SlideShare a Scribd company logo
1 of 60
Etika
Bisnis
untuk
UKM
“Setiap agama
besar memulai
konsepsinya
dari anggapan
tertentu
tentang
manusia dan
alam semesta”
Dr. Sir Muhammad Iqbal
Hakikat Kebenaran …
Kebenaran tentang eksistensi: benda, tumbuhan, hewan, manusia.
Pembedanya adalah kesadaran (awareness).
Kebenaran
Kebenaran “tools”: ketepatan alat untuk dapat memahami esensi
empat eksistensi tersebut: rasionalitas dan objektif.
Kebenaran cara belajar untuk memahami empat eksistensi yang
tentu saja berbeda satu sama lain: lahir, batin.
Kebenaran hidup terdapat dua corak yang dominan: a) konvergen,
bertitik temu, mengerucut; b) divergen, bertitik pisah, berpencar.
Dalam pandangan E.E. Schumacher (Wijayanto, 2002), misteri eksistensi semesta dapat
didekati dengan menengok empat kebenaran besar (the big truth).
Hakikat Manusia …
Inderawi: semua nilai bersifat relatif dan bahwa persepsi indrawi
merupakan satu-satunya sumber pengetahuan dan kebenaran
karena bersifat “nyata”..
Perubahan
Besar dan
Fluktuasi
Sistem Nilai
Ideasional: realitas sejati berada di luar dunia materi (berada di
alam spiritual) dan bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui
pengalaman batin.
Idealistis: perpaduan harmonis antara pandangan indrawi dan
ideasional; konsep indrawi diperlukan untuk memastikan sesuatu,
daya spiritual pun dibutuhkan bagi jiwa manusia.
Dalam pandangan Pitirin A. Sorokin (Wijayanto, 2002), terjadi perubahan besar dalam
kehidupan manusia berdasarkan skema tiga sistem nilai:
Hakikat Manusia dan Pertumbuhannya …
“The personality is engaged with the hazards of existence
continuously, even as the body’s metabolism copes with decay”.
“Personalitas (kepribadian) itu akan terus bergulat dengan
tingkat kerusakan (lingkungan) secara terus menerus, sekalipun
metabolism tubuh seseorang sudah mulai rapuh”.
Oral Sensory
Stage, 0 – 18 bln
Mascular Anal Stage,
18 bln sd 3 thn
Locomotor Stage,
3 thn sd 6 thn
Latency Stage, 6
thn sd 12 thn
Adolescence Stage,
12 thn sd 18 thn
Young Adulthood
Stage, 19 thn sd 40 thn
Middle Adulthood Stage,
40 thn sd 65 thn
Maturity Stage,
65 th ke atas
Pengaruh Pikiran dan Makna Kehidupan …
PIKIRAN
Membent
uk
Pikiran
Formatis
asi
Sistem
Menguba
h Emosi
Mempen
garuhi
Perilaku
Menemp
a sikap,
watak
Membent
uk
Spiritual
Menurut Hart (1997), “manusia diciptakan untuk
berpikir. Di dalam aktivitas berpikir itu terletak
semua martabat dan kebajikannya. Seluruh
kewajiban yang dibebankan kepada manusia
adalah berpikir sebagaimana seharusnya”.
Descartes (Walter, 1996): “Cogito
ergo sum”, Aku ada karena aku
berpikir.
Rakhmat (2001), berpikir merupakan “Proses
komunikasi intrapersonal yang meliputi sensasi
(penginderaan), persepsi (pemberian makna
pada sensasi), memori (penyimpanan informasi),
dan olah-pikir (pengolahan informasi).
OTAK
NORMAL
Memory Driven
OTAK
SEHAT
Keterampilan
Berpikir
KESEHATAN
SPIRITUAL
Spiritualitas
KUALITAS
HIDUP
• Keyakinan
yang kokoh,
self belief
• Sikap patuh
dan
berperilaku
baik yang
berkelanjutan
• Memiliki makna
hidup
• Konfidensi yang baik
• Berhati lapang
(pemaaf)
• Memiliki rujukan nilai
• Komitmen
• Konsisten
• Kemurahan hati
• Rasa syukur
• Kasih sayang, dll.
• Hidup tertata dalam
kerangka aturan
normatif;
• Mampu membangun
interaksi sosial dengan
sangat baik
• Suka berderma
terhadap orang lain
• Memiliki integritas,
akuntabilitas,
responsibilitas
Otak Normal dan Kesehatan Spiritual …
Filsafat
Perbedaan Filsafat dan Ilmu …
Epistemologis: pendekatannya bersifat
reflektif atau rasional-deduktif.
Ilmu
Epistemologis: pendekatannya bersifat ilmiah
(deduktif dan induktif) yang saling melengkapi.
Ontologis: segala sesuatu yang bersifat fisik
dan nonfisik; yang dapat direkam melalui
indera (empiris) atau tidak.
Ontologis: segala sesuatu yang bersifat fisik
(materi), dan dapat direkam dan dicatat
melalui indera (empiris)
Aksiologis: sangat abstrak, memiliki guna dan
manfaat, tapi tidak secara langsung bagi
seluruh umat manusia.
Aksiologis: sangat konkret (realitas),
langsung dapat dimanfaatkan bagi
kepentingan umat manusia.
Filsafat dan ilmu, pada hakikatnya, dapat dibedakan dengan mengacu pada tiga hal: ontologis,
epistemologis, dan aksiologis.
Agama (a = tidak, gam = pergi): pegangan atau pedoman hidup bagi manusia
untuk mencapai kehidupan yang kekal (Harjana, 2005)
Agama
Pengertian dan Unsur Agama …
Agama: bentuk ketetapan ilahi untuk mengarahkan makhluk yang berakal,
dengan pilihan mereka, kepada kebaikan hidup dunia dan akhirat (Ismail dan
Mutawali, 2003)
Interaksi manusia dengan Kekuatan Transenden dan adanya keharusan
menerapkan perintah dan larangan, serta petunjuk hidup untuk kebaikan
hidup (Muhammad, 2006).
Hubungan manusia dengan Kekuatan Transenden, mengacu pada pedoman
(wahyu) dalam rangka meraih kebahagiaan hidup dunia dan akhirat (Agoes
dan Ardana, 2009).
Kitab suci yang menjadi pedoman pelaksanaan perintah dan larangan agama.
Unsur Agama
Pengertian dan Unsur Agama …
Ada nabi dan rasul yang menerima wahyu, yang menjadi perintah dan
larangan bagi umatnya.
Ada lembaga yang berwenang untuk membina, menuntun umatnya, dan yang
memiliki otoritas untuk menafsirkan makna kitab suci bagi kepentingan
umatnya.
Bersisi ajaran dan pedoman bagi umat dalam bentuk dogma, doktrin, atau
filsafat; ritual, upacara, dan tata cara beribadah; tatasusila, etika, dan moral;
tujuan akhir yang dituju dari praktek agama yang dilakukan.
Sebagaimana filsafat, agama pun memiliki unsur yang menjadi ciri khas dari agama tersebut, baik
agama “samawi” maupun agama “ardhi”. Unsur-unsur itulah yang menjadi pembentuk kekuatan
beragama bagi umatnya.
Etika dilihat dari dua sisi: praktis dan refleksi. Secara praktis, etika berarti
nilai dan norma yang baik yang dapat dipraktikkan. Etika = moral. Secara
reflektif, etika adalah ilmu pemikiran tentang moral (Bertens, 2001).
Etika
Hakikat dan Unsur Etika …
Secara etimologis, kata etika berasal dari “ethos”: tempat tinggal, padang rumput, kebiasaan, adat,
watak, perasaan, sikap, cara berpikir, dan kebiasaan. Moral (Latin: mores): adat istiadat, kebiasaan,
perilaku, watak, tabiat, atau cara hidup (Kanter, 2001)
Etika, secara etimologis, adalah “ilmu tentang apa yang biasa dilakukan” atau
“ilmu tentang adat kebiasaan yang berkaitan dengan kehidupan yang baik
atau buruk” (Kanter, 2001).
Etika = Susila, yaitu ilmu tentang kebiasaan atau tingkah laku yang harus
dikerjakan atau yang harus dihindari terkait dengan hubungan sesame
(Suhardana, 2006).
Kualitas keimanan (spiritualitas)
Interelasi Agama, Etika, dan Nilai …
Kualitas peribadatan/ritual
(hubungan manusia dengan Tuhan
yang bersifat intens)
Kualitas moral/etika (hubungan
manusia dengan manusia dalam
masyarakat dan alam)
Tiga kualitas tersebut merupakan satu kesatuan yang padu, dan mustahil terpisahkan. Sebab, jika
terpisahkan keutuhan “religiusitas” dalam diri seseorang akan hilang dan sia-sia. Tujuan
utamanya adalah terwujudnya hidup yang bermakna, dunia dan akhirat.
Kecerdasan, Karakter, dan Etika …
1. Teo-etika; saling ketergantungan;
masalah “aku” dengan Tuhan;
1. Terbentuknya sikap: a) takwa; b) tulus
ikhlas tanpa batas;c) tawakal—bersandar
sedemikian kuat.
Jika tingkat kecerdasan disintesiskan dengan etika, hasil yang didapat adalah terbentuknya tiga istilah
baru: a) teo-etika—berkaitan dengan interaksi antara “aku” dan Tuhan; b) psiko-etika—berkaitan
dengan interaksi “aku” dengan “aku”; c) sosio-etika—berkaitan dengan interaksi “aku” dengan “orang
lain” (Nafis, 2006).
2. Psiko-etika; kemandirian; masalah
“aku” dengan “aku” (intrapersonal)
2. Terbentuknya sikap yang kuat untuk: a)
tawadhu, rendah hati; b) bersyukur kepada
Allah; c) bersabar atas segala ujian.
3. Sosio-etika; ketergantungan terhadap
yang lain; masalah “aku” dengan orang
lain
3. Semangat yang kuat untuk melakukan: a)
silaturahim; b) amanah (integritas); c)
husnuzhon (selalu berbaik sangka);
Model Pembangunan Manusia Seutuhnya …
Makanan enak
dan olahraga
Sains dan
Teknologi
PQ Sehat (Fisik, Jasad)
IQ Tinggi (Intelektual)
Kaya Tapi Tidak
Bahagia
Karakter Negatif yang
Dominan
EQ dan SQ
Tdk
Dikembangkan
EQ Rendah
(Emosional)
SQ Rendah (Spiritual)
Cemas, Sombong, dll.
Tidak Percaya Tuhan
Ego yang Tinggi
Model ini
menggambarkan
tentang tidak hadirnya
keseimbangan antara
kecerdasan IQ, EQ,
dan SQ dalam diri
seseorang hingga ia
terjangkiti penyakit
batin yang akut. Hidup
pun tidak pernah
menemukan dan
meraih kebermaknaan
yang sesungguhnya.
Kondisi inilah yang
dialami manusia
modern.
Model Pembangunan Manusia Seutuhnya …
Makanan enak
dan olahraga
Sains dan
Teknologi
PQ Sehat (Fisik, Jasad)
IQ Tinggi (Intelektual)
Bahagia, Hayâtan
Thoyyibah
Karakter Positif yang
Dominan
Dzikir,
Kontemplasi
EQ Tinggi (Emosional)
SQ Tinggi (Spiritual)
Sosio-etika (Amanah,
dll.)
Teo-etika (Takwa, dll.)
Psiko-etika (sabar, dll.)
Model ini
menggambarkan
tentang hadirnya dan
kuatnya keseimbangan
antara kecerdasan IQ,
EQ, dan SQ dalam diri
seseorang hingga ia
batinnya terbebas dari
penyakit batin. Hidup
pun menemukan dan
meraih kebermaknaan
yang sesungguhnya.
Kondisi seperti inilah
yang ideal untuk
manusia modern yang
utuh.
Pemahaman
Agama
Absolutisme: Etika berlaku mutlak karena berlaku secara unibersal, di
manapun, kapan pun, dan oleh siapa pun. Sebab, masyarakat menganut dan
mengikuti aturan-aturan normatif yang dilaksanakan dengan kesepakatan
bersama dalam rangka melestarikan kehidupan masyarakat. Tokoh Pemikir:
Immanuel Kant dan James Rachel.
Etika
Absolutisme versus Relativisme Etika …
Relativisme: Etika tidak memiliki prinsip dan nilai moral yang berlaku umum
dan mutlak. Sebab, prinsip dan nilai moral yang dianut dan berlaku dalam
kehidupan masyarakat berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisi di
tempat mereka berada. Jelasnya, kebudayaan dan adat kebiasaan yang
berbeda menghasilkan prinsip etika yang berbeda pula. Tokoh Pemikir:
Joseph Fletcher.
Hingga kini masih terdapat perbedaan pendapat (baca: ikhtilaf) dan perbedaan pandangan tentang
posisi etika: apakah bersifat absolut-mutlak ataukah relatif.
Teori Egoisme mengacu
pandangan seseorang dalam
menempatkan diri di tengah
dan terhadap orang lain.
Egoisme dibagi dua:
egoisme psikologis dan
egoisme etis.
Teori-Teori Etika: Egoisme
Egoisme Psikologis menjelaskan bahwa semua tindakan
manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (selfish).
Menurut teori ini, tindakan ada tindakan “altruisme”. Sebab,
setiap orang bertindak selalu atas dasar motivasi tertentu
terhadap sesuatu. Sebaliknya, Egoisme Etis adalah tindakan
yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri (self interest).
Jadi, pembeda antara “Egoisme Psikologis” dan “Egoisme
Etis” adalah “akibat apa yang dialami oleh orang lain”.
“Egoisme Psikologis” (berkuat diri) bersikap
mengabaikan atau bahkan cenderung merugikan
orang lain; sedangkan “Egoisme Etis”
(mementingkan diri) tidak selalu merugikan
kepentingan orang lain. “Egoisme Psikologis”
berbasis ketamakan dan kerakusan. “Egoisme
Etis” berbasis kebutuhan pribadi.
Teori-Teori Etika: Egoisme …
• “Egoisme Etis” tidak beranggapan bahwa seseorang harus membela kepentingannya sendiri atau
kepentingan orang lain;
• “Egoisme Etis” hanya berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah membela kepentingan diri;
• “Egoisme Etis” memang membela kepentingan diri, tapi ia tidak menyatakan bahwa seseorang
tidak perlu membela atau menolong orang lain;
• Bagi “Egoisme Etis”, tindakan menolong orang lain dianggap sebagai tindakan untuk menolong diri
karena, boleh jadi, tindakan itu langsung atau tidak langsung bertautan dengan kepentingan diri
sehingga memberi pertolongan kepada seseorang sama dengan menolong diri sendiri.
• Bagi “Egoisme Etis”, keuntungan yang diperoleh seseorang karena bantuan seseorang bukanlah
alasan untuk “menjudge” bahwa tindakan itu benar; sebuah tindakan dikatakan benar jika pada
akhirnya memberi keuntungan kepada orang yang memberi pertolongan.
“Egoisme Etis” berbasis kebutuhan pribadi, dan karena itu, prinsip ini lebih mementingkan diri. Sikap
“mementingkan diri” berbeda dengan sikap “berkutat diri”. Berikut adalah beberapa pokok pikiran
atau pandangan “Egoisme Etis”.
Teori-Teori Etika: Egoisme …
• Konsep “altruisme” memiliki beberapa kelemahan: a) tindakan menghancurkan diri; b) gangguan
ofensif bagi kepentingan diri; c) merendahkan martabat dan kehormatan si penerima;
• Pandangan tentang kepentingan diri, bukan berkutat diri, merupakan pandangan yang sesuai
dengan moralitas akal sehat.
Seperti layaknya teori lain, Teori Egoisme pun mendapatkan dukungan, sekaligus penentangan.
Kehadiran pendukung dan penentang merupakan sebuah keniscayaan. Berikut adalah beberapa
alasan yang dikemukakan pada pendukung:
• Teori yang dikemukakan “Egoisme” terbukti tak mampu memecahkan konflik kepentingan (conflict
of interest). Dalam hal ini, aturan dan kaidah moral sangat diperlukan karena berbagai kepentingan
seringkali bertabrakan.
• Konsep yang dikemukakan “Egoisme” itu sewenang-wenang. Sebab, pemilik kepentingan pasti
mendahulukan apa yang menjadi kepentingannya. Praktek ini bisa menjadi penyebab awal
munculnya rasisme.
Sementara para penentangnya mengemukakan dua alasan berikut:
Teori-Teori Etika: Utilitarianisme …
“Utilitarianisme” (asal kata: utility, bermanfaat atau berguna). Menurut “Utilitarianisme”, sebuah
tindakan dikatakan baik jika tindakan itu membawa atau mendatangkan manfaat sebanyak mungkin
bagi anggota masyarakat, “the greatest happiness of the greatest numbers”. Jadi, ukuran baik
atau tidaknya suatu tindakan dapat dilihat dari tiga hal: akibat, konsekuensi, dan tujuan dari
tindakan itu. Ada nama lain dari Teori “Utilitarianisme”, yaitu Teori Teleologis. Kata “Teleologis”
berarti tujuan (Bertens, 2000). Tokoh pendukung: David Hume dan Jeremy Bentham.
• “Egoisme Etis” melihat dari sudut pandang
kepentingan individu;
• “Utilitarianisme” melihat dari sudut pandang
kepentingan yang banyak, kepentingan bersama
atau kepentingan masyarakat, “the greatest
happiness of the greatest numbers”.
Adakah perbedaan yang mendasar antara “Egoisme” dan “Utilitarianisme”? Perbedaan mendasar
antara “Egoisme” dan “Utilitarianisme” terletak pada “siapa yang memperoleh manfaat”.
Teori-Teori Etika: Utilitarianisme …
• Menurut “Utilitarianisme”, tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya:
akibat, tujuan, atau hasil yang diperoleh;
• Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, salah satu parameternya yang terpenting untuk dilihat
adalah jumlah kebahagiaan atau ketidakbahagiaan yang dirasakan;
• Kesejahteraan hidup setiap orang merupakan sesuatu yang sangat penting dan karena itu harus
menjadi bahan pertimbangan apa pun.
Secara garis besar, Teori “Utilitarianisme” memiliki beberapa pandangan. Pandangan itu terangkum
dalam ringkasan berikut:
• “Utilitarianisme” hanya mampu menekankan tujuan atau manfaat pada pencapaian kebahagiaan
yang duniawi (materialis), dan mengabaikan aspek ruhani (spiritual).
• “Utilitarianisme” mengorbankan prinsip keadilan (equity) dan hak individu demi keuntungan
sebagian besar orang.
Sebagaimana Teori “Egoisme”, Teori “Utilitarianisme” pun mendapatkan kritikan:
Teori-Teori Etika: Deontologi …
Kata “deontologi” berasal dari dua kata yang digabungkan: “deon” dan “logos”. Kata “deon”
(bahasa Yunani) artinya kewajiban (Bertens, 2000). Paham “deontologi” mulai dikenal
tatkala Immanuel Kant (1742-1804) memopulerkannya, dan didukung oleh banyak filosof
lainnya, seperti Anscombe and Peter Geach (Rachel, 2004)
• Menurut “Egoisme” dan “Utilitarianisme”, baik atau buruknya suatu tindakan berasal
atau disebabkan oleh “akibat, konsekuensi, dan tujuan” dari tindakan tersebut. Suatu
tindakan disebut “etis” jika ia bermanfaat untuk individu (Egoisme), atau untuk
kepentingan masyarakat (Utilitarianisme alias Teleologis).
• Menurut “Deontologi”, etis atau tidaknya suatu
tindakan “tidak ada kaitannya sama sekali dengan
tujuan, konsekuensi atau akibat dari tindakan
tersebut”. Artinya, konsekuensi dari suatu tindakan
tidak boleh menjadi pertimbangan untuk menilai etis
atau tidaknya suatu tindakan.
Teori-Teori Etika: Deontologi …
Imperative Hypothesis: Etika berlaku mutlak karena berlaku secara unibersal, di
manapun, kapan pun, dan oleh siapa pun. Sebab, masyarakat menganut dan
mengikuti aturan-aturan normatif yang dilaksanakan dengan kesepakatan bersama
dalam rangka melestarikan kehidupan masyarakat. Tokoh Pemikir: Immanuel Kant
dan James Rachel.
Deontologi
Imperative Catagories: Etika tidak memiliki prinsip dan nilai moral yang berlaku
umum dan mutlak. Sebab, prinsip dan nilai moral yang dianut dan berlaku dalam
kehidupan masyarakat berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisi di tempat
mereka berada. Jelasnya, kebudayaan dan adat kebiasaan yang berbeda akan
menghasilkan prinsip etika yang berbeda pula. Tokoh Pemikir: Joseph Fletcher.
1. Kalau Anda ingin menjadi sarjana akuntansi, Anda harus (ought) memasuki Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi.
2. Kalau Anda ingin menjadi pemain sepak bola yang berhasil, Anda harus rajin berlatih sepak
bola.
3. Kalau Anda ingin berhasil dalam studi, Anda harus rajin belajar.
• Teori “Egoisme” dan “Utilitarianisme”: kebaikan moral memiliki kaitan yang sangat erat
dengan tujuan seseorang dalam melakukan sebuah kebaikan;
• Teori “Deontologi”: kebaikan moral seseorang harus terbebas dari tujuan apa pun,
termasuk tujuan karena perintah Tuhan, kecuali karena kewajiban itu sendiri.
Teori-Teori Etika: Deontologi …
Imannuel Kant berpendapat: “Bertindaklah sedemikian rupa sehingga prinsip kehendakmu
sekaligus dapat menjadi prinsip pemberian hukum umum. Kewajiban moral harus
dilaksanakan demi kewajiban itu sendiri, bukan karena keinginan untuk memperoleh tujuan
kebahagiaan, bukan pula karena kewajiban moral itu diperintahkan oleh Tuhan”.
Kritik:
• Teori Kant ,“Deontologi”, dibangun atas rasional semata-semata, hanya untuk memenuhi
kewajiban itu sendiri;
• Kebaikan moral harus mengabaikan tujuan, termasuk tujuan karena perintah Tuhan—
langsung atau tidak langsung, teori ini mengabaikan eksistensi Tuhan, tujuan tertinggi.
Menurut Teori Hak (Right Theory), suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik apabila tindakan
tersebut sesuai dengan hak asasi manusia (HAM). Pemikirnya adalah Immanuel Kant.
Teori-Teori Etika: Teori Hak …
Bagi Bertens (2000), teori hak merupakan salah satu aspek dari Teori Deontologi (Teori
Kewajiban). Sebab, hak dan kewajiban tidak dapat dipisahkan. Sesuatu hak seseorang berarti
menjadi kewajiban bagi orang lain. Demikian pula sebaliknya.
Sumber Otoritas Hak Asasi Manusia (Weiss, 2006)
1. Hak hukum (legal right): hak yang didasarkan atas sistem
yuridiksi hukum suatu negara, yang sumber tertingginya adalah
UUD.
2. Hak moral atau kemanusiaan (moral or human right): hak yang
berkaitan individu dan kepentingannya, selama hak itu tidak
melanggar hak orang lain.
3. Hak kontraktual (contractual right): hak yang mengikat individu
melalui kesepakatan atau kontrak bersama yang di dalamnya
tercantum hak dan kewajiban setiap individu.
Teori-Teori Etika: Teori Hak …
1. Hak untuk hidup
2. Hak untuk berkeluarga dan melanjukan keturunan
3. Hak untuk memperoleh keadilan
4. Hak untuk kebebasan pribadi
5. Hak atas rasa aman
6. Hak atas kesejahteraan
7. Hak untuk turut serta dalam pemerintahan
8. Hak wanita
9. Hak anak
Sebagai bagian dari PBB, Indonesia terikat dengan konsensus Hak Asasi Manusia (HAM)
sebagaimana yang diatur oleh Declaration of Human Right. Untuk menindaklanjuti
masalah itu, pemerintah menetapkan dan memberlakukan Undang-Undang No. 39 Tahun
1999 tentang HAM di Indonesia.
Hak-hak warga negara yang diatur oleh UU No. 39 Tahun 1999 ini meliputi:
Karakter atau sifat utama adalah disposisi secara sifat-watak yg melekat dan dimiliki oleh seseorang
yang dengannya memungkinkannya untuk selalu bertingkah laku yang secara moral dinilai baik.
Sebaliknya, mereka yang selalu melakukan tingkah laku buruk secara moral disebut “manusa hina”
(Bertens, 2000).
Teori-Teori Etika: Teori Keutamaan (Virtue Theory) …
Teori Keutamaan (Virtue Theory) berangkat dari konsep manusia utama—Dr. Muhammad Iqbal
menyebutnya “manusia khudhu”, insan kamil. Jelasnya, Teori Keutamaan menjadikan sifat-sifat
atau karakter yang harus dimiliki oleh sesorang agar dapat disebut sebagai “manusia utama”, dan
juga sifat-sifat atau karakter yang mencerminkan karakter “manusia hina”. Pemikir Teori
Keutamaan: Aristoteles dan Ertens.
Sifat arif-bijak (hikmah);
bersikap dan bertindak adil;
rendah hati; tulus tanpa batas;
dan sederhana.
Manusia Mulia;
Insan Kamil;
Manusia Khudhu
1. Teori Egoisme: tindakan disebut etis jika ia memenuhi kepentingan pribadi (self-
interest);
2. Teori Utilitarianisme: tindakan disebut etis jika ia mampu memberikan manfaat bagi
orang yang bersangkutan.
3. Teori Keutamaan: tindakan disebut etis jika mencerminkan kemuliaan karakter orang
yang bersangkutan, yang secara moral dinilai baik.
Ada perbedaan yang mendasar antara Teori Egoisme, Teori Utilitarianisme, dan Teori
Keutamaan.
Teori-Teori Etika: Teori Keutamaan (Virtue Theory) …
Karakter
Kebiasaan Tindakan Berulang
Mind-Set
Tujuan Hidup/Visi
Self Belief
Knowledge
Experience
Teori-Teori Etika: Teori Etika Otonom …
Teori-teori sebelumnya (Teori Egoisme dan Teori Utilitarianisme yang lazim disebut
Teleologi (Konsekuensi), Teori Deontologi (Kewajiban), Teori Keutamaan (Virtue Theory),
seperti berbeda, padahal semuanya mempunyai kesamaan. Kesamaan tersebut terletak
pada kajian aspek moralitas. Dalam hal ini, moralitas hanya dikaji berdasarkan proses
penalaran atau akal manusia tanpa mengakui atau mengaitkannya dengan kekuatan tak
terbatas (Tuhan).
Moralitas dikatakan mutlak hanya apabila moralitas itu dikaitkan dengan tujuan tertinggi
umat manusia. Segala sesuatu yang bersifat mutlak tidak dapat diperdebatkan dengan
sekadar pendekatan rasional. Sebab, semua yang bersifat mutlak pasti melampaui tingkat
intelejensia atau kecerdasan rasional yang dimiliki manusia.
Para penggagas teori itu keliru dalam menafsirkan tujuan hidup manusia yang seolah-olah
hanya ditujukan pada kenikmatan duniawi-material. Mereka memiliki tujuan tertinggi, dan
Tujuan Tertinggi (Transenden) umat manusia hanya dapat dicapai bila potensi kecerdasan
tak terbatas yang dimilikinya dapat dimanfaatkan dengan maksimal.
1. Semua agama mengakui bahwa umat manusia memiliki tujuan yang tertinggi, yang
sifatnya Transenden, selain tujuan hidup di dunia, yaitu kehidupan akhirat, the afterlife.
2. Semua agama mengakui eksistensi Tuhan karena Dialah sumber kekuatan tak terbatas
yang mengatur dan mengelola alam raya ini.
3. Etika bukan saja diperlukan untuk mengatur perilaku hidup manusia di dunia, tetapi juga
salah satu syarat mutlak untuk mencapai tujuan akhir atau tujuan tertinggi umat manusia.
Tujuan tertinggilah inilah yang terpenting.
4. Semua agama mempunyai ajaran moral-etika yang bersumberdari kitab suci. Di
dalamnya terdapat prinsip-prinsip etika yang bersifat universal-mutlak dan spesifik.
Teori-Teori Etika: Teori Etika Otonom …
Teori Teonom Berbasis Ilahi. Menurut Teori Teonom, karakter moral manusia ditentukan
secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya dengan kehendak Allah. Perilaku manusia
dianggap baik secara moral jika sesuai dengan kehendak Allah. demikian pula sebaliknya.
Ada empat persamaan yang sangat fundamental antara filsafat etika di semua agama:
Teori Etika dan Paradigma Hakikat Manusia…
Teori Paradigma
Berpikir
Kriteria Etis Tujuan Hidup Hakikat Manusia dan
Kerdasaran
Egoisme Tujuan dari sebuah
tindakan
Memenuhi kepentingan
pribadi
Kenikmatan duniawi secara
individu
Hakikat tidak utuh (PQ,
IQ)
Utiliarianisme Tujuan dari sebuah
tindakan
Mampu memberi banyak
manfaat pada semua
orang
Kesejahteraan dunia
kehidupan masyarakat
Hakikat tidak utuh (PQ,
IQ, EQ)
Deontologi Tindakan itu sendiri Kewajiban mutlak yang
harus dilakukan setiap
orang
Demi kewajiban itu sendiri,
tidak lebih.
Hakikat tidak utuh (IQ,
EQ)
Teori Hak Tingkat kepatuhan
yang kuat terhadap
HAM
Aturan yang ketat tentang
HAM
Demi martabat kemanusiaan Hakikat tidak utuh (IQ)
Teori
Keutamaan
Disposisi karakter Karakter positif dan negatif
individu
Kebahagiaan duniawi dan
mental
Hakikat tidak utuh (EQ,
IQ)
Teori Teonom Disposisi karakter
dan tingkat
keimanan
Karakter mulia dan
kepatuhan terhadap firman
Tuhan atau kitab suci
Kebahagiaan dunia dan
uknrowi
Hakikat yang utuh (PQ,
IQ, EQ, dan SQ)
Hakikat Ekonomi …
Istilah "ekonomi" berasal dari bahasa Yunani yaitu “oikos” (keluarga, rumah tangga) dan “nomos”
(peraturan, aturan, hukum, distribusi). Jadi, secara garis besar, “ekonomi” artinya "aturan rumah
tangga" atau "manajemen rumah tangga." Adapun “ahli ekonomi” atau ekonom adalah orang yang
menggunakan konsep ekonomi, dan data dalam bekerja.
Kata "ekonomi“, untuk pertama kali, digunakan pada karya tulis yang dibuat oleh sebuah gereja pada
tahun 1440 M. Namun, saat itu, kata "ekonomi“ hanya digunakan untuk menggambarkan sistem
pengelolaan atau administrasi—makna yang sangat sederhana.
Kini, kata “ekonomi” digunakan sebuah sistem yang
digunakan di sebuah negara atau wilayah, yang baru
berkembang pada abad ke-19 atau ke-20. Maat ini,
makna yang lazim digunakan untuk menyebut kata
“ekonomi” menunjuk pada salah satu ilmu sosial yang
mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan
produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap baraang dan
jasa.
Hakikat Ekonomi …
Mikro: mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan, serta penentuan
harga pasar dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang
diperjualbelikan, serta meneliti cara keputusan dan perilaku ekonomi
memengaruhi permintaan dan penawaran atas barang dan jasa yang akan
menentukan harga; dan cara harga menentukan penawaran dan permintaan
barang dan jasa.
Ekonomi
Makro: Membahas aktivitas ekonomi secara keseluruhan, terutama
mengenai konsumsi, tabungan, pertumbuhan, ekonomi, inflasi,
pengangguran, neraca perdagangan, kurs valuta asing, dan berbagai
kebijakan perekonomian yang berhubungan, serta dampak atas beragam
tindakan pemerintah (misalnya perubahan tingkat pajak) terhadap hal-hal
tersebut.
Hakikat Ekonomi: Asumsi Dasar …
Kebutuhan manusia
yang tak terbatas (the
unlimited needs)
Sumber daya yang
sangat terbatas (the
scarce resources)
Upaya menemukan proses atau
metode eksplorasi dan ekploitasi
yang tepat sasaran (efektif), dan
tepat guna (efisien)
Perolehan (feedback) atau manfaat
(benefit) yang didapat oleh manusia
untuk menyejahterakan hidupnya
melalui pengelolaan sumber daya.
Hakikat Ekonomi: Paradigma Ekonomi Modern …
Manusia adalah
makhluk ekonomi
(homo economicus)
Paradigma
Ekonomi
Manusia memiliki
kebutuhan hidup yang
tak terbatas (the
unlimited needs).
Untuk merealisasikan
dan mewujudkan
kebutuhan hidupnya,
manusia bertindak
logis-rasional,
konsisten.
Meraih kekayaan material dan
melupakan tujuan spiritual
Meyakini kekuatan pikiran logis-
rasional, dan mengabaikan
kekuatan transendental.
Manusia cenderung tamak-serakah
hingga menimbulkan petaka bagi
lingkungan sekitarnya
D
A
M
P
A
K
Etika dan Sistem Ekonomi …
Sistem Ekonomi Kapitalis: “core value” pada pemberian kebebasan individu
untuk memiliki, mengumpulkan, dan mengusahakan kekayaan secara
individu. Tokoh Penting: John Lock dan Adam Smith.
Sistem
Ekonomi
Sistem ekonomi jaringan berbagai unsur yang terdiri atas pola pikir, konsep, teori, asumsi dasar,
kebijakan, infrastruktur, institusi, seperangkat hukum, pemerintahan, negara, rakyat, dan unsur
lainnya yang saling terkait dengan tujuan utama meningkatkan produksi dan pendapat masyarakat.
Sistem Ekonomi Komunis: “core value” terletak pada pembatasan hak setiap
individu untuk memiliki dan menguasai modal dan alat-alat produksi—karena
ia harus dikuasai oleh masyarakat (melalui negara).
Sistem Ekonomi Pancasila: “core value” terletak pada aplikasi sila-sila pada
Pancasila sebagai dasar negara: a) mewujudkan masyarakat yang adil dan
sejahtera, sila ke 5; b) landasan operasionalnya: sila ke 1, ke 2, ke 3, ke 4.
Etika dan Sistem Ekonomi: Kapitalis …
Peletak dasar sistem ekonomi kapitalis adalah John Lock (1632-1704)
dengan Teori Kebebasan (Liberalisme) sebagai jargonnya. Konsep utamanya
adalah Life, Freedom, and Property (Bertens, 200).
Ekonomi
Kapitalis
Adam Smith (1723-1790) menjadi pelopor ilmu ekonomi modern yang
melalui karyanya “The Wealth of Nations” menggambarkan dasar-dasar
perdagangan bebas dan kapitalisme. Teori ekonominya berbasis “laissez-
faire”: hak individu untuk memengaruhi kemajuan ekonomi diri sendiri
dengan bebas, tanpa dikendalikan oleh perkumpulan dan atau negara. Ciri
utamanya: liberalisme kepemilikan dan dukungan ekonomi pasar bebas.
Konsep pendukung: “invisible hand”, yaitu bahwa mekanisme penetapan
harga harus dibiarkan untuk bergulir dan diatur secara alamiah oleh kekuatan
permintaan (demand) dan penawaran (supply), dan pemerintah dilarang
intervensi dalam mekanisme penetapan harga pasar.
Etika dan Sistem Ekonomi: Kapitalis …
• Pemanasan global (global warming)
dan kerusakan lingkungan;
• Ketidakadilan dalam distribusi kekayaan
dan kesenjangan ekonomi yang sangat
tajam;
• Potensi dan ancaman terjadinya konflik
antarnegara;
• Masalah sosial yang semakin besar:
kemiskinan, pengangguran;
• Korupsi, kejahatan kerah putih (white
collar crime), dan penyalahgunaan
kekuasan (abuse of power);
• Narkoba, kebebasan seks,
pembunuhan, dan kriminalitas lainnya;
• Gaya hidup hedonis dan konsumtif;
• Dampak psikologis: stres, bunuh diri,
split personality.
Kekayaan perusahaan
yang sangat besar dan
melebihi pendapatan
negara yang sedang
berkembang
“Hasil
Karya”
Ekonomi
Kapitalis
Kekuasaan para pemilik
modal yang melebihi
batas-batas wilayah suatu
negara dan cenderung
mengembamgkan
hegemoni dan
pengendalian terhadap
pemerintah suatu negara. D
A
M
P
A
K
Etika dan Sistem Ekonomi: Komunis …
Peletak dasar sistem ekonomi komunis adalah Karl Marx (1818-1883).
Analisis Karl Marx yang menjadi cikal bakal ekonomi komunis berpijak
pada konsep pertentangan kelas. Menurutnya, “sejarah perkembangan
berbagai masyarakat hingga saat ini, pada dasarnya, adalah sejarah
pertentangan kelas”.
Ekonomi
Komunis a. Latar belakang teori “sejarah pertentangan kelas” adalah penindasan
yang dilakukan oleh kelompok kecil pengusaha atau para pemodal
terhadap kelompok mayoritas buruh yang menjadi tulang punggung
kegiatan ekonomi.
b. Kelompok pemodal yang menguasai alat-alat produksi dan modal
semamkin. Sebaliknya, mayoritas buruk yang tak bermodal semakin
tertindas.
Etika dan Sistem Ekonomi: Komunis …
• Hilangnya hakikat manusia yang utuh.
Sebab, komunis meniadakan konsep
transendental dan hanya mengandalkan
kekuatan nalar-logika untuk memecahkan
persoalan hidup.
• Tidak mengakui adanya alat-alat produksi
dan hak milik individu. Di sisi lain, aparat
diberi otoritas penuh dan tak terbatas (atas
nama rakyat) untuk mengatur pengelolaan
dan penggunaan untuk kepentingan
bersama.
• Hilangnya semangat berkompetisi dan
meningkatkan produktivitas kerja. Sebab,
konsep yang diterapkan adalah PBPS—
pintar dan bodoh pendapatan sama.
• Kemakmuran bersama tidak terwujud.
Sebab, pemborosan anggaran negara oleh
aparat pemerintah.
Setiap individu dilarang
menguasai modal dan alat-
alat produksi
“Asumsi
Dasar”
Ekonomi
Komunis
G
A
G
A
L
Alat-alat produksi dan
modal harus dikuasai oleh
masyarakat melalui
negara untuk
menghilangkan eksploitasi
sekelompok orang
terhadap kelompok lain.
Kemakmuran milik seluruh
masyarakat, bukan milik
orang per orang.
Etika dan Sistem Ekonomi: Pancasila …
Ekonomi yang berbasis
kepercayaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa sebagai pilar
yang mewarnai seluruh aspek
kehidupan berbangsa dan
bernegara.
“Asumsi
Dasar”
Ekonomi
Pancasila
Menegaskan tentang perlunya
menciptakan keadilan dan
kebersamaan.
Hak dan kebebasan individu
dihargai sepanjang tidak
mengganggu hak orang lain.
T
A
R
G
E
T
Terwujudnya manusia Indonesia
seutuhnya dan membangun
masyarakat Indonesia seluruhnya.
Menciptakan keselarasan,
keserasian, keseimbangan, dan
kebulatan yang utuh dalam
seluruh kegiatan pembangunan:
unsur manusia, sosial budaya,
dan unsur lainnya dengan porsi
perhatian yang seimbang.
Etika dan Sistem Ekonomi: Benefit dan Kerugian …
Manfaat dan kerugian yang
dihadapi, dirasakan, dan
dialami oleh orang lain Indikator untuk
menilai baik atau
buruknya suatu
tindakan jika dilihat
dari konsep “Hakikat
Manusia Utuh” atau
“Manusia Mulia”.
Kemampuan sebuah tindakan
atau perilaku untuk dapat
menciptakan kebahagiaan
individu dan menemukan
makna hidup sesungguhnya
Kemampuan sebuah tindakan
atau perilaku untuk dapat
meningkatkan keimanan dan
kesadaran spiritual
Pengertian dan Peranan Bisnis …
Bisnis adalah usaha yang dijalankan yang tujuan utamanya adalah meraih
keuntungan (Kasmir dan Ja’far, 2012: 7).
Hakikat
Bisnis
Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang
berkecimpung di bidang perniagaan dan industri yang menyediakan barang
dan jasa untuk kebutuhan mempertahankan dan memperbaiki standar,
kualitas, hidup mereka (Raymond dalam Umar, 2005: 3).
Bisnis adalah organisasi yang menyediakan barang atau jasa dengan
maksud mendapatkan laba (Grififin dan Ebert, 2007: 4).
Bisnis adalah seluruh aktivitas dan usaha untuk mencari keuntungan
dengan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan bagi sistem
perekonomian, beberapa bisnis memproduksi barang berwujud sedangkan
yang lain memberikan jasa (Louis E. Boone, 2007: 5).
Bisnis dan Sudut Pandang Etika …
Pandangan Praktis-Realistis:
Bisnis adalah aktivitas produksi dan
distribusi barang sebagai sarana
mencari dan meraih keuntungan
(profit)
Sudut
Pandang
Bisnis
Pandangan Idealistis:
Bisnis adalah aktivitas menghasilkan
dan mendistribusikan barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, sedangkan keuntungan
yang diperoleh merupakan
konsekuensi logis dari kegiatan itu.
without
competition
with
competition
Bisnis dan Sudut Pandang Etika …
Kriteria Etis Fokus
Individu Perusahaan Masyarakat
Egoisme (pendekatan
berpusat pada
kepentinan diri, self-
interest)
Kepentingan diri
(self-interest)
Kepentingan
perusahaan
(company-
interest)
Efisiensi
ekonomi
Benevolence
(pendekatan berpusat
pada kepentingan
orang lain)
Kepentingan
bersama
(friendship)
Kepentingan tim
(team-interest)
Tanggung
jawab sosial
(social
responbility)
Principles (pendekatan
berpusat pada
integritas)
Moralitas
pribadi
(personal
morality)
Prosedur dan
peraturan
perusahaan
Kode etik dan
hukum
Budaya etis
merupakan
pemahaman tak
terucap dari semua
karyawan/pelaku
bisnis tentang perilaku
yang dapat dan tidak
dapat diterima
(Lawrence, Weber,
and Post, 2005).
Dimensi Bisnis: Ekonomi …
Ekonomi: Bisnis adalah kegiatan produktif dengan tujuan memperoleh keuntungan (profit).
Keuntungan diperoleh dari penghasilan (revenue) dikurangi harga pokok penjualan (cost of goods
sold) dan biaya yang dikeluarkan (expenses).
Profit =
Revenue – (Cost of Goods Sold + Expenses)
expired cost of assets
Harta yang dikorbankan untuk
menciptakan penjualan
unexpired cost
Harta sebagai sumber daya
ekonomi yang dimanfaatkan untuk
menciptakan penjualan
Kalangan “ekonom” menyebutnya sebagai faktor-faktor
produksi: tanah, tenaga kerja, modal, dan wirausahawan.
Kesadaran hewani (egoisme): tindakan dianggap etis bila tindakan itu
memberi manfaat atau menguntungkan bagi diri, dan dianggap tidak etis
jika ia merugikan.
Ukuran
Penilaian
Etis dalam
Bisnis
Dimensi Bisnis: Etis …
Kesadaran manusia (utilitarianisme): tindakan dianggap etis jika tindakan
itu memberi manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat, dan dianggap
tidak etis bila menimbulkan kerugian bagi masyarakat, sekalipun ia
menguntungkan secara pribadi.
Kesadaran spiritual: tindakan dianggap etis jika ia memberi manfaat dan
menguntungkan bagi diri, masyarakat, dan alam, serta sesuai pula
dengan ajaran atau perintah agama. Sebaliknya, ia dianggap rugi jika
bertentangan dengan ketiganya: individu, masyarakat, dan agama.
Bisnis adalah kegiatan produktif, yaitu
menghasilkan dan mendistribusikan
barang dan jasa untuk kebutuhan
seluruh umat manusia sebagai media
untuk menciptakan kehidupan yang
sejahtera, baik lahir maupun batin.
Bisnis dari
Sudut
Pandang
Etika
Dimensi Bisnis: Etis …
Bisnis harus dapat memberikan
manfaat dari profit atau keuntungan
yang diperoleh, dengan tetap
memperhatikan dampak negatif yang
mungkin timbul terhadap masyarakat
dan lingkungan ekologi yang ditempati.
Kegiatan bisnis
bersesuaian dengan
kesadaran hewani,
manusia, dan spiritual.
Kegiatan bisnis harus
tetap memperhatikan
dampak yang mungkin
timbul
Legal Creator: perusahaan diciptakan
oleh legal-formal yang diberlakukan oleh
negara dan, karena itu, ia menjadi badan
hokum yang di dalamnya terdapat hak
dan kewajiban perusahaan.
Bisnis dari
Sudut
Pandang
Hukum
Dimensi Bisnis: Hukum …
Legal Recognition: perusahaan
diciptakan oleh seseorang atau
sekelompok orang untuk memperoleh
keuntungan melalui produk yang
mereka buat
Perusahaan Negara:
fokus bisnisnya pada
pelayanan publik
Perusahaan Swasta:
fokus bisnisnya pada
perolehan untung
Dalam pandangan De George (Keraf, 1998), dari aspek hukum, bisnis perusahaan ditinjau dari
dua sisi: “legal creator” dan “legal recognition”.
Internal: sumber daya insani dan sumber
daya noninsani (uang, peralatan,
bangunan, mesin, dan sebagainya).
Elemen
Bisnis
Perusahaan
Dimensi Bisnis: Sosial …
Eksternal: sumber daya insani (pemasok,
pelanggan, pemodal, pemerintah,
masyarakat); sumber daya noninsani
(alam, teknologi, sistem, dll.)
Dari aspek sosial,
perusahaan didirikan
untuk menciptakan
barang dan jasa yang
diperlukan masyarakat,
sedangkan keuntungan
akan datang dengan
sendirinya bila
perusahaan mampu
melayani kebutuhan
masyarakat.
Kaidah Dasar:
Dahulukan kepentingan publik (sesuai dengan
selera publik), perusahaan tidak saja “exist” dan
“survive”, bahkan pasti bisa “sustain”.
God Devotion: para pemangku
kepentingan (stakeholders)
menyadari bahwa bisnis merupakan
bagian dari ibadah.
Paradigma
Bisnis
Dimensi Bisnis: Sosial …
Prosperity Society: tujuan bisnis
adalah untuk menciptakan
kesejahteraan hidup bagi semua
pemangku kepentingan dan
masyarakat.
Planet Conservation: pelaksanaan
atau operasionalisasi kegiatan bisnis
harus mampu memberi jaminan bagi
tetap lestarinya alam.
Profit
God Devotion, al
‘Ibâdah
Prosperity Society,
Hablun min an Nâs
Planet Conservation,
Ihtifâzh al ‘Alâm
Bisnis dan Teori Pemangku Kepentingan …
The capitalism as we know it today-an amoral culture of short-term self-interest, profit maximization,
emphasis on shareholder value, isolationist thinking, and profligate disregard of long-term
consequences. Based on narrow assumptions about human nature and motivation, this system is
unsustainable, a monster set to consume itself. The alternative is "spiritual capital"—a values-based
business culture in which wealth is accumulated in order to generate a decent profit while
acting to raise the common good. Rather than emphasizing shareholder value, spiritual capital
emphasizes "stakeholder value," where stakeholders include the whole human race, present and
future, and the planet itself. Spiritual capital nourishes and sustains the human spirit.
Pengelolaan perusahaan memiliki beragam pandangan. Dua pandangan yang kini menonjol adalah
“enlightened company” (dikemukakan oleh Hansen and Allen, 2009) dan “spiritual company”
(dikemukakan oleh Zohar and Marshal, 2004).
Hansen and Allen (2009) suggest that greed on its own is not enough to become rich - though I
can think of any number of millionaires who might disagree. What is required is an "enlightened"
approach to accumulating vast wealth, which means you have to be prepared to give as well as
to receive.
Teori Kepemilikan, Proprietary Theory: Perusahaan merupakan “agen,
perwakilan atau susunan melalui wirausahawan individual atau
pengoperasi pemegang saham”, dan kelompok atau pemilik modal
sebagai pusat kepentingan terefleksi dalam cara memelihara catatan
akuntansi dan membuat laporan keuangan, dengan tujuan utama adalah
untuk menentukan dan menganalisis kekayaan bersih pemilik
Paradigma
Bisnis
Bisnis dan Teori Pemangku Kepentingan …
Teori Entitas, Entity Theory: Entitas (perusahaan) merupakan sesuatu
yang terpisah dan berbeda dari pihak yang menyediakan modal pada
entitas, dan, karena itu, unit bisnis (bukan pemilik) merupakan pusat
kepentingan akuntansi.
Teori Dana, Fund Theory: Memandang unit bisnis (bussines unit) terdiri
atas sumber daya ekonomi (dana), dan karena itu, ia memiliki kewajiban
dan restriksi terkait mengenai penggunaan sumber daya.
Paradigma
Bisnis
Bisnis dan Teori Pemangku Kepentingan …
Teori Komando, Command Theory: Pusat perhatiannya adalah mereka
yang memiliki kekuasaan atau wewenang untuk melakukan kontrol
ekonomi.
Teori Perusahaan, Enterprise Theory: peranan bisnis dilihat harus dilihat
secara menyeluruh, tidak hanya dari sisi kepentingan shareholder tapi
aspek sosial. Teori ini lazim disebut Stakeholder Theory.
Teori Ekuitas Sisa, Residual Equity Theory: Pemegang saham memiliki
ekuitas di perusahaan seperti pemegang saham ekuitas lainnya, tetapi
pemegang saham tidak dianggap sebagai pemilik. Di sini terdapat
hubungan khusus residual equity holder. Perubahan dalam penilaian
aktiva, laba bersih dan laba ditahan, dan perubahan dalam hak
pemegang ekuitas lain tercermin dalam “residual equity” pemegang
saham biasa.
Bisnis dan Teori Pemangku Kepentingan …
Pemangku kepentingan (stakeholders) adalah semua pihak (individu atau lembaga) yang turut
mempengaruhi keberadaan perusahaan dan atau dipengaruhi oleh tindakan-tindakan perusahaan
(Lawrence, Weber, and Post, 2005).
Stakeholder
Market Stakeholder, pemangku kepentingan pasar; “market
environment” (Baron, 2006); “kelompok primer” (Keraf, 1998).
Mereka adalah pelanggan, pemasok, pemodal, pemberi pinjaman, dan
karyawan.
Non-Market Stakeholder, pemangku kepentingan nonpasar. “non-
market environment” (Baron, 2006); “kelompok sekunder” (Keraf,
1998). Mereka adalah pemerintah, media massa, aktivis lingkugan
hidup, masyarakat lokal, akademisi.
Bisnis dan Teori Pemangku Kepentingan …
Perusahaan
Pemodal
Kelompok
Primer
Kelompok
Sekunder
Karyawan
Pelanggan
Pemasok
Masyarakat
Pemerintah
Media Massa
Aktivis LH
Tingkat
Kesadaran
Teori Etika Paradigma
Pengelolaan
Sasaran Perusahaan
Kesadaran
Hewani
• Teori egoisme
• Teori hak
• Paradigma
Kepemilikan
(proprietorship
Paradigm)
• Paradigma
Pemegang Saham
(stockholders
paradigm)
• Memperoleh kekayaan dan keuntungan optimal bagi
pengelola yang sekaligus merangkap sebagai pemilik
perusahaan
• Pengelola (manajemen sudah terpisah dari para
pemegang saham selaku pemilik perusahaan
• Sasaran perusahaan adalah memperoleh kekayaan
dan keuntungan optimal bagi para pemegang saham
Kesadaran
Manusiawi
• Teori Utilitariasme
• Teori keadilan
(fairness theory)
• Teori Kewajiban
(Deontologi)
• Teori Keutamaan
Paradigma ekuitas
(Equity paradigm)
Sasaran pengelolaan perusahaan untuk meningkatkan
kekayaan dan keuntungan para investor (pemegang
saham dan kreditur)
Paradigma Perusahaan
(Enterprise Paradigm)
Sasaran pengelolaan perusahaan adalah untuk
kesejahteraan seluruh masyarakat (semua pemangku
kepentingan (stakeholders)
Kesadaran
Transdental
Teori Teonom Paradigma Perusahaan
Tercerahkan
(Enlightened Company)
Tujuan pengelolaan perusahaan adalah sebagai bagian
dari ibadah kepada Tuhan melalui pengabdian tulus
untuk kemakmuran bersama dan menjaga kelestarian
Tingkat Kesadaran, Teori Etika, dan Paradigma Perusahaan …
Hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan berdasarkan
pendekatan pemangku kepentingan, antara lain:
• Lakukan identifikasi semua pemangku kepentingan, baik yang nyata maupun yang masih bersifat
potensial.
• Cari tahu kepentingan dan kekuasaanlompok pem setiap golongan pemangku kepentingan
• Cari tahu apakah ada koalisi kepentingan dan kekuasaan antar golongan pemangku kepentingan
tersebut.
Analisis Pemangku Kepentingan …
Keputusan diambil berdasarkan pertimbangan:
• Pemangku keputusan adalah pihak yang menerima manfaat
paling besar dari keputusan tersebut.
• Dampak kerugian yang menimpa pemangku kepentingan
hanya sedikit
• Keputusan yang diambil tidak membentur kepentingan dan
kekuasaan kelompok pemangku kepentingan yang dominan
Kepentingan dan Kekuasaan Kelompok Primer …
Pemangku Kepentingan Kepentingan (interest) Kekuasaan (power)
1. Pelanggan Memperoleh produk yang aman dan
berkualitas sesuai dengan yang
dijanjikan serta memperoleh
pelayanan yang memuaskan
Membatalkan pesanan dan membeli dari
pesaing.
Melakukan kampanye negatid tentang
perusahaan
2. Pemasok Menerima pembayaran tepat waktu
Memperoleh order secara teratur
Membatalkan atau memboikot order dan
menjual kepada pesaing.
3. Pemodal
• Pemegang saham
• Kreditur
Memperoleh deviden dan capital gain
dari saham yang dimiliki
Memperoleh penerimaan bunga dan
pengembalian pokok pinjaman sesuai
jadwal yang telah ditetapkan.
Tidak mau membeli saham perusahaan
Memberhentikan para eksekutif perusahaan
Tidak memberikan kredit
Membatalkan/menarik kembali pinjaman yang
telah diberikan.
4. Karyawan Memperoleh gaji/upah yang wajar
dan ada kepastian kelangsungan
perusahaan
Melakukan aksi unjukrasa / mogok kerja
Memaksakan kehendak melalui organisasi
buruh yang ada
Kepentingan dan Kekuasaan Kelompok Sekunder …
Pemangku
Kepentingan
Kepentingan (interest) Kekuasaan (power)
1. Pemerintah Mengharapkan perutumbuhan ekonomi dan
lapangan kerja
Memperoleh pajak
Menutup/menyegel perusahaan
Mengeluarkan berbagai perturan
2. Masyarakat Mengharapkan peran serta perusahaan dalam
program kesejahteraan masyarakat
Menjaga kesehatan lingkungan
Menekan pemerintah mellui unjuk rasa massal
Melakukan aksi kekerasan
3. Media Massa Menginformasikan semua kegiatan perusahaan
yang berkaitan dengan isu etika, nilai-nilai,
kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan
Memublikasikan berita negatif yang merusak citra
perusahaan.
4. Aktivis Lingkungan Kepedulian terhadap pengaru hpositif dan negatif
dari tindakan perusahaan terhadap lingkungan
hidup, HAM, dan sebagainya
Engampanyekan aksi boikot dengan memengaruhi
pemerintah, media massa dan masyarakat
Melobi pemerintah untuk membatasi/melarang
impor produk perusahaan tersebut bila merusak
lingkungan hidup atau melanggar HAM

More Related Content

What's hot

MATERI STUDI KELAYAKAN BISNIS.ppt
MATERI STUDI KELAYAKAN BISNIS.pptMATERI STUDI KELAYAKAN BISNIS.ppt
MATERI STUDI KELAYAKAN BISNIS.pptViviYosefriYanti
 
Makalah Budaya Organisasi
Makalah Budaya OrganisasiMakalah Budaya Organisasi
Makalah Budaya OrganisasiMuhammad Fajar
 
Psak 105 mudharabah
Psak 105 mudharabahPsak 105 mudharabah
Psak 105 mudharabahcitra Joni
 
Sistem Pengendalian Manajemen - Bab 6 - Transfer Pricing
Sistem Pengendalian Manajemen - Bab 6 - Transfer PricingSistem Pengendalian Manajemen - Bab 6 - Transfer Pricing
Sistem Pengendalian Manajemen - Bab 6 - Transfer PricingFergieta Prahasdhika
 
Pert. 5 teori pengukuran (kel. firdha ajeng)
Pert. 5 teori pengukuran (kel. firdha ajeng)Pert. 5 teori pengukuran (kel. firdha ajeng)
Pert. 5 teori pengukuran (kel. firdha ajeng)Rachmawati Putri
 
Makalah Bab 4 -pusat pertanggungjawab;pusat pendapatan dan beban
Makalah Bab 4 -pusat pertanggungjawab;pusat pendapatan dan bebanMakalah Bab 4 -pusat pertanggungjawab;pusat pendapatan dan beban
Makalah Bab 4 -pusat pertanggungjawab;pusat pendapatan dan bebanFox Broadcasting
 
Istilah dalam-akuntansi-dalam-bahasa-inggris
Istilah dalam-akuntansi-dalam-bahasa-inggrisIstilah dalam-akuntansi-dalam-bahasa-inggris
Istilah dalam-akuntansi-dalam-bahasa-inggrisNovi Khoiriawati
 
Haki hak atas kekayaan intelektual
Haki hak atas kekayaan intelektualHaki hak atas kekayaan intelektual
Haki hak atas kekayaan intelektualEga Jalaludin
 
Akuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso Weygant
Akuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso WeygantAkuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso Weygant
Akuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso WeygantAmalia Dekata
 
Perbedaan ekonomi islam dengan ekonomi umum
Perbedaan ekonomi islam dengan ekonomi umumPerbedaan ekonomi islam dengan ekonomi umum
Perbedaan ekonomi islam dengan ekonomi umumVillia Lokita
 
Laporan keuangan konsolidasi-metode ekuitas
Laporan keuangan konsolidasi-metode ekuitasLaporan keuangan konsolidasi-metode ekuitas
Laporan keuangan konsolidasi-metode ekuitasahmad aniq azharoni
 
Pertemuan ke 7
Pertemuan ke 7Pertemuan ke 7
Pertemuan ke 7padlah1984
 
Sistem Informasi Akuntansi
Sistem Informasi AkuntansiSistem Informasi Akuntansi
Sistem Informasi AkuntansiFerdy Pradana
 
Proses Pencatatan Transaksi
Proses Pencatatan TransaksiProses Pencatatan Transaksi
Proses Pencatatan TransaksiFair Nurfachrizi
 

What's hot (20)

MATERI STUDI KELAYAKAN BISNIS.ppt
MATERI STUDI KELAYAKAN BISNIS.pptMATERI STUDI KELAYAKAN BISNIS.ppt
MATERI STUDI KELAYAKAN BISNIS.ppt
 
Analisis Laporan Keuangan
Analisis Laporan KeuanganAnalisis Laporan Keuangan
Analisis Laporan Keuangan
 
Makalah Budaya Organisasi
Makalah Budaya OrganisasiMakalah Budaya Organisasi
Makalah Budaya Organisasi
 
Psak 105 mudharabah
Psak 105 mudharabahPsak 105 mudharabah
Psak 105 mudharabah
 
Sistem Pengendalian Manajemen - Bab 6 - Transfer Pricing
Sistem Pengendalian Manajemen - Bab 6 - Transfer PricingSistem Pengendalian Manajemen - Bab 6 - Transfer Pricing
Sistem Pengendalian Manajemen - Bab 6 - Transfer Pricing
 
Pert. 5 teori pengukuran (kel. firdha ajeng)
Pert. 5 teori pengukuran (kel. firdha ajeng)Pert. 5 teori pengukuran (kel. firdha ajeng)
Pert. 5 teori pengukuran (kel. firdha ajeng)
 
Makalah Bab 4 -pusat pertanggungjawab;pusat pendapatan dan beban
Makalah Bab 4 -pusat pertanggungjawab;pusat pendapatan dan bebanMakalah Bab 4 -pusat pertanggungjawab;pusat pendapatan dan beban
Makalah Bab 4 -pusat pertanggungjawab;pusat pendapatan dan beban
 
Istilah dalam-akuntansi-dalam-bahasa-inggris
Istilah dalam-akuntansi-dalam-bahasa-inggrisIstilah dalam-akuntansi-dalam-bahasa-inggris
Istilah dalam-akuntansi-dalam-bahasa-inggris
 
Etika bisnis
Etika bisnisEtika bisnis
Etika bisnis
 
Hukum Kepailitan
Hukum Kepailitan Hukum Kepailitan
Hukum Kepailitan
 
Haki hak atas kekayaan intelektual
Haki hak atas kekayaan intelektualHaki hak atas kekayaan intelektual
Haki hak atas kekayaan intelektual
 
Akuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso Weygant
Akuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso WeygantAkuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso Weygant
Akuntansi Menengah - Intermediate Accounting Kieso Weygant
 
Manajemen Kas
Manajemen Kas Manajemen Kas
Manajemen Kas
 
Perbedaan ekonomi islam dengan ekonomi umum
Perbedaan ekonomi islam dengan ekonomi umumPerbedaan ekonomi islam dengan ekonomi umum
Perbedaan ekonomi islam dengan ekonomi umum
 
Laporan keuangan konsolidasi-metode ekuitas
Laporan keuangan konsolidasi-metode ekuitasLaporan keuangan konsolidasi-metode ekuitas
Laporan keuangan konsolidasi-metode ekuitas
 
analisis laporan keuangan
analisis laporan keuangananalisis laporan keuangan
analisis laporan keuangan
 
ch7
ch7ch7
ch7
 
Pertemuan ke 7
Pertemuan ke 7Pertemuan ke 7
Pertemuan ke 7
 
Sistem Informasi Akuntansi
Sistem Informasi AkuntansiSistem Informasi Akuntansi
Sistem Informasi Akuntansi
 
Proses Pencatatan Transaksi
Proses Pencatatan TransaksiProses Pencatatan Transaksi
Proses Pencatatan Transaksi
 

Similar to OPTIMALKAN UKM

Filsafat dan Etika - Etika Bisnis dan Profesi
Filsafat dan Etika - Etika Bisnis dan ProfesiFilsafat dan Etika - Etika Bisnis dan Profesi
Filsafat dan Etika - Etika Bisnis dan ProfesiBudi Septiawan
 
PANCASILA SEBAGAI DASAR ETIKA
PANCASILA SEBAGAI DASAR ETIKAPANCASILA SEBAGAI DASAR ETIKA
PANCASILA SEBAGAI DASAR ETIKAMira Veranita
 
Pancasila sebagai etika
Pancasila sebagai etikaPancasila sebagai etika
Pancasila sebagai etikaadekdewa
 
Pancasila sbg sistem filsafat 2.pptx
Pancasila sbg sistem filsafat 2.pptxPancasila sbg sistem filsafat 2.pptx
Pancasila sbg sistem filsafat 2.pptxMUHAMMADFIKRIASTIRA
 
Pancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem EtikaPancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem Etikapjj_kemenkes
 
1. makna agama 1
1. makna agama 11. makna agama 1
1. makna agama 1Inka16
 
W5D1-PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA
W5D1-PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKAW5D1-PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA
W5D1-PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKAlatifstpp
 
Manusia kebutuhan dan etika ilmu sosial budaya dasar-2017
Manusia kebutuhan dan etika ilmu sosial budaya dasar-2017Manusia kebutuhan dan etika ilmu sosial budaya dasar-2017
Manusia kebutuhan dan etika ilmu sosial budaya dasar-2017Muchlis Soleiman
 
Manusia nilai, moral dan hukum
Manusia nilai, moral dan hukumManusia nilai, moral dan hukum
Manusia nilai, moral dan hukumPotpotya Fitri
 
pai-1-manusia-dan-agama.ppt
pai-1-manusia-dan-agama.pptpai-1-manusia-dan-agama.ppt
pai-1-manusia-dan-agama.pptAfrizal73
 
pai-1-manusia-dan-agama.ppt
pai-1-manusia-dan-agama.pptpai-1-manusia-dan-agama.ppt
pai-1-manusia-dan-agama.pptRafiSanjani1
 
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA - Rini Patasaka UNPI Manado.pptx
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA - Rini Patasaka UNPI Manado.pptxPANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA - Rini Patasaka UNPI Manado.pptx
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA - Rini Patasaka UNPI Manado.pptxFisipUNPI
 
Etika Bisnis - Ikhtisar
Etika Bisnis - IkhtisarEtika Bisnis - Ikhtisar
Etika Bisnis - IkhtisarSunu Puguh
 

Similar to OPTIMALKAN UKM (20)

Filsafat dan Etika - Etika Bisnis dan Profesi
Filsafat dan Etika - Etika Bisnis dan ProfesiFilsafat dan Etika - Etika Bisnis dan Profesi
Filsafat dan Etika - Etika Bisnis dan Profesi
 
PANCASILA SEBAGAI DASAR ETIKA
PANCASILA SEBAGAI DASAR ETIKAPANCASILA SEBAGAI DASAR ETIKA
PANCASILA SEBAGAI DASAR ETIKA
 
Filsafat
FilsafatFilsafat
Filsafat
 
Filsafat
FilsafatFilsafat
Filsafat
 
4.manusia etika
4.manusia etika4.manusia etika
4.manusia etika
 
Pancasila sebagai etika
Pancasila sebagai etikaPancasila sebagai etika
Pancasila sebagai etika
 
Pengantar Etika Islam
Pengantar Etika IslamPengantar Etika Islam
Pengantar Etika Islam
 
Pancasila sbg sistem filsafat 2.pptx
Pancasila sbg sistem filsafat 2.pptxPancasila sbg sistem filsafat 2.pptx
Pancasila sbg sistem filsafat 2.pptx
 
Pancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem EtikaPancasila Sebagai Sistem Etika
Pancasila Sebagai Sistem Etika
 
1. makna agama 1
1. makna agama 11. makna agama 1
1. makna agama 1
 
W5D1-PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA
W5D1-PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKAW5D1-PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA
W5D1-PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA
 
Manusia kebutuhan dan etika ilmu sosial budaya dasar-2017
Manusia kebutuhan dan etika ilmu sosial budaya dasar-2017Manusia kebutuhan dan etika ilmu sosial budaya dasar-2017
Manusia kebutuhan dan etika ilmu sosial budaya dasar-2017
 
Manusia nilai, moral dan hukum
Manusia nilai, moral dan hukumManusia nilai, moral dan hukum
Manusia nilai, moral dan hukum
 
pai-1-manusia-dan-agama.ppt
pai-1-manusia-dan-agama.pptpai-1-manusia-dan-agama.ppt
pai-1-manusia-dan-agama.ppt
 
pai-1-manusia-dan-agama.ppt
pai-1-manusia-dan-agama.pptpai-1-manusia-dan-agama.ppt
pai-1-manusia-dan-agama.ppt
 
Manusia sebagai mahluk budaya
Manusia sebagai mahluk budayaManusia sebagai mahluk budaya
Manusia sebagai mahluk budaya
 
AKHLAK
AKHLAKAKHLAK
AKHLAK
 
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA - Rini Patasaka UNPI Manado.pptx
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA - Rini Patasaka UNPI Manado.pptxPANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA - Rini Patasaka UNPI Manado.pptx
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA - Rini Patasaka UNPI Manado.pptx
 
Etika Bisnis - Ikhtisar
Etika Bisnis - IkhtisarEtika Bisnis - Ikhtisar
Etika Bisnis - Ikhtisar
 
Pkn pancaila sebagai ideologi yangterbuka
Pkn pancaila sebagai ideologi yangterbukaPkn pancaila sebagai ideologi yangterbuka
Pkn pancaila sebagai ideologi yangterbuka
 

More from Muhammad Fajar

Strategi dan Rencana Pemasaran
Strategi dan Rencana PemasaranStrategi dan Rencana Pemasaran
Strategi dan Rencana PemasaranMuhammad Fajar
 
Format Penulisan Artikel Ilmiah
Format Penulisan Artikel IlmiahFormat Penulisan Artikel Ilmiah
Format Penulisan Artikel IlmiahMuhammad Fajar
 
Komunikasi Bisnis Lintas Budaya: Korea Selatan
Komunikasi Bisnis Lintas Budaya: Korea SelatanKomunikasi Bisnis Lintas Budaya: Korea Selatan
Komunikasi Bisnis Lintas Budaya: Korea SelatanMuhammad Fajar
 
E-Business Market and Model
E-Business Market and ModelE-Business Market and Model
E-Business Market and ModelMuhammad Fajar
 
Decision Support System FIX
Decision Support System FIXDecision Support System FIX
Decision Support System FIXMuhammad Fajar
 
Rencana Operasi Business Plan
Rencana Operasi Business PlanRencana Operasi Business Plan
Rencana Operasi Business PlanMuhammad Fajar
 
ERD (Entity Relationship Diagram)
ERD (Entity Relationship Diagram)ERD (Entity Relationship Diagram)
ERD (Entity Relationship Diagram)Muhammad Fajar
 
Penentuan Harga Transfer
Penentuan Harga TransferPenentuan Harga Transfer
Penentuan Harga TransferMuhammad Fajar
 
Akmen Sebagai Tipe Informasi Akuntansi Penuh
Akmen Sebagai Tipe Informasi Akuntansi PenuhAkmen Sebagai Tipe Informasi Akuntansi Penuh
Akmen Sebagai Tipe Informasi Akuntansi PenuhMuhammad Fajar
 
Variable Costing: Penentuan Harga Pokok Variabel
Variable Costing: Penentuan Harga Pokok VariabelVariable Costing: Penentuan Harga Pokok Variabel
Variable Costing: Penentuan Harga Pokok VariabelMuhammad Fajar
 
For Good to the Great for UMKM
For Good to the Great for UMKMFor Good to the Great for UMKM
For Good to the Great for UMKMMuhammad Fajar
 

More from Muhammad Fajar (20)

Sidang Skripsi
Sidang SkripsiSidang Skripsi
Sidang Skripsi
 
Strategi dan Rencana Pemasaran
Strategi dan Rencana PemasaranStrategi dan Rencana Pemasaran
Strategi dan Rencana Pemasaran
 
Perilaku Organisasi
Perilaku OrganisasiPerilaku Organisasi
Perilaku Organisasi
 
Kasus Ratio Keuangan
Kasus Ratio KeuanganKasus Ratio Keuangan
Kasus Ratio Keuangan
 
Format Penulisan Artikel Ilmiah
Format Penulisan Artikel IlmiahFormat Penulisan Artikel Ilmiah
Format Penulisan Artikel Ilmiah
 
Komunikasi Bisnis Lintas Budaya: Korea Selatan
Komunikasi Bisnis Lintas Budaya: Korea SelatanKomunikasi Bisnis Lintas Budaya: Korea Selatan
Komunikasi Bisnis Lintas Budaya: Korea Selatan
 
E-Business Market and Model
E-Business Market and ModelE-Business Market and Model
E-Business Market and Model
 
Decision Support System FIX
Decision Support System FIXDecision Support System FIX
Decision Support System FIX
 
Rencana Operasi Business Plan
Rencana Operasi Business PlanRencana Operasi Business Plan
Rencana Operasi Business Plan
 
ERD (Entity Relationship Diagram)
ERD (Entity Relationship Diagram)ERD (Entity Relationship Diagram)
ERD (Entity Relationship Diagram)
 
Strategi Mc. Kinsey
Strategi Mc. KinseyStrategi Mc. Kinsey
Strategi Mc. Kinsey
 
Penentuan Harga Transfer
Penentuan Harga TransferPenentuan Harga Transfer
Penentuan Harga Transfer
 
Penentuan Harga Jual
Penentuan Harga JualPenentuan Harga Jual
Penentuan Harga Jual
 
Akmen Sebagai Tipe Informasi Akuntansi Penuh
Akmen Sebagai Tipe Informasi Akuntansi PenuhAkmen Sebagai Tipe Informasi Akuntansi Penuh
Akmen Sebagai Tipe Informasi Akuntansi Penuh
 
Variable Costing: Penentuan Harga Pokok Variabel
Variable Costing: Penentuan Harga Pokok VariabelVariable Costing: Penentuan Harga Pokok Variabel
Variable Costing: Penentuan Harga Pokok Variabel
 
PPh Pasal 23
PPh Pasal 23PPh Pasal 23
PPh Pasal 23
 
PPh Pasal 26
PPh Pasal  26PPh Pasal  26
PPh Pasal 26
 
PPh Pasal 4
PPh Pasal 4PPh Pasal 4
PPh Pasal 4
 
PPh 21
PPh 21PPh 21
PPh 21
 
For Good to the Great for UMKM
For Good to the Great for UMKMFor Good to the Great for UMKM
For Good to the Great for UMKM
 

OPTIMALKAN UKM

  • 2. “Setiap agama besar memulai konsepsinya dari anggapan tertentu tentang manusia dan alam semesta” Dr. Sir Muhammad Iqbal
  • 3. Hakikat Kebenaran … Kebenaran tentang eksistensi: benda, tumbuhan, hewan, manusia. Pembedanya adalah kesadaran (awareness). Kebenaran Kebenaran “tools”: ketepatan alat untuk dapat memahami esensi empat eksistensi tersebut: rasionalitas dan objektif. Kebenaran cara belajar untuk memahami empat eksistensi yang tentu saja berbeda satu sama lain: lahir, batin. Kebenaran hidup terdapat dua corak yang dominan: a) konvergen, bertitik temu, mengerucut; b) divergen, bertitik pisah, berpencar. Dalam pandangan E.E. Schumacher (Wijayanto, 2002), misteri eksistensi semesta dapat didekati dengan menengok empat kebenaran besar (the big truth).
  • 4. Hakikat Manusia … Inderawi: semua nilai bersifat relatif dan bahwa persepsi indrawi merupakan satu-satunya sumber pengetahuan dan kebenaran karena bersifat “nyata”.. Perubahan Besar dan Fluktuasi Sistem Nilai Ideasional: realitas sejati berada di luar dunia materi (berada di alam spiritual) dan bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman batin. Idealistis: perpaduan harmonis antara pandangan indrawi dan ideasional; konsep indrawi diperlukan untuk memastikan sesuatu, daya spiritual pun dibutuhkan bagi jiwa manusia. Dalam pandangan Pitirin A. Sorokin (Wijayanto, 2002), terjadi perubahan besar dalam kehidupan manusia berdasarkan skema tiga sistem nilai:
  • 5. Hakikat Manusia dan Pertumbuhannya … “The personality is engaged with the hazards of existence continuously, even as the body’s metabolism copes with decay”. “Personalitas (kepribadian) itu akan terus bergulat dengan tingkat kerusakan (lingkungan) secara terus menerus, sekalipun metabolism tubuh seseorang sudah mulai rapuh”. Oral Sensory Stage, 0 – 18 bln Mascular Anal Stage, 18 bln sd 3 thn Locomotor Stage, 3 thn sd 6 thn Latency Stage, 6 thn sd 12 thn Adolescence Stage, 12 thn sd 18 thn Young Adulthood Stage, 19 thn sd 40 thn Middle Adulthood Stage, 40 thn sd 65 thn Maturity Stage, 65 th ke atas
  • 6. Pengaruh Pikiran dan Makna Kehidupan … PIKIRAN Membent uk Pikiran Formatis asi Sistem Menguba h Emosi Mempen garuhi Perilaku Menemp a sikap, watak Membent uk Spiritual Menurut Hart (1997), “manusia diciptakan untuk berpikir. Di dalam aktivitas berpikir itu terletak semua martabat dan kebajikannya. Seluruh kewajiban yang dibebankan kepada manusia adalah berpikir sebagaimana seharusnya”. Descartes (Walter, 1996): “Cogito ergo sum”, Aku ada karena aku berpikir. Rakhmat (2001), berpikir merupakan “Proses komunikasi intrapersonal yang meliputi sensasi (penginderaan), persepsi (pemberian makna pada sensasi), memori (penyimpanan informasi), dan olah-pikir (pengolahan informasi).
  • 7. OTAK NORMAL Memory Driven OTAK SEHAT Keterampilan Berpikir KESEHATAN SPIRITUAL Spiritualitas KUALITAS HIDUP • Keyakinan yang kokoh, self belief • Sikap patuh dan berperilaku baik yang berkelanjutan • Memiliki makna hidup • Konfidensi yang baik • Berhati lapang (pemaaf) • Memiliki rujukan nilai • Komitmen • Konsisten • Kemurahan hati • Rasa syukur • Kasih sayang, dll. • Hidup tertata dalam kerangka aturan normatif; • Mampu membangun interaksi sosial dengan sangat baik • Suka berderma terhadap orang lain • Memiliki integritas, akuntabilitas, responsibilitas Otak Normal dan Kesehatan Spiritual …
  • 8. Filsafat Perbedaan Filsafat dan Ilmu … Epistemologis: pendekatannya bersifat reflektif atau rasional-deduktif. Ilmu Epistemologis: pendekatannya bersifat ilmiah (deduktif dan induktif) yang saling melengkapi. Ontologis: segala sesuatu yang bersifat fisik dan nonfisik; yang dapat direkam melalui indera (empiris) atau tidak. Ontologis: segala sesuatu yang bersifat fisik (materi), dan dapat direkam dan dicatat melalui indera (empiris) Aksiologis: sangat abstrak, memiliki guna dan manfaat, tapi tidak secara langsung bagi seluruh umat manusia. Aksiologis: sangat konkret (realitas), langsung dapat dimanfaatkan bagi kepentingan umat manusia. Filsafat dan ilmu, pada hakikatnya, dapat dibedakan dengan mengacu pada tiga hal: ontologis, epistemologis, dan aksiologis.
  • 9. Agama (a = tidak, gam = pergi): pegangan atau pedoman hidup bagi manusia untuk mencapai kehidupan yang kekal (Harjana, 2005) Agama Pengertian dan Unsur Agama … Agama: bentuk ketetapan ilahi untuk mengarahkan makhluk yang berakal, dengan pilihan mereka, kepada kebaikan hidup dunia dan akhirat (Ismail dan Mutawali, 2003) Interaksi manusia dengan Kekuatan Transenden dan adanya keharusan menerapkan perintah dan larangan, serta petunjuk hidup untuk kebaikan hidup (Muhammad, 2006). Hubungan manusia dengan Kekuatan Transenden, mengacu pada pedoman (wahyu) dalam rangka meraih kebahagiaan hidup dunia dan akhirat (Agoes dan Ardana, 2009).
  • 10. Kitab suci yang menjadi pedoman pelaksanaan perintah dan larangan agama. Unsur Agama Pengertian dan Unsur Agama … Ada nabi dan rasul yang menerima wahyu, yang menjadi perintah dan larangan bagi umatnya. Ada lembaga yang berwenang untuk membina, menuntun umatnya, dan yang memiliki otoritas untuk menafsirkan makna kitab suci bagi kepentingan umatnya. Bersisi ajaran dan pedoman bagi umat dalam bentuk dogma, doktrin, atau filsafat; ritual, upacara, dan tata cara beribadah; tatasusila, etika, dan moral; tujuan akhir yang dituju dari praktek agama yang dilakukan. Sebagaimana filsafat, agama pun memiliki unsur yang menjadi ciri khas dari agama tersebut, baik agama “samawi” maupun agama “ardhi”. Unsur-unsur itulah yang menjadi pembentuk kekuatan beragama bagi umatnya.
  • 11. Etika dilihat dari dua sisi: praktis dan refleksi. Secara praktis, etika berarti nilai dan norma yang baik yang dapat dipraktikkan. Etika = moral. Secara reflektif, etika adalah ilmu pemikiran tentang moral (Bertens, 2001). Etika Hakikat dan Unsur Etika … Secara etimologis, kata etika berasal dari “ethos”: tempat tinggal, padang rumput, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara berpikir, dan kebiasaan. Moral (Latin: mores): adat istiadat, kebiasaan, perilaku, watak, tabiat, atau cara hidup (Kanter, 2001) Etika, secara etimologis, adalah “ilmu tentang apa yang biasa dilakukan” atau “ilmu tentang adat kebiasaan yang berkaitan dengan kehidupan yang baik atau buruk” (Kanter, 2001). Etika = Susila, yaitu ilmu tentang kebiasaan atau tingkah laku yang harus dikerjakan atau yang harus dihindari terkait dengan hubungan sesame (Suhardana, 2006).
  • 12. Kualitas keimanan (spiritualitas) Interelasi Agama, Etika, dan Nilai … Kualitas peribadatan/ritual (hubungan manusia dengan Tuhan yang bersifat intens) Kualitas moral/etika (hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat dan alam) Tiga kualitas tersebut merupakan satu kesatuan yang padu, dan mustahil terpisahkan. Sebab, jika terpisahkan keutuhan “religiusitas” dalam diri seseorang akan hilang dan sia-sia. Tujuan utamanya adalah terwujudnya hidup yang bermakna, dunia dan akhirat.
  • 13. Kecerdasan, Karakter, dan Etika … 1. Teo-etika; saling ketergantungan; masalah “aku” dengan Tuhan; 1. Terbentuknya sikap: a) takwa; b) tulus ikhlas tanpa batas;c) tawakal—bersandar sedemikian kuat. Jika tingkat kecerdasan disintesiskan dengan etika, hasil yang didapat adalah terbentuknya tiga istilah baru: a) teo-etika—berkaitan dengan interaksi antara “aku” dan Tuhan; b) psiko-etika—berkaitan dengan interaksi “aku” dengan “aku”; c) sosio-etika—berkaitan dengan interaksi “aku” dengan “orang lain” (Nafis, 2006). 2. Psiko-etika; kemandirian; masalah “aku” dengan “aku” (intrapersonal) 2. Terbentuknya sikap yang kuat untuk: a) tawadhu, rendah hati; b) bersyukur kepada Allah; c) bersabar atas segala ujian. 3. Sosio-etika; ketergantungan terhadap yang lain; masalah “aku” dengan orang lain 3. Semangat yang kuat untuk melakukan: a) silaturahim; b) amanah (integritas); c) husnuzhon (selalu berbaik sangka);
  • 14. Model Pembangunan Manusia Seutuhnya … Makanan enak dan olahraga Sains dan Teknologi PQ Sehat (Fisik, Jasad) IQ Tinggi (Intelektual) Kaya Tapi Tidak Bahagia Karakter Negatif yang Dominan EQ dan SQ Tdk Dikembangkan EQ Rendah (Emosional) SQ Rendah (Spiritual) Cemas, Sombong, dll. Tidak Percaya Tuhan Ego yang Tinggi Model ini menggambarkan tentang tidak hadirnya keseimbangan antara kecerdasan IQ, EQ, dan SQ dalam diri seseorang hingga ia terjangkiti penyakit batin yang akut. Hidup pun tidak pernah menemukan dan meraih kebermaknaan yang sesungguhnya. Kondisi inilah yang dialami manusia modern.
  • 15. Model Pembangunan Manusia Seutuhnya … Makanan enak dan olahraga Sains dan Teknologi PQ Sehat (Fisik, Jasad) IQ Tinggi (Intelektual) Bahagia, Hayâtan Thoyyibah Karakter Positif yang Dominan Dzikir, Kontemplasi EQ Tinggi (Emosional) SQ Tinggi (Spiritual) Sosio-etika (Amanah, dll.) Teo-etika (Takwa, dll.) Psiko-etika (sabar, dll.) Model ini menggambarkan tentang hadirnya dan kuatnya keseimbangan antara kecerdasan IQ, EQ, dan SQ dalam diri seseorang hingga ia batinnya terbebas dari penyakit batin. Hidup pun menemukan dan meraih kebermaknaan yang sesungguhnya. Kondisi seperti inilah yang ideal untuk manusia modern yang utuh. Pemahaman Agama
  • 16. Absolutisme: Etika berlaku mutlak karena berlaku secara unibersal, di manapun, kapan pun, dan oleh siapa pun. Sebab, masyarakat menganut dan mengikuti aturan-aturan normatif yang dilaksanakan dengan kesepakatan bersama dalam rangka melestarikan kehidupan masyarakat. Tokoh Pemikir: Immanuel Kant dan James Rachel. Etika Absolutisme versus Relativisme Etika … Relativisme: Etika tidak memiliki prinsip dan nilai moral yang berlaku umum dan mutlak. Sebab, prinsip dan nilai moral yang dianut dan berlaku dalam kehidupan masyarakat berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisi di tempat mereka berada. Jelasnya, kebudayaan dan adat kebiasaan yang berbeda menghasilkan prinsip etika yang berbeda pula. Tokoh Pemikir: Joseph Fletcher. Hingga kini masih terdapat perbedaan pendapat (baca: ikhtilaf) dan perbedaan pandangan tentang posisi etika: apakah bersifat absolut-mutlak ataukah relatif.
  • 17. Teori Egoisme mengacu pandangan seseorang dalam menempatkan diri di tengah dan terhadap orang lain. Egoisme dibagi dua: egoisme psikologis dan egoisme etis. Teori-Teori Etika: Egoisme Egoisme Psikologis menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (selfish). Menurut teori ini, tindakan ada tindakan “altruisme”. Sebab, setiap orang bertindak selalu atas dasar motivasi tertentu terhadap sesuatu. Sebaliknya, Egoisme Etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri (self interest). Jadi, pembeda antara “Egoisme Psikologis” dan “Egoisme Etis” adalah “akibat apa yang dialami oleh orang lain”. “Egoisme Psikologis” (berkuat diri) bersikap mengabaikan atau bahkan cenderung merugikan orang lain; sedangkan “Egoisme Etis” (mementingkan diri) tidak selalu merugikan kepentingan orang lain. “Egoisme Psikologis” berbasis ketamakan dan kerakusan. “Egoisme Etis” berbasis kebutuhan pribadi.
  • 18. Teori-Teori Etika: Egoisme … • “Egoisme Etis” tidak beranggapan bahwa seseorang harus membela kepentingannya sendiri atau kepentingan orang lain; • “Egoisme Etis” hanya berkeyakinan bahwa satu-satunya tugas adalah membela kepentingan diri; • “Egoisme Etis” memang membela kepentingan diri, tapi ia tidak menyatakan bahwa seseorang tidak perlu membela atau menolong orang lain; • Bagi “Egoisme Etis”, tindakan menolong orang lain dianggap sebagai tindakan untuk menolong diri karena, boleh jadi, tindakan itu langsung atau tidak langsung bertautan dengan kepentingan diri sehingga memberi pertolongan kepada seseorang sama dengan menolong diri sendiri. • Bagi “Egoisme Etis”, keuntungan yang diperoleh seseorang karena bantuan seseorang bukanlah alasan untuk “menjudge” bahwa tindakan itu benar; sebuah tindakan dikatakan benar jika pada akhirnya memberi keuntungan kepada orang yang memberi pertolongan. “Egoisme Etis” berbasis kebutuhan pribadi, dan karena itu, prinsip ini lebih mementingkan diri. Sikap “mementingkan diri” berbeda dengan sikap “berkutat diri”. Berikut adalah beberapa pokok pikiran atau pandangan “Egoisme Etis”.
  • 19. Teori-Teori Etika: Egoisme … • Konsep “altruisme” memiliki beberapa kelemahan: a) tindakan menghancurkan diri; b) gangguan ofensif bagi kepentingan diri; c) merendahkan martabat dan kehormatan si penerima; • Pandangan tentang kepentingan diri, bukan berkutat diri, merupakan pandangan yang sesuai dengan moralitas akal sehat. Seperti layaknya teori lain, Teori Egoisme pun mendapatkan dukungan, sekaligus penentangan. Kehadiran pendukung dan penentang merupakan sebuah keniscayaan. Berikut adalah beberapa alasan yang dikemukakan pada pendukung: • Teori yang dikemukakan “Egoisme” terbukti tak mampu memecahkan konflik kepentingan (conflict of interest). Dalam hal ini, aturan dan kaidah moral sangat diperlukan karena berbagai kepentingan seringkali bertabrakan. • Konsep yang dikemukakan “Egoisme” itu sewenang-wenang. Sebab, pemilik kepentingan pasti mendahulukan apa yang menjadi kepentingannya. Praktek ini bisa menjadi penyebab awal munculnya rasisme. Sementara para penentangnya mengemukakan dua alasan berikut:
  • 20. Teori-Teori Etika: Utilitarianisme … “Utilitarianisme” (asal kata: utility, bermanfaat atau berguna). Menurut “Utilitarianisme”, sebuah tindakan dikatakan baik jika tindakan itu membawa atau mendatangkan manfaat sebanyak mungkin bagi anggota masyarakat, “the greatest happiness of the greatest numbers”. Jadi, ukuran baik atau tidaknya suatu tindakan dapat dilihat dari tiga hal: akibat, konsekuensi, dan tujuan dari tindakan itu. Ada nama lain dari Teori “Utilitarianisme”, yaitu Teori Teleologis. Kata “Teleologis” berarti tujuan (Bertens, 2000). Tokoh pendukung: David Hume dan Jeremy Bentham. • “Egoisme Etis” melihat dari sudut pandang kepentingan individu; • “Utilitarianisme” melihat dari sudut pandang kepentingan yang banyak, kepentingan bersama atau kepentingan masyarakat, “the greatest happiness of the greatest numbers”. Adakah perbedaan yang mendasar antara “Egoisme” dan “Utilitarianisme”? Perbedaan mendasar antara “Egoisme” dan “Utilitarianisme” terletak pada “siapa yang memperoleh manfaat”.
  • 21. Teori-Teori Etika: Utilitarianisme … • Menurut “Utilitarianisme”, tindakan harus dinilai benar atau salah hanya dari konsekuensinya: akibat, tujuan, atau hasil yang diperoleh; • Dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, salah satu parameternya yang terpenting untuk dilihat adalah jumlah kebahagiaan atau ketidakbahagiaan yang dirasakan; • Kesejahteraan hidup setiap orang merupakan sesuatu yang sangat penting dan karena itu harus menjadi bahan pertimbangan apa pun. Secara garis besar, Teori “Utilitarianisme” memiliki beberapa pandangan. Pandangan itu terangkum dalam ringkasan berikut: • “Utilitarianisme” hanya mampu menekankan tujuan atau manfaat pada pencapaian kebahagiaan yang duniawi (materialis), dan mengabaikan aspek ruhani (spiritual). • “Utilitarianisme” mengorbankan prinsip keadilan (equity) dan hak individu demi keuntungan sebagian besar orang. Sebagaimana Teori “Egoisme”, Teori “Utilitarianisme” pun mendapatkan kritikan:
  • 22. Teori-Teori Etika: Deontologi … Kata “deontologi” berasal dari dua kata yang digabungkan: “deon” dan “logos”. Kata “deon” (bahasa Yunani) artinya kewajiban (Bertens, 2000). Paham “deontologi” mulai dikenal tatkala Immanuel Kant (1742-1804) memopulerkannya, dan didukung oleh banyak filosof lainnya, seperti Anscombe and Peter Geach (Rachel, 2004) • Menurut “Egoisme” dan “Utilitarianisme”, baik atau buruknya suatu tindakan berasal atau disebabkan oleh “akibat, konsekuensi, dan tujuan” dari tindakan tersebut. Suatu tindakan disebut “etis” jika ia bermanfaat untuk individu (Egoisme), atau untuk kepentingan masyarakat (Utilitarianisme alias Teleologis). • Menurut “Deontologi”, etis atau tidaknya suatu tindakan “tidak ada kaitannya sama sekali dengan tujuan, konsekuensi atau akibat dari tindakan tersebut”. Artinya, konsekuensi dari suatu tindakan tidak boleh menjadi pertimbangan untuk menilai etis atau tidaknya suatu tindakan.
  • 23. Teori-Teori Etika: Deontologi … Imperative Hypothesis: Etika berlaku mutlak karena berlaku secara unibersal, di manapun, kapan pun, dan oleh siapa pun. Sebab, masyarakat menganut dan mengikuti aturan-aturan normatif yang dilaksanakan dengan kesepakatan bersama dalam rangka melestarikan kehidupan masyarakat. Tokoh Pemikir: Immanuel Kant dan James Rachel. Deontologi Imperative Catagories: Etika tidak memiliki prinsip dan nilai moral yang berlaku umum dan mutlak. Sebab, prinsip dan nilai moral yang dianut dan berlaku dalam kehidupan masyarakat berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisi di tempat mereka berada. Jelasnya, kebudayaan dan adat kebiasaan yang berbeda akan menghasilkan prinsip etika yang berbeda pula. Tokoh Pemikir: Joseph Fletcher. 1. Kalau Anda ingin menjadi sarjana akuntansi, Anda harus (ought) memasuki Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi. 2. Kalau Anda ingin menjadi pemain sepak bola yang berhasil, Anda harus rajin berlatih sepak bola. 3. Kalau Anda ingin berhasil dalam studi, Anda harus rajin belajar.
  • 24. • Teori “Egoisme” dan “Utilitarianisme”: kebaikan moral memiliki kaitan yang sangat erat dengan tujuan seseorang dalam melakukan sebuah kebaikan; • Teori “Deontologi”: kebaikan moral seseorang harus terbebas dari tujuan apa pun, termasuk tujuan karena perintah Tuhan, kecuali karena kewajiban itu sendiri. Teori-Teori Etika: Deontologi … Imannuel Kant berpendapat: “Bertindaklah sedemikian rupa sehingga prinsip kehendakmu sekaligus dapat menjadi prinsip pemberian hukum umum. Kewajiban moral harus dilaksanakan demi kewajiban itu sendiri, bukan karena keinginan untuk memperoleh tujuan kebahagiaan, bukan pula karena kewajiban moral itu diperintahkan oleh Tuhan”. Kritik: • Teori Kant ,“Deontologi”, dibangun atas rasional semata-semata, hanya untuk memenuhi kewajiban itu sendiri; • Kebaikan moral harus mengabaikan tujuan, termasuk tujuan karena perintah Tuhan— langsung atau tidak langsung, teori ini mengabaikan eksistensi Tuhan, tujuan tertinggi.
  • 25. Menurut Teori Hak (Right Theory), suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik apabila tindakan tersebut sesuai dengan hak asasi manusia (HAM). Pemikirnya adalah Immanuel Kant. Teori-Teori Etika: Teori Hak … Bagi Bertens (2000), teori hak merupakan salah satu aspek dari Teori Deontologi (Teori Kewajiban). Sebab, hak dan kewajiban tidak dapat dipisahkan. Sesuatu hak seseorang berarti menjadi kewajiban bagi orang lain. Demikian pula sebaliknya. Sumber Otoritas Hak Asasi Manusia (Weiss, 2006) 1. Hak hukum (legal right): hak yang didasarkan atas sistem yuridiksi hukum suatu negara, yang sumber tertingginya adalah UUD. 2. Hak moral atau kemanusiaan (moral or human right): hak yang berkaitan individu dan kepentingannya, selama hak itu tidak melanggar hak orang lain. 3. Hak kontraktual (contractual right): hak yang mengikat individu melalui kesepakatan atau kontrak bersama yang di dalamnya tercantum hak dan kewajiban setiap individu.
  • 26. Teori-Teori Etika: Teori Hak … 1. Hak untuk hidup 2. Hak untuk berkeluarga dan melanjukan keturunan 3. Hak untuk memperoleh keadilan 4. Hak untuk kebebasan pribadi 5. Hak atas rasa aman 6. Hak atas kesejahteraan 7. Hak untuk turut serta dalam pemerintahan 8. Hak wanita 9. Hak anak Sebagai bagian dari PBB, Indonesia terikat dengan konsensus Hak Asasi Manusia (HAM) sebagaimana yang diatur oleh Declaration of Human Right. Untuk menindaklanjuti masalah itu, pemerintah menetapkan dan memberlakukan Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM di Indonesia. Hak-hak warga negara yang diatur oleh UU No. 39 Tahun 1999 ini meliputi:
  • 27. Karakter atau sifat utama adalah disposisi secara sifat-watak yg melekat dan dimiliki oleh seseorang yang dengannya memungkinkannya untuk selalu bertingkah laku yang secara moral dinilai baik. Sebaliknya, mereka yang selalu melakukan tingkah laku buruk secara moral disebut “manusa hina” (Bertens, 2000). Teori-Teori Etika: Teori Keutamaan (Virtue Theory) … Teori Keutamaan (Virtue Theory) berangkat dari konsep manusia utama—Dr. Muhammad Iqbal menyebutnya “manusia khudhu”, insan kamil. Jelasnya, Teori Keutamaan menjadikan sifat-sifat atau karakter yang harus dimiliki oleh sesorang agar dapat disebut sebagai “manusia utama”, dan juga sifat-sifat atau karakter yang mencerminkan karakter “manusia hina”. Pemikir Teori Keutamaan: Aristoteles dan Ertens. Sifat arif-bijak (hikmah); bersikap dan bertindak adil; rendah hati; tulus tanpa batas; dan sederhana. Manusia Mulia; Insan Kamil; Manusia Khudhu
  • 28. 1. Teori Egoisme: tindakan disebut etis jika ia memenuhi kepentingan pribadi (self- interest); 2. Teori Utilitarianisme: tindakan disebut etis jika ia mampu memberikan manfaat bagi orang yang bersangkutan. 3. Teori Keutamaan: tindakan disebut etis jika mencerminkan kemuliaan karakter orang yang bersangkutan, yang secara moral dinilai baik. Ada perbedaan yang mendasar antara Teori Egoisme, Teori Utilitarianisme, dan Teori Keutamaan. Teori-Teori Etika: Teori Keutamaan (Virtue Theory) … Karakter Kebiasaan Tindakan Berulang Mind-Set Tujuan Hidup/Visi Self Belief Knowledge Experience
  • 29. Teori-Teori Etika: Teori Etika Otonom … Teori-teori sebelumnya (Teori Egoisme dan Teori Utilitarianisme yang lazim disebut Teleologi (Konsekuensi), Teori Deontologi (Kewajiban), Teori Keutamaan (Virtue Theory), seperti berbeda, padahal semuanya mempunyai kesamaan. Kesamaan tersebut terletak pada kajian aspek moralitas. Dalam hal ini, moralitas hanya dikaji berdasarkan proses penalaran atau akal manusia tanpa mengakui atau mengaitkannya dengan kekuatan tak terbatas (Tuhan). Moralitas dikatakan mutlak hanya apabila moralitas itu dikaitkan dengan tujuan tertinggi umat manusia. Segala sesuatu yang bersifat mutlak tidak dapat diperdebatkan dengan sekadar pendekatan rasional. Sebab, semua yang bersifat mutlak pasti melampaui tingkat intelejensia atau kecerdasan rasional yang dimiliki manusia. Para penggagas teori itu keliru dalam menafsirkan tujuan hidup manusia yang seolah-olah hanya ditujukan pada kenikmatan duniawi-material. Mereka memiliki tujuan tertinggi, dan Tujuan Tertinggi (Transenden) umat manusia hanya dapat dicapai bila potensi kecerdasan tak terbatas yang dimilikinya dapat dimanfaatkan dengan maksimal.
  • 30. 1. Semua agama mengakui bahwa umat manusia memiliki tujuan yang tertinggi, yang sifatnya Transenden, selain tujuan hidup di dunia, yaitu kehidupan akhirat, the afterlife. 2. Semua agama mengakui eksistensi Tuhan karena Dialah sumber kekuatan tak terbatas yang mengatur dan mengelola alam raya ini. 3. Etika bukan saja diperlukan untuk mengatur perilaku hidup manusia di dunia, tetapi juga salah satu syarat mutlak untuk mencapai tujuan akhir atau tujuan tertinggi umat manusia. Tujuan tertinggilah inilah yang terpenting. 4. Semua agama mempunyai ajaran moral-etika yang bersumberdari kitab suci. Di dalamnya terdapat prinsip-prinsip etika yang bersifat universal-mutlak dan spesifik. Teori-Teori Etika: Teori Etika Otonom … Teori Teonom Berbasis Ilahi. Menurut Teori Teonom, karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya dengan kehendak Allah. Perilaku manusia dianggap baik secara moral jika sesuai dengan kehendak Allah. demikian pula sebaliknya. Ada empat persamaan yang sangat fundamental antara filsafat etika di semua agama:
  • 31. Teori Etika dan Paradigma Hakikat Manusia… Teori Paradigma Berpikir Kriteria Etis Tujuan Hidup Hakikat Manusia dan Kerdasaran Egoisme Tujuan dari sebuah tindakan Memenuhi kepentingan pribadi Kenikmatan duniawi secara individu Hakikat tidak utuh (PQ, IQ) Utiliarianisme Tujuan dari sebuah tindakan Mampu memberi banyak manfaat pada semua orang Kesejahteraan dunia kehidupan masyarakat Hakikat tidak utuh (PQ, IQ, EQ) Deontologi Tindakan itu sendiri Kewajiban mutlak yang harus dilakukan setiap orang Demi kewajiban itu sendiri, tidak lebih. Hakikat tidak utuh (IQ, EQ) Teori Hak Tingkat kepatuhan yang kuat terhadap HAM Aturan yang ketat tentang HAM Demi martabat kemanusiaan Hakikat tidak utuh (IQ) Teori Keutamaan Disposisi karakter Karakter positif dan negatif individu Kebahagiaan duniawi dan mental Hakikat tidak utuh (EQ, IQ) Teori Teonom Disposisi karakter dan tingkat keimanan Karakter mulia dan kepatuhan terhadap firman Tuhan atau kitab suci Kebahagiaan dunia dan uknrowi Hakikat yang utuh (PQ, IQ, EQ, dan SQ)
  • 32. Hakikat Ekonomi … Istilah "ekonomi" berasal dari bahasa Yunani yaitu “oikos” (keluarga, rumah tangga) dan “nomos” (peraturan, aturan, hukum, distribusi). Jadi, secara garis besar, “ekonomi” artinya "aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah tangga." Adapun “ahli ekonomi” atau ekonom adalah orang yang menggunakan konsep ekonomi, dan data dalam bekerja. Kata "ekonomi“, untuk pertama kali, digunakan pada karya tulis yang dibuat oleh sebuah gereja pada tahun 1440 M. Namun, saat itu, kata "ekonomi“ hanya digunakan untuk menggambarkan sistem pengelolaan atau administrasi—makna yang sangat sederhana. Kini, kata “ekonomi” digunakan sebuah sistem yang digunakan di sebuah negara atau wilayah, yang baru berkembang pada abad ke-19 atau ke-20. Maat ini, makna yang lazim digunakan untuk menyebut kata “ekonomi” menunjuk pada salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap baraang dan jasa.
  • 33. Hakikat Ekonomi … Mikro: mempelajari perilaku konsumen dan perusahaan, serta penentuan harga pasar dan kuantitas faktor input, barang, dan jasa yang diperjualbelikan, serta meneliti cara keputusan dan perilaku ekonomi memengaruhi permintaan dan penawaran atas barang dan jasa yang akan menentukan harga; dan cara harga menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa. Ekonomi Makro: Membahas aktivitas ekonomi secara keseluruhan, terutama mengenai konsumsi, tabungan, pertumbuhan, ekonomi, inflasi, pengangguran, neraca perdagangan, kurs valuta asing, dan berbagai kebijakan perekonomian yang berhubungan, serta dampak atas beragam tindakan pemerintah (misalnya perubahan tingkat pajak) terhadap hal-hal tersebut.
  • 34. Hakikat Ekonomi: Asumsi Dasar … Kebutuhan manusia yang tak terbatas (the unlimited needs) Sumber daya yang sangat terbatas (the scarce resources) Upaya menemukan proses atau metode eksplorasi dan ekploitasi yang tepat sasaran (efektif), dan tepat guna (efisien) Perolehan (feedback) atau manfaat (benefit) yang didapat oleh manusia untuk menyejahterakan hidupnya melalui pengelolaan sumber daya.
  • 35. Hakikat Ekonomi: Paradigma Ekonomi Modern … Manusia adalah makhluk ekonomi (homo economicus) Paradigma Ekonomi Manusia memiliki kebutuhan hidup yang tak terbatas (the unlimited needs). Untuk merealisasikan dan mewujudkan kebutuhan hidupnya, manusia bertindak logis-rasional, konsisten. Meraih kekayaan material dan melupakan tujuan spiritual Meyakini kekuatan pikiran logis- rasional, dan mengabaikan kekuatan transendental. Manusia cenderung tamak-serakah hingga menimbulkan petaka bagi lingkungan sekitarnya D A M P A K
  • 36. Etika dan Sistem Ekonomi … Sistem Ekonomi Kapitalis: “core value” pada pemberian kebebasan individu untuk memiliki, mengumpulkan, dan mengusahakan kekayaan secara individu. Tokoh Penting: John Lock dan Adam Smith. Sistem Ekonomi Sistem ekonomi jaringan berbagai unsur yang terdiri atas pola pikir, konsep, teori, asumsi dasar, kebijakan, infrastruktur, institusi, seperangkat hukum, pemerintahan, negara, rakyat, dan unsur lainnya yang saling terkait dengan tujuan utama meningkatkan produksi dan pendapat masyarakat. Sistem Ekonomi Komunis: “core value” terletak pada pembatasan hak setiap individu untuk memiliki dan menguasai modal dan alat-alat produksi—karena ia harus dikuasai oleh masyarakat (melalui negara). Sistem Ekonomi Pancasila: “core value” terletak pada aplikasi sila-sila pada Pancasila sebagai dasar negara: a) mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera, sila ke 5; b) landasan operasionalnya: sila ke 1, ke 2, ke 3, ke 4.
  • 37. Etika dan Sistem Ekonomi: Kapitalis … Peletak dasar sistem ekonomi kapitalis adalah John Lock (1632-1704) dengan Teori Kebebasan (Liberalisme) sebagai jargonnya. Konsep utamanya adalah Life, Freedom, and Property (Bertens, 200). Ekonomi Kapitalis Adam Smith (1723-1790) menjadi pelopor ilmu ekonomi modern yang melalui karyanya “The Wealth of Nations” menggambarkan dasar-dasar perdagangan bebas dan kapitalisme. Teori ekonominya berbasis “laissez- faire”: hak individu untuk memengaruhi kemajuan ekonomi diri sendiri dengan bebas, tanpa dikendalikan oleh perkumpulan dan atau negara. Ciri utamanya: liberalisme kepemilikan dan dukungan ekonomi pasar bebas. Konsep pendukung: “invisible hand”, yaitu bahwa mekanisme penetapan harga harus dibiarkan untuk bergulir dan diatur secara alamiah oleh kekuatan permintaan (demand) dan penawaran (supply), dan pemerintah dilarang intervensi dalam mekanisme penetapan harga pasar.
  • 38. Etika dan Sistem Ekonomi: Kapitalis … • Pemanasan global (global warming) dan kerusakan lingkungan; • Ketidakadilan dalam distribusi kekayaan dan kesenjangan ekonomi yang sangat tajam; • Potensi dan ancaman terjadinya konflik antarnegara; • Masalah sosial yang semakin besar: kemiskinan, pengangguran; • Korupsi, kejahatan kerah putih (white collar crime), dan penyalahgunaan kekuasan (abuse of power); • Narkoba, kebebasan seks, pembunuhan, dan kriminalitas lainnya; • Gaya hidup hedonis dan konsumtif; • Dampak psikologis: stres, bunuh diri, split personality. Kekayaan perusahaan yang sangat besar dan melebihi pendapatan negara yang sedang berkembang “Hasil Karya” Ekonomi Kapitalis Kekuasaan para pemilik modal yang melebihi batas-batas wilayah suatu negara dan cenderung mengembamgkan hegemoni dan pengendalian terhadap pemerintah suatu negara. D A M P A K
  • 39. Etika dan Sistem Ekonomi: Komunis … Peletak dasar sistem ekonomi komunis adalah Karl Marx (1818-1883). Analisis Karl Marx yang menjadi cikal bakal ekonomi komunis berpijak pada konsep pertentangan kelas. Menurutnya, “sejarah perkembangan berbagai masyarakat hingga saat ini, pada dasarnya, adalah sejarah pertentangan kelas”. Ekonomi Komunis a. Latar belakang teori “sejarah pertentangan kelas” adalah penindasan yang dilakukan oleh kelompok kecil pengusaha atau para pemodal terhadap kelompok mayoritas buruh yang menjadi tulang punggung kegiatan ekonomi. b. Kelompok pemodal yang menguasai alat-alat produksi dan modal semamkin. Sebaliknya, mayoritas buruk yang tak bermodal semakin tertindas.
  • 40. Etika dan Sistem Ekonomi: Komunis … • Hilangnya hakikat manusia yang utuh. Sebab, komunis meniadakan konsep transendental dan hanya mengandalkan kekuatan nalar-logika untuk memecahkan persoalan hidup. • Tidak mengakui adanya alat-alat produksi dan hak milik individu. Di sisi lain, aparat diberi otoritas penuh dan tak terbatas (atas nama rakyat) untuk mengatur pengelolaan dan penggunaan untuk kepentingan bersama. • Hilangnya semangat berkompetisi dan meningkatkan produktivitas kerja. Sebab, konsep yang diterapkan adalah PBPS— pintar dan bodoh pendapatan sama. • Kemakmuran bersama tidak terwujud. Sebab, pemborosan anggaran negara oleh aparat pemerintah. Setiap individu dilarang menguasai modal dan alat- alat produksi “Asumsi Dasar” Ekonomi Komunis G A G A L Alat-alat produksi dan modal harus dikuasai oleh masyarakat melalui negara untuk menghilangkan eksploitasi sekelompok orang terhadap kelompok lain. Kemakmuran milik seluruh masyarakat, bukan milik orang per orang.
  • 41. Etika dan Sistem Ekonomi: Pancasila … Ekonomi yang berbasis kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai pilar yang mewarnai seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. “Asumsi Dasar” Ekonomi Pancasila Menegaskan tentang perlunya menciptakan keadilan dan kebersamaan. Hak dan kebebasan individu dihargai sepanjang tidak mengganggu hak orang lain. T A R G E T Terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya dan membangun masyarakat Indonesia seluruhnya. Menciptakan keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan kebulatan yang utuh dalam seluruh kegiatan pembangunan: unsur manusia, sosial budaya, dan unsur lainnya dengan porsi perhatian yang seimbang.
  • 42. Etika dan Sistem Ekonomi: Benefit dan Kerugian … Manfaat dan kerugian yang dihadapi, dirasakan, dan dialami oleh orang lain Indikator untuk menilai baik atau buruknya suatu tindakan jika dilihat dari konsep “Hakikat Manusia Utuh” atau “Manusia Mulia”. Kemampuan sebuah tindakan atau perilaku untuk dapat menciptakan kebahagiaan individu dan menemukan makna hidup sesungguhnya Kemampuan sebuah tindakan atau perilaku untuk dapat meningkatkan keimanan dan kesadaran spiritual
  • 43. Pengertian dan Peranan Bisnis … Bisnis adalah usaha yang dijalankan yang tujuan utamanya adalah meraih keuntungan (Kasmir dan Ja’far, 2012: 7). Hakikat Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di bidang perniagaan dan industri yang menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan mempertahankan dan memperbaiki standar, kualitas, hidup mereka (Raymond dalam Umar, 2005: 3). Bisnis adalah organisasi yang menyediakan barang atau jasa dengan maksud mendapatkan laba (Grififin dan Ebert, 2007: 4). Bisnis adalah seluruh aktivitas dan usaha untuk mencari keuntungan dengan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan bagi sistem perekonomian, beberapa bisnis memproduksi barang berwujud sedangkan yang lain memberikan jasa (Louis E. Boone, 2007: 5).
  • 44. Bisnis dan Sudut Pandang Etika … Pandangan Praktis-Realistis: Bisnis adalah aktivitas produksi dan distribusi barang sebagai sarana mencari dan meraih keuntungan (profit) Sudut Pandang Bisnis Pandangan Idealistis: Bisnis adalah aktivitas menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, sedangkan keuntungan yang diperoleh merupakan konsekuensi logis dari kegiatan itu. without competition with competition
  • 45. Bisnis dan Sudut Pandang Etika … Kriteria Etis Fokus Individu Perusahaan Masyarakat Egoisme (pendekatan berpusat pada kepentinan diri, self- interest) Kepentingan diri (self-interest) Kepentingan perusahaan (company- interest) Efisiensi ekonomi Benevolence (pendekatan berpusat pada kepentingan orang lain) Kepentingan bersama (friendship) Kepentingan tim (team-interest) Tanggung jawab sosial (social responbility) Principles (pendekatan berpusat pada integritas) Moralitas pribadi (personal morality) Prosedur dan peraturan perusahaan Kode etik dan hukum Budaya etis merupakan pemahaman tak terucap dari semua karyawan/pelaku bisnis tentang perilaku yang dapat dan tidak dapat diterima (Lawrence, Weber, and Post, 2005).
  • 46. Dimensi Bisnis: Ekonomi … Ekonomi: Bisnis adalah kegiatan produktif dengan tujuan memperoleh keuntungan (profit). Keuntungan diperoleh dari penghasilan (revenue) dikurangi harga pokok penjualan (cost of goods sold) dan biaya yang dikeluarkan (expenses). Profit = Revenue – (Cost of Goods Sold + Expenses) expired cost of assets Harta yang dikorbankan untuk menciptakan penjualan unexpired cost Harta sebagai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk menciptakan penjualan Kalangan “ekonom” menyebutnya sebagai faktor-faktor produksi: tanah, tenaga kerja, modal, dan wirausahawan.
  • 47. Kesadaran hewani (egoisme): tindakan dianggap etis bila tindakan itu memberi manfaat atau menguntungkan bagi diri, dan dianggap tidak etis jika ia merugikan. Ukuran Penilaian Etis dalam Bisnis Dimensi Bisnis: Etis … Kesadaran manusia (utilitarianisme): tindakan dianggap etis jika tindakan itu memberi manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat, dan dianggap tidak etis bila menimbulkan kerugian bagi masyarakat, sekalipun ia menguntungkan secara pribadi. Kesadaran spiritual: tindakan dianggap etis jika ia memberi manfaat dan menguntungkan bagi diri, masyarakat, dan alam, serta sesuai pula dengan ajaran atau perintah agama. Sebaliknya, ia dianggap rugi jika bertentangan dengan ketiganya: individu, masyarakat, dan agama.
  • 48. Bisnis adalah kegiatan produktif, yaitu menghasilkan dan mendistribusikan barang dan jasa untuk kebutuhan seluruh umat manusia sebagai media untuk menciptakan kehidupan yang sejahtera, baik lahir maupun batin. Bisnis dari Sudut Pandang Etika Dimensi Bisnis: Etis … Bisnis harus dapat memberikan manfaat dari profit atau keuntungan yang diperoleh, dengan tetap memperhatikan dampak negatif yang mungkin timbul terhadap masyarakat dan lingkungan ekologi yang ditempati. Kegiatan bisnis bersesuaian dengan kesadaran hewani, manusia, dan spiritual. Kegiatan bisnis harus tetap memperhatikan dampak yang mungkin timbul
  • 49. Legal Creator: perusahaan diciptakan oleh legal-formal yang diberlakukan oleh negara dan, karena itu, ia menjadi badan hokum yang di dalamnya terdapat hak dan kewajiban perusahaan. Bisnis dari Sudut Pandang Hukum Dimensi Bisnis: Hukum … Legal Recognition: perusahaan diciptakan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk memperoleh keuntungan melalui produk yang mereka buat Perusahaan Negara: fokus bisnisnya pada pelayanan publik Perusahaan Swasta: fokus bisnisnya pada perolehan untung Dalam pandangan De George (Keraf, 1998), dari aspek hukum, bisnis perusahaan ditinjau dari dua sisi: “legal creator” dan “legal recognition”.
  • 50. Internal: sumber daya insani dan sumber daya noninsani (uang, peralatan, bangunan, mesin, dan sebagainya). Elemen Bisnis Perusahaan Dimensi Bisnis: Sosial … Eksternal: sumber daya insani (pemasok, pelanggan, pemodal, pemerintah, masyarakat); sumber daya noninsani (alam, teknologi, sistem, dll.) Dari aspek sosial, perusahaan didirikan untuk menciptakan barang dan jasa yang diperlukan masyarakat, sedangkan keuntungan akan datang dengan sendirinya bila perusahaan mampu melayani kebutuhan masyarakat. Kaidah Dasar: Dahulukan kepentingan publik (sesuai dengan selera publik), perusahaan tidak saja “exist” dan “survive”, bahkan pasti bisa “sustain”.
  • 51. God Devotion: para pemangku kepentingan (stakeholders) menyadari bahwa bisnis merupakan bagian dari ibadah. Paradigma Bisnis Dimensi Bisnis: Sosial … Prosperity Society: tujuan bisnis adalah untuk menciptakan kesejahteraan hidup bagi semua pemangku kepentingan dan masyarakat. Planet Conservation: pelaksanaan atau operasionalisasi kegiatan bisnis harus mampu memberi jaminan bagi tetap lestarinya alam. Profit God Devotion, al ‘Ibâdah Prosperity Society, Hablun min an Nâs Planet Conservation, Ihtifâzh al ‘Alâm
  • 52. Bisnis dan Teori Pemangku Kepentingan … The capitalism as we know it today-an amoral culture of short-term self-interest, profit maximization, emphasis on shareholder value, isolationist thinking, and profligate disregard of long-term consequences. Based on narrow assumptions about human nature and motivation, this system is unsustainable, a monster set to consume itself. The alternative is "spiritual capital"—a values-based business culture in which wealth is accumulated in order to generate a decent profit while acting to raise the common good. Rather than emphasizing shareholder value, spiritual capital emphasizes "stakeholder value," where stakeholders include the whole human race, present and future, and the planet itself. Spiritual capital nourishes and sustains the human spirit. Pengelolaan perusahaan memiliki beragam pandangan. Dua pandangan yang kini menonjol adalah “enlightened company” (dikemukakan oleh Hansen and Allen, 2009) dan “spiritual company” (dikemukakan oleh Zohar and Marshal, 2004). Hansen and Allen (2009) suggest that greed on its own is not enough to become rich - though I can think of any number of millionaires who might disagree. What is required is an "enlightened" approach to accumulating vast wealth, which means you have to be prepared to give as well as to receive.
  • 53. Teori Kepemilikan, Proprietary Theory: Perusahaan merupakan “agen, perwakilan atau susunan melalui wirausahawan individual atau pengoperasi pemegang saham”, dan kelompok atau pemilik modal sebagai pusat kepentingan terefleksi dalam cara memelihara catatan akuntansi dan membuat laporan keuangan, dengan tujuan utama adalah untuk menentukan dan menganalisis kekayaan bersih pemilik Paradigma Bisnis Bisnis dan Teori Pemangku Kepentingan … Teori Entitas, Entity Theory: Entitas (perusahaan) merupakan sesuatu yang terpisah dan berbeda dari pihak yang menyediakan modal pada entitas, dan, karena itu, unit bisnis (bukan pemilik) merupakan pusat kepentingan akuntansi. Teori Dana, Fund Theory: Memandang unit bisnis (bussines unit) terdiri atas sumber daya ekonomi (dana), dan karena itu, ia memiliki kewajiban dan restriksi terkait mengenai penggunaan sumber daya.
  • 54. Paradigma Bisnis Bisnis dan Teori Pemangku Kepentingan … Teori Komando, Command Theory: Pusat perhatiannya adalah mereka yang memiliki kekuasaan atau wewenang untuk melakukan kontrol ekonomi. Teori Perusahaan, Enterprise Theory: peranan bisnis dilihat harus dilihat secara menyeluruh, tidak hanya dari sisi kepentingan shareholder tapi aspek sosial. Teori ini lazim disebut Stakeholder Theory. Teori Ekuitas Sisa, Residual Equity Theory: Pemegang saham memiliki ekuitas di perusahaan seperti pemegang saham ekuitas lainnya, tetapi pemegang saham tidak dianggap sebagai pemilik. Di sini terdapat hubungan khusus residual equity holder. Perubahan dalam penilaian aktiva, laba bersih dan laba ditahan, dan perubahan dalam hak pemegang ekuitas lain tercermin dalam “residual equity” pemegang saham biasa.
  • 55. Bisnis dan Teori Pemangku Kepentingan … Pemangku kepentingan (stakeholders) adalah semua pihak (individu atau lembaga) yang turut mempengaruhi keberadaan perusahaan dan atau dipengaruhi oleh tindakan-tindakan perusahaan (Lawrence, Weber, and Post, 2005). Stakeholder Market Stakeholder, pemangku kepentingan pasar; “market environment” (Baron, 2006); “kelompok primer” (Keraf, 1998). Mereka adalah pelanggan, pemasok, pemodal, pemberi pinjaman, dan karyawan. Non-Market Stakeholder, pemangku kepentingan nonpasar. “non- market environment” (Baron, 2006); “kelompok sekunder” (Keraf, 1998). Mereka adalah pemerintah, media massa, aktivis lingkugan hidup, masyarakat lokal, akademisi.
  • 56. Bisnis dan Teori Pemangku Kepentingan … Perusahaan Pemodal Kelompok Primer Kelompok Sekunder Karyawan Pelanggan Pemasok Masyarakat Pemerintah Media Massa Aktivis LH
  • 57. Tingkat Kesadaran Teori Etika Paradigma Pengelolaan Sasaran Perusahaan Kesadaran Hewani • Teori egoisme • Teori hak • Paradigma Kepemilikan (proprietorship Paradigm) • Paradigma Pemegang Saham (stockholders paradigm) • Memperoleh kekayaan dan keuntungan optimal bagi pengelola yang sekaligus merangkap sebagai pemilik perusahaan • Pengelola (manajemen sudah terpisah dari para pemegang saham selaku pemilik perusahaan • Sasaran perusahaan adalah memperoleh kekayaan dan keuntungan optimal bagi para pemegang saham Kesadaran Manusiawi • Teori Utilitariasme • Teori keadilan (fairness theory) • Teori Kewajiban (Deontologi) • Teori Keutamaan Paradigma ekuitas (Equity paradigm) Sasaran pengelolaan perusahaan untuk meningkatkan kekayaan dan keuntungan para investor (pemegang saham dan kreditur) Paradigma Perusahaan (Enterprise Paradigm) Sasaran pengelolaan perusahaan adalah untuk kesejahteraan seluruh masyarakat (semua pemangku kepentingan (stakeholders) Kesadaran Transdental Teori Teonom Paradigma Perusahaan Tercerahkan (Enlightened Company) Tujuan pengelolaan perusahaan adalah sebagai bagian dari ibadah kepada Tuhan melalui pengabdian tulus untuk kemakmuran bersama dan menjaga kelestarian Tingkat Kesadaran, Teori Etika, dan Paradigma Perusahaan …
  • 58. Hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan berdasarkan pendekatan pemangku kepentingan, antara lain: • Lakukan identifikasi semua pemangku kepentingan, baik yang nyata maupun yang masih bersifat potensial. • Cari tahu kepentingan dan kekuasaanlompok pem setiap golongan pemangku kepentingan • Cari tahu apakah ada koalisi kepentingan dan kekuasaan antar golongan pemangku kepentingan tersebut. Analisis Pemangku Kepentingan … Keputusan diambil berdasarkan pertimbangan: • Pemangku keputusan adalah pihak yang menerima manfaat paling besar dari keputusan tersebut. • Dampak kerugian yang menimpa pemangku kepentingan hanya sedikit • Keputusan yang diambil tidak membentur kepentingan dan kekuasaan kelompok pemangku kepentingan yang dominan
  • 59. Kepentingan dan Kekuasaan Kelompok Primer … Pemangku Kepentingan Kepentingan (interest) Kekuasaan (power) 1. Pelanggan Memperoleh produk yang aman dan berkualitas sesuai dengan yang dijanjikan serta memperoleh pelayanan yang memuaskan Membatalkan pesanan dan membeli dari pesaing. Melakukan kampanye negatid tentang perusahaan 2. Pemasok Menerima pembayaran tepat waktu Memperoleh order secara teratur Membatalkan atau memboikot order dan menjual kepada pesaing. 3. Pemodal • Pemegang saham • Kreditur Memperoleh deviden dan capital gain dari saham yang dimiliki Memperoleh penerimaan bunga dan pengembalian pokok pinjaman sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Tidak mau membeli saham perusahaan Memberhentikan para eksekutif perusahaan Tidak memberikan kredit Membatalkan/menarik kembali pinjaman yang telah diberikan. 4. Karyawan Memperoleh gaji/upah yang wajar dan ada kepastian kelangsungan perusahaan Melakukan aksi unjukrasa / mogok kerja Memaksakan kehendak melalui organisasi buruh yang ada
  • 60. Kepentingan dan Kekuasaan Kelompok Sekunder … Pemangku Kepentingan Kepentingan (interest) Kekuasaan (power) 1. Pemerintah Mengharapkan perutumbuhan ekonomi dan lapangan kerja Memperoleh pajak Menutup/menyegel perusahaan Mengeluarkan berbagai perturan 2. Masyarakat Mengharapkan peran serta perusahaan dalam program kesejahteraan masyarakat Menjaga kesehatan lingkungan Menekan pemerintah mellui unjuk rasa massal Melakukan aksi kekerasan 3. Media Massa Menginformasikan semua kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan isu etika, nilai-nilai, kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan Memublikasikan berita negatif yang merusak citra perusahaan. 4. Aktivis Lingkungan Kepedulian terhadap pengaru hpositif dan negatif dari tindakan perusahaan terhadap lingkungan hidup, HAM, dan sebagainya Engampanyekan aksi boikot dengan memengaruhi pemerintah, media massa dan masyarakat Melobi pemerintah untuk membatasi/melarang impor produk perusahaan tersebut bila merusak lingkungan hidup atau melanggar HAM