2. Fournier’s Gangrene
• Gangren Fournier bentuk dari fascitis nekrotikan yang terdapat di sekitar genitalia
eksterna pria
• Penyakit ini merupakan kedaruratan di bidang urologi karena mula penyakitnya (onset)
berlangsung sangat mendadak, cepat berkembang, bisa menjadi gangrene yang luas, dan
menyebabkan septikemia.
• Angka kematian dilaporkan setinggi 67%.
• Faktor risiko termasuk abses perirektal, diabetes, obesitas, dan alkoholisme kronis
Brunicardi FC. Schwartz’s Principles of surgery. 11th ed. McGraw Hill. 2019. Vol 1
Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi. Edisi ke-3. Malang: Sagung Seto; 2016
3. Etiologi
• Pertama kali dilaporkan pada tahun 1883 terhadap 5 pria yang menderita gangrene
skrotum, menyebutkan bahwa sebabnya idiopatik.
• Saat ini diketahui bahwa 13-50% adalah infeksi dari kolorektal dan 17-87% sumber
infeksi dari urogenitalia, sedang yang lain dari trauma lokal atau infeksi kulit di sekitar
genitalia.
Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi. Edisi ke-3. Malang: Sagung Seto; 2016
4. Etiologi
Kelainan kolorektal abses pada perianal, perirektal, atau
dan perforasi karena kanker kolon, instrumentasi, atau diverticulitis
Sumber dari urogenitalia striktura uretra yang menyebabkan
ekstravasasi urine, balanitis, dan instrumentasi uretra.
Diabetes mellitus, alkoholisme, higiene skrotum yang kurang baik,
serta penurunan imunitas tubuh seperti pada pasien AIDS
memudahkan terjadinya penjalaran gangrene Fournier
Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi. Edisi ke-3. Malang: Sagung Seto; 2016
5. Gambaran klinis
• Pada awalnya terdapat demam yang dapat berkembang menjadi demam tinggi sampai
toksemia, syok, dan delirium
• Keadaan lokal pada penis, skrotum dan kulit sekitarnya tampak bengkak, nyeri, teraba hangat,
dan eritematous
• Jika teraba krepitasi menandakan adanya infeksi kuman pembentuk gas, di antaranya adalah
Clostridium spp
• Pada fase lanjut, terjadi gangrene dengan nekrosis luas, plak berwarna hitam dan hijau, dan
sekret sangat berbau.
• Mikroorganisme penyebab infeksi seringkali tidak hanya satu macam, melainkan merupakan
infeksi polimikroba dari enterik gram negatif, gram positif Stafilokokus atau Streptokokus, dan
bakteri anerobik (Clostridium spp). E coli, Bakteroides, Klebsiella spp, Proteus spp,
Pseudomonas spp, dan Enterokoki disebut sebagai bakteri yang paling sering menyebabkan
infeksi ini
Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi. Edisi ke-3. Malang: Sagung Seto; 2016
6. • Gambar 1. Gangren Fournier. A. Kulit skrotum nekrotik dari
gangren Fournier. B. Debridemen jaringan gangren. Catatan
debridement ekstensif, yang biasanya diperlukan. Testis
kanan diperlukan pengangkatan dalam kasus ini (kiri
dibungkus kain kasa), tetapi biasanya, testis tidak terlibat
dengan proses nekrotik.
Brunicardi FC. Schwartz’s Principles of surgery. 11th ed. McGraw Hill. 2019. Vol 1
7. Skoring
Shashirekha CA, Pramod T, Nagaraj KN, Kumar H, Rakesh N. Evaluation of Fournier’s gangrene severity index in the management of Fournier’s gangrene: A retrospective study. Internat Surg J.
8. Diagnosis
• Diagnosis sebagian besar dibuat berdasarkan kecurigaan klinis; namun, temuan
radiografi pada pencitraan CT sering membantu dengan diagnosis, termasuk
udara jaringan lunak yang berhubungan dengan pengumpulan cairan di dalam
fasia dalam
Wein, AJ, Kavoussi, LR, Novick, AC, Partin, AW, Peters CA. Campbell-Walsh Urology 11th Edition. Campbell-Walsh Urology. 2016
9. Diagnosis
• Anemia terjadi sekunder akibat penurunan fungsi massa eritrosit yang
disebabkan oleh trombosis dan ekimosis ditambah dengan penurunan produksi
sekunder akibat sepsis
• Peningkatan kadar kreatinin serum, hiponatremia, dan hipokalsemia sering
terjadi.
• Hipokalsemia diyakini sekunder untuk lipase bakteri yang menghancurkan
trigliserida dan melepaskan asam lemak bebas yang mengkelat kalsium dalam
bentuk terionisasi.
• Karena krepitasi seringkali merupakan temuan awal, foto polos abdomen dapat
membantu dalam mengidentifikasi udara.
• Ultrasonografi skrotum juga berguna dalam hal ini.
• Biopsi dasar ulkus ditandai dengan epidermis yang intak superfisial, nekrosis
Wein, AJ, Kavoussi, LR, Novick, AC, Partin, AW, Peters CA. Campbell-Walsh Urology 11th Edition. Campbell-Walsh Urology. 2016
10. Terapi
• Prinsip terapi pada gangrene Fournier adalah terapi suportif memperbaiki
keadaan umum pasien, pemberian antibiotika, dan debridement dengan
membuang jaringan nekrosis
• Antibiotika yang dipilih yang sesuai dengan hasil sensitifitas kultur kuman
atau jika belum ada hasil kultur, dipilih antibiotika yang berspektrum luas,
yaitu golongan penisilin, klindamisin, atau aminoglikosida.
Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi. Edisi ke-3. Malang: Sagung Seto; 2016
11. Terapi
• Debridemen bedah yang cepat dan agresif pada jaringan nonviable jaringan dan
antibiotik spektrum luas diperlukan mencegah penyebaran lebih lanjut (Gbr. 40-
7A)
• Pengalihan tinja dengan tabung endorektal berfungsi sebagai pilihan untuk
pengalihan feses konservatif
• Jika ada kerusakan pada sfingter anal eksternal, pasien mungkin memerlukan
kolostomi.
• Pasien sering membutuhkan perjalanan kembali ke ruang operasi untuk
debridement lebih lanjut.
Brunicardi FC. Schwartz’s Principles of surgery. 11th ed. McGraw Hill. 2019. Vol 1
12. Terapi
Tujuan debridement
mengangkat seluruh
jaringan nekrosis
(devitalized tissue)
Sebelum dilakukan
debridement sebaiknya
dicari sumber infeksi dari
uretra atau dari
kolorektal dengan
melakukan uretroskopi
atau proktoskopi
Kadang-kadang perlu
dilakukan diversi urine
melalui sistostomi atau
diversi feses dengan
melakukan kolostomi.
Setelah nekrotomi,
dilakukan perawatan
terbuka dan kalau perlu
pemasangan pipa
drainase.
Setelah 12 dan 24 jam
lagi dilakukan evaluasi
untuk menilai demarkasi
jaringan nekrosis dan
kalau perlu dilakukan
operasi ulang. ‘
Debridement yang
kurang sempurna
seringkali membutuhkan
operasi ulang bahkan
dilaporkan dapat terjadi
dua atau empat kali
harus masuk kamar
operasi.
Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi. Edisi ke-3. Malang: Sagung Seto; 2016
13. Terapi
• Pemberian oksigen hiperbarik masih kontroversi
• Terapi ini bermanfaat pada infeksi kuman anerobik.
• Perawatan luka pasca operasi dengan hidroterapi dengan kombinasi rendam
duduk hangat, dan pemberian hidrogen peroksida.
• Pemberian madu yang belum diproses berguna dalam membersihkan jaringan
nekrosis secara enzimatik, mengurangi bau, mampu mensterilkan luka,
menyerap air dari luka, memperbaiki oksigenasi jaringan, dan memingkatkan re-
epitelialisasi.
Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi. Edisi ke-3. Malang: Sagung Seto; 2016
14. Prognosis
• Angka mortalitas gangrene Fournier berkisar dari 7-75% dengan rerata 20%
• Berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya mortalitas adalah: usia lanjut,
penyakit yang sudah menjalar luas, syok atau sepsis, kultur darah menunjukkan
bakteriemia, dan uremia.
Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi. Edisi ke-3. Malang: Sagung Seto; 2016
15. 1.El-Menyar A, Asim M, Mudali IN, Mekkodathil A, Latifi R, Al-Thani H. The laboratory risk indicator for necrotizing fasciitis (LRINEC) scoring: The diagnostic and potensial prognostic role. Scand J Trauma, Resuscitation and Emergency Med.
2017;25:28.