1. Fase ke-3 Fiqh
FASE SIGHAR SAHABAT (41H) – BERAKHIRNYA DINASTI UMAYYAH
(AWAL ABAD KE-2)
2. Poin-pont Penting Situasi pada Fase Ini
1. Perpecahan umat islam dalam masalah khilafah
2. Kecenderungan dinasti Umayyah ke urusan politik
3. Terpencarrnya ulama islam ke berbagai negeri islam
4. Banyaknya periwayat hadis
5. Terbaginya jumhur ulama menjadi dua kelompok: ahli hadis dan ahli ra’yi
3. 1. Perpecahan umat islam dalam
masalah khilafah
Terjadi perselisihan tentang pengganti Usman bin Affan.
Ali diangkat oleh sebagian sahabat, dengan adanya penentangan dari Zubair bin Awwan, Talhah
bin Abdillah dan Muawiyah bin Abi Sufyan,
Mereka merasa lebih layak dan mampu daripada Ali, terutama ketika Ali tidak mampu menindak
tegas pembunuh Usman.
Terjadi perang Jamal berakhir dengan syahidnya Zubair dan Talhah
Perang Siffin, berakhir dengan kekalahan Muawiyah dan peristiwa tahkim
Pendukung Ali terpecah menjadi dua: menolak tahkim (khowarij) menerima tahkim (syiah)
4. Prinsip-prinsi Khowarij
Menolak beberapa sumber fiqh yang disepakati. Menolak sebagian hukum yg disepakati:
rajam zani muhson, haram menikahi perempuan dan bibinya dalam satu waktu
Kewajiban memberontak atas pemimpin zalim
Sistem pemilihan khilafah atas pemilihan bebas, tidak melihat dari keturuan qurays atau bukan
5. Prinsip-prinsip syiah
Menolak ijma, karena dengan menerima ijma artinya menerima pendapat kelompok di luar
mereka
Menolak semua hadis-hadis, hukum-hukun pokok dan cabang dari selain mereka
6. Beberapa perbedaan pendapat antara
syiah dan jumhur
Kebolehan menikahi perempuan ahli kitab
Perempuan mewarisi harta bergerak dan tidak bergerak
Keharaman nikah mut’ah
Cat.
Tidak ada perbedaan dari segi akidah antara jumhur dan syiah. Dasar perbedaan adalah terkait
dengan pemerintahan dan kepemipinan, sehingga berimbas kepada masalah-masalah cabang
fiqh.
7. 2. Kecenderungan dinasti Umayyah
kepada politik
Berbeda dengan generasi sebelumnya, pemimpin dari dinasti Umayyah kurang memperhatikan
aspek-aspek keagamaan, sosial dan pensyariatan.
Merubah sistem pergantian pemimpin dengan sistem warisan/kerajaan
8. 3. Terpencarnya ulama islam ke berbagai
negeri islam
Pada zaman Umar ulama dipertahankan berada di Madinah, hal yang membuat perbedaan
pendapat dalam fatwa tidak banyak
Pasca meninggalnya Usman sahabat terpencar ke berbagai negeri, baik sebagai gubernur, hakim
maupun tentara.
Perbedaan budaya, adat dan sistem sosial yang berbeda di negeri-negeri dan kemampuan
keilmuan sahabat membuat adanya perbedaan pendapat.
Efek dari perbedaan pendapat, perbedaan putusan pengadilan. Hal ini mendorong, kemudian,
dinasti Abbasiyyah berupaya menbuat sistem fatwa tunggal, seperti pada masa Abu Ja’far yang
menginginkan Imam Malik sebagai rujukan utama dalam fatwa.
9. 4. Maraknya Periwayatan Hadis
Pada zaman Abu Bakar periwayatan hadis belum terlalu banyak karena kekhawatiran adanya
hadis-hadis yang bukan dari Rasulullah sehingga memalingkan dari umat Islam dari Al-Quran.
Ketika wilayah islam semakin luas dan sahabat tersebar di berbagai wilayah, para sahabat
berfatwa berdasarkan hadis yang mereka ketahui. Perbedaan pengetahuan sahabat tentang
hadis, baik dari segi kuat hafalan, maupun jumlah, menyebabkan perbedaan pendapat dalam
fatwa dan putusan peradilan.
10. Pemalsuan hadis
Pada fase ke-2 ini, mulai muncul pemalsuan hadis, diantara sebabnya:
Permusuhan dengan motif agama
Fanatisme mazhab, terutama antara Umawiyyin, khawarij dan syiah
Sikap ekstrisme beberapa kelompok menentang pendapat kelompok lainnya
Sikap terlalu memudahkan sebagian orang, terutama dalam bab keutaman
amal
*munculnya banyak pemalsuan hadis menyebabkan tugas fuqaha semakin sulit,
karena harus memastikan kebenaran hadis baik dari segi matan maupun
sanad. Di masa sebelumnya, ketika hadis masih sedikit, tugas fuqaha hanya
pada memahami makna hadis
11. 5. Kemunculan Madrasah Fiqh
Madrasah diartikan sebagai cara atau metode yang dilalui oleh fuqaha dalam melakukan istinbat
hukum berdasarkan sunnah dan pendapat, dari segi sedikit dan banyak.
Faktor terbentuknya madrasah fiqh: ketika terjadi perluasan wilayah islam dan sahabat tersebar
di semua wilayah, berdatangan pelajar dari wilayah tersebut dan mengambil periwayatan dari
sahabat hadis2 dari Rasulullah.
Proses ini kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya madrasah-madrasah fiqh, dengan ciri khas
masing2.
12. →
Secara umum ada dua model madrasah fiqh
Madrasatul hadis, dengan ciri khasnya berpegang teguh kepada hadis dan atsar (Madrasah Al-
Hijaz)
Madrasah Ra’yu: ciri khasnya memberikan ruang yg luas bagi akal, substansi hukum dan
maslahat. (Madrasah al-Irak)
13. Madrasatul Hijaz
Berpusat di Madinah.
Fokus kepada Nusus, tidak menggunakan akal kecuali dalam keadaan sangat darurat
Tidak terlalu ketat dalam menerima hadis. Menerima hadis dan atsar walaupun tidak populer
dan memposisikannya lebih utama dari ra’yu (akal).
Tidak suka membahas masalah-masalah furu’ yang belum terjadi/aktual.
14. Sebab fokus kepada Nusus
Banyaknya hadis dan atsar yang mereka ketahui
Sedikitnya peristiwa2 baru yang mereka hadapi
Pengaruh dari pendahulu, seperi zaid bin tsabit, ibn umar, ibn abbas. Para pendahulu mereka
berpegang kepada hadits dan atsar dan takut menggunakan akal karena warak dan kehatian2an
dalam beragama
15. Madrasatul Irak
Berpusat di Kufah, Irak. Irak adalah pangkalan tentara Islam ketika membebaskan banyak
wilayah. Di Irak banyak sahabat yang menetap dan merupakan pusat pemerintahan ketika Ali bin
Abi Thalib memerintah.
Corak utama ulama-ulama madrastul irak adalah bahwa hukum2 syari yg bisa dilogika
berorientasi kemaslahatan dan dibangun atas prinsip2 yang tetap dan illal yang jelas.
16. Faktor banyaknya penggunaan Ijtihad di
Irak
Ulama-ulamanya terpengaruh dengan pendahulu awal mereka yaitu abdullah bin mas’ud yang
sepihak dengan Umar dalam keluasan penggunaan akal.
Sedikitnya periwayat hadis di Irak, karena Irak adalah wilayah lahirnya Syiah, Khowarij dan
perang saudara. Di Irak banyak muncul hadis palsu, sehingga syarat yg ketat diletakkan bagi
diterimanya suatu hadis.
Adanya pengaruh dari Persia dan Yunani.
17. Pengaruh Madrosatul Irak
Fuqaha Kufah mengumpulkan fatwa2 ibnu mas’ud serta putusan Ali serta sahabat2 yang tinggal
di Irak
Dari hukum tersebut mereka mengistinbat hukum atas peristiwa2 baru yg dihadapi
Mereka tidak ketat dalam fatwa dan biasa membahas masalah2 furu. Mereka ketat dalam
menisbatkan riwayat hadis kepada Rasulullah
18. Pengaruh Madrasah Fiqh Secara Umum
Masing2 dari madrasah fiqh memberikan peran dalam pembentukan dan pengembangan
fiqh. Akan tetapi metode ahli ra’yi mempunyai peranan lebih dalam pengembangan fiqh.
Karena hal-hal baru tidak pernah habis, sementara nash-nash sudah selesai, maka
penggunaan akal/ra’yu diperlukan sehingga fiqh bisa seiring dengan zaman dan dapat
memenuhi hajat manusia.
Hingga akhir fase ini belum ada kitab fiqh utuh yang dibukukan. Belum terbentuk aliran fiqh.
Situasi umum: banyak terjadi perbedaan pendapat.