Dokumen tersebut membahas tentang konsep dasar air tanah dan pelatihan teknologi pengembangan sumur air tanah. Dokumen ini menjelaskan tentang geologi, jenis batuan, hidrologi air tanah, ilmu yang berkaitan dengan air tanah, dan konsep pengembangan air tanah."
1. MODUL MATA PELATIHAN
KONSEP DASAR AIR TANAH
PELATIHAN
TEKNOLOGI PEMBORAN
SUMUR AIR TANAH
Geologi dan jenis batuan
Pengertian air tanah dan istilah lainnya
Hidrologi air tanah
Ilmu yang berkaitan dengan air tanah
Keterdapatan air tanah
Jenis & Macam Akuifer
Cekungan air tanah dan potensi
Konsep Pengembangan air tanah
Perencanaan pengembangan air tanah
Konservasi air tanah
2. NAMA : DIRMAWAN, Ir
TEMPAT/Tgl LAHIR : Karanganyar 6 Agustus 1952
PENDIDIKAN : Fak Teknik Geologi UGM
PENGALAMAN :
P2AT Kediri – Nganjuk
P2AT Sulawesi Tengah
Staf Subdit Air Tanah Ditgasi II
Ass. Perenc. BPPAT Jateng
Bagpro PAT Surakarta
Bagpro Irigasi Bengawan Solo
Bagpro PTGA
Kastaf Proyek Irigasi Jawa Tengah
Kastaf PAT Jateng
Kasi Air Baku Air Tanah BBWS Pemali Juana
Pensiun
ALAMAT : Perumahan Graha Estetika Blok F No. 4 Semarang
TLP : (024) 746 2912; HP : 081 127 1520; WA: 082136800094
eMail : dirmawan@gmail.com
: Lik_dir@yahoo.co.id
f
BIODATA
3. A. Hasil Belajar :
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran pada mata Pelatihan
Pengantar Air Tanah, peserta mampu memahami Pengantar Air Tanah.
TUJUAN PEMBELAJARAN
4. B. Indikator Hasil Belajar :
Peserta Dapat :
1. Menjelaskan Geologi Dasar
2. Menjelaskan Hidrogeologi
3. Menjelaskan Cekungan Air Tanah
TUJUAN PEMBELAJARAN (Lanjutan)
6. 1. DEFINISI DAN LINGKUP ILMU GEOLOGI
2. MINERAL
1. DEFINISI
2. KLASIFIKASI
3. MINERAL PEMBENTUK BATUAN
3. BATUAN PENYUSUN KULIT BUMI
1. SIKLUS BATUAN
2. BATUAN BEKU
3. BATUAN SEDIMEN
4. BATUAN METAMORF
4. STRATIGRAFI
1. PENGERTIAN
2. HUKUM – HUKUM
3. SANDI STRATIGRAFI
4. SATUAN SATUAN STRATIGRAFI
TOPIK BAHASAN GEOLOGI DAN JENIS BATUAN
7. 1.1. DEFINISI DAN LINGKUP ILMU GEOLOGI
Geologi (dari bahasa Yunani Kuno γῆ, gē ("bumi") dan -λoγία, -logia, ("studi tentang",
"wacana") [1] [2]) adalah ilmu bumi yang berkaitan dengan kesatuan Bumi,
komposisi batuannya, dan proses perubahanya dari waktu ke waktu.
Geologi juga dapat merujuk pada studi tentang fitur/kenampakan padat dari planet
terestris atau satelit alami seperti Mars atau Bulan.
Geologi modern secara signifikan tumpang tindih dengan semua ilmu pengetahuan
bumi lainnya, termasuk hidrologi dan ilmu atmosfer, dan karenanya diperlakukan
sebagai satu aspek utama dari sains sistem bumi terintegrasi dan ilmu pengetahuan
planet.
WIKIPEDIA
8. 1.1. DEFINISI DAN LINGKUP ILMU GEOLOGI : CABANG DAN LINGKUPNYA
Mineralogi : Pengamatan, klasifikasi, dan analisis mineral, permata, dan batu
berharga.
Petrologi : Analisis dan klasifikasi batuan untuk mempelajari asal dan sejarahnya.
Geologi Struktur : Studi tentang deformasi batuan dan kekuatan yang menyebabkan
deformasi .
Sedimentologi : Studi tentang lingkungan pengendapan modern maupun prasejarah.
Paleontologi : Rekonstruksi 'lingkungan masa lalu dengan mempelajari fosil' dan
bentuk kehidupan lain.
Geokimia : Studi tentang komposisi kimia batuan dan mineral untuk berbagai
aplikasi lingkungan dan ekonomi. Geofisika: Studi tentang gravitasi,
"magnet, dan karakteristik seismik" Bumi.
Seismologi : Studi tentang lokasi dan kekuatan gempa bumi untuk memahami asal
mereka dan meminimalkan efeknya.
9. Geomorfologi : Studi tentang bentuk / roman permukaan bumi dan proses-proses yang
menciptakan bentuk-bentuk itu.
Geologi Ekonomi: Studi tentang bahan-bahan bumi yang bernilai ekonomis seperti
endapan bijih.
Geologi Minyak Bumi: Penggunaan teknik geologi untuk menemukan cadangan minyak
dan Menentukan metode untuk ekstraksi yang menguntungkan
Hidrogeologi: Studi tentang keterdapatan, gerakanan, dan komposisi kimia dari air
tanah.
Oseanografi: Studi tentang aspek-aspek fisik samudra seperti arus, dan interaksinya
dengan atmosfer.
Remote Sensing: The penggunaan radar, sonar, seismologi, dan foto udara, citra satelit
untuk "menemukan dan menganalisis formasi eksternal internal dari
bumi.
Dll.
1.1. DEFINISI DAN LINGKUP ILMU GEOLOGI : CABANG DAN LINGKUPNYA
10. 1.2. MINERALOGI Definisi
Definisi Mineral:
1. Terjadi secara alami
2. Anorganik
3. Padat
4. Struktur kristalnya khas
5. Komposisi kimia tertentu
Besi Plastik Gula Garam Air raksa Es Batubara
no, #1 no, #1 no, #1,2 YES! no, #3 YES! no, #2
mineral Tidak ada zat yang dibuat
secara buatan
contoh: plastik, baja, gula, kertas
11. 1.2.1. MINERALOGI Mineral Characteristics
Warna
Tiap mineral
mempunyai warna
yang jelas, tetapi
sering
membingungkan,
warna dapat
berbeda karena
pengotoran
satu macam mineral tetapi
warnanya berbeda beda
Streak / Cerat
Warna mineral dalam
bentuk bubuk (digunakan
untuk mineral logam).
Diperoleh dengan
menggores mineral pada
porselen kasar.
Warna
Strak/Cerat
Luster
Kekerasan
Bentuk kristal
Belahan
Berat Jenis
Lain - lain
SIFAT FISIK
MINERAL
Luster / Kilap
Sifat mineral dalam
memantulkan cahaya
Ada 2 macam kilap :
• Kilap logam
• Kilap non logam Contoh kilap logam:
mineral Galena
Contoh kilap bukan
logam: mineral
Orthoclase
12. Bantuk kristal
• ekspresi eksternal
dari struktur atom
internal mineral
• permukaan planar
disebut wajah
kristal
• sudut antara wajah
kristal adalah
konstan untuk
mineral tertentu
Quartz Pyrite
1.2.1. MINERALOGI Mineral Characteristics
Hardness / Kekerasan :
Seberapa mudah menggores mineral
Diukur dengan Skala Kekerasan Mohs
Skala relative terdiri dari 10 mineral
Dengan rangking 1 terlunak, dan ranking
10 terkeras
Kekerasan benda yang
umum :
Kuku (2,5)
Uang Tembaga (3,5)
Paku kawat (4,5)
Pisau (5,1)
Kaca gelas (5,5)
Lempeng cerat ( 6,5)
13. 1.2.1. MINERALOGI Mineral Characteristics
Pecahan
menunjukkan
permukaan lengkung
seperti pecahan gelas
/ kaca, disebut
pecaham konkoidal /
conchoidal
Belahan mineral
Belahan, dan Pecahan
Belahan : Cara mineral pecah mengikuti
bidang lemah
Pecahan : Jika mineral tidak mempunyai
belahan
14. Berat Jenis
Mineral logam mempunyai
tendensi berat jenisnya lebih
besar
Galena
SG=7.5
Quartz
SG=2.67
Sifat Lain :
Reaksi terhadap asam khlorida (keluar gas)
Rasa (garam rasa asin)
Teras ( Talk terasa seperti sabun, grafit seperti grease
Magnetisme (mineral magnetit, menempel magnit)
Radio aktivitas
1.2.1. MINERALOGI Mineral Characteristics
15. 1.2.3. MINERALOGI Mineral Pembentuk Batuan (MPB)
Mineral Pembentuk
Batuan (MPB)
Sebagian besar batuan di
kerak Bumi tersusun dari
kurang lebih 30 mineral
Yang terdiri terutama
dari 8 elemen yang mem-
bentuk lebih dari 98%
kerak Bumi
All others: 1.5%
Silica
(SiO4)4-
SILICATES
Common cations that
bond with silica anions
16. 1.3. BATUAN PENYUSUN KULIT BUMI
Kombinasi unsur-unsur senyawa
kimia anorganik dalam kerak
Bumi disebut mineral
Mineral-mineral bercampur
bersama dalam berbagai
proporsi, membentuk berbagai
batuan yang berbeda
Batuan kerak Bumi
dikelompokkan menjadi tiga
kelas utama: batuan beku,
sedimen dan metamorf
Oksigen
47 %
Silikon
28 %
17. 1.3. BATUAN PENYUSUN KULIT BUMI
SIKLUS BATUAN
Siklus batuan menggambarkan
bagaimana perubahan material
Bumi didaur ulang oleh proses
Bumi seiring waktu geologi
Di lingkungan permukaan, batuan
didaur ulang oleh cuaca menjadi
sedimen
Di lingkungan yang dalam, panas
dan tekanan mengubah sedimen
menjadi batuan lain yang
akhirnya terpapar di permukaan
18. Batuan beku terutama terdiri dari mineral silikat yang mengandung unsur silikon,
oksigen dan elemen logam
Mineral felsik yang kurang padat (dari feldspar dan silika) mendominasi batuan
beku dari kerak bumi bagian atas sedangkan mineral mafik dan ultrabasa (besi dan
magnesium) yang lebih padat mendominasi dItempat yang lebih dalam dari kerak
bumi
Magma yang membeku di bawah permukaan Bumi dan tetap dikelilingi oleh batuan
yang lebih tua dan sudah ada sebelumnya disebut batuan beku intrusif
Jika magma mencapai permukaan, muncul sebagai lava, yang membeku akan
membentuk batuan beku ekstrusif
1.3.1. BATUAN BEKU
1.3. BATUAN PENYUSUN KULIT BUMI BATUAN BEKU
20. 1.3. BATUAN PENYUSUN KULIT BUMI BATUAN BEKU
BATUAN BEKU INTRUSIF
Magma mengeras di bawah permukaan
Bumi, mendingin perlahan sehingga
terbentuk kristal-kristal yang
berkembang menjadi kristal mineral
yang besar sehingga terlihat oleh mata
telanjang : granit, diorite, gabro
BATUAN BEKU EKSTRUSIF
Magma mendingin sangat cepat di permukaan tanah atau dasar samudera dan
dengan demikian kristal berkembang dalam ukuran mikroskopik yang lebih kecil
bahkan dapat sangat halus sehingga seperti gelas / kaca : Riolit, Andesit, Basalt
1.3.1.2. SIKLUS BATUAN INTRUSIVE DAN EXTRUSIVE
22. PAHOEHOE - memiliki permukaan berkilau, halus, dan berkaca-
kaca. Cenderung lebih cair (viskositas rendah), mengalir lebih
cepat dan menghasilkan aliran yang lebih tipis (biasanya 1-3 m)
AA - aliran rubbly, dengan inti cair, viskositas lebih tinggi
(komposisi sama), cenderung bergerak lebih lambat dan
menghasilkan aliran yang lebih tebal (biasanya 3-20 m).
BLOCKY - mirip dengan Aa, tetapi lebih tebal (> 20 m),
permukaan tidak rata dan rekat. Andesit, dasit dan riolit
cenderung membentuk aliran blok.
~40 cm PAHOEHOE
AA
BLOCKY
1.3.1.4. STRUKTUR BATUAN BEKU EXTRUSIVE (Lanjutan)
1.3. BATUAN PENYUSUN KULIT BUMI BATUAN BEKU
23. Mineral -mineral dalam batuan beku mengalami perubahan secara kimia menjadi
mineral baru yang lebih stabil di atau dekat permukaan bumi.
Proses perubahan mineral tersebut diantaranya oksidasi, hidrolisis, dan larutan
Dalam proses tersebut, batuan padat dilemahkan, melunak, dan terfragmentasi,
menghasilkan partikel berbagai ukuran dan komposisi mineral
Hasil perubahan diangkut media cair (udara, air, atau es) kemudian diendapkan
ditempat lain sebagai sedimen, sedimen mengeras menjadi batuan sedimen
Tiga kelas utama sedimen:
• Sedimen klastik
• Sedimen kimiawi
• Sedimen organik
1.3.2. BATUAN SEDIMEN
1.3. BATUAN PENYUSUN KULIT BUMI BATUAN SEDIMEN
24. Sedimen terakumulasi pada
awalnya kurang lebih mem-
bentuk lapisan horizontal, yang
disebut strata (perlapisan) -
individu lapisan dipisahkan dari
lapisan di bawah dan di atasnya
oleh permukaan yang disebut
bidang perlapisan.
1.3.2. BATUAN SEDIMEN
1.3. BATUAN PENYUSUN KULIT BUMI BATUAN SEDIMEN
25. Batuan sedimen diklasifikasikan berdasarkan :
• Tekstur dan
• Komposisi
KLASIFIKASI BESAR :
• Batuan Sedimen klastik
• Batuan Sedimen kimiawi
• Batuan Sedimen organik
Dalam batuan sedimen terekam
bukti lingkungan formasi mereka
diendapkan
Fosil hewan, tumbuhan dan
struktur sedimen menunjukkan
lingkungan & mode transportasi
sedimen
1.3. BATUAN PENYUSUN KULIT BUMI BATUAN SEDIMEN
1.3.2.1. KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN
26. a) Sedimen klastik terdiri dari batuan anorganik dan
mineral fragmen, yang disebut “clasts”
b) Sedimen kimia terdiri dari mineral senyawa
anorganik yang diendapkan dari larutan garam
garaman atau sebagai bagian keras dari organisme.
Dalam proses pengendapan kimia, ion-ion dalam
larutan bergabung membentuk zat mineral padat
yang terpisah dari larutan (misalnya batu gamping,
gypsum, chert)
c) Sedimen organik terdiri dari jaringan tanaman dan
hewan, terakumulasi dan diawetkan setelah
kematian organisme (misalnya lapisan gambut di
rawa)
clasts
1.3. BATUAN PENYUSUN KULIT BUMI BATUAN SEDIMEN
1.3.2.1. KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN
27. Butiran (grain) :
butiran klastik yang tertransport yang berupa
mineral, fosil atau fragmen batuan (litik).
Masa dasar (matrix) :
berukuran lebih halus dari butiran (< 1/16 mm) dan
diendapkan bersama-sama dengan butiran.
Semen (cement) :
material berukuran halus yang mengikat butiran
dan matrik, diendapkan setelah fragmen dan
matrik, contoh : semen karbonat, silika, oksida
1) Komponen pembentuk batuan sedimen klastik
a) Batuan Sedimen Klastik
clasts
1.3. BATUAN PENYUSUN KULIT BUMI BATUAN SEDIMEN
28. • besar butir,
• kebundaran,
• pemilahan
• kemas
2) Tekstur Batuan Sedimen Klastik
Teksur meliputi :
Nomenklatur besar butir menggunakan
skala Wenworth
1.3. BATUAN PENYUSUN KULIT BUMI BATUAN SEDIMEN
30. Porositas
Porositas adalah ukuran dari ruang kosong di
antara material, dan merupakan fraksi dari
volume ruang kosong terhadap total volume,
yang bernilai antara 0 dan 1, atau sebagai
persentase antara 0-100%.
Kekompakan
Kekompakan adalah sifat fisik dari batuan.
Beberapa istilah yang dipakai dalam
kekompakan batuan adalah
Warna
Dense : sangat padat
Hard : keras dan padat
Medium hard : agak keras tetapi masih dapat
digores dengan jarum baja
Soft : lunak, mudah tergores dan
dipecahkan.
Friable : keras tetapi dapat diremas
dengan tangan
Spongy : berongga
Kekompakan
1.3. BATUAN PENYUSUN KULIT BUMI BATUAN SEDIMEN
2) Tekstur Batuan Sedimen Klastik
31. Batupasir
Klasifikasi batupasir
Parameter : butiran (stabil dan tak
stabil) : kuarsa, felspar, fragmen litik
matriks lempung (hasil rombakan
atau alterasi batuan)
• batupasir arenite : bila
kehadiran matriks lempung
<15%
• batupasir wacke : bila
kehadiran matriks lempung
>15%
1.3.2.2. Klasifikasi Batuan Sedimen Klastik
Konglomerat dan Breksi
Konglomerat berbutir membulat
Breksi berbutir menyudut
Jenis konglomerat berdasarkan macam
klastiknya :
• Konglomerat polimiktik : terdiri dari
bermacam-macam jenis klastik yang berbeda.
• Konglomerat monomitik/oligomiktik : terdiri
dari satu jenis klastik.
Mudrock
sedimen yang disusun terutama oleh
partikel berukuran lanau-lempung
1.3. BATUAN PENYUSUN KULIT BUMI BATUAN SEDIMEN
32. Fraksi karbonat (aragonit, kalsit, dolomit, magnesit, ankerit dan siderit) lebih
besar dari fraksi non karbonat (Pettijohn,1975)
Batuan karbonat terbentuk oleh proses sedimentasi organik, sedimentasi
mekanis, sedimentasi kimiawi atau kombinasi dari proses-proses tersebut
1.3.2.3 Batuan Karbonat
TERBENTUK OLEH PROSES SEDIMENTASI MENGHASILKAN BATUGAMPING
Organik (kumpulan cangkang) Terumbu
Mekanis (rombakan karbonat terdahulu) Klastik atau kalkarenite
Kimiawi (dolomitisasi) Dolostone
Organik dan mekanis Bioklastik
Organik dan kimiawi Oolit
Mekanis dan kimiawi Kristalin
1.3. BATUAN PENYUSUN KULIT BUMI BATUAN SEDIMEN
33. Batuan Karbonat (lanjutan)
Komposisi dan Komponen Batuan Karbonat
Kalsit, Dolomit, Magnesit, Siderit, Ankerit
Batugamping (limestone) bila tersusun oleh kalsit ≥90% dan
Dolomite (dolostone) bila tersusun oleh dolomit ≥90% (Boggs, 1987)
1.3. BATUAN PENYUSUN KULIT BUMI BATUAN SEDIMEN
34. Klasifikasi Batuan Karbonat
Grabau (1904) mengklasifikasikan
batugamping berdasarkan ukuran
butir menjadi 5 yaitu :
UKURAN BUTIR NAMA
> 2 mm Calsirudite
1/16 - 2 mm Calcarenite
< 1/16 mm Calcilutite
Hasil presipitasi kimiawi Calcipulverite
Hasil pertumbuhan
organisme
Batugamping
organik
Klasifikasi batugamping menurut Dunham (1962)
1.3. BATUAN PENYUSUN KULIT BUMI BATUAN SEDIMEN
35. 1.3. BATUAN PENYUSUN KULIT BUMI BATUAN METAMORF
Serpih (shale) berubah menjadi
batu tulis (slate) atau sekis, batu
pasir menjadi kuarsit, dan batu
gamping menjadi marmer,
genes (gneiss) terbentuk ketika
magma intrusif mendingin di
samping batuan beku atau
sedimen
Batuan
Sebelumnya Batuan Metamorf
P & T
Tinggi
Struktur & Komposisi
berubah
termasuk tetapi tidak
terbatas pada aktivitas
tektonik
1.3.3. BATUAN METAMORF
36. Tipe-tipe metamorfosa
Metamorfosa termal/kontak : terjadi akibat perubahan
(kenaikan) temperatur (T),
biasanya dijumpai di sekitar intrusi/batuan plutonik
Metamorfosa regional/dinamo termal : terjadi akibat
perubahan (kenaikan) tekanan (P) dan temperatur (T)
secara bersama-sama
Metamorfosa kataklastik/kinematik/dislokasi : terjadi
di daerah pergeseran yang dangkal (misal zona sesar)
dimana tekanan lebih berperan dari pada temperature
Metamorfosa burial : terjadi akibat pembebanan
Metamorfosa lantai samudera : terjadi akibat
pembukaan lantai samudera (ocean floor Spreading)
1.3.3. BATUAN METAMORF
1.3. BATUAN PENYUSUN KULIT BUMI BATUAN METAMORF
37. 1.3.3.1. Struktur Batuan Metamorf
Struktur Foliasi
• Slaty cleavage : struktur foliasi planar yang dijumpai pada bidang belah batu
sabak/slate, mineral mika mulai hadir, batuannya disebut slate (batusabak).
• Phylitic : rekristalisasi lebih kasar daripada slaty cleavage, batuan lebih mengkilap
daripada batusabak (mulai banyak mineral mika), mulai terjadi pemisahan mineral
pipih dan mineral granular meskipun belum begitu jelas/belum sempurna,
batuannya disebut phyllite (filit).
• Schistose : struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular, mineral
pipih batuannya disebut schist (sekis).
orientasinya menerus/tidak terputus, sering disebut dengan close schistosity,
• Gneisose : struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular, mineral
pipih orientasinya tidak menerus/terputus, sering disebut dengan open schistosity,
batuannya disebut gneis.
1.3. BATUAN PENYUSUN KULIT BUMI BATUAN METAMORF
38. Struktur Non Foliasi
Granulose : struktur non foliasi yang terdiri dari mineral-mineral granular
Hornfelsik : struktur non foliasi yang dibentuk oleh mineral-mineral equidimensional
dan equigranular, tidak terorientasi, khusus akibat metamorfosa termal, batuannya
disebut hornfels.
Cataclastic : struktur non foliasi yang dibentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau
mineral berukuran kasar umumnya membentuk kenampakan breksiasi, akibat
metamorfosa kataklastik, batuannya disebut cataclasite (kataklasit).
Mylonitic : struktur non foliasi yang dibentuk oleh adanya penggerusan mekanik pada
metamorfosa kataklastik, menunjukan goresan-goresan akibat penggerusan kuat dan
belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer, batuannya disebut mylonite (milonit).
Phyllonitic : gejala dan kenampakan sama dengan milonitik tetapi butirannya halus,
sudah terjadi rekristalisasi, menunjukan kilap silky, batuannya disebut phyllonite(filonit).
1.3. BATUAN PENYUSUN KULIT BUMI BATUAN METAMORF
39. 1.3.3.2. Beberapa batuan metamorf yang penting
Batusabak (Slate)
Mineral utama : seringkali masih berupa
mineral lempung; mineral tambahan :
muskovit, biotit, kordierit, andalusit.
Filit (Phyllite)
Mineral utama : kuarsa, serisit, klorit;
mineral tambahan : plagioklas, mineral
bijih.
Sekis (Schist)
Mineral utama : biotit, muskovit, kuarsa
(sekis mika), klorit (sekis klorit), talk
(sekis talk) dll.
Geneis (Gneis)
Mineral utama : k-felsfar, plagioklas,
biotit, muskovit, kuarsa.
Migmatit (Migmatite)
seperti percampuran antara metasedimen dan
batuan granitis, batuan yang demikian ini lazim
disebut migmatit, material granitis diperkirakan
berasal dari luar, hasil dari insitu partial melting
atau dapat juga dari segregasi akibat proses
metamorfosis.
Milonit (Mylonite)
Mineral dan warna tergantung batuan yang
mengalami metamorfosa kataklastik
Filonit (Phyllonite)
Gejala dan kenampakan sama dengan milonitik (filonit
butirannya halus), sudah terjadi rekristalisasi, derajat
metamorfosa lebih tinggi dibanding milonit
Kuarsit (Quartzite)
Mineral utama : kuarsa (>80%), mineral tambahan :
muskovit, biotit, k-felsfar, mineral bijih.
1.3. BATUAN PENYUSUN KULIT BUMI BATUAN METAMORF
40. Serpentinit (Serpentinite)
Mineral utama : serpentin, mineral
tambahan : mineral bijih, mineral sisa : olivin,
piroksen.
Amfibolit (Amphybolite)
Mineral utama : amfibol (horblenda),
plagioklas, mineral tambahan : kuarsa,
epidot, klorit, biotit, garnet, mineral bijih.
Granulit (Granulite)
Mineral utama : kuarsa, k-felspar, plagioklas,
garnet, piroksen, sedikit mika
Eklogit (Eklogite)
Batuan metamorf berkomposisi basik, mineral
utama : piroksen ompasit (klinopiroksen/diopid
yang kaya sodium dan aluminium), garnet kaya
pyrope,
Marmer (Marble)
Mineral utama : kalsit; kadang-kadang
dolomit, piroksen, amfibol, flogopit, ada
mineral bijih atau oksida besi.
Hornfels (Hornfels)
Mineral utama : andalusit, silimanit,
kordierit, biotit, k-felsfar.
1.3. BATUAN PENYUSUN KULIT BUMI BATUAN METAMORF
41. 1.4. STRATIGRAFI
Stratigrafi, adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta
distribusi perlapisan tanah dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk
menjelaskan sejarah Bumi. (Wikipedia)
Stratigrafi, disiplin ilmiah berkaitan dengan deskripsi suksesi batuan dan interpretasi
mereka dalam hal skala waktu umum. (Encyclopaedia Britannica)
1.4.1. PENGERTIAN DEFINISI
Stratigrafi membahas aturan, hubungan, mulajadi lapisan serta tubuh batuan di
alam;
Stratigrafi dalam arti luas adalah ilmu yang membahas aturan, hubungan dan
kejadian (genesa) macam-macam batuan di alam dalam ruang dan waktu sedangkan
dalam arti sempit ialah ilmu pemerian lapisan-lapisan batuan (Sandi Stratigrafi
Indonesia Edisi 1996, revisi SSI 1973)
42. 1.4.2. HUKUM – HUKUM ATURAN
1.4. STRATIGRAFI
Parsimony
• Penjelasan paling sederhana yang
cocok untuk semua data lebih
disukai
• Tidak menjamin bahwa semuanya
harus sederhana !
• Teori dengan banyak ad hoc atau
ide yang tidak didukung mungkin
salah
PRINSIP DALAM ILMU GEOLOGI
• Parsimony
• Uniformitarianism
• Superposition
Dengan menggunakan prinsip-prinsip ini
dalam geologi, ditambah Pengamatan, dapat
ditetapkan fakta tentang Proses Bumi
43. 1.4. STRATIGRAFI
Uniformitarianism
Doktrin geologis bahwa proses yang ada bertindak dengan cara yang sama seperti saat ini
cukup untuk menjelaskan semua perubahan geologi
Dengan menggunakan pengetahuan kita tentang hukum-hukum fisik, kita dapat menguji:
Apakah bencana telah terjadi ?
Apakah kondisi fisik di bumi telah berubah, dan jika demikian, bagaimana (zaman es,
periode hangat, tinggi atau rendahnya permukaan laut, dll.) ?
Apakah hukum fisik itu sendiri telah berubah dalam waktu, atau di tempat lain di alam
semesta ?
masa kini adalah kunci ke masa lalu
HUKUM – HUKUM ATURAN
44. 1.4. STRATIGRAFI
KESINAMBUNGAN SEBAB DAN AKIBAT
Menerapkan Sebab dan Akibat untuk Masa Depan Prediksi
Menerapkan Sebab dan Akibat untuk Masa Kini Teknologi
Menerapkan Sebab dan Akibat untuk Masa Lalu Uniformitarianisme
Catastrophism vs Uniformitarianism
DUA KONSEP SEJARAH BUMI :
Catastrophism
Asumsi: efek besar membutuhkan
penyebab yang hebat
Sejarah Bumi didominasi oleh peristiwa
kekerasan
Uniformitarianism
Asumsi : sebab dan akibat untuk menentukan
penyebab peristiwa masa lalu
Temuan: Sejarah Bumi didominasi oleh kejadian
berskala kecil yang khas saat ini.
Bencana memang terjadi tetapi jarang
HUKUM – HUKUM ATURAN
46. 1.4. STRATIGRAFI
Hubungan :
setiap lapisan batuan dengan
batuan lainnya, baik diatas
ataupun dibawah lapisan
batuan tersebut. Hubungan
antara satu lapis batuan
dengan lapisan lainnya adalah
“selaras” (conformity) atau
“tidak selaras” (unconformity).
HUKUM – HUKUM HUBUNGAN
SELARAS
TIDAK SELARAS
47. 1.4. STRATIGRAFI
HUKUM – HUKUM
Genesa : Mempunyai pengertian bahwa setiap lapis batuan memiliki genesa
pembentukan batuan tersendiri
Ruang: Mempunyai pengertian tempat, yaitu setiap batuan terbentuk atau
diendapkan pada lingkungan geologi tertentu.
Waktu: Memiliki pengertian tentang umur pembentukan batuan tersebut dan
biasanya berdasarkan Skala Umur Geologi. terbentuk pada kala Eosen Akhir.
RUANG
WAKTU
GENESA
48. 1.4. STRATIGRAFI
1.4.3. KOLOM STRATIGRAFI
Kolom Stratigrafi :
kolom yang menggambarkan susunan
berbagai jenis batuan serta hubungan antar
batuan atau satuan batuan mulai dari yang
tertua hingga termuda menurut umur
geologi, ketebalan setiap satuan batuan,
serta genesa pembentukan batuannya.
kolom stratigrafi tersusun dari kolom-kolom
dengan atribut-atribut sebagai berikut:
Umur, Formasi, Satuan Batuan, Ketebalan,
Besar-Butir, Simbol Litologi,
Deskripsi/Pemerian, Fosil Dianostik, dan
Linkungan Pengendapan.
49. 1.4. STRATIGRAFI
1.4.4. KORELASI STRATIGRAFI
Korelasi stratigrafi : menghubungkan titik-
titik kesamaan waktu atau penghubungan
satuan-satuan stratigrafi dengan
mempertimbangkan kesamaan waktu.
Tujuan dari korelasi stratigrafi adalah
untuk mengetahui persebaran lapisan-
lapisan batuan atau satuan-satuan batuan
secara lateral, sehingga dengan demikian
dapat diperoleh gambaran yang
menyeluruh dalam bentuk tiga
dimensinya.
korelasi stratigrafi yang umum : (1).
Korelasi Litostratigrafi; (2). Korelasi
Biostratigrafi; (3). Korelasi Kronostratigrafi.
Legend: A: sandstone, siltstone and shale of the Upper Famennian Evieux
Fm; B: dolostone; C: limestone; D: shale; E: shale and limestone;
https://popups.uliege.be/1374-8505/index.php?id=5532
50. 1.4. STRATIGRAFI
1.4.5. UMUR GEOLOGI:
Relativ : diketahui urutan kejadianya tetapi tidak tahu tanggal / waktunya :
G. Krakatau pernah meletus sebelum perang dunia ke II
Absolut : diketahui taanggal / waktunya :
G. Krakatau Meletus pada tahun 1883 tanggal 26 Agustus