SlideShare a Scribd company logo
KUMPULAN ARTIKEL
1. METODE DAN PENDEKATAN DALAM KAJIAN ANTROPOLOGI
2. METODE-METODE PENYEBARAN BUDAYA
3. CABANG-CABANG ANTROPOLOGI DAN FOKUS KAJIANNYA
4. LATAR BELAKANG KEMUNCULAN ANTROPOLOGI SERTA MANFAAT
KAJIAN ANTROPOLOGI
Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Antropologi
Dosen Pengampu
Dr.Taufiq Ramdani,S.Th.i.,M.Sos
Disusun Oleh:
Nama : Elsa Apriliani
NIM : L1C021092
Prodi/Kelas : Sosiologi/1C
PROGRAN STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS DI BAWAH REKTOR
UNIVERSITAS MATARAM
2021
ii
DAFTAR ISI
Daftar Isi................................................................................................................... ii
BAB I Metode Dan Pendekatan Dalam Kajian Antropologi
A. Metode Dalam Antropologi.................................................................................. 3
B.Pendekatan............................................................................................................. 6
BAB II Metode-Metode Peyebaran Budaya
A.Difusi Penyebaran Budaya .................................................................................... 8
B. Macam-Macam Cara Difusi Atau Cara Penyebaran Kebudayaan........................ 9
C.Metode Penelitian Antropologi Budaya...............................................................10
BAB III Cabang-Cabang Antropologi Dan Fokus Kajiannya
A.Cabang-Cabang Antropologi...............................................................................16
B.Fokus Kajian Antropologi ...................................................................................23
BAB IV Latar Belakang Keemunculan Antropologi Serta Manfaat Kajian
Antropologi
A.Latar Belakang.....................................................................................................25
B.Fase Perkembangan .............................................................................................27
C.Manfaat Kajian Antropologi................................................................................31
Daftar Pustaka....................................................................................................... 32
3
BAB I
Metode dan Pendekatan Dalam Kajian Antropologi
A.Metode dalam Antropologi
1. Metode partisipant observer
Partisipant observer merupakan sebuah partisipasi dari peneliti atau
antropolog yang di lakukan dengan cara langsung ke dalam sebuah masyarakat
atau komunitas tertentu.karena dengan adanya partisipant observasi peneliti
dapat mempelajari kebudayaan yang ada dalam masyarakat tersebut atau orang
yang di teliti.
2. Metode etika dan identitas
Penampilan merupakan sesuatu yang sangat penting ketika kita mau
melakukan penelitian ,karena penampilan dapat mempengaruhi reaksi orang
yang adaa di sekitar.Namun masing-masing masyarakat mempunyai cara
tersendiri dalam berpakaian,setidaknya kita menggunakan pakaian yang layak
atau yang sopan ketika di gunakan.
3. Sikap di lapangan
Sikap di lapangan merupakan salah satu bentuk pendekatan seorang
peneliti kedpada orang yang di teliti,karena jika sikpa kita acuh maka
masyarakat tidak akan mau untuk di observasi atau di teliti,dan seorang peneliti
seharusnya bersikap terbuka,ingin tahu,dan yang terpenting harus terus
terang(jujur) dengan apa tujuan penelitian dan maksud dari penelitian kita.
4. Metode penelitian kualitatif
Metode penelitian kualitatif merupakan penelitian exploratif yang
memberikan pemahaman dan pengertian terhadap suatu permasalahan.Tujuan
dari metode kualitatif yaitu untuk memperoleh pemahaman dan pengertian dan
alasan-alasan dan motivasi yang mendasari terjadinya sesuatu.Metode penelitian
kualitatif menekankan pada proses yang di mana di dalamnya tidak di uji secara
ketat atau di ukur dalam bentuk angka,jumlah ataupun frekuensi.Para peneliti
yang menggunakan metode kualitatif pasti menekankan pada realitas alamiah
yang dapat di bangun secara sosial maupun melalui hubungan penelitian yang
sejarah,photo,cerita hidup,fakta yang di fiksikan untuk lebih memahami suatu
4
permasalahan.Pendekatan kualitatif menghasilkan informasi yang lebih
mendetail tentang jumlah orang kecil maupun kasus dan pendekatan kualitatif
tergantung dari keahlian,kompetensi dan ketatnya suatu penelitian.
5. Metode Penelitian Kuantitatif
Metode penelitian kuantitatif merupakan menguantitatifkan data kualitatif
secara khusus dan mengaplikasikannya ke analisis-analisis statistik.Tujuan dari
metode penelitian kuantitatif yaitu untuk mengukur jumlah data dan membuat
hasil dari sempel ke populasi yang di teliti,sempel penelitian kuantitatif
memerlukan jumlah kasus yang sangat besar sehingga dapat mewakili populasi
yang di teliti.Metode penelitian kuantitatif menekankan pada pengukuran dan
analisis yang di dalamnya menggunakan beberapa model seperti model
matematika,tabel statistik,dan grafik.Pendekatan kuantitatif mempermudah
dalam menentukan perbandingan dan pengelompokan data.
6. Metode Holistik
Metode Holistik merupakan metode pendekatan secara menyeluruh untuk
memperoleh segala hal yang berkaitan dengan manusia atau meneliti suatu
masalah sosial budaya di dalam kehidupan masyarakat secara
menyeluruh.Pendekatan holistik di lakukan dengan cara memperhatikan
keseluruhan aspek sebagai unit yang bersifat fungsional atau sebagai suatu
sistem yang utuh.Pendekatan holistik berusaha mencakup segala hal yang
berkaitan dengan ruang lingkup kehidupan manusia.Pendekatan holistik di
kembangkan untuk masyarakat pedesaan kecil karena pedesaan dapat di cakup
secara keseluruhan.Dalam metode holistik dapat di lakukan dengan penelitian
lapangan dalam waktu yang cukup lama.Teknik pengumpulan data holistik
menggunakan metode observasi dan wawancara menndalam(terjun langsung ke
dalam masyarakat)
7. Metode Mikro
Metode mikro yaitu metode yang mempelajari suatu gejala hingga
terkumpulnya data secara mendalam mengenai suatu masalah sosial budaya
dengan detail.Data konkrit atau data yang mendalam dapat di gunakan sebagai
pedoman untuk menganalisa masalah-masalah pada kasus-kasus yang
5
lain,sehingga dapat di simpulkan pengertian umum dari masalah ataupun kasus
yang bersangkutan.
8. Metode Komparatif
Metode Komparatif merupakan metode yang merujuk pada pola
perbandingan dengan meletakkan dua hal budaya pada sisi yang sama dan juga
menjelaskan sisi-sisi yang berbeda.Pendekatan komparatif merupakan sebuah
pendekatan unik di dalam antropologi.Metode ini dapat di pakai untuk
memahami suatu kebudayaan masyarakat yang masih belum mengenal baca-
tulis atau pra-aksara.Para ahli antropolgi juga meyakini bahwa setiap teori perlu
di uji sebanyak mungkin pada suatu kebudayaan sebelum kebudayaan tersebut di
verivikasi.
9. Pendekatan Partikularistik
Metode pendekakatan partikularistik yaitu pendekatan yang berawal dari
sesuatu yang sifatnya terbatas,kemudian menarik kesimpulan untuk sesuatu yang
lebih luas dan umum.Dalam pendekatan ini seorang peneliti dapat memulai
penelitian mereka dari sesuatu yang sifatnya partikular (khusus).Kemudian
ketika sudah memasuki pertengahan penelitian mereka akan berusaha untuk
masuk pada sesuatu yang dapat berlaku di mana-mana.cara pandang partikular
yaitu ibarat cara pandang atau cara berfikirnya para tukang yang mengerjakan
bagan demi bagan yang lain dari keseluruhan bangunan ,karena pada umumnya
para tukang tidak di berikan tanggung jawab atas keseluruhan bangunan sebab
tukang hanya memiliki tugas mengerjakan bagan per bagan mereka.
10. Metode pendekatan interpretatif
Metode pendekatan interpretatif bersifat humanistik (bebas) karena setiap
ungkapan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan .Karena
setiap manusia selalu menjadi pusat perhatian . Hal ini dapat terjadi karena
pendekatan interpretatif dapat menjadi kunci dalam menempatkan semua
kepentingan masyarakat.Interpretatif yaitu suatu langkah untuk memperoleh
makna terhadap suatu objek secara mendalam dan luas terhadap objek
penelitian.
6
11. Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural yaitu pendekatan analisis data dengan cara
memperhatikan elemen-elemen kunci dari berbagai diemnsi sekunder dari obyek
yang di teliti dengan seimbang.pendekatan struktural dan partikularistik pertama
kali di kembangkan oleh prof fox.
B.Pendekatan
1.Pengertian Pendekatan
Pendekatan dalam hal ini adalah suatu disiplin ilmu untuk dijadikan landasan
kajian sebuah studi atau penelitian. Pendekatan dalam aplikasinya lebih mendekati
disiplin ilmu karena tujuan utama pendekatan ini untuk mengetahui sebuah kajian dan
langkah-langkah metodologis yang dipakai dalam mengkaji atau peneliti itu sendiri.
Setiap disiplin ilmu mempunyai kekhususan metodologi sebab tidak ada sebuah metode
yang dapat digunakan dalam semua disiplin ilmu. Jika seorang pengkaji telah
menentukan pendekatan yang di gunakannya, akan dengan mudah terbaca langkah-
langkah metodelogis yang digunakannya.
2.Pendekatan Antropologi
Adapun antropologi dalam bahasa Yunani terdapat dua kata yaitu, anthropos
berarti manusia dan logos berarti studi. Jadi, antropologi merupakan suatu studi disiplin
ilmu yang berdasarkan rasa ingin tahu yang tiada henti-hentinya tentang makhluk
manusia. Antropologi secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
tentang masyarakat dan kebudayaan. Kebudayaan itu sendiri adalah hasil kegiatan dan
penciptaan batin manusia. Maka antropologi adalah ilmu tentang manusia khususnya
tentang asal-usul, aneka warna bentuk fisik, adat istiadat, dan kepercayaan pada masa
lampau. Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji
masalah manusia dan budayanya. Ilmu ini bertujuan untuk memperoleh suatu
pemahaman totalitas manusia sebagai makhluk hidup, baik di masa lampau maupun
masa sekarang. Antropologi itu tidak lebih dari suatu usaha untuk memahami
keseluruhan pengalaman sosialnya. Maka hasil maksimum yang diperoleh dari
antropologi adalah fenomena yang menunjukkan adanya Tuhan.
Suatu segi yang menonjol dari ilmu antropologi ialah pendekatan secara
menyeluruh yang dilakukan terhadap manusia; ahli antropologi mempelajari tidak
7
hanya bermacam jenis manusia, mereka juga mempelajari semua aspek daripada
pengalaman-pengalaman manusia. Misalnya, dalam menulis tentang suatu kelompok
manusia, seorang ahli antropologi mungkin juga menggambarkan suatu bagian sejarah
daerah manusia itu, lingkungan hidup, cara kehidupan keluarga, pola pemukiman,
sistem politik dan ekonomi, agama, gaya kesenian dan berpakaian, segi-segi umum
bahasa, dan sebagainya.Adapun Metode yang di gunakan melalui pendekatan
antropologi yaitu metode holistik.
8
BAB II
Metode-metode Penyebaran Budaya
A.Difusi Penyebaran Budaya
Difusi adalah salah satu bentuk penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu
tempat ke tempat lainnya. Penyebaran ini biasanya dibawa oleh sekelompok manusia
yang melakukan migrasi ke suatu tempat. Sehingga kebudayaan mereka turut melebur
di daerah yang mereka tuju. Contohnya yaitu ketika orang cina melakukan migrasi ke
lombok seperti yang kita lihat sekarang banyak kebudayaan mereka yang menghilang
atau melebur semenjak mereka migrasi.
Bentuk Penyebaran kebudayaan juga dapat terjadi dengan berbagai cara. Antara
lain:
a. Adanya individu-individu tertentu yang membawa unsur-unsur kebudayaannya
ke tempat yang jauh. Misalnya para pelaut dan pendeta. Mereka pergi hingga
jauh ke suatu tempat dan mereka mendifusikan budaya-budaya mereka,
darimana mereka berasal yang mana hal ini biasanya dilakukan para pendeta.
b. Penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang dilakukan oleh individu-idividu dalam
suatu kelompok dengan adanya pertemuan antara individu-individu kelompok
yang lain. Disinilah terjadi proses difusi budaya dimana mereka saling
mempelajari dan saling memahami antara budaya mereka masing-masing.
c. Cara lain adalah dengan adanya bentuk hubungan perdagangan,di mana para
pedagang masuk ke wilayah dan unsur-unsur budaya perdagangan tersebut
masuk ke dalam kebudayaan penerima tanpa di sengaja.
d. Anggapan Dasar Kebudayaan .Kebudayaan dapat ddisesuaikan karena
Kebudayaan merupakan suatu integrasi. Kebudayaan Selalu Berubah kapan saja
dan di mana saja.
e. Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri
khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Suatu asimilasi
ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok.
Untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi meliputi usaha-usaha mempererat
kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan kepentingan serta
tujuan bersama.
9
f. Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok
manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu
kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke
dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan
kelompok itu sendiri.
Proses dalam difusi di bagi menjadi 2 macam :
• difusi langsung, jika unsur-unsur kebudayaan tersebut langsung menyebar dari
suatu lingkup kebudayaan pemberi ke lingkup kebudayaan penerima
• difusi tak langsung terjadi apabila unsur-unsur dari kebudayaan pemberi singgah
dan berkembang dulu di suatu tempat untuk kemudian baru masuk ke lingkup
kebudayaan penerima. Difusi tak langsung dapat juga menimbulkan suatu
bentuk difusi berangkai, jika unsur-unsur kebudayaan yang telah diterima oleh
suatu lingkup kebudayaan kemudian menyebar lagi pada lingkup-lingkup
kebudayaan lainnya secara berkesinambungan..
Koentjaraningrat menyimpulkan bahwa proses difusi tidak hanya dari sudut
bergeraknya unsur-unsur kebudayaan dari suatu tempat ke tempat lain di muka bumi
saja tetapi terutama sebagai suatu proses di mana unsur-unsur kebudayaan dibawa oleh
individu-individu dari suatu kebudayaan, dan harus diterima oleh individu dari
kebudayaan lain, maka terbukti bahwa tidak pernah terjadi difusi dari satu unsur
kebudayaan. Unsur-unsur itu selalu berpindah-pindah sebagai suatu gabungan atau
suatu kompleks yang tidak mudah dipisahkan.
B.Macam-Macam Cara Difusi Atau Cara Penyebaran Kebudayaan
• Simbiotik (symbiotic)
Simbiotik artinya peristiwa pertemuan individu dari masyarakat bertemu
dengan individu dari masyarakat lain, namun tidak mengubah bentuk
kebudayaannya masing-masing. Peristiwa ini memungkinkan masyarakat saling
bertemu dan hidup secara berdampingan dengan dua unsur kebudayaan yang
berbeda. Siany dan Atik dalam "Khazanah Antropologi 1" mencontohkan
hubungan antara suku pelangang Kongo, Togo, dan Kamerun yang merupakan
10
suku bangsa negrito di Afrika. Mereka saling berhubungan, namun hanya
sebatas perdagangan dan tidak mengubah kebudayaan masing-masing suku.
• Penetrasi damai (penetration pasifigue)
Cara difusi budaya lainnya adalah dengan penetrasi damai atau pasifigue
penetration. Cara ini merupakan proses di mana kebudayaan dari suatu
masyarakat masuk ke masyarakat lainnya tanpa disertai paksaan. Kebudayaan
baru bisa diterima oleh masyarakat apabila kebudayaan tersebut dianggap baik
oleh masyarakat setempat. Contoh difusi dengan cara penetrasi damai adalah
masuknya agama Hindu-Buddha dan Islam ke Indonesia.
• Penetrasi paksa (penetration violence)
Sebaliknya, ada pula penetrasi yang dilakukan secara paksa. Difusi
budaya dengan cara paksaan disebut dengan istilah penetration violence. Cara
ini membiarkan kebudayaan suatu masyarakat masuk dengan penjajahan atau
peperangan. Penetrasi paksa dianggap dapat merusak kebudayaan masyarakat
penerima dan menyebabkan guncangan sosial. Hal ini berujung pada hilangnya
kebudayaan asli suatu masyarakat.
Kebudayaan manusia itu pada pangkalnya satu, dan disatu tempat yang tertentu,
yaitu pada waktu mahluk manusia baru saja muncul didunia ini. Kemudian kebudayaan
induk itu berkembang, menyebar, dan pecah kedalam banyak kebudayaan baru, karena
pengaruh keadaan lingkuangn dan waktu. Dalam proses memecah itu bangsa-bangsa
pemangku kebudayaan-kebudayaan baru tadi tidak tetep tinggal terpisah. Sepanjang
masa dimuka bumi ini senantiasa terjadi gerak perpindahan bangsa-bangsa yang saling
berhubunganserta pengaruh mempengaruhi.Tugas terpenting ilmu etnolgi menurut para
sarjana tadi ialah antara lain untuk mencari kembali sejarah gerak perpindahan bangsa-
bangsa itu, proses pengaruh-mempengaruhi, serta persebaran kebudayaan manusia
dalam jangka waktu beratus- ratus ribu tahun yang lalu mulai saat terjadinya manusai
hingga sekarang. proses penyebaranunsur-unsur kebudayaan dari individu ke individu
lainya atau dari masyarakat ke masyarakat lainya dinamakan Difusi Kebudayaan.
11
C. Metode penelitian antropologi budaya
1.Metode ilmiah
Metode ilmiah adalah salah satu metode yang di gunakan manusia untuk
memperoleh pengetahuan dengan cara menggabungkan metode empirik dengan
metode rasionalistik sebagai pendekatan bersama yang saling melengkapi dan
memperjelas.metode ini di mulai dengan pengamatan dan berakhir juga dengan
pengamatan.
Di dalam metode ilmiah ,metode analisis –induktif digunakan secara
bersama-sama.Metode analisis- induktif adalah cara pandang penelitian ilmiah yang
bertitik tolak dari pengetahuan khusus untuk sampai pada kesimpulan yang berupa
pengetahuan umum.Dan ini di lakukan oleh metode analisis-induktif dengan cara
memisahkan pengertian yang sepadan dengan pengertian yang tidak
sepadan.Metode analisi-induktif di pakai secara bersamaan di sebabkan karena
sebuah analisis hanya dapat di lakukan apabila telah ada pengetahuan umum.hal ini
di sebabkan karena keberadaan pengetahuan umum yang dapat memberikan
peneliti pengetahuan awal atas objek yang di kaji atau fenomena yang akan di teliti.
2.Metode Fenomenologi
fenomenologi adalah sebuah Metode penelitian atau metode berpikir
yang bertujuan untuk mengungkap atau menjelaskan realitas yang berada di balik
gejala atau fenomena yang tertangkap oleh panca indera manusia dalam kehidupan
sehari-hari. fenomenologi merupakan sebuah bidang kajian yang berupaya untuk
mendeskripsikan pengalaman hidup manusia yang terdapat di dalam kesadaran.
Pengalaman hidup tersebut adalah sebuah fenomena yang dinamis. Ini disebabkan
karena pengalaman hidup manusia selalu mengalami perkembangan dalam
kesadaran. Perkembangan tersebut terjadi karena adanya pengaruh dari dunia di
luar manusia sebagai subjek berkesadaran yang mengalami dunia. Oleh karena itu,
antara manusia, sebagai subjek berkesadaran, dengan dunia yang berada di luar
manusia (dunia eksternal) senantiasa berelasi. Namun, sebelum sampai ke
kesadaran manusia, pengalaman hidup manusia masih berupa peristiwa-peristiwa
yang dicerap oleh panca indera manusia.Adapun tahap penelitian fanomenologi:
12
• Bracketing
Bracketing adalah melakukan identifikasi dan menyimpan
sementara asumsi, keyakinan, dan pengetahuan yang telah dimiliki
tentang fenomena yang diteliti agar mampu berkonsentrasi pada setiap
aspek fenomena, merenungkan esensi dari fenomena dan menganalisis
serta mendeskripsikan fenomena. Pada tahapan ini, peneliti harus
bersikap terbuka, jujur, dan netral terhadap fenonema budaya yang
sedang diamati. Hal tersebut perlu dilakukan agar peneliti dapat
melakukan identifikasi terhadap fenomena budaya tersebut.
• Intuiting
Dalam tahapan ini peneliti melakukan perenungan, analisis, dan
pendeskripsian atas data dan temuan penelitian. Tujuan tahapan ini
tidak saja agar peneliti dapat melakukan penyatuan dengan data yang
dianalisis untuk melakukan pemilihan dan pemilahan data fenomena
untuk memperoleh pemahamanyang utuh dan mendalam tentang
fenomena, tetapi juga agar peneliti dapat menemukan esensi dan pola
dari fenomena budaya yang di amati dapat disusun.
3.Metode Etnografi
Kata etnografi merupakan kata bentukan yang disusun atas kata etno
(bangsa) dan grafis (menggambarkan). Itu berarti kata etnografi dapat diartikan
sebagai sebuah studi yang berusaha menggambarkan sebuah bangsa. Namun,
penggambaran sebuah bangsa melalui etnografi bukanlah penggambaran bangsa
yang bersifat umum .Etnografi merupakan metode yang mampu menghasilkan
sebuah penelitian yang holistik bagi kebudayaan, tetapi juga dapat menghasilkan
penemuan-penemuan baru atas kebudayaan.etnografi juga memiliki fungsi korektif
atas berbagai pemahaman yang telah ada sebelumnya. Maka, etnografi tidak hanya
dapat mempertegas kebenaran-kebenaran budaya yang telah ada sebelumnya, tetapi
juga memiliki kemampuan untuk menghadirkan kebenaran baru untuk kebudayaan.
Oleh karena itu, banyak peneliti budaya menganggap bahwa etnografi merupakan
model penelitian yang dapat membantu perkembangan keilmuan budaya secara
signifikan. pendekatan etnografi berpusat pada kemajemukan nilai budaya,
13
makna,dan dunia-kehidupan. Oleh karena itu, penggambaran bangsa yang
diproduksi oleh etnografi adalah penggambaran bangsa yang unik dan khas.
Etnografi mengandalkan penelitian lapangan untuk mendapatkan pandangan
kebudayaan yang khas dan unik dari sebuah masyarakat. Penelitian lapangan harus
diterapkan dalam metode etnografi, sebab penelitian lapangan dapat memberikan
peneliti pemahaman mengenai cara sebuah masyarakat berinteraksi dan bekerja
sama melalui fenomena budaya yang teramati. Hal tersebut membuat etnografi
dapat dipahami sebagai pendekatan empiris sekaligus teoretis yang memiliki tujuan
utama tidak saja memproduksi deskripsi mendetail dan holistik, tetapi juga analisis
budaya yang didasarkan pada kerja lapangan yang intensif. . Oleh karena itu,
etnografi dapat dipahami sebagai sebuah metode penelitian lapangan dalam kajian
budaya yang mengharuskan peneliti langsung berhadapan dengan objek penulisan
dalam melakukan pemaknaan atau interpretasi terhadap penulisan yang dilakukan.
Inti etnografi itu berupa sebuah usaha atau upaya untuk memperhatikan
makna-makna dari tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian yang terdapat dalam
masyarakat atau fenomena yang diamati. Bagi etnografi, kebudayaan adalah sistem
makna. Itu karena kebudayaan olehetnografi dipahami sebagai pengetahuan yang
diperoleh dan digunakan oleh manusia untuk menafsirkan pengalaman dan
membentuk atau memproduksi perilaku sosial. Oleh karena itu seorang peneliti
etnografi tidak hanya melakukan penyelidikan atas apa yang teramati saja. Namun,
jauh melampui itu, yakni menyelidiki makna yang berada di balik berbagai benda
budaya yang teramati.
Etnografer mengamati tingkah laku, tetapi lebih dari itu dia menyelidiki
makna tingkah laku itu. Etnografer melihat berbagai artefak dan objek alam, tetapi
lebih dari itu, dia juga menyelidiki makna yang diberikan oleh orang-orang
terhadap berbagai objek itu. Etnografer mengamati dan mencatat berbagai kondisi
emosional, tetapi lebih dari itu, dia juga menyelidiki makna rasa takut, cemas,
marah, dan berbagai perasaan lain.
Agar seseorang dapat menggunakan etnografi sebagai metode penyelidikan
budayanya, seseorang tersebut harus memahami karakteristik penelitian etnografi.
Menurut Denzin & Lincoln (2009: 316) penelitian etnografi memiliki empat
karakteristik khas. Adapun empat karakteristik tersebut sebagai berikut.
14
a) Lebih menekankan upaya eksplorasi terhadap esensi atau sifat dasar
fenomena budaya tertentu, dan bukan melakukan pengujian hipotesis atas
fenomena tersebut.
b) Lebih mementingkan bekerja dengan data yang tidak terstruktur, atau data
yang belum terumuskan dalambentuk kode-kode sebagai seperangkat
kategori yang masih menerima peluang bagi analisis tertentu.
c) Penelitian memfokuskan pada sejumlah kecil kasus, mungkin hanya satu
kasus secara detail.
d) Melakukan analisis data yang meliputi interpretasi makna dan fungsi
berbagai tindakan manusia secara eksplisit sebagai sebuah produk yang
secara umum mengambil bentuk-bentuk deskripsi dan penjelasan verbal
tanpa harus teralu banyak memanfaatkan analisis kuantifikasi.
Adapun langkah-langkah Penelitian etnografi:.
a) Melakukan penetapan informan
Dalam etnografi penetapan informan dilakukan dengan metode seleksi
secara komprehensif. Hal tersebut bertujuan agar data yang didapatkan
benar-benar memiliki sifat holistik dan mendalam.
b) Melakukan wawancara terhadap informan
Teknik wawancara yang dilakukan dalam etnografi adalah wawancara
mendalam. Agar wawancara mendalam dapat dilaksanakan, peneliti
etnografi harus benar-benar mahir meraih kepercayaan informannya
c) Membuat catatan etnografis
Dalam catatan ini termuat identitas informan, jurnal lapangan, laporan
ringkas, dan laporan yang diperluas karena adanya analisis dan tafsir yang
diberikan peneliti atas data.
d) Mengajukan pertanyaan deskriptif
Tujuan pengajuan pertanyaan deskriptif adalah untuk mendapatkan
gambaran setempat melalui refleksi yang ditimbulkan selama wawancara
berlangsung. Dalam pertanyaan ini, peneliti tidak bertujuan mencari makna,
tetapi lebih pada mencari kebenarann data yang didapatkan dari informan.
15
e) Melakukan analisis wawancara
Etnografis Pada tahap ini peneliti melakukan pengkodean atas simbol-
simbol budaya yang didapatkan dari wawancara dengan informan.
f) Membuat analisis domain
Pada tahap ini peneliti membuat istilah pencakup atas apa yang dinyatakan
oleh informan. Istilah-istilah tersebut harus memiliki kaitan semantis satu
sama lainnya.
g) Mengajukan pertanyaan struktural
Pertanyaan struktural merupakan pertanyaan kelanjutan dari pertanyaan
deskriptif. Pada pertanyaan struktural terdapat upaya peneliti untuk
merumuskan apa yang tadinya belum terumuskan.
h) Membuat analisis taksonomi
Pada tahap ini peneliti melakukan pemfokusan pada pertanyaan-pertanyaan
yang telah diajukan. Pada analisis ini identifikasi setiap pertanyaan
merupakan hal yang harus dilakukan.
i) Mengajukan pertanyaan kontras
Tahap ini mensyaratkan penguasaan atas pertanyaan yang telah
disampaikan. Hal tersebut karena pada tahap ini peneliti harus melakukan
oposisi kritis atas jawaban yang telah didapatkan dari informan.
j) Membuat analisis komponen
Analisis ini dilakukan ketika dan setelah di lapangan. Analisis ini bertujuan
untuk melihat dan mencermati kembali data yang telah didapatkan. Apabila
peneliti masih melihat kekurangan pada data yang telah didapat, peneliti
harus turun ke lapangan penelitian kembali.
k) Menemukan tema-tema budaya
Tahap ini merupakan tahapan puncak analisis etnografi. Hal tersebut karena
pada tahap ini peneliti melakukan analisis pada data-data yang telah
didapatkan dalam kaitannya dengan perspektif keilmuan budaya.
l) Menulis etnografis
Penulisan etnografi adalah penulisan secara deskriptif. Tujuannya agar
pembaca dapat memperoleh gambaran yang holistik tentang penelitian yang
telah dilakukan oleh peneliti.
16
BAB III
Cabang-cabang Antropologi dan Fokus Kajiannya
A.Cabang Antropologi
cabang antropologi secara umum dibagi ke dalam 2 cabang besar, yaitu
antropologi fisik (physical anthropology) dan antropologi budaya (cultural
anthropologi). Antropologi budaya terbagi lagi ke dalam arkeologi, antropologi
linguistik, dan etnologi.
1.Antropologi Fisik/Biologi/Paleoantropologi
Antropologi Fisik atau Antropologi Biologi adalah cabang antropologi yang
memfokuskan kajiannya pada manusia sebagai organisme biologis, yang salah satunya
menekankan pada kajian masalah evolusi manusia. Atau ilmu yang mempelajari asal
usul manusia dan evolusi manusia melalui bukti fosil-fosil.Sementara kajian yang
secara khusus meneliti sisa-sisa tubuh yang telah membatu (fosil) yang ditemukan
dalam lapisan-lapisan tanah disebut paleoantropologi. Antropologi fisik ini
mempelajari keragaman manusia di dunia dilihat dari segi fisiknya. Ilmu ini mencoba
untuk memahami sejarah terjadinya keragaman makhluk manusia berdasarkan :
a) ciri-ciri fisik atau tubuhnya yang tampak secara lahiriah (fenotipik), seperti
warna kulit, indeks tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung, tinggi
dan bentuk tubuh.
b) ciri-ciri fisik bagian “dalam” (genotipik) seperti golongan darah. Berdasarkan
klasifikasi di atas, manusia dapat digolongkan ke dalam beberapa golongan
yang disebut ras. Kita ketahui bahwa di dunia ini terdapat beberapa kategori ras
seperti ras kaukasoid, melanesoid, negroid, dan sebagainya
2. Antropologi Budaya
Antropologi Budaya adalah cabang antropologi umum yang berupaya
mempelajari kebudayaan pada umumnya dan beragam kebudayaan dari berbagai
bangsa di seluruh dunia. Ilmu ini mengkaji bagaimana manusia mampu
berkebudayaan dan mengembangkan kebudayaannya dari masa ke masa. Fokus yang
dipelajari oleh ilmu ini adalah cara hidup manusia dalam memelihara dan mengubah
lingkungannya. Cara hidup ini diperoleh manusia melalui proses belajar (sosialisasi)
dan pengalaman hidup.Antropologi budaya berhubungan dengan firasat,literatur atau
17
sastra,dan seni tentang bagaimana suatu kebudayaan memengaruhi pengalaman
seseorangdan kelompok,memberikan kontribusi untuk lebih memahami pengetahuan
yang lebih lengkap,baik tentang adat istiadat maupun pranata sosial.
3. Prasejarah
Prasejarah atau prehistori mempelajari sejarah perkembangan dan persebaran
semua kebudayaan manusia sebelum manusia mengenal tulisan. Jika dilihat secara
umum, maka perkembangan sejarah kebudayaan umat manusia dapat dibagi ke dalam
2 bagian. Pertama, masa sejak munculnya makhluk manusia sekitar 800.000 tahun
yang lalu hingga masa di mana kebudayaan manusia belum mengenal tulisan, dan
kedua, adalah masa kebudayaan manusia setelah mengenal tulisan. Batas antara kedua
masa tersebut tidaklah sama bagi semua kebudayaan yang ada di muka bumi ini.
Beberapa kebudayaan tercatat telah mengenal tulisan sejak 4000 tahun S.M.; seperti
kebudayaan Minoa yang bekas-bekasnya dapat ditemui di Pulau Kreta. Beberapa
kebudayaan lain mengenal tulisan kira-kira 3000 tahun S.M., seperti kebudayaan
Yemdet Nasr di Irak Selatan dan kebudayaan Harapa-Mohenjodaro di daerah Sungai
Sindu di Pakistan. Selain itu ada kebudayaan yang baru mengenal tulisan sekitar 100
tahun S.M., dan beberapa kebudayaan yang diketahui baru mengenal tulisan pada abad
ke 20 (Koentjaraningrat, 1996). Bahan penelitian dari ilmu prasejarah adalah bekas-
bekas kebudayaan seperti benda-benda dan alat-alat (artefak) yang tertinggal di dalam
lapisanlapisan bumi. Selain ilmu prasejarah, ilmu yang dikenal mempelajari
bekasbekas kebudayaan tersebut adalah arkeologi. Namun, arkeologi di Indonesia
telah mendapat kekhususan dalam kajiannya, karena lebih memfokuskan kajiannya
pada jaman prasejarah di Indonesia hingga masa jatuhnya negaranegara Indonesia-
Hindu dan lenyapnya kebudayaan Indonesia-Hindutersebut. Ilmu prasejarah di
Indonesia masih sangat muda, yaitu sekitar tahun 1930-an, yang dipelopori oleh A.J.J.
Van Der Hoop dan C.T. Van Stein Callenfels. Di Indonesia, ilmu prasejarah ini tidak
menjadi bagian dari ilmu antropologi tetapi menjadi bagian dari arkeologi.
4. Antropologi Linguistik
Antropologi linguistik yaitu di mana Manusia diberi kelebihan dibandingkan
dengan makhluk hidup lainnya dalam menciptakan simbol-simbol yang terangkum
dalam istilah bahasa. Bahasa sangat penting sebagai media berkomunikasi sehingga
interaksi antarindividu atau antarkelompok akan menjadi lebih efektif. Selain
18
kemampuan menciptakan bahasa, manusia pun masih memiliki insting dalam
berkomunikasi seperti halnya yang dimiliki oleh makhluk hidup lainnya. Hanya
bedanya, makhluk hidup selain manusia tidak mampu menciptakan bahasa seperti
manusia. Bahasa merupakan lambang kepintaran yang dimiliki manusia yang
diperolehnya melalui proses belajar. Oleh karena itu, bahasa merupakan ciri dari
kehidupan manusia atau bahasa merupakan ciri dari kebudayaan manusia. Bahasa
yang diciptakan sekaligus dipelajari oleh manusia pada akhirnya akan berfungsi
mengikat bagi manusia itu sendiri dalam menggunakannya. Dalam hal ini, bahasa
menjadi salah satu unsur kebudayaan yang memiliki kaidah-kaidahnya sendiri yang
berada “di luar” individu yang menggunakannya. Sebagai contoh, jika Anda menemui
ada individu sebagai anggota masyarakat di mana Anda berada menggunakan bahasa
dengan kaidah-kaidah di luar ketentuan yang berlaku maka pesan yang ingin
disampaikannya tidak akan diterima/dimengerti oleh orang lain begitu pula oleh Anda
sendiri. Bahasa merupakan kesepakatan bersama seluruh anggota masyarakat yang
menggunakannya. Bahasa sebagai simbol untuk berkomunikasi saat ini telah
berkembang sangat kompleks, walau pun mungkin masih ada beberapa suku bangsa
yang hidup terpencil masih menggunakan bahasa yang relatif sederhana, baik dalam
jumlah kata-kata atau pun tata bahasanya. Bahasa memiliki fungsi sebagai media
transmisi (sosialisasi) unsur-unsur kebudayaan dari satu generasi kepada generasi
berikutnya. Karena fungsinya pengantar antropologi itu, bahasa menjadi salah satu
unsur penting untuk dipelajari oleh antropologi. Salah satu cabang ilmu antropologi
budaya yang secara spesifik mengkaji masalah bahasa ini adalah antropologi linguistik
(linguistic anthropology) atau etnolinguistik.
5.Etnologi dan Antropologi Sosial
Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas-asas manusia melalui kajiannya
terhadap sejumlah kebudayaan suku bangsa yang tersebar di seluruh dunia. Seperti
Anda lihat pada bagan 2 di atas, ilmu ini dibedakan menjadi 2 bagian atas dasar
perbedaan fokus kajiannya.
• Pertama, ilmu yang lebih memfokuskan diri pada kajian bidang diakronik
(kajian dalam rentang waktu yang berurutan), yang tetap menggunakan nama
etnologi.
19
• Kedua, ilmu yang lebih menekankan perhatiannya pada bidang sinkronik
(kajian dalam waktu yang bersamaan), yang lebih akrab dengan sebutan
antropologi sosial. Di antara ahli antropologi yang mengembangkan teori-teori
antropologi sinkronik adalah A.R. Radcliffe-Brown. Ia adalah seorang ahli
antropologi Inggris yang mencoba mencari asas-asas kebudayaan dan kaidah-
kaidah yang mengatur kehidupan masyarakat. Menurutnya, para ahli
antropologi harus berbuat lebih dari yang dilakukan oleh para ahli pada fase
kedua, yaitu yang hanya puas dengan mempelajari kebudayaan hanya untuk
mengetahui sejarah dan persebaran kebudayaan-kebudayaan di muka bumi ini.
Antropologi sosial yaitu studi yang mempelajari hubungan anatara orang-orang
dan kelompok.Antropologi sosial sangat berkaitan erat dengan dengan sosiologi dan
sejarah karena sebagaimana tujuan mereka yang sama yaitu mencari pemahaman
struktur sosial dari suatu kelompok sosial yang berbeda seperti subkultur,etnik.
1. Etnopsikologi
Subbidang antropologi yang berkembang sekitar awal abad ke 19 (tahun 1920-
an) adalah etnopsikologi atau antropologi psikologi, yaitu sebuah kajian antropologi
yang menggunakan konsep-konsep psikologi dalam proses analisanya. Kajian ini
berkembang di Amerika dan Inggris manakala ada kebutuhan untuk mengetahui:
(1) kepribadian bangsa,
(2) peranan individu dalam proses perubahan adat-istiadat, dan
(3) nilai universal dari konsep-konsep psikologi.
Kebutuhan pertama muncul ketika hubungan antarbangsa mulai diperhatikan
demi kepentingan hubungan internasional terutama sejak Perang Dunia
I.Sebetulnya beberapa kajian tentang kepribadian suatu suku bangsa pernah
dilakukan oleh beberapa ahli terutama terkait dengan kepentingan untuk
mengetahui kepribadian penduduk di daerah jajahan, tetapi konsepkonsep dan
istilah-istilah yang digunakan tergolong masih kasar dan kurang cermat. Baru
sekitar tahun 1920-an, para ahli antropologi mempelajari masalah kepribadian suatu
suku bangsa dengan lebih cermat dan teliti dengan menggunakan konsep-konsep
dan teori-teori psikologi. Dengan demikian, mereka dapat mendeskripsikan
kepribadian suatu suku bangsa dengan lebih objektif dan teliti untuk menemukan
20
kepribadian umum warga suatu bangsa atau suatu suku bangsa. Pada tahun-tahun
tersebut di Amerika Serikat juga dimulai suatu kajian antropologi yang
memfokuskan diri pada peranan individu dalam proses perubahan adat-istiadat.
Dalam kajian antropologi sebelumnya, pada umumnya keberadaan individu yang
berperilaku menyimpang tidak mendapat perhatian, karena perhatian para ahli lebih
terfokus pada pola-pola kehidupan yang telah mapan. Baru disadari kemudian
bahwa gejala perilaku individu yang menyimpang dapat dipahami dalam kaitannya
dengan perubahan sosial-budaya dari kebudayaan suatu bangsa atau suatu suku
bangsa. Atas dasar kajiannya terhadap gejala kepribadian suatu suku bangsa ini,
para ahli antropologi juga dapat mengkritisi beberapa teori psikologi yang
dihasilkan atas dasar suatu penelitian pada masyarakat Eropa. Atas kajiannya
terhadap masyarakat di luar Eropa, beberapa teori psikologi yang ada saat itu
ternyata belum tentu dapat diterapkan atau berlaku secara universal. Oleh karena
itu, masih perlu kehati-hatian dalam menerapkannya untuk mengkaji masalah
kepribadian umum pada masyarakat di luar Eropa.
2. Antropologi Spesialisasi
Beragamnya keperluan dalam memahami suatu masalah kemasyarakatan
menyebabkan para ahli sosial, termasuk antropologi, mencoba lebih memfokuskan
pada bidang-bidang tertentu. Walaupun demikian, seorang ahli antropologi tetap
akan memahami bidang yang ditelitinya pada konteks keseluruhan aspek
kemasyarakatan (ingat pendekatan holistik). Kebutuhan pemecahan masalah pada
bidang-bidang tertentu tersebut menyebabkan munculnya kekhususan-kekhususan
pada antropologi. Dalam rangka itu, para ahli antropologi sering kali perlu
meminjam konsep-konsep yang digunakan oleh ilmu-ilmu lainnya. Misalnya, untuk
dapat lebih memahami masalahmasalah ekonomi tradisional dari suatu masyarakat,
para ahli antropologi perlu meminjam konsep-konsep dan istilah-istilah yang
dikembangkan oleh ilmu ekonomi. Hasilnya adalah berkembangnya satu
spesialisasi pada bidang antropologi yang lebih memperhatikan masalah kehidupan
perekonomian dari suatu suku bangsa, misalnya kehidupan perekonomian pada
masyarakat nelayan, petani, berburu dan meramu, serta lain-lainnya. Beberapa
perkembangan antropologi yang menjurus pada lahirnya bidang-bidang spesial dari
21
antropologi seperti antropologi ekonomi, antropologi politik, antropologi
kependudukan, dan lain-lainnya dapat Anda pelajari pada uraian berikut ini.
a. Antropologi ekonomi
Pada tahun 1930-an, seorang ahli antropologi Inggris R. Firth memulai
meneliti gejala ekonomi pedesaan seperti masalah permodalan, pengerahan tenaga
kerja, sistem produksi, pemasaran sistem pertanian dan perikanan. Hal ini beliau
lakukan di wilayah Osenia dan Malaysia. Apa yang telah dilakukan R. Firth ini
kemudian banyak diikuti oleh murid-muridnya bahkan para ahli antropologi lainnya
yang mencoba mengadakan penelitian di daerah lain. Bahkan metode dan
pendekatan yang digunakan R. Firth terus mengalami perkembangan sehingga
menjadikan kajian antropologi terhadap kehidupan ekonomi masyarakat menjadi
semakin mantap. Kajian ini secara luas dikenal dengan antropologi ekonomi. Di
Indonesia, beberapa kajian antropologi ekonomi cukup banyak mendapat perhatian
terutama yang berupa upayaupaya para ahli baik dari Eropa dan Amerika maupun
para sarjana antropologi Indonesia sendiri yang berusaha memahami masalah
perekonomian para petani, nelayan, masyarakat di sekitar hutan, masyarakat
meramu di Papua dan sebagainya.
b. Antropologi politik
Perbedaan asas-asas dalam menyelenggarakan pemerintahan dalam
masyarakat modern (industri) dengan masyarakat nonindustri menjadi perhatian
para ahli antropologi yang secara khusus memperhatikan masalah politik lokal
(tradisional). Perhatian ini sebenarnya telah lama berkembang sejalan dengan
kebutuhan para negara jajahan pada waktu itu untuk memahami pola pemerintahan
(kekuasaan) yang ada di negara-negara jajahannya. Akhir-akhir ini para ahli
antropologi lebih tertarik pada perilaku dan budaya politik yang ternyata tidak
dapat dilepaskan dari pengaruh aspek sosial budaya, latar belakang sosial budaya,
sistem nilai dan norma yang berlaku di masyarakat di mana para pelaku politik
tersebut berada. Perhatian ahli antropologi terhadap gejala-gejala politik atau
pemerintahan semacam itu telah melahirkan satu kajian ilmu antropologi yang
disebut antropologi politik. Salah satu contoh dari kajian antropologi politik adalah
masalah demonstrasi. Perilaku para pendemo dan tokoh intelektual yang ada di
22
belakangnya menggambarkan bagaimana sistem nilai dan norma “bekerja” dalam
kehidupan politik masyarakat.
c. Antropologi kependudukan
Antropologi kependudukan merupakan salah satu sub antropologi yang
lahir cukup baru, yaitu ketika dunia menganggap penting untuk mengatasi masalah-
masalah kependudukan. Ledakan penduduk yang cukup tinggi mengkhawatirkan
sebagian pihak bahwa pada suatu saat akan terjadi kelaparan, karena semakin
menipisnya sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karenanya
muncul berbagai ide untuk mengurangi tingkat kelahiran bayi dengan meluncurkan
program-program kependudukan di setiap negara yang pada intinya untuk menekan
tingginya tingkat pertambahan penduduk dunia. Berbagai kendala yang ditemui di
lapangan dalam upaya menjalankan program kependudukan, seperti program
Keluarga Berencana (KB) di Indonesia, telah membawa para ahli antropologi untuk
ikut membantu memecahkan persoalan kependudukan tersebut. Diketahui bahwa
beberapa kendala yang menghambat kelancaran program-program kependudukan
tersebut adalah disebabkan oleh latar belakang dan kondisi sosial budaya
masyarakatnya. Atas dasar ini berkembanglah metode dan pendekatan antropologi
yang secara khusus digunakan untuk memahami gejala kependudukan. Spesifikasi
baru dari antropologi ini dikenal dengan nama antropologi kependudukan.
d. Antropologi kesehatan
Antropologi Kesehatan merupakan salah satu sub antropologi yang lahir
cukup baru, yaitu ketika masyarakat dunia sadar akan pentingnya upayaupaya
untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan. Ledakan penduduk yang cukup tinggi
diiringi pula oleh munculnya masalah kesehatan, seperti masalah sanitasi
lingkungan, masalah penyakit epidemi, dan beberapa penyakit lain yang menjangkit
ke sebagian besar penduduk. Akhir-akhir ini diketahui bahwa masalah kesehatan
bukan saja menyangkut aspek medis tetapi juga terkait dengan kebiasaan, pola
hidup, dan kondisi lingkungan. Wabah malaria misalnya sering kali terjadi di mana
sebagian gejala ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang baik. Masih
ditemui adanya perbedaan pandangan antara masyarakat modern dan masyarakat
tradisional dalam memandang masalah sehat atau masalah penyakit. Akibatnya,
metode, cara dan konsep pengobatan tentang penyakit pun berbeda-beda pada
23
setiap kebudayaan. Perhatian yang serius dari kalangan ahli antropologi terhadap
masalah kesehatan ini memunculkan subdisiplin baru dalam antropologi yang
disebut antropologi kesehatan. Disiplin ini mencoba memahami gejala kesehatan
masyarakat dalam keterkaitannya dengan masalah adat-istiadat, nilai dan norma
serta keyakinan yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan. Berbagai kendala
yang ditemui di lapangan dalam upaya menjalankan program kesehatan, seperti
program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Indonesia, telah membawa para ahli
antropologi dan sosiologi untuk ikut membantu memecahkan persoalan kesehatan
tersebut. Beberapa kendala yang menghambat kelancaran program-program
kesehatan tersebut adalah disebabkan oleh latar belakang dan kondisi sosial budaya
masyarakatnya yang berbeda dalam melihat konsep sehat bagi ibu dan anak.
3. Antropologi Terapan
Gejala pembangunan masyarakat sejak Perang Dunia II membutuhkan bantuan
berbagai disiplin ilmu termasuk antropologi di dalamnya. Dalam antropologi,
antropologi pembangunan merupakan salah satu bidang ilmu yang tergolong ke
dalam antropologi terapan, bersama-sama dengan spesialisasi lain yang lebih khusus,
seperti misalnya antropologi ekonomi, antropologi kesehatan, dan antropologi
pendidikan. Sebagai ilmu terapan, maka penggunaan metode-metode, konsep-
konsep, dan teori-teori antrop ologi, misalnya, diterapkan untuk lebih memahami
masalah-masalah pedesaan, masalah pendidikan, adopsi teknologi oleh para petani,
masalah kehidupan para buruh pabrik dan sebagainya. Hasilnya adalah berupa data-
data yang dapat digunakan sebagai masukan dalam pem buatan kebijakan
pemerintah.
B.Fokus Kajian Antropologi
ruang lingkup dan batas lapangan perhatian kajian antropologi memfokuskan
kepada sedikitnya lima masalah berikut ini (Koentjaraningrat, 1996), yaitu:
1. masalah sejarah asal dan perkembangan manusia dilihat dari ciri-ciri
tubuhnya secara evolusi yang dipandang dari segi biologi;
2. masalah sejarah terjadinya berbagai ragam manusia dari segi ciri-ciri
fisiknya.
24
3. Masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya beragam kebudayaan di
dunia;
4. Masalah sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai macam
bahasa di seluruh dunia.
5. Masalah mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan
masyarakat-masyarakat suku bangsa di dunia.
25
BAB IV
Latar Belakang Munculnya Antropologi Dan Manfaat Kajiannya
A.Latar Belakang
Antropologi pada masa perkembangan awalnya tidak dapat dipisahkan dengan
karya-karya para penulis yang mencatat gambaran kehidupan penduduk atau suku
bangsa di luar Eropa. Pada saat itu, kehidupan penduduk di luar Eropa dipandang
menarik oleh para penjelajah, para penjajah, atau para misionaris karena perbedaan cara
hidup antara masyarakat Eropa dengan masyarakat di luar Eropa. Oleh karenanya,
mereka bukan saja menulis tentang perjalanan atau yang terkait dengan tugasnya tetapi
juga melengkapinya dengan deskripsi tentang tata cara kehidupan masyarakat yang
mereka temui. Deskripsi ini kemudian dikenal dengan sebutan etnografi. Beberapa
tulisan karya mereka akan dipaparkan pada uraian berikut.
Tulisan Herodotus, seorang bangsa Yunani yang dikenal pula sebagai Bapak
sejarah dan etnografi, mengenai bangsa Mesir merupakan tulisan etnografi yang paling
kuno. Tulisan-tulisan etnografi pada masa awal masih bersifat subyektif, penuh dengan
prasangka dan bersifat etnosentrisme. Etnosentrisme adalah sebuah pandangan atau
sikap di mana suku bangsa sendiri dianggap lebih baik dan dijadikan ukuran dalam
melihat baik buruknya karakter suku bangsa lainnya. Orang Yunani pada masa itu
menganggap bahwa suku-suku bangsa selain orang Yunani seperti orang Mesir, Libia
dan Persia termasuk ke dalam suku bangsa yang masih setengah liar dan belum beradab.
Pandangan seperti ini juga tersirat dalam tulisan Heredotus yang mendeskripsikan suku
bangsa Mesir
Pada jaman Romawi kuno terdapat pula beberapa hasil karya etnografi mengenai
kehidupan suku bangsa Germania dan Galia yang ditulis oleh Tacitus dan Caesar.
Sebagai seorang perwira yang memimpin perjalanan tentaranya sampai ke Eropa Barat,
Caesar menulis etnografinya secara sistematis seperti halnya bentuk laporan seorang
perwira. Sedangkan Tacitus menulis etnografinya dengan gaya bahasa yang
mengungkap perasaan dan kegalauannya tentang kehidupan yang terdapat di ibukota
kerajaan Roma.
Pencatat etnografi yang cukup terkenal adalah Marco Polo (1254-1323). Ia
mengembara dengan keluarga besarnya ke daerah Asia Timur dan sempat menetap di
istana Khu Bilai Khan. Di sini ia melihat beberapa kebiasaan yang dianggapnya aneh,
26
yaitu penggunaan uang yang terbuat dari kertas dan diberi cap serta ditandatangani di
mana uang tersebut mempunyai bermacammacam nilai. Marco Polo juga pernah
singgah di daratan Indonesia (yang diketahui dari tulisannya), di mana ia pernah
singgah di beberapa pelabuhan dari semenanjung Malaya hingga menelusuri Pulau
Sumatra, di antaranya adalah singgah ke di pelabuhan Perlec (dalam bahasa Aceh) atau
Peureula atau Perlak (dalam bahasa Melayu). Marco Polo menceritakan kehidupan di
kota pelabuhan ini di mana pedagang dari India dan penduduk pribuminya menganut
agama Islam sedangkan penduduk yang ada di pedalaman masih mengerjakan hal-hal
yang haram.
Tulisan etnografi yang dianggap lebih baik dan obyektif justru adalah buah
tangan dari seorang padri berbangsa Prancis yaitu Yoseph Francis Lafitau (1600-1740).
Ia mencoba membandingkan antara kebiasaan dan tata susila orang Indian yang hendak
dinasranikan dengan adat istiadat bangsa Eropa kuno. Hasilnya, ia beranggapan bahwa
bangsa primitif (Indian) tidak dilihatnya sebagai manusia yang aneh. Akan tetapi karena
bahan yang diperbandingkannya sangat terbatas maka pandangannya tentang
perbandingan ini pun sangat terbatas.
Ahli etnografi, dalam arti yang modern (Harsojo, 1984), adalah Jens Kreft,
seorang guru besar pada akademi di Soro. Ia menulis sebuah buku berjudul “Sejarah
Pendek tentang Lembaga-lembaga yang Terpenting, Adat dan Pandangan-pandangan
Orang Liar” 1760. Jens Kreft awalnya adalah seorang ahli filsafat, di mana ia tidak
sependapat dengan pandangan Rousseau tentang manusia. Pandangan Jens Kreft tentang
manusia lebih dianggap mewakili pandangan sebagai seorang ahli etnologi daripada
pandangan para ahli filsafat. Tulisan etnografinya adalah mengenai dua suku bangsa
Indian, Lule dan Caingua, di Amerika Selatan, yang pada awalnya diduga mempunyai
kebudayaan yang rendah. Ternyata dugaannya itu salah. Ia pun dipandang sebagai orang
pertama yang menulis etnografi secara lengkap yaitu dengan memperhatikan aspek
pertumbuhan ekonomi, masyarakat, agama dan kesenian.
Ahli berikutnya yang dianggap sebagai pendorong penulisan ilmiah dan
sistematis mengenai etnografi adalah Adolf Bastian. Ia memberikan pandangan
mengenai kesatuan kebudayaan yang dimiliki oleh suatu masyarakat, di mana suatu
kebudayaan memiliki sifat-sifatnya yang khusus yang tumbuh dan berkembang sesuai
dengan dasarnya dan lingkungannya.
27
Penelitian secara ilmiah mengenai antropologi berkembang pesat setelah
ditemukan atau setelah diketahui adanya hubungan antara bahasa Sansakerta, Latin,
Yunani dan Germania (Harsojo, 1984), sehingga memungkinkan lebih banyak tersedia
bahan-bahan etnografi sebagai bahan perbandingan. Atas dasar ini kemudian timbul
penelitian yang bersifat historis komparatif mengenai kebudayaan. Dalam keperluan ini,
berdirilah lembaga-lembaga etnologi seperti Museum Etnografi yang didirikan oleh G.J.
Thomson di Kopenhagen tahun 1841, Museum Etnologi di Hamburg tahun 1850, The
Peabody Museum of Archeology and Ethnology di Harvad tahun 1866, American
Ethnological Society di New York tahun 1842, Ethnological Society of London di
Inggris tahun 1843, dan The Bureau of American Ethnology di Amerika tahun 1875.
Selama abad ke 20, penelitian antropologi dan etnologi makin berkembang,
terutama di pusat-pusat kajian antropologi dan etnologi seperti di Amerika Serikat,
Inggris, Afrika Selatan, Australia, Eropa Barat, Eropa Tengah, Eropa Utara, Uni Soviet
dan Meksiko. Di Indonesia, bahan-bahan etnografi juga telah dikumpulkan terutama
menyangkut adat istiadat, sistem kepercayaan, struktur sosial dan kesenian. Bahan-
bahan etnografi tentang Indonesia banyak dikumpulkan oleh para pegawai pemerintah
jajahan, di antaranya yang terkenal adalah T.S. Raffles mantan Letnan Gubernur
Jenderal di Indonesia (antara tahun 1811 hingga 1815). Raffles banyak menulis
kebudayaan penduduk pribumi Indonesia, di antaranya adalah dua jilid etnografi tentang
kebudayaan Jawa (1817).
B.Fase Perkembangan
Ilmu Antropologi mengalami beberapa fase perkembangan di antaranya:
a. Fase pertama (sebelum abad ke 18)
Bahan-bahan tulisan, yang kemudian menjadi cikal bakal karangan
etnografi, banyak dihasilkan oleh para musafir, pelaut, pendeta, para pegawai
jajahan, para pegawai agama atau misionaris yang berasal dari Eropa. Bahanbahan
tulisan ini banyak muncul sejak akhir abad ke 15 dan awal abad ke 16. Selama
kurang lebih 4 abad lamanya, mereka berhasil menulis kisah-kisah perjalanan dan
cerita kehidupan masyarakat yang mereka temui. Persebaran mereka pada masa
ini seiring dengan kedatangan orang-orang Eropa di benua Afrika, Asia dan
Amerika Selatan, bahkan ke daerah Oceania. Namun tulisan-tulisan tersebut
28
masih jauh dari sebuah karangan etnografi karena masih bersifat subyektif
sehingga tidak komprehensif dan holistik dalam menggambarkan kehidupan suatu
masyarakat. Pada umumnya mereka hanya menuliskan apa-apa yang dianggapnya
menarik (aneh) di mata mereka.
Setelah tulisan etnografi di atas diterbitkan dan banyak dibaca orang,
tulisan ini banyak mempengaruhi sikap bangsa Eropa, terutama kaum terpelajar,
di mana kemudian mereka beranggapan bahwa bangsa-bangsa di luar Eropa
merupakan bangsa-bangsa yang primitif (savage) dan sangat terbelakang.
Kelompok masyarakat ini juga dianggap masih murni, jujur dan tidak mengenal
kejahatan. Keunikan dari bangsa-bangsa di luar Eropa ini, seperti adat istiadat dan
benda-benda kebudayaannya, memicu munculnya pemikiran untuk
menyebarluaskan kepada khalayak luas di Eropa, yaitu misalnya dengan
mendirikan museum-museum yang secara khusus mengoleksi kebudayaan
masyarakat di luar Eropa.
Di samping itu pada awal abad ke 19 ini perhatian terhadap himpunan
pengetahuan tentang masyarakat,adat istiadat dan ciri-ciri fisik bangsa-bangsa di
luar eropa dari pihak dunia ilmiah menjadi sangat besar sehingga timbul pula
keinginan para ilmuwan Eropa untuk mengintegrasikan karangan-karangan yang
masih terlepas-lepas tersebut menjadi sebuah karangan etnografi tersendiri. Pada
fase ini belum diketahui adanya para tokoh antropologi.
b. Fase kedua (sekitar pertengahan abad ke 19)
Fase ini ditandai oleh keberhasilan para ilmuwan dalam menyusun
karya-karya etnografi yang bahannya dikumpulkan dari berbagai karangan yang
dihasilkan oleh para musafir, pelaut, pendeta, para pegawai jajahan, dan para
pegawai agama atau misionaris yang pernah tinggal di luar masyarakat Eropa.
Dari bahan-bahan yang terkumpul kemudian disusun berdasarkan pola pikir
evolusi sosial, yaitu menyusun secara sistematis mulai dari masyarakat dan
kebudayaan yang sangat sederhana hingga masyarakat yang hidup pada tingkat
yang lebih tinggi. Kelompok masyarakat yang digolongkan ke dalam tingkat yang
paling tinggi atau beradab adalah masyarakat Eropa Barat pada masa itu,
29
sedangkan tingkat yang paling rendah adalah masyarakat yang hidup di luar Eropa
Barat.
Para tokoh antropologi pada fase kedua ini adalah para ahli antropologi
terutama para tokoh penganut teori evolusi seperti L.H. Morgan. Beliau
sebenarnya seorang ahli hukum Amerika yang bekerja sebagai pengacara yang
membantu penduduk Amerika Timur dalam menangani masalah pertanahan.
Salah satu karangan L.H. Morgan yang terkenal adalah sebuah buku tentang
evolusi masyarakat yang berjudul “Ancient Society” (1877). Buku ini ditulis
berdasarkan hasil penelitiannya tentang adat-istiadat orang Indian dan berpuluh-
puluh masyarakat di dunia. Tokoh lain dalam fase ini adalah P.W. Schmidt pada
tahun (1860) tetapi ia lebih memfokuskan perhatiannya terhadap masalah sejarah
asal mula penyebaran kebudayaan suku-suku bangsa di seluruh dunia maka
timbulah ilmu antropologi.
c. Fase ketiga (awal abad ke 20)
Pada masa awal abad ke 20, antropologi telah berkembang bukan saja
sebagai ilmu yang mengkaji masalah kehidupan bangsa-bangsa di luar Eropa yang
ada kepentingannya dengan kebutuhan negara besar yang menjadi penjajah tetapi
juga dalam rangka memperoleh pengertian tentang masyarakat modern yang
kompleks. Artinya, dengan mempelajari masyarakat yang masih sederhana akan
diperoleh pemahaman yang baik mengenai masyarakat Eropa yang lebih
kompleks. Negara yang memiliki pengaruh cukup besar dan memiliki daerah
jajahan paling luas pada masa ini adalah Inggris.
Oleh karena itu, antropologi sebagai ilmu yang praktis telah berkembang
pesat di Inggris terutama dalam mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-
suku bangsa yang menjadi jajahan Inggris. Selain Inggris, negaranegara lain yang
memiliki daerah jajahan juga ikut memanfaatkan antropologi dalam upaya
memahami karakteristik kehidupan suku bangsa yang ada di wilayah jajahannya.
Amerika Serikat juga memanfaatkan ilmu ini untuk memahami masyarakat
pribuminya, suku bangsa Indian, yang pada waktu itu dianggap bermasalah terkait
dengan masalah integrasi sosial politik.
Tokoh antropologi pada masa ketiga ini adalah B. Malinowski. Beliau
adalah ahli antropologi Inggris yang meneliti adat-istiadat penduduk Kepulauan
30
Trobriand. Tokoh lainnya adalah M. Fortes yang banyak menulis adat-istiadat dari
suku bangsa yang tinggal di Afrika Barat.
d.Fase keempat (sesudah tahun 1930-an)
Selelah tahun 1930-an, antropologi mendapat perhatian yang sangat luas
baik dari kalangan pemerintah terkait dengan fungsi praktisnya maupun kalangan
akademisi. Bagi kalangan pemerintah, ilmu ini tetap dijadikan ilmu praktis guna
memperoleh pemahaman pemakaian tentang kehidupan dari masyarakat
jajahannya. Sedangkan para akademisi lebih tertarik gunamemperoleh
pemahaman tentang masyarakat secara umum, yakni keberadaan masyarakat yang
masih sederhana yang dianggap masih primitif (savage) dan keberadaan
masyarakat yang sudah kompleks. Keterkaitan kedua bentuk masyarakat tersebut
berguna bagi kajian tentang perkembangan masyarakat (perubahan sosial), dengan
menetapkan bahwa masyarakat akan berkembang dari yang paling sederhana ke
masyarakat yang lebih kompleks. Pandangan ini dipengaruhi oleh pendekatan
evolusi yang pada masa ini sangat kuat pengaruhnya. Pada masa ini, antropologi
telah menerapkan metode ilmiah dalam mengkaji dan memperoleh bahan-bahan
yang diperlukan guna memperoleh pemahaman tentang kehidupan masyarakat
dan kebudayaannya.
Objek penelitian yang diperhatikan juga tidak terbatas pada masyarakat
yang dianggap masih primitif (savage), tetapi telah berkembang dengan
memperhatikan masyarakat atau penduduk pedesaan bukan saja di luar Eropa
tetapi juga di dalam wilayah Eropa sendiri. Perkembangan antropologi sebagai
ilmu mengalami babak baru sejak diadakan simposium internasional yang dihadiri
60 tokoh antropologi (Amerika, Eropa, dan Uni Soviet) yang berupaya untuk
meninjau kembali bahan-bahan etnografi yang telah ada serta merumuskan pokok
tujuan dan ruang lingkup dari antropologi. Pada fase ini, antropologi mempunyai
dua tujuan, yaitu tujuan akademis dan tujuan praktis. Tujuan akademis
antropologi adalah untuk memperoleh pemahaman tentang makhluk manusia pada
umumnya dengan mempelajari beragam bentuk fisik, masyarakat, dan
kebudayaannya. Tujuan praktis antropologi adalah mempelajari manusia dan
masyarakatnya yang beraneka ragam tadi untuk keperluan membangun
masyarakat yang bersangkutan. Tokoh penting pada fase keempat ini adalah F.
31
Boas (1858-1942). Ia menjadi seorang tokoh antropologi Amerika Serikat yang
sebelumnya ia adalah seorang pakar geografi Jerman. Boas banyak mempelajari
tentang beragam makhluk manusia, baik dari segi fisik, masyarakat atau dan R.
Linton
C.Manfaat Kajian Antropologi
Manfaat kajian antropologi di antaranya:
1) Mengetahui pola perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat secara
universal maupun pola perilaku manusia pada tiap-tiap masyarakat (suku
bangsa).
2) Mengetahui kedudukan dan peran yang harus dilakukan sesuai dengan harapan
warga masyarakat dari kedudukan yang sedang disandang.
3) Memperluas wawasan tentang pergaulan umat manusia di seluruh dunia yang
mempunyai kekhususan-kekhususan sesuai dengan karakteristik daerahnya
sehingga menimbulkan toleransi yang tinggi.
4) Mengetahui berbagai macam problem dalam masyarakat, memiliki kepekaan
terhaadap kondisi-kondisi dalam masyarakat,serta mampu mengambil inisiatif
masalah.
32
DAFTAR PUSTAKA
Surharyanto,Agung.Metode Penelitian Dalam Penelitian.Di akses pada
tanggal 03 Desember 2021.[Online].
http://agungsuharyanto.blog.uma.ac.id/wp-
content/uploads/sites/377/2017/04/Microsoft-PowerPoint-PERTEMUAN-4-
Metode-Penelitian-Antropologi-ok.pdf
Armando, Leonardo.Pendekatan Kompratif Dalam Antropologi Hukum.Di akses pada
tanggal 03 Desember 2021.[Online]
https://osf.io/52bhv/download
Yanasari,Pebri.Pendekatan Antropologi Dalam Penelitian Agama.Di akses pada
Tanggal 03 Desember 2021.
https://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/empower/article/download/5450/pdf_1
4
Nur Riyansyah ,Adwi.2018.Metode-metode Ilmu Antropologi Sebagai Ilmu Sosial
Terapan.Di akses pada tanggal 03 Desember 2021.
https://www.kompasiana.com/adwiriyansyah/5a8a6cfe5e13732ce273a752/metode
-metode-ilmu-antropologi-sebagai-ilmu-sosial-terapan
Taslim,Sjah.2011.Metodelogi Penelitian Sosial Ekonomi.Mataram University Press
Ayisyia,Eka.2018.Pengertian Difusi Kebudayaan Dan Cara Peyeberannya.Di akses pada
tanggal 03 Desember 2021.
http://ekaayisyia.blogspot.com/2018/10/pengertian-difusi-kebudayaan-
cara.html?m=1
Nancy, Yonanda.2021.Mengenal Apa Itu Difusi Dan Cara Penyebarannya.Di akses
pada tanggal 03 Desember 2021.
https://tirto.id/mengenal-apa-itu-difusi-dan-cara-cara-penyebarannya-gemX
33
Tjahyadi Indra,Andayani Sri And Wafa Hosnol.2020.Pengantar Teori Dan Penelitian
Budaya.Di akses pada tanggal 03 Desember 2021
http://repository.upm.ac.id/1589/1/Pengantar%20dan%20metode%20penelitian%
20budaya%20indra%20tjahyadi.pdf
Hariyadi ,Mohharis.2011.AntropologI Budaya Perubahan Dan Penyebaran.Di akses
pada tanggal.04 Desember 2021
https://mohharishariyadi.wordpress.com/2011/01/17/antropologi-budaya-
perubahan-dan-penyebaran/
Ruswanto, Wawan.Ruang Lingkup Ilmu Antropologi.Di akses pada tanggal 04 2021
http://repository.ut.ac.id/4295/1/ISIP4210-M1.pdf
Putri Arum Sutrisni.2019.Antropologi Definisi Obyek Fungsi Tujuan dan
Manfaatnya.Di akses pada tanggal 05 Desember 2021.
https://amp.kompas.com/skola/read/2019/12/15/133613469/antropologi-definisi-
obyek-fungsi-tujuan-dan-manfaatnya

More Related Content

What's hot

Pengertian metode penelitian kualitatif
Pengertian metode penelitian kualitatifPengertian metode penelitian kualitatif
Pengertian metode penelitian kualitatif
suryadi man ic
 
PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF (KARAKTERISTIK)
PARADIGMA PENELITIANKUALITATIF (KARAKTERISTIK)PARADIGMA PENELITIANKUALITATIF (KARAKTERISTIK)
PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF (KARAKTERISTIK)
MAR'AH NAILUL FAROH
 
Metode penelitian kualitatif 2
Metode penelitian kualitatif 2Metode penelitian kualitatif 2
Metode penelitian kualitatif 2
Pustaka Literasi
 
Paradigma & ragam penelitian kualitatif
Paradigma & ragam penelitian kualitatifParadigma & ragam penelitian kualitatif
Paradigma & ragam penelitian kualitatif
Muhammad Alfiansyah Alfi
 
Paradigma positivitik dan interpretatif ppt
Paradigma positivitik dan interpretatif pptParadigma positivitik dan interpretatif ppt
Paradigma positivitik dan interpretatif ppt
Irfan Pathurahman
 
Metodologi penelitian kelompok 1
Metodologi penelitian kelompok 1 Metodologi penelitian kelompok 1
Metodologi penelitian kelompok 1
Ryni Svinndal
 
Jenis penelitian kualitatif etnografi
Jenis penelitian kualitatif etnografiJenis penelitian kualitatif etnografi
Jenis penelitian kualitatif etnografi
ellyna hafizah
 
Penelitian kualitatif
Penelitian kualitatifPenelitian kualitatif
Penelitian kualitatifocwunj_fip
 
Metodologi dalam Sosiologi
Metodologi dalam SosiologiMetodologi dalam Sosiologi
Metodologi dalam Sosiologi
Nur Khofifah Indarwati
 
Penelitian kuantitatif dan kualitatif
Penelitian kuantitatif dan kualitatifPenelitian kuantitatif dan kualitatif
Penelitian kuantitatif dan kualitatif
putralaksana
 
Penelitian kualitatif untuk penelitian pendidikan
Penelitian kualitatif untuk penelitian pendidikanPenelitian kualitatif untuk penelitian pendidikan
Penelitian kualitatif untuk penelitian pendidikan
Dian Equanti
 
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu PemerintahanSRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
Sri Suwanti
 
Ppt Metodologi Penelitian: 4. Penulisan Tinjauan Pustaka & Daftar Pustaka | K...
Ppt Metodologi Penelitian: 4. Penulisan Tinjauan Pustaka & Daftar Pustaka | K...Ppt Metodologi Penelitian: 4. Penulisan Tinjauan Pustaka & Daftar Pustaka | K...
Ppt Metodologi Penelitian: 4. Penulisan Tinjauan Pustaka & Daftar Pustaka | K...
Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
 
Metode sosiologi
Metode sosiologiMetode sosiologi
Metode sosiologi
Iskandar binari
 
Makalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktur
Makalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan StrukturMakalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktur
Makalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktur
sayid bukhari
 
Metode penelitian sosial
Metode penelitian sosialMetode penelitian sosial
Metode penelitian sosial
pycnat
 

What's hot (19)

Pengertian metode penelitian kualitatif
Pengertian metode penelitian kualitatifPengertian metode penelitian kualitatif
Pengertian metode penelitian kualitatif
 
PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF (KARAKTERISTIK)
PARADIGMA PENELITIANKUALITATIF (KARAKTERISTIK)PARADIGMA PENELITIANKUALITATIF (KARAKTERISTIK)
PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF (KARAKTERISTIK)
 
Metode penelitian kualitatif 2
Metode penelitian kualitatif 2Metode penelitian kualitatif 2
Metode penelitian kualitatif 2
 
Paradigma & ragam penelitian kualitatif
Paradigma & ragam penelitian kualitatifParadigma & ragam penelitian kualitatif
Paradigma & ragam penelitian kualitatif
 
Paradigma positivitik dan interpretatif ppt
Paradigma positivitik dan interpretatif pptParadigma positivitik dan interpretatif ppt
Paradigma positivitik dan interpretatif ppt
 
Metodologi penelitian kelompok 1
Metodologi penelitian kelompok 1 Metodologi penelitian kelompok 1
Metodologi penelitian kelompok 1
 
Jenis penelitian kualitatif etnografi
Jenis penelitian kualitatif etnografiJenis penelitian kualitatif etnografi
Jenis penelitian kualitatif etnografi
 
Penelitian kualitatif
Penelitian kualitatifPenelitian kualitatif
Penelitian kualitatif
 
Metodologi dalam Sosiologi
Metodologi dalam SosiologiMetodologi dalam Sosiologi
Metodologi dalam Sosiologi
 
Penelitian kuantitatif dan kualitatif
Penelitian kuantitatif dan kualitatifPenelitian kuantitatif dan kualitatif
Penelitian kuantitatif dan kualitatif
 
Penelitian kualitatif untuk penelitian pendidikan
Penelitian kualitatif untuk penelitian pendidikanPenelitian kualitatif untuk penelitian pendidikan
Penelitian kualitatif untuk penelitian pendidikan
 
Penelitian kualitatif
Penelitian kualitatifPenelitian kualitatif
Penelitian kualitatif
 
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu PemerintahanSRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
SRI SUWANTI - Kebenaran ilmiah dan metodologinya - Metodologi Ilmu Pemerintahan
 
Ppt Metodologi Penelitian: 4. Penulisan Tinjauan Pustaka & Daftar Pustaka | K...
Ppt Metodologi Penelitian: 4. Penulisan Tinjauan Pustaka & Daftar Pustaka | K...Ppt Metodologi Penelitian: 4. Penulisan Tinjauan Pustaka & Daftar Pustaka | K...
Ppt Metodologi Penelitian: 4. Penulisan Tinjauan Pustaka & Daftar Pustaka | K...
 
Metode sosiologi
Metode sosiologiMetode sosiologi
Metode sosiologi
 
Metodologi penelt pptpt
Metodologi penelt pptptMetodologi penelt pptpt
Metodologi penelt pptpt
 
Makalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktur
Makalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan StrukturMakalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktur
Makalah Sejarah Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Struktur
 
Metode penelitian sosial
Metode penelitian sosialMetode penelitian sosial
Metode penelitian sosial
 
Macam -
Macam -Macam -
Macam -
 

Similar to Elsa apriliani, antropologi, sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th. i., M. Sos

Tugas uas antropologi tamara adelya l1_c021132 (1)
Tugas uas antropologi tamara adelya l1_c021132 (1)Tugas uas antropologi tamara adelya l1_c021132 (1)
Tugas uas antropologi tamara adelya l1_c021132 (1)
Thmra
 
122 244-1-sm
122 244-1-sm122 244-1-sm
122 244-1-sm
Cha Aisyah
 
1. Metode Penelitian Kualitatif.pptx
1. Metode Penelitian Kualitatif.pptx1. Metode Penelitian Kualitatif.pptx
1. Metode Penelitian Kualitatif.pptx
sosialisman
 
Pengertian metode dan metodologi penelitian
Pengertian metode dan metodologi penelitianPengertian metode dan metodologi penelitian
Pengertian metode dan metodologi penelitian
Tri Ramdani
 
METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIFMETODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIFSanjaya Koembara
 
FIX munculnya pendekatan penelitian kualitatif, kuantitatif, mixed method dan...
FIX munculnya pendekatan penelitian kualitatif, kuantitatif, mixed method dan...FIX munculnya pendekatan penelitian kualitatif, kuantitatif, mixed method dan...
FIX munculnya pendekatan penelitian kualitatif, kuantitatif, mixed method dan...
abrahamabrar26
 
Metodologi Pertemuan I(1).pptx
Metodologi Pertemuan I(1).pptxMetodologi Pertemuan I(1).pptx
Metodologi Pertemuan I(1).pptx
MaherJewirawan
 
Paparan Tentang Penelitian Kualitatif .pptx
Paparan Tentang Penelitian Kualitatif .pptxPaparan Tentang Penelitian Kualitatif .pptx
Paparan Tentang Penelitian Kualitatif .pptx
rahmameisya99
 
Penelitian Sosial
Penelitian SosialPenelitian Sosial
Analisis wacana
Analisis wacanaAnalisis wacana
Analisis wacana
rendypribadi89
 
Ppt Metodologi Penelitian: 1. Pengantar Metodologi Penelitian | Kelas: 6B | D...
Ppt Metodologi Penelitian: 1. Pengantar Metodologi Penelitian | Kelas: 6B | D...Ppt Metodologi Penelitian: 1. Pengantar Metodologi Penelitian | Kelas: 6B | D...
Ppt Metodologi Penelitian: 1. Pengantar Metodologi Penelitian | Kelas: 6B | D...
Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
 
Metodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) final
Metodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) finalMetodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) final
Metodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) final
Mirza Shahreza
 
Lia istifadah
Lia istifadahLia istifadah
Lia istifadah
Igit Nugraha
 
ragam penelitian
ragam penelitianragam penelitian
ragam penelitianFela Aziiza
 
Pertemuan 1o metpen.pptx
Pertemuan 1o metpen.pptxPertemuan 1o metpen.pptx
Pertemuan 1o metpen.pptx
arasyFahrullah2
 
Metode Penelitian Kualitatif Untuk Studi Ilmu Komunikasi
Metode Penelitian Kualitatif Untuk Studi Ilmu KomunikasiMetode Penelitian Kualitatif Untuk Studi Ilmu Komunikasi
Metode Penelitian Kualitatif Untuk Studi Ilmu Komunikasi
Angga Prawadika Aji
 
Ppt Metodologi Penelitian: 1. Pengantar Metodologi Penelitian | Kelas: 6H | D...
Ppt Metodologi Penelitian: 1. Pengantar Metodologi Penelitian | Kelas: 6H | D...Ppt Metodologi Penelitian: 1. Pengantar Metodologi Penelitian | Kelas: 6H | D...
Ppt Metodologi Penelitian: 1. Pengantar Metodologi Penelitian | Kelas: 6H | D...
Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
 
pengantarmetodologipenelitian6h-220212135857.pdf
pengantarmetodologipenelitian6h-220212135857.pdfpengantarmetodologipenelitian6h-220212135857.pdf
pengantarmetodologipenelitian6h-220212135857.pdf
AyuRosyidaZain2
 

Similar to Elsa apriliani, antropologi, sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th. i., M. Sos (20)

Tugas uas antropologi tamara adelya l1_c021132 (1)
Tugas uas antropologi tamara adelya l1_c021132 (1)Tugas uas antropologi tamara adelya l1_c021132 (1)
Tugas uas antropologi tamara adelya l1_c021132 (1)
 
122 244-1-sm
122 244-1-sm122 244-1-sm
122 244-1-sm
 
1. Metode Penelitian Kualitatif.pptx
1. Metode Penelitian Kualitatif.pptx1. Metode Penelitian Kualitatif.pptx
1. Metode Penelitian Kualitatif.pptx
 
Pengertian metode dan metodologi penelitian
Pengertian metode dan metodologi penelitianPengertian metode dan metodologi penelitian
Pengertian metode dan metodologi penelitian
 
Kelompok 2
Kelompok 2Kelompok 2
Kelompok 2
 
METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIFMETODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
METODE PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF
 
FIX munculnya pendekatan penelitian kualitatif, kuantitatif, mixed method dan...
FIX munculnya pendekatan penelitian kualitatif, kuantitatif, mixed method dan...FIX munculnya pendekatan penelitian kualitatif, kuantitatif, mixed method dan...
FIX munculnya pendekatan penelitian kualitatif, kuantitatif, mixed method dan...
 
Metodologi Pertemuan I(1).pptx
Metodologi Pertemuan I(1).pptxMetodologi Pertemuan I(1).pptx
Metodologi Pertemuan I(1).pptx
 
Paparan Tentang Penelitian Kualitatif .pptx
Paparan Tentang Penelitian Kualitatif .pptxPaparan Tentang Penelitian Kualitatif .pptx
Paparan Tentang Penelitian Kualitatif .pptx
 
Penelitian Sosial
Penelitian SosialPenelitian Sosial
Penelitian Sosial
 
Analisis wacana
Analisis wacanaAnalisis wacana
Analisis wacana
 
Ppt Metodologi Penelitian: 1. Pengantar Metodologi Penelitian | Kelas: 6B | D...
Ppt Metodologi Penelitian: 1. Pengantar Metodologi Penelitian | Kelas: 6B | D...Ppt Metodologi Penelitian: 1. Pengantar Metodologi Penelitian | Kelas: 6B | D...
Ppt Metodologi Penelitian: 1. Pengantar Metodologi Penelitian | Kelas: 6B | D...
 
Metodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) final
Metodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) finalMetodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) final
Metodologi penelitian kualitatif (mirza shahreza) final
 
Lia istifadah
Lia istifadahLia istifadah
Lia istifadah
 
ragam penelitian
ragam penelitianragam penelitian
ragam penelitian
 
Pertemuan 1o metpen.pptx
Pertemuan 1o metpen.pptxPertemuan 1o metpen.pptx
Pertemuan 1o metpen.pptx
 
Populasi dan sampel
Populasi dan sampelPopulasi dan sampel
Populasi dan sampel
 
Metode Penelitian Kualitatif Untuk Studi Ilmu Komunikasi
Metode Penelitian Kualitatif Untuk Studi Ilmu KomunikasiMetode Penelitian Kualitatif Untuk Studi Ilmu Komunikasi
Metode Penelitian Kualitatif Untuk Studi Ilmu Komunikasi
 
Ppt Metodologi Penelitian: 1. Pengantar Metodologi Penelitian | Kelas: 6H | D...
Ppt Metodologi Penelitian: 1. Pengantar Metodologi Penelitian | Kelas: 6H | D...Ppt Metodologi Penelitian: 1. Pengantar Metodologi Penelitian | Kelas: 6H | D...
Ppt Metodologi Penelitian: 1. Pengantar Metodologi Penelitian | Kelas: 6H | D...
 
pengantarmetodologipenelitian6h-220212135857.pdf
pengantarmetodologipenelitian6h-220212135857.pdfpengantarmetodologipenelitian6h-220212135857.pdf
pengantarmetodologipenelitian6h-220212135857.pdf
 

Recently uploaded

KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
bobobodo693
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 

Recently uploaded (20)

KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptxSEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
SEMINAR PPG DAN PPL ppg prajabatan 2024.pptx
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi KomunikasiKarakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
Karakteristik Manusia Komunikan dalam Bingkai Psikologi Komunikasi
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 

Elsa apriliani, antropologi, sosiologi, Dr. Taufiq Ramdani, S. Th. i., M. Sos

  • 1. KUMPULAN ARTIKEL 1. METODE DAN PENDEKATAN DALAM KAJIAN ANTROPOLOGI 2. METODE-METODE PENYEBARAN BUDAYA 3. CABANG-CABANG ANTROPOLOGI DAN FOKUS KAJIANNYA 4. LATAR BELAKANG KEMUNCULAN ANTROPOLOGI SERTA MANFAAT KAJIAN ANTROPOLOGI Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Antropologi Dosen Pengampu Dr.Taufiq Ramdani,S.Th.i.,M.Sos Disusun Oleh: Nama : Elsa Apriliani NIM : L1C021092 Prodi/Kelas : Sosiologi/1C PROGRAN STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS DI BAWAH REKTOR UNIVERSITAS MATARAM 2021
  • 2. ii DAFTAR ISI Daftar Isi................................................................................................................... ii BAB I Metode Dan Pendekatan Dalam Kajian Antropologi A. Metode Dalam Antropologi.................................................................................. 3 B.Pendekatan............................................................................................................. 6 BAB II Metode-Metode Peyebaran Budaya A.Difusi Penyebaran Budaya .................................................................................... 8 B. Macam-Macam Cara Difusi Atau Cara Penyebaran Kebudayaan........................ 9 C.Metode Penelitian Antropologi Budaya...............................................................10 BAB III Cabang-Cabang Antropologi Dan Fokus Kajiannya A.Cabang-Cabang Antropologi...............................................................................16 B.Fokus Kajian Antropologi ...................................................................................23 BAB IV Latar Belakang Keemunculan Antropologi Serta Manfaat Kajian Antropologi A.Latar Belakang.....................................................................................................25 B.Fase Perkembangan .............................................................................................27 C.Manfaat Kajian Antropologi................................................................................31 Daftar Pustaka....................................................................................................... 32
  • 3. 3 BAB I Metode dan Pendekatan Dalam Kajian Antropologi A.Metode dalam Antropologi 1. Metode partisipant observer Partisipant observer merupakan sebuah partisipasi dari peneliti atau antropolog yang di lakukan dengan cara langsung ke dalam sebuah masyarakat atau komunitas tertentu.karena dengan adanya partisipant observasi peneliti dapat mempelajari kebudayaan yang ada dalam masyarakat tersebut atau orang yang di teliti. 2. Metode etika dan identitas Penampilan merupakan sesuatu yang sangat penting ketika kita mau melakukan penelitian ,karena penampilan dapat mempengaruhi reaksi orang yang adaa di sekitar.Namun masing-masing masyarakat mempunyai cara tersendiri dalam berpakaian,setidaknya kita menggunakan pakaian yang layak atau yang sopan ketika di gunakan. 3. Sikap di lapangan Sikap di lapangan merupakan salah satu bentuk pendekatan seorang peneliti kedpada orang yang di teliti,karena jika sikpa kita acuh maka masyarakat tidak akan mau untuk di observasi atau di teliti,dan seorang peneliti seharusnya bersikap terbuka,ingin tahu,dan yang terpenting harus terus terang(jujur) dengan apa tujuan penelitian dan maksud dari penelitian kita. 4. Metode penelitian kualitatif Metode penelitian kualitatif merupakan penelitian exploratif yang memberikan pemahaman dan pengertian terhadap suatu permasalahan.Tujuan dari metode kualitatif yaitu untuk memperoleh pemahaman dan pengertian dan alasan-alasan dan motivasi yang mendasari terjadinya sesuatu.Metode penelitian kualitatif menekankan pada proses yang di mana di dalamnya tidak di uji secara ketat atau di ukur dalam bentuk angka,jumlah ataupun frekuensi.Para peneliti yang menggunakan metode kualitatif pasti menekankan pada realitas alamiah yang dapat di bangun secara sosial maupun melalui hubungan penelitian yang sejarah,photo,cerita hidup,fakta yang di fiksikan untuk lebih memahami suatu
  • 4. 4 permasalahan.Pendekatan kualitatif menghasilkan informasi yang lebih mendetail tentang jumlah orang kecil maupun kasus dan pendekatan kualitatif tergantung dari keahlian,kompetensi dan ketatnya suatu penelitian. 5. Metode Penelitian Kuantitatif Metode penelitian kuantitatif merupakan menguantitatifkan data kualitatif secara khusus dan mengaplikasikannya ke analisis-analisis statistik.Tujuan dari metode penelitian kuantitatif yaitu untuk mengukur jumlah data dan membuat hasil dari sempel ke populasi yang di teliti,sempel penelitian kuantitatif memerlukan jumlah kasus yang sangat besar sehingga dapat mewakili populasi yang di teliti.Metode penelitian kuantitatif menekankan pada pengukuran dan analisis yang di dalamnya menggunakan beberapa model seperti model matematika,tabel statistik,dan grafik.Pendekatan kuantitatif mempermudah dalam menentukan perbandingan dan pengelompokan data. 6. Metode Holistik Metode Holistik merupakan metode pendekatan secara menyeluruh untuk memperoleh segala hal yang berkaitan dengan manusia atau meneliti suatu masalah sosial budaya di dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh.Pendekatan holistik di lakukan dengan cara memperhatikan keseluruhan aspek sebagai unit yang bersifat fungsional atau sebagai suatu sistem yang utuh.Pendekatan holistik berusaha mencakup segala hal yang berkaitan dengan ruang lingkup kehidupan manusia.Pendekatan holistik di kembangkan untuk masyarakat pedesaan kecil karena pedesaan dapat di cakup secara keseluruhan.Dalam metode holistik dapat di lakukan dengan penelitian lapangan dalam waktu yang cukup lama.Teknik pengumpulan data holistik menggunakan metode observasi dan wawancara menndalam(terjun langsung ke dalam masyarakat) 7. Metode Mikro Metode mikro yaitu metode yang mempelajari suatu gejala hingga terkumpulnya data secara mendalam mengenai suatu masalah sosial budaya dengan detail.Data konkrit atau data yang mendalam dapat di gunakan sebagai pedoman untuk menganalisa masalah-masalah pada kasus-kasus yang
  • 5. 5 lain,sehingga dapat di simpulkan pengertian umum dari masalah ataupun kasus yang bersangkutan. 8. Metode Komparatif Metode Komparatif merupakan metode yang merujuk pada pola perbandingan dengan meletakkan dua hal budaya pada sisi yang sama dan juga menjelaskan sisi-sisi yang berbeda.Pendekatan komparatif merupakan sebuah pendekatan unik di dalam antropologi.Metode ini dapat di pakai untuk memahami suatu kebudayaan masyarakat yang masih belum mengenal baca- tulis atau pra-aksara.Para ahli antropolgi juga meyakini bahwa setiap teori perlu di uji sebanyak mungkin pada suatu kebudayaan sebelum kebudayaan tersebut di verivikasi. 9. Pendekatan Partikularistik Metode pendekakatan partikularistik yaitu pendekatan yang berawal dari sesuatu yang sifatnya terbatas,kemudian menarik kesimpulan untuk sesuatu yang lebih luas dan umum.Dalam pendekatan ini seorang peneliti dapat memulai penelitian mereka dari sesuatu yang sifatnya partikular (khusus).Kemudian ketika sudah memasuki pertengahan penelitian mereka akan berusaha untuk masuk pada sesuatu yang dapat berlaku di mana-mana.cara pandang partikular yaitu ibarat cara pandang atau cara berfikirnya para tukang yang mengerjakan bagan demi bagan yang lain dari keseluruhan bangunan ,karena pada umumnya para tukang tidak di berikan tanggung jawab atas keseluruhan bangunan sebab tukang hanya memiliki tugas mengerjakan bagan per bagan mereka. 10. Metode pendekatan interpretatif Metode pendekatan interpretatif bersifat humanistik (bebas) karena setiap ungkapan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan .Karena setiap manusia selalu menjadi pusat perhatian . Hal ini dapat terjadi karena pendekatan interpretatif dapat menjadi kunci dalam menempatkan semua kepentingan masyarakat.Interpretatif yaitu suatu langkah untuk memperoleh makna terhadap suatu objek secara mendalam dan luas terhadap objek penelitian.
  • 6. 6 11. Pendekatan Struktural Pendekatan struktural yaitu pendekatan analisis data dengan cara memperhatikan elemen-elemen kunci dari berbagai diemnsi sekunder dari obyek yang di teliti dengan seimbang.pendekatan struktural dan partikularistik pertama kali di kembangkan oleh prof fox. B.Pendekatan 1.Pengertian Pendekatan Pendekatan dalam hal ini adalah suatu disiplin ilmu untuk dijadikan landasan kajian sebuah studi atau penelitian. Pendekatan dalam aplikasinya lebih mendekati disiplin ilmu karena tujuan utama pendekatan ini untuk mengetahui sebuah kajian dan langkah-langkah metodologis yang dipakai dalam mengkaji atau peneliti itu sendiri. Setiap disiplin ilmu mempunyai kekhususan metodologi sebab tidak ada sebuah metode yang dapat digunakan dalam semua disiplin ilmu. Jika seorang pengkaji telah menentukan pendekatan yang di gunakannya, akan dengan mudah terbaca langkah- langkah metodelogis yang digunakannya. 2.Pendekatan Antropologi Adapun antropologi dalam bahasa Yunani terdapat dua kata yaitu, anthropos berarti manusia dan logos berarti studi. Jadi, antropologi merupakan suatu studi disiplin ilmu yang berdasarkan rasa ingin tahu yang tiada henti-hentinya tentang makhluk manusia. Antropologi secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat dan kebudayaan. Kebudayaan itu sendiri adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin manusia. Maka antropologi adalah ilmu tentang manusia khususnya tentang asal-usul, aneka warna bentuk fisik, adat istiadat, dan kepercayaan pada masa lampau. Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji masalah manusia dan budayanya. Ilmu ini bertujuan untuk memperoleh suatu pemahaman totalitas manusia sebagai makhluk hidup, baik di masa lampau maupun masa sekarang. Antropologi itu tidak lebih dari suatu usaha untuk memahami keseluruhan pengalaman sosialnya. Maka hasil maksimum yang diperoleh dari antropologi adalah fenomena yang menunjukkan adanya Tuhan. Suatu segi yang menonjol dari ilmu antropologi ialah pendekatan secara menyeluruh yang dilakukan terhadap manusia; ahli antropologi mempelajari tidak
  • 7. 7 hanya bermacam jenis manusia, mereka juga mempelajari semua aspek daripada pengalaman-pengalaman manusia. Misalnya, dalam menulis tentang suatu kelompok manusia, seorang ahli antropologi mungkin juga menggambarkan suatu bagian sejarah daerah manusia itu, lingkungan hidup, cara kehidupan keluarga, pola pemukiman, sistem politik dan ekonomi, agama, gaya kesenian dan berpakaian, segi-segi umum bahasa, dan sebagainya.Adapun Metode yang di gunakan melalui pendekatan antropologi yaitu metode holistik.
  • 8. 8 BAB II Metode-metode Penyebaran Budaya A.Difusi Penyebaran Budaya Difusi adalah salah satu bentuk penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lainnya. Penyebaran ini biasanya dibawa oleh sekelompok manusia yang melakukan migrasi ke suatu tempat. Sehingga kebudayaan mereka turut melebur di daerah yang mereka tuju. Contohnya yaitu ketika orang cina melakukan migrasi ke lombok seperti yang kita lihat sekarang banyak kebudayaan mereka yang menghilang atau melebur semenjak mereka migrasi. Bentuk Penyebaran kebudayaan juga dapat terjadi dengan berbagai cara. Antara lain: a. Adanya individu-individu tertentu yang membawa unsur-unsur kebudayaannya ke tempat yang jauh. Misalnya para pelaut dan pendeta. Mereka pergi hingga jauh ke suatu tempat dan mereka mendifusikan budaya-budaya mereka, darimana mereka berasal yang mana hal ini biasanya dilakukan para pendeta. b. Penyebaran unsur-unsur kebudayaan yang dilakukan oleh individu-idividu dalam suatu kelompok dengan adanya pertemuan antara individu-individu kelompok yang lain. Disinilah terjadi proses difusi budaya dimana mereka saling mempelajari dan saling memahami antara budaya mereka masing-masing. c. Cara lain adalah dengan adanya bentuk hubungan perdagangan,di mana para pedagang masuk ke wilayah dan unsur-unsur budaya perdagangan tersebut masuk ke dalam kebudayaan penerima tanpa di sengaja. d. Anggapan Dasar Kebudayaan .Kebudayaan dapat ddisesuaikan karena Kebudayaan merupakan suatu integrasi. Kebudayaan Selalu Berubah kapan saja dan di mana saja. e. Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Suatu asimilasi ditandai oleh usaha-usaha mengurangi perbedaan antara orang atau kelompok. Untuk mengurangi perbedaan itu, asimilasi meliputi usaha-usaha mempererat kesatuan tindakan, sikap, dan perasaan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan bersama.
  • 9. 9 f. Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Proses dalam difusi di bagi menjadi 2 macam : • difusi langsung, jika unsur-unsur kebudayaan tersebut langsung menyebar dari suatu lingkup kebudayaan pemberi ke lingkup kebudayaan penerima • difusi tak langsung terjadi apabila unsur-unsur dari kebudayaan pemberi singgah dan berkembang dulu di suatu tempat untuk kemudian baru masuk ke lingkup kebudayaan penerima. Difusi tak langsung dapat juga menimbulkan suatu bentuk difusi berangkai, jika unsur-unsur kebudayaan yang telah diterima oleh suatu lingkup kebudayaan kemudian menyebar lagi pada lingkup-lingkup kebudayaan lainnya secara berkesinambungan.. Koentjaraningrat menyimpulkan bahwa proses difusi tidak hanya dari sudut bergeraknya unsur-unsur kebudayaan dari suatu tempat ke tempat lain di muka bumi saja tetapi terutama sebagai suatu proses di mana unsur-unsur kebudayaan dibawa oleh individu-individu dari suatu kebudayaan, dan harus diterima oleh individu dari kebudayaan lain, maka terbukti bahwa tidak pernah terjadi difusi dari satu unsur kebudayaan. Unsur-unsur itu selalu berpindah-pindah sebagai suatu gabungan atau suatu kompleks yang tidak mudah dipisahkan. B.Macam-Macam Cara Difusi Atau Cara Penyebaran Kebudayaan • Simbiotik (symbiotic) Simbiotik artinya peristiwa pertemuan individu dari masyarakat bertemu dengan individu dari masyarakat lain, namun tidak mengubah bentuk kebudayaannya masing-masing. Peristiwa ini memungkinkan masyarakat saling bertemu dan hidup secara berdampingan dengan dua unsur kebudayaan yang berbeda. Siany dan Atik dalam "Khazanah Antropologi 1" mencontohkan hubungan antara suku pelangang Kongo, Togo, dan Kamerun yang merupakan
  • 10. 10 suku bangsa negrito di Afrika. Mereka saling berhubungan, namun hanya sebatas perdagangan dan tidak mengubah kebudayaan masing-masing suku. • Penetrasi damai (penetration pasifigue) Cara difusi budaya lainnya adalah dengan penetrasi damai atau pasifigue penetration. Cara ini merupakan proses di mana kebudayaan dari suatu masyarakat masuk ke masyarakat lainnya tanpa disertai paksaan. Kebudayaan baru bisa diterima oleh masyarakat apabila kebudayaan tersebut dianggap baik oleh masyarakat setempat. Contoh difusi dengan cara penetrasi damai adalah masuknya agama Hindu-Buddha dan Islam ke Indonesia. • Penetrasi paksa (penetration violence) Sebaliknya, ada pula penetrasi yang dilakukan secara paksa. Difusi budaya dengan cara paksaan disebut dengan istilah penetration violence. Cara ini membiarkan kebudayaan suatu masyarakat masuk dengan penjajahan atau peperangan. Penetrasi paksa dianggap dapat merusak kebudayaan masyarakat penerima dan menyebabkan guncangan sosial. Hal ini berujung pada hilangnya kebudayaan asli suatu masyarakat. Kebudayaan manusia itu pada pangkalnya satu, dan disatu tempat yang tertentu, yaitu pada waktu mahluk manusia baru saja muncul didunia ini. Kemudian kebudayaan induk itu berkembang, menyebar, dan pecah kedalam banyak kebudayaan baru, karena pengaruh keadaan lingkuangn dan waktu. Dalam proses memecah itu bangsa-bangsa pemangku kebudayaan-kebudayaan baru tadi tidak tetep tinggal terpisah. Sepanjang masa dimuka bumi ini senantiasa terjadi gerak perpindahan bangsa-bangsa yang saling berhubunganserta pengaruh mempengaruhi.Tugas terpenting ilmu etnolgi menurut para sarjana tadi ialah antara lain untuk mencari kembali sejarah gerak perpindahan bangsa- bangsa itu, proses pengaruh-mempengaruhi, serta persebaran kebudayaan manusia dalam jangka waktu beratus- ratus ribu tahun yang lalu mulai saat terjadinya manusai hingga sekarang. proses penyebaranunsur-unsur kebudayaan dari individu ke individu lainya atau dari masyarakat ke masyarakat lainya dinamakan Difusi Kebudayaan.
  • 11. 11 C. Metode penelitian antropologi budaya 1.Metode ilmiah Metode ilmiah adalah salah satu metode yang di gunakan manusia untuk memperoleh pengetahuan dengan cara menggabungkan metode empirik dengan metode rasionalistik sebagai pendekatan bersama yang saling melengkapi dan memperjelas.metode ini di mulai dengan pengamatan dan berakhir juga dengan pengamatan. Di dalam metode ilmiah ,metode analisis –induktif digunakan secara bersama-sama.Metode analisis- induktif adalah cara pandang penelitian ilmiah yang bertitik tolak dari pengetahuan khusus untuk sampai pada kesimpulan yang berupa pengetahuan umum.Dan ini di lakukan oleh metode analisis-induktif dengan cara memisahkan pengertian yang sepadan dengan pengertian yang tidak sepadan.Metode analisi-induktif di pakai secara bersamaan di sebabkan karena sebuah analisis hanya dapat di lakukan apabila telah ada pengetahuan umum.hal ini di sebabkan karena keberadaan pengetahuan umum yang dapat memberikan peneliti pengetahuan awal atas objek yang di kaji atau fenomena yang akan di teliti. 2.Metode Fenomenologi fenomenologi adalah sebuah Metode penelitian atau metode berpikir yang bertujuan untuk mengungkap atau menjelaskan realitas yang berada di balik gejala atau fenomena yang tertangkap oleh panca indera manusia dalam kehidupan sehari-hari. fenomenologi merupakan sebuah bidang kajian yang berupaya untuk mendeskripsikan pengalaman hidup manusia yang terdapat di dalam kesadaran. Pengalaman hidup tersebut adalah sebuah fenomena yang dinamis. Ini disebabkan karena pengalaman hidup manusia selalu mengalami perkembangan dalam kesadaran. Perkembangan tersebut terjadi karena adanya pengaruh dari dunia di luar manusia sebagai subjek berkesadaran yang mengalami dunia. Oleh karena itu, antara manusia, sebagai subjek berkesadaran, dengan dunia yang berada di luar manusia (dunia eksternal) senantiasa berelasi. Namun, sebelum sampai ke kesadaran manusia, pengalaman hidup manusia masih berupa peristiwa-peristiwa yang dicerap oleh panca indera manusia.Adapun tahap penelitian fanomenologi:
  • 12. 12 • Bracketing Bracketing adalah melakukan identifikasi dan menyimpan sementara asumsi, keyakinan, dan pengetahuan yang telah dimiliki tentang fenomena yang diteliti agar mampu berkonsentrasi pada setiap aspek fenomena, merenungkan esensi dari fenomena dan menganalisis serta mendeskripsikan fenomena. Pada tahapan ini, peneliti harus bersikap terbuka, jujur, dan netral terhadap fenonema budaya yang sedang diamati. Hal tersebut perlu dilakukan agar peneliti dapat melakukan identifikasi terhadap fenomena budaya tersebut. • Intuiting Dalam tahapan ini peneliti melakukan perenungan, analisis, dan pendeskripsian atas data dan temuan penelitian. Tujuan tahapan ini tidak saja agar peneliti dapat melakukan penyatuan dengan data yang dianalisis untuk melakukan pemilihan dan pemilahan data fenomena untuk memperoleh pemahamanyang utuh dan mendalam tentang fenomena, tetapi juga agar peneliti dapat menemukan esensi dan pola dari fenomena budaya yang di amati dapat disusun. 3.Metode Etnografi Kata etnografi merupakan kata bentukan yang disusun atas kata etno (bangsa) dan grafis (menggambarkan). Itu berarti kata etnografi dapat diartikan sebagai sebuah studi yang berusaha menggambarkan sebuah bangsa. Namun, penggambaran sebuah bangsa melalui etnografi bukanlah penggambaran bangsa yang bersifat umum .Etnografi merupakan metode yang mampu menghasilkan sebuah penelitian yang holistik bagi kebudayaan, tetapi juga dapat menghasilkan penemuan-penemuan baru atas kebudayaan.etnografi juga memiliki fungsi korektif atas berbagai pemahaman yang telah ada sebelumnya. Maka, etnografi tidak hanya dapat mempertegas kebenaran-kebenaran budaya yang telah ada sebelumnya, tetapi juga memiliki kemampuan untuk menghadirkan kebenaran baru untuk kebudayaan. Oleh karena itu, banyak peneliti budaya menganggap bahwa etnografi merupakan model penelitian yang dapat membantu perkembangan keilmuan budaya secara signifikan. pendekatan etnografi berpusat pada kemajemukan nilai budaya,
  • 13. 13 makna,dan dunia-kehidupan. Oleh karena itu, penggambaran bangsa yang diproduksi oleh etnografi adalah penggambaran bangsa yang unik dan khas. Etnografi mengandalkan penelitian lapangan untuk mendapatkan pandangan kebudayaan yang khas dan unik dari sebuah masyarakat. Penelitian lapangan harus diterapkan dalam metode etnografi, sebab penelitian lapangan dapat memberikan peneliti pemahaman mengenai cara sebuah masyarakat berinteraksi dan bekerja sama melalui fenomena budaya yang teramati. Hal tersebut membuat etnografi dapat dipahami sebagai pendekatan empiris sekaligus teoretis yang memiliki tujuan utama tidak saja memproduksi deskripsi mendetail dan holistik, tetapi juga analisis budaya yang didasarkan pada kerja lapangan yang intensif. . Oleh karena itu, etnografi dapat dipahami sebagai sebuah metode penelitian lapangan dalam kajian budaya yang mengharuskan peneliti langsung berhadapan dengan objek penulisan dalam melakukan pemaknaan atau interpretasi terhadap penulisan yang dilakukan. Inti etnografi itu berupa sebuah usaha atau upaya untuk memperhatikan makna-makna dari tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian yang terdapat dalam masyarakat atau fenomena yang diamati. Bagi etnografi, kebudayaan adalah sistem makna. Itu karena kebudayaan olehetnografi dipahami sebagai pengetahuan yang diperoleh dan digunakan oleh manusia untuk menafsirkan pengalaman dan membentuk atau memproduksi perilaku sosial. Oleh karena itu seorang peneliti etnografi tidak hanya melakukan penyelidikan atas apa yang teramati saja. Namun, jauh melampui itu, yakni menyelidiki makna yang berada di balik berbagai benda budaya yang teramati. Etnografer mengamati tingkah laku, tetapi lebih dari itu dia menyelidiki makna tingkah laku itu. Etnografer melihat berbagai artefak dan objek alam, tetapi lebih dari itu, dia juga menyelidiki makna yang diberikan oleh orang-orang terhadap berbagai objek itu. Etnografer mengamati dan mencatat berbagai kondisi emosional, tetapi lebih dari itu, dia juga menyelidiki makna rasa takut, cemas, marah, dan berbagai perasaan lain. Agar seseorang dapat menggunakan etnografi sebagai metode penyelidikan budayanya, seseorang tersebut harus memahami karakteristik penelitian etnografi. Menurut Denzin & Lincoln (2009: 316) penelitian etnografi memiliki empat karakteristik khas. Adapun empat karakteristik tersebut sebagai berikut.
  • 14. 14 a) Lebih menekankan upaya eksplorasi terhadap esensi atau sifat dasar fenomena budaya tertentu, dan bukan melakukan pengujian hipotesis atas fenomena tersebut. b) Lebih mementingkan bekerja dengan data yang tidak terstruktur, atau data yang belum terumuskan dalambentuk kode-kode sebagai seperangkat kategori yang masih menerima peluang bagi analisis tertentu. c) Penelitian memfokuskan pada sejumlah kecil kasus, mungkin hanya satu kasus secara detail. d) Melakukan analisis data yang meliputi interpretasi makna dan fungsi berbagai tindakan manusia secara eksplisit sebagai sebuah produk yang secara umum mengambil bentuk-bentuk deskripsi dan penjelasan verbal tanpa harus teralu banyak memanfaatkan analisis kuantifikasi. Adapun langkah-langkah Penelitian etnografi:. a) Melakukan penetapan informan Dalam etnografi penetapan informan dilakukan dengan metode seleksi secara komprehensif. Hal tersebut bertujuan agar data yang didapatkan benar-benar memiliki sifat holistik dan mendalam. b) Melakukan wawancara terhadap informan Teknik wawancara yang dilakukan dalam etnografi adalah wawancara mendalam. Agar wawancara mendalam dapat dilaksanakan, peneliti etnografi harus benar-benar mahir meraih kepercayaan informannya c) Membuat catatan etnografis Dalam catatan ini termuat identitas informan, jurnal lapangan, laporan ringkas, dan laporan yang diperluas karena adanya analisis dan tafsir yang diberikan peneliti atas data. d) Mengajukan pertanyaan deskriptif Tujuan pengajuan pertanyaan deskriptif adalah untuk mendapatkan gambaran setempat melalui refleksi yang ditimbulkan selama wawancara berlangsung. Dalam pertanyaan ini, peneliti tidak bertujuan mencari makna, tetapi lebih pada mencari kebenarann data yang didapatkan dari informan.
  • 15. 15 e) Melakukan analisis wawancara Etnografis Pada tahap ini peneliti melakukan pengkodean atas simbol- simbol budaya yang didapatkan dari wawancara dengan informan. f) Membuat analisis domain Pada tahap ini peneliti membuat istilah pencakup atas apa yang dinyatakan oleh informan. Istilah-istilah tersebut harus memiliki kaitan semantis satu sama lainnya. g) Mengajukan pertanyaan struktural Pertanyaan struktural merupakan pertanyaan kelanjutan dari pertanyaan deskriptif. Pada pertanyaan struktural terdapat upaya peneliti untuk merumuskan apa yang tadinya belum terumuskan. h) Membuat analisis taksonomi Pada tahap ini peneliti melakukan pemfokusan pada pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan. Pada analisis ini identifikasi setiap pertanyaan merupakan hal yang harus dilakukan. i) Mengajukan pertanyaan kontras Tahap ini mensyaratkan penguasaan atas pertanyaan yang telah disampaikan. Hal tersebut karena pada tahap ini peneliti harus melakukan oposisi kritis atas jawaban yang telah didapatkan dari informan. j) Membuat analisis komponen Analisis ini dilakukan ketika dan setelah di lapangan. Analisis ini bertujuan untuk melihat dan mencermati kembali data yang telah didapatkan. Apabila peneliti masih melihat kekurangan pada data yang telah didapat, peneliti harus turun ke lapangan penelitian kembali. k) Menemukan tema-tema budaya Tahap ini merupakan tahapan puncak analisis etnografi. Hal tersebut karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis pada data-data yang telah didapatkan dalam kaitannya dengan perspektif keilmuan budaya. l) Menulis etnografis Penulisan etnografi adalah penulisan secara deskriptif. Tujuannya agar pembaca dapat memperoleh gambaran yang holistik tentang penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.
  • 16. 16 BAB III Cabang-cabang Antropologi dan Fokus Kajiannya A.Cabang Antropologi cabang antropologi secara umum dibagi ke dalam 2 cabang besar, yaitu antropologi fisik (physical anthropology) dan antropologi budaya (cultural anthropologi). Antropologi budaya terbagi lagi ke dalam arkeologi, antropologi linguistik, dan etnologi. 1.Antropologi Fisik/Biologi/Paleoantropologi Antropologi Fisik atau Antropologi Biologi adalah cabang antropologi yang memfokuskan kajiannya pada manusia sebagai organisme biologis, yang salah satunya menekankan pada kajian masalah evolusi manusia. Atau ilmu yang mempelajari asal usul manusia dan evolusi manusia melalui bukti fosil-fosil.Sementara kajian yang secara khusus meneliti sisa-sisa tubuh yang telah membatu (fosil) yang ditemukan dalam lapisan-lapisan tanah disebut paleoantropologi. Antropologi fisik ini mempelajari keragaman manusia di dunia dilihat dari segi fisiknya. Ilmu ini mencoba untuk memahami sejarah terjadinya keragaman makhluk manusia berdasarkan : a) ciri-ciri fisik atau tubuhnya yang tampak secara lahiriah (fenotipik), seperti warna kulit, indeks tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung, tinggi dan bentuk tubuh. b) ciri-ciri fisik bagian “dalam” (genotipik) seperti golongan darah. Berdasarkan klasifikasi di atas, manusia dapat digolongkan ke dalam beberapa golongan yang disebut ras. Kita ketahui bahwa di dunia ini terdapat beberapa kategori ras seperti ras kaukasoid, melanesoid, negroid, dan sebagainya 2. Antropologi Budaya Antropologi Budaya adalah cabang antropologi umum yang berupaya mempelajari kebudayaan pada umumnya dan beragam kebudayaan dari berbagai bangsa di seluruh dunia. Ilmu ini mengkaji bagaimana manusia mampu berkebudayaan dan mengembangkan kebudayaannya dari masa ke masa. Fokus yang dipelajari oleh ilmu ini adalah cara hidup manusia dalam memelihara dan mengubah lingkungannya. Cara hidup ini diperoleh manusia melalui proses belajar (sosialisasi) dan pengalaman hidup.Antropologi budaya berhubungan dengan firasat,literatur atau
  • 17. 17 sastra,dan seni tentang bagaimana suatu kebudayaan memengaruhi pengalaman seseorangdan kelompok,memberikan kontribusi untuk lebih memahami pengetahuan yang lebih lengkap,baik tentang adat istiadat maupun pranata sosial. 3. Prasejarah Prasejarah atau prehistori mempelajari sejarah perkembangan dan persebaran semua kebudayaan manusia sebelum manusia mengenal tulisan. Jika dilihat secara umum, maka perkembangan sejarah kebudayaan umat manusia dapat dibagi ke dalam 2 bagian. Pertama, masa sejak munculnya makhluk manusia sekitar 800.000 tahun yang lalu hingga masa di mana kebudayaan manusia belum mengenal tulisan, dan kedua, adalah masa kebudayaan manusia setelah mengenal tulisan. Batas antara kedua masa tersebut tidaklah sama bagi semua kebudayaan yang ada di muka bumi ini. Beberapa kebudayaan tercatat telah mengenal tulisan sejak 4000 tahun S.M.; seperti kebudayaan Minoa yang bekas-bekasnya dapat ditemui di Pulau Kreta. Beberapa kebudayaan lain mengenal tulisan kira-kira 3000 tahun S.M., seperti kebudayaan Yemdet Nasr di Irak Selatan dan kebudayaan Harapa-Mohenjodaro di daerah Sungai Sindu di Pakistan. Selain itu ada kebudayaan yang baru mengenal tulisan sekitar 100 tahun S.M., dan beberapa kebudayaan yang diketahui baru mengenal tulisan pada abad ke 20 (Koentjaraningrat, 1996). Bahan penelitian dari ilmu prasejarah adalah bekas- bekas kebudayaan seperti benda-benda dan alat-alat (artefak) yang tertinggal di dalam lapisanlapisan bumi. Selain ilmu prasejarah, ilmu yang dikenal mempelajari bekasbekas kebudayaan tersebut adalah arkeologi. Namun, arkeologi di Indonesia telah mendapat kekhususan dalam kajiannya, karena lebih memfokuskan kajiannya pada jaman prasejarah di Indonesia hingga masa jatuhnya negaranegara Indonesia- Hindu dan lenyapnya kebudayaan Indonesia-Hindutersebut. Ilmu prasejarah di Indonesia masih sangat muda, yaitu sekitar tahun 1930-an, yang dipelopori oleh A.J.J. Van Der Hoop dan C.T. Van Stein Callenfels. Di Indonesia, ilmu prasejarah ini tidak menjadi bagian dari ilmu antropologi tetapi menjadi bagian dari arkeologi. 4. Antropologi Linguistik Antropologi linguistik yaitu di mana Manusia diberi kelebihan dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya dalam menciptakan simbol-simbol yang terangkum dalam istilah bahasa. Bahasa sangat penting sebagai media berkomunikasi sehingga interaksi antarindividu atau antarkelompok akan menjadi lebih efektif. Selain
  • 18. 18 kemampuan menciptakan bahasa, manusia pun masih memiliki insting dalam berkomunikasi seperti halnya yang dimiliki oleh makhluk hidup lainnya. Hanya bedanya, makhluk hidup selain manusia tidak mampu menciptakan bahasa seperti manusia. Bahasa merupakan lambang kepintaran yang dimiliki manusia yang diperolehnya melalui proses belajar. Oleh karena itu, bahasa merupakan ciri dari kehidupan manusia atau bahasa merupakan ciri dari kebudayaan manusia. Bahasa yang diciptakan sekaligus dipelajari oleh manusia pada akhirnya akan berfungsi mengikat bagi manusia itu sendiri dalam menggunakannya. Dalam hal ini, bahasa menjadi salah satu unsur kebudayaan yang memiliki kaidah-kaidahnya sendiri yang berada “di luar” individu yang menggunakannya. Sebagai contoh, jika Anda menemui ada individu sebagai anggota masyarakat di mana Anda berada menggunakan bahasa dengan kaidah-kaidah di luar ketentuan yang berlaku maka pesan yang ingin disampaikannya tidak akan diterima/dimengerti oleh orang lain begitu pula oleh Anda sendiri. Bahasa merupakan kesepakatan bersama seluruh anggota masyarakat yang menggunakannya. Bahasa sebagai simbol untuk berkomunikasi saat ini telah berkembang sangat kompleks, walau pun mungkin masih ada beberapa suku bangsa yang hidup terpencil masih menggunakan bahasa yang relatif sederhana, baik dalam jumlah kata-kata atau pun tata bahasanya. Bahasa memiliki fungsi sebagai media transmisi (sosialisasi) unsur-unsur kebudayaan dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Karena fungsinya pengantar antropologi itu, bahasa menjadi salah satu unsur penting untuk dipelajari oleh antropologi. Salah satu cabang ilmu antropologi budaya yang secara spesifik mengkaji masalah bahasa ini adalah antropologi linguistik (linguistic anthropology) atau etnolinguistik. 5.Etnologi dan Antropologi Sosial Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas-asas manusia melalui kajiannya terhadap sejumlah kebudayaan suku bangsa yang tersebar di seluruh dunia. Seperti Anda lihat pada bagan 2 di atas, ilmu ini dibedakan menjadi 2 bagian atas dasar perbedaan fokus kajiannya. • Pertama, ilmu yang lebih memfokuskan diri pada kajian bidang diakronik (kajian dalam rentang waktu yang berurutan), yang tetap menggunakan nama etnologi.
  • 19. 19 • Kedua, ilmu yang lebih menekankan perhatiannya pada bidang sinkronik (kajian dalam waktu yang bersamaan), yang lebih akrab dengan sebutan antropologi sosial. Di antara ahli antropologi yang mengembangkan teori-teori antropologi sinkronik adalah A.R. Radcliffe-Brown. Ia adalah seorang ahli antropologi Inggris yang mencoba mencari asas-asas kebudayaan dan kaidah- kaidah yang mengatur kehidupan masyarakat. Menurutnya, para ahli antropologi harus berbuat lebih dari yang dilakukan oleh para ahli pada fase kedua, yaitu yang hanya puas dengan mempelajari kebudayaan hanya untuk mengetahui sejarah dan persebaran kebudayaan-kebudayaan di muka bumi ini. Antropologi sosial yaitu studi yang mempelajari hubungan anatara orang-orang dan kelompok.Antropologi sosial sangat berkaitan erat dengan dengan sosiologi dan sejarah karena sebagaimana tujuan mereka yang sama yaitu mencari pemahaman struktur sosial dari suatu kelompok sosial yang berbeda seperti subkultur,etnik. 1. Etnopsikologi Subbidang antropologi yang berkembang sekitar awal abad ke 19 (tahun 1920- an) adalah etnopsikologi atau antropologi psikologi, yaitu sebuah kajian antropologi yang menggunakan konsep-konsep psikologi dalam proses analisanya. Kajian ini berkembang di Amerika dan Inggris manakala ada kebutuhan untuk mengetahui: (1) kepribadian bangsa, (2) peranan individu dalam proses perubahan adat-istiadat, dan (3) nilai universal dari konsep-konsep psikologi. Kebutuhan pertama muncul ketika hubungan antarbangsa mulai diperhatikan demi kepentingan hubungan internasional terutama sejak Perang Dunia I.Sebetulnya beberapa kajian tentang kepribadian suatu suku bangsa pernah dilakukan oleh beberapa ahli terutama terkait dengan kepentingan untuk mengetahui kepribadian penduduk di daerah jajahan, tetapi konsepkonsep dan istilah-istilah yang digunakan tergolong masih kasar dan kurang cermat. Baru sekitar tahun 1920-an, para ahli antropologi mempelajari masalah kepribadian suatu suku bangsa dengan lebih cermat dan teliti dengan menggunakan konsep-konsep dan teori-teori psikologi. Dengan demikian, mereka dapat mendeskripsikan kepribadian suatu suku bangsa dengan lebih objektif dan teliti untuk menemukan
  • 20. 20 kepribadian umum warga suatu bangsa atau suatu suku bangsa. Pada tahun-tahun tersebut di Amerika Serikat juga dimulai suatu kajian antropologi yang memfokuskan diri pada peranan individu dalam proses perubahan adat-istiadat. Dalam kajian antropologi sebelumnya, pada umumnya keberadaan individu yang berperilaku menyimpang tidak mendapat perhatian, karena perhatian para ahli lebih terfokus pada pola-pola kehidupan yang telah mapan. Baru disadari kemudian bahwa gejala perilaku individu yang menyimpang dapat dipahami dalam kaitannya dengan perubahan sosial-budaya dari kebudayaan suatu bangsa atau suatu suku bangsa. Atas dasar kajiannya terhadap gejala kepribadian suatu suku bangsa ini, para ahli antropologi juga dapat mengkritisi beberapa teori psikologi yang dihasilkan atas dasar suatu penelitian pada masyarakat Eropa. Atas kajiannya terhadap masyarakat di luar Eropa, beberapa teori psikologi yang ada saat itu ternyata belum tentu dapat diterapkan atau berlaku secara universal. Oleh karena itu, masih perlu kehati-hatian dalam menerapkannya untuk mengkaji masalah kepribadian umum pada masyarakat di luar Eropa. 2. Antropologi Spesialisasi Beragamnya keperluan dalam memahami suatu masalah kemasyarakatan menyebabkan para ahli sosial, termasuk antropologi, mencoba lebih memfokuskan pada bidang-bidang tertentu. Walaupun demikian, seorang ahli antropologi tetap akan memahami bidang yang ditelitinya pada konteks keseluruhan aspek kemasyarakatan (ingat pendekatan holistik). Kebutuhan pemecahan masalah pada bidang-bidang tertentu tersebut menyebabkan munculnya kekhususan-kekhususan pada antropologi. Dalam rangka itu, para ahli antropologi sering kali perlu meminjam konsep-konsep yang digunakan oleh ilmu-ilmu lainnya. Misalnya, untuk dapat lebih memahami masalahmasalah ekonomi tradisional dari suatu masyarakat, para ahli antropologi perlu meminjam konsep-konsep dan istilah-istilah yang dikembangkan oleh ilmu ekonomi. Hasilnya adalah berkembangnya satu spesialisasi pada bidang antropologi yang lebih memperhatikan masalah kehidupan perekonomian dari suatu suku bangsa, misalnya kehidupan perekonomian pada masyarakat nelayan, petani, berburu dan meramu, serta lain-lainnya. Beberapa perkembangan antropologi yang menjurus pada lahirnya bidang-bidang spesial dari
  • 21. 21 antropologi seperti antropologi ekonomi, antropologi politik, antropologi kependudukan, dan lain-lainnya dapat Anda pelajari pada uraian berikut ini. a. Antropologi ekonomi Pada tahun 1930-an, seorang ahli antropologi Inggris R. Firth memulai meneliti gejala ekonomi pedesaan seperti masalah permodalan, pengerahan tenaga kerja, sistem produksi, pemasaran sistem pertanian dan perikanan. Hal ini beliau lakukan di wilayah Osenia dan Malaysia. Apa yang telah dilakukan R. Firth ini kemudian banyak diikuti oleh murid-muridnya bahkan para ahli antropologi lainnya yang mencoba mengadakan penelitian di daerah lain. Bahkan metode dan pendekatan yang digunakan R. Firth terus mengalami perkembangan sehingga menjadikan kajian antropologi terhadap kehidupan ekonomi masyarakat menjadi semakin mantap. Kajian ini secara luas dikenal dengan antropologi ekonomi. Di Indonesia, beberapa kajian antropologi ekonomi cukup banyak mendapat perhatian terutama yang berupa upayaupaya para ahli baik dari Eropa dan Amerika maupun para sarjana antropologi Indonesia sendiri yang berusaha memahami masalah perekonomian para petani, nelayan, masyarakat di sekitar hutan, masyarakat meramu di Papua dan sebagainya. b. Antropologi politik Perbedaan asas-asas dalam menyelenggarakan pemerintahan dalam masyarakat modern (industri) dengan masyarakat nonindustri menjadi perhatian para ahli antropologi yang secara khusus memperhatikan masalah politik lokal (tradisional). Perhatian ini sebenarnya telah lama berkembang sejalan dengan kebutuhan para negara jajahan pada waktu itu untuk memahami pola pemerintahan (kekuasaan) yang ada di negara-negara jajahannya. Akhir-akhir ini para ahli antropologi lebih tertarik pada perilaku dan budaya politik yang ternyata tidak dapat dilepaskan dari pengaruh aspek sosial budaya, latar belakang sosial budaya, sistem nilai dan norma yang berlaku di masyarakat di mana para pelaku politik tersebut berada. Perhatian ahli antropologi terhadap gejala-gejala politik atau pemerintahan semacam itu telah melahirkan satu kajian ilmu antropologi yang disebut antropologi politik. Salah satu contoh dari kajian antropologi politik adalah masalah demonstrasi. Perilaku para pendemo dan tokoh intelektual yang ada di
  • 22. 22 belakangnya menggambarkan bagaimana sistem nilai dan norma “bekerja” dalam kehidupan politik masyarakat. c. Antropologi kependudukan Antropologi kependudukan merupakan salah satu sub antropologi yang lahir cukup baru, yaitu ketika dunia menganggap penting untuk mengatasi masalah- masalah kependudukan. Ledakan penduduk yang cukup tinggi mengkhawatirkan sebagian pihak bahwa pada suatu saat akan terjadi kelaparan, karena semakin menipisnya sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh karenanya muncul berbagai ide untuk mengurangi tingkat kelahiran bayi dengan meluncurkan program-program kependudukan di setiap negara yang pada intinya untuk menekan tingginya tingkat pertambahan penduduk dunia. Berbagai kendala yang ditemui di lapangan dalam upaya menjalankan program kependudukan, seperti program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia, telah membawa para ahli antropologi untuk ikut membantu memecahkan persoalan kependudukan tersebut. Diketahui bahwa beberapa kendala yang menghambat kelancaran program-program kependudukan tersebut adalah disebabkan oleh latar belakang dan kondisi sosial budaya masyarakatnya. Atas dasar ini berkembanglah metode dan pendekatan antropologi yang secara khusus digunakan untuk memahami gejala kependudukan. Spesifikasi baru dari antropologi ini dikenal dengan nama antropologi kependudukan. d. Antropologi kesehatan Antropologi Kesehatan merupakan salah satu sub antropologi yang lahir cukup baru, yaitu ketika masyarakat dunia sadar akan pentingnya upayaupaya untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan. Ledakan penduduk yang cukup tinggi diiringi pula oleh munculnya masalah kesehatan, seperti masalah sanitasi lingkungan, masalah penyakit epidemi, dan beberapa penyakit lain yang menjangkit ke sebagian besar penduduk. Akhir-akhir ini diketahui bahwa masalah kesehatan bukan saja menyangkut aspek medis tetapi juga terkait dengan kebiasaan, pola hidup, dan kondisi lingkungan. Wabah malaria misalnya sering kali terjadi di mana sebagian gejala ini disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang baik. Masih ditemui adanya perbedaan pandangan antara masyarakat modern dan masyarakat tradisional dalam memandang masalah sehat atau masalah penyakit. Akibatnya, metode, cara dan konsep pengobatan tentang penyakit pun berbeda-beda pada
  • 23. 23 setiap kebudayaan. Perhatian yang serius dari kalangan ahli antropologi terhadap masalah kesehatan ini memunculkan subdisiplin baru dalam antropologi yang disebut antropologi kesehatan. Disiplin ini mencoba memahami gejala kesehatan masyarakat dalam keterkaitannya dengan masalah adat-istiadat, nilai dan norma serta keyakinan yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan. Berbagai kendala yang ditemui di lapangan dalam upaya menjalankan program kesehatan, seperti program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Indonesia, telah membawa para ahli antropologi dan sosiologi untuk ikut membantu memecahkan persoalan kesehatan tersebut. Beberapa kendala yang menghambat kelancaran program-program kesehatan tersebut adalah disebabkan oleh latar belakang dan kondisi sosial budaya masyarakatnya yang berbeda dalam melihat konsep sehat bagi ibu dan anak. 3. Antropologi Terapan Gejala pembangunan masyarakat sejak Perang Dunia II membutuhkan bantuan berbagai disiplin ilmu termasuk antropologi di dalamnya. Dalam antropologi, antropologi pembangunan merupakan salah satu bidang ilmu yang tergolong ke dalam antropologi terapan, bersama-sama dengan spesialisasi lain yang lebih khusus, seperti misalnya antropologi ekonomi, antropologi kesehatan, dan antropologi pendidikan. Sebagai ilmu terapan, maka penggunaan metode-metode, konsep- konsep, dan teori-teori antrop ologi, misalnya, diterapkan untuk lebih memahami masalah-masalah pedesaan, masalah pendidikan, adopsi teknologi oleh para petani, masalah kehidupan para buruh pabrik dan sebagainya. Hasilnya adalah berupa data- data yang dapat digunakan sebagai masukan dalam pem buatan kebijakan pemerintah. B.Fokus Kajian Antropologi ruang lingkup dan batas lapangan perhatian kajian antropologi memfokuskan kepada sedikitnya lima masalah berikut ini (Koentjaraningrat, 1996), yaitu: 1. masalah sejarah asal dan perkembangan manusia dilihat dari ciri-ciri tubuhnya secara evolusi yang dipandang dari segi biologi; 2. masalah sejarah terjadinya berbagai ragam manusia dari segi ciri-ciri fisiknya.
  • 24. 24 3. Masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya beragam kebudayaan di dunia; 4. Masalah sejarah asal, perkembangan, serta penyebaran berbagai macam bahasa di seluruh dunia. 5. Masalah mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat-masyarakat suku bangsa di dunia.
  • 25. 25 BAB IV Latar Belakang Munculnya Antropologi Dan Manfaat Kajiannya A.Latar Belakang Antropologi pada masa perkembangan awalnya tidak dapat dipisahkan dengan karya-karya para penulis yang mencatat gambaran kehidupan penduduk atau suku bangsa di luar Eropa. Pada saat itu, kehidupan penduduk di luar Eropa dipandang menarik oleh para penjelajah, para penjajah, atau para misionaris karena perbedaan cara hidup antara masyarakat Eropa dengan masyarakat di luar Eropa. Oleh karenanya, mereka bukan saja menulis tentang perjalanan atau yang terkait dengan tugasnya tetapi juga melengkapinya dengan deskripsi tentang tata cara kehidupan masyarakat yang mereka temui. Deskripsi ini kemudian dikenal dengan sebutan etnografi. Beberapa tulisan karya mereka akan dipaparkan pada uraian berikut. Tulisan Herodotus, seorang bangsa Yunani yang dikenal pula sebagai Bapak sejarah dan etnografi, mengenai bangsa Mesir merupakan tulisan etnografi yang paling kuno. Tulisan-tulisan etnografi pada masa awal masih bersifat subyektif, penuh dengan prasangka dan bersifat etnosentrisme. Etnosentrisme adalah sebuah pandangan atau sikap di mana suku bangsa sendiri dianggap lebih baik dan dijadikan ukuran dalam melihat baik buruknya karakter suku bangsa lainnya. Orang Yunani pada masa itu menganggap bahwa suku-suku bangsa selain orang Yunani seperti orang Mesir, Libia dan Persia termasuk ke dalam suku bangsa yang masih setengah liar dan belum beradab. Pandangan seperti ini juga tersirat dalam tulisan Heredotus yang mendeskripsikan suku bangsa Mesir Pada jaman Romawi kuno terdapat pula beberapa hasil karya etnografi mengenai kehidupan suku bangsa Germania dan Galia yang ditulis oleh Tacitus dan Caesar. Sebagai seorang perwira yang memimpin perjalanan tentaranya sampai ke Eropa Barat, Caesar menulis etnografinya secara sistematis seperti halnya bentuk laporan seorang perwira. Sedangkan Tacitus menulis etnografinya dengan gaya bahasa yang mengungkap perasaan dan kegalauannya tentang kehidupan yang terdapat di ibukota kerajaan Roma. Pencatat etnografi yang cukup terkenal adalah Marco Polo (1254-1323). Ia mengembara dengan keluarga besarnya ke daerah Asia Timur dan sempat menetap di istana Khu Bilai Khan. Di sini ia melihat beberapa kebiasaan yang dianggapnya aneh,
  • 26. 26 yaitu penggunaan uang yang terbuat dari kertas dan diberi cap serta ditandatangani di mana uang tersebut mempunyai bermacammacam nilai. Marco Polo juga pernah singgah di daratan Indonesia (yang diketahui dari tulisannya), di mana ia pernah singgah di beberapa pelabuhan dari semenanjung Malaya hingga menelusuri Pulau Sumatra, di antaranya adalah singgah ke di pelabuhan Perlec (dalam bahasa Aceh) atau Peureula atau Perlak (dalam bahasa Melayu). Marco Polo menceritakan kehidupan di kota pelabuhan ini di mana pedagang dari India dan penduduk pribuminya menganut agama Islam sedangkan penduduk yang ada di pedalaman masih mengerjakan hal-hal yang haram. Tulisan etnografi yang dianggap lebih baik dan obyektif justru adalah buah tangan dari seorang padri berbangsa Prancis yaitu Yoseph Francis Lafitau (1600-1740). Ia mencoba membandingkan antara kebiasaan dan tata susila orang Indian yang hendak dinasranikan dengan adat istiadat bangsa Eropa kuno. Hasilnya, ia beranggapan bahwa bangsa primitif (Indian) tidak dilihatnya sebagai manusia yang aneh. Akan tetapi karena bahan yang diperbandingkannya sangat terbatas maka pandangannya tentang perbandingan ini pun sangat terbatas. Ahli etnografi, dalam arti yang modern (Harsojo, 1984), adalah Jens Kreft, seorang guru besar pada akademi di Soro. Ia menulis sebuah buku berjudul “Sejarah Pendek tentang Lembaga-lembaga yang Terpenting, Adat dan Pandangan-pandangan Orang Liar” 1760. Jens Kreft awalnya adalah seorang ahli filsafat, di mana ia tidak sependapat dengan pandangan Rousseau tentang manusia. Pandangan Jens Kreft tentang manusia lebih dianggap mewakili pandangan sebagai seorang ahli etnologi daripada pandangan para ahli filsafat. Tulisan etnografinya adalah mengenai dua suku bangsa Indian, Lule dan Caingua, di Amerika Selatan, yang pada awalnya diduga mempunyai kebudayaan yang rendah. Ternyata dugaannya itu salah. Ia pun dipandang sebagai orang pertama yang menulis etnografi secara lengkap yaitu dengan memperhatikan aspek pertumbuhan ekonomi, masyarakat, agama dan kesenian. Ahli berikutnya yang dianggap sebagai pendorong penulisan ilmiah dan sistematis mengenai etnografi adalah Adolf Bastian. Ia memberikan pandangan mengenai kesatuan kebudayaan yang dimiliki oleh suatu masyarakat, di mana suatu kebudayaan memiliki sifat-sifatnya yang khusus yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan dasarnya dan lingkungannya.
  • 27. 27 Penelitian secara ilmiah mengenai antropologi berkembang pesat setelah ditemukan atau setelah diketahui adanya hubungan antara bahasa Sansakerta, Latin, Yunani dan Germania (Harsojo, 1984), sehingga memungkinkan lebih banyak tersedia bahan-bahan etnografi sebagai bahan perbandingan. Atas dasar ini kemudian timbul penelitian yang bersifat historis komparatif mengenai kebudayaan. Dalam keperluan ini, berdirilah lembaga-lembaga etnologi seperti Museum Etnografi yang didirikan oleh G.J. Thomson di Kopenhagen tahun 1841, Museum Etnologi di Hamburg tahun 1850, The Peabody Museum of Archeology and Ethnology di Harvad tahun 1866, American Ethnological Society di New York tahun 1842, Ethnological Society of London di Inggris tahun 1843, dan The Bureau of American Ethnology di Amerika tahun 1875. Selama abad ke 20, penelitian antropologi dan etnologi makin berkembang, terutama di pusat-pusat kajian antropologi dan etnologi seperti di Amerika Serikat, Inggris, Afrika Selatan, Australia, Eropa Barat, Eropa Tengah, Eropa Utara, Uni Soviet dan Meksiko. Di Indonesia, bahan-bahan etnografi juga telah dikumpulkan terutama menyangkut adat istiadat, sistem kepercayaan, struktur sosial dan kesenian. Bahan- bahan etnografi tentang Indonesia banyak dikumpulkan oleh para pegawai pemerintah jajahan, di antaranya yang terkenal adalah T.S. Raffles mantan Letnan Gubernur Jenderal di Indonesia (antara tahun 1811 hingga 1815). Raffles banyak menulis kebudayaan penduduk pribumi Indonesia, di antaranya adalah dua jilid etnografi tentang kebudayaan Jawa (1817). B.Fase Perkembangan Ilmu Antropologi mengalami beberapa fase perkembangan di antaranya: a. Fase pertama (sebelum abad ke 18) Bahan-bahan tulisan, yang kemudian menjadi cikal bakal karangan etnografi, banyak dihasilkan oleh para musafir, pelaut, pendeta, para pegawai jajahan, para pegawai agama atau misionaris yang berasal dari Eropa. Bahanbahan tulisan ini banyak muncul sejak akhir abad ke 15 dan awal abad ke 16. Selama kurang lebih 4 abad lamanya, mereka berhasil menulis kisah-kisah perjalanan dan cerita kehidupan masyarakat yang mereka temui. Persebaran mereka pada masa ini seiring dengan kedatangan orang-orang Eropa di benua Afrika, Asia dan Amerika Selatan, bahkan ke daerah Oceania. Namun tulisan-tulisan tersebut
  • 28. 28 masih jauh dari sebuah karangan etnografi karena masih bersifat subyektif sehingga tidak komprehensif dan holistik dalam menggambarkan kehidupan suatu masyarakat. Pada umumnya mereka hanya menuliskan apa-apa yang dianggapnya menarik (aneh) di mata mereka. Setelah tulisan etnografi di atas diterbitkan dan banyak dibaca orang, tulisan ini banyak mempengaruhi sikap bangsa Eropa, terutama kaum terpelajar, di mana kemudian mereka beranggapan bahwa bangsa-bangsa di luar Eropa merupakan bangsa-bangsa yang primitif (savage) dan sangat terbelakang. Kelompok masyarakat ini juga dianggap masih murni, jujur dan tidak mengenal kejahatan. Keunikan dari bangsa-bangsa di luar Eropa ini, seperti adat istiadat dan benda-benda kebudayaannya, memicu munculnya pemikiran untuk menyebarluaskan kepada khalayak luas di Eropa, yaitu misalnya dengan mendirikan museum-museum yang secara khusus mengoleksi kebudayaan masyarakat di luar Eropa. Di samping itu pada awal abad ke 19 ini perhatian terhadap himpunan pengetahuan tentang masyarakat,adat istiadat dan ciri-ciri fisik bangsa-bangsa di luar eropa dari pihak dunia ilmiah menjadi sangat besar sehingga timbul pula keinginan para ilmuwan Eropa untuk mengintegrasikan karangan-karangan yang masih terlepas-lepas tersebut menjadi sebuah karangan etnografi tersendiri. Pada fase ini belum diketahui adanya para tokoh antropologi. b. Fase kedua (sekitar pertengahan abad ke 19) Fase ini ditandai oleh keberhasilan para ilmuwan dalam menyusun karya-karya etnografi yang bahannya dikumpulkan dari berbagai karangan yang dihasilkan oleh para musafir, pelaut, pendeta, para pegawai jajahan, dan para pegawai agama atau misionaris yang pernah tinggal di luar masyarakat Eropa. Dari bahan-bahan yang terkumpul kemudian disusun berdasarkan pola pikir evolusi sosial, yaitu menyusun secara sistematis mulai dari masyarakat dan kebudayaan yang sangat sederhana hingga masyarakat yang hidup pada tingkat yang lebih tinggi. Kelompok masyarakat yang digolongkan ke dalam tingkat yang paling tinggi atau beradab adalah masyarakat Eropa Barat pada masa itu,
  • 29. 29 sedangkan tingkat yang paling rendah adalah masyarakat yang hidup di luar Eropa Barat. Para tokoh antropologi pada fase kedua ini adalah para ahli antropologi terutama para tokoh penganut teori evolusi seperti L.H. Morgan. Beliau sebenarnya seorang ahli hukum Amerika yang bekerja sebagai pengacara yang membantu penduduk Amerika Timur dalam menangani masalah pertanahan. Salah satu karangan L.H. Morgan yang terkenal adalah sebuah buku tentang evolusi masyarakat yang berjudul “Ancient Society” (1877). Buku ini ditulis berdasarkan hasil penelitiannya tentang adat-istiadat orang Indian dan berpuluh- puluh masyarakat di dunia. Tokoh lain dalam fase ini adalah P.W. Schmidt pada tahun (1860) tetapi ia lebih memfokuskan perhatiannya terhadap masalah sejarah asal mula penyebaran kebudayaan suku-suku bangsa di seluruh dunia maka timbulah ilmu antropologi. c. Fase ketiga (awal abad ke 20) Pada masa awal abad ke 20, antropologi telah berkembang bukan saja sebagai ilmu yang mengkaji masalah kehidupan bangsa-bangsa di luar Eropa yang ada kepentingannya dengan kebutuhan negara besar yang menjadi penjajah tetapi juga dalam rangka memperoleh pengertian tentang masyarakat modern yang kompleks. Artinya, dengan mempelajari masyarakat yang masih sederhana akan diperoleh pemahaman yang baik mengenai masyarakat Eropa yang lebih kompleks. Negara yang memiliki pengaruh cukup besar dan memiliki daerah jajahan paling luas pada masa ini adalah Inggris. Oleh karena itu, antropologi sebagai ilmu yang praktis telah berkembang pesat di Inggris terutama dalam mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku- suku bangsa yang menjadi jajahan Inggris. Selain Inggris, negaranegara lain yang memiliki daerah jajahan juga ikut memanfaatkan antropologi dalam upaya memahami karakteristik kehidupan suku bangsa yang ada di wilayah jajahannya. Amerika Serikat juga memanfaatkan ilmu ini untuk memahami masyarakat pribuminya, suku bangsa Indian, yang pada waktu itu dianggap bermasalah terkait dengan masalah integrasi sosial politik. Tokoh antropologi pada masa ketiga ini adalah B. Malinowski. Beliau adalah ahli antropologi Inggris yang meneliti adat-istiadat penduduk Kepulauan
  • 30. 30 Trobriand. Tokoh lainnya adalah M. Fortes yang banyak menulis adat-istiadat dari suku bangsa yang tinggal di Afrika Barat. d.Fase keempat (sesudah tahun 1930-an) Selelah tahun 1930-an, antropologi mendapat perhatian yang sangat luas baik dari kalangan pemerintah terkait dengan fungsi praktisnya maupun kalangan akademisi. Bagi kalangan pemerintah, ilmu ini tetap dijadikan ilmu praktis guna memperoleh pemahaman pemakaian tentang kehidupan dari masyarakat jajahannya. Sedangkan para akademisi lebih tertarik gunamemperoleh pemahaman tentang masyarakat secara umum, yakni keberadaan masyarakat yang masih sederhana yang dianggap masih primitif (savage) dan keberadaan masyarakat yang sudah kompleks. Keterkaitan kedua bentuk masyarakat tersebut berguna bagi kajian tentang perkembangan masyarakat (perubahan sosial), dengan menetapkan bahwa masyarakat akan berkembang dari yang paling sederhana ke masyarakat yang lebih kompleks. Pandangan ini dipengaruhi oleh pendekatan evolusi yang pada masa ini sangat kuat pengaruhnya. Pada masa ini, antropologi telah menerapkan metode ilmiah dalam mengkaji dan memperoleh bahan-bahan yang diperlukan guna memperoleh pemahaman tentang kehidupan masyarakat dan kebudayaannya. Objek penelitian yang diperhatikan juga tidak terbatas pada masyarakat yang dianggap masih primitif (savage), tetapi telah berkembang dengan memperhatikan masyarakat atau penduduk pedesaan bukan saja di luar Eropa tetapi juga di dalam wilayah Eropa sendiri. Perkembangan antropologi sebagai ilmu mengalami babak baru sejak diadakan simposium internasional yang dihadiri 60 tokoh antropologi (Amerika, Eropa, dan Uni Soviet) yang berupaya untuk meninjau kembali bahan-bahan etnografi yang telah ada serta merumuskan pokok tujuan dan ruang lingkup dari antropologi. Pada fase ini, antropologi mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan akademis dan tujuan praktis. Tujuan akademis antropologi adalah untuk memperoleh pemahaman tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari beragam bentuk fisik, masyarakat, dan kebudayaannya. Tujuan praktis antropologi adalah mempelajari manusia dan masyarakatnya yang beraneka ragam tadi untuk keperluan membangun masyarakat yang bersangkutan. Tokoh penting pada fase keempat ini adalah F.
  • 31. 31 Boas (1858-1942). Ia menjadi seorang tokoh antropologi Amerika Serikat yang sebelumnya ia adalah seorang pakar geografi Jerman. Boas banyak mempelajari tentang beragam makhluk manusia, baik dari segi fisik, masyarakat atau dan R. Linton C.Manfaat Kajian Antropologi Manfaat kajian antropologi di antaranya: 1) Mengetahui pola perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat secara universal maupun pola perilaku manusia pada tiap-tiap masyarakat (suku bangsa). 2) Mengetahui kedudukan dan peran yang harus dilakukan sesuai dengan harapan warga masyarakat dari kedudukan yang sedang disandang. 3) Memperluas wawasan tentang pergaulan umat manusia di seluruh dunia yang mempunyai kekhususan-kekhususan sesuai dengan karakteristik daerahnya sehingga menimbulkan toleransi yang tinggi. 4) Mengetahui berbagai macam problem dalam masyarakat, memiliki kepekaan terhaadap kondisi-kondisi dalam masyarakat,serta mampu mengambil inisiatif masalah.
  • 32. 32 DAFTAR PUSTAKA Surharyanto,Agung.Metode Penelitian Dalam Penelitian.Di akses pada tanggal 03 Desember 2021.[Online]. http://agungsuharyanto.blog.uma.ac.id/wp- content/uploads/sites/377/2017/04/Microsoft-PowerPoint-PERTEMUAN-4- Metode-Penelitian-Antropologi-ok.pdf Armando, Leonardo.Pendekatan Kompratif Dalam Antropologi Hukum.Di akses pada tanggal 03 Desember 2021.[Online] https://osf.io/52bhv/download Yanasari,Pebri.Pendekatan Antropologi Dalam Penelitian Agama.Di akses pada Tanggal 03 Desember 2021. https://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/empower/article/download/5450/pdf_1 4 Nur Riyansyah ,Adwi.2018.Metode-metode Ilmu Antropologi Sebagai Ilmu Sosial Terapan.Di akses pada tanggal 03 Desember 2021. https://www.kompasiana.com/adwiriyansyah/5a8a6cfe5e13732ce273a752/metode -metode-ilmu-antropologi-sebagai-ilmu-sosial-terapan Taslim,Sjah.2011.Metodelogi Penelitian Sosial Ekonomi.Mataram University Press Ayisyia,Eka.2018.Pengertian Difusi Kebudayaan Dan Cara Peyeberannya.Di akses pada tanggal 03 Desember 2021. http://ekaayisyia.blogspot.com/2018/10/pengertian-difusi-kebudayaan- cara.html?m=1 Nancy, Yonanda.2021.Mengenal Apa Itu Difusi Dan Cara Penyebarannya.Di akses pada tanggal 03 Desember 2021. https://tirto.id/mengenal-apa-itu-difusi-dan-cara-cara-penyebarannya-gemX
  • 33. 33 Tjahyadi Indra,Andayani Sri And Wafa Hosnol.2020.Pengantar Teori Dan Penelitian Budaya.Di akses pada tanggal 03 Desember 2021 http://repository.upm.ac.id/1589/1/Pengantar%20dan%20metode%20penelitian% 20budaya%20indra%20tjahyadi.pdf Hariyadi ,Mohharis.2011.AntropologI Budaya Perubahan Dan Penyebaran.Di akses pada tanggal.04 Desember 2021 https://mohharishariyadi.wordpress.com/2011/01/17/antropologi-budaya- perubahan-dan-penyebaran/ Ruswanto, Wawan.Ruang Lingkup Ilmu Antropologi.Di akses pada tanggal 04 2021 http://repository.ut.ac.id/4295/1/ISIP4210-M1.pdf Putri Arum Sutrisni.2019.Antropologi Definisi Obyek Fungsi Tujuan dan Manfaatnya.Di akses pada tanggal 05 Desember 2021. https://amp.kompas.com/skola/read/2019/12/15/133613469/antropologi-definisi- obyek-fungsi-tujuan-dan-manfaatnya