2. • Berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu
ethos dan ethikos.
• artinya tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kandang, kebiasaan,
adat, akhlak, watak, perasaan, sikap,
cara berpikir. Adapun dalam bentuk
jamaknya ta etha yang artinya adat
kebiasaan.
• Menurut KBBI : tingkah laku, tata krama,
Etika sopan santun.
• Ahmad Amin: etika berarti ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia, dan
menyatakan tujuan yang harus dituju
oleh manusia dalam perbuatan baik
mereka.
• Hamzah Ya‟qub: etika dapat disamakan
dengan akhlak.
Selayang pandang etika
3. Etika Dakwah
• Aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang
merumuskan perlakuan benar dan salah dalam
menegakkan dakwah Islamiyah, disebut juga kode
etik dakwah (M. Yunan Yusuf: 2002).
Komponen Etika Dakwah
• Etika da‟i
• Etika mad‟u
• Etika media dakwah
• Etika metode dakwah
• Etika materi dakwah
4.
5. TAFSIR AL-QUR`A>N AL-„AZ}I>M KARYA ABU> AL-
FIDA> ISMA>‟I>L IBN „AMR IBN KATHI>R
Tafsir kalimat “khudh al-„afwa”
Ibn „Abbas: ambillah dari lebihan harta mereka sejumlah
yang layak untukmu, dan terimalah apa yang mereka
berikan kepadamu dari harta mereka.
„Abd al-Rah}ma>n ibn Zayd ibn Aslam: Allah
memerintahkan Nabi saw agar bersifat pemaaf dan
berlapang dada dalam menghadapi orang-orang mushrik.
Muja>hid: berilah maaf terhadap sikap dan perbuatan
orang lain tanpa mengeluh.
6. TAFSIR AL-QUR`A>N AL-„AZ}I>M KARYA ABU> AL-
FIDA> ISMA>‟I>L IBN „AMR IBN KATHI>R
Tafsir kata “al-„urf”
Ibn Jari>r telah meriwayatkan bahwa bila dikatakan
awlaytuhu ma‟ru>fan,‟arifa, „a>rifatan, semuanya bermakna
makruf, yakni saya mengulurkan kebajikan kepadanya. Ibn
Jari>r mengatakan bahwa Allah telah memerintahkan Nabi
Nya agar menganjurkan semua hamba Nya untuk berbuat
kebajikan, dan termasuk ke dalam kebajikan ialah
mengerjakan ketaatan dan berpaling dari orang-orang yang
bodoh.
7. TAFSIR AL-QUR`A>N AL-„AZ}I>M KARYA ABU>
AL-FIDA> ISMA>‟I>L IBN „AMR IBN KATHI>R
Manusia itu ada dua macam. Pertama, orang yang baik;
terimalah kebajikan yang diberikannya kepadamu,
janganlah kamu membebaninya dengan sesuatu yang
di luar kemampuannya, jangan pula sesuatu yang
menyempitkan dirinya. Adapun terhadap orang kedua,
yaitu orang yang buruk, maka perintahkanlah dia untuk
berbuat yang makruf. Jika ia tetap tenggelam dalam
kesesatannya serta membangkang dan terus menerus
dalam kebodohannya, maka berpalinglah kamu darinya.
Mudah-mudahan hal tersebut dapat menolak tipu
muslihatnya terhadap dirimu.
8. TAFSIR AL-JA<MI‟ LI AH{KAM AL-QURA<N
KARYA AHMAD AL-QURT{UBI<
Pokok pelajaran pertama, Firman Nya
“khudh al-„afwa” mengandung pelajaran
untuk meyambung tali persaudaraan
kepada orang yang memutuskannya,
memaafkan orang-orang yang berbuat
dosa, dan berbuat santun kepada orang
beriman.
9. TAFSIR AL-JA<MI‟ LI AH{KAM AL-QURA<N
KARYA AHMAD AL-QURT{UBI<
Pokok ajaran yang kedua yaitu firman Nya
“wa`mur bi al-„urf” yaitu dengan kebajikan
yang telah dikenal bersama dan dengan
sikap ramah. „I<sa> ibn „Amr membacanya
dengan “bi al-„urufi” dengan dua d}ammah
seperti membaca “al-h}ulum” (murah hati).
Kata “al-„urf, al-ma‟ru>f, dan al-„a>rifah”
mengacu pada perbuatan baik yang
disepakati oleh akal, dan menentramkan
jiwa. „At}a> berkata bahwa maksud firman
10. TAFSIR AL-JA<MI‟ LI AH{KAM AL-
QURA<N
KARYA AHMAD AL-QURT{UBI<
Pokok ajaran yang ketiga yaitu firman Nya “wa a‟rid} „an al-
ja>hili>n” makna nya apabila engkau berargumen dengan
mereka serta memerintahkan mereka dengan kebaikan niscaya
mereka akan menganggap hal tersebut kebodohan. Maka
berpalinglah dari mereka untuk menjaga kehormatan Allah
walaupun Dia mampu menjawab ejekan mereka. Perilaku
seperti ini walaupun diturunkan kepada Nabi Muhammad,
tetapi nilainya tetap berlaku sampai sekarang untuk seluruh
umat manusia.
11. TAFSI<R AL-MUNI<R KARYA AL-
ZUH}}AYLI>
Persesuaian antar ayat:
Ayat sebelumnya berbicara bahwa Allah mengatur urusan
kaum muslimin dengan membantu dan menguatkan mereka.
Sebagai rasa syukur adalah dengan tidak menyembah berhala,
karena berhala tidak dapat memberi manfaat dan mudarat.
Secara simple ayat sebelum ini berbicara hubungan antara
manusia dan Penciptanya.
Adapun ayat ini berbicara etika hubungan antar manusia.
12. TAFSI<R AL-MUNI<R KARYA AL-
ZUH}}AYLI>
Ayat ini mencakup tiga asas akhlak mulia:
1. Memberi maaf, yaitu memudahkan dalam bergaul
dengan manusia tanpa berusaha menyusahkan.
Sebagaimana disebutkan dalam hadith “permudahlah
jangan dipersulit dan berilah kabar gembira jangan
membuat orang lari”.
2. Perintah untuk mengerjakan kebajikan yaitu semua
perbuatan yang baik dan elok, diperintahkan oleh agama
serta dianggap baik oleh akal manusia. Adapun al-
ma‟ru>f adalah term yang mencakup semua kebaikan
dan ketaatan, kebajikan dan berbuat baik kepada
manusia.
13. TAFSI<R AL-MUNI<R KARYA AL-
ZUH}}AYLI>
Ayat ini mencakup tiga asas akhlak mulia:
3. Mengabaikan orang bodoh maksudnya adalah tidak
berbuat seperti yang dilakukan orang-orang bodoh, dan
memaafkan perbuatan buruk yang dilakukan mereka
kepada kita. Apabila orang bodoh mengatakan sesuatu
yang menyakiti perasaan orang lain, abaikan saja
perkataannya dan maafkan dia.
14. ETIKA DAKWAH DALAM AYAT INI
Etika da‟i
• mudah memaafkan, santun, tidak
kasar, menggunakan perkataan
yang enak di dengar dan menyentuh
hati. Tidak ketinggalan juga agar
bersikap low profile dan tidak mudah
terprovokasi dengan perkataan
orang bodoh.
15. ETIKA DAKWAH DALAM AYAT INI
Etika materi dakwah
• Ajakan kepada hal yang positif,
baik dan diterima akal sehat.
17. “Dan berjihadlah kalian di jalan Allah dengan jihad
yang sungguh-sungguh. Dia telah memilih kamu
sekalian, dan Dia tidak menjadikan untuk kalian
kesempitan dalam agama. (Ikutilah) agama orang tua
kalian Ibrahim. Dia telah menamai kalian muslim dari
dahulu, dan (begitu pula) dalam (al-Qur`a>n) ini,
supaya rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya
kamu menjadi saksi atas segenap manusia. Maka
dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpegan
teguh lah pada tali Allah. Dia adalah pelindungmu,
Dia lah sebaik-baik pelindung dan penolong.”
18. TAFSIR AL-QUR`A>N AL-„AZ}I>M KARYA ABU> AL-
FIDA> ISMA>‟I>L IBN „AMR IBN KATHI>R
Jihad :
Harta
Diri
Lisan
“Wa ma> ja‟ala „alaykum fi> al-di>n min h}araj” (Dan sekali-
sekali Dia tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu
kesempitan). Yaitu Dia tidak membebani kalian dengan
sesuatu yang kalian tidak mampu, serta tidak mengharuskan
kalian dengan sesuatu yang memberatkan kalian, kecuali Dia
menjadikan untuk kalian kelapangan dan jalan keluar.
19. TAFSIR AL-QUR`A>N AL-„AZ}I>M KARYA ABU> AL-
FIDA> ISMA>‟I>L IBN „AMR IBN KATHI>R
“Wa’tasimu> bi h}abl Alla>h” (Berpeganglah kamu pada
tali Allah), yaitu berpegang teguh lah kepada Allah,
mintalah pertolongan, bertawakkal dan meminta
perlindungan kepada Nya.
20. TAFSIR AL-JA<MI‟ LI AH{KAM AL-QURA<N
KARYA AHMAD AL-QURT{UBI<
Jihad:
Melawan orang kafir
Isyarat untuk melaksanakan semua perintah Allah
dan berhenti dari perbuatan yang dilarang Nya.
Bersungguh-sungguhlah dalam ketaatan kepada
Allah dan menolak hawa nafsu, bersunggguh-
sungguhlah menolak bisikan setan, aniaya dari orang
yang berbuat aniaya dan melawan kekafiran orang
kafir.
21. TAFSI<R AL-MUNI<R KARYA AL-
ZUH}}AYLI>
Jihad: Bersungguh-sungguh mengerahkan semua
kemampuan
Tipe Jihad:
Melawan hawa nafsu
Melawan bisikan setan
Melawan orang kafir yang menyerang
Media Jihad:
Harta
Diri : mengangkat senjata melawan orang kafir yang
memusuhi dan menyerang Islam.
Lisan : pemberian argumen, penjelasan dan
pemberitahuan ajaran agama.
22. ETIKA DAKWAH DALAM AYAT INI
Etika da‟i
• Sungguh-sungguh, ikhlas,
tawakkal, tidak membuat sulit,
senantiasa bersyukur.
23. SURAH AL-H{UJURA<T AYAT 6
Hai orang-orang yang beriman, jika datang
kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, periksalah dengan teliti agar kamu
tidak menimpakan suatu musibah kepada
suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu.
24. TAFSIR AL-QUR`A>N AL-„AZ}I>M KARYA ABU> AL-
FIDA> ISMA>‟I>L IBN „AMR IBN KATHI>R
Ayat ini diturunkan berkenaan dengan al-Wali>d ibn
„Uqbah ibn Abi> Mu‟i>t} ketika ia diutus oleh Rasulullah
untuk mengambil sedekah (zakat) Bani Mustaliq.
Perlunya sikap teliti ketika menerima berita dari orang
fasiq.
al-Naba : Berita penting, berbeda dengan al-khabar.
al-Khabar : Berita umum (al-Misbah; Vol. 13)
25. TAFSIR AL-JA<MI‟ LI AH{KAM AL-QURA<N
KARYA AHMAD AL-QURT{UBI<
Makna fasiq:
Ibn Zayd : Pendusta
Abu> al-H{asan al-Warra>q : orang yang
bergelimang dosa.
Ibn T{a>hir : orang yang tidak malu kepada Allah.
Kabar yang datang dari satu orang dapat diterima dan
diamalkan dengan syarat si pembawa berita orangnya
jujur dan amanah.
26. TAFSI<R AL-MUNI<R KARYA AL-
ZUH}}AYLI>
Persesuaian antar ayat:
Setelah pada ayat sebelumnya Allah memerintahkan
umat beriman dengan dua perintah, yaitu menaati Allah
dan Rasul Nya serta merendahkan suara di depan
Rasulullah sebagai penjelasan wajibnya menghormati
beliau. Pada ayat ini perintah diawali akan wajibnya
mengecek kembali berita yang sampai kepada kita, serta
peringatan agar tidak mudah percaya pada ucapan
seseorang, hal ini sebagai tindakan preventif supaya
tidak salah dalam mengambil keputusan. Perintah ini
adalah etika yang sangat penting untuk menjaga
persatuan umat dan memusnahkan sebab-sebab
permusuhan sampai ke akar-akarnya.
27. Tidak
mudah
terprovokasi
Materi yang
disampaikan
Teliti
benar-benar
valid
Etika
dakwah
28. SURAH AL-H{UJURA<T AYAT 10
Sesungguhnya orang-orang beriman itu
bersaudara, sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan
takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat.
29. TAFSIR AL-QUR`A>N AL-„AZ}I>M KARYA ABU> AL-
FIDA> ISMA>‟I>L IBN „AMR IBN KATHI>R
Hanya orang-
orang yang
bertakwa akan
mendapat
rahmat
Perintah
mendamaikan
golongan
yang sedang
bertikai
Setiap mukmin
bersaudara
30. TAFSIR AL-JA<MI‟ LI AH{KAM AL-QURA<N
KARYA AHMAD AL-QURT{UBI<
Setiap Mukmin Perbuatan
Setiap mukmin
bersaudara fasiq tidak
adalah agen
karena ikatan menyebabkan
perdamaian
iman murtad
31. TAFSI<R AL-MUNI<R KARYA AL-
ZUH}}AYLI>
Setiap mukmin
hendaknya
berbuat adil
Selalu
Bersaudara
menjadi
karena
problem
iman
solver
32. Membekali diri
dengan
berbagai skil
dan
pengetahuan
Menjadi
Problem solver
sharing partner
Etika
da‟i
33. SURAH AL-H{UJURA<T AYAT 11
Hai orang-orang yang beriman, janganlah satu kelompok laki-laki
merendahkan kelompok yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. Dan jangan pula satu kelompok perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih
baik. Dan janganlah mencela dirimu sendiri seta jangan memanggil
dengan panggilan yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan
adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang
tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
34. TAFSIR AL-QUR`A>N AL-„AZ}I>M KARYA ABU> AL-
FIDA> ISMA>‟I>L IBN „AMR IBN KATHI>R
Allah melarang manusia saling menghina, karena
hakikatnya sama dengan menghina diri sendiri
Kata “al-Hamz” berarti celaan dalam bentuk perbuatan,
sedangkan kata “al-Lamz” berarti celaan dalam bentuk
ucapan.
Gelar yang buruk adalah gelar yang tidak disukai
pemiliknya.
35. SEBAB TURUNNYA AYAT
Imam Ahmad meriwayatkan dari al-Sha‟bi>, ia bercerita bahwa
Abu> Jubayrah ibn al-D{ah}h}a>k memberitahunya, ia bercerita
bahwa ayat ini, “Dan janganlah kalian panggil memanggil dengan
gelar yang buruk”, turun berkenaan dengan Bani Salamah. Ia
mengatakan, “Rasulullah pernah tiba di Madinah dan setiap kami
mempunyai dua atau tiga nama. Jika beliau memanggil salah seorang
dari mereka dengan nama-nama tersebut, maka mereka berkata:
“Wahai Rasulallah, sesunggguhnya ia marah dengan panggilan nama
tersebut”. Maka turunlah ayat, “Dan janganlah kalian panggil
memanggil dengan gelar yang buruk”. Hadith tersebut juga
diriwayatkan oleh Abu> Da>wu>d dari Mu>sa> ibn Isma>‟i>l, dari
Wahb dari Da>wu>d.
36. TAFSIR AL-JA<MI‟ LI AH{KAM AL-QURA<N
KARYA AHMAD AL-QURT{UBI<
Perbedaan antara al-lamzu dan al-humazah
yaitu al-lamzu adalah hinaan dengan tangan,
mata, lidah dan isyarat. Sedangkan al-hamzu
celaan dengan lidah saja.
Boleh memanggil dengan gelar yang disukai
pemiliknya.
Boleh memberi gelar berkaitan dengan sifat
yang melekat pada orang tersebut tanpa berniat
menghina, seperti H{umayd al-T{awi>l (Humayd si
jangkung)
37. TAFSI<R AL-MUNI<R KARYA AL-
ZUH}}AYLI>
Persesuaian antar ayat:
Dalam ayat sebelumnya dijelaskan relasi dan etika yang
harus dijalin antara hamba dan Tuhannya serta Rasul
Nya, kemudian bagaimana bersikap kepada orang yang
menyalahi ajaran agama (fasiq). Selanjutnya dalam ayat
ini Allah menjelaskan etika yang harus dimiliki seorang
mukmin baik ketika berhadapan dengan mukmin lainnya
maupun dengan kafir. Etika tersebut adalah larangan
saling menghina, merendahkan, dan memanggil dengan
gelar buruk.
38. TAFSI<R AL-MUNI<R KARYA AL-
ZUH}}AYLI>
Dalam ayat ini Allah mengajari umat beriman etika yang
agung dan luhur, yaitu:
Tidak saling mencela sesama manusia
Tidak mengumpat dan memaki ataupun membeberkan aib
orang lain walaupun dengan isyarat. Karena pada dasarnya
mengumpat orang lain sama dengan mengumpat diri sendiri.
Hal tersebut disebabkan setiap mukmin bersaudara.
Tidak memanggil dengan panggilan buruk, adapun gelar
yang baik justru dianjurkan.
39. Mengapa digunakan kata al-Tanabuz dalam bentuk “saling”
tidak menggunakan kata al-Nabz seperti kata “talmizu” di
awal ayat ?.
Karena memberi gelar buruk kepada orang lain biasanya
akan langsung mendapat respon dari orang yang diberi
gelar, orang tersebut akan memberi gelar buruk kepada
pihak pertama pada saat itu juga. Hal ini disebabkan rasa
malu yang ditimbulkan oleh gelar buruk tersebut memicu
pihak yang diberi gelar langsung menjawab dengan memberi
gelar buruk juga. Hal ini berbeda dengan “al-Lamzu” (al-
Misbah, Vol. 13)
40. • Pandai memilih kata
Etika da‟i •
•
Tidak menyinggung perasaan mad‟u
Menguasai lapangan
• Selalu bertobat
Etika • Mengkritik dengan sopan
• Tidak membeda-bedakan antara da‟i yang
mad‟u satu dengan yang lain.
Etika • Disesuaikan dengan adat istiadat tempatan
• Komunikatif
metode
dakwah