Dokumen tersebut membahas tentang ghibah dan pengaruh negatifnya. Ghibah didefinisikan sebagai membicarakan orang lain dengan hal yang tidak disenanginya. Meskipun demikian, ada beberapa jenis ghibah yang diperbolehkan seperti untuk tujuan mendapatkan keadilan atau nasehat. Agama melarang ghibah karena dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, seperti menimbulkan fitnah, perpecahan, dan mer
Dokumen tersebut memberikan nasihat agar jangan mudah percaya prasangka atau menggunjing orang lain. Menggunjing dapat menyebabkan dosa besar seperti memakan daging saudara sendiri. Dokumen tersebut juga menjelaskan bahaya menggunjing seperti tidak mendapat perlindungan Allah dan mendapat siksaan akibat menyebarkan berita bohong.
1. Menggosip adalah perbuatan yang dilarang agama dan dibenci Allah. Rasulullah menjelaskan bahwa memberitahukan kejelekan orang lain tanpa kebenaran adalah menggosip atau ghibah.
2. Menggosip sering disosialisasikan sebagai tindakan biasa melalui media, padahal itu adalah perbuatan buruk yang dapat menyebabkan siksaan di akhirat.
3. Untuk menghindari menggosip, perlu ber
Dokumen tersebut membahas tentang pembagian dosa menjadi dua kategori, yaitu dosa besar dan dosa kecil, berdasarkan ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis Nabi Muhammad SAW. Dosa besar meliputi syirik, durhaka kepada orang tua, pembunuhan, dan sumpah palsu, sedangkan dosa-dosa kecil lainnya dapat diampuni jika seseorang menjauhi dosa-dosa besar.
Dokumen tersebut membahas tentang dosa besar dalam agama Islam seperti syirik, membunuh, mencuri, berzina, lari dari medan perang, dan lainnya. Dijelaskan pula pengertian, contoh perbuatan, dan cara menghindarinya.
Dokumen tersebut membahas tentang ghibah dan pengaruh negatifnya. Ghibah didefinisikan sebagai membicarakan orang lain dengan hal yang tidak disenanginya. Meskipun demikian, ada beberapa jenis ghibah yang diperbolehkan seperti untuk tujuan mendapatkan keadilan atau nasehat. Agama melarang ghibah karena dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, seperti menimbulkan fitnah, perpecahan, dan mer
Dokumen tersebut memberikan nasihat agar jangan mudah percaya prasangka atau menggunjing orang lain. Menggunjing dapat menyebabkan dosa besar seperti memakan daging saudara sendiri. Dokumen tersebut juga menjelaskan bahaya menggunjing seperti tidak mendapat perlindungan Allah dan mendapat siksaan akibat menyebarkan berita bohong.
1. Menggosip adalah perbuatan yang dilarang agama dan dibenci Allah. Rasulullah menjelaskan bahwa memberitahukan kejelekan orang lain tanpa kebenaran adalah menggosip atau ghibah.
2. Menggosip sering disosialisasikan sebagai tindakan biasa melalui media, padahal itu adalah perbuatan buruk yang dapat menyebabkan siksaan di akhirat.
3. Untuk menghindari menggosip, perlu ber
Dokumen tersebut membahas tentang pembagian dosa menjadi dua kategori, yaitu dosa besar dan dosa kecil, berdasarkan ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis Nabi Muhammad SAW. Dosa besar meliputi syirik, durhaka kepada orang tua, pembunuhan, dan sumpah palsu, sedangkan dosa-dosa kecil lainnya dapat diampuni jika seseorang menjauhi dosa-dosa besar.
Dokumen tersebut membahas tentang dosa besar dalam agama Islam seperti syirik, membunuh, mencuri, berzina, lari dari medan perang, dan lainnya. Dijelaskan pula pengertian, contoh perbuatan, dan cara menghindarinya.
1. Dokumen tersebut membahas tentang konsep firâr atau berlari menuju Allah dengan meninggalkan segala sesuatu yang dibenci-Nya dan melakukan segala sesuatu yang dicintai-Nya.
2. Ada tiga tingkatan firâr yaitu firâr orang awam, orang khusus, dan orang yang paling tinggi. Firâr orang awam adalah meninggalkan kebodohan dan kemalasan menuju ilmu dan kerajinan.
3. Firâr or
Teks tersebut membahas tentang berbagai aspek akhlak mulia menurut agama Islam, termasuk pengertian akhlak mulia dan tercela, unsur-unsur akhlak menurut Imam al-Ghazali, akhlak terhadap Allah, orang tua, sesama manusia, dan alam serta ayat-ayat Al-Quran yang relevan.
Husnudzon adalah sikap berpikir positif dan berprasangka baik. Terdiri dari 3 macam yaitu husnudzon kepada Allah dengan berpikir bahwa segala kehendak-Nya adalah yang terbaik, husnudzon terhadap diri sendiri dengan percaya diri, dan husnudzon terhadap sesama dengan berpikir positif tentang orang lain. Hikmah husnudzon antara lain menumbuhkan cinta kepada Allah, syukur, sabar,
Maksiat adalah perbuatan yang melanggar perintah Allah seperti berdosa. Ada berbagai jenis maksiat seperti maksiat perut, lisan, mata, telinga, tangan, kaki, badan, dan farji. Maksiat dapat menghalangi ilmu, rezeki, dan mendatangkan bencana. Untuk menghindarinya perlu menjauhi penyebab maksiat, taubat tulus, dan istighfar yang senantiasa.
Bab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin pptsoleh solehudin
Hadis ini memberikan tiga contoh perilaku Rasulullah saw dalam menghadapi persoalan, yaitu dengan segera mengerjakan shalat, shalat semalaman hingga pagi saat perang Badar, dan shalat sambil menutup diri dengan jubah saat perang Ahzab. Hadis ini juga menjelaskan bahwa sabar dan shalat adalah sarana utama untuk meminta pertolongan kepada Allah dalam menghadapi segala persoalan.
Sifat sifat tercela (akhlakul madzmumah)Awanda Gita
Dokumen tersebut membahas tentang sifat-sifat tercela yang dibenci oleh agama Islam, yaitu hasud (dengki), riya' (riya), aniaya (zalim), dan ananiah (egois). Dilengkapi dengan penjelasan makna setiap sifat, dalil-dalil Alquran dan hadis, serta akibat buruk jika mempunyai sifat-sifat tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang hakikat lidah sebagai nikmat Allah dan sarana penyampaian maksud. Dokumen juga membahas perintah berkata baik, keutamaan diam, dan berbagai penyakit lidah seperti berbicara yang tidak perlu, berlebihan berbicara, ikut pembicaraan bathil, berbantahan, pertengkaran, berkata keji, mengejek, mencela, berbohong, dan ghibah.
1. Hadis ini membahas pentingnya niat dalam segala perbuatan dan ucapan. Niat yang tulus untuk Allah dan Rasul-Nya akan mendapat pahala, sedangkan niat yang salah tidak.
2. Hadis ini juga menjelaskan bahwa seseorang akan dihukum berdasarkan niatnya, bukan karena bersama orang yang berbuat salah.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang konsep kufur dalam Islam. Ia menjelaskan definisi kufur, jenis-jenis kufur besar dan kecil, dalil-dalil tentang kufur dari Al-Quran dan hadis, punca-punca kufur, dan kesan-kesan dari perbuatan kufur. Dokumen itu juga membahas perbezaan antara kufur besar dan kecil serta tindakan-tindakan orang kufur.
Dokumen ini membahas tiga hal yang dapat merusak iman dan Islam: (1) kepercayaan yang bertentangan dengan Islam, (2) perkataan yang menghina agama, (3) perbuatan yang menyembah selain Allah. Dokumen juga menjelaskan cara masuk Islam bagi orang murtad dan non-Muslim dengan mengucapkan dua kalimah syahadat dan mengakui Nabi Muhammad sebagai utusan Allah untuk seluruh umat manusia.
Dokumen tersebut membahas perbedaan antara ghibah dan dusta berdasarkan ayat Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad SAW. Ghibah adalah membicarakan keburukan seseorang yang hadir, sedangkan dusta adalah membicarakan sesuatu yang tidak benar tentang orang lain. Dokumen juga menjelaskan kondisi-kondisi tertentu di mana ghibah dan dusta diperbolehkan menurut ajaran Islam.
1. Dokumen tersebut membahas tentang konsep firâr atau berlari menuju Allah dengan meninggalkan segala sesuatu yang dibenci-Nya dan melakukan segala sesuatu yang dicintai-Nya.
2. Ada tiga tingkatan firâr yaitu firâr orang awam, orang khusus, dan orang yang paling tinggi. Firâr orang awam adalah meninggalkan kebodohan dan kemalasan menuju ilmu dan kerajinan.
3. Firâr or
Teks tersebut membahas tentang berbagai aspek akhlak mulia menurut agama Islam, termasuk pengertian akhlak mulia dan tercela, unsur-unsur akhlak menurut Imam al-Ghazali, akhlak terhadap Allah, orang tua, sesama manusia, dan alam serta ayat-ayat Al-Quran yang relevan.
Husnudzon adalah sikap berpikir positif dan berprasangka baik. Terdiri dari 3 macam yaitu husnudzon kepada Allah dengan berpikir bahwa segala kehendak-Nya adalah yang terbaik, husnudzon terhadap diri sendiri dengan percaya diri, dan husnudzon terhadap sesama dengan berpikir positif tentang orang lain. Hikmah husnudzon antara lain menumbuhkan cinta kepada Allah, syukur, sabar,
Maksiat adalah perbuatan yang melanggar perintah Allah seperti berdosa. Ada berbagai jenis maksiat seperti maksiat perut, lisan, mata, telinga, tangan, kaki, badan, dan farji. Maksiat dapat menghalangi ilmu, rezeki, dan mendatangkan bencana. Untuk menghindarinya perlu menjauhi penyebab maksiat, taubat tulus, dan istighfar yang senantiasa.
Bab 3 lanjutan hadits-hadits ttg Sabar riyadus shalihin pptsoleh solehudin
Hadis ini memberikan tiga contoh perilaku Rasulullah saw dalam menghadapi persoalan, yaitu dengan segera mengerjakan shalat, shalat semalaman hingga pagi saat perang Badar, dan shalat sambil menutup diri dengan jubah saat perang Ahzab. Hadis ini juga menjelaskan bahwa sabar dan shalat adalah sarana utama untuk meminta pertolongan kepada Allah dalam menghadapi segala persoalan.
Sifat sifat tercela (akhlakul madzmumah)Awanda Gita
Dokumen tersebut membahas tentang sifat-sifat tercela yang dibenci oleh agama Islam, yaitu hasud (dengki), riya' (riya), aniaya (zalim), dan ananiah (egois). Dilengkapi dengan penjelasan makna setiap sifat, dalil-dalil Alquran dan hadis, serta akibat buruk jika mempunyai sifat-sifat tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang hakikat lidah sebagai nikmat Allah dan sarana penyampaian maksud. Dokumen juga membahas perintah berkata baik, keutamaan diam, dan berbagai penyakit lidah seperti berbicara yang tidak perlu, berlebihan berbicara, ikut pembicaraan bathil, berbantahan, pertengkaran, berkata keji, mengejek, mencela, berbohong, dan ghibah.
1. Hadis ini membahas pentingnya niat dalam segala perbuatan dan ucapan. Niat yang tulus untuk Allah dan Rasul-Nya akan mendapat pahala, sedangkan niat yang salah tidak.
2. Hadis ini juga menjelaskan bahwa seseorang akan dihukum berdasarkan niatnya, bukan karena bersama orang yang berbuat salah.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan singkat tentang konsep kufur dalam Islam. Ia menjelaskan definisi kufur, jenis-jenis kufur besar dan kecil, dalil-dalil tentang kufur dari Al-Quran dan hadis, punca-punca kufur, dan kesan-kesan dari perbuatan kufur. Dokumen itu juga membahas perbezaan antara kufur besar dan kecil serta tindakan-tindakan orang kufur.
Dokumen ini membahas tiga hal yang dapat merusak iman dan Islam: (1) kepercayaan yang bertentangan dengan Islam, (2) perkataan yang menghina agama, (3) perbuatan yang menyembah selain Allah. Dokumen juga menjelaskan cara masuk Islam bagi orang murtad dan non-Muslim dengan mengucapkan dua kalimah syahadat dan mengakui Nabi Muhammad sebagai utusan Allah untuk seluruh umat manusia.
Dokumen tersebut membahas perbedaan antara ghibah dan dusta berdasarkan ayat Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad SAW. Ghibah adalah membicarakan keburukan seseorang yang hadir, sedangkan dusta adalah membicarakan sesuatu yang tidak benar tentang orang lain. Dokumen juga menjelaskan kondisi-kondisi tertentu di mana ghibah dan dusta diperbolehkan menurut ajaran Islam.
Dokumen tersebut membahas tentang adab bertetangga menurut ajaran Islam. Islam mengajarkan untuk menghormati hak-hak tetangga, seperti menjenguk ketika sakit, membantu jenazah jika meninggal, merahasiakan kemiskinan, dan tidak membangun rumah terlalu tinggi yang menghalangi sirkulasi udara. Sikap terhadap tetangga akan menentukan tempat seseorang di akhirat. Islam mengajarkan hidup r
Dokumen tersebut membahas tentang dosa-dosa besar menurut ajaran Islam. Diantara dosa-dosa besar utama yang disebutkan meliputi syirik atau menyekutukan Allah, durhaka kepada orang tua, sihir, membunuh, dan beberapa dosa lainnya. Dokumen ini juga menjelaskan hukum dan akibat setiap dosa besar tersebut menurut ajaran agama Islam.
Teks tersebut membahas tentang realisasi keimanan seseorang dalam kehidupan sehari-hari, seperti mencintai sesama muslim, menghormati tetangga dan tamu, serta berbicara dengan baik. Beberapa hadits menjelaskan pentingnya saling tolong menolong dan kasih sayang antara sesama muslim sebagai bukti keimanan kepada Allah.
Troll di media sosial dilarang dalam Islam karena bertentangan dengan akhlak mulia. Tindakan seperti menghina, berbohong, dan menyebarkan fitnah hanya akan menciptakan permusuhan dan merusak hubungan antarmanusia. Islam mengajarkan kasih sayang, kejujuran, dan menghormati orang lain.
Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya cinta kepada Allah dan cara-cara untuk mendapatkannya, seperti taat pada perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, membaca Al-Quran, dan mengingat Allah di setiap keadaan. Dokumen juga menyebutkan beberapa hal yang dapat meningkatkan cinta kepada Allah seperti bersyukur atas nikmat-Nya dan menjauhi hal-hal yang dapat menghalangi cinta kepada-
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai sifat tercela seperti hasad (dengki), ujub (sombong), dusta (bohong), dan khianat. Beberapa sifat tercela tersebut dijelaskan definisinya beserta contoh perilakunya dan hukum agama Islam mengenai sifat-sifat tercela tersebut.
Kepribadian rasulullah saw dari sisi pergaulan sosialFori Suwargono
1. Rasulullah saw memiliki sifat-sifat yang baik dalam bergaul dengan masyarakat, seperti penampilan luar dan cara berjalan, makan, bicara, serta berpoligami untuk menyebarkan agama dan mendekatkan hubungan antar suku.
2. Beliau menjaga penampilan luar agar tidak menyinggung masyarakat dan menunjukkan kemaskulinan. Cara berjalannya cepat namun tenang.
3. Rasulullah saw memperlakuk
Dokumen tersebut membahas tentang surga dan neraka. Allah menciptakan surga dan meminta Jibril melihatnya, setelah itu Allah menutupi surga dengan hal-hal yang tidak disukai manusia sehingga tidak ada yang ingin masuk. Demikian pula dengan neraka, Allah menutupinya dengan hal-hal yang disukai manusia sehingga semua orang akan masuk neraka.
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...Muhammad Nur Hadi
Jurnal "Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ayat 26 dan 32 dan Surah Al-Hujurat Ayat 13), Ditulis oleh Muhammmad Nur Hadi, Mahasiswa Program Studi Ilmu Hadist di UIN SUSKA RIAU.
JAWABAN PMM. guru kemendikbud tahun pelajaran 2024
Gibah
1. GIBAH
Ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim,
sedang ia tidak suka (jika hal itu disebutkan). Baik dalam keadaan soal
jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, ahlaknya, bentuk lahiriyahnya dan
sebagainya. Caranya-pun bermacam-macam. Di antaranya dengan
membeberkan aib, menirukan tingkah laku atau gerak tertentu dari orang yang
dipergunjingkan dengan maksud mengolok-ngolok.
Ghibah Keji Dan Kotor Secara bahasa, ghibah berarti menggunjing. Banyak
orang meremehkan masalah ghibah, padahal dalam pandangan Allah ia adalah
sesuatu yang keji dan kotor. Hal itu dijelaskan dalam sabda Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam. "Artinya : Riba itu ada tujuh puluh dua pintu, yang
paling ringan daripadanya sama dengan seorang laki-laki yang menyetubuhi
ibunya (sendiri), dan riba yang paling berat adalah pergunjingan seorang laki-laki
atas kehormatan saudaranya". (As-Silsilah As-Shahihah,)
Keutamaan Mencegah Ghibah Wajib bagi orang yang hadir dalam majlis yang
sedang menggunjing orang lain, untuk mencegah kemungkaran dan membela
saudaranya yang dipergunjingkan. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam amat
menganjurkan hal demikian, sebagaimana dalam sabdanya. "Artinya :
Barangsiapa menolak (ghibah atas) kehormatan saudaranya, niscaya pada hari
kiamat Allah akan menolak menghindarkan api Neraka dari wajahnya". (HR
Ahmad)
2. HUKUM GHIBAH
Makna Ghibah:
Apa itu ghibah? Ghibah atau menggunjing adalah membicarakan orang lain yang
orang yang kita bicarakan itu tidak ada di sisinya dengan suatu perkataan yang
apabila ia mendengarnya maka membuatnya ia tidak suka. Dalam sebuah hadits
riwayat imam Muslim dari jalan sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
وأْ نََُْ أُ وا أََرَأَ أََُأُ:َ أُأَ اَوأَْ لُْلهاَ أُرقََاَرَأَ أََرُهَأ هَُأقُ،َأرَلعََوا هَْأوَ أُ لله وأ ومَ أَُ يََوأ اََْاوم ونوأردََأتَ
رَأُ،َأوَ أُرَوْمَنويأ نََُْ أُرُهَأ هَُأقُللهنُأوَ أُلَقومنوأقَقعََأ قََيَ يَََنوأ رَُْهَأ أأَ ولَأقُللهنُأقَقعََأأ يِنأو
Artinya :
“Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)?. Para sahabat menjawab : Allah dan Rasul-
Nya yang lebih tahu. Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Ghibah
adalah engkau membicarakan tentang saudaramu sesuatu yang dia benci. Ada yang bertanya.
Wahai Rasulullah bagaimana kalau yang kami katakana itu betul-betul ada pada dirinya?.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : Jika yang kalian katakan itu betul, berarti
kalian telah berbuat ghibah. Dan jika apa yang kalian katakan tidak betul, berarti kalian
telah memfitnah (mengucapkan suatu kedustaan)” [HR Muslim : 4690].
Haramnya Menghibah:
Masalah ghibah kelihatannya adalah masalah yang sepele dan ringan, akan
tetapi sebenarnya masalah ini adalah masalah yang sangat berat karena
menyangkut kehormatan seseorang. Apalagi kalau yang dighibah adalah
saudara Muslim kamu sendiri yang mana kehormatan seoarang muslim sangat
dijaga. Rasululloh SAW bersabda :
رُهِأ وَوَُِ أ رََْوَمَ و أ اََْ يَِأدَتَللهَو أ واَْوَ أأَمَوُو أ نَ أَقُ،أ اُو أ نَ أَقُ،أأَتَعُو أ نََ
“Sesungguhnya darah-darah kalian, harta-harta kalian, (dan juga kehormatan
kalian) semua itu adalah haram atas kalian sebagaimana kesucian hari kalian ini
(hari ‘Arafah), pada bulan kalian ini dan di negeri kalian yang suci ini.”
Mengenai hukum haramnya ghibah, dalilnya sudah sangat jelas sekali baik yang terdapat
dalam Al-Qur’an, hadist Nabi dan kesepakatan kaum muslimin sendiri. Men-ghibah adalah
perbuatan kemungkaran yang sangat besar yang sangat diharamkan, bahkan termasuk dari
dosa-dosa besar. Hal ini berdasarkan firman Allah ta’ala
نُلأرُضَ أِ سَْألَغَلاِلاوم أَ سَْأأَ يَلاَأأَوََث و أأَ أُرَأض أُ نُِألَأ وََّيوم أَ يَيُوَم أَ بُللهتا أَوُلَأ اِنُلأرُهِأأَ أَََُّ اأِ
لُْله أِأَتََث أُرَأوضُْلاأرَ عَْو و أرهََأأَوَ واَأ أرَأُللهنُأوَللهَيتأُقَ اُ يوو:موأَ لََِْقوم أَ بَِأَرُهِأ بَِأَلمَِ أًَِاَأ
(artinya) :
“Janganlah sebagian kalian menggunjing/ mengghibahi sebagian yang lain. Sukakah salah
3. seorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang telah mati ? Maka tentulah kalian
merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kalian kepada Allah.
Ghibah yang Dibolehkan
Menceritakan ‘aib orang lain tanpa ada hajat sama sekali, inilah yang disebut dengan ghibah .
Karena ghibah artinya membicarakan ‘aib orang lain sedangkan ia tidak ada di saat
pembicaraan. ‘Aib yang dibicarakan tersebut, ia tidak suka diketahui oleh orang lain. Adapun
dosa ghibah dijelaskan dalam firman Allah Ta’ala ,
ي ا أَ ي ها اَلَّذِي ن آَ منُوا اَجْ تنِبُوا كثِيرًا مَِ ن اَلظَّ نِ إَِنَّ أَ نْ يَ أْكُ ل لَْ م أَ خِيهِ ميْتًا فَ كرِهْتُمُوهُ وات قَُّوا اَللََّّ إَِنَّ اَللََّّ ت وَّابٌ رحِيمٌ بَ عْ ضَ
الظَّ نِ إَِثٌْْ و لَ تَ سَّسُوا و لََ يَ غْ تبْ بَ عْضُكُمْ بَ عْضًا أَ يُُِبُّ أَ حدُكُمَْ “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari
prasangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang. Jangan pula menggunjing
satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang .” (QS. Al Hujurat: 12)
Asy Syaukani rahimahullah dalam kitab tafsirnya mengatakan, “Allah Ta’ala memisalkan
ghibah (menggunjing orang lain) dengan memakan bangkai seseorang. Karena bangkai sama
sekali tidak tahu siapa yang memakan dagingnya. Ini sama halnya dengan orang yang hidup
juga tidak mengetahui siapa yang menggunjing dirinya. Demikianlah keterangan dari Az
Zujaj.”
Asy Syaukani rahimahullah kembali menjelaskan, “Dalam ayat di atas terkandung isyarat
bahwa kehormatan manusia itu sebagaimana dagingnya. Jika daging manusia saja diharamkan
untuk dimakan, begitu pula dengan kehormatannya dilarang untuk dilanggar. Ayat ini
menjelaskan agar seseorang menjauhi perbuatan ghibah. Ayat ini menjelaskan bahwa ghibah
adalah perbuatan yang teramat jelek. Begitu tercelanya pula orang yang melakukan ghibah.”
Adapun yang dimaksud ghibah disebutkan dalam hadits berikut,
4. ذَِكْرُ كَ «َ قَ الُوا اَللََُّّ و رسُولُهُ أَ عْل مُ. قَ ا ل .»َ أَ تدْرُو ن ما اَلْغِي بةُ «َ عنْ أَ بِِ هَُ ري رة أَ نَّ رسُو ل اَللََِّّ -َصلى اَلله عَليه وَسلم- قَ ا ل
إَِنْ كا ن فَِيهِ ما ت قُولُ فَ قدِ اَغْ تبْ تهُ وإِنْ لَْ يَ كُنْ فَِيهِ فَ قدَْ «َ قَِي ل أَ ف رأ يْ تَ إَِنْ كا ن فَِِ أَ خِى ما أَ قُولُ قَ ا ل .»َ أ خا ك بَِِ ا يَ كْ رهُ
ب هتَّهَُ
Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya,
“Tahukah kamu, apa itu ghibah? ” Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu .”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ghibah adalah kamu
membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai .” Seseorang bertanya, “Wahai
Rasulullah, bagaimanakah menurut engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang
sesuai dengan yang saya ucapkan? ” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apabila
benar apa yang kamu bicarakan itu tentang dirinya, maka berarti kamu telah menggibahnya
(menggunjingnya). Namun apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti
kamu telah menfitnahnya (menuduh tanpa bukti) .” (HR. Muslim no. 2589, Bab
Diharamkannya Ghibah)
Ghibah dan menfitnah (menuduh tanpa bukti) sama-sama keharaman. Namun untuk ghibah
dibolehkan jika ada tujuan yang syar’i yaitu dibolehkan dalam enam keadaan sebagaimana
dijelaskan oleh Imam Nawawi rahimahullah. Enam keadaan yang dibolehkan menyebutkan
‘aib orang lain adalah sebagai berikut:
1- Mengadu tindak kezaliman kepada penguasa atau pada pihak yang berwenang. Semisal
mengatakan, “Si Ahmad telah menzalimiku.”
2- Meminta tolong agar dihilangkan dari suatu perbuatan mungkar dan untuk membuat
orang yang berbuat kemungkaran tersebut kembali pada jalan yang benar. Semisal meminta
pada orang yang mampu menghilangkan suatu kemungkaran, “Si Rahmat telah melakukan
tindakan kemungkaran semacam ini, tolonglah kami agar lepas dari tindakannya.”
3- Meminta fatwa pada seorang mufti seperti seorang bertanya mufti, “Saudara kandungku
telah menzalimiku demikian dan demikian. Bagaimana caranya aku lepas dari kezaliman yang
ia lakukan.”
4- Mengingatkan kaum muslimin terhadap suatu kejelekan seperti mengungkap jeleknya
hafalan seorang perowi hadits.
5- Membicarakan orang yang terang-terangan berbuat maksiat dan bid’ah terhadap maksiat
atau bid’ah yang ia lakukan, bukan pada masalah lainnya.
6- Menyebut orang lain dengan sebutan yang ia sudah ma’ruf dengannya seperti
5. menyebutnya si buta. Namun jika ada ucapan yang bagus, itu lebih baik. (Syarh Shahih
Muslim, 16: 124-125)
DEFINISI GHIBAH (GOSIP)
Nabi menjelaskan definisi ghibah dalam sebuah hadits riwayat Muslim sebagai berikut:
أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ ق اَلُوْا: اَللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، ق اَلَ: ذِكْرُكَ أخََاكَ بِمَا يَكْرَهُ، قِيلَ: أَفَرَأَي تَ إِنْ
كَانَ فِيْ أخَِيْ مَا أَقُوْلُ؟ ق اَلَ: إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَت ه Artinya: Tahukah kalian apa itu ghibah (menggunjing)?. Para sahabat menjawab : Allah dan
Rasul-Nya yang lebih tahu. Kemudian beliau bersabda : Ghibah adalah engkau membicarakan
tentang saudaramu sesuatu yang dia benci. Ada yang bertanya. Wahai Rasulullah bagaimana
kalau yang kami katakana itu betul-betul ada pada dirinya?. Beliau menjawab : Jika yang
kalian katakan itu betul, berarti kalian telah berbuat ghibah. Dan jika apa yang kalian katakan
tidak betul, berarti kalian telah memfitnah (mengucapkan suatu kedustaan).
Imam Nawawi mendefinisikan makna ghibah sebagaimana dikutip oleh Ibnu Hajar Al-
Asqalani dalam Fatbul Bari Syarah Bukhari hlm. 10/391 demikian:
وق ال النووي في الاذكار تبعا للغزالي ذكر المرء بما يكرهه سواء كان ذلك في بدن
الشخص أو دينه أو دنياه أو نفسه أو خلقه أو خلقه أو ماله أو والده أو ولده أو زوجه أو
خادمه أو ثوبه أو حركته أو طلاقته أو عبوسته أو غير ذلك مما يتعلق به سواء ذكرته
باللفظ أو بالإشارة والرمز
Artinya: Imam Nawawi berkata dalam kitab Al-Adzkar mengikuti pandangan Al-Ghazali
bahwa ghibah adalah menceritakan tentang seseorang dengan sesuatu yang dibencinya baik
badannya, agamanya, dirinya (fisik), perilakunya, hartanya, orang tuanya, anaknya, istrinya,
pembantunya, raut mukanya yang berseri atau masam, atau hal lain yang berkaitan dengan
penyebutan seseorang baik dengan lafad (verbal), tanda, ataupun isyarat.
~DALIL QURAN DAN HADITS TENTANG GHIBAH
6. ~Dalil-dalil dari Quran dan hadits tentang ghibah adalah sebagai berikut:
~DALIL HARAMNYA GHIBAH
- QS Al Hujurat : 12
وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أحََدُكُمْ أَنْ يَ أْكُلَ لَحْمَ أخَِيهِ مَيْتً ا فَكَرِهْتُمُوهُ وَات قُوا ا للّ إِ ن ا للّ تَو ابٌ رَحِيم Artinya: Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang
suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi
Maha Penyayang.
Ibnu Abbas dalam menafsiri ayat di atas menyatakan: ( لكأ نأل هبيغلل لثملا اذه هللا برض امنإ
taubmem hallA ( ل حم ال م يت ح رام م س ت قذر و ك ذا ال غ ي ب ه ح رام ف ى ال دي ن و ق ب يح ف ى ال ن فوس
perumpamaan ini untuk ghibah karena memakan daging bangkai itu haram dan menjijikkan.
Begitu juga ghibah itu haram dalam agama dan buruk dalam jiwa. (Lihat Tafsir Al-Qurtubi
hlm 16/346).
- Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud
لما عٌرج بى مررت بقوم لهم اظف ار من نحاس يخمشون وجوههم و صدورهم فق لت :من
هؤلاء يا جبريل؟ ق ال: هؤلاء الذين يأكلون لحوم الناس و يقعون فى أعراضهم.
Artinya: Ketika aku dinaikkan ke langit, aku melewati suatu kaum yang memiliki kuku-kuku
dari tembaga, mereka melukai (mencakari) wajah-wajah mereka dan dada-dada mereka.
Maka aku bertanya :”Siapakah mereka ya Jibril?” Jibril berkata :”Mereka adalah orang-orang
yang memakan daging-daging manusia dan mereka mencela kehormatan-kehormatan
manusia”.
- Hadits riwayat Ahmad dari Jabir bin Abdullah
7. كُن ا مَعَ الن بِىِ -صلى الله عليه وسلم- فَ ارْتَفَعَتْ رِيحُ جِيف ةٍ مُنْتِنَةٍ فَق اَلَ رَسُولُ ا للِّ -صلى الله
عليه وسلم- أَتَدْرُونَ مَا هَذِهِ ال رِيحُ هَذِهِ رِيحُ ال ذِينَ يَغْتَ ابُونَ الْمُؤْمِنِينَ
Artinya: Kami pernah bersama Nabi tiba-tiba tercium bau busuk yang tidak mengenakan.
Kemudian Rosulullohbersabda, ‘Tahukah kamu, bau apakah ini? Ini adalah bau orang-orang
yang mengghibah (menggosip) kaum mu’minin.
- QS An Nisa 4:148
لا يُحِبُّ ا للُّ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلا مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ ا للُّ سَمِيعًا عَلِيمًا
Artinya: Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali
oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
- Hadits riwayat Muslim
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ قِيلَ مَا هُ ن يَ ا رَسُولَ ا للِّ ق اَلَ إِذَا لَقِيتَهُ فَسَل مْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ
فَ أجَِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَ انْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ ا للَّ فَسَم تْهُ وَإِذَا مَرضَِ فَعُدْهُ وَإِذَا مَ اتَ
فَ ات بِعْهُ.
- Hadits riwayat Ibnu Hibban dan Baihaqi
اذكروا الف اسق بما فيه، يحذره الناس
Artinya: Ceritakan tentang pendosa apa adanya supaya orang lain menjadi takut.
- Hadits riwayat Muslim
كل أمتي معافى إلا المجاهرون
Artinya: Setiap umatku akan dimaafkan kecuali para mujahir.
Mujahir adalah orang-orang yang menampakkan perilaku dosanya untuk diketahui umum
- Hadits riwayat Baihaqi
من ألقى جلباب الحياء ف لا غيبة له
8. Artinya: Barangsiapa yang tidak punya rasa malu (untuk berbuat dosa), maka tidak ada ghibah
(yang dilarang) baginya.
HUKUM GOSIP (GHIBAH) ADA TIGA: HARAM, WAJIB, BOLEH
Dari sejumlah dalil Quran dan hadits di atas, maka ulama mengambil kesimpulan bahwa
hukum ghibah atau gosip itu terbagi tiga yaitu haram, wajib dan halal (boleh).
HARAM
Hukum asal gosip adalah haram. Gosip yang haram adalah ketika anda membicarakan aib
sesama muslim yang dirahasiakan. Baik aib itu terkait dengan bentuk fisik atau perilaku;
terkait dengan agama atau duniawi. Hukum haram ini tersurat secara tegas dalam Al-Quran,
hadits seperti disebut di atas dan ijmak ulama sebagaimana disebutkan oleh Al-Qurtubi dalam
Tafsir Al-Qurtubi 16/436. Yang menjadi perselisihan ulama hanyalah apakah gosip termasuk
dosa besar atau kecil. Mayoritas ulama menganggapnya sebagai dosa besar. Menurut Ibnu
Hajar Al-Haitami ghibah dan namimah (adu domba) termasuk dosa besar.
Imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar berkata: Ghibah itu haram tidak hanya bagi pembawa
gosip tapi juga bagi pendengar yang mendengar dan mengakui. Maka wajib bagi siapa saja
yang mendengar orang memulai berghibah untuk berusaha menghentikannya apabila ia tidak
kuatir pada potensi ancaman. Apabila takut maka ia wajib mengingkari dengan hatinya dan
keluar dari majelis pertemuan kalau memungkinkan. Apabila mampu mengingkari dengan
lisan atau dengan mengalihkan pembicaraan maka hal itu wajib dilakukan. Apabila tidak
dilakukan, maka ia berdosa.
WAJIB
Ghibah atau membicarakan / menyebut aib orang lain adakalanya wajib. Hal itu terjadi dalam
situasi di mana ia dapat menyelamatkan seseorang dari bencana atau p otensi terjadinya
sesuatu yang kurang baik. Misalnya, ada seorang pria atau wanita yang ingin menikah. Dia
meminta nasihat tentang calon pasangannya. Maka, si pemberi nasihat wajib memberi tahu
keburukan atau aib calon pasangannya sesuai dengan fakta yang diketahui pemberi nasihat.
9. Atau seperti si A memberitahu pada si B bahwa si C berencana untuk mencuri hartanya atau
membunuhnya atau mencelakakan istrinya, dlsb. Ini termasuk dalam kategori memberi
nasihat. Dan hukumnya wajib seperti disebut dalam hadits di atas tentang 6 hak muslim atas
muslim yang lain.
BOLEH
Imam Nawawi dalam Riyadus Shalihin 2/182 membagi gosip atau ghibah yang dibolehkan
menjadi enam sebagai berikut:
الأول: التظلم، فيجوز للمظلوم أن يتظلم إلى السلطان والق اضي وغيرهما مما له ولاية أو
قدرة على إنصافه من ظالمه، فيقول: ظلمني ف لان كذا.
الثاني: الاستعانة على تغيير المنكر ورد المعاصي إلى الصواب، فيقول لمن يرجو قدرته
على إزالة المنكر: ف لان يعمل كذا، ف ازجره عنه.
الثالث: الاستفتاء، فيقول: للمفتي: ظلمني أبي، أو أخي، أو زوجي، أو ف لان بكذا.
الرابع: تحذير المسلمين من الشر ونصيحتهم.
الخامس: أن يكون مجاهرًا بفسقه أو بدعته، كالمجاهر بشرب الخمر ومصادرة الناس وأخذ
المكس وغيرها.
لسادس: التعريف، ف إذا كان الإنسان معروفً ا بلقب الأعمش، والأعرج والأصم، والأعمى
والأحول، وغيرهم جاز تعريفهم بذلك.
Artinya:
Pertama, At-Tazhallum. Orang yang terzalimi boleh menyebutkan kezaliman seseorang
terhadap dirinya. Tentunya hanya bersifat pengaduan kepada orang yang memiliki qudrah
(kapasitas) untuk melenyapkan kezaliman.
Kedua, isti’ ānah (meminta pertolongan) untuk merubah atau menghilangkan kemunkaran.
Seperti mengatakan kepada orang yang diharapkan mampu menghilangkan kemungkaran:
10. "Fulan telah berbuat begini (perbuatan buruk). Cegahlah dia."
Ketiga, Al-Istifta' atau meminta fatwa dan nasihat seperti perkataan peminta nasihat kepada
mufti (pemberi fatwa): "Saya dizalimi oleh ayah atau saudara, atau suami."
Keempat, at-tahdz īr lil muslimīn (memperingatkan orang-orang Islam) dari perbuatan buruk
dan memberi nasihat pada mereka.
Kelima, orang yang menampakkan kefasikan dan perilaku maksiatnya. Seperti menampakkan
diri saat minum miras (narkoba), berpacaran di depan umum, dll.
Keenam, memberi julukan tertentu pada seseorang. Apabila seseorang dikenal dengan julukan
Kategori dan bolehnya ghibah untuk enam kasus di atas disetujui oleh Imam Qurtubi dan
dianggap pendapat yang ijmak. Dalam Tafsir Al-Qurtubi 16/339 iya menyatakan
وكذلك قولك للق اضي تستعين به على أخذ حقك ممن ظلمك فتقول ف لان ظلمني أو
غصبني أو خانني أو ضربني أو قذفني أو أساء إلي، ليس بغيبة. وعلماء الأمة على ذلك
مجمعة
Artinya: Begitu juga ucapan anda pada hakim meminta tolong untuk mengambil hak anda
yang diambil orang yang menzalimi lalu anda berkata pada hakim: Saya dizalimi atau
dikhianati atau dighasab olehnya maka hal itu bukan ghibah. Ulama sepakat atas hal ini.
As-Shan'ani dalam Subulus Salam 4/188 menyatakan
والأكثر يقولون بأنه يجوز أن يق ال للف اسق : يا ف اسق , ويا مفسد , وكذا في غيبته بشرط
قصد النصيحة له أو لغيره لبيان حاله أو للزجر عن صنيعه لا لقصد الوقيعة فيه ف لا بد من
قصد صحيح
Artinya: Kebanyakan ulama berpendapat bahwa boleh memanggil orang fasik (pendosa)
dengan sebutan Wahai Orang Fasiq!, Hai Orang Rusak! Begitu juga boleh meggosipi mereka
dengan syarat untuk bermaksud menasihatinya atau menasihati lainnya untuk menjelaskan
perilaku si fasiq atau untuk mencegah agar tidak melakukannya. Bukan dengan tujuan
terjatuh ke dalamnya. Maka (semua itu) harus timbul dari maksud yang baik.
11. NAMA KELOMPOK 3
ANDI NURHIQMAH
NUR FIQRAH M.
IMUTMAINNAH
FACRIANNA FIRMAN
WAHYUNI RAHMAN
RAHMAWATI
DIAN WAHYUNI
SUKMAWATI