Filsafat hukum membahas tentang hakikat dan tujuan hukum, serta hubungannya dengan nilai-nilai masyarakat. Filsafat hukum berusaha menjawab pertanyaan mendasar tentang hukum dengan melihat lebih jauh dari ilmu hukum semata. Metode yang digunakan antara lain metode kritis, intuitif, dan dialektis untuk mencapai pemahaman yang mendalam.
3. PENGERTIAN FILSAFAT
Filsafat : Asal kata filo (cinta, ingin), sofia (kebijaksanaan)
Plato : ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.
Aristoteles : ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran, yang terkandung
didalamnya ilmu matematika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan
estetika.
Descrates : kumpulan segala pengetahuan dimana tuhan, alam, dan manusia
menjadi pokok persoalan.
Inti Filsafat : karya manusia tentang hakikat sesuatu. Hakikat ialah inti atau
dasar sedalam-dalamnya sesuatu, sedangkan sesuatu itu dapat berupa apa
saja, mis: manusia, budaya, hukum, dll
4. Pengetahuan tidak sama dengan Ilmu
– Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui oleh manusia.
– Ilmu adalah pengetahuan yang memiliki objek, metode, dan
sistematika tertentu, dan bersifat Universal.
– Pengetahuan yang diperoleh melalui perenungan yang
sedalam-dalamnya sampai kepada hakikatnya, maka
muncullah pengetahuan filsafat.
5. HUKUM
Imanuel Kant : “Noch suchen die Juristen eine Definition zu ihrem Begriffe von
Recht”. (Sampai saat ini para ahli hukum masih mencari suatu definisi dari
pengertian hukum).
Rudolf Von Hering : hukum adalah keseluruhan kaidah-kaidah yang memaksa
yang berlaku dalam suatu negara.
Dr. Wirjono Prodjodikoro, SH : hukum adalah rangkaian peraturan-peraturan
mengenai tingkah laku orang sebagai anggota suatu masyarakat dan bertujuan
mengadakan tata tertib di antara anggota-anggota masyarakat itu.
Disimpulkan bahwa di dalam pengertian hukum terdapat unsur-unsur:
1. Kaidah-kaidah atau norma-norma
2. Berlaku dalam masyarakat
3. Mempunyai sifat memaksa
6. PENGERTIAN FILSAFAT HUKUM
• Soetiksno (1976:10)
Filsafat hukum mencari hakikat daripada hukum yang menyelidiki
kaidah hukum sebagai pertimbangan nilai-nilai.
• Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto (1979:11)
Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai-nilai,
kecuali itu filsafat hukum juga mencakup penyerasian nilai-nilai.
Misalnya: penyerasian antara ketertiban dengan ketentraman,
antara kebendaan dengan keakhlakan dan antara kelanggengan
atau konservatisme dengan pembaharuan.
7. • Mahadi (1989:10)
Filsafat hukum adalah falsafah tentang hukum, falsafah
segala sesuatu dibidang hukum secara mendalam sampai
keakar-akarnya secara sistematis.
• Soerjono Dirdjosisworo (1984:48)
Filsafat hukum adalah pendirian atau penghayatan
kefilsafatan yang dianut oleh orang/ masyarakat/ negara
tentang hakikat ciri-ciri serta landasan berlakunya hukum.
8. • Van Apeldoorn (1975)
Filsafat hukum menghendaki jawaban atas pertanyaan:
Apakah hukum? Ia menghendaki agar kita berfikir masak-
masak tentang tanggapan kita dan bertanya pada diri
sendiri, Apa yang sebenarnya kita tanggap tentang hukum.
9. RUMUSAN PERTANYAAN DARI BEBERAPA TOKOH
TENTANG FILSAFAT HUKUM
• E. Utrecht (1966)
Filsafat hukum memberi jawaban atas pertanyaan pertanyaan
seperti:
Apakah hukum itu sebenarnya? (persoalan: adanya dan tujuan
hukum)
Apakah keadilan yang menjadi ukuran untuk baik buruknya hukum
itu? (persoalan: keadilan hukum)
10. Inilah pertanyaan-pertanyaan yang sebetulnya
dijawab oleh ilmu hukum. Akan tetapi, bagi orang
banyak jawaban ilmu hukum tidak memuaskan.
Ilmu hukum sebagai suatu ilmu empiris hanya
melihat hukum sebagai suatu gejala saja.
11. • Kusumadi Pudjosewojo
Dan sekali mempersoalkan hal-hal dari ilmu hukum,
dekatlah orang kepada pertanyaan-pertanyaan seperti:
Apakah tujuan hukum itu?
Apakah semua syarat keadilan?
Apakah keadilan itu?
Bagaimana hubungan antara hukum dengan keadilan?
Dengan pertanyaan-pertanyaan demikian, orang sudah
melewati batas-batas ilmu pengetahuan hukum
sebagaimana arti lazimnya dan mengajak lapangan
“filsafat hukum sebagai ilmu pengetahuan filsafat”
12. • Satjipto Rahardjo(1982:321)
Filsafat hukum mempersoalkan pertanyaan-pertanyaan yang
bersifat dasar dari hukum tentang hakekat hukum tentang dasar-
dasar bagi kekuatan mengikat dari hukum.
13. OBYEK FILSAFAT HUKUM
• Obyek adalah sesuatu yang menjadi bahan atau lapangan
penyelidikan dari suatu penelitian atau pembentukan
pengetahuan.
• Obyek fisafat ada 2 macam yaitu:
1. Obyek Material
adalah suatu bahan atau lapangan penyelidikan yang
menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan
pengetahuan.
2. Obyek Formal
Adalah sudut pandang yang ditujukan pada bahan atau
lapangan penyelidikan dari suatu penelitian atau
pembentukan pengetahuan.
15. Menurut Bender O.P (1948:11) tentang Obyek filsafat
• Menjelaskan filsafat hukum dengan filsafat (moral/etik) filsafat
itu terdiri dari beberapa bagian, salah satu bagian utamanya ini
adalah filsafat moral, yang disebut juga etika. Obyek dan bagian
utama ini adalah tingkah laku manusia, yaitu baik/ buruk
menurut kesusilaan. Menurutnya filsafat hukum adalah bagian
dari filsafat moral/ etika.Intinya:
filsafat hukum merupakan cabang dari filsafat yaitu filsafat
moral/ etika yang menjadi obyek pembahasannya adalah
tentang hakikat atau inti yang sedalam-dalamnya daripada
hukum merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari lebih
lanjut setiap hal yang tidak dijawab oleh cabang ilmu hukum
16. RUANG LINGKUP FILSAFAT HUKUM
• Obyek pembahasan filsafat hukum tidak hanya masalah tujuan
hukum saja, tetapi setiap permasalahan pemecahan. Misalnya
masalah-masalah hukum seperti:
1. Hubungan hukum dengan kekuasaan
2. Hubungan hukum dengan nilai-nilai sosial budaya
3. Apa sebabnya negara berhak menghukum seseorang
4. Apa sebabnya orang mentaati hukum
5. Masalah pertanggung jawaban
6. Masalah hak milik
7. Masalah kontrak
8. Masalah peranan hukum sebagai sarana pembaharuan
masyarakat.
17. TUGAS FILSAFAT HUKUM
1. Memformulirkan dasar-dasar pokok dan kemudian
menerangkan pokok-pokok tadi dalam lembaga hukum.
Mula-mula ditentukan prinsip-prinsip hukum yang dicita-
citakan, kemudian dasar-dasar tadi dituangkan dalam lembaga-
lembaga hukum. Misalnya: ditentukan prinsip-prinsip hukum
sebagai:
– Hak-hak manusia yang tidak dapat diganggu gugat
– Keunggulan (supremasi) kehendak rakyat, atau supremasi
kehendak sang pemimpin
– Kewajiban bekerja untuk kepentingan masyarakat
– Kesatuan dari semua buruh diseluruh dunia.
18. Cita-cita hukum sebagai tersebut kemudian diterjemahkan dalam
dasar-dasar yang lebih konkrit. Misalnya:
– Pemisahan kekuasaan
– Kebebasan untuk membuat suatu perjanjian
– Sosialisasi alat-alat produksi
– Pengawasan oleh alat politik terhadap pengadilan-pengadilan
19. 2. Bantuan functional Approach
Suatu cita-cita hukum saja (tanpa bantuan alat-alat yang dapat
dilaksanakan) adalah suatu hal yang mempunyai arti teoritis dan
juga satu hal yang membahayakan, karena dapat dipergunakan
untuk tujuan politik tertentu oleh kaum politisi yang tidak kenal
moral.
20. METODE FILSAFAT
• Metode Kritis
Tokoh: Socrates, Plato
Bersifat analisa istilah pendapat yang menjelaskan keyakinan dan
memperlihatkan pertentangan. Dengan jalan bertanya
(berdialog), membedakan, membersihkan dan menolak akhirnya
ditemukan hakekat.
• Metode Intuitif
Tokoh: Plotinus, Agustinus
Dengan jalan instrupeksi intuitif dan dengan pemakaian sistem
intelektual (bersama dengan pencucian moril) sehingga tercapai
pemahaman langsung mengenai kenyataan.
21. • Metode Scolastik
Tokoh: Aristoteles
Bersifat sintetis deduktif. Dengan bertitik tolak dari definisi-definisi
atau prinsip-prinsip yang jelas dengan sendirinya, ditarik suatu
kesimpulan-kesimpulan.
• Metode Matematis
Tokoh: Rene Descartes dan pengikutnya
Melalui analisa dan hal-hal konkrit, dicapai intuisi akan hakekat
abstrak, dari hakekat-hakekat itu dideduksikan secara sistematis
segala pengertian lainnya.
22. • Metode Empiris
Tokoh: Thomas Hobbes, Jhon Locke, Barkeley, Hume
Hanya pengalamanlah yang menyajikan pengertian benar, maka
suatu pengertian atau ide-ide dalam instrupeksi dibandingkan
dengan cerapan-cerapan atau impresi dan kemudian disusun
dengan bersama secara geometris.
• Metode Trancendental
Tokoh: Kant, Neo Scolastik
Bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu dengan jalan
analisa, diselidiki syarat-syarat apriori dari pengertian tersebut.
23. • Metode Dialektis
Tokoh: Hegel, Marz
Dengan jalan mengikuti dinamika pikiran atau alam sendiri,
menurut triade: Thesis, Antithesis dan Sinthetis dapat dicapai
hakekat kenyataan.
• Metode Fenomenologis
Tokoh: Hussrel, Eksistensialisme
Dengan jalan beberapa pemotongan sistematis (reduction),
refleksi atas fenomena dalam kesadaran, mencapai penglihatan
hakekat-hakekat murni.
24. • Metode Neo Positivistis
Kenyataan dipahami menurut hakekatnya dengan jalan
mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu positif
(eksakta).
• Metode Analitika Bahasa
Tokoh: Witgenstein
Dengan jalan analisa pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan
sah atau tidaknya ucapan-ucapan filosofis.
25. FUNGSI FILSAFAT
• Menyajikan pertanyaan yang tidak diajukan dalam ilmu empirik.
• Mengadakan revolusi di dalam empirik.
• Mencegah pemikiran rutin dan mengembalikannya kepada
pemikiran refleksif.
• Mencegah pemikiran mekanistik dan mengembalikannya ke
pemikiran aktif dan kreatif. (Rangkuman diskusi penelitian filsafat
Yayasan Filsafat Indonesia, Jakarta, 15 Februari 1985).
26. SIFAT FILSAFAT HUKUM
1. Sifat Holistik (Menyeluruh).
Supaya orang mempunyai pandangan yang luas mengenai
hukum.
2. Sifat Spekulatif.
Supaya orang itu berani mengambil resiko apabila jika yang
dia lakukan itu benar dan agar supaya adanya inovasi.