SlideShare a Scribd company logo
1 of 51
Gaya-gaya yang bekerja mempengaruhi perubahan muka bumi baik bersifat membangun
(konstruktif) maupun merusak (destruktif). Gaya-gaya tersebut dapat berasal dari dalam bumi
(endogen) atau berasal dari luar bumi (eksogen) .

Gaya Endogen (Endogene Forces) adalah gaya yang bekerja pada kulit bumi dan berasal dari
dalam bumi yang berlangsung sangat lambat namun kekuatannya sangat hebat. Gaya ini
mengakibatkan perubahan muka bumi melalui proses orogenesa, vulkanisma dan tektonika.


A. Orogenesa (Orogenesis)


Proses pembentukan pegunungan akibat pengaruh gaya endogen berupa tekanan/tumbukan
(horisontal) dan pengangkatan (vertikal) sehingga terbentuk pegunungan lipatan maupun
pegunungan patahan.


B. Vulkanisma (Volcanism)


Proses penerobosan magma atau keluarnya magma dari dalam perut bumi menuju ke permukaan
bumi yang dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan gas yang tinggi sehingga terbentuk tubuh
gunungapi.




C. Tektonika (Tectonic)


Proses pergerakan/pergeseran pada kerak bumi (kerak batuan dan kerak samudera) berupa
tumbukan, pemekaran dan perpapasan yang menimbulkan perubahan muka bumi dan terjadinya
berbagai fenomena geologi seperti gunungapi, gempabumi, tsunami, dll.
Gaya Eksogen (Exogene Forces) adalah gaya yang bekerja pada kulit bumi dan berasal dari luar
bumi sebagai akibat adanya aktivitas atmosfer, hidrosfer dan biosfer. Gaya ini mengakibatkan
perusakan/perombakan muka bumi melalui proses pelapukan, erosi, tanah longsor dan sebagainya.


Gaya Angin (Wind Forces)
Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga angin.


Gaya Air (Water Forces)
Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga air.


Gaya Es/Salju (Ice/Snow Forces)
Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga es/salju.


Erosi (Erosion)
Proses pengikisan permukaan bumi oleh tenaga luar seperti air, es, dan angin yang membentuk
arus/gelombang kuat sehingga mampu menggerus, mengangkat dan memindahkan sebagian
tanah/batuan.


Abrasi (Abration)
Proses pengikisan permukaan batuan oleh angin yang mengandung dan mengangkut hancuran
bahan seperti pasir dengan tenaga yang sangat kuat.


Exarasi (Exaration)
Proses pengikisan permukaan batuan oleh es/gletser yang mengangkut hancuran batuan dengan
tenaga dan kecepatan yang sangat besar. Proses ini disebut juga pembajakan glasial.


Denudasi (Denudation)
Proses perataan pegunungan karena pengaruh pelapukan, erosi dan transportasi (pengangkutan) .
Gaya-gaya yang bekerja mempengaruhi perubahan muka bumi baik bersifat membangun
(konstruktif) maupun merusak (destruktif). Gaya-gaya tersebut dapat berasal dari dalam bumi
(endogen) atau berasal dari luar bumi (eksogen) .

Gaya Endogen (Endogene Forces) adalah gaya yang bekerja pada kulit bumi dan berasal dari
dalam bumi yang berlangsung sangat lambat namun kekuatannya sangat hebat. Gaya ini
mengakibatkan perubahan muka bumi melalui proses orogenesa, vulkanisma dan tektonika.


A. Orogenesa (Orogenesis)


Proses pembentukan pegunungan akibat pengaruh gaya endogen berupa tekanan/tumbukan
(horisontal) dan pengangkatan (vertikal) sehingga terbentuk pegunungan lipatan maupun
pegunungan patahan.


B. Vulkanisma (Volcanism)


Proses penerobosan magma atau keluarnya magma dari dalam perut bumi menuju ke permukaan
bumi yang dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan gas yang tinggi sehingga terbentuk tubuh
gunungapi.




C. Tektonika (Tectonic)


Proses pergerakan/pergeseran pada kerak bumi (kerak batuan dan kerak samudera) berupa
tumbukan, pemekaran dan perpapasan yang menimbulkan perubahan muka bumi dan terjadinya
berbagai fenomena geologi seperti gunungapi, gempabumi, tsunami, dll.
Gaya Eksogen (Exogene Forces) adalah gaya yang bekerja pada kulit bumi dan berasal dari luar
bumi sebagai akibat adanya aktivitas atmosfer, hidrosfer dan biosfer. Gaya ini mengakibatkan
perusakan/perombakan muka bumi melalui proses pelapukan, erosi, tanah longsor dan sebagainya.


Gaya Angin (Wind Forces)
Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga angin.


Gaya Air (Water Forces)
Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga air.


Gaya Es/Salju (Ice/Snow Forces)
Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga es/salju.


Erosi (Erosion)
Proses pengikisan permukaan bumi oleh tenaga luar seperti air, es, dan angin yang membentuk
arus/gelombang kuat sehingga mampu menggerus, mengangkat dan memindahkan sebagian
tanah/batuan.


Abrasi (Abration)
Proses pengikisan permukaan batuan oleh angin yang mengandung dan mengangkut hancuran
bahan seperti pasir dengan tenaga yang sangat kuat.


Exarasi (Exaration)
Proses pengikisan permukaan batuan oleh es/gletser yang mengangkut hancuran batuan dengan
tenaga dan kecepatan yang sangat besar. Proses ini disebut juga pembajakan glasial.


Denudasi (Denudation)
Proses perataan pegunungan karena pengaruh pelapukan, erosi dan transportasi (pengangkutan) .
Meteorit adalah masa batuan sisa meteor yang berasal dari angkasa luar (biasanya pecahan
asteroid) yang jatuh ke permukaan bumi akibat pengaruh gravitasi bumi. Meteorit ini dibagi
menjadi tiga bagian yaitu:


1. Meteorit Batu (Stony Meteorites)

contoh : meteorit Jati-Pengilon, Selakopi, Glanggang, Cilimus, Jumapalo, Bandong, Meester
Cornelis




2. Meteorit Besi (Iron Meteorites)

contoh : meteorit Prambanan & Rembang




3. Meteorit Campuran (Mixture Meteorites)




TEKTIT (TEKTITES)

Tektit adalah masa batuan yang bersifat gelas, terbentuk sebagai hasil percikan akibat benturan
dahsyat antara meteorit dengan batuan di permukaan bumi.Contoh : tektit Javait, Rizalit &
Bilitonit.
Mineral(Minerals) adalah bahan padat homogen bersifat anorganik yang terbentuk secara alamiah,
memiliki ciri-ciri khas dan komposisi kimiawi tertentu serta tersusun oleh atom-atom yang biasanya
memperlihatkan bentuk kristal yang khusus.


SISTEMATIKA MINERAL

Mineral Unsur Emas Au, Besi Fe, Tembaga Cu, Belerang S, Intan C


Mineral Sulfida Pirit FeS2, Kalkopirit CuFeS2, Galena PbS, Sfalerit ZnS


Mineral Halida Halit NaCl, Fluorit CaF2, Silvit KCl, Kriolit Na3AlF6


Mineral Oksida Hematit Fe2O3, Magnetit Fe3O4, Pirolusit MnO2


Mineral Karbonat Kalsit CaCO3, Dolomit CaMg(CO3)2, Malakit Cu2CO3(OH)2


Mineral Sulfat Barit BaSO4, Anhidrit CaSO4, Gipsum CaSO4.2H2O


Mineral Fosfat Apatit Ca5(PO4)3(F,Cl,OH), Monazit (Ce,La,Y,Th)PO4


Mineral Silikat Kuarsa SiO2, Olivin (Mg,Fe)2SiO4, Topaz Al2SiO4(F,OH)2




SISTEM KRISTAL
SIFAT FISIK MINERAL

         Warna (colour)
         Kilap (luster)
         Cerat/gores (streak)
         Belahan & Pecahan (cleavage & fracture)
         Kekerasan (hardness)
         Berat jenis (specific gravity)
         Radioaktivitas (radioactivity)




SKALA KEKERASAN MOHS


Kekerasan         Mineral          Rumus Kimia            Tes Sederhana
     1              Talkum         Mg3SiO4O10(OH)2      mudah digores kuku jari
     2              Gipsum           CaSO42H2O           dapat digores kuku jari
     3               Kalsit            CaCO3           dapat digores koin tembaga
     4              Fluorit             CaF2            mudah digores pisau lipat
     5               Apatit        Ca5(F,Cl)(PO4)3   dapat digores pisau/kaca/paku
     6          Ortoklas/Felspar      KalSi3O5           dapat digores kikir baja
     7              Kuarsa              SiO2         mudah menggores kaca jendela
     8               Topas           (Al,F)2SiO4        mudah menggores Kuarsa
     9             Korundum             Al2O3           mudah menggores Topas
    10               Intan                C          tidak dapat digores benda lain




Mineral Logam (Metallic Minerals)

Mineral Non-Logam (Non-Metallic Minerals)

*Batu Mulia (Gemstones)
Batu Mulia adalah jenis batuan/mineral yang dianggap memiliki nilai lebih karena daya tarik dan
alasan-alasan tertentu seperti keunikan, kelangkaan, kekerasan dan keindahan sehingga sangat
cocok digunakan sebagai batu permata/perhiasan bahkan diyakini memiliki khasiat untuk terapi
pengobatan, termasuk sebagai azimat.



BATU PERMATA (PRECIOUS STONE)

Batu permata adalah batumulia dengan kekerasan tertentu (>7 skala Mohs) yang apabila dipotong,
dipoles dan diupam memiliki nilai hakiki, indah dan tahan terhadap berbagai pengaruh sehingga
banyak dimanfaatkan sebagai perhiasan/asesoris, pajangan/ornamen atau dekorasi.




Fosil (Fossils) adalah sisa, kesan atau jejak kehidupan baik tumbuhan maupun binatang yang hidup
di masa lampau/purba dan telah terawetkan/membatu akibat proses alamiah.


JENIS FOSIL

        Fosil Tubuh (Body fossil), fosil yang terbentuk dari bagian/keseluruhan tubuh, contoh:
        fosil gigi, tulang, kerangka, cangkang, daun, batang
        Fosil Kesan & Tikas (Mold & Cast), fosil yang terbentuk dari cetakan bagian
        tubuh/cangkang organisme, contoh: fosil kesan (mold) dan tikas (cast)
        Fosil Jejak (Trace fossil), fosil yang terbentuk dari jejak kehidupan organisme, contoh:
        fosil jejak kaki (footprint), jejak ekor (trail), jejak kuku (track), jejak liang (burrow)

KLASIFIKASI FOSIL

a. Fosil Tumbuhan (Plant Fossils)




b. Fosil Invertebrata (Invertebrate Fossils)
c. Fosil Vertebrata (Vertebrate Fossils)




termasuk Fosil Dinosaurus (Dinosaur Fossils)




c. Fosil Manusia Purba (Hominid Fossils)




Segala sumber daya alam non-hayati yang terbentuk melalui proses geologi meliputi
sumber daya mineral, sumber daya energi dan sumber daya air.

A. SUMBER DAYA MINERAL (MINERAL RESOURCES)


Sumber Daya Mineral (Bahan Galian) adalah bahan alam berupa batuan/mineral yang mengandung
cukup unsur yang bernilai ekonomis sehingga memungkinkan adanya pertambangan/penggalian.
Bahan Galian Logam (Metallic Minerals)

Bahan galian yang kandungan unsur utamanya adalah logam seperti bijih emas, perak, tembaga,
timah, dll.




Bahan Galian Industri (Industrial Minerals)

Bahan galian yang kandungan unsur utamanya adalah bukan logam dan sering dijadikan bahan baku
dalam industri seperti kaolin untuk industri keramik, kuarsa untuk industri kaca, barit dan belerang
untuk industri farmasi, gipsum dan fosfat untuk industri pupuk, yarosit dan barit untuk industri
cat, dll.




B. SUMBER DAYA ENERGI (ENERGY RESOURCES)


Sumber Daya Energi (Bahan Bakar) adalah bahan alam berupa bahan padat, cair maupun gas yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi panas melalui proses pembakaran.


Batubara (Coals)


Bahan bakar organik berbentuk padat yang mudah terbakar dengan kadar bahan karbon menurut
berat lebih dari 50%, sedangkan menurut volume lebih dari 70%, sisanya adalah hidrogen, oksigen,
nitrogen dan sulfur. Batubara terbentuk dari proses sedimentasi dan karbonisasi sisa-sisa tumbuhan
air dan darat yang terkubur dalam lapisan tanah selama jutaan tahun.




Minyak bumi (Petroleum)
Bahan bakar organik berbentuk cair yang merupakan senyawa antara karbon dan hidrogen
(hidrokarbon) dengan kadar hidrokarbon 50 – 98%, sisanya berupa oksigen, nitrogen dan sulfur.
Minyakbumi berasal dari sisa-sisa organisme laut yang mengendap dan tertimbun oleh lumpur di
dasar laut.




Gas bumi/Gas alam (Natural Gas)


Bahan bakar gas yang mudah terbakar dengan komposisi utama methane.Untuk memudahkan
transportasi, gas bumi diubah menjadi bentuk cair dengan sebutan Liquified Natural Gas (LNG).Gas
bumi atau gas alam ini ada dua jenis yaitu gas yang terdapat bersama-sama dengan minyakbumi
dan gas yang berasal dari sumber gas semata-mata.




Panas bumi (Geothermal)


Panas yang berasal dari sumber di kedalaman perut bumi akibat proses hidrotermal yang
temperaturnya lebih tinggi daripada di permukaan, jenis depositnya dapat berupa air panas (wet-
steam) atau uap panas (dry-steam), di permukaan bumi kenampakannya berupa mata air panas
(geyser) dan aktivitas fumarola/solfatara di sekitar tubuh gunungapi.
C. SUMBER DAYA AIR (WATER RESOURCES)

Sumber Daya Air adalah bahan alam berbentuk cair yang merupakan senyawa hidrogen-oksigen
dan paling banyak terdapat di bumi.Potensinya dapat berupa air bawah tanah, air permukaan dan
air laut/samudera yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.




Peristiwa/kejadian/fenomena alamiah yang disebabkan oleh proses geologi dan mengakibatkan
terjadinya kerusakan alam, kerugian harta benda serta jatuhnya korban jiwa. Bencana Alam
Geologi ini dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, yaitu : Gempa Bumi (Earthquake) , Tsunami
(Tsunamis) , Letusan Gunungapi (Volcanic Eruptions) , dan Gerakan Tanah (Mass Movement) .

Gempabumi (Earthquake) adalah getaran/goncangan/gerakan bergelombang yang dirasakan di
permukaan bumi yang terjadi akibat perubahan mendadak lapisan kulit bumi karena pengaruh
aktivitas tenaga asal dalam (endogen).Getaran tersebut dapat direkam oleh pencatat gempabumi
(Seismograf).


JENIS GEMPABUMI

       Gempabumi Tektonik, gempa yang terjadi karena adanya dislokasi/pergeseran lapisan
       kulit bumi akibat aktivitas tektonik berupa tenaga tarikan dan tekanan.
       Gempabumi Vulkanik, gempa yang terjadi akibat aktivitas gunungapi.
       Gempabumi Runtuhan, gempa yang terjadi akibat runtuhnya atap gua, tambang bawah
       tanah, amblesan, dsb.
Indonesia merupakan salah satu wilayah /negara yang mempunyai intensitas kegempaan paling
aktif di dunia, yang disebabkan karena letaknya di pertemuan tiga lempeng tektonik yang
aktif.Hampir 80% daerah di Indonesia terletak di wilayah sebaran gempabumi.Wilayah ini
berpenduduk padat dan sedang berkembang pesat. Resiko atau korban akibat gempabumi tidak
hanya jiwa manusia saja, tetapi juga harta benda, sarana dan prasarana yang ada di wilayah
dimana gempa tersebut terjadi.


Gempabumi mempunyai karakter khusus umumnya terjadi tanpa peringatan dan terjadi secara
cepat dalam waktu menit atau detik.Karakter khusus lainnya dari gempabumi dicirikan oleh 3 fase
yakni gempabumi awal (fore shock), gempabumi utama (main shock) dan gempabumi susulan (after
shock).




                              Gambat Peta awan Bencana Geologi




TSUNAMI


Tsunami yang biasa disebut sebagai gelombang pasang, adalah suatu fenomena gelombang laut
yang tinggi/besar dan berkekuatan, yang terjadi akibat adanya gangguan mendadak pada
permukaan dasar laut yang secara vertikal mempengaruhi volume kolom air.


Mekanisme terjadinya tsunami :
1. Terjadi gempabumi tektonik akibat peristiwa tumbukan lempeng.

2. Terjadi pengurangan volume air sehingga air laut menyusut sesaat.

3. Terbentuklah gelombang laut yang semakin kuat ke arah pantai.

4. Terjadilah gelombang tsunami yang tingginya sesuai perbedaan elevasi.

5. Tsunami akan terpecah dan tertahan oleh tanggul pepohonan.




Upaya Penyelamatan Diri dari Tsunami :


1. Permukaan air laut dalam keadaan normal, tiba-tiba terasa ada goncangan tanah.


2. Air laut surut secara tiba-tiba menjorok jauh ke tengah laut. Segera lari menjauh dari pantai
cari tempat yang tinggi.


3. Berlindung di perbukitan atau daerah yang tinggi.


4. Tunggu hingga gelombang laut normal kembali, lakukan tindakan penyelamatan.




GUNUNGAPI


Gunungapi adalah bukit atau gunung yang mempunyai lubang kepundan sebagai tempat keluarnya
magma dan atau gas ke permukaan bumi.Di seluruh wilayah Indonesia terdapat 129 gunungapi aktif
(+ 13 % dari gunungapi aktif dunia).Semua gunungapi tersebut berada pada jalur tektonik yang
memanjang mulai dari Sumatera bagian utara menerus ke arah selatan melalui Jawa,
Nusatenggara, sampai Laut Banda (sesuai dengan penyusupan Lempeng Indo-Australia ke bawah
Lempeng Eurasia).Deretan ini dikenal sebagai jalur Mediteran.Kelompok gunungapi lainnya
terdapat di Sulawesi Utara dan Maluku (penyusupan Lempeng Pasifik ke bawah Lempeng
Eurasia).Deretan ini disebut jalur Lingkar Pasifik (“Circum Pacific”).


Letusan gunungapi adalah suatu peristiwa alam yang terjadi akibat pembebasan energi yang
terakumulasi di dalam sebuah gunungapi.Apabila magmanya bersifat basa (cair), maka letusannya
hanya berupa leleran lava.Tetapi bila magmanya bersifat asam (kental), letusannya dapat berupa
semburan bom, lapili, abu dan awan panas.


SIFAT LETUSAN GUNUNGAPI :


        Letusan Efusif / Lelehan (Effusive eruption)
        Letusan Eksplosif / Ledakan (Explosive eruption)
        Letusan Campuran (Explosive-effusive eruption)
1. Efusif/Leleran/Lelehan (Effusions)

Letusan yang bersifat leleran/lelehan lava melalui retakan yg terdapat pada tubuh gunungapi,
karena magmanya encer dan tekanannya lemah.




2. Eksplosif/Ledakan (Explosions)

Letusan yang bersifat ledakan dengan menyemburkan material volkanik berupa bahan padat, cair
dan gas, karena magmanya kental dan tekanannya tinggi.


3. Campuran (Explosions-Effusions)

Letusan yang bersifat perselingan antara efusif dan eksplosif, sehingga membentuk gunungapi
strato yang terdiri atas perlapisan lava dan bahan-bahan lepas (piroklastik).




BAHAN MUNTAHAN GUNUNGAPI :


        Bom vulkanis, gumpalan batuan sebesar bongkah
        Slag/Terak vulkanis, gumpalan batuan sebesar kerakal dengan bentuk tidak teratur
        Lapili, batu-batu kecil sebesar kerikil
        Pasir vulkanis, bahan letusan sebesar pasir
        Abu vulkanis, bahan letusan sebesar debu/abu
        Batuapung, bahan letusan yang ringan dan berongga

BAHAYA GUNUNGAPI :

(BAHAYA LANGSUNG)


        Aliran lava, suhu 800 – 1200°C
        Awan panas, suhu 600°C, kecepatan 200 km/jam
        Jatuhan piroklastik : bom, lapili, pasir, debu, abu/gas
        Lahar letusan (gunung berdanau kawah)
        Gas beracun : CO, CO2, HCN, H2S, SO2, dll

(BAHAYA TIDAK LANGSUNG)
Lahar hujan
        Banjir bandang
        Aliran lumpur
        Longsoran vulkanik

GERAKAN TANAH

Gerakan tanah (Mass Movement) adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan,
tanah, bahan rombakan atau material campuran, yang bergerak ke bawah sebagai longsoran,
runtuhan, aliran, atau rayapan.Gerakan tanah dipengaruhi oleh curah hujan, kelembaban tanah,
kestabilan lereng & kurangnya vegetasi.


Peristiwa ini terjadi karena hilangnya keseimbangan pada lereng akibat hujan terus menerus,
terjadinya gempabumi, pengaruh gravitasi bumi, dll.




JENIS GERAKAN TANAH


1.Longsoran Translasi (Translation Landslides)


Bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau bergelombang
landai. Longsoran jenis ini paling sering terjadi di Indonesia.




2. Longsoran Rotasi (Rotation Landslides)


Bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung. Longsoran jenis ini
juga paling sering terjadi di Indonesia.
3. Pergerakan Blok (Block Movements)


Bergeraknya blok batuan pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran
translasi blok batu.




4. Runtuhan Batu (Rock Falls)


Runtuhnya sejumlah besar batuan atau material lain dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi
pada lereng yang terjal hingga menggantung terutama di daerah pantai.




5. Rayapan Tanah (Land Creeping)


Longsornya tanah berbutir kasar dan halus secara lambat dan hampir tidak dapat dikenali. Setelah
waktu yang cukup lama, bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah menjadi
miring.
6. Aliran Bahan Rombakan (Debris Flows)


Bergeraknya massa tanah akibat dorongan aliran air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan
lereng, volume dan tekanan air, serta jenis materialnya.Gerakannya terjadi di sepanjang lembah
dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter
seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunungapi. Longsoran ini paling banyak menelan korban
jiwa manusia.




UPAYA MITIGASI BENCANA ALAM GERAKANTANAH :

       Memberi informasi kepada masyarakat luas tentang pengenalan kerentanan gerakan tanah
       dan pengolahan lahan yang tidak menimbulkan bencana gerakantanah.
       Membuat dan memanfaatkan Peta Zona Gerakantanah.
       Melakukan penelitian kestabilan lereng dalam pembangunan tata ruang suatu daerah.
       Melakukan penataan tata lahan dan pemukiman yang berada pada lokasi rentan gerakan
       tanah.
       Mengendalikan penggarapan lahan pada daerah perbukitan dan pegunungan.




Kegiatan penyelidikan geologi di lapangan yang meliputi dua tahap kegiatan yaitu tahap
pencarian/penjelajahan eksplorasi dan tahap pemanfaatan/penambangan eksploitasi . Dalam
tahap eksplorasi para ahli geologi dilengkapi oleh Peralatan Geologi .

1. Eksplorasi(Explorations) adalah kegiatan penyelidikan/penjelajahan lapangan untuk
mengumpulkan data/informasi selengkap mungkin tentang keberadaan sumber daya alam non
hayati di suatu tempat. Kegiatan eksplorasi mineral tahap awal dilakukan dengan penyelidikan
geologi yang didukung dengan metoda geofisika dan geokimia.Untuk mengidentifikasi potensi
mineral dan energi baik di permukaan maupun di bawah permukaan perlu dilakukan uji pemboran
yang dikenal dengan “pemboran eksplorasi”.Pemboran seringkali dilakukan hanya untuk
memastikan keterdapatan endapan mineral atau minyak dan gas bumi yang bernilai ekonomis.

a.Eksplorasi Permukaan (Surface Explorations)

Eksplorasi yang dilakukan hanya terbatas pada lapisan-lapisan batuan di permukaan bumi
sebagaimana layaknya kegiatan lapangan geologi.
b.Eksplorasi Bawah Permukaan (Subsurface Explorations)

Eksplorasi yang dilakukan untuk mengetahui kondisi lapisan-lapisan batuan di bawah permukaan
bumi dengan menggunakan metoda dan peralatan geofisika.




2. Eksploitasi(Exploitation) adalah kegiatan penambangan/pengusahaan/pemanfaatan sumber
daya alam yang telah dinyatakan prospek berdasarkan analisis potensi mineral, minyak dan gas
bumi, analisis kandungan dan besarnya cadangan, analisis ekonomi, serta analisis mengenai
dampak lingkungannya (AMDAL).


Metoda eksploitasi yang diterapkan sangat tergantung pada sifat cadangan yang ditambang dan
keterdapatannya. Apabila bersifat cair atau gas biasanya dilakukan dengan cara pemboran. Apabila
padat dan terdapat di bawah permukaan dilakukan dengan penambangan bawah tanah
(underground mining).Apabila padat dan terdapat di permukaan cukup dilakukan dengan
penambangan terbuka (open pit mining).




Penambangan Terbuka (Surface Mining)

Penambangan/eksploitasi bahan galian yang terdapat di permukaan bumi dengan cara pengupasan
bertahap sehingga akan meninggalkan bekas tambang berupa cekungan yang berteras-teras.
Penambangan Tertutup (Undergorund Mining)

Penambangan/eksploitasi bahan galian yang terdapat di bawah permukaan bumi dengan cara
menggali sambil membuat lorong-lorong/terowongan untuk kemudian hasilnya diangkat ke
permukaan tanah.




Peralatan Geologi (Geological Instrument)

Peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk mempelajari, mengamati, memeriksa,
mengumpulkan data dan contoh batuan dalam pekerjaan geologi lapangan (pemetaan geologi)
diantaranya:


       Kompas geologi
       Palu geologi
       Peta topografi
       Foto udara
       Lup
       Buku catatan lapangan
       Alat-alat tulis
       HCl 0,1 N
       Komparator batuan
       Pita/tali ukur
       Clipboard
       Kantung contoh batuan
       Kamera
       Tas lapangan
Endapan lumpur, pasir dan kerikil yang terdapat di muara sungai dengan bentuk ideal menyerupai
huruf Yunani “delta”.




Fosil (Fossils) adalah sisa, kesan atau jejak kehidupan baik tumbuhan maupun binatang yang hidup
di masa lampau/purba dan telah terawetkan/membatu akibat proses alamiah.


JENIS FOSIL

       Fosil Tubuh (Body fossil), fosil yang terbentuk dari bagian/keseluruhan tubuh, contoh:
       fosil gigi, tulang, kerangka, cangkang, daun, batang
       Fosil Kesan & Tikas (Mold & Cast), fosil yang terbentuk dari cetakan bagian
       tubuh/cangkang organisme, contoh: fosil kesan (mold) dan tikas (cast)
       Fosil Jejak (Trace fossil), fosil yang terbentuk dari jejak kehidupan organisme, contoh:
       fosil jejak kaki (footprint), jejak ekor (trail), jejak kuku (track), jejak liang (burrow)

KLASIFIKASI FOSIL

a. Fosil Tumbuhan (Plant Fossils)
b. Fosil Invertebrata (Invertebrate Fossils)




c. Fosil Vertebrata (Vertebrate Fossils)




termasuk Fosil Dinosaurus (Dinosaur Fossils)




c. Fosil Manusia Purba (Hominid Fossils)




Batuan (Rocks) adalah bahan padat bentukan alam yang umumnya tersusun oleh kumpulan atau
kombinasi dari satu macam mineral atau lebih.


JENIS BATUAN (ROCKS)
Batuan yang dibentuk oleh berbagai jenis dan susunan mineral dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
batuan beku (igneous rocks), batuan endapan (sedimentary rocks), dan batuan malihan
(metamorphic rocks).


Batuan Beku (Igneous Rocks)

Batuan yang terbentuk dari proses pembekuan/pengkristalan magma dalam perjalanannya menuju
permukaan bumi, termasuk hasil aktivitas gunungapi.


         Batuan beku dalam = batuan plutonik, batuan yg membeku jauh di bawah permukaan
         bumi, contoh: granit

         Batuan beku korok/gang = batuan intrusif / hipabisal, batuan yg membeku sebelum
         sampai ke permukaan bumi, contoh: granit porfir

         Batuan beku luar/leleran = batuan ekstrusif / efusif, batuan yg membeku di permukaan
         bumi, contoh: batuan vulkanis




Batuan Endapan (Sedimentary Rocks)

Batuan    yang    terbentuk   dari   proses   pengendapan     bahan    lepas   (fragmen)     hasil
perombakan/pelapukan batuan lain yang terangkut dari tempat asalnya oleh air, es atau angin,
yang kemudian mengalami proses diagenesa/pembatuan (pemadatan dan perekatan).


         Batuan sedimen klastik / mekanis = batuan yg terendapkan dari hasil rombakan batuan
         asal, contoh: konglomerat, breksi, batupasir, serpih, napal, batulempung

         Batuan sedimen organik = batuan yg berasal dari endapan bahan organis (binatang &
         tumbuhan), contoh: batugamping, batubara, batu gambut, diatomit

         Batuan sedimen kimiawi = batuan endapan akibat proses kimiawi, contoh: evaporit,
         travertin, anhidrit, halit, batu gips

         Batuan sedimen piroklastik = batuan endapan hasil erupsi gunungapi berupa abu/debu,
         contoh: tufa
Batuan Malihan (Metamorphic Rocks)

Batuan yang terbentuk dari proses perubahan batuan asal (batuan beku maupun sedimen), baik
perubahan bentuk/struktur maupun susunan mineralnya akibat pengaruh tekanan dan/atau
temperatur yang sangat tinggi, sehingga menjadi batuan yang baru.


       Batuan metamorf kontak/sentuh/termal = batuan malihan akibat bersinggungan dengan
       magma, contoh: marmer, kuarsit, batutanduk

       Batuan metamorf tekan/dinamo/kataklastik = batuan malihan akibat tekanan yang sangat
       tinggi, contoh: batusabak, sekis, filit

       Batuan metamorf regional/dinamo-termal = batuan malihan akibat pengaruh tekanan dan
       temperatur yang sangat tinggi, contoh: genes, amfibolit, grafit




Bentuk-bentuk geometri yang terdapat pada kulit bumi yang terbentuk oleh pengaruh gaya-gaya
endogen, baik berupa tekanan maupun tarikan. Para ahli geologi menyebutnya Struktur Geologi,
dan dikenal dengan Kekar ,Sesar , serta Lipatan .

Kekar (Joint) adalah rekahan/patahan pada lapisan batuan yang terjadi akibat pengaruh gaya-gaya
endogen baik tekanan maupun tarikan, tanpa mengalami perpindahan tempat.


JENIS KEKAR


       Kekar Gerus (Shear Joint) adalah Kekar pada batuan yang terjadi akibat tekanan
       Kekar Tarik (Tension Joint) adalah Kekar pada batuan yang terjadi akibat tarikan
Sesar (Faults) adalah rekahan/patahan pada lapisan batuan yang terjadi akibat pengaruh gaya-
gaya    endogen     baik   tekanan    maupun     tarikan   dan    mengalami      perpindahan
tempat/dislokasi/pergeseran.

JENIS SESAR

       Sesar Normal / Turun (Normal / Gravity Fault)
       Sesar Naik (Reverse / Thrust Fault)
       Sesar Mendatar / Geser (Horizontal / Strike-Slip Fault)
       Sembul (Horst)
       Terban (Graben)




Lipatan (Folds)adalah struktur lapisan batuan sedimen berbentuk lipatan/ gelombang/ lengkungan
yang terbentuk akibat gaya endogen berupa tekanan.


JENIS LIPATAN


       Lipatan Tegak/Setangkup (Upright Fold / Symmetrical Fold)
       Lipatan Tidak Setangkup (Asymmetrical Fold)
       Lipatan Miring / Menggantung (Inclined Fold / Overturned Fold)
       Lipatan Rebah (Recumbent Fold)
       Antiklin (Anticline)
       Sinklin (Syncline)
Bagian permukaan bumi yang menjulang tinggi (>300 m) yang biasanya berbentuk kerucut
terpancung dengan lubang kawah di puncaknya, terbentuk akibat munculnya magma ke permukaan
bumi.


JENIS GUNUNGAPI :

        Gunungapi Aktif (Active volcano), gunungapi yang masih menunjukkan aktivitas
        vulkanisme (erupsi masih berlangsung).
        Gunungapi Istirahat (Dormant volcano), gunungapi yang tidak menunjukkan kegiatan
        dalam waktu yang cukup lama, namun sewaktu-waktu dapat meletus.
        Gunungapi Mati (Extinct volcano), gunungapi yang sudah tidak akan bererupsi lagi.

TIPE GUNUNGAPI :


1. KERUCUT PIROKLASTIKA


Kerucut gunungapi yang tersusun atas material piroklastika (bahan-bahan lepas gunungapi) berupa
bom, lapili, dan abu gunungapi.Pada umumnya bentuk gunungapi ini memiliki kawah di bagian
puncak dan tubuh gunungapi tidak terlalu tinggi karena endapan piroklastika yang masih lepas dan
mudah tererosi.




2. MAAR
Gunungapi berbentuk kerucut terpancung yang memiliki kawah berbentuk mangkuk dengan lebar
kawah relatif lebih besar dibandingkan tinggi kawah.Pada umumnya gunungapi ini memiliki lereng
relatif landai dan kawah yang terisi air membentuk danau kawah.Maar yang terkenal di Indonesia
terdapat di G. Lamongan, Jawa Timur.




3. GUNUNGAPI KALDERA


Suatu gunungapi berbentuk kerucut terpancung, dengan lebar kawah berdiameter lebih dari 2 km
yang terbentuk sebagai akibat erupsi eksplosi yang dahsyat.




4. KUBAH LAVA


Tonjolan batuan lava berbentuk membundar dengan kemiringan lereng relatif sama ke segala arah,
yang terbentuk akibat penerobosan magma ke permukaan bumi. Pada umumnya kubah lava
terbentuk dari lava yang sangat kental.Besar dan luasnya tergantung pada volume lava dan sifat
kekentalan.
5. GUNUNGAPI PERISAI


Gunungapi yang tersusun atas perlapisan aliran lava yang sangat encer sebagai hasil erupsi yang
berulang.Biasanya bentuk gunungapi ini memiliki lereng yang landai. Jarang dijumpai di Indonesia ,
tetapi sangat umum dijumpai di Kepulauan Hawaii.




6. GUNUNGAPI STRATO ATAU CAMPURAN


Gunungapi berbentuk kerucut atau kerucut terpancung yang tersusun atas perlapisan atau
perselingan antara aliran lava dan endapan piroklastika.Bentuk gunungapi ini sangat umum
dijumpai di Indonesia.
Lubang pada kulit bumi yang mengeluarkan cairan lumpur dan gas dalam jumlah besar sehingga
membentuk gundukan seperti gunung.Prosesnya mirip dengan pembentukan gunungapi, hanya saja
yang keluar bukan magma/lava.




Massa kulit bumi yang mengalami pengangkatan sehingga jauh lebih tinggi dari daratan di
sekitarnya, biasanya bentuknya memanjang dan merupakan deretan gunung-gunung.




Daerah yang tersusun oleh batu-batu kapur yang berpori sehingga air permukaan selalu merembes
dan menghilang ke dalam tanah.Rembesan ini dapat membentuk sungai bawah tanah atau bahkan
membangun suatu goa kapur dengan stalaktit dan stalagmitnya.
Lembah sungai berdinding terjal yang terjadi akibat erosi samping terhadap batuan yang mudah
gugur disamping pengaruh sesar terban.




Bagian sungai yang memiliki perbedaan ketinggian yang besar sehingga aliran sungai mengalir
dengan cara jatuh bebas. Ini merupakan ciri sungai dengan stadium muda dimana erosi vertikal
jauh lebih besar disbanding erosi horizontal.
Tikungan sungai yang berkelok-kelok berbentuk setengah lingkaran akibat erosi ke samping
(horizontal) lebih besar daripada erosi ke bawah (vertikal), merupakan ciri sungai berstadium tua
dan biasa terdapat pada dataran rendah di bagian hilir sungai.




Endapan lumpur, pasir dan kerikil yang terdapat di muara sungai dengan bentuk ideal menyerupai
huruf Yunani “delta”.
Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald, keturunan
Jerman-Denmark yang lahir di Berlin, adalah seorang ahli paleontologi manusia purba dan
kebudayaannya. Untuk mendapatkan sebutan itu ia telah menjelajahi P. Jawa, memasuki gua
manusia Peking, mengacak-acak toko obat Cina serta menelusuri lembah Olduvai di stepa Sere-
ngeti Afrika Utara, hanya untuk mengumpulkan fosil yang ia perlukan untuk penyelidikannya.
Catatan-catatan harian yang dibuatnya, setelah dilakukan perbaikan dan tambahan di sana-sini
agar pembaca awam lebih mudah menyelami lika-liku ilmu geologi dan prasejarah, akhirnya
dituangkan dalam bukunya yang terkenal Speurtocht in de prehistorie, ontmoetingen met onze
voorouders (Penelusuran di zaman prasejarah, perjumpaan dengan nenekmoyang kita).


Von Koenigswald belajar geologi dan paleontologi di Berlin, Tubingen, Koln, dan sampai meraih
gelar dotor dalam bidang geologi di Munchen pada tahun1928. Pada tahun 1931 ia datang di Hindia
Belanda (Nusantara) dan langsung melakukan penelitian-penelitian yang terarah pada stratigrafi
Pliosen-Plistosen di P. Jawa. Antara tahun 1932-1933 ia melakukan penggalian untuk penyelidikan
paleontologi di daerah Ngandong, Blora, Jawa Tengah, dan menemukan fosil manusia purba yang
diberi nama Homo erectus soloensis. Penyelidikan selanjutnya dilakukan di daerah situs Sangiran,
Sragen, Jawa Tengah antara tahun 1934-1941.Di daerah itu von Koenigswald menemukan gigi
rahang yang sudah lepas yang kemudian diketahui dari spesies Modjokertensis, tengkorak dari
spesies Pithecanthropus erectus, serta rahang atas dan bawah dari spesies Meganthropus
palaeojavanicus.


Di bidang prasejarah, von Koenigswald dikenal dengan penemuannya peranti (artifact) manusia
purba berupa serpihan obsidian di dataran tinggi Bandung (1931), di daerah Punung, Pacitan, Jawa
Tengah (1933) berupa piranti yang digolongkan sebagai Pacitanian, dan di daerah Sangiran (1934)
berupa serpihan rijang. Untuk mendapatkan fosil yang telah disimpan orang, ia menelusuri ke toko-
toko obat Cina di beberapa negara, seperti di Indonesia (terutama Jawa Barat), di Malaysia,
Muangthai, Hongkong, Indocina, Pilipina, dan di Amerika. Dalam penelusuran itu, ia menemukan di
antaranya gigi-gigi dari spesies Gigantopithecus (di Hongkong), spesies Hemanthropus peii,
Sinanthropus officinalis, dan rahang dari Wajak.


Von Koenigswald adalah paleontologiwan yang sangat banyak berkarya.Karya ilmiahnya yang
berjumlah lebih dari 300 judul, sebagian besar membahas tentang hasil penemuannya di P.Jawa.
Dalam tulisannya perihal manusia purba, ia membahas tentang: taksonomi, morfologi, bahan
makanan, tata lingkungan, migrasi, dan banyak yang menyangkut teori penting dalam evolusi
manusia. Dari hasil-hasil penyelidikannya, dapat ditemukan pengabadian namanya di dalam nama
beberapa binatang mamalia purba. Di daerah Ngandong, ia menemukan jenis Artiodactyla yang
diberi nama Sus terhaari von koenigswald dan rusa purba Cervus javanicus von koenigswald. Dari
daerah-daerah lain, von Koenigswald juga menulis hasil penyelidikannya tentang fosil primata dan
fosil manusia purba dari Afrika, Eropa dan dari Australia. Hasil penyelidikan dari daerah-daerah itu
meliputi:   Oreopithecus,   Ramapithecus,    Sivapithecus,   Dryopithecus,   dan    manusia   purba
Neanderthal.


Sebagai seorang sarjana antropologi yang telah berprestasi dan berdedikasi, terutama di bidang
paleoantropologi, von Koenigswald telah banyak menerima tanda penghargaan. Selain ia
memperoleh beberapa penghargaan seperti: Medali Annandale, Plaket Darwin, Medali Thomas
Huxley, dan Hadiah Werner-Reimers, ia juga mepe-roleh gelar Dotor Kehormatan dari Universitas
Gajahmada pada tahun 1976. Dari tahun 1948 sampai dengan 1968, ia menjadi gurubesar
paleontologi di Universitas Utrecht, Belanda, dan kemudian pindah bekerja di Museum
Senckenberg, Frankfurt, Jerman, sampai ia meninggal pada tahun 1981.


(Sumber: K.Koesoemadinata, dalam Berita Direktorat Geologi, v.9, n.21, h.229-230, 1977; dan
Teuku Jacob, dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, j.9, h.26-27, 1990).




ika orang berdarmawisata ke Lembang, salah satu tempat yang lazim dikunjungi adalah sebuah
tugu yang dikenal penduduk sebagai Tugu Junghuhn. Franz Wilhelm Junghuhn, perintis
penyelidikan geologi di Indonesia setelah Rumphius, adalah seorang penyelidik berkebangsaan
Belanda keturunan Jerman. Ia dilahirkan di Mansfeld, Prusia, Saksen pada 26 Oktober 1809 dan
meninggal di Lembang, 24 April 1864.

Semula ia belajar ilmu obat-obatan di Halle, Berlin tetapi karena terlibat suatu perkelahian (duel),
ia terpaksa berhenti. Ia kemudian dipenjara di Ehrenbeitstein. Suatu ketika ia berlagak seakan-
akan kurang ingatan, hingga ditampung di panti sakit jiwa di Bonn. Ia dapat melarikan diri dari sini
hingga akhirnya sampai di legium asing Perancis di Afrika. Karena tidak memenuhi syarat ia pindah
ke Utrecht, negeri Belanda, di sana ia menempuh ujian dokter pada Tentara Belanda. Sebagai
dokter tentara ia sampai di Jawa. Di pulau itu ia menetap dari tahun 1835 sampai 1848 dan dari
1855 hingga meninggal dunia.

Junghuhn banyak melakukan perjalanan dan melukiskan pengalamannya terutama ditinjau dari
sudut ilmiah.Banyak gunungapi didakinya dan topografi serta tetumbuhannya dikenalnya dengan
baik. Pengetahuannya terutama dituangkan dalam karyanya: Java, terdiri dari 4 jilid dan dihiasi
dengan peta-peta dan gambar-gambar dalam tata warna. Di antaranya memuat sabuk-sabuk cuaca
(klimaatgordels) yang terkenal itu.


Pada 23 Januari 1850 ia menikah dengan Johanna Louisa Frederica Koch. Ia termasuk salah seorang
pendiri majalah orang-orang bebas agama De Degeraad (Fajar) pada 1855 dan pada 27 Juni 1855 ia
diangkat menjadi inspektur perkebunan kina yang didirikan oleh Hass Karl (1854). Junghuhn
memilih Lembang sebagai tempat terbaik untuk perkebunan kina dan di sana pulalah ia kemudian
menutup mata untuk selamanya.


Penerbitan-penerbitannya yang paling dikenal di antaranya Java, zijne gedaante, zijn plantentooi
en inwendige bouw (Jawa, wujudnya, tetumbuhan penghiasnya dan struktur dalamnya), terdiri
dari 4 jilid , 1849, 1850 - 1854, Kaart van Java (Peta pulau Jawa), 4 lembar (1855) dan
Topographische und Naturwissenschofliche Reisen durch Java (1845).


Mungkin karena pada hakekatnya Junghuhn adalah seorang dokter, dari karya ilmiahnya mengenai
pengetahuan alam tampak bahwa sebenarnya ia lebih merupakan seorang ahli botani dari pada
seorang geologiwan, namun ia tetap telah memberi dasar yang berarti dalam ilmu itu dengan
penyusunan peta geologi Jawa dan pembahasan sejumlah gejala gunungapi dan geologi Indonesia.
Salah satu pernyataannya yang menghebohkan akan tetapi kemudian ternyata tidak benar, adalah
mengenai letusan G. Salak, Bogor dalam bulan Juni 1699. Pada waktu itu korban yang diakibatkan
bencana alam diantaranya yang menimpa Jakarta, pada hakekatnya disebabkan oleh gempabumi
tektonika.


Koleksi Junghuhn yang besar kemudian diolah oleh sejumlah sarjana; fosil-fosil binatang oleh C.
Ekrenberg, J. Herklots dan K. Martin, fosil tetumbuhan oleh H. Goepert, dan batuan oleh H.
Behrens dan J. Lorie.


Kita dengan tepat dapat menyebut Java-nya Junghuhn sebagai prestasi terpenting dalam bidang
geologi yang telah sampai pada kita dari bagian pertama abad ke-19, yang hingga sekarang masih
tetap digunakan sebagai referensi.




Salah seorang geologiwan perintis di Indonesia yang mengakhiri riwayat hidupnya dalam
menunaikan pekerjaan, adalah insinyur kepala Fennema. Seperti kita ketahui ia mencapai umur 48
tahun ketika menemui ajalnya di Danau Poso, Sulawesi Tengah 109 tahun yang lalu. Reinder
Fennema dilahirkan di Sneek, Friesland, Nederland pada 21 Oktober 1849. Setelah menyelesaikan
sekolah dasar ia menjadi murid HBS (sekolah menengah) dan tamat pada tahun 1867 di Groningen.


Setelah itu ia masuk Polytechnische School untuk insinyur pertambangan di Delft. Selama
mengikuti kuliah, masa liburnya dihabiskan dengan bekerja di daerah pertambangan seng dan
timbal di Immekeppel dekat Bensberg, Jerman. Setelah menempuh ujian B, di musim panas 1869
bersama Hooze dan Birnie ia melakukan ekskursi geologi ke Inggris dan Skotlandia dibawah
pimpinan Prof. Vogelsang. Antara 1869 - 1870 pelajarannya diteruskan di Mijnakademie Clausthal,
pegunungan Hartz, Jerman. Selama libur 1871 ia bekerja di pertambangan batubara Heinitz,
Saarbrucken, Jerman dan akhirnya dalam tahun 1872 menempuh ujian C di Delft. Fennema sangat
disenangi para rekan mahasiswanya, beberapa lamanya ia menjadi anggota senat.


Kemudian dalam tahun 1872-1873 mulailah latihan kerja yang sesungguhnya.Beberapa bagian dari
Hongaria dan Zevenbergen, Saksen dan Bohemia Utara dikunjunginya, juga pameran Weener dan
pertambangan batubara di Belgia dan Perancis utara.Ia pun mempelajari pembuatan sumur di
Douai lewat lapisan yang kaya akan air menurut sistem Kind dan Chaudron.


Pada bulan April 1874 ia tiba di Batavia (sekarang Jakarta) sebagai calon insinyur dan kemudian
diangkat menjadi insinyur kelas 3. Dalam bulan Juli tahun itu, ia diperbantukan pada R.D.M.
Verbeek melakukan pemetaan geologi di Sumatra Barat. Karya pertamanya adalah pengukuran
perbedaan tinggi antara Talaweh dan G. Bekahur, kemudian dalam bulan Agustus 1874 ia
berangkat ke daerah Sibelabu, Tanah Tinggi Padang, menyelidik endapan sinaber.


Permulaan tahun 1875 ia ditempatkan di Payakumbuh untuk mengikuti pemetaan geologi bagian
sebelah utara dan timurlaut pantai Sumatra Barat. Selama pekerjaan inilah cara pengamatan
lapangan Fennema yang cermat tampak menonjol.


Pada Pebruari 1878 Fennema dipindahkan ke Batavia dan dipekerjakan pada Grondpeilwezen,
pemboran air artesis, mula-mula di daerah Batavia, kemudian di Jawa Tengah. Pada waktu itu
iatelah diangkat menjadi insinyur kelas 2. Pada Mei 1879 ia dipindahkan lagi ke Surabaya untuk
memimpin pemboran air di sana, serta di Pasuruan dan Lasem, Rembang.


Dalam bulan Juli 1880 ia dipanggil ke Batavia, dan pada bulan Agustus melakukan pemetaan
geologi di karesidenan Bagelen untuk kepentingan pemboran air di Gombong. Pada waktu itu
Fennema sempat pula mengunjungi pegunungan Serayu Selatan dan lapangan Luk Ulo. Di sinilah ia
beruntung untuk pertama kali menemukan “tanah dasar Jawa”, ialah batuan, yang di atasnya
terletak batuan sedimen dan gunungapi Tersier dan yang lebih muda. Pada akhir Agustus 1880 ia
bersama Hooze dan Verbeek menyelidiki batuan di Jasinga yang oleh Rigg ditentukan sebagai
granit.


Dalam bulan September tahun itu Fennema dipindahkan ke Bengkulu untuk melakukan
penyelidikan kembali kemungkingan pengolahan lapangan batubara Bukit Sunar. Pekerjaan ini
sangat meletihkan dan setelah kembali di Batavia bulan Juni 1881 kesehatannya mulai terganggu,
hingga menyebabkan ia pulang cuti ke Eropa selama 2 ½ tahun.


Kemudian dalam bulan Oktober 1884 ia kembali di Indonesia dan bekerja di Ijo, pegunungan
Karangbolong di perbatasan Banyumas dan Bagelen. Setelah itu ia juga ditugaskan dalam
penyelidikan geologi di daerah Priangan. Dalam bulan Januari 1885 Fennema diangkat menjadi
insinyur kelas 1.Ia menikah dengan E. de Bruine dalam bulan Nopember tahun itu pula


Letusan G. Semeru, yang meminta korban 70 orang, terjadi di malam hari 17 April 1885, dan pada
28 April kita sudah melihat Fennema diperkebunan kopi Kali Bening sebelah selatan gunung,
melakukan penyelidikan sebab dan akibat terjadinya peletusan. Inilah yang menjadikan alasan
pengangkatan Fennema menjadi anggota Bagian Ilmu Pasti dan Pengetahuan Alam Koninklijke
Akademie van Wetenschappen Amsterdam pada 14 Mei 1886, satu-satunya penghargaan yang
diperolehnya selama masa kerjanya yang panjang dan sibuk itu. Dalam tahun itu juga ia terlibat
dalam penyelidikan kemungkinan pengolahan minyak bumi di Langkat. Dalam laporannya, tidak
saja ditunjukkannya kemungkinan pengolahan minyak bumi dari daerah Telaga Said, namun
dibahasnya pula beberapa angka kemungkinan keuntungan dari maskapai Langkat. Tugas ini
menelorkan pendirian Koninklijke Maatschappij tot Exploitatie van Petroleumbronnen in
Nederlandsch Indië. Setelah itu ia kembali melakukan penyelidikan penyediaan air untuk Kota
Medan.


Dalam tahun 1888 ia dipekerjakan lagi pada pemetaan geologi Jawa. Hasil kerjaan ini diterbitkan
bersama dengan R.D.M. Verbeek berjudul Geologische beschrijving van Java en Madoera,
(Amsterdam, 1896).


Pada Nopember 1893 Fennema diangkat menjadi insinyur kepala.Ia kemudian mempelajari akibat
letsuan G. Galunggung di Tasikmalaya, yang terjadi pada 18 - 19 Oktober tahun itu. Setelah itu ia
cuti ke Nederland, dan ia menulis laporannya. Laporan ini kemudian dimuat dalam Jaarboek tahun
1895.


Setelah kembali di Indonesia pada bulan Januari 1896 ia diangkat kembali menjadi insinyur kepala.
Dalam bulan Juli tahun itu ia mengunjungi beberapa endapan bijih emas di pantai utara Sulawesi;
selanjutnya ia dipindahkan ke Manado, untuk dibebani pimpinan penyelidikan geologi di
keresidenan itu. Ia kemudian melakukan peninjauan di daerah Minahasa, Paleleh, Gorontalo, Tojo,
Poso, Parigi dan Tinombo; termasuk pula gunungapi Sangir Besar dan Siau, sebelah utara Sulawesi.
Selain itu, didatanginya pula lajur pantai Sulawesi Utara, dari Kwandang hingga Lokodido.


Dalam bulan Nopember 1897 Pemerintah Hindia Belanda melakukan penyelidikan terhadap
perluasan kekuasaan Kerajaan Luwuk, terutama untuk mengetahui apakah seluruh daerah Poso
juga termasuk dalam kerajaan itu. Untuk penyelidikan ini pemerintah menunjuk kontrolir van
Wetering dan van Rijn, serta kapten Callas untuk melakukan pemetaan dan pendeta Alb. C. Kruyt,
yang bertindak sebagai penunjuk jalan dan juru bahasa.


Kesempatan ini tidak dilewatkan begitu saja oleh Fennema.Ia ingin mempelajari keadaan geologi
Poso, antara kelokan Tomini dan Danau Poso. Karenanya ia menggabungkan diri dengan rombongan
ini. Bersama J. F. de Corte ia mengikuti regu dan sampai di tepi Danau Poso pada 18 Nopember.
Kita sudah mengetahui bahwa ini merupakan tugas terakhir Fennema; ia tenggelam pada 27
Nopember tahun itu, dan mayatnya tidak pernah ditemukan.


Demikianlah akhir hayat dari seorang lelaki yang rajin dan cakap ini.Ia telah menjadi korban
kekurangan peralatan dan persiapan yang tersedia bagi setiap penyelidik alam, terutama
geologiwan di Indonesia dan yang telah memakan begitu banyak korban jiwa para sarjana.


Inilah gambaran apa yang telah dicapai Fennema selama masa kerja 23 ½ tahun lebih sebagai
insinyur pertambangan dalam bidang ilmiah maupun terapan. Tidak henti-hentinya ia bekerja, dan
andaikata saja maut tidak datang begitu mendadak, maka pastilah kita masih dapat mengharapkan
pengetahuan yang sangat berharga darinya. Ia akan selalu menjadi teladan bagi para geologiwan
dimasa yang akan datang, yang harus melakukan penyelidikan dalam keadaan serba sulit dan tidak
menyenangkan. Dalam hal ini mereka dapat mengenangkan kembali pelopor ini, yang tergambar
dari penghidupan dan pekerjaannya, yang setiap penemuan menjadi cambuk untuk lebih banyak
lagi melakukan penyelidikan, dan yang dalam tugasnya demi ilmu pengetahuan sampai harus
mengorbankan jiwanya.


Kehidupan Fennema tidak kaya akan penghargaan yang diberikan orang, mungkin karena
kesederhanaan jiwanya dan kerendahan hatinya. Baru setelah ia tiada, isterinya mendapatkan
sebuah medali emas, disampaikan oleh Société de Geographie Commerciale di Paris. Kemudian ia
dianugerahi suatu penghargaan lebih tinggi lagi, ialah Prox Tchihatchef, oleh Academie des
Sciences di Paris bulan Desember 1899.


Karya menonjol lain yang ditulis Fennema bersama G.P.A. Renaud di samping mengenai geologi
Jawa adalah : Uitkomsten van het Gouvernementswezen ingestelde onderzoek naar petroleum in
het concessie terrain van de heer A.J. Zijller in Beneden Langkat (Oostkust van Sumatra) en
beschouwingen over de rentabiliteit eener aldaar gevestigde petroleum industrie. (hasil dari
penyelidikan oleh Pemerintah terhadap minyak bumi di lapangan konsesi tuan A.J. Zijller di
Langkat Bawah, pantai Timur Sumatra dan tinjauan mengenai kemungkinan menguntungkannya
suatu industri minyakbumi di sana) Agustus 1890.


(Dari R.D.M. Verbeek, 1903, Levensbericht van Reinder Fennema){mospagebreak}


Kisah Tewasnya R. Fennema di Poso
Para pengunjung museum yang naik melalui tangga ke lantai atas akan melihat batu pualam
bertulis yang ditempelkan pada dinding tepat di depan tangga. Letaknya yang istimewa itu
menyebabkan orang tanpa menyadarinya selalu membaca batu itu, mengenangkan jasa seorang
geologiwan yang telah tewas dalam menunaikan tugasnya di daerah terpencil, jauh dari kegiatan
manusia.


Demikianlah pada 27 Nopember 1897, Reinder Fennema, seorang insinyur kepala, ahli geologi telah
tenggelam dan hilang di dasar Danau Poso, Sulawesi Tengah.Mayatnya tak pernah ditemukan.


Pada hari yang cerah, kira-kira pukul setengah satu hari itu, bertolaklah sebuah perahu dari pantai
barat danau menuju Peura di pantai timur, tempat rombongan lain yang melakukan perjalanan
mengikuti pantai timur menunggu mereka. Perahu itu berpenumpang 6 orang, yaitu Fennema dan
de Corte, pegawai Dienst van het Mijnwezen, dan 4 orang pembantu yang berasal dari
Minahasa.Cuaca amat baik, angin bertiup sepoi-sepoi basa.Pada kira-kira pukul 3 sore, ketika
perahu berada ditengah-tengah danau, tiba-tiba bertiuplah angin kencang.Dalam tempo yang
singkat datang pula gelombang yang tinggi; menggulung, menghantam perahu.Perahu kecil yang
berpenumpang 6 orang itu tidak berdaya.Hanya sekejap saja telah terbalik.Semua penumpang
terlempar dan masing-masing berusaha menyelamatkan diri dengan berpegang sekuat-kuatnya
pada badan perahu yang terbalik itu.Angin dan gelombang terus berkecamuk.Tenaga untuk
menggantung sudah semakin berkurang, dan akhirnya hampir habis samasekali.


Cuaca gelap dan pekat, ketika pada kira-kira pukul delapan de Corte mendengar teriakan lemah
dan kemudian mengetahui bahwa Fennema telah lepas dari perahu dan menghilang.Semua orang
hanya mempunyai tenaga tersisa sedikit saja untuk menggantung, sehingga tiada usaha dilakukan
untuk mencarinya.Kepekatan malam menambah kecut hati masing-masing.Semuanya menyerahkan
nasibnya kepada Tuhan.


Untunglah   kira-kira   2   jam   kemudian   anginpun   berhenti.   Gelombang     berangsur-angsur
kurang.Dengan segala usaha dan mengerahkan tenaga yang masih tersisa perahupun dibalikkan.
Dengan susah payah masing-masing mengangkat badannya untuk menaiki perahu. Semua peralatan
dan dayung telah hilang.Tinggallah menunggu perahu dihanyutkan arus.Semalam-malaman perahu
hanyut terapung-apung.


Ketika matahari memancarkan cahaya merah di ufuk timur barulah mereka tahu keadaan
sekitarnya.Pantai barat danau ternyata tidak begitu jauh lagi.Merekapun berusaha mendekatkan
perahu ke pantai itu.


Penduduk setempat memberinya makanan dan nasi sekedarnya, dan berusaha pula mencari
Fennema.Namun Fennema telah hilang ke dasar danau bersama conto batu dan catatan hariannya.


Demikianlah geologiwan yang dilahirkan di Sneek, Nederland pada 21 Oktober 1849, telah tewas
dalam menunaikan tugasnya, yang seperti juga tugas geologiwan pada umumnya menuntut
keberanian hidup terpencil, jauh dari kegiatan manusia, dan tidak jarang pula penuh marabahaya.


(Tulisan mengenang Insinyur Kepala pada Mijnwezen di Hindia Belanda Reinder Fennema, kawan
yang setia, manusia yang mulia, sarjana yang rendah hati)
Reinout Willem van Bemmelen dilahirkan di Jakarta pada 14 April
1904. Sewaktu berumur 17 tahun, ia pergi ke Delft untuk belajar ilmu pertambangan. la adalah
salah seorang murid terakhir dari Sekolah Delft Molengraaff.


Pada 5 Juli 1927 Insinyur pertambangan van Bemmelen meraih gelar Doktor di Delft berdasarkan
disertasinya Bijdrage tot de Geologie der Betische Ketens in de provincie Granada. Promotornya
adalah Prof. H. A. Brouwer.


Setelah promosi, pemuda van Bemmelen bekerja pada Opsporingdienst van den Mijnbouw di Hindia
Belanda pada Perpetaan Sumatra dan Jawa.Kegemarannya dalam bidang geologi dan kemampuan
belajar yang luar biasa, pada waktu itu saja sudah memaksakan untuk mencurahkan pikirannya
terhadap banyak bidang di luar pekerjaan sehari-harinya. Pada beberapa tahun pertama ini bukan
saja telah tumbuh benih pemikiran geotektonikanya, yakni teori Undasi (1932), akan tetapi juga
benih karya standar (baku) yang kelak akan rnengakhiri karyanya di Indonesia dalam tahun 1949,
dengan penerbitan bukunya The Geology of Indonesia.


Pada hakekatnya perioda kegiatannya pada Opsporingdienst van den Mijnbouw, berakhir dengan
terjadinya Perang Dunia II, yang berarti pula penawanan bagi van Bemmelen. Namun sempat pula
ia di tahun pertama penjajahan Jepang itu, untuk memimpin Penyelidikan Gunungapi dengan
menghasilkan karyanya Bulletin of the East Indian Volcanological Survey for the year 1941 (Bulletin
nos. 95 - 98) yang di dalamnya memuat juga Register of the Localities of Volcanologic Activity in
the East Indian Archipelago dan Preliminary Historical Register of Volcanic activity in the East
Indian Archipelago oleh W.A. Petroeschevsky, yang kelak akan menjadi dasar untuk pembuatan
Catalogue of the Active Volcanoes of the World Including solfatara field, Part I Indonesia oleh
Neuman van Padang. Penjajah Jepang tidak dapat menghalangi van Bemmelen berkuliah di
hadapan sesama tahanan yang menaruh perhatian terhadap geologi. Setelah perang di negeri
Belanda selesai, ia menulis kembali The geology of lndonesia, karena manuskrip pertama hilang di
waktu perang. Ini merupakan suatu prestasi yang luar biasa.


Suatu bukti bukan saja dari kekuatan mental dan ketekunannya, melainkan juga dari kesadaran
akan kewajibannya kepada Opsporingdienst dan kepada semua yang pernah bekerja dalam bidang
geologi di Hindia Belanda. Setelah itu pada tahun 1951 menyusul pengangkatannya sebagai
Gurubesar dalam Geologi Ekonomi di Utrecht dan pada 1969 tibalah masa emeritusnya. Mengenai
karyanya dapat dicatat lebih lanjut sbb. : Pertama-tama mengenai sumbangannya pada geologi
Indonesia. Buku The Geology of Indonesia-nya masih tetap dianggap sebagai pekerjaan baku yang
mengumpulkan geologi dan geologi ekonomi bagian dari dunia ini. Kini sudah terbit terjemahannya
dalam bahasa Rusia dan mengingat banyaknya permintaan, cetakan ulang dilakukan.Sumbangannya
pada pengetahuan geologi ternyata kelihatan dari mengalirnya berbagai artikel, sedangkan pada
banyak kongres van Bemmelen telah mengungkapkan sejumlah problema geologi.Di atas sudah
disebut teori Undasi, teori yang tidak dapat dipisahkan dari namanya.„Tektogenesa sekunder yang
dipengaruhi gayaberat” yang erat hubungannya dengan ini telah melibatkan banyak geologiwan,
terutama di bagian yang berbahasa Inggris.Ini menghasilkan suatu tempat terkemuka baginya
dalam dunia kepustakaan geologi. Akan tetapi juga di bidang lain tampak perhatiannya. Banyak
artikel yang ditulisnya mengenai gejala gunungapi yang dihubungkan dengan tektonika.Batuan
ignimbrit sangat menarik pertahiannya.


Sebagai ilmiawan van Bemmelen memadukan pertanyaan bagaimana dan mengapa dari gejala
geologi.Pertanyaan ini tidak dihindarinya. Dengan pengetahuan lapangan dan pustakanya yang luas
ia selalu mencoba merumuskan suatu jawaban. Dari pekerjaannya nyata keyakinannya, bahwa
pemecahan persoalan suatu problema harus dilihat sebagai gejala tambahan dari suatu kejadian
yang lebih besar dan „mondial‟. Ini nyata dari penerbitannya mengenai problema selayang pandang
seperti: geotektonika dengan banyak segi atau fasetnya seperti sesaran kontinen, sistem sesar
(patahan) selayang pandang, dst.


Terjadinya bumi dan keraknya, dan akhirnya hubungan geologi dengan pengetahuan dan
pengertian dimensi dalam geologi merupakan suatu pertanyaan yang hanya dapat dijawab oleh
seseorang, yang menguasai ikhtisar dari banyak kekhususan atau cabang ilmu dalam geologi.Suatu
kualifikasi yang selain dipenuhi oleh van Bemmelen hanya dapat dipenuhi oleh beberapa gelintir
geologiwan saja.


Jasa van Bemmelen ditandai dengan penganugerahan beberapa penghargaan, yakni :


1. Pening kehormatan Universitas Bebas di Brusel,


2. Medali dari Akademi Ilmu Pengetahuan Cekoslovakia,


3. Keanggotaan persamaan dari Geologische Gezellschaft di Wina.


Lebih penting bagi para geologiwan, yang menamatkan sekolahnya waktu ia (van Bemmelen)
menjabat gurubesar adalah perhatian yang sungguh terhadap orang muda, yang belajar di bawah
bimbingannya. Siapa saja yang mendapatkan buku Mountain building van Bemmelen, yang
disampaikan olehnya kepada para rekan dan muridnya pada waktu emeritusya dalam 1969, akan
terkesan oleh persahabatan, penghargaan dari kekaguman yang dicetuskan dalam buku ini.


Kepada para mahasiswa dan promovendinya, ia bertindak sebagai seorang sahabat yang lebih tua
dengan sedikit banyak pengalaman. Sikap ini tidak terbatas pada kuliah, eskursi dan pemetaan,
tetapi   juga   meluas   ke   penghidupan   sehari-hari,   yang   didampingi   dengan   ketat   oleh
isterinya.Hubungannya dengan para mahasiswa jelas bukan disebabkan oleh kewajiban sosial,
melainkan bersemi dari perhatian hangat terhadap sesama manusia.


Di lapangan ia mengajar para muridnya bagaimana memeta geologi, pertama-tama cara
pengamatan yang benar, setelah itu cara menyusun suatu hipotesa kerja berdasarkan pengamatan,
dan pada akhirnya cara menguji hipotesa ini dengan pengamatan baru.
Ia seakan-akan mendorong mereka agar selalu mengintip keluar dari tepi lembah dari mana mereka
keluar, untuk memperluas pemandangannya. Pemetaan yang dilakukan dibawah bimbingannya
mencakup bagian luas dari Alpina Timur dan Selatan.


Dalam kuliah dan diskusinya -apakah ini bersama kawan ataupun lawan anggapannya- van
Bemmelen mencirikan diri sebagai seorang pembela yang setia yang dengan kekuatan alasan
(argument) yang up to date mencoba membantu orang lain menjadi kawan seperjuangan dalam
anggapannya.


Pada tahun 1970 pemimpin Koninklijk Nederlandsch Geologisch Mijnbouwkundig Genootschap,
setelah mendengar Raad van Bestuur, telah menganugerahkan Pening van Waterschoot van der
Gracht, berdasarkan pertimbangan sbb. : “Prof. Dr. Ir. R. W. van Bemmelen dengan pemikiran
geologinya yang orisinil dan berani telah memberikan sumbangan penting pada ilmu pengetahuan
bumi di Negeri Belanda. Pemikiran geotektonikanya yang diabadikan dalam banyak penerbitan
menjadi sangat terkenal dalam dunia Internasional.Geology of Indonesia-nya merupakan karya
standar yang setelah lebih dari 20 tahun tetap tidak berkurang nilainya.Semangatnya terhadap
geologi dan perhatiannya yang dalam terhadap manusia, yang bekerja di bawah bimbingannya
memberi inspirasi kepada para muridnya, yang sambil menyebar di seluruh dunia, memperkenalkan
pemikiran geologi Negeri Belanda”.




                  Arie Frederick Lasut mencapai umur 35 tahun ketika pada 7 Mei 1949 ia diculik
dan ditembak mati di suatu tempat di Jalan Pakem, Yogyakarta, oleh tentara Belanda yang
menduduki kota itu. Ia dilahirkan di Tondano, Sulawesi Utara, pada 6 Mei 1914 (seperti tertulis
pada Prasasti A.F. Lasut di Museum Geologi), dari keluarga guru, sebagai anak kedua dari delapan
bersaudara (keterangan lain menyebutkan bahwa A.F. Lasut lahir pada 6 Juli 1918 (S.
Darsoprajitno, 1985)).


Pendidikan A.F. Lasut dimuali di Hollandsch Inlandsche School (HIS; sekarang Sekolah Dasar) di
Tondano pada 1924. Setelah itu ia masuk ke Hollandsch Inlandsche Kweekschool (HIK) dan
Algemene Middelbare School (AMS; sekarang Sekolah Menengah Atas) sampai tamat juga di
Tondano. Sekolah tingginya dimulai dari Geneeskundige Hooge School (GHS) di Jakarta, kemudian
pindah ke Technische Hooge School (THS) di Bandung pada tahun 1938, dan akhirnya di Asistent
Geologen Cursus di Bandung yang diselenggarakan oleh Dienst van den Mijnbouw pada tahun ajaran
1939-1941.


Kursus Asisten Geologi tersebut adalah angkatan pertama yang diselenggarakan menjelang
meletusnya Perang Dunia II, 1939-1945. Ia bersama dengan R. Sunu Soemosoesastro, J.van Gorkom
dan Meinecke dapat menyelesaikan kursus, dan mulai kariernya sebagai geologiwan pada 12
Pebruari 1940. Kemampuannya sebagai geologiwan dalam kariernya telah ditunjukkan dari laporan-
laporannya yang berturut-turut tahun 1941, 1943, 1944 dan 1945.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, A.F. Lasut bersama dengan
R. Sunu Somosoesastro dan rekan-rekan sejawat lainnya berjuang melakukan pengambilalihan
kantor Sangyobu Chishitsuchosacho dari penguasa Jepang. Pada waktu itu aksi pengambilalihan
kekuasaan dari tangan Jepang terjadi di mana-mana di daerah pertambangan, mulai dari kantor
pusat Sangyobu Chishitsuchosacho di Bandung sampai ke pertambangan yang tersebar di daerah-
daerah.


Aksi pengambilalihan kantor Sangyobu Chishitsuchosacho di Rembrandt Straat Bandung, diikuti
dengan pembentukan Pusat Djawatan Tambang dan Geologi dengan kantor yamg sama.
Pengelolaan Pusat Djawatan diawali dengan Dewan Pimpinan, yang semula dipimpin oleh R. Ali
Tirtosoewirjo dan kemudian oleh R. Sunu Soemosoesastro.Pada waktu itu A.F. Lasut menjadi salah
satu dari 7 orang anggota Dewan Pimpinan merangkap Kepala Laboratorium. Ketika R. Sunu
Soemosoesastro menjabat sebagai Ketua Dewan Buruh merangkap Kepala Pusat, A.F. Lasut
menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Buruh merangkap Wakil Kepala Pusat. Tidak lama kemudian,
Kepala Pusat dijabat oleh A.F. Lasut yang merangkap sebagai Kepala Bagian Perusahaan sebelum
ditugaskan ke R. Moedigdjo Koesoemodigdo), dan R. Sunu Soemosoesastro menjabat sebagai
Kepala Bagian Geologi; dan sementara itu Dewan Buruh dibubarkan pada Maret 1946.


Pada awalnya Pusat Djawatan Tambang dan Geologi menginduk kepada Kementerian Perhubungan
/ Pekerjaan Umum, di bawah menteri Abikoesno Tjokrosoejoso. Selama Perang Kemerdekaan 1945-
1949 melawan tentara Belanda yang didukung oleh pasukan sekutu, sambil turut berjuang A.F.
Lasut memimpin Pusat Djawatan mengungsi dari satu tempat ke tempat yang lain selama 4 tahun
(Desember 1945 - Desember 1949). Pengungsian pertama dilakukan dari Rembrandt Straat ke
Jl.Braga No. 3 dan 8 Bandung (Desember 1945). Karena tekanan dari pasukan tentara Belanda yang
terus-menerus, maka Kantor Pusat Jawatan secara berturut-turut diungsikan dari Bandung ke
Tasikmalaya dan ke Solo (Maret 1946), ke Magelang (September 1946), kemudian tercerai-berai ke
beberapa desa (Borobudur, Muntilan, Dukun, Serumbung) pada Oktober 1947, dan akhirnya
terhimpun kembali di Yogyakarta pada Nopember 1947.


Sebagai pejuang yang gigih, A.F. Lasut bersama rekan sejawatnya setelah merebut dan
mempertahankan    Pusat   Djawatan   Tambang    dan   Geologi,   ia   juga   menyelamatkan   dan
mengembangkannya. Dalam suasana perang itu, ia juga sempat mengomandani Kompi BS dari
Brigade-16, menyelamatkan dokumen tambang dan geologi ke Bukittinggi menjelang Agresi Militer
Belanda II Desember 1948, dan memperbantukan 6 orang mantri opnemer-nya ke Markas Besar TRI
untuk menyiapkan peta-peta militer daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Sebagai seorang nasionalis,
ia pernah menerbitkan pengumuman bahwa “Semua perusahaan pertambangan harus berada di
bawah pengawasan Pusat Djawatan Tambang dan Geologi” (Oktober 1945), pernah menolak
tawaran Ir. Buurman dan Ir. Akkersdijk untuk bekerjasama dengan Opsporingsdienst di Bandung ,
dan pernah pula menjadi setaf ahli delegasi Indonesia pimpinan Mr. Moh Roem dalam perundingan
dengan pihak Belanda.


Untuk mengembangkan Pusat Djawatan Tambang dan Geologi, ia bersama dengan R. Sunu
Soemosoesastro membuka Sekolah Pertambangan dan Geologi Tinggi pada tahun 1946 di Magelang
dan Yogyakarta, dan membuka cabang kantor Pusat Djawatan di Bukittinggi, Sumatera. Di sela-sela
kesibukannya seperti itu, A.F. Lasut masih sempat melakukan penyelidikan geologi di beberapa
tempat.Hal ini terlihat di dalam karya tulisnya yang terakhir pada tahun 1948, tentang Berita
Tahunan 1945-1947, yang ditulis pada tahun 1948 tetapi baru terbit pada tahun 1962. Atas semua
jasanya itu, ia memperoleh penghargaan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional dengan
Keputusan Presiden Republik Indonesia No.012/TK/Tahun 1969 tanggal 20 Mei 1969.


Sumber: “125 Tahun Penyelidikan Geologi Indonesia, perkenalan dengan beberapa perintis geologi
di Indonesia, PIT-IAGI IV 1975” oleh K.Koesoemadinata dan A.S.Soemartadipoera; dan beberapa
acuan lain seperti Karmijuni (1961), Purbo-Hadiwidjoyo (1975), S. Darsoprajitno (1985) dan
Dinarsih (1990).




                    Raden Soenoe Soemosoesastro adalah salah seorang dari sangat sedikit
pemuda Indonesia yang menaruh minat pada bidang geologi dan tambang sejak zaman penjajahan
Belanda, ketika menjelang pecahnya Perang Asia Timur Raya (bagian dari Perang Dunia ke-2, 1939-
1945). Bersama-sama dengan A.F. Lasut, J.van Gorkom dan Meinecke, ia menjadi peserta Asistent
Geologen Cursus (Kursus Asisten Geologi) angkatan pertama yang diselenggarakan oleh Dienst van
den Mijnbouw selama tahun 1939-1941. Ia adalah salah seorang tokoh pemuda , yang bersama
dengan pemuda yang lain (di antaranya A.F. Lasut) mengambilalih kantor Chishitsuchosacho dari
penguasa Jepang, sebulan setelah diproklamasikannya Kemerdekaan Republik Indonesia pada
tanggal 17 Agustus 1945.


R.S. Soemosoesastro (panggilan akrabnya Pak Sunu) dilahirkan pada tanggal 5 Oktober 1913 di kota
Klaten, Jawa Tengah. Pendidikan umumnya dimulai dari Hollandsch Inlandsche School (HIS;
sekarang Sekolah Dasar), kemudian diteruskan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO;
sekarang Sekolah Menengah Pertama) dan Algemene Middelbare School (AMS; sekarang Sekolah
Menengah Atas), semuanya di Malang sampai tamat pada Desember 1933 dengan hasil yang sangat
memuaskan. Pendidikan tingginya dimulai dengan mengikuti Kursus Asisten Geologi tersebut pada
tahun 1939-1941. Setelah +12 tahun menjalani tugas sebagai geologiwan, sebagai pejuang
kemerdekaan, sebagai pejabat dan sebagai pendidik pada lembaga-lembaga Dienst van den
Mijnbouw, Chishitsuchosacho, Pusat Djawatan Tambang & Geologi, dan Djawatan Pertambangan
RI, ia tidak merasa sungkan untuk menimba ilmu geologi yang lebih tinggi lagi. Oleh karena itu
maka sejak tahun 1953, ia mengikuti kuliah program sarjana pada Bagian Geologi, Fakultas Ilmu
Pasti dan Pengetahuan Ilmu Alam, Universitas Indonesia Cabang Bandung (sekarang ITB, Institut
Teknologi Bandung). Namun, niat yang mulia itu tak kesampaian karena ia meninggal duni pada
tanggal 2 Maret 1956.


Sunu yang dilahirkan sebagai putra kedua dari keluarga Soemosoesastro itu, di waktu anak-anak
badannya kecil karena sering sakit dan memerlukan masuk ke rumah peristirahatan anak sekolah di
Batu, Malang, selama libran sekolah. Berbeda dengan di waktu menjelang remaja, badannya sehat
dan kekar ketika ia bersekolah di MULO. Selepas dari sekolah AMS, ia tidak meneruskan sekolah ke
perguruan tinggi karena ketiadaan biaya, tetapi ia menjadi guru di Sekolah Taman Siswa. Baru
setelah ada kesempatan sekolah untuk jabatan Geologisch Ambtenaar (Pegawai Negeri Geologi)
yang diselenggarakan oleh Dienst van den Mijnbouw, ia bersama dengan A.F. Lasut dan J.van
Gorkom mengikuti Asistent Geologen Cursus tersebut. Selama mengikuti kursus, ia sudah diangkat
menjadi pegawai bulanan sejak tanggal 6 September1939 pada Geologische Dienst, dan seusai
kursus, ia diangkat menjadi pegawai geologi pada Dienst van den Mijnbouw mulai tanggal 1
Oktober 1941. Selama pendudukan Jepang, 1 Maret 1942 - 17 Agustus 1945, ia masih tetap bekerja
pada lembaga itu, yang namanya berganti menjadi Kogyo Zimusho yang kemudian berubah menjadi
Chishitsuchosacho.


Perjuangannya turut serta membangun lembaga geologi dan tambang dimulainya ketika ia bersama
dengan para pejuang yang lain (di antaranya R. Ali Tirtosoewirjo dan A.F. Lasut ) mengambilalih
kantor Chishitsuchosacho dari penguasa Jepang pada tanggal 28 September 1945, dan
menjadikannya kantor Pusat Djawatan Tambang dan Geologi. Sejak itu selama perang
kemerdekaan 1945-1949, ia bersama para pejuang lainnya mempertahankan, menyelamatkan dan
membangun kantor Pusat Djawatan. Langkah-langkah itu mereka lakukan meskipun dalam
pengungsian yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain (di Bandung dari Rembrandt
Straat ke Jl.Braga, terus ke Tasikmalaya dan ke Solo, ke Magelang, ke Borobudur, Muntilan, Dukun
dan Serumbung, ke Yogyakarta, dan akhirnya kembali lagi ke Bandung). Dalam turut serta
membangun Pusat Djawatan Tambang dan Geologi selama masa perang kemerdekaan itu, ia
pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pimpinan merangkap Wakil Kepala Pusat Djawatan,
pernah menjadi Ketua Dewan Buruh merangkap Kepala Pusat Djawatan, dan pernah pula menjadi
Kepala Bagian Geologi yang merangkap menjadi Kepala Bagian Geologi Teknik dan Kepala Bagian
Pendidikan (waktu itu ia juga menjabat sebagai Wakil Kepala Pusat Djawatan). Jabatan Kepala
Bagian Geologi itu sebenarnya telah ia sandang sejak awal ia menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan
Pimpinan merangkap Wakil Kepala Pusat Djawatan, yaitu pada September 1945.


Pada perjalanan karier selanjutnya, R.S. Soemosoesastro pada tanggal 28 Desember 1949 diangkat
sebagai pegawai tinggi pada Kementerian Kemakmuran Republik Indonesia Serikat. Pada akhir
tahun itu, ia menghadiri Konperensi ECAFE (Economic Cooperation of Asia and the Far East) di
Bangkok sebagai wakil Pemerintah Indonesia yang pertama pada forum itu. Ketika Kementerian
Perekonomian membentuk Jawatan Pertambangan Republik Indonesia (leburan dari Pusat
Djawatan Pertambangan di Jakarta dan Pusat Djawatan Tambang dan Geologi di Yogyakarta) pada
tahun1950, R.S. Soemosoesastro ditunjuk sebagai Kepala Djawatan. Setelah Djawatan itu dipecah
lagi menjadi Djawatan Pertambangan di Jakarta (yang dipimpin oleh R.S. Soemosoesastro / S.M.
Sair) dan Djawatan Geologi di Bandung (yang dipimpin oleh Ir. Soerodjo Ranoekoesoemo) pada
tahun 1952, ia mendapat tugas belajar di Bagian Geologi, FIPPIA-UI Cabang Bandung tersebut mulai
tahun 1953. Selama jangka waktu 1953-1954, ia sempat mengunjungi beberapa negara di Eropa
dan Asia.


Dalam menjalankan tugas belajar itu, prestasinya mulai ia tunjukkan ketika ia lulus kandidat
(Sarjana Muda) pada tanggal 25 Pebruari 1955 dengan predikat cum laude. Dengan bekal
pengalaman selama 12 tahun di bidang geologi, nampaknya ia bisa menyelesaikan sarjananya lebih
cepat dari waktu yang di tentukan. Namun Tuhan menghendaki lain, pada tanggal 2 Maret 1956 ia
meninggal dunia setelah menjalani operasi ginjal di Rumah Sakit Rancabadak (sekarang Hasan
Sadikin) Bandung. Atas kepergiannya itu di kalangan pertambangan dan geologi sangat kehilangan
putra terbaiknya setelah A.F. Lasut; tak kurang dari itu Prof.Dr.Th.H.F.Klompe juga turut
menangisi kepergiannya.


Sebagai pejabat, R.S.Soemosoesastro pernah menulis laporan berjudul Pusat Djawatan Tambang
dan Geologi, Kementerian Kemakmuran Republik Indonesia, Berita Kwartal I, dan sebagai pendidik
ia pernah membuat laporan berjudul Laporan Geologi Penyelidikan Waduk Brantas, Sumber Pucung
1948. Laporan penyelidikan geologi itu sebenarnya adalah himpunan laporan para muridnya (dalam
rangka pembimbingan kerja lapangan Sekolah Pertambangan dan Geologi Tinggi) yang terdiri dari:
H. Soemadirdja, Prajitno, D. Hadikoesoemo, Moeljono Poerbo, Moh.Yasin, Moh Slamet, S. Soeseno,
Soerjo, S. Basari dan S. Oemar Chatab. Tujuh di antara sepuluh orang muridnya itu di kemudian
hari menjadi tenaga inti pada Djawatan Geologi di dasawarsa 1950-an.


Sebagai geologiwan kelihatannya R.S.Soemosoesastro juga cukup giat melakukan penyelidikan dan
pemetaan geologi di lapangan. Hal ini dapat ditelusuri melalui laporan-laporannya di tahun 1940-
1948 yang meliputi: pemetaan geologi daerah Jampang Kulon (Lembar 20C; 1940), daerah
Jagamukti (Lembar 21A; 1940), daerah Gunung Kendeng (Lembar 115C & 116A; 1941); penyelidikan
geologi selama pendudukan Jepang di daerah-daerah Tulakan, Pacitan dan Malang (1944), dan
penyelidikan lempung asam di Gn.Batur (1945). Laporannya yang terbit di antaranya adalah A
Contribution to the Geology of the Eastern Djiwo Hills and the Southern Range in Central Java
(Majalah Ilmu Alam untuk Indonesia, v.112, n.2, 1956).


Sumber:   Album    keluarga   R.Sunu   Soemosoesastro,   dan   Tulisan   Kama   Koesoemadinata
“Sumosusastro, Geologiawan Indonesia Pertama (1913-1956), dalam Berita Direktorat Geologi v9,
n10, h.105-106, 1977.




Which criteria and factors contribute to folding of rocks as opposed to
faulting of rocks?
Marcel Bertrand's model of the folded and thrust-faulted
 structure of the Helvetic (Swiss) Alps (upper picture) offered a
radically different view from that of Albert Heim (lower picture)
and thereby provided support of the importance and necessity of
    large horizontal relative displacements of the crust during
                 mountain building (orogenesis)


European geologist Marcel Bertrand (left) is credited with having
                            indentified
      the fundamental role large horizontal (thrust faulted)
                          displacements
   of the crust during Alpine orogenesis (mountain building).
Scottsh geologists John Horne and Ben Peach (right) are credited
   with having discovered a similar deformation history in the
                 Northwest Highlands of Scotland
    that predated Alpine events by at least 400 million years.
                         Marcel Bertrand




                  John Horne and Ben Peach
          Folded and Thrust-Faulted Model [Bertrand]
                "Double-Folded" Model [Heim]
Figure 1.Types of Faults. Arrows indicate direction of relative
                              motion.
  Figure 2. Photograph of a Normal Fault cutting across layers of
                      thinly bedded siltstone.
Normal Fault
Thrust/Reverse Fault
Strike-Slip Fault
Fault
                                                            Footwall
Hangingwall
                   Structural Models of the Alps
                              Figure 3
Michael A. Klimetz at Lochseiten, Canton Glarus, Switzerland.
 At this location, the first field identification of a thrust fault was
                                made by
Swiss geologist Albert Heim on August 1st, 1840. Here, Michael is
 pointing to the shallow-dipping knife-sharp thrust fault surface
                              across which
  Permian volcanic rocks have been thrust over Eocene shales.
            This fault is known as the Glarus Overthrust.
                        Permian Volcanic Rocks
                              Eocene Shale
                              August 2001
                  Photograph by Michael P. Klimetz
Figure 4. Folded Slate from Eastern Vermont
     Photographs by Michael P. Klimetz
Figure 5. Waterpocket Fold, Capitol Reef National Park, Utah
[Photograph Courtesy of the American Association of Petroleum
                         Geologists]
Figure 5. Isoclinal, Parasitic, and Ptygmatic Folds in Gneiss from
                        Yonkers, New York
               [Photograph by Michael P. Klimetz]

More Related Content

What's hot

mineral-dan-batuan
mineral-dan-batuanmineral-dan-batuan
mineral-dan-batuanALAM SEKITAR
 
Geologi struktur rosette
Geologi struktur rosetteGeologi struktur rosette
Geologi struktur rosettetaufiqrafie
 
Geologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologiGeologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologiMario Yuven
 
Bahan galian industri
Bahan galian industriBahan galian industri
Bahan galian industriUVRI - UKDM
 
Mekanika Batuan (Teknik Pertambangan)
Mekanika Batuan (Teknik Pertambangan)Mekanika Batuan (Teknik Pertambangan)
Mekanika Batuan (Teknik Pertambangan)Aris Munandar
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiAyu Fatimah Zahra
 
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijih
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijihBab 3-bentuk-dan-tekstur-bijih
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijihRomi Fadli
 
Drainase lapangan-terbang
Drainase lapangan-terbangDrainase lapangan-terbang
Drainase lapangan-terbangAgung Noorsamsi
 
Pembuatan statigrafi detil
Pembuatan statigrafi detilPembuatan statigrafi detil
Pembuatan statigrafi detiloilandgas24
 
Penelitian tanah di lapangan ppt
Penelitian tanah di lapangan pptPenelitian tanah di lapangan ppt
Penelitian tanah di lapangan pptAyu Fatimah Zahra
 
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI AIR TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI  AIR  TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI  AIR  TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI AIR TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...YOHANIS SAHABAT
 
Terminologi Pertambangan
Terminologi PertambanganTerminologi Pertambangan
Terminologi PertambanganReski Aprilia
 
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineralrramdan383
 
Mekanika batuan 1
Mekanika batuan 1 Mekanika batuan 1
Mekanika batuan 1 Bayu Laoli
 

What's hot (20)

mineral-dan-batuan
mineral-dan-batuanmineral-dan-batuan
mineral-dan-batuan
 
Geologi struktur rosette
Geologi struktur rosetteGeologi struktur rosette
Geologi struktur rosette
 
Geologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologiGeologi Fisik : Hukum dasar geologi
Geologi Fisik : Hukum dasar geologi
 
Bahan galian industri
Bahan galian industriBahan galian industri
Bahan galian industri
 
Mekanika Batuan (Teknik Pertambangan)
Mekanika Batuan (Teknik Pertambangan)Mekanika Batuan (Teknik Pertambangan)
Mekanika Batuan (Teknik Pertambangan)
 
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
 
Bentuk asal fluvial
Bentuk asal fluvialBentuk asal fluvial
Bentuk asal fluvial
 
Jalan Angkut Tambang
Jalan Angkut TambangJalan Angkut Tambang
Jalan Angkut Tambang
 
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijih
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijihBab 3-bentuk-dan-tekstur-bijih
Bab 3-bentuk-dan-tekstur-bijih
 
Uji berat titik (point load test) UNPAR
Uji berat titik (point load test) UNPARUji berat titik (point load test) UNPAR
Uji berat titik (point load test) UNPAR
 
Eksplorasi geokimia
Eksplorasi geokimiaEksplorasi geokimia
Eksplorasi geokimia
 
Drainase lapangan-terbang
Drainase lapangan-terbangDrainase lapangan-terbang
Drainase lapangan-terbang
 
Pembuatan statigrafi detil
Pembuatan statigrafi detilPembuatan statigrafi detil
Pembuatan statigrafi detil
 
Penelitian tanah di lapangan ppt
Penelitian tanah di lapangan pptPenelitian tanah di lapangan ppt
Penelitian tanah di lapangan ppt
 
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI AIR TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI  AIR  TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI  AIR  TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...
MATERI 4 HIDROGEOLOGI ; EKSPLORASI AIR TANAH (Manajemen Pertambangan & Ener...
 
Terminologi Pertambangan
Terminologi PertambanganTerminologi Pertambangan
Terminologi Pertambangan
 
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
59103938 bab-4-klasifikasi-endapan-mineral
 
Awal triaxial
Awal triaxialAwal triaxial
Awal triaxial
 
Sistem ventilasi tbt
Sistem ventilasi tbtSistem ventilasi tbt
Sistem ventilasi tbt
 
Mekanika batuan 1
Mekanika batuan 1 Mekanika batuan 1
Mekanika batuan 1
 

Viewers also liked

Pembuatan laporan pemetaan geologi
Pembuatan laporan pemetaan geologiPembuatan laporan pemetaan geologi
Pembuatan laporan pemetaan geologiDelta Milano
 
Praktikum Geomorfologi + software
Praktikum Geomorfologi + softwarePraktikum Geomorfologi + software
Praktikum Geomorfologi + softwareJihad Brahmantyo
 
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docx
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docxPeralatan dasar-geologi-lapangan-docx
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docxGutit
 
Modul Peta Geologi UPI 2009
Modul Peta Geologi UPI 2009Modul Peta Geologi UPI 2009
Modul Peta Geologi UPI 2009Aulia Nofrianti
 
Laporan peta geologi
Laporan peta geologiLaporan peta geologi
Laporan peta geologi4211410001
 
Buku panduan pelatihan geologi dasar, pemetaan dan perhitungan cadangan
Buku panduan pelatihan geologi dasar, pemetaan dan perhitungan cadanganBuku panduan pelatihan geologi dasar, pemetaan dan perhitungan cadangan
Buku panduan pelatihan geologi dasar, pemetaan dan perhitungan cadanganRio Anggara
 

Viewers also liked (8)

07 253006 pa_11494 (paper)
07 253006 pa_11494 (paper)07 253006 pa_11494 (paper)
07 253006 pa_11494 (paper)
 
Pembuatan laporan pemetaan geologi
Pembuatan laporan pemetaan geologiPembuatan laporan pemetaan geologi
Pembuatan laporan pemetaan geologi
 
Praktikum Geomorfologi + software
Praktikum Geomorfologi + softwarePraktikum Geomorfologi + software
Praktikum Geomorfologi + software
 
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docx
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docxPeralatan dasar-geologi-lapangan-docx
Peralatan dasar-geologi-lapangan-docx
 
Modul Peta Geologi UPI 2009
Modul Peta Geologi UPI 2009Modul Peta Geologi UPI 2009
Modul Peta Geologi UPI 2009
 
Laporan peta geologi
Laporan peta geologiLaporan peta geologi
Laporan peta geologi
 
Prosedur k3
Prosedur k3Prosedur k3
Prosedur k3
 
Buku panduan pelatihan geologi dasar, pemetaan dan perhitungan cadangan
Buku panduan pelatihan geologi dasar, pemetaan dan perhitungan cadanganBuku panduan pelatihan geologi dasar, pemetaan dan perhitungan cadangan
Buku panduan pelatihan geologi dasar, pemetaan dan perhitungan cadangan
 

Similar to Gaya Geologi

Similar to Gaya Geologi (20)

Handout batuan
Handout batuanHandout batuan
Handout batuan
 
LAPISAN_LITOSFER.pptx
LAPISAN_LITOSFER.pptxLAPISAN_LITOSFER.pptx
LAPISAN_LITOSFER.pptx
 
Litsfer
LitsferLitsfer
Litsfer
 
Geologi umum
Geologi umumGeologi umum
Geologi umum
 
LAPISAN_LITOSFER.pptx
LAPISAN_LITOSFER.pptxLAPISAN_LITOSFER.pptx
LAPISAN_LITOSFER.pptx
 
Geologi Rekayasa
Geologi RekayasaGeologi Rekayasa
Geologi Rekayasa
 
Dasar ilmu bumi
Dasar ilmu bumiDasar ilmu bumi
Dasar ilmu bumi
 
Struktur Geology Unconformity
Struktur Geology UnconformityStruktur Geology Unconformity
Struktur Geology Unconformity
 
Luluhawa
LuluhawaLuluhawa
Luluhawa
 
Geologi dasar
Geologi dasarGeologi dasar
Geologi dasar
 
Nota Geografi : Batuan
 Nota Geografi : Batuan Nota Geografi : Batuan
Nota Geografi : Batuan
 
Batuan(1)
Batuan(1)Batuan(1)
Batuan(1)
 
Litosfer
LitosferLitosfer
Litosfer
 
mekanika mekanika
mekanika mekanikamekanika mekanika
mekanika mekanika
 
Geologi Umum.pptx
Geologi Umum.pptxGeologi Umum.pptx
Geologi Umum.pptx
 
Geologi struktur
Geologi strukturGeologi struktur
Geologi struktur
 
Lithosfer pedosfer
Lithosfer pedosferLithosfer pedosfer
Lithosfer pedosfer
 
Macam Batuan dan Pemanfaatannya
Macam Batuan dan PemanfaatannyaMacam Batuan dan Pemanfaatannya
Macam Batuan dan Pemanfaatannya
 
Docslide.net nota geografi-tingkatan-4
Docslide.net nota geografi-tingkatan-4Docslide.net nota geografi-tingkatan-4
Docslide.net nota geografi-tingkatan-4
 
1. Fenomena Geosfer.pdf
1. Fenomena Geosfer.pdf1. Fenomena Geosfer.pdf
1. Fenomena Geosfer.pdf
 

More from Mas Mun

Ppt geo kelas xi bab 6
Ppt geo kelas xi bab 6Ppt geo kelas xi bab 6
Ppt geo kelas xi bab 6Mas Mun
 
Siklus penanggulangan bencana
Siklus penanggulangan bencanaSiklus penanggulangan bencana
Siklus penanggulangan bencanaMas Mun
 
Flora fauna
Flora faunaFlora fauna
Flora faunaMas Mun
 
Environmental power point-template
Environmental power point-templateEnvironmental power point-template
Environmental power point-templateMas Mun
 
siklus-batuan
siklus-batuansiklus-batuan
siklus-batuanMas Mun
 
Pengertian geografi
Pengertian  geografiPengertian  geografi
Pengertian geografiMas Mun
 

More from Mas Mun (9)

Ppt geo kelas xi bab 6
Ppt geo kelas xi bab 6Ppt geo kelas xi bab 6
Ppt geo kelas xi bab 6
 
Siklus penanggulangan bencana
Siklus penanggulangan bencanaSiklus penanggulangan bencana
Siklus penanggulangan bencana
 
Flora fauna
Flora faunaFlora fauna
Flora fauna
 
Aa
AaAa
Aa
 
Environmental power point-template
Environmental power point-templateEnvironmental power point-template
Environmental power point-template
 
siklus-batuan
siklus-batuansiklus-batuan
siklus-batuan
 
Pengertian geografi
Pengertian  geografiPengertian  geografi
Pengertian geografi
 
Geosfer
GeosferGeosfer
Geosfer
 
Folra
FolraFolra
Folra
 

Gaya Geologi

  • 1. Gaya-gaya yang bekerja mempengaruhi perubahan muka bumi baik bersifat membangun (konstruktif) maupun merusak (destruktif). Gaya-gaya tersebut dapat berasal dari dalam bumi (endogen) atau berasal dari luar bumi (eksogen) . Gaya Endogen (Endogene Forces) adalah gaya yang bekerja pada kulit bumi dan berasal dari dalam bumi yang berlangsung sangat lambat namun kekuatannya sangat hebat. Gaya ini mengakibatkan perubahan muka bumi melalui proses orogenesa, vulkanisma dan tektonika. A. Orogenesa (Orogenesis) Proses pembentukan pegunungan akibat pengaruh gaya endogen berupa tekanan/tumbukan (horisontal) dan pengangkatan (vertikal) sehingga terbentuk pegunungan lipatan maupun pegunungan patahan. B. Vulkanisma (Volcanism) Proses penerobosan magma atau keluarnya magma dari dalam perut bumi menuju ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan gas yang tinggi sehingga terbentuk tubuh gunungapi. C. Tektonika (Tectonic) Proses pergerakan/pergeseran pada kerak bumi (kerak batuan dan kerak samudera) berupa tumbukan, pemekaran dan perpapasan yang menimbulkan perubahan muka bumi dan terjadinya berbagai fenomena geologi seperti gunungapi, gempabumi, tsunami, dll.
  • 2. Gaya Eksogen (Exogene Forces) adalah gaya yang bekerja pada kulit bumi dan berasal dari luar bumi sebagai akibat adanya aktivitas atmosfer, hidrosfer dan biosfer. Gaya ini mengakibatkan perusakan/perombakan muka bumi melalui proses pelapukan, erosi, tanah longsor dan sebagainya. Gaya Angin (Wind Forces) Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga angin. Gaya Air (Water Forces) Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga air. Gaya Es/Salju (Ice/Snow Forces) Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga es/salju. Erosi (Erosion) Proses pengikisan permukaan bumi oleh tenaga luar seperti air, es, dan angin yang membentuk arus/gelombang kuat sehingga mampu menggerus, mengangkat dan memindahkan sebagian tanah/batuan. Abrasi (Abration) Proses pengikisan permukaan batuan oleh angin yang mengandung dan mengangkut hancuran bahan seperti pasir dengan tenaga yang sangat kuat. Exarasi (Exaration) Proses pengikisan permukaan batuan oleh es/gletser yang mengangkut hancuran batuan dengan tenaga dan kecepatan yang sangat besar. Proses ini disebut juga pembajakan glasial. Denudasi (Denudation) Proses perataan pegunungan karena pengaruh pelapukan, erosi dan transportasi (pengangkutan) .
  • 3. Gaya-gaya yang bekerja mempengaruhi perubahan muka bumi baik bersifat membangun (konstruktif) maupun merusak (destruktif). Gaya-gaya tersebut dapat berasal dari dalam bumi (endogen) atau berasal dari luar bumi (eksogen) . Gaya Endogen (Endogene Forces) adalah gaya yang bekerja pada kulit bumi dan berasal dari dalam bumi yang berlangsung sangat lambat namun kekuatannya sangat hebat. Gaya ini mengakibatkan perubahan muka bumi melalui proses orogenesa, vulkanisma dan tektonika. A. Orogenesa (Orogenesis) Proses pembentukan pegunungan akibat pengaruh gaya endogen berupa tekanan/tumbukan (horisontal) dan pengangkatan (vertikal) sehingga terbentuk pegunungan lipatan maupun pegunungan patahan. B. Vulkanisma (Volcanism) Proses penerobosan magma atau keluarnya magma dari dalam perut bumi menuju ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan gas yang tinggi sehingga terbentuk tubuh gunungapi. C. Tektonika (Tectonic) Proses pergerakan/pergeseran pada kerak bumi (kerak batuan dan kerak samudera) berupa tumbukan, pemekaran dan perpapasan yang menimbulkan perubahan muka bumi dan terjadinya berbagai fenomena geologi seperti gunungapi, gempabumi, tsunami, dll.
  • 4. Gaya Eksogen (Exogene Forces) adalah gaya yang bekerja pada kulit bumi dan berasal dari luar bumi sebagai akibat adanya aktivitas atmosfer, hidrosfer dan biosfer. Gaya ini mengakibatkan perusakan/perombakan muka bumi melalui proses pelapukan, erosi, tanah longsor dan sebagainya. Gaya Angin (Wind Forces) Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga angin. Gaya Air (Water Forces) Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga air. Gaya Es/Salju (Ice/Snow Forces) Gaya yang bekerja dan berpengaruh terhadap permukaan bumi disebabkan oleh tenaga es/salju. Erosi (Erosion) Proses pengikisan permukaan bumi oleh tenaga luar seperti air, es, dan angin yang membentuk arus/gelombang kuat sehingga mampu menggerus, mengangkat dan memindahkan sebagian tanah/batuan. Abrasi (Abration) Proses pengikisan permukaan batuan oleh angin yang mengandung dan mengangkut hancuran bahan seperti pasir dengan tenaga yang sangat kuat. Exarasi (Exaration) Proses pengikisan permukaan batuan oleh es/gletser yang mengangkut hancuran batuan dengan tenaga dan kecepatan yang sangat besar. Proses ini disebut juga pembajakan glasial. Denudasi (Denudation) Proses perataan pegunungan karena pengaruh pelapukan, erosi dan transportasi (pengangkutan) .
  • 5. Meteorit adalah masa batuan sisa meteor yang berasal dari angkasa luar (biasanya pecahan asteroid) yang jatuh ke permukaan bumi akibat pengaruh gravitasi bumi. Meteorit ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: 1. Meteorit Batu (Stony Meteorites) contoh : meteorit Jati-Pengilon, Selakopi, Glanggang, Cilimus, Jumapalo, Bandong, Meester Cornelis 2. Meteorit Besi (Iron Meteorites) contoh : meteorit Prambanan & Rembang 3. Meteorit Campuran (Mixture Meteorites) TEKTIT (TEKTITES) Tektit adalah masa batuan yang bersifat gelas, terbentuk sebagai hasil percikan akibat benturan dahsyat antara meteorit dengan batuan di permukaan bumi.Contoh : tektit Javait, Rizalit & Bilitonit.
  • 6. Mineral(Minerals) adalah bahan padat homogen bersifat anorganik yang terbentuk secara alamiah, memiliki ciri-ciri khas dan komposisi kimiawi tertentu serta tersusun oleh atom-atom yang biasanya memperlihatkan bentuk kristal yang khusus. SISTEMATIKA MINERAL Mineral Unsur Emas Au, Besi Fe, Tembaga Cu, Belerang S, Intan C Mineral Sulfida Pirit FeS2, Kalkopirit CuFeS2, Galena PbS, Sfalerit ZnS Mineral Halida Halit NaCl, Fluorit CaF2, Silvit KCl, Kriolit Na3AlF6 Mineral Oksida Hematit Fe2O3, Magnetit Fe3O4, Pirolusit MnO2 Mineral Karbonat Kalsit CaCO3, Dolomit CaMg(CO3)2, Malakit Cu2CO3(OH)2 Mineral Sulfat Barit BaSO4, Anhidrit CaSO4, Gipsum CaSO4.2H2O Mineral Fosfat Apatit Ca5(PO4)3(F,Cl,OH), Monazit (Ce,La,Y,Th)PO4 Mineral Silikat Kuarsa SiO2, Olivin (Mg,Fe)2SiO4, Topaz Al2SiO4(F,OH)2 SISTEM KRISTAL
  • 7. SIFAT FISIK MINERAL Warna (colour) Kilap (luster) Cerat/gores (streak) Belahan & Pecahan (cleavage & fracture) Kekerasan (hardness) Berat jenis (specific gravity) Radioaktivitas (radioactivity) SKALA KEKERASAN MOHS Kekerasan Mineral Rumus Kimia Tes Sederhana 1 Talkum Mg3SiO4O10(OH)2 mudah digores kuku jari 2 Gipsum CaSO42H2O dapat digores kuku jari 3 Kalsit CaCO3 dapat digores koin tembaga 4 Fluorit CaF2 mudah digores pisau lipat 5 Apatit Ca5(F,Cl)(PO4)3 dapat digores pisau/kaca/paku 6 Ortoklas/Felspar KalSi3O5 dapat digores kikir baja 7 Kuarsa SiO2 mudah menggores kaca jendela 8 Topas (Al,F)2SiO4 mudah menggores Kuarsa 9 Korundum Al2O3 mudah menggores Topas 10 Intan C tidak dapat digores benda lain Mineral Logam (Metallic Minerals) Mineral Non-Logam (Non-Metallic Minerals) *Batu Mulia (Gemstones)
  • 8. Batu Mulia adalah jenis batuan/mineral yang dianggap memiliki nilai lebih karena daya tarik dan alasan-alasan tertentu seperti keunikan, kelangkaan, kekerasan dan keindahan sehingga sangat cocok digunakan sebagai batu permata/perhiasan bahkan diyakini memiliki khasiat untuk terapi pengobatan, termasuk sebagai azimat. BATU PERMATA (PRECIOUS STONE) Batu permata adalah batumulia dengan kekerasan tertentu (>7 skala Mohs) yang apabila dipotong, dipoles dan diupam memiliki nilai hakiki, indah dan tahan terhadap berbagai pengaruh sehingga banyak dimanfaatkan sebagai perhiasan/asesoris, pajangan/ornamen atau dekorasi. Fosil (Fossils) adalah sisa, kesan atau jejak kehidupan baik tumbuhan maupun binatang yang hidup di masa lampau/purba dan telah terawetkan/membatu akibat proses alamiah. JENIS FOSIL Fosil Tubuh (Body fossil), fosil yang terbentuk dari bagian/keseluruhan tubuh, contoh: fosil gigi, tulang, kerangka, cangkang, daun, batang Fosil Kesan & Tikas (Mold & Cast), fosil yang terbentuk dari cetakan bagian tubuh/cangkang organisme, contoh: fosil kesan (mold) dan tikas (cast) Fosil Jejak (Trace fossil), fosil yang terbentuk dari jejak kehidupan organisme, contoh: fosil jejak kaki (footprint), jejak ekor (trail), jejak kuku (track), jejak liang (burrow) KLASIFIKASI FOSIL a. Fosil Tumbuhan (Plant Fossils) b. Fosil Invertebrata (Invertebrate Fossils)
  • 9. c. Fosil Vertebrata (Vertebrate Fossils) termasuk Fosil Dinosaurus (Dinosaur Fossils) c. Fosil Manusia Purba (Hominid Fossils) Segala sumber daya alam non-hayati yang terbentuk melalui proses geologi meliputi sumber daya mineral, sumber daya energi dan sumber daya air. A. SUMBER DAYA MINERAL (MINERAL RESOURCES) Sumber Daya Mineral (Bahan Galian) adalah bahan alam berupa batuan/mineral yang mengandung cukup unsur yang bernilai ekonomis sehingga memungkinkan adanya pertambangan/penggalian.
  • 10. Bahan Galian Logam (Metallic Minerals) Bahan galian yang kandungan unsur utamanya adalah logam seperti bijih emas, perak, tembaga, timah, dll. Bahan Galian Industri (Industrial Minerals) Bahan galian yang kandungan unsur utamanya adalah bukan logam dan sering dijadikan bahan baku dalam industri seperti kaolin untuk industri keramik, kuarsa untuk industri kaca, barit dan belerang untuk industri farmasi, gipsum dan fosfat untuk industri pupuk, yarosit dan barit untuk industri cat, dll. B. SUMBER DAYA ENERGI (ENERGY RESOURCES) Sumber Daya Energi (Bahan Bakar) adalah bahan alam berupa bahan padat, cair maupun gas yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi panas melalui proses pembakaran. Batubara (Coals) Bahan bakar organik berbentuk padat yang mudah terbakar dengan kadar bahan karbon menurut berat lebih dari 50%, sedangkan menurut volume lebih dari 70%, sisanya adalah hidrogen, oksigen, nitrogen dan sulfur. Batubara terbentuk dari proses sedimentasi dan karbonisasi sisa-sisa tumbuhan air dan darat yang terkubur dalam lapisan tanah selama jutaan tahun. Minyak bumi (Petroleum)
  • 11. Bahan bakar organik berbentuk cair yang merupakan senyawa antara karbon dan hidrogen (hidrokarbon) dengan kadar hidrokarbon 50 – 98%, sisanya berupa oksigen, nitrogen dan sulfur. Minyakbumi berasal dari sisa-sisa organisme laut yang mengendap dan tertimbun oleh lumpur di dasar laut. Gas bumi/Gas alam (Natural Gas) Bahan bakar gas yang mudah terbakar dengan komposisi utama methane.Untuk memudahkan transportasi, gas bumi diubah menjadi bentuk cair dengan sebutan Liquified Natural Gas (LNG).Gas bumi atau gas alam ini ada dua jenis yaitu gas yang terdapat bersama-sama dengan minyakbumi dan gas yang berasal dari sumber gas semata-mata. Panas bumi (Geothermal) Panas yang berasal dari sumber di kedalaman perut bumi akibat proses hidrotermal yang temperaturnya lebih tinggi daripada di permukaan, jenis depositnya dapat berupa air panas (wet- steam) atau uap panas (dry-steam), di permukaan bumi kenampakannya berupa mata air panas (geyser) dan aktivitas fumarola/solfatara di sekitar tubuh gunungapi.
  • 12. C. SUMBER DAYA AIR (WATER RESOURCES) Sumber Daya Air adalah bahan alam berbentuk cair yang merupakan senyawa hidrogen-oksigen dan paling banyak terdapat di bumi.Potensinya dapat berupa air bawah tanah, air permukaan dan air laut/samudera yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Peristiwa/kejadian/fenomena alamiah yang disebabkan oleh proses geologi dan mengakibatkan terjadinya kerusakan alam, kerugian harta benda serta jatuhnya korban jiwa. Bencana Alam Geologi ini dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, yaitu : Gempa Bumi (Earthquake) , Tsunami (Tsunamis) , Letusan Gunungapi (Volcanic Eruptions) , dan Gerakan Tanah (Mass Movement) . Gempabumi (Earthquake) adalah getaran/goncangan/gerakan bergelombang yang dirasakan di permukaan bumi yang terjadi akibat perubahan mendadak lapisan kulit bumi karena pengaruh aktivitas tenaga asal dalam (endogen).Getaran tersebut dapat direkam oleh pencatat gempabumi (Seismograf). JENIS GEMPABUMI Gempabumi Tektonik, gempa yang terjadi karena adanya dislokasi/pergeseran lapisan kulit bumi akibat aktivitas tektonik berupa tenaga tarikan dan tekanan. Gempabumi Vulkanik, gempa yang terjadi akibat aktivitas gunungapi. Gempabumi Runtuhan, gempa yang terjadi akibat runtuhnya atap gua, tambang bawah tanah, amblesan, dsb.
  • 13. Indonesia merupakan salah satu wilayah /negara yang mempunyai intensitas kegempaan paling aktif di dunia, yang disebabkan karena letaknya di pertemuan tiga lempeng tektonik yang aktif.Hampir 80% daerah di Indonesia terletak di wilayah sebaran gempabumi.Wilayah ini berpenduduk padat dan sedang berkembang pesat. Resiko atau korban akibat gempabumi tidak hanya jiwa manusia saja, tetapi juga harta benda, sarana dan prasarana yang ada di wilayah dimana gempa tersebut terjadi. Gempabumi mempunyai karakter khusus umumnya terjadi tanpa peringatan dan terjadi secara cepat dalam waktu menit atau detik.Karakter khusus lainnya dari gempabumi dicirikan oleh 3 fase yakni gempabumi awal (fore shock), gempabumi utama (main shock) dan gempabumi susulan (after shock). Gambat Peta awan Bencana Geologi TSUNAMI Tsunami yang biasa disebut sebagai gelombang pasang, adalah suatu fenomena gelombang laut yang tinggi/besar dan berkekuatan, yang terjadi akibat adanya gangguan mendadak pada permukaan dasar laut yang secara vertikal mempengaruhi volume kolom air. Mekanisme terjadinya tsunami :
  • 14. 1. Terjadi gempabumi tektonik akibat peristiwa tumbukan lempeng. 2. Terjadi pengurangan volume air sehingga air laut menyusut sesaat. 3. Terbentuklah gelombang laut yang semakin kuat ke arah pantai. 4. Terjadilah gelombang tsunami yang tingginya sesuai perbedaan elevasi. 5. Tsunami akan terpecah dan tertahan oleh tanggul pepohonan. Upaya Penyelamatan Diri dari Tsunami : 1. Permukaan air laut dalam keadaan normal, tiba-tiba terasa ada goncangan tanah. 2. Air laut surut secara tiba-tiba menjorok jauh ke tengah laut. Segera lari menjauh dari pantai cari tempat yang tinggi. 3. Berlindung di perbukitan atau daerah yang tinggi. 4. Tunggu hingga gelombang laut normal kembali, lakukan tindakan penyelamatan. GUNUNGAPI Gunungapi adalah bukit atau gunung yang mempunyai lubang kepundan sebagai tempat keluarnya magma dan atau gas ke permukaan bumi.Di seluruh wilayah Indonesia terdapat 129 gunungapi aktif (+ 13 % dari gunungapi aktif dunia).Semua gunungapi tersebut berada pada jalur tektonik yang memanjang mulai dari Sumatera bagian utara menerus ke arah selatan melalui Jawa, Nusatenggara, sampai Laut Banda (sesuai dengan penyusupan Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia).Deretan ini dikenal sebagai jalur Mediteran.Kelompok gunungapi lainnya terdapat di Sulawesi Utara dan Maluku (penyusupan Lempeng Pasifik ke bawah Lempeng Eurasia).Deretan ini disebut jalur Lingkar Pasifik (“Circum Pacific”). Letusan gunungapi adalah suatu peristiwa alam yang terjadi akibat pembebasan energi yang terakumulasi di dalam sebuah gunungapi.Apabila magmanya bersifat basa (cair), maka letusannya hanya berupa leleran lava.Tetapi bila magmanya bersifat asam (kental), letusannya dapat berupa semburan bom, lapili, abu dan awan panas. SIFAT LETUSAN GUNUNGAPI : Letusan Efusif / Lelehan (Effusive eruption) Letusan Eksplosif / Ledakan (Explosive eruption) Letusan Campuran (Explosive-effusive eruption)
  • 15. 1. Efusif/Leleran/Lelehan (Effusions) Letusan yang bersifat leleran/lelehan lava melalui retakan yg terdapat pada tubuh gunungapi, karena magmanya encer dan tekanannya lemah. 2. Eksplosif/Ledakan (Explosions) Letusan yang bersifat ledakan dengan menyemburkan material volkanik berupa bahan padat, cair dan gas, karena magmanya kental dan tekanannya tinggi. 3. Campuran (Explosions-Effusions) Letusan yang bersifat perselingan antara efusif dan eksplosif, sehingga membentuk gunungapi strato yang terdiri atas perlapisan lava dan bahan-bahan lepas (piroklastik). BAHAN MUNTAHAN GUNUNGAPI : Bom vulkanis, gumpalan batuan sebesar bongkah Slag/Terak vulkanis, gumpalan batuan sebesar kerakal dengan bentuk tidak teratur Lapili, batu-batu kecil sebesar kerikil Pasir vulkanis, bahan letusan sebesar pasir Abu vulkanis, bahan letusan sebesar debu/abu Batuapung, bahan letusan yang ringan dan berongga BAHAYA GUNUNGAPI : (BAHAYA LANGSUNG) Aliran lava, suhu 800 – 1200°C Awan panas, suhu 600°C, kecepatan 200 km/jam Jatuhan piroklastik : bom, lapili, pasir, debu, abu/gas Lahar letusan (gunung berdanau kawah) Gas beracun : CO, CO2, HCN, H2S, SO2, dll (BAHAYA TIDAK LANGSUNG)
  • 16. Lahar hujan Banjir bandang Aliran lumpur Longsoran vulkanik GERAKAN TANAH Gerakan tanah (Mass Movement) adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, tanah, bahan rombakan atau material campuran, yang bergerak ke bawah sebagai longsoran, runtuhan, aliran, atau rayapan.Gerakan tanah dipengaruhi oleh curah hujan, kelembaban tanah, kestabilan lereng & kurangnya vegetasi. Peristiwa ini terjadi karena hilangnya keseimbangan pada lereng akibat hujan terus menerus, terjadinya gempabumi, pengaruh gravitasi bumi, dll. JENIS GERAKAN TANAH 1.Longsoran Translasi (Translation Landslides) Bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau bergelombang landai. Longsoran jenis ini paling sering terjadi di Indonesia. 2. Longsoran Rotasi (Rotation Landslides) Bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk cekung. Longsoran jenis ini juga paling sering terjadi di Indonesia.
  • 17. 3. Pergerakan Blok (Block Movements) Bergeraknya blok batuan pada bidang gelincir berbentuk rata. Longsoran ini disebut juga longsoran translasi blok batu. 4. Runtuhan Batu (Rock Falls) Runtuhnya sejumlah besar batuan atau material lain dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga menggantung terutama di daerah pantai. 5. Rayapan Tanah (Land Creeping) Longsornya tanah berbutir kasar dan halus secara lambat dan hampir tidak dapat dikenali. Setelah waktu yang cukup lama, bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah menjadi miring.
  • 18. 6. Aliran Bahan Rombakan (Debris Flows) Bergeraknya massa tanah akibat dorongan aliran air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, serta jenis materialnya.Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sekitar gunungapi. Longsoran ini paling banyak menelan korban jiwa manusia. UPAYA MITIGASI BENCANA ALAM GERAKANTANAH : Memberi informasi kepada masyarakat luas tentang pengenalan kerentanan gerakan tanah dan pengolahan lahan yang tidak menimbulkan bencana gerakantanah. Membuat dan memanfaatkan Peta Zona Gerakantanah. Melakukan penelitian kestabilan lereng dalam pembangunan tata ruang suatu daerah. Melakukan penataan tata lahan dan pemukiman yang berada pada lokasi rentan gerakan tanah. Mengendalikan penggarapan lahan pada daerah perbukitan dan pegunungan. Kegiatan penyelidikan geologi di lapangan yang meliputi dua tahap kegiatan yaitu tahap pencarian/penjelajahan eksplorasi dan tahap pemanfaatan/penambangan eksploitasi . Dalam tahap eksplorasi para ahli geologi dilengkapi oleh Peralatan Geologi . 1. Eksplorasi(Explorations) adalah kegiatan penyelidikan/penjelajahan lapangan untuk mengumpulkan data/informasi selengkap mungkin tentang keberadaan sumber daya alam non hayati di suatu tempat. Kegiatan eksplorasi mineral tahap awal dilakukan dengan penyelidikan geologi yang didukung dengan metoda geofisika dan geokimia.Untuk mengidentifikasi potensi mineral dan energi baik di permukaan maupun di bawah permukaan perlu dilakukan uji pemboran yang dikenal dengan “pemboran eksplorasi”.Pemboran seringkali dilakukan hanya untuk memastikan keterdapatan endapan mineral atau minyak dan gas bumi yang bernilai ekonomis. a.Eksplorasi Permukaan (Surface Explorations) Eksplorasi yang dilakukan hanya terbatas pada lapisan-lapisan batuan di permukaan bumi sebagaimana layaknya kegiatan lapangan geologi.
  • 19. b.Eksplorasi Bawah Permukaan (Subsurface Explorations) Eksplorasi yang dilakukan untuk mengetahui kondisi lapisan-lapisan batuan di bawah permukaan bumi dengan menggunakan metoda dan peralatan geofisika. 2. Eksploitasi(Exploitation) adalah kegiatan penambangan/pengusahaan/pemanfaatan sumber daya alam yang telah dinyatakan prospek berdasarkan analisis potensi mineral, minyak dan gas bumi, analisis kandungan dan besarnya cadangan, analisis ekonomi, serta analisis mengenai dampak lingkungannya (AMDAL). Metoda eksploitasi yang diterapkan sangat tergantung pada sifat cadangan yang ditambang dan keterdapatannya. Apabila bersifat cair atau gas biasanya dilakukan dengan cara pemboran. Apabila padat dan terdapat di bawah permukaan dilakukan dengan penambangan bawah tanah (underground mining).Apabila padat dan terdapat di permukaan cukup dilakukan dengan penambangan terbuka (open pit mining). Penambangan Terbuka (Surface Mining) Penambangan/eksploitasi bahan galian yang terdapat di permukaan bumi dengan cara pengupasan bertahap sehingga akan meninggalkan bekas tambang berupa cekungan yang berteras-teras.
  • 20. Penambangan Tertutup (Undergorund Mining) Penambangan/eksploitasi bahan galian yang terdapat di bawah permukaan bumi dengan cara menggali sambil membuat lorong-lorong/terowongan untuk kemudian hasilnya diangkat ke permukaan tanah. Peralatan Geologi (Geological Instrument) Peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk mempelajari, mengamati, memeriksa, mengumpulkan data dan contoh batuan dalam pekerjaan geologi lapangan (pemetaan geologi) diantaranya: Kompas geologi Palu geologi Peta topografi Foto udara Lup Buku catatan lapangan Alat-alat tulis HCl 0,1 N Komparator batuan Pita/tali ukur Clipboard Kantung contoh batuan Kamera Tas lapangan
  • 21. Endapan lumpur, pasir dan kerikil yang terdapat di muara sungai dengan bentuk ideal menyerupai huruf Yunani “delta”. Fosil (Fossils) adalah sisa, kesan atau jejak kehidupan baik tumbuhan maupun binatang yang hidup di masa lampau/purba dan telah terawetkan/membatu akibat proses alamiah. JENIS FOSIL Fosil Tubuh (Body fossil), fosil yang terbentuk dari bagian/keseluruhan tubuh, contoh: fosil gigi, tulang, kerangka, cangkang, daun, batang Fosil Kesan & Tikas (Mold & Cast), fosil yang terbentuk dari cetakan bagian tubuh/cangkang organisme, contoh: fosil kesan (mold) dan tikas (cast) Fosil Jejak (Trace fossil), fosil yang terbentuk dari jejak kehidupan organisme, contoh: fosil jejak kaki (footprint), jejak ekor (trail), jejak kuku (track), jejak liang (burrow) KLASIFIKASI FOSIL a. Fosil Tumbuhan (Plant Fossils)
  • 22. b. Fosil Invertebrata (Invertebrate Fossils) c. Fosil Vertebrata (Vertebrate Fossils) termasuk Fosil Dinosaurus (Dinosaur Fossils) c. Fosil Manusia Purba (Hominid Fossils) Batuan (Rocks) adalah bahan padat bentukan alam yang umumnya tersusun oleh kumpulan atau kombinasi dari satu macam mineral atau lebih. JENIS BATUAN (ROCKS)
  • 23. Batuan yang dibentuk oleh berbagai jenis dan susunan mineral dibagi menjadi tiga jenis, yaitu batuan beku (igneous rocks), batuan endapan (sedimentary rocks), dan batuan malihan (metamorphic rocks). Batuan Beku (Igneous Rocks) Batuan yang terbentuk dari proses pembekuan/pengkristalan magma dalam perjalanannya menuju permukaan bumi, termasuk hasil aktivitas gunungapi. Batuan beku dalam = batuan plutonik, batuan yg membeku jauh di bawah permukaan bumi, contoh: granit Batuan beku korok/gang = batuan intrusif / hipabisal, batuan yg membeku sebelum sampai ke permukaan bumi, contoh: granit porfir Batuan beku luar/leleran = batuan ekstrusif / efusif, batuan yg membeku di permukaan bumi, contoh: batuan vulkanis Batuan Endapan (Sedimentary Rocks) Batuan yang terbentuk dari proses pengendapan bahan lepas (fragmen) hasil perombakan/pelapukan batuan lain yang terangkut dari tempat asalnya oleh air, es atau angin, yang kemudian mengalami proses diagenesa/pembatuan (pemadatan dan perekatan). Batuan sedimen klastik / mekanis = batuan yg terendapkan dari hasil rombakan batuan asal, contoh: konglomerat, breksi, batupasir, serpih, napal, batulempung Batuan sedimen organik = batuan yg berasal dari endapan bahan organis (binatang & tumbuhan), contoh: batugamping, batubara, batu gambut, diatomit Batuan sedimen kimiawi = batuan endapan akibat proses kimiawi, contoh: evaporit, travertin, anhidrit, halit, batu gips Batuan sedimen piroklastik = batuan endapan hasil erupsi gunungapi berupa abu/debu, contoh: tufa
  • 24. Batuan Malihan (Metamorphic Rocks) Batuan yang terbentuk dari proses perubahan batuan asal (batuan beku maupun sedimen), baik perubahan bentuk/struktur maupun susunan mineralnya akibat pengaruh tekanan dan/atau temperatur yang sangat tinggi, sehingga menjadi batuan yang baru. Batuan metamorf kontak/sentuh/termal = batuan malihan akibat bersinggungan dengan magma, contoh: marmer, kuarsit, batutanduk Batuan metamorf tekan/dinamo/kataklastik = batuan malihan akibat tekanan yang sangat tinggi, contoh: batusabak, sekis, filit Batuan metamorf regional/dinamo-termal = batuan malihan akibat pengaruh tekanan dan temperatur yang sangat tinggi, contoh: genes, amfibolit, grafit Bentuk-bentuk geometri yang terdapat pada kulit bumi yang terbentuk oleh pengaruh gaya-gaya endogen, baik berupa tekanan maupun tarikan. Para ahli geologi menyebutnya Struktur Geologi, dan dikenal dengan Kekar ,Sesar , serta Lipatan . Kekar (Joint) adalah rekahan/patahan pada lapisan batuan yang terjadi akibat pengaruh gaya-gaya endogen baik tekanan maupun tarikan, tanpa mengalami perpindahan tempat. JENIS KEKAR Kekar Gerus (Shear Joint) adalah Kekar pada batuan yang terjadi akibat tekanan Kekar Tarik (Tension Joint) adalah Kekar pada batuan yang terjadi akibat tarikan
  • 25. Sesar (Faults) adalah rekahan/patahan pada lapisan batuan yang terjadi akibat pengaruh gaya- gaya endogen baik tekanan maupun tarikan dan mengalami perpindahan tempat/dislokasi/pergeseran. JENIS SESAR Sesar Normal / Turun (Normal / Gravity Fault) Sesar Naik (Reverse / Thrust Fault) Sesar Mendatar / Geser (Horizontal / Strike-Slip Fault) Sembul (Horst) Terban (Graben) Lipatan (Folds)adalah struktur lapisan batuan sedimen berbentuk lipatan/ gelombang/ lengkungan yang terbentuk akibat gaya endogen berupa tekanan. JENIS LIPATAN Lipatan Tegak/Setangkup (Upright Fold / Symmetrical Fold) Lipatan Tidak Setangkup (Asymmetrical Fold) Lipatan Miring / Menggantung (Inclined Fold / Overturned Fold) Lipatan Rebah (Recumbent Fold) Antiklin (Anticline) Sinklin (Syncline)
  • 26. Bagian permukaan bumi yang menjulang tinggi (>300 m) yang biasanya berbentuk kerucut terpancung dengan lubang kawah di puncaknya, terbentuk akibat munculnya magma ke permukaan bumi. JENIS GUNUNGAPI : Gunungapi Aktif (Active volcano), gunungapi yang masih menunjukkan aktivitas vulkanisme (erupsi masih berlangsung). Gunungapi Istirahat (Dormant volcano), gunungapi yang tidak menunjukkan kegiatan dalam waktu yang cukup lama, namun sewaktu-waktu dapat meletus. Gunungapi Mati (Extinct volcano), gunungapi yang sudah tidak akan bererupsi lagi. TIPE GUNUNGAPI : 1. KERUCUT PIROKLASTIKA Kerucut gunungapi yang tersusun atas material piroklastika (bahan-bahan lepas gunungapi) berupa bom, lapili, dan abu gunungapi.Pada umumnya bentuk gunungapi ini memiliki kawah di bagian puncak dan tubuh gunungapi tidak terlalu tinggi karena endapan piroklastika yang masih lepas dan mudah tererosi. 2. MAAR
  • 27. Gunungapi berbentuk kerucut terpancung yang memiliki kawah berbentuk mangkuk dengan lebar kawah relatif lebih besar dibandingkan tinggi kawah.Pada umumnya gunungapi ini memiliki lereng relatif landai dan kawah yang terisi air membentuk danau kawah.Maar yang terkenal di Indonesia terdapat di G. Lamongan, Jawa Timur. 3. GUNUNGAPI KALDERA Suatu gunungapi berbentuk kerucut terpancung, dengan lebar kawah berdiameter lebih dari 2 km yang terbentuk sebagai akibat erupsi eksplosi yang dahsyat. 4. KUBAH LAVA Tonjolan batuan lava berbentuk membundar dengan kemiringan lereng relatif sama ke segala arah, yang terbentuk akibat penerobosan magma ke permukaan bumi. Pada umumnya kubah lava terbentuk dari lava yang sangat kental.Besar dan luasnya tergantung pada volume lava dan sifat kekentalan.
  • 28. 5. GUNUNGAPI PERISAI Gunungapi yang tersusun atas perlapisan aliran lava yang sangat encer sebagai hasil erupsi yang berulang.Biasanya bentuk gunungapi ini memiliki lereng yang landai. Jarang dijumpai di Indonesia , tetapi sangat umum dijumpai di Kepulauan Hawaii. 6. GUNUNGAPI STRATO ATAU CAMPURAN Gunungapi berbentuk kerucut atau kerucut terpancung yang tersusun atas perlapisan atau perselingan antara aliran lava dan endapan piroklastika.Bentuk gunungapi ini sangat umum dijumpai di Indonesia.
  • 29. Lubang pada kulit bumi yang mengeluarkan cairan lumpur dan gas dalam jumlah besar sehingga membentuk gundukan seperti gunung.Prosesnya mirip dengan pembentukan gunungapi, hanya saja yang keluar bukan magma/lava. Massa kulit bumi yang mengalami pengangkatan sehingga jauh lebih tinggi dari daratan di sekitarnya, biasanya bentuknya memanjang dan merupakan deretan gunung-gunung. Daerah yang tersusun oleh batu-batu kapur yang berpori sehingga air permukaan selalu merembes dan menghilang ke dalam tanah.Rembesan ini dapat membentuk sungai bawah tanah atau bahkan membangun suatu goa kapur dengan stalaktit dan stalagmitnya.
  • 30. Lembah sungai berdinding terjal yang terjadi akibat erosi samping terhadap batuan yang mudah gugur disamping pengaruh sesar terban. Bagian sungai yang memiliki perbedaan ketinggian yang besar sehingga aliran sungai mengalir dengan cara jatuh bebas. Ini merupakan ciri sungai dengan stadium muda dimana erosi vertikal jauh lebih besar disbanding erosi horizontal.
  • 31. Tikungan sungai yang berkelok-kelok berbentuk setengah lingkaran akibat erosi ke samping (horizontal) lebih besar daripada erosi ke bawah (vertikal), merupakan ciri sungai berstadium tua dan biasa terdapat pada dataran rendah di bagian hilir sungai. Endapan lumpur, pasir dan kerikil yang terdapat di muara sungai dengan bentuk ideal menyerupai huruf Yunani “delta”.
  • 32. Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald, keturunan Jerman-Denmark yang lahir di Berlin, adalah seorang ahli paleontologi manusia purba dan kebudayaannya. Untuk mendapatkan sebutan itu ia telah menjelajahi P. Jawa, memasuki gua manusia Peking, mengacak-acak toko obat Cina serta menelusuri lembah Olduvai di stepa Sere- ngeti Afrika Utara, hanya untuk mengumpulkan fosil yang ia perlukan untuk penyelidikannya. Catatan-catatan harian yang dibuatnya, setelah dilakukan perbaikan dan tambahan di sana-sini agar pembaca awam lebih mudah menyelami lika-liku ilmu geologi dan prasejarah, akhirnya dituangkan dalam bukunya yang terkenal Speurtocht in de prehistorie, ontmoetingen met onze voorouders (Penelusuran di zaman prasejarah, perjumpaan dengan nenekmoyang kita). Von Koenigswald belajar geologi dan paleontologi di Berlin, Tubingen, Koln, dan sampai meraih gelar dotor dalam bidang geologi di Munchen pada tahun1928. Pada tahun 1931 ia datang di Hindia Belanda (Nusantara) dan langsung melakukan penelitian-penelitian yang terarah pada stratigrafi Pliosen-Plistosen di P. Jawa. Antara tahun 1932-1933 ia melakukan penggalian untuk penyelidikan paleontologi di daerah Ngandong, Blora, Jawa Tengah, dan menemukan fosil manusia purba yang diberi nama Homo erectus soloensis. Penyelidikan selanjutnya dilakukan di daerah situs Sangiran, Sragen, Jawa Tengah antara tahun 1934-1941.Di daerah itu von Koenigswald menemukan gigi rahang yang sudah lepas yang kemudian diketahui dari spesies Modjokertensis, tengkorak dari spesies Pithecanthropus erectus, serta rahang atas dan bawah dari spesies Meganthropus palaeojavanicus. Di bidang prasejarah, von Koenigswald dikenal dengan penemuannya peranti (artifact) manusia purba berupa serpihan obsidian di dataran tinggi Bandung (1931), di daerah Punung, Pacitan, Jawa Tengah (1933) berupa piranti yang digolongkan sebagai Pacitanian, dan di daerah Sangiran (1934) berupa serpihan rijang. Untuk mendapatkan fosil yang telah disimpan orang, ia menelusuri ke toko- toko obat Cina di beberapa negara, seperti di Indonesia (terutama Jawa Barat), di Malaysia, Muangthai, Hongkong, Indocina, Pilipina, dan di Amerika. Dalam penelusuran itu, ia menemukan di antaranya gigi-gigi dari spesies Gigantopithecus (di Hongkong), spesies Hemanthropus peii, Sinanthropus officinalis, dan rahang dari Wajak. Von Koenigswald adalah paleontologiwan yang sangat banyak berkarya.Karya ilmiahnya yang berjumlah lebih dari 300 judul, sebagian besar membahas tentang hasil penemuannya di P.Jawa. Dalam tulisannya perihal manusia purba, ia membahas tentang: taksonomi, morfologi, bahan makanan, tata lingkungan, migrasi, dan banyak yang menyangkut teori penting dalam evolusi manusia. Dari hasil-hasil penyelidikannya, dapat ditemukan pengabadian namanya di dalam nama beberapa binatang mamalia purba. Di daerah Ngandong, ia menemukan jenis Artiodactyla yang diberi nama Sus terhaari von koenigswald dan rusa purba Cervus javanicus von koenigswald. Dari daerah-daerah lain, von Koenigswald juga menulis hasil penyelidikannya tentang fosil primata dan
  • 33. fosil manusia purba dari Afrika, Eropa dan dari Australia. Hasil penyelidikan dari daerah-daerah itu meliputi: Oreopithecus, Ramapithecus, Sivapithecus, Dryopithecus, dan manusia purba Neanderthal. Sebagai seorang sarjana antropologi yang telah berprestasi dan berdedikasi, terutama di bidang paleoantropologi, von Koenigswald telah banyak menerima tanda penghargaan. Selain ia memperoleh beberapa penghargaan seperti: Medali Annandale, Plaket Darwin, Medali Thomas Huxley, dan Hadiah Werner-Reimers, ia juga mepe-roleh gelar Dotor Kehormatan dari Universitas Gajahmada pada tahun 1976. Dari tahun 1948 sampai dengan 1968, ia menjadi gurubesar paleontologi di Universitas Utrecht, Belanda, dan kemudian pindah bekerja di Museum Senckenberg, Frankfurt, Jerman, sampai ia meninggal pada tahun 1981. (Sumber: K.Koesoemadinata, dalam Berita Direktorat Geologi, v.9, n.21, h.229-230, 1977; dan Teuku Jacob, dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, j.9, h.26-27, 1990). ika orang berdarmawisata ke Lembang, salah satu tempat yang lazim dikunjungi adalah sebuah tugu yang dikenal penduduk sebagai Tugu Junghuhn. Franz Wilhelm Junghuhn, perintis penyelidikan geologi di Indonesia setelah Rumphius, adalah seorang penyelidik berkebangsaan Belanda keturunan Jerman. Ia dilahirkan di Mansfeld, Prusia, Saksen pada 26 Oktober 1809 dan meninggal di Lembang, 24 April 1864. Semula ia belajar ilmu obat-obatan di Halle, Berlin tetapi karena terlibat suatu perkelahian (duel), ia terpaksa berhenti. Ia kemudian dipenjara di Ehrenbeitstein. Suatu ketika ia berlagak seakan- akan kurang ingatan, hingga ditampung di panti sakit jiwa di Bonn. Ia dapat melarikan diri dari sini hingga akhirnya sampai di legium asing Perancis di Afrika. Karena tidak memenuhi syarat ia pindah ke Utrecht, negeri Belanda, di sana ia menempuh ujian dokter pada Tentara Belanda. Sebagai dokter tentara ia sampai di Jawa. Di pulau itu ia menetap dari tahun 1835 sampai 1848 dan dari 1855 hingga meninggal dunia. Junghuhn banyak melakukan perjalanan dan melukiskan pengalamannya terutama ditinjau dari sudut ilmiah.Banyak gunungapi didakinya dan topografi serta tetumbuhannya dikenalnya dengan baik. Pengetahuannya terutama dituangkan dalam karyanya: Java, terdiri dari 4 jilid dan dihiasi dengan peta-peta dan gambar-gambar dalam tata warna. Di antaranya memuat sabuk-sabuk cuaca (klimaatgordels) yang terkenal itu. Pada 23 Januari 1850 ia menikah dengan Johanna Louisa Frederica Koch. Ia termasuk salah seorang pendiri majalah orang-orang bebas agama De Degeraad (Fajar) pada 1855 dan pada 27 Juni 1855 ia diangkat menjadi inspektur perkebunan kina yang didirikan oleh Hass Karl (1854). Junghuhn memilih Lembang sebagai tempat terbaik untuk perkebunan kina dan di sana pulalah ia kemudian menutup mata untuk selamanya. Penerbitan-penerbitannya yang paling dikenal di antaranya Java, zijne gedaante, zijn plantentooi en inwendige bouw (Jawa, wujudnya, tetumbuhan penghiasnya dan struktur dalamnya), terdiri dari 4 jilid , 1849, 1850 - 1854, Kaart van Java (Peta pulau Jawa), 4 lembar (1855) dan Topographische und Naturwissenschofliche Reisen durch Java (1845). Mungkin karena pada hakekatnya Junghuhn adalah seorang dokter, dari karya ilmiahnya mengenai pengetahuan alam tampak bahwa sebenarnya ia lebih merupakan seorang ahli botani dari pada seorang geologiwan, namun ia tetap telah memberi dasar yang berarti dalam ilmu itu dengan penyusunan peta geologi Jawa dan pembahasan sejumlah gejala gunungapi dan geologi Indonesia.
  • 34. Salah satu pernyataannya yang menghebohkan akan tetapi kemudian ternyata tidak benar, adalah mengenai letusan G. Salak, Bogor dalam bulan Juni 1699. Pada waktu itu korban yang diakibatkan bencana alam diantaranya yang menimpa Jakarta, pada hakekatnya disebabkan oleh gempabumi tektonika. Koleksi Junghuhn yang besar kemudian diolah oleh sejumlah sarjana; fosil-fosil binatang oleh C. Ekrenberg, J. Herklots dan K. Martin, fosil tetumbuhan oleh H. Goepert, dan batuan oleh H. Behrens dan J. Lorie. Kita dengan tepat dapat menyebut Java-nya Junghuhn sebagai prestasi terpenting dalam bidang geologi yang telah sampai pada kita dari bagian pertama abad ke-19, yang hingga sekarang masih tetap digunakan sebagai referensi. Salah seorang geologiwan perintis di Indonesia yang mengakhiri riwayat hidupnya dalam menunaikan pekerjaan, adalah insinyur kepala Fennema. Seperti kita ketahui ia mencapai umur 48 tahun ketika menemui ajalnya di Danau Poso, Sulawesi Tengah 109 tahun yang lalu. Reinder Fennema dilahirkan di Sneek, Friesland, Nederland pada 21 Oktober 1849. Setelah menyelesaikan sekolah dasar ia menjadi murid HBS (sekolah menengah) dan tamat pada tahun 1867 di Groningen. Setelah itu ia masuk Polytechnische School untuk insinyur pertambangan di Delft. Selama mengikuti kuliah, masa liburnya dihabiskan dengan bekerja di daerah pertambangan seng dan timbal di Immekeppel dekat Bensberg, Jerman. Setelah menempuh ujian B, di musim panas 1869 bersama Hooze dan Birnie ia melakukan ekskursi geologi ke Inggris dan Skotlandia dibawah pimpinan Prof. Vogelsang. Antara 1869 - 1870 pelajarannya diteruskan di Mijnakademie Clausthal, pegunungan Hartz, Jerman. Selama libur 1871 ia bekerja di pertambangan batubara Heinitz, Saarbrucken, Jerman dan akhirnya dalam tahun 1872 menempuh ujian C di Delft. Fennema sangat disenangi para rekan mahasiswanya, beberapa lamanya ia menjadi anggota senat. Kemudian dalam tahun 1872-1873 mulailah latihan kerja yang sesungguhnya.Beberapa bagian dari Hongaria dan Zevenbergen, Saksen dan Bohemia Utara dikunjunginya, juga pameran Weener dan pertambangan batubara di Belgia dan Perancis utara.Ia pun mempelajari pembuatan sumur di Douai lewat lapisan yang kaya akan air menurut sistem Kind dan Chaudron. Pada bulan April 1874 ia tiba di Batavia (sekarang Jakarta) sebagai calon insinyur dan kemudian diangkat menjadi insinyur kelas 3. Dalam bulan Juli tahun itu, ia diperbantukan pada R.D.M. Verbeek melakukan pemetaan geologi di Sumatra Barat. Karya pertamanya adalah pengukuran perbedaan tinggi antara Talaweh dan G. Bekahur, kemudian dalam bulan Agustus 1874 ia berangkat ke daerah Sibelabu, Tanah Tinggi Padang, menyelidik endapan sinaber. Permulaan tahun 1875 ia ditempatkan di Payakumbuh untuk mengikuti pemetaan geologi bagian sebelah utara dan timurlaut pantai Sumatra Barat. Selama pekerjaan inilah cara pengamatan lapangan Fennema yang cermat tampak menonjol. Pada Pebruari 1878 Fennema dipindahkan ke Batavia dan dipekerjakan pada Grondpeilwezen, pemboran air artesis, mula-mula di daerah Batavia, kemudian di Jawa Tengah. Pada waktu itu
  • 35. iatelah diangkat menjadi insinyur kelas 2. Pada Mei 1879 ia dipindahkan lagi ke Surabaya untuk memimpin pemboran air di sana, serta di Pasuruan dan Lasem, Rembang. Dalam bulan Juli 1880 ia dipanggil ke Batavia, dan pada bulan Agustus melakukan pemetaan geologi di karesidenan Bagelen untuk kepentingan pemboran air di Gombong. Pada waktu itu Fennema sempat pula mengunjungi pegunungan Serayu Selatan dan lapangan Luk Ulo. Di sinilah ia beruntung untuk pertama kali menemukan “tanah dasar Jawa”, ialah batuan, yang di atasnya terletak batuan sedimen dan gunungapi Tersier dan yang lebih muda. Pada akhir Agustus 1880 ia bersama Hooze dan Verbeek menyelidiki batuan di Jasinga yang oleh Rigg ditentukan sebagai granit. Dalam bulan September tahun itu Fennema dipindahkan ke Bengkulu untuk melakukan penyelidikan kembali kemungkingan pengolahan lapangan batubara Bukit Sunar. Pekerjaan ini sangat meletihkan dan setelah kembali di Batavia bulan Juni 1881 kesehatannya mulai terganggu, hingga menyebabkan ia pulang cuti ke Eropa selama 2 ½ tahun. Kemudian dalam bulan Oktober 1884 ia kembali di Indonesia dan bekerja di Ijo, pegunungan Karangbolong di perbatasan Banyumas dan Bagelen. Setelah itu ia juga ditugaskan dalam penyelidikan geologi di daerah Priangan. Dalam bulan Januari 1885 Fennema diangkat menjadi insinyur kelas 1.Ia menikah dengan E. de Bruine dalam bulan Nopember tahun itu pula Letusan G. Semeru, yang meminta korban 70 orang, terjadi di malam hari 17 April 1885, dan pada 28 April kita sudah melihat Fennema diperkebunan kopi Kali Bening sebelah selatan gunung, melakukan penyelidikan sebab dan akibat terjadinya peletusan. Inilah yang menjadikan alasan pengangkatan Fennema menjadi anggota Bagian Ilmu Pasti dan Pengetahuan Alam Koninklijke Akademie van Wetenschappen Amsterdam pada 14 Mei 1886, satu-satunya penghargaan yang diperolehnya selama masa kerjanya yang panjang dan sibuk itu. Dalam tahun itu juga ia terlibat dalam penyelidikan kemungkinan pengolahan minyak bumi di Langkat. Dalam laporannya, tidak saja ditunjukkannya kemungkinan pengolahan minyak bumi dari daerah Telaga Said, namun dibahasnya pula beberapa angka kemungkinan keuntungan dari maskapai Langkat. Tugas ini menelorkan pendirian Koninklijke Maatschappij tot Exploitatie van Petroleumbronnen in Nederlandsch Indië. Setelah itu ia kembali melakukan penyelidikan penyediaan air untuk Kota Medan. Dalam tahun 1888 ia dipekerjakan lagi pada pemetaan geologi Jawa. Hasil kerjaan ini diterbitkan bersama dengan R.D.M. Verbeek berjudul Geologische beschrijving van Java en Madoera, (Amsterdam, 1896). Pada Nopember 1893 Fennema diangkat menjadi insinyur kepala.Ia kemudian mempelajari akibat letsuan G. Galunggung di Tasikmalaya, yang terjadi pada 18 - 19 Oktober tahun itu. Setelah itu ia cuti ke Nederland, dan ia menulis laporannya. Laporan ini kemudian dimuat dalam Jaarboek tahun 1895. Setelah kembali di Indonesia pada bulan Januari 1896 ia diangkat kembali menjadi insinyur kepala. Dalam bulan Juli tahun itu ia mengunjungi beberapa endapan bijih emas di pantai utara Sulawesi; selanjutnya ia dipindahkan ke Manado, untuk dibebani pimpinan penyelidikan geologi di keresidenan itu. Ia kemudian melakukan peninjauan di daerah Minahasa, Paleleh, Gorontalo, Tojo,
  • 36. Poso, Parigi dan Tinombo; termasuk pula gunungapi Sangir Besar dan Siau, sebelah utara Sulawesi. Selain itu, didatanginya pula lajur pantai Sulawesi Utara, dari Kwandang hingga Lokodido. Dalam bulan Nopember 1897 Pemerintah Hindia Belanda melakukan penyelidikan terhadap perluasan kekuasaan Kerajaan Luwuk, terutama untuk mengetahui apakah seluruh daerah Poso juga termasuk dalam kerajaan itu. Untuk penyelidikan ini pemerintah menunjuk kontrolir van Wetering dan van Rijn, serta kapten Callas untuk melakukan pemetaan dan pendeta Alb. C. Kruyt, yang bertindak sebagai penunjuk jalan dan juru bahasa. Kesempatan ini tidak dilewatkan begitu saja oleh Fennema.Ia ingin mempelajari keadaan geologi Poso, antara kelokan Tomini dan Danau Poso. Karenanya ia menggabungkan diri dengan rombongan ini. Bersama J. F. de Corte ia mengikuti regu dan sampai di tepi Danau Poso pada 18 Nopember. Kita sudah mengetahui bahwa ini merupakan tugas terakhir Fennema; ia tenggelam pada 27 Nopember tahun itu, dan mayatnya tidak pernah ditemukan. Demikianlah akhir hayat dari seorang lelaki yang rajin dan cakap ini.Ia telah menjadi korban kekurangan peralatan dan persiapan yang tersedia bagi setiap penyelidik alam, terutama geologiwan di Indonesia dan yang telah memakan begitu banyak korban jiwa para sarjana. Inilah gambaran apa yang telah dicapai Fennema selama masa kerja 23 ½ tahun lebih sebagai insinyur pertambangan dalam bidang ilmiah maupun terapan. Tidak henti-hentinya ia bekerja, dan andaikata saja maut tidak datang begitu mendadak, maka pastilah kita masih dapat mengharapkan pengetahuan yang sangat berharga darinya. Ia akan selalu menjadi teladan bagi para geologiwan dimasa yang akan datang, yang harus melakukan penyelidikan dalam keadaan serba sulit dan tidak menyenangkan. Dalam hal ini mereka dapat mengenangkan kembali pelopor ini, yang tergambar dari penghidupan dan pekerjaannya, yang setiap penemuan menjadi cambuk untuk lebih banyak lagi melakukan penyelidikan, dan yang dalam tugasnya demi ilmu pengetahuan sampai harus mengorbankan jiwanya. Kehidupan Fennema tidak kaya akan penghargaan yang diberikan orang, mungkin karena kesederhanaan jiwanya dan kerendahan hatinya. Baru setelah ia tiada, isterinya mendapatkan sebuah medali emas, disampaikan oleh Société de Geographie Commerciale di Paris. Kemudian ia dianugerahi suatu penghargaan lebih tinggi lagi, ialah Prox Tchihatchef, oleh Academie des Sciences di Paris bulan Desember 1899. Karya menonjol lain yang ditulis Fennema bersama G.P.A. Renaud di samping mengenai geologi Jawa adalah : Uitkomsten van het Gouvernementswezen ingestelde onderzoek naar petroleum in het concessie terrain van de heer A.J. Zijller in Beneden Langkat (Oostkust van Sumatra) en beschouwingen over de rentabiliteit eener aldaar gevestigde petroleum industrie. (hasil dari penyelidikan oleh Pemerintah terhadap minyak bumi di lapangan konsesi tuan A.J. Zijller di Langkat Bawah, pantai Timur Sumatra dan tinjauan mengenai kemungkinan menguntungkannya suatu industri minyakbumi di sana) Agustus 1890. (Dari R.D.M. Verbeek, 1903, Levensbericht van Reinder Fennema){mospagebreak} Kisah Tewasnya R. Fennema di Poso
  • 37. Para pengunjung museum yang naik melalui tangga ke lantai atas akan melihat batu pualam bertulis yang ditempelkan pada dinding tepat di depan tangga. Letaknya yang istimewa itu menyebabkan orang tanpa menyadarinya selalu membaca batu itu, mengenangkan jasa seorang geologiwan yang telah tewas dalam menunaikan tugasnya di daerah terpencil, jauh dari kegiatan manusia. Demikianlah pada 27 Nopember 1897, Reinder Fennema, seorang insinyur kepala, ahli geologi telah tenggelam dan hilang di dasar Danau Poso, Sulawesi Tengah.Mayatnya tak pernah ditemukan. Pada hari yang cerah, kira-kira pukul setengah satu hari itu, bertolaklah sebuah perahu dari pantai barat danau menuju Peura di pantai timur, tempat rombongan lain yang melakukan perjalanan mengikuti pantai timur menunggu mereka. Perahu itu berpenumpang 6 orang, yaitu Fennema dan de Corte, pegawai Dienst van het Mijnwezen, dan 4 orang pembantu yang berasal dari Minahasa.Cuaca amat baik, angin bertiup sepoi-sepoi basa.Pada kira-kira pukul 3 sore, ketika perahu berada ditengah-tengah danau, tiba-tiba bertiuplah angin kencang.Dalam tempo yang singkat datang pula gelombang yang tinggi; menggulung, menghantam perahu.Perahu kecil yang berpenumpang 6 orang itu tidak berdaya.Hanya sekejap saja telah terbalik.Semua penumpang terlempar dan masing-masing berusaha menyelamatkan diri dengan berpegang sekuat-kuatnya pada badan perahu yang terbalik itu.Angin dan gelombang terus berkecamuk.Tenaga untuk menggantung sudah semakin berkurang, dan akhirnya hampir habis samasekali. Cuaca gelap dan pekat, ketika pada kira-kira pukul delapan de Corte mendengar teriakan lemah dan kemudian mengetahui bahwa Fennema telah lepas dari perahu dan menghilang.Semua orang hanya mempunyai tenaga tersisa sedikit saja untuk menggantung, sehingga tiada usaha dilakukan untuk mencarinya.Kepekatan malam menambah kecut hati masing-masing.Semuanya menyerahkan nasibnya kepada Tuhan. Untunglah kira-kira 2 jam kemudian anginpun berhenti. Gelombang berangsur-angsur kurang.Dengan segala usaha dan mengerahkan tenaga yang masih tersisa perahupun dibalikkan. Dengan susah payah masing-masing mengangkat badannya untuk menaiki perahu. Semua peralatan dan dayung telah hilang.Tinggallah menunggu perahu dihanyutkan arus.Semalam-malaman perahu hanyut terapung-apung. Ketika matahari memancarkan cahaya merah di ufuk timur barulah mereka tahu keadaan sekitarnya.Pantai barat danau ternyata tidak begitu jauh lagi.Merekapun berusaha mendekatkan perahu ke pantai itu. Penduduk setempat memberinya makanan dan nasi sekedarnya, dan berusaha pula mencari Fennema.Namun Fennema telah hilang ke dasar danau bersama conto batu dan catatan hariannya. Demikianlah geologiwan yang dilahirkan di Sneek, Nederland pada 21 Oktober 1849, telah tewas dalam menunaikan tugasnya, yang seperti juga tugas geologiwan pada umumnya menuntut keberanian hidup terpencil, jauh dari kegiatan manusia, dan tidak jarang pula penuh marabahaya. (Tulisan mengenang Insinyur Kepala pada Mijnwezen di Hindia Belanda Reinder Fennema, kawan yang setia, manusia yang mulia, sarjana yang rendah hati)
  • 38. Reinout Willem van Bemmelen dilahirkan di Jakarta pada 14 April 1904. Sewaktu berumur 17 tahun, ia pergi ke Delft untuk belajar ilmu pertambangan. la adalah salah seorang murid terakhir dari Sekolah Delft Molengraaff. Pada 5 Juli 1927 Insinyur pertambangan van Bemmelen meraih gelar Doktor di Delft berdasarkan disertasinya Bijdrage tot de Geologie der Betische Ketens in de provincie Granada. Promotornya adalah Prof. H. A. Brouwer. Setelah promosi, pemuda van Bemmelen bekerja pada Opsporingdienst van den Mijnbouw di Hindia Belanda pada Perpetaan Sumatra dan Jawa.Kegemarannya dalam bidang geologi dan kemampuan belajar yang luar biasa, pada waktu itu saja sudah memaksakan untuk mencurahkan pikirannya terhadap banyak bidang di luar pekerjaan sehari-harinya. Pada beberapa tahun pertama ini bukan saja telah tumbuh benih pemikiran geotektonikanya, yakni teori Undasi (1932), akan tetapi juga benih karya standar (baku) yang kelak akan rnengakhiri karyanya di Indonesia dalam tahun 1949, dengan penerbitan bukunya The Geology of Indonesia. Pada hakekatnya perioda kegiatannya pada Opsporingdienst van den Mijnbouw, berakhir dengan terjadinya Perang Dunia II, yang berarti pula penawanan bagi van Bemmelen. Namun sempat pula ia di tahun pertama penjajahan Jepang itu, untuk memimpin Penyelidikan Gunungapi dengan menghasilkan karyanya Bulletin of the East Indian Volcanological Survey for the year 1941 (Bulletin nos. 95 - 98) yang di dalamnya memuat juga Register of the Localities of Volcanologic Activity in the East Indian Archipelago dan Preliminary Historical Register of Volcanic activity in the East Indian Archipelago oleh W.A. Petroeschevsky, yang kelak akan menjadi dasar untuk pembuatan Catalogue of the Active Volcanoes of the World Including solfatara field, Part I Indonesia oleh Neuman van Padang. Penjajah Jepang tidak dapat menghalangi van Bemmelen berkuliah di hadapan sesama tahanan yang menaruh perhatian terhadap geologi. Setelah perang di negeri Belanda selesai, ia menulis kembali The geology of lndonesia, karena manuskrip pertama hilang di waktu perang. Ini merupakan suatu prestasi yang luar biasa. Suatu bukti bukan saja dari kekuatan mental dan ketekunannya, melainkan juga dari kesadaran akan kewajibannya kepada Opsporingdienst dan kepada semua yang pernah bekerja dalam bidang geologi di Hindia Belanda. Setelah itu pada tahun 1951 menyusul pengangkatannya sebagai Gurubesar dalam Geologi Ekonomi di Utrecht dan pada 1969 tibalah masa emeritusnya. Mengenai karyanya dapat dicatat lebih lanjut sbb. : Pertama-tama mengenai sumbangannya pada geologi Indonesia. Buku The Geology of Indonesia-nya masih tetap dianggap sebagai pekerjaan baku yang mengumpulkan geologi dan geologi ekonomi bagian dari dunia ini. Kini sudah terbit terjemahannya dalam bahasa Rusia dan mengingat banyaknya permintaan, cetakan ulang dilakukan.Sumbangannya
  • 39. pada pengetahuan geologi ternyata kelihatan dari mengalirnya berbagai artikel, sedangkan pada banyak kongres van Bemmelen telah mengungkapkan sejumlah problema geologi.Di atas sudah disebut teori Undasi, teori yang tidak dapat dipisahkan dari namanya.„Tektogenesa sekunder yang dipengaruhi gayaberat” yang erat hubungannya dengan ini telah melibatkan banyak geologiwan, terutama di bagian yang berbahasa Inggris.Ini menghasilkan suatu tempat terkemuka baginya dalam dunia kepustakaan geologi. Akan tetapi juga di bidang lain tampak perhatiannya. Banyak artikel yang ditulisnya mengenai gejala gunungapi yang dihubungkan dengan tektonika.Batuan ignimbrit sangat menarik pertahiannya. Sebagai ilmiawan van Bemmelen memadukan pertanyaan bagaimana dan mengapa dari gejala geologi.Pertanyaan ini tidak dihindarinya. Dengan pengetahuan lapangan dan pustakanya yang luas ia selalu mencoba merumuskan suatu jawaban. Dari pekerjaannya nyata keyakinannya, bahwa pemecahan persoalan suatu problema harus dilihat sebagai gejala tambahan dari suatu kejadian yang lebih besar dan „mondial‟. Ini nyata dari penerbitannya mengenai problema selayang pandang seperti: geotektonika dengan banyak segi atau fasetnya seperti sesaran kontinen, sistem sesar (patahan) selayang pandang, dst. Terjadinya bumi dan keraknya, dan akhirnya hubungan geologi dengan pengetahuan dan pengertian dimensi dalam geologi merupakan suatu pertanyaan yang hanya dapat dijawab oleh seseorang, yang menguasai ikhtisar dari banyak kekhususan atau cabang ilmu dalam geologi.Suatu kualifikasi yang selain dipenuhi oleh van Bemmelen hanya dapat dipenuhi oleh beberapa gelintir geologiwan saja. Jasa van Bemmelen ditandai dengan penganugerahan beberapa penghargaan, yakni : 1. Pening kehormatan Universitas Bebas di Brusel, 2. Medali dari Akademi Ilmu Pengetahuan Cekoslovakia, 3. Keanggotaan persamaan dari Geologische Gezellschaft di Wina. Lebih penting bagi para geologiwan, yang menamatkan sekolahnya waktu ia (van Bemmelen) menjabat gurubesar adalah perhatian yang sungguh terhadap orang muda, yang belajar di bawah bimbingannya. Siapa saja yang mendapatkan buku Mountain building van Bemmelen, yang disampaikan olehnya kepada para rekan dan muridnya pada waktu emeritusya dalam 1969, akan terkesan oleh persahabatan, penghargaan dari kekaguman yang dicetuskan dalam buku ini. Kepada para mahasiswa dan promovendinya, ia bertindak sebagai seorang sahabat yang lebih tua dengan sedikit banyak pengalaman. Sikap ini tidak terbatas pada kuliah, eskursi dan pemetaan, tetapi juga meluas ke penghidupan sehari-hari, yang didampingi dengan ketat oleh isterinya.Hubungannya dengan para mahasiswa jelas bukan disebabkan oleh kewajiban sosial, melainkan bersemi dari perhatian hangat terhadap sesama manusia. Di lapangan ia mengajar para muridnya bagaimana memeta geologi, pertama-tama cara pengamatan yang benar, setelah itu cara menyusun suatu hipotesa kerja berdasarkan pengamatan, dan pada akhirnya cara menguji hipotesa ini dengan pengamatan baru.
  • 40. Ia seakan-akan mendorong mereka agar selalu mengintip keluar dari tepi lembah dari mana mereka keluar, untuk memperluas pemandangannya. Pemetaan yang dilakukan dibawah bimbingannya mencakup bagian luas dari Alpina Timur dan Selatan. Dalam kuliah dan diskusinya -apakah ini bersama kawan ataupun lawan anggapannya- van Bemmelen mencirikan diri sebagai seorang pembela yang setia yang dengan kekuatan alasan (argument) yang up to date mencoba membantu orang lain menjadi kawan seperjuangan dalam anggapannya. Pada tahun 1970 pemimpin Koninklijk Nederlandsch Geologisch Mijnbouwkundig Genootschap, setelah mendengar Raad van Bestuur, telah menganugerahkan Pening van Waterschoot van der Gracht, berdasarkan pertimbangan sbb. : “Prof. Dr. Ir. R. W. van Bemmelen dengan pemikiran geologinya yang orisinil dan berani telah memberikan sumbangan penting pada ilmu pengetahuan bumi di Negeri Belanda. Pemikiran geotektonikanya yang diabadikan dalam banyak penerbitan menjadi sangat terkenal dalam dunia Internasional.Geology of Indonesia-nya merupakan karya standar yang setelah lebih dari 20 tahun tetap tidak berkurang nilainya.Semangatnya terhadap geologi dan perhatiannya yang dalam terhadap manusia, yang bekerja di bawah bimbingannya memberi inspirasi kepada para muridnya, yang sambil menyebar di seluruh dunia, memperkenalkan pemikiran geologi Negeri Belanda”. Arie Frederick Lasut mencapai umur 35 tahun ketika pada 7 Mei 1949 ia diculik dan ditembak mati di suatu tempat di Jalan Pakem, Yogyakarta, oleh tentara Belanda yang menduduki kota itu. Ia dilahirkan di Tondano, Sulawesi Utara, pada 6 Mei 1914 (seperti tertulis pada Prasasti A.F. Lasut di Museum Geologi), dari keluarga guru, sebagai anak kedua dari delapan bersaudara (keterangan lain menyebutkan bahwa A.F. Lasut lahir pada 6 Juli 1918 (S. Darsoprajitno, 1985)). Pendidikan A.F. Lasut dimuali di Hollandsch Inlandsche School (HIS; sekarang Sekolah Dasar) di Tondano pada 1924. Setelah itu ia masuk ke Hollandsch Inlandsche Kweekschool (HIK) dan Algemene Middelbare School (AMS; sekarang Sekolah Menengah Atas) sampai tamat juga di Tondano. Sekolah tingginya dimulai dari Geneeskundige Hooge School (GHS) di Jakarta, kemudian pindah ke Technische Hooge School (THS) di Bandung pada tahun 1938, dan akhirnya di Asistent Geologen Cursus di Bandung yang diselenggarakan oleh Dienst van den Mijnbouw pada tahun ajaran 1939-1941. Kursus Asisten Geologi tersebut adalah angkatan pertama yang diselenggarakan menjelang meletusnya Perang Dunia II, 1939-1945. Ia bersama dengan R. Sunu Soemosoesastro, J.van Gorkom dan Meinecke dapat menyelesaikan kursus, dan mulai kariernya sebagai geologiwan pada 12 Pebruari 1940. Kemampuannya sebagai geologiwan dalam kariernya telah ditunjukkan dari laporan- laporannya yang berturut-turut tahun 1941, 1943, 1944 dan 1945.
  • 41. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, A.F. Lasut bersama dengan R. Sunu Somosoesastro dan rekan-rekan sejawat lainnya berjuang melakukan pengambilalihan kantor Sangyobu Chishitsuchosacho dari penguasa Jepang. Pada waktu itu aksi pengambilalihan kekuasaan dari tangan Jepang terjadi di mana-mana di daerah pertambangan, mulai dari kantor pusat Sangyobu Chishitsuchosacho di Bandung sampai ke pertambangan yang tersebar di daerah- daerah. Aksi pengambilalihan kantor Sangyobu Chishitsuchosacho di Rembrandt Straat Bandung, diikuti dengan pembentukan Pusat Djawatan Tambang dan Geologi dengan kantor yamg sama. Pengelolaan Pusat Djawatan diawali dengan Dewan Pimpinan, yang semula dipimpin oleh R. Ali Tirtosoewirjo dan kemudian oleh R. Sunu Soemosoesastro.Pada waktu itu A.F. Lasut menjadi salah satu dari 7 orang anggota Dewan Pimpinan merangkap Kepala Laboratorium. Ketika R. Sunu Soemosoesastro menjabat sebagai Ketua Dewan Buruh merangkap Kepala Pusat, A.F. Lasut menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Buruh merangkap Wakil Kepala Pusat. Tidak lama kemudian, Kepala Pusat dijabat oleh A.F. Lasut yang merangkap sebagai Kepala Bagian Perusahaan sebelum ditugaskan ke R. Moedigdjo Koesoemodigdo), dan R. Sunu Soemosoesastro menjabat sebagai Kepala Bagian Geologi; dan sementara itu Dewan Buruh dibubarkan pada Maret 1946. Pada awalnya Pusat Djawatan Tambang dan Geologi menginduk kepada Kementerian Perhubungan / Pekerjaan Umum, di bawah menteri Abikoesno Tjokrosoejoso. Selama Perang Kemerdekaan 1945- 1949 melawan tentara Belanda yang didukung oleh pasukan sekutu, sambil turut berjuang A.F. Lasut memimpin Pusat Djawatan mengungsi dari satu tempat ke tempat yang lain selama 4 tahun (Desember 1945 - Desember 1949). Pengungsian pertama dilakukan dari Rembrandt Straat ke Jl.Braga No. 3 dan 8 Bandung (Desember 1945). Karena tekanan dari pasukan tentara Belanda yang terus-menerus, maka Kantor Pusat Jawatan secara berturut-turut diungsikan dari Bandung ke Tasikmalaya dan ke Solo (Maret 1946), ke Magelang (September 1946), kemudian tercerai-berai ke beberapa desa (Borobudur, Muntilan, Dukun, Serumbung) pada Oktober 1947, dan akhirnya terhimpun kembali di Yogyakarta pada Nopember 1947. Sebagai pejuang yang gigih, A.F. Lasut bersama rekan sejawatnya setelah merebut dan mempertahankan Pusat Djawatan Tambang dan Geologi, ia juga menyelamatkan dan mengembangkannya. Dalam suasana perang itu, ia juga sempat mengomandani Kompi BS dari Brigade-16, menyelamatkan dokumen tambang dan geologi ke Bukittinggi menjelang Agresi Militer Belanda II Desember 1948, dan memperbantukan 6 orang mantri opnemer-nya ke Markas Besar TRI untuk menyiapkan peta-peta militer daerah Yogyakarta dan sekitarnya. Sebagai seorang nasionalis, ia pernah menerbitkan pengumuman bahwa “Semua perusahaan pertambangan harus berada di bawah pengawasan Pusat Djawatan Tambang dan Geologi” (Oktober 1945), pernah menolak tawaran Ir. Buurman dan Ir. Akkersdijk untuk bekerjasama dengan Opsporingsdienst di Bandung , dan pernah pula menjadi setaf ahli delegasi Indonesia pimpinan Mr. Moh Roem dalam perundingan dengan pihak Belanda. Untuk mengembangkan Pusat Djawatan Tambang dan Geologi, ia bersama dengan R. Sunu Soemosoesastro membuka Sekolah Pertambangan dan Geologi Tinggi pada tahun 1946 di Magelang dan Yogyakarta, dan membuka cabang kantor Pusat Djawatan di Bukittinggi, Sumatera. Di sela-sela kesibukannya seperti itu, A.F. Lasut masih sempat melakukan penyelidikan geologi di beberapa tempat.Hal ini terlihat di dalam karya tulisnya yang terakhir pada tahun 1948, tentang Berita
  • 42. Tahunan 1945-1947, yang ditulis pada tahun 1948 tetapi baru terbit pada tahun 1962. Atas semua jasanya itu, ia memperoleh penghargaan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.012/TK/Tahun 1969 tanggal 20 Mei 1969. Sumber: “125 Tahun Penyelidikan Geologi Indonesia, perkenalan dengan beberapa perintis geologi di Indonesia, PIT-IAGI IV 1975” oleh K.Koesoemadinata dan A.S.Soemartadipoera; dan beberapa acuan lain seperti Karmijuni (1961), Purbo-Hadiwidjoyo (1975), S. Darsoprajitno (1985) dan Dinarsih (1990). Raden Soenoe Soemosoesastro adalah salah seorang dari sangat sedikit pemuda Indonesia yang menaruh minat pada bidang geologi dan tambang sejak zaman penjajahan Belanda, ketika menjelang pecahnya Perang Asia Timur Raya (bagian dari Perang Dunia ke-2, 1939- 1945). Bersama-sama dengan A.F. Lasut, J.van Gorkom dan Meinecke, ia menjadi peserta Asistent Geologen Cursus (Kursus Asisten Geologi) angkatan pertama yang diselenggarakan oleh Dienst van den Mijnbouw selama tahun 1939-1941. Ia adalah salah seorang tokoh pemuda , yang bersama dengan pemuda yang lain (di antaranya A.F. Lasut) mengambilalih kantor Chishitsuchosacho dari penguasa Jepang, sebulan setelah diproklamasikannya Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. R.S. Soemosoesastro (panggilan akrabnya Pak Sunu) dilahirkan pada tanggal 5 Oktober 1913 di kota Klaten, Jawa Tengah. Pendidikan umumnya dimulai dari Hollandsch Inlandsche School (HIS; sekarang Sekolah Dasar), kemudian diteruskan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO; sekarang Sekolah Menengah Pertama) dan Algemene Middelbare School (AMS; sekarang Sekolah Menengah Atas), semuanya di Malang sampai tamat pada Desember 1933 dengan hasil yang sangat memuaskan. Pendidikan tingginya dimulai dengan mengikuti Kursus Asisten Geologi tersebut pada tahun 1939-1941. Setelah +12 tahun menjalani tugas sebagai geologiwan, sebagai pejuang kemerdekaan, sebagai pejabat dan sebagai pendidik pada lembaga-lembaga Dienst van den Mijnbouw, Chishitsuchosacho, Pusat Djawatan Tambang & Geologi, dan Djawatan Pertambangan RI, ia tidak merasa sungkan untuk menimba ilmu geologi yang lebih tinggi lagi. Oleh karena itu maka sejak tahun 1953, ia mengikuti kuliah program sarjana pada Bagian Geologi, Fakultas Ilmu Pasti dan Pengetahuan Ilmu Alam, Universitas Indonesia Cabang Bandung (sekarang ITB, Institut Teknologi Bandung). Namun, niat yang mulia itu tak kesampaian karena ia meninggal duni pada tanggal 2 Maret 1956. Sunu yang dilahirkan sebagai putra kedua dari keluarga Soemosoesastro itu, di waktu anak-anak badannya kecil karena sering sakit dan memerlukan masuk ke rumah peristirahatan anak sekolah di Batu, Malang, selama libran sekolah. Berbeda dengan di waktu menjelang remaja, badannya sehat
  • 43. dan kekar ketika ia bersekolah di MULO. Selepas dari sekolah AMS, ia tidak meneruskan sekolah ke perguruan tinggi karena ketiadaan biaya, tetapi ia menjadi guru di Sekolah Taman Siswa. Baru setelah ada kesempatan sekolah untuk jabatan Geologisch Ambtenaar (Pegawai Negeri Geologi) yang diselenggarakan oleh Dienst van den Mijnbouw, ia bersama dengan A.F. Lasut dan J.van Gorkom mengikuti Asistent Geologen Cursus tersebut. Selama mengikuti kursus, ia sudah diangkat menjadi pegawai bulanan sejak tanggal 6 September1939 pada Geologische Dienst, dan seusai kursus, ia diangkat menjadi pegawai geologi pada Dienst van den Mijnbouw mulai tanggal 1 Oktober 1941. Selama pendudukan Jepang, 1 Maret 1942 - 17 Agustus 1945, ia masih tetap bekerja pada lembaga itu, yang namanya berganti menjadi Kogyo Zimusho yang kemudian berubah menjadi Chishitsuchosacho. Perjuangannya turut serta membangun lembaga geologi dan tambang dimulainya ketika ia bersama dengan para pejuang yang lain (di antaranya R. Ali Tirtosoewirjo dan A.F. Lasut ) mengambilalih kantor Chishitsuchosacho dari penguasa Jepang pada tanggal 28 September 1945, dan menjadikannya kantor Pusat Djawatan Tambang dan Geologi. Sejak itu selama perang kemerdekaan 1945-1949, ia bersama para pejuang lainnya mempertahankan, menyelamatkan dan membangun kantor Pusat Djawatan. Langkah-langkah itu mereka lakukan meskipun dalam pengungsian yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain (di Bandung dari Rembrandt Straat ke Jl.Braga, terus ke Tasikmalaya dan ke Solo, ke Magelang, ke Borobudur, Muntilan, Dukun dan Serumbung, ke Yogyakarta, dan akhirnya kembali lagi ke Bandung). Dalam turut serta membangun Pusat Djawatan Tambang dan Geologi selama masa perang kemerdekaan itu, ia pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pimpinan merangkap Wakil Kepala Pusat Djawatan, pernah menjadi Ketua Dewan Buruh merangkap Kepala Pusat Djawatan, dan pernah pula menjadi Kepala Bagian Geologi yang merangkap menjadi Kepala Bagian Geologi Teknik dan Kepala Bagian Pendidikan (waktu itu ia juga menjabat sebagai Wakil Kepala Pusat Djawatan). Jabatan Kepala Bagian Geologi itu sebenarnya telah ia sandang sejak awal ia menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pimpinan merangkap Wakil Kepala Pusat Djawatan, yaitu pada September 1945. Pada perjalanan karier selanjutnya, R.S. Soemosoesastro pada tanggal 28 Desember 1949 diangkat sebagai pegawai tinggi pada Kementerian Kemakmuran Republik Indonesia Serikat. Pada akhir tahun itu, ia menghadiri Konperensi ECAFE (Economic Cooperation of Asia and the Far East) di Bangkok sebagai wakil Pemerintah Indonesia yang pertama pada forum itu. Ketika Kementerian Perekonomian membentuk Jawatan Pertambangan Republik Indonesia (leburan dari Pusat Djawatan Pertambangan di Jakarta dan Pusat Djawatan Tambang dan Geologi di Yogyakarta) pada tahun1950, R.S. Soemosoesastro ditunjuk sebagai Kepala Djawatan. Setelah Djawatan itu dipecah lagi menjadi Djawatan Pertambangan di Jakarta (yang dipimpin oleh R.S. Soemosoesastro / S.M. Sair) dan Djawatan Geologi di Bandung (yang dipimpin oleh Ir. Soerodjo Ranoekoesoemo) pada tahun 1952, ia mendapat tugas belajar di Bagian Geologi, FIPPIA-UI Cabang Bandung tersebut mulai tahun 1953. Selama jangka waktu 1953-1954, ia sempat mengunjungi beberapa negara di Eropa dan Asia. Dalam menjalankan tugas belajar itu, prestasinya mulai ia tunjukkan ketika ia lulus kandidat (Sarjana Muda) pada tanggal 25 Pebruari 1955 dengan predikat cum laude. Dengan bekal pengalaman selama 12 tahun di bidang geologi, nampaknya ia bisa menyelesaikan sarjananya lebih cepat dari waktu yang di tentukan. Namun Tuhan menghendaki lain, pada tanggal 2 Maret 1956 ia meninggal dunia setelah menjalani operasi ginjal di Rumah Sakit Rancabadak (sekarang Hasan
  • 44. Sadikin) Bandung. Atas kepergiannya itu di kalangan pertambangan dan geologi sangat kehilangan putra terbaiknya setelah A.F. Lasut; tak kurang dari itu Prof.Dr.Th.H.F.Klompe juga turut menangisi kepergiannya. Sebagai pejabat, R.S.Soemosoesastro pernah menulis laporan berjudul Pusat Djawatan Tambang dan Geologi, Kementerian Kemakmuran Republik Indonesia, Berita Kwartal I, dan sebagai pendidik ia pernah membuat laporan berjudul Laporan Geologi Penyelidikan Waduk Brantas, Sumber Pucung 1948. Laporan penyelidikan geologi itu sebenarnya adalah himpunan laporan para muridnya (dalam rangka pembimbingan kerja lapangan Sekolah Pertambangan dan Geologi Tinggi) yang terdiri dari: H. Soemadirdja, Prajitno, D. Hadikoesoemo, Moeljono Poerbo, Moh.Yasin, Moh Slamet, S. Soeseno, Soerjo, S. Basari dan S. Oemar Chatab. Tujuh di antara sepuluh orang muridnya itu di kemudian hari menjadi tenaga inti pada Djawatan Geologi di dasawarsa 1950-an. Sebagai geologiwan kelihatannya R.S.Soemosoesastro juga cukup giat melakukan penyelidikan dan pemetaan geologi di lapangan. Hal ini dapat ditelusuri melalui laporan-laporannya di tahun 1940- 1948 yang meliputi: pemetaan geologi daerah Jampang Kulon (Lembar 20C; 1940), daerah Jagamukti (Lembar 21A; 1940), daerah Gunung Kendeng (Lembar 115C & 116A; 1941); penyelidikan geologi selama pendudukan Jepang di daerah-daerah Tulakan, Pacitan dan Malang (1944), dan penyelidikan lempung asam di Gn.Batur (1945). Laporannya yang terbit di antaranya adalah A Contribution to the Geology of the Eastern Djiwo Hills and the Southern Range in Central Java (Majalah Ilmu Alam untuk Indonesia, v.112, n.2, 1956). Sumber: Album keluarga R.Sunu Soemosoesastro, dan Tulisan Kama Koesoemadinata “Sumosusastro, Geologiawan Indonesia Pertama (1913-1956), dalam Berita Direktorat Geologi v9, n10, h.105-106, 1977. Which criteria and factors contribute to folding of rocks as opposed to faulting of rocks?
  • 45. Marcel Bertrand's model of the folded and thrust-faulted structure of the Helvetic (Swiss) Alps (upper picture) offered a radically different view from that of Albert Heim (lower picture) and thereby provided support of the importance and necessity of large horizontal relative displacements of the crust during mountain building (orogenesis) European geologist Marcel Bertrand (left) is credited with having indentified the fundamental role large horizontal (thrust faulted) displacements of the crust during Alpine orogenesis (mountain building). Scottsh geologists John Horne and Ben Peach (right) are credited with having discovered a similar deformation history in the Northwest Highlands of Scotland that predated Alpine events by at least 400 million years. Marcel Bertrand John Horne and Ben Peach Folded and Thrust-Faulted Model [Bertrand] "Double-Folded" Model [Heim]
  • 46. Figure 1.Types of Faults. Arrows indicate direction of relative motion. Figure 2. Photograph of a Normal Fault cutting across layers of thinly bedded siltstone. Normal Fault Thrust/Reverse Fault Strike-Slip Fault Fault Footwall Hangingwall Structural Models of the Alps Figure 3
  • 47. Michael A. Klimetz at Lochseiten, Canton Glarus, Switzerland. At this location, the first field identification of a thrust fault was made by Swiss geologist Albert Heim on August 1st, 1840. Here, Michael is pointing to the shallow-dipping knife-sharp thrust fault surface across which Permian volcanic rocks have been thrust over Eocene shales. This fault is known as the Glarus Overthrust. Permian Volcanic Rocks Eocene Shale August 2001 Photograph by Michael P. Klimetz
  • 48. Figure 4. Folded Slate from Eastern Vermont Photographs by Michael P. Klimetz
  • 49.
  • 50. Figure 5. Waterpocket Fold, Capitol Reef National Park, Utah [Photograph Courtesy of the American Association of Petroleum Geologists]
  • 51. Figure 5. Isoclinal, Parasitic, and Ptygmatic Folds in Gneiss from Yonkers, New York [Photograph by Michael P. Klimetz]