Dokumen tersebut membahas tentang proses pengubahan skor hasil tes menjadi nilai melalui proses penilaian. Proses penilaian melibatkan penentuan skala dan acuan yang digunakan, seperti skala angka, huruf, atau standar nilai. Pemilihan acuan penilaian yang berbeda, seperti acuan patokan atau acuan norma, dapat menghasilkan keputusan penilaian yang berbeda pula terhadap siswa.
Chapter one of "Testing in language programs" by James Dean Brown (2005) discusses "Types and uses of language tests". It's about norm-referenced and criterion-referenced tests.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
3. Pendahuluan
Skor hasil pengukuran merupakan data hasil belajar
yang dikumpulkan dari proses testing. Skor ini belum
dapat digunakan untuk membuat pengambilan
keputusan.
Untuk dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan maka skor tersebut harus terlebih dulu diubah
menjadi nilai dalam proses penilaian.
Nilai merupakan hasil dari proses penilaian. Nilai
diperoleh dengan mengubah skor dengan skala dan
acuan tertentu.
5. Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui
atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan
yang sudah ditentukan. (Arikunto ,2010).
6. PENILAIAN
Penilaian adalah mengubah skor menjadi nilai
menggunakan skala dan acuan tertentu. Oleh
karena itu, proses penilaian hanya dapat
dijalankan apabila telah jelas skala yang
digunakan dan acuan yang dianutnya.
7. SKALA
Skala adalah satuan yang digunakan dalam penilaian.
(Crocker dan Algina, 1986)
Jenis-jenis skala :
1. Skala bebas
2. Skala 1 – 10
3. Skala 1 – 100
4. Skala huruf (A,B,C,D,E)
8. 1. SKALA BEBAS
Skala bebas yaitu skala yang tidak tetap.
adakalanya skor tertinggi 20, lain kali 25 dan
lain kali lagi 50. Ini semua tergantung dari
banyak dan bentuk soal. Jadi angka tertinggi
dan skala yang digunakan tidak selalu sama.
2. SKALA 1-10
Skala 1-10 yaitu suatu skala dimana skor
terendahnya adalah 1 dan skor tertingginya
adalah 10
9. 3. SKALA 1-100
Skala 1-100 yaitu suatu skala dimana skor
terendahnya adalah 1 dan skor tertingginya
adalah 100
4. SKALA HURUF
Skala huruf yaitu suatu skala yang pemberian
nilainya dinyatakan dengan huruf yang umumnya
adalah huruf A –E. Skala ini biasa digunakan di
tingkat perguruan tinggi
10. ACUAN
Acuan sangat menentukan dalam penilaian. Skor
yang sama dapat diubah menjadi nilai yang berbeda
dan dapat menimbulkan keputusan penilaian yang
berbeda pada penggunaan acuan yang berbeda
Dua macam acuan :
1. Penilaian Acuan Patokan (PAP)
2. Penilaian Acuan Norma (PAN)
11. PAP (Criterium Referenced Test = CRT)
PAP adalah suatu penilaian yang mengubah
skor menjadi nilai berdasarkan skor maksimum
yang menjadi acuan.
Pada acuan ini skor diinterpretasikan
berdasarkan pencapaian tujuan tertentu
(Gronlund dan Linn, 1990).
12. Contoh :
Pada sebuah tes yang terdiri 50 butir soal, siswa A dapat
menjawab dengan benar sebanyak 35 butir soal. Bila skor
tertinggi di kelas adalah 35 dan penilaian didasarkan
pada acuan patokan dan skala yang digunakan adalah 0 –
100, maka nilai A adalah (35/50) x 100 = 70.
13. Diketahui: Banyak butir soal = 50
skor A = 35
Maka nilai A dengan menggunakan acuan PAP
adalah sebagai berikut:
14. PAN (Criterium Referenced Test = CRT)
Penilaian yang dilakukan pada kedudukan
relative skor siswa di antara kelompoknya.
Acuan yang digunakan bukan skor
maksimum patokan tetapi posisi siswa
diantara kelompok normanya (Gronlund
dan Linn, 1990)
15. Contoh :
pada contoh sebelumnya tadi, dari 50 soal siswa
A dapat menjawab dengan benar sebanyak 35
butir soal. Bila skor tertinggi di kelas adalah 35
dan penilaian didasarkan pada acuan norma dan
skala yang digunakan adalah 0 – 100, maka nilai
A adalah (35/35) x 100 = 100.
16. Diketahui: Banyak butir soal = 50
skor A = 35
Maka nilai A dengan menggunakan acuan PAN
adalah sebagai berikut:
17. Dari kedua contoh diatas penilaian menggunakan
acuan PAN menunjukkan nilai yang lebih tinggi
dari penilaian yang menggunakan acuan PAP. ini
karena dalam penilaian yang menggunakan acuan
PAN seluruh siswa akan berdistribusi dalam
sebuah kurva normal. dalam populasi siswa, akan
ada sedikit yang skornya sangat rendah, sebagian
besar meyebar di sekitar rata-rata, dan sedikit yang
sangat tinggi. distribusi skor-skor dalam populasi
siswa akan membentuk sebuah distribusi normal.
distribusi tersebut akan digambarkan sebagai
berikut:
18. - 3 SD mean + SD
Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa sebagian
terbesar skor berada di sekitar rata-rata (mean), hanya
sedikit yang sengat rendah dan sedikit yang sangat tinggi.
Dalam sebuah populasi yang berdistribusi normal,
penyimpangan dari rata-rata akan sebanyak 3 kali standar
deviasi ke kiri dan ke kanan dari mean.
19. STANDAR NILAI
Jenis-jenis standart nilai :
1. Standar nines atau stanines
2. Standar enam
3. Standar eleven (stanel)
4. Standar sepuluh
5. Standar Lima
20. 1. Standar nines atau stanines
Standar nine adalah merentangkan skor-skor
siswa menjadi 9.
Stanines Interpretasi
9 (4%) Tinggi (4%)
8 (7%) Di atas rata-rata (19%)
7 (12%)
6 (17%) Rata-rata 54%
5 (20%)
4 (17%)
3 (12%) Di bawah rata-rata (19%)
2 (7%)
1 (4%) Rendah (4%)
21. 2. Standar enam
Standar enam yaitu merentangkan skor-skor siswa menjadi 6.
Dalam hal ini, hanya berkisar antara 4 sampai 9, yaitu nilai-nilai
4,5,6,7,8, dan 9.
Persentase penyebaran nilai dengan standar enam adalah
seperti berikut:
Standar Enam Interpelasi
9 (5%) Baik sekali
8 (10%) Baik
7 (20%) Lebih dari cukup
6 (40%) Cukup
5 (20%) Kurang
4 (5%) Kurang sekali
22. 3. Standar eleven
Dengan Stanel ini, system penilaian membagi skala
menjadi 11 golongan, yaitu angka-angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9, 10, yang satu sama lain berjarak sama. Tiap-tiap
angka menempati interval sebesar 0,55 SD, bertitik tolak
dari Mean = 5yang menempati jarak antara -0,275 SD
sampai +0,75 Sd. Seluruh jarak yang digunakan adalah
dari -3,025 SD sampai +3,025 SD.
Bilangan-bilangan persentil untuk menentukan titik
dalam Stanel ini adalah: P1, P3, P8, P21, P39, P61, P79,
P92, P97, dan P99. Bagaimana menentukan P1, P3, P8
dan seterusnya silakan membuka buku statistik.
23. Dasar pikiran untuk Stanel ini adalah bahwa jarak
praktis dalam kurva normal adalah 6 SD yang
terbagi atas 11 skala.
11 skala = 6 SD
1 skala = SD = 0,55 SD
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Mean
Stanel
24. 4. Standar sepuluh
Pada standar sepuluh, nilaidi rentangkan dari 1-10.Untuk mengubah
skor menjadi nilai, diperlukan dahulu :
•Mean (rata-rata skor)
•Deviasi Standar (Simpangan baku)
•Tabel konversi angka ke dalam nilai berskala 1 – 10.
Tahap-tahap yang dilalui dalam mengubah skor mentah menjadi nilai
berskala 1 – 10 adalah sebagai berikut:
•Menyusun distribusi frekuensi dari angka-angka atau skor-skor
mentah.
•Menghitung rata-rata skor (Mean).
•Menghitung Deviasi Standar atau Standar Deviasi.
•Mentransformasi (mengubah) angka-angka mentah ke dalam nilai
berskala 1 – 10.
25. 5. Standar Lima
Kembali kepada Gronlund selain ia mengemukakan penyebaran nilai dengan
angka, juga mengemukakan penyebaran nilai dengan huruf yang digambarkan
dengan kurva norma
Catatan:
•Gronlund tidak menggunakan huruf E tetapi huruf F singkatan dari Fail
(gagal).
•Selanjutnya dikatakan oleh Gronlund: Rentangan persentase ini hanya berlaku
bagi populasi yang sangat heterogen. Apabila populasi telah terseleksi akibat
kenaikan kelas atau pindah ke tingkat sekolah yang lebih tinggi, maka
golongan F yang ada di ekor kiri akan berkurang sehingga distribusi tersebut
menjadi:
A ---------- 10 sampai 20 persen
B ---------- 20 sampai 30 persen
C ---------- 40 sampai 50 persen
D ---------- 10 sampai 20 persen
F ----------- 0 sampai 10 persen
27. Proses Penilaian
Diberikan sebuah contoh.
Sebanyak 20 siswa mengikuti tes hasil belajar
berbentuk obyektif sebanyak 100 butir.
28. Menggunakan acuan patokan (PAP)
dengan skala 0-100 dan batas
minimal ketuntasan belajar adalah 60
maka perhitungan nilai dan pengambilan
keputusan dapat dilakukan sebagai
berikut:
30. penilaian menggunakan acuan norma (PAN).misalkan
skala yang digunakan adalah 0-4 dan A-E, acuan
yang digunakan adalah acuan norma dan siswa
dikatakan lulus bila memperoleh nilaiminimal 2
atau C, maka perhitungan nilai dan pengambilan
keputusan dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Menyajikan tabel
Data fi
60-69 4
70-79 6
80-89 7
90-100 3
Jumlah 20
31. 2. Menghitung rata-rata
Data Xi fi fi.Xi
60-69 64,5 4 258
70-79 74,5 6 447
80-89 84,5 7 591,5
90-100 94,5 3 283,5
Jumlah 20 1580
32. 3. Menghitung standart deviasi
Data Xi X fi (Xi - X)2 fi(Xi - X)2
60-69 64,5 4 210,25 841
70-79 74,5 79 6 20,25 121,50
80-89 84,5 7 30,25 211,75
90-100 94,5 3 240,25 720,75
Jumla
h
20 1895
36. Berdasarkan kedua sistem penilaian dapat dilihat
bahwa acuan yang berbeda akan menghasilkan
keputusan penilaian yang berbeda.
Pada penilaian dengan acuan patokan(PAP), semua
siswa dapat dinyatakan lulus karena seluruh siswa
mencapai batas minimal ketuntasan.
Sebaliknya, pada penilaian dengan acuan
norma(PAN) terdapat 6 siswa yang dinyatakan tidak
lulus karena berada pada keadaan yang jauh
dibawah rata-rata kelompoknya