
Materi qanaah dan tasamuh
 
Bab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin ppt
Bab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin pptBab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin ppt
Bab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin ppt
 
Ciri2 orang munafik
Ciri2 orang munafikCiri2 orang munafik
Ciri2 orang munafik
 
Sifat sifat tercela (akhlakul madzmumah)
Sifat sifat tercela (akhlakul madzmumah)Sifat sifat tercela (akhlakul madzmumah)
Sifat sifat tercela (akhlakul madzmumah)
 
Menjaga lidah
Menjaga lidahMenjaga lidah
Menjaga lidah
 
Koreksi atas salah kaprah pemahaman tentang rahmatan li al-âlamîn
Koreksi atas salah kaprah pemahaman tentang rahmatan li al-âlamînKoreksi atas salah kaprah pemahaman tentang rahmatan li al-âlamîn
Koreksi atas salah kaprah pemahaman tentang rahmatan li al-âlamîn
 
Materi Perilaku Husnuzhan
Materi Perilaku HusnuzhanMateri Perilaku Husnuzhan
Materi Perilaku Husnuzhan
 
Bab 1(keikhlasan)
Bab 1(keikhlasan)Bab 1(keikhlasan)
Bab 1(keikhlasan)
 
KUFUR AKIDAH & AKHLAK
KUFUR AKIDAH & AKHLAK KUFUR AKIDAH & AKHLAK
KUFUR AKIDAH & AKHLAK
 
Perkara2 yg membatalkan iman
Perkara2 yg membatalkan imanPerkara2 yg membatalkan iman
Perkara2 yg membatalkan iman
 

Similar to Gibah

G h i b a h
G h i b a hG h i b a h
G h i b a h
Alvin Saputra
 
Jangan Ada Ghibah diantara Kita
Jangan Ada Ghibah diantara KitaJangan Ada Ghibah diantara Kita
Jangan Ada Ghibah diantara Kita
Zulfikar Tamher
 
Adil-Ikhsan 5.docx
Adil-Ikhsan 5.docxAdil-Ikhsan 5.docx
Adil-Ikhsan 5.docx
MohZaini6
 
Adab bertetangga
Adab bertetanggaAdab bertetangga
Adab bertetangga
Muhsin Hariyanto
 
Agama islam dosa besar
Agama islam  dosa besarAgama islam  dosa besar
Agama islam dosa besar
albarardian
 
keikhlasan menurut al-qur'an
keikhlasan menurut al-qur'ankeikhlasan menurut al-qur'an
keikhlasan menurut al-qur'anAngga Pratama
 
Hadits cinta sesama m uslim
Hadits cinta sesama m uslimHadits cinta sesama m uslim
Hadits cinta sesama m uslim
Asep Bunyamin
 
Bahan assignmnt sem3
Bahan assignmnt sem3Bahan assignmnt sem3
Bahan assignmnt sem3
ZaidanIsa
 
KARENA CINTA KUTINGGALKAN MAKSIAT.pptx
KARENA CINTA KUTINGGALKAN MAKSIAT.pptxKARENA CINTA KUTINGGALKAN MAKSIAT.pptx
KARENA CINTA KUTINGGALKAN MAKSIAT.pptx
RoselaPrati
 
Sifat sifat tercela2
Sifat sifat tercela2Sifat sifat tercela2
Sifat sifat tercela2
darma wati
 
Hadits tarbawi pendidikan masyarakat (indo)
Hadits tarbawi  pendidikan masyarakat (indo)Hadits tarbawi  pendidikan masyarakat (indo)
Hadits tarbawi pendidikan masyarakat (indo)solehanlovesallah
 
4 orang yang dilaknat allah
4 orang yang dilaknat allah4 orang yang dilaknat allah
4 orang yang dilaknat allahAbyanuddin Salam
 
Kepribadian rasulullah saw dari sisi pergaulan sosial
Kepribadian rasulullah saw dari sisi pergaulan sosialKepribadian rasulullah saw dari sisi pergaulan sosial
Kepribadian rasulullah saw dari sisi pergaulan sosial
Fori Suwargono
 
Dosa keseharian
Dosa keseharianDosa keseharian
Dosa keseharian
Maher Ali
 
Dicintai alloh dan hamba nya
Dicintai alloh dan hamba nyaDicintai alloh dan hamba nya
Dicintai alloh dan hamba nya
Yusuf Santoso
 
Memahami makna dosa besar dan kecil
Memahami makna dosa besar dan kecilMemahami makna dosa besar dan kecil
Memahami makna dosa besar dan kecil
Muhsin Hariyanto
 
Ghibah
GhibahGhibah
Ghibah
Alvennryu
 
Intervensi Al-Ghazali dalam mencegah penyakit hati: Suka Mengumpat
Intervensi Al-Ghazali dalam mencegah penyakit hati: Suka MengumpatIntervensi Al-Ghazali dalam mencegah penyakit hati: Suka Mengumpat
Intervensi Al-Ghazali dalam mencegah penyakit hati: Suka Mengumpat
dalilah
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
Eko Setyawan
 

Similar to Gibah (20)

G h i b a h
G h i b a hG h i b a h
G h i b a h
 
Jangan Ada Ghibah diantara Kita
Jangan Ada Ghibah diantara KitaJangan Ada Ghibah diantara Kita
Jangan Ada Ghibah diantara Kita
 
Adil-Ikhsan 5.docx
Adil-Ikhsan 5.docxAdil-Ikhsan 5.docx
Adil-Ikhsan 5.docx
 
Adab bertetangga
Adab bertetanggaAdab bertetangga
Adab bertetangga
 
Agama islam dosa besar
Agama islam  dosa besarAgama islam  dosa besar
Agama islam dosa besar
 
keikhlasan menurut al-qur'an
keikhlasan menurut al-qur'ankeikhlasan menurut al-qur'an
keikhlasan menurut al-qur'an
 
Hadits cinta sesama m uslim
Hadits cinta sesama m uslimHadits cinta sesama m uslim
Hadits cinta sesama m uslim
 
Bahan assignmnt sem3
Bahan assignmnt sem3Bahan assignmnt sem3
Bahan assignmnt sem3
 
KARENA CINTA KUTINGGALKAN MAKSIAT.pptx
KARENA CINTA KUTINGGALKAN MAKSIAT.pptxKARENA CINTA KUTINGGALKAN MAKSIAT.pptx
KARENA CINTA KUTINGGALKAN MAKSIAT.pptx
 
Sifat sifat tercela2
Sifat sifat tercela2Sifat sifat tercela2
Sifat sifat tercela2
 
Hadits tarbawi pendidikan masyarakat (indo)
Hadits tarbawi  pendidikan masyarakat (indo)Hadits tarbawi  pendidikan masyarakat (indo)
Hadits tarbawi pendidikan masyarakat (indo)
 
4 orang yang dilaknat allah
4 orang yang dilaknat allah4 orang yang dilaknat allah
4 orang yang dilaknat allah
 
Kepribadian rasulullah saw dari sisi pergaulan sosial
Kepribadian rasulullah saw dari sisi pergaulan sosialKepribadian rasulullah saw dari sisi pergaulan sosial
Kepribadian rasulullah saw dari sisi pergaulan sosial
 
Dosa keseharian
Dosa keseharianDosa keseharian
Dosa keseharian
 
Dicintai alloh dan hamba nya
Dicintai alloh dan hamba nyaDicintai alloh dan hamba nya
Dicintai alloh dan hamba nya
 
Memahami makna dosa besar dan kecil
Memahami makna dosa besar dan kecilMemahami makna dosa besar dan kecil
Memahami makna dosa besar dan kecil
 
Syirik ppt
Syirik pptSyirik ppt
Syirik ppt
 
Ghibah
GhibahGhibah
Ghibah
 
Intervensi Al-Ghazali dalam mencegah penyakit hati: Suka Mengumpat
Intervensi Al-Ghazali dalam mencegah penyakit hati: Suka MengumpatIntervensi Al-Ghazali dalam mencegah penyakit hati: Suka Mengumpat
Intervensi Al-Ghazali dalam mencegah penyakit hati: Suka Mengumpat
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 

Recently uploaded

Tugas DIT Supervisor K3 - Sidik Permana Putra.pptx
Tugas DIT Supervisor K3 - Sidik Permana Putra.pptxTugas DIT Supervisor K3 - Sidik Permana Putra.pptx
Tugas DIT Supervisor K3 - Sidik Permana Putra.pptx
SunakonSulistya
 
Materi pokok dan media pembelajaran ekosistem ipa
Materi pokok dan media pembelajaran ekosistem ipaMateri pokok dan media pembelajaran ekosistem ipa
Materi pokok dan media pembelajaran ekosistem ipa
sarahshintia630
 
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay..."Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
Muhammad Nur Hadi
 
Presentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan (1).pptx
Presentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan  (1).pptxPresentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan  (1).pptx
Presentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan (1).pptx
muhammadfauzi951
 
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docxCONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
WagKuza
 
Bahan_Ajar_Pelatihan Inda SKLNP_Tahunan_2024-1.pptx
Bahan_Ajar_Pelatihan Inda SKLNP_Tahunan_2024-1.pptxBahan_Ajar_Pelatihan Inda SKLNP_Tahunan_2024-1.pptx
Bahan_Ajar_Pelatihan Inda SKLNP_Tahunan_2024-1.pptx
dwiagus41
 
pemenuhan SKP dokter 552024 surabaya.pdf
pemenuhan SKP dokter 552024 surabaya.pdfpemenuhan SKP dokter 552024 surabaya.pdf
pemenuhan SKP dokter 552024 surabaya.pdf
fuji226200
 
PPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.ppt
PPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.pptPPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.ppt
PPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.ppt
WewikAyuPrimaDewi
 
PPT TAP KEL 3.pptx model pembelajaran ahir
PPT TAP KEL 3.pptx model pembelajaran ahirPPT TAP KEL 3.pptx model pembelajaran ahir
PPT TAP KEL 3.pptx model pembelajaran ahir
yardsport
 
template undangan Walimatul Khitan 2 seri.docx
template undangan Walimatul Khitan 2 seri.docxtemplate undangan Walimatul Khitan 2 seri.docx
template undangan Walimatul Khitan 2 seri.docx
ansproduction72
 
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
RizkyAji15
 
JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
TeguhWinarno6
 

Recently uploaded (12)

Tugas DIT Supervisor K3 - Sidik Permana Putra.pptx
Tugas DIT Supervisor K3 - Sidik Permana Putra.pptxTugas DIT Supervisor K3 - Sidik Permana Putra.pptx
Tugas DIT Supervisor K3 - Sidik Permana Putra.pptx
 
Materi pokok dan media pembelajaran ekosistem ipa
Materi pokok dan media pembelajaran ekosistem ipaMateri pokok dan media pembelajaran ekosistem ipa
Materi pokok dan media pembelajaran ekosistem ipa
 
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay..."Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...
 
Presentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan (1).pptx
Presentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan  (1).pptxPresentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan  (1).pptx
Presentasi Luring (8JP)_ Refleksi Tahunan (1).pptx
 
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docxCONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
CONTOH CATATAN OBSERVASI KEPALA SEKOLAH.docx
 
Bahan_Ajar_Pelatihan Inda SKLNP_Tahunan_2024-1.pptx
Bahan_Ajar_Pelatihan Inda SKLNP_Tahunan_2024-1.pptxBahan_Ajar_Pelatihan Inda SKLNP_Tahunan_2024-1.pptx
Bahan_Ajar_Pelatihan Inda SKLNP_Tahunan_2024-1.pptx
 
pemenuhan SKP dokter 552024 surabaya.pdf
pemenuhan SKP dokter 552024 surabaya.pdfpemenuhan SKP dokter 552024 surabaya.pdf
pemenuhan SKP dokter 552024 surabaya.pdf
 
PPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.ppt
PPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.pptPPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.ppt
PPT PERTEMUAN VALIDASI DAN EVALUASI USIA PRODUKTIF DAN LANSIA.ppt
 
PPT TAP KEL 3.pptx model pembelajaran ahir
PPT TAP KEL 3.pptx model pembelajaran ahirPPT TAP KEL 3.pptx model pembelajaran ahir
PPT TAP KEL 3.pptx model pembelajaran ahir
 
template undangan Walimatul Khitan 2 seri.docx
template undangan Walimatul Khitan 2 seri.docxtemplate undangan Walimatul Khitan 2 seri.docx
template undangan Walimatul Khitan 2 seri.docx
 
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
Materi lokmin klaster 4 puskesmas gajah 1
 
JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
 

Gibah

  • 1. GIBAH Ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, sedang ia tidak suka (jika hal itu disebutkan). Baik dalam keadaan soal jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, ahlaknya, bentuk lahiriyahnya dan sebagainya. Caranya-pun bermacam-macam. Di antaranya dengan membeberkan aib, menirukan tingkah laku atau gerak tertentu dari orang yang dipergunjingkan dengan maksud mengolok-ngolok. Ghibah Keji Dan Kotor Secara bahasa, ghibah berarti menggunjing. Banyak orang meremehkan masalah ghibah, padahal dalam pandangan Allah ia adalah sesuatu yang keji dan kotor. Hal itu dijelaskan dalam sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. "Artinya : Riba itu ada tujuh puluh dua pintu, yang paling ringan daripadanya sama dengan seorang laki-laki yang menyetubuhi ibunya (sendiri), dan riba yang paling berat adalah pergunjingan seorang laki-laki atas kehormatan saudaranya". (As-Silsilah As-Shahihah,) Keutamaan Mencegah Ghibah Wajib bagi orang yang hadir dalam majlis yang sedang menggunjing orang lain, untuk mencegah kemungkaran dan membela saudaranya yang dipergunjingkan. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam amat menganjurkan hal demikian, sebagaimana dalam sabdanya. "Artinya : Barangsiapa menolak (ghibah atas) kehormatan saudaranya, niscaya pada hari kiamat Allah akan menolak menghindarkan api Neraka dari wajahnya". (HR Ahmad)
  • 2. HUKUM GHIBAH Makna Ghibah: Apa itu ghibah? Ghibah atau menggunjing adalah membicarakan orang lain yang orang yang kita bicarakan itu tidak ada di sisinya dengan suatu perkataan yang apabila ia mendengarnya maka membuatnya ia tidak suka. Dalam sebuah hadits riwayat imam Muslim dari jalan sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. وأْ نََُْ أُ وا أََرَأَ أََُأُ:َ أُأَ اَوأَْ لُْلهاَ أُرقََاَرَأَ أََرُهَأ هَُأقُ،َأرَلعََوا هَْأوَ أُ لله وأ ومَ أَُ يََوأ اََْاوم ونوأردََأتَ رَأُ،َأوَ أُرَوْمَنويأ نََُْ أُرُهَأ هَُأقُللهنُأوَ أُلَقومنوأقَقعََأ قََيَ يَََنوأ رَُْهَأ أأَ ولَأقُللهنُأقَقعََأأ يِنأو Artinya : “Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)?. Para sahabat menjawab : Allah dan Rasul- Nya yang lebih tahu. Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Ghibah adalah engkau membicarakan tentang saudaramu sesuatu yang dia benci. Ada yang bertanya. Wahai Rasulullah bagaimana kalau yang kami katakana itu betul-betul ada pada dirinya?. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Jika yang kalian katakan itu betul, berarti kalian telah berbuat ghibah. Dan jika apa yang kalian katakan tidak betul, berarti kalian telah memfitnah (mengucapkan suatu kedustaan)” [HR Muslim : 4690]. Haramnya Menghibah: Masalah ghibah kelihatannya adalah masalah yang sepele dan ringan, akan tetapi sebenarnya masalah ini adalah masalah yang sangat berat karena menyangkut kehormatan seseorang. Apalagi kalau yang dighibah adalah saudara Muslim kamu sendiri yang mana kehormatan seoarang muslim sangat dijaga. Rasululloh SAW bersabda : رُهِأ وَوَُِ أ رََْوَمَ و أ اََْ يَِأدَتَللهَو أ واَْوَ أأَمَوُو أ نَ أَقُ،أ اُو أ نَ أَقُ،أأَتَعُو أ نََ “Sesungguhnya darah-darah kalian, harta-harta kalian, (dan juga kehormatan kalian) semua itu adalah haram atas kalian sebagaimana kesucian hari kalian ini (hari ‘Arafah), pada bulan kalian ini dan di negeri kalian yang suci ini.” Mengenai hukum haramnya ghibah, dalilnya sudah sangat jelas sekali baik yang terdapat dalam Al-Qur’an, hadist Nabi dan kesepakatan kaum muslimin sendiri. Men-ghibah adalah perbuatan kemungkaran yang sangat besar yang sangat diharamkan, bahkan termasuk dari dosa-dosa besar. Hal ini berdasarkan firman Allah ta’ala نُلأرُضَ أِ سَْألَغَلاِلاوم أَ سَْأأَ يَلاَأأَوََث و أأَ أُرَأض أُ نُِألَأ وََّيوم أَ يَيُوَم أَ بُللهتا أَوُلَأ اِنُلأرُهِأأَ أَََُّ اأِ لُْله أِأَتََث أُرَأوضُْلاأرَ عَْو و أرهََأأَوَ واَأ أرَأُللهنُأوَللهَيتأُقَ اُ يوو:موأَ لََِْقوم أَ بَِأَرُهِأ بَِأَلمَِ أًَِاَأ (artinya) : “Janganlah sebagian kalian menggunjing/ mengghibahi sebagian yang lain. Sukakah salah
  • 3. seorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang telah mati ? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kalian kepada Allah. Ghibah yang Dibolehkan Menceritakan ‘aib orang lain tanpa ada hajat sama sekali, inilah yang disebut dengan ghibah . Karena ghibah artinya membicarakan ‘aib orang lain sedangkan ia tidak ada di saat pembicaraan. ‘Aib yang dibicarakan tersebut, ia tidak suka diketahui oleh orang lain. Adapun dosa ghibah dijelaskan dalam firman Allah Ta’ala , ي ا أَ ي ها اَلَّذِي ن آَ منُوا اَجْ تنِبُوا كثِيرًا مَِ ن اَلظَّ نِ إَِنَّ أَ نْ يَ أْكُ ل لَْ م أَ خِيهِ ميْتًا فَ كرِهْتُمُوهُ وات قَُّوا اَللََّّ إَِنَّ اَللََّّ ت وَّابٌ رحِيمٌ بَ عْ ضَ الظَّ نِ إَِثٌْْ و لَ تَ سَّسُوا و لََ يَ غْ تبْ بَ عْضُكُمْ بَ عْضًا أَ يُُِبُّ أَ حدُكُمَْ “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang. Jangan pula menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang .” (QS. Al Hujurat: 12) Asy Syaukani rahimahullah dalam kitab tafsirnya mengatakan, “Allah Ta’ala memisalkan ghibah (menggunjing orang lain) dengan memakan bangkai seseorang. Karena bangkai sama sekali tidak tahu siapa yang memakan dagingnya. Ini sama halnya dengan orang yang hidup juga tidak mengetahui siapa yang menggunjing dirinya. Demikianlah keterangan dari Az Zujaj.” Asy Syaukani rahimahullah kembali menjelaskan, “Dalam ayat di atas terkandung isyarat bahwa kehormatan manusia itu sebagaimana dagingnya. Jika daging manusia saja diharamkan untuk dimakan, begitu pula dengan kehormatannya dilarang untuk dilanggar. Ayat ini menjelaskan agar seseorang menjauhi perbuatan ghibah. Ayat ini menjelaskan bahwa ghibah adalah perbuatan yang teramat jelek. Begitu tercelanya pula orang yang melakukan ghibah.” Adapun yang dimaksud ghibah disebutkan dalam hadits berikut,
  • 4. ذَِكْرُ كَ «َ قَ الُوا اَللََُّّ و رسُولُهُ أَ عْل مُ. قَ ا ل .»َ أَ تدْرُو ن ما اَلْغِي بةُ «َ عنْ أَ بِِ هَُ ري رة أَ نَّ رسُو ل اَللََِّّ -َصلى اَلله عَليه وَسلم- قَ ا ل إَِنْ كا ن فَِيهِ ما ت قُولُ فَ قدِ اَغْ تبْ تهُ وإِنْ لَْ يَ كُنْ فَِيهِ فَ قدَْ «َ قَِي ل أَ ف رأ يْ تَ إَِنْ كا ن فَِِ أَ خِى ما أَ قُولُ قَ ا ل .»َ أ خا ك بَِِ ا يَ كْ رهُ ب هتَّهَُ Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya, “Tahukah kamu, apa itu ghibah? ” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu .” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai .” Seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya ucapkan? ” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu tentang dirinya, maka berarti kamu telah menggibahnya (menggunjingnya). Namun apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah menfitnahnya (menuduh tanpa bukti) .” (HR. Muslim no. 2589, Bab Diharamkannya Ghibah) Ghibah dan menfitnah (menuduh tanpa bukti) sama-sama keharaman. Namun untuk ghibah dibolehkan jika ada tujuan yang syar’i yaitu dibolehkan dalam enam keadaan sebagaimana dijelaskan oleh Imam Nawawi rahimahullah. Enam keadaan yang dibolehkan menyebutkan ‘aib orang lain adalah sebagai berikut: 1- Mengadu tindak kezaliman kepada penguasa atau pada pihak yang berwenang. Semisal mengatakan, “Si Ahmad telah menzalimiku.” 2- Meminta tolong agar dihilangkan dari suatu perbuatan mungkar dan untuk membuat orang yang berbuat kemungkaran tersebut kembali pada jalan yang benar. Semisal meminta pada orang yang mampu menghilangkan suatu kemungkaran, “Si Rahmat telah melakukan tindakan kemungkaran semacam ini, tolonglah kami agar lepas dari tindakannya.” 3- Meminta fatwa pada seorang mufti seperti seorang bertanya mufti, “Saudara kandungku telah menzalimiku demikian dan demikian. Bagaimana caranya aku lepas dari kezaliman yang ia lakukan.” 4- Mengingatkan kaum muslimin terhadap suatu kejelekan seperti mengungkap jeleknya hafalan seorang perowi hadits. 5- Membicarakan orang yang terang-terangan berbuat maksiat dan bid’ah terhadap maksiat atau bid’ah yang ia lakukan, bukan pada masalah lainnya. 6- Menyebut orang lain dengan sebutan yang ia sudah ma’ruf dengannya seperti
  • 5. menyebutnya si buta. Namun jika ada ucapan yang bagus, itu lebih baik. (Syarh Shahih Muslim, 16: 124-125) DEFINISI GHIBAH (GOSIP) Nabi menjelaskan definisi ghibah dalam sebuah hadits riwayat Muslim sebagai berikut: أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ ق اَلُوْا: اَللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، ق اَلَ: ذِكْرُكَ أخََاكَ بِمَا يَكْرَهُ، قِيلَ: أَفَرَأَي تَ إِنْ كَانَ فِيْ أخَِيْ مَا أَقُوْلُ؟ ق اَلَ: إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَت ه Artinya: Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)?. Para sahabat menjawab : Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Kemudian beliau bersabda : Ghibah adalah engkau membicarakan tentang saudaramu sesuatu yang dia benci. Ada yang bertanya. Wahai Rasulullah bagaimana kalau yang kami katakana itu betul-betul ada pada dirinya?. Beliau menjawab : Jika yang kalian katakan itu betul, berarti kalian telah berbuat ghibah. Dan jika apa yang kalian katakan tidak betul, berarti kalian telah memfitnah (mengucapkan suatu kedustaan). Imam Nawawi mendefinisikan makna ghibah sebagaimana dikutip oleh Ibnu Hajar Al- Asqalani dalam Fatbul Bari Syarah Bukhari hlm. 10/391 demikian: وق ال النووي في الاذكار تبعا للغزالي ذكر المرء بما يكرهه سواء كان ذلك في بدن الشخص أو دينه أو دنياه أو نفسه أو خلقه أو خلقه أو ماله أو والده أو ولده أو زوجه أو خادمه أو ثوبه أو حركته أو طلاقته أو عبوسته أو غير ذلك مما يتعلق به سواء ذكرته باللفظ أو بالإشارة والرمز Artinya: Imam Nawawi berkata dalam kitab Al-Adzkar mengikuti pandangan Al-Ghazali bahwa ghibah adalah menceritakan tentang seseorang dengan sesuatu yang dibencinya baik badannya, agamanya, dirinya (fisik), perilakunya, hartanya, orang tuanya, anaknya, istrinya, pembantunya, raut mukanya yang berseri atau masam, atau hal lain yang berkaitan dengan penyebutan seseorang baik dengan lafad (verbal), tanda, ataupun isyarat. ~DALIL QURAN DAN HADITS TENTANG GHIBAH
  • 6. ~Dalil-dalil dari Quran dan hadits tentang ghibah adalah sebagai berikut: ~DALIL HARAMNYA GHIBAH - QS Al Hujurat : 12 وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أحََدُكُمْ أَنْ يَ أْكُلَ لَحْمَ أخَِيهِ مَيْتً ا فَكَرِهْتُمُوهُ وَات قُوا ا للّ إِ ن ا للّ تَو ابٌ رَحِيم Artinya: Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. Ibnu Abbas dalam menafsiri ayat di atas menyatakan: ( لكأ نأل هبيغلل لثملا اذه هللا برض امنإ taubmem hallA ( ل حم ال م يت ح رام م س ت قذر و ك ذا ال غ ي ب ه ح رام ف ى ال دي ن و ق ب يح ف ى ال ن فوس perumpamaan ini untuk ghibah karena memakan daging bangkai itu haram dan menjijikkan. Begitu juga ghibah itu haram dalam agama dan buruk dalam jiwa. (Lihat Tafsir Al-Qurtubi hlm 16/346). - Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud لما عٌرج بى مررت بقوم لهم اظف ار من نحاس يخمشون وجوههم و صدورهم فق لت :من هؤلاء يا جبريل؟ ق ال: هؤلاء الذين يأكلون لحوم الناس و يقعون فى أعراضهم. Artinya: Ketika aku dinaikkan ke langit, aku melewati suatu kaum yang memiliki kuku-kuku dari tembaga, mereka melukai (mencakari) wajah-wajah mereka dan dada-dada mereka. Maka aku bertanya :”Siapakah mereka ya Jibril?” Jibril berkata :”Mereka adalah orang-orang yang memakan daging-daging manusia dan mereka mencela kehormatan-kehormatan manusia”. - Hadits riwayat Ahmad dari Jabir bin Abdullah
  • 7. كُن ا مَعَ الن بِىِ -صلى الله عليه وسلم- فَ ارْتَفَعَتْ رِيحُ جِيف ةٍ مُنْتِنَةٍ فَق اَلَ رَسُولُ ا للِّ -صلى الله عليه وسلم- أَتَدْرُونَ مَا هَذِهِ ال رِيحُ هَذِهِ رِيحُ ال ذِينَ يَغْتَ ابُونَ الْمُؤْمِنِينَ Artinya: Kami pernah bersama Nabi tiba-tiba tercium bau busuk yang tidak mengenakan. Kemudian Rosulullohbersabda, ‘Tahukah kamu, bau apakah ini? Ini adalah bau orang-orang yang mengghibah (menggosip) kaum mu’minin. - QS An Nisa 4:148 لا يُحِبُّ ا للُّ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلا مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ ا للُّ سَمِيعًا عَلِيمًا Artinya: Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. - Hadits riwayat Muslim حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ قِيلَ مَا هُ ن يَ ا رَسُولَ ا للِّ ق اَلَ إِذَا لَقِيتَهُ فَسَل مْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَ أجَِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَ انْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ ا للَّ فَسَم تْهُ وَإِذَا مَرضَِ فَعُدْهُ وَإِذَا مَ اتَ فَ ات بِعْهُ. - Hadits riwayat Ibnu Hibban dan Baihaqi اذكروا الف اسق بما فيه، يحذره الناس Artinya: Ceritakan tentang pendosa apa adanya supaya orang lain menjadi takut. - Hadits riwayat Muslim كل أمتي معافى إلا المجاهرون Artinya: Setiap umatku akan dimaafkan kecuali para mujahir. Mujahir adalah orang-orang yang menampakkan perilaku dosanya untuk diketahui umum - Hadits riwayat Baihaqi من ألقى جلباب الحياء ف لا غيبة له
  • 8. Artinya: Barangsiapa yang tidak punya rasa malu (untuk berbuat dosa), maka tidak ada ghibah (yang dilarang) baginya. HUKUM GOSIP (GHIBAH) ADA TIGA: HARAM, WAJIB, BOLEH Dari sejumlah dalil Quran dan hadits di atas, maka ulama mengambil kesimpulan bahwa hukum ghibah atau gosip itu terbagi tiga yaitu haram, wajib dan halal (boleh). HARAM Hukum asal gosip adalah haram. Gosip yang haram adalah ketika anda membicarakan aib sesama muslim yang dirahasiakan. Baik aib itu terkait dengan bentuk fisik atau perilaku; terkait dengan agama atau duniawi. Hukum haram ini tersurat secara tegas dalam Al-Quran, hadits seperti disebut di atas dan ijmak ulama sebagaimana disebutkan oleh Al-Qurtubi dalam Tafsir Al-Qurtubi 16/436. Yang menjadi perselisihan ulama hanyalah apakah gosip termasuk dosa besar atau kecil. Mayoritas ulama menganggapnya sebagai dosa besar. Menurut Ibnu Hajar Al-Haitami ghibah dan namimah (adu domba) termasuk dosa besar. Imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar berkata: Ghibah itu haram tidak hanya bagi pembawa gosip tapi juga bagi pendengar yang mendengar dan mengakui. Maka wajib bagi siapa saja yang mendengar orang memulai berghibah untuk berusaha menghentikannya apabila ia tidak kuatir pada potensi ancaman. Apabila takut maka ia wajib mengingkari dengan hatinya dan keluar dari majelis pertemuan kalau memungkinkan. Apabila mampu mengingkari dengan lisan atau dengan mengalihkan pembicaraan maka hal itu wajib dilakukan. Apabila tidak dilakukan, maka ia berdosa. WAJIB Ghibah atau membicarakan / menyebut aib orang lain adakalanya wajib. Hal itu terjadi dalam situasi di mana ia dapat menyelamatkan seseorang dari bencana atau p otensi terjadinya sesuatu yang kurang baik. Misalnya, ada seorang pria atau wanita yang ingin menikah. Dia meminta nasihat tentang calon pasangannya. Maka, si pemberi nasihat wajib memberi tahu keburukan atau aib calon pasangannya sesuai dengan fakta yang diketahui pemberi nasihat.
  • 9. Atau seperti si A memberitahu pada si B bahwa si C berencana untuk mencuri hartanya atau membunuhnya atau mencelakakan istrinya, dlsb. Ini termasuk dalam kategori memberi nasihat. Dan hukumnya wajib seperti disebut dalam hadits di atas tentang 6 hak muslim atas muslim yang lain. BOLEH Imam Nawawi dalam Riyadus Shalihin 2/182 membagi gosip atau ghibah yang dibolehkan menjadi enam sebagai berikut: الأول: التظلم، فيجوز للمظلوم أن يتظلم إلى السلطان والق اضي وغيرهما مما له ولاية أو قدرة على إنصافه من ظالمه، فيقول: ظلمني ف لان كذا. الثاني: الاستعانة على تغيير المنكر ورد المعاصي إلى الصواب، فيقول لمن يرجو قدرته على إزالة المنكر: ف لان يعمل كذا، ف ازجره عنه. الثالث: الاستفتاء، فيقول: للمفتي: ظلمني أبي، أو أخي، أو زوجي، أو ف لان بكذا. الرابع: تحذير المسلمين من الشر ونصيحتهم. الخامس: أن يكون مجاهرًا بفسقه أو بدعته، كالمجاهر بشرب الخمر ومصادرة الناس وأخذ المكس وغيرها. لسادس: التعريف، ف إذا كان الإنسان معروفً ا بلقب الأعمش، والأعرج والأصم، والأعمى والأحول، وغيرهم جاز تعريفهم بذلك. Artinya: Pertama, At-Tazhallum. Orang yang terzalimi boleh menyebutkan kezaliman seseorang terhadap dirinya. Tentunya hanya bersifat pengaduan kepada orang yang memiliki qudrah (kapasitas) untuk melenyapkan kezaliman. Kedua, isti’ ānah (meminta pertolongan) untuk merubah atau menghilangkan kemunkaran. Seperti mengatakan kepada orang yang diharapkan mampu menghilangkan kemungkaran:
  • 10. "Fulan telah berbuat begini (perbuatan buruk). Cegahlah dia." Ketiga, Al-Istifta' atau meminta fatwa dan nasihat seperti perkataan peminta nasihat kepada mufti (pemberi fatwa): "Saya dizalimi oleh ayah atau saudara, atau suami." Keempat, at-tahdz īr lil muslimīn (memperingatkan orang-orang Islam) dari perbuatan buruk dan memberi nasihat pada mereka. Kelima, orang yang menampakkan kefasikan dan perilaku maksiatnya. Seperti menampakkan diri saat minum miras (narkoba), berpacaran di depan umum, dll. Keenam, memberi julukan tertentu pada seseorang. Apabila seseorang dikenal dengan julukan Kategori dan bolehnya ghibah untuk enam kasus di atas disetujui oleh Imam Qurtubi dan dianggap pendapat yang ijmak. Dalam Tafsir Al-Qurtubi 16/339 iya menyatakan وكذلك قولك للق اضي تستعين به على أخذ حقك ممن ظلمك فتقول ف لان ظلمني أو غصبني أو خانني أو ضربني أو قذفني أو أساء إلي، ليس بغيبة. وعلماء الأمة على ذلك مجمعة Artinya: Begitu juga ucapan anda pada hakim meminta tolong untuk mengambil hak anda yang diambil orang yang menzalimi lalu anda berkata pada hakim: Saya dizalimi atau dikhianati atau dighasab olehnya maka hal itu bukan ghibah. Ulama sepakat atas hal ini. As-Shan'ani dalam Subulus Salam 4/188 menyatakan والأكثر يقولون بأنه يجوز أن يق ال للف اسق : يا ف اسق , ويا مفسد , وكذا في غيبته بشرط قصد النصيحة له أو لغيره لبيان حاله أو للزجر عن صنيعه لا لقصد الوقيعة فيه ف لا بد من قصد صحيح Artinya: Kebanyakan ulama berpendapat bahwa boleh memanggil orang fasik (pendosa) dengan sebutan Wahai Orang Fasiq!, Hai Orang Rusak! Begitu juga boleh meggosipi mereka dengan syarat untuk bermaksud menasihatinya atau menasihati lainnya untuk menjelaskan perilaku si fasiq atau untuk mencegah agar tidak melakukannya. Bukan dengan tujuan terjatuh ke dalamnya. Maka (semua itu) harus timbul dari maksud yang baik.
  • 11. NAMA KELOMPOK 3  ANDI NURHIQMAH  NUR FIQRAH M.  IMUTMAINNAH  FACRIANNA FIRMAN  WAHYUNI RAHMAN  RAHMAWATI  DIAN WAHYUNI  SUKMAWATI