Dokumen tersebut membahas prinsip-prinsip umum ekstraksi gigi pada anak, meliputi aspek-aspek penting seperti persetujuan orang tua, tingkat kerjasama pasien, evaluasi gigi secara klinis dan radiografis, identifikasi potensi kesulitan, anestesi yang memadai, dan antisipasi situasi darurat.
Dokumen tersebut membahas tentang labioskizis dan labiopalatoskizis, yang merupakan kelainan bawaan berupa adanya celah atau ketidaksempurnaan pada struktur bibir dan langit-langit mulut pada bayi. Dibahas definisi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, gejala, diagnosis, dan penatalaksanaannya meliputi perawatan, pengobatan, dan komplikasinya. Penatalaksanaan meliputi pemberian makan dengan alat
Dokumen tersebut membahas tentang labioskizis dan labiopalatoskizis, yang merupakan kelainan bawaan berupa adanya celah atau ketidaksempurnaan pada struktur bibir dan langit-langit mulut pada bayi. Dibahas definisi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, gejala, diagnosis, dan penatalaksanaannya meliputi perawatan, pengobatan, dan komplikasinya. Penatalaksanaan meliputi pemberian makan dengan alat
Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis, pasien mengalami keluhan gigi palsu longgar akibat resorpsi jaringan pendukung yang berlanjut selama 8 tahun pemakaian gigi palsu dan penyakit osteoporosis yang dimiliki pasien. Perawatan pendahuluan perlu dilakukan untuk mengobati cheilitis di sudut mulut sebelum pembuatan gigi palsu baru.
Sekitar 1,5 juta kasus klinis hepatitis A terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya, namun tingkat
infeksinya sepuluh kali lebih tinggi. Angka kejadian ini sangat terkait dengan indikator
sosio-ekonomi dan akses terhadap air minum yang aman.
● Daerah dengan endemisitas tinggi meliputi sebagian besar Afrika, Asia, Amerika Tengah dan
Selatan. Kondisi yang berkontribusi terhadap penyebaran virus di kalangan anak-anak di wilayah
ini meliputi kepadatan rumah tangga, tingkat sanitasi yang buruk, dan persediaan air yang tidak
memadai.
● Kelompok rentan terinfeksi mencakup wisatawan asing ke negara-negara berkembang, kaum gay,
pekerja penitipan anak, individu yang dilembagakan, dan mereka yang hidup dalam kemiskinan.
● Selain itu, dari beberapa penelitian di Indonesia juga menunjukkan bahwa kasus Hepatitis A
sebagian besar terjadi pada anak-anak, didominasi oleh usia remaja. Terdapat hubungan yang
signifikan antara kebiasaan anak remaja untuk konsumsi makanan yang belum terjamin
kebersihannya, kebiasaan cuci tangan yang buruk, serta kurangnya pengetahuan akan Hepatitis A
dengan insidensi Hepatitis A.
Dokumen tersebut membahas tentang labiokisis, yaitu keadaan dimana bibir tidak bisa menutup karena adanya celah. Dokumen menjelaskan definisi, jenis, penyebab, manifestasi, komplikasi, penatalaksanaan, dan peran perawat dalam merawat pasien labiokisis. Dokumen ini memberikan informasi mengenai kondisi medis labiokisis beserta tindakan keperawatan yang perlu dilakukan untuk merawat pasien tersebut.
Senam wajah berguna untuk mencegah penuaan dini pada remaja. Pemateri mendemonstrasikan teknik senam wajah dan memberikan penjelasan manfaatnya kepada kelompok remaja di sebuah pesantren. Remaja mampu mempraktikkan sendiri teknik senam wajah setelah mendapat pengarahan.
Final announcement ke-2 Konas Psikiatri Anak & Remaja Diana sari
Konferensi nasional kedua psikiatri anak dan remaja 2016 akan diselenggarakan pada tanggal 9-10 April 2016 di Hotel Best Western, Solo, Jawa Tengah. Konferensi ini akan membahas masalah-masalah neurobehavioral dan gangguan perilaku pada anak dan remaja. Acara ini diselenggarakan oleh Seksi Psikiatri Anak dan Remaja Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia.
Tiga kelainan bibir dan langit-langit yang dibahas dalam dokumen tersebut adalah bibir sumbing, celah palatum, dan gabungan dari keduanya (labiopalatoskisis). Dokumen ini menjelaskan insiden, penyebab, gejala, diagnosis, dan penatalaksanaan ketiga kelainan tersebut pada bayi.
Presentasi ini mengenalkan sumbing bibir dan langit-langit atau biasa disebut cleft lip and/or palate atau labiognatopalatoschizis atau orofacial cleft. Cacat ini merupakan kelainan kraniofasial kongenital tersering. Bahan ini dibuat untuk kepentingan pembelajaran dokter muda di lingkungan RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes - FKKH Universitas Nusa Cendana. Presentasi ini diperbarui tahun 2024
Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis, pasien mengalami keluhan gigi palsu longgar akibat resorpsi jaringan pendukung yang berlanjut selama 8 tahun pemakaian gigi palsu dan penyakit osteoporosis yang dimiliki pasien. Perawatan pendahuluan perlu dilakukan untuk mengobati cheilitis di sudut mulut sebelum pembuatan gigi palsu baru.
Sekitar 1,5 juta kasus klinis hepatitis A terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya, namun tingkat
infeksinya sepuluh kali lebih tinggi. Angka kejadian ini sangat terkait dengan indikator
sosio-ekonomi dan akses terhadap air minum yang aman.
● Daerah dengan endemisitas tinggi meliputi sebagian besar Afrika, Asia, Amerika Tengah dan
Selatan. Kondisi yang berkontribusi terhadap penyebaran virus di kalangan anak-anak di wilayah
ini meliputi kepadatan rumah tangga, tingkat sanitasi yang buruk, dan persediaan air yang tidak
memadai.
● Kelompok rentan terinfeksi mencakup wisatawan asing ke negara-negara berkembang, kaum gay,
pekerja penitipan anak, individu yang dilembagakan, dan mereka yang hidup dalam kemiskinan.
● Selain itu, dari beberapa penelitian di Indonesia juga menunjukkan bahwa kasus Hepatitis A
sebagian besar terjadi pada anak-anak, didominasi oleh usia remaja. Terdapat hubungan yang
signifikan antara kebiasaan anak remaja untuk konsumsi makanan yang belum terjamin
kebersihannya, kebiasaan cuci tangan yang buruk, serta kurangnya pengetahuan akan Hepatitis A
dengan insidensi Hepatitis A.
Dokumen tersebut membahas tentang labiokisis, yaitu keadaan dimana bibir tidak bisa menutup karena adanya celah. Dokumen menjelaskan definisi, jenis, penyebab, manifestasi, komplikasi, penatalaksanaan, dan peran perawat dalam merawat pasien labiokisis. Dokumen ini memberikan informasi mengenai kondisi medis labiokisis beserta tindakan keperawatan yang perlu dilakukan untuk merawat pasien tersebut.
Senam wajah berguna untuk mencegah penuaan dini pada remaja. Pemateri mendemonstrasikan teknik senam wajah dan memberikan penjelasan manfaatnya kepada kelompok remaja di sebuah pesantren. Remaja mampu mempraktikkan sendiri teknik senam wajah setelah mendapat pengarahan.
Final announcement ke-2 Konas Psikiatri Anak & Remaja Diana sari
Konferensi nasional kedua psikiatri anak dan remaja 2016 akan diselenggarakan pada tanggal 9-10 April 2016 di Hotel Best Western, Solo, Jawa Tengah. Konferensi ini akan membahas masalah-masalah neurobehavioral dan gangguan perilaku pada anak dan remaja. Acara ini diselenggarakan oleh Seksi Psikiatri Anak dan Remaja Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia.
Tiga kelainan bibir dan langit-langit yang dibahas dalam dokumen tersebut adalah bibir sumbing, celah palatum, dan gabungan dari keduanya (labiopalatoskisis). Dokumen ini menjelaskan insiden, penyebab, gejala, diagnosis, dan penatalaksanaan ketiga kelainan tersebut pada bayi.
Presentasi ini mengenalkan sumbing bibir dan langit-langit atau biasa disebut cleft lip and/or palate atau labiognatopalatoschizis atau orofacial cleft. Cacat ini merupakan kelainan kraniofasial kongenital tersering. Bahan ini dibuat untuk kepentingan pembelajaran dokter muda di lingkungan RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes - FKKH Universitas Nusa Cendana. Presentasi ini diperbarui tahun 2024
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
2. PENDAHULUAN
Prosedur ekstraksi gigi
merupakan prosedur
yang paling umum
ditakuti oleh anak-anak
Banyak anak memiliki
fobia ekstraksi meskipun
metode anestesi modern
telah dikembangkan
Ekstraksi gigi yang ideal
adalah prosedur pencabutan
gigi atau akar seutuhnya
tanpa sakit, minimum trauma
pada jaringan lunak dan
jaringan keras, sehingga luka
bekas pencabutan dapat
sembuh dengan baik dan
tanpa masalah post operatif.
Drg harus terampil, efisien dan sensitif saat melakukan pencabutan gigi pada anak-anak
Cameron AC, Malhi S, and Eggers R. Chapt 8 : Clinical and Surgical Techniques, In Handbook of Pediatric Dentistry 4th Ed. Mosby Elsevier. London. 2013
Tandon S, Alexander M, Bhalla S. Chapt. 63 : Extraction. In : Sobha Tandon Paediatric Dentistrt 3rd Ed. Paras Medical Publisher. 2018
Marwah, N. Textbook of Pediatric Dentistry 4th Ed. Jaypee Brothers Medical Pub. New Delhi. 2019
3. Hunter ML, and Rodd HD. Chapt.3 : History, Examination, Risk Assesment, and Treatment Planning. In : Welbury RR, Duggal MS, and Hosey MT. Paediatric Dentistry 3rd Ed. Oxford University
Press. Oxford. 2005
4. Scotish Dental Clinical Programme. Chapt. 8 : Management of Caries in Primary Teeth. April. 2010
5. PRINSIP UMUM EKSTRAKSI GIGI PADA ANAK
GENERAL
PRINCIPLE
Informed consent dan Riwayat Medis Pasien
Tingkat kooperatif pasien
Evaluasi gigi yang akan
diesktraksi baik secara
klinis dan radiografis
Identifikasi kesulitan
potensial dari anatomi
akar dan struktur lain
yang berdekatan.
Hati-hati implikasi
terhadap gigi
permanen pengganti
Identifikasi dengan jelas
gigi yang akan
diekstraksi. Konfirmasi
kembali sebelum
ekstraksi
Anestesi mendalam
sangat penting.
Jika anak tidak kooperatif, maka
anestesi general atau sedasi
dapat dipertimbangkan. Idealnya
keputusan untuk melakukan
sedasi harus dilakukan saat
asesmen awal, bukan pada saat
anak diektraksi.
Antisipasi dan pencegahan situasi emergensi
Cameron AC, Malhi S, and Eggers R. Chapt 8 : Clinical and Surgical Techniques, In Handbook of Pediatric Dentistry 4th Ed. Mosby Elsevier. London. 2013
Asnani KH. Chapt.11 : Local Anesthesia and Oral Surgery in Children. In : Essential of Pediatric Dentistry. Jaypee Med Pub. New Delhi. 2010
American Academy of pediatric Dentistry. Management Considerations for Pediatric Oral Surgery and Oral Pathology. The Reference Manual of Pediatric Dentistry. Chicago, III : American
Academy of Pediatric Dentistry. 2021
Klene CA, Ferneini EM, and Bennet JD. Chapt 29 : Oral Syrgery for The Pediatric Patient. In : Mc Donald and Avery’s Dentistry for The Child and Adolescent 11th Ed. Elsevier. St. Louis. 2022
6. Pencabutan gigi sulung
seringkali tidak
membutuhkan
“pergerakan awal”
seperti gigi permanen
Anak-anak lebih
toleransi terhadap
penggunaan luksator /
elevator daripada tang
Tulang alveolar anak
lebih lunak sehingga
gigi lebih mudah
dimobilisasi
Jika ada fragmen akar
tertinggal, biasanya
akan teresorpsi,
daripada berusaha
untuk mengeluarkannya
Gunakan tang yang
memang didesain untuk
ektraksi gigi sulung
PRINSIP LAINNYA
Cameron AC, Malhi S, and Eggers R. Chapt 8 : Clinical and Surgical Techniques, In Handbook of Pediatric Dentistry 4th Ed. Mosby Elsevier. London. 2013
7. • Tujuan assesmen pre-
operatif : untuk
keselamatan pasien dan
antisipasi masalah potensial
medis selama periode peri-
operatif
• Sangat penting untuk
menilai anak termasuk
dalam kelompok high risk
untuk pembedahan atau
anestesi
ASESMEN PRE-OPERATIF
EVALUASI UMUM
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM DAN
RADIOGRAFI PRE
OPERATIF
PERTIMBANGAN
KHUSUS
Curran, MA. Chapt. 1 : Pre Operative Assesmen of The Pediatric Patient. In : Kaban, LB and Troulis, MJ. Editors. Pediatric Oral and Maxillofacial Surgery. Saunders Elsevier. Philadelphia. 2004
8. EVALUASI UMUM
RIWAYAT PRE NATAL
Riwayat infeksi prenatal
( sifilis, rubella,
cytomegalovirus,
toksoplasmosis, herpes)
RIWAYAT KELAHIRAN
1. Kelahiran premature :
risiko multiple saat
anestesi dan
pembedahan
2. Informasi : usia kehamilan
saat bayi lahir, BB lahir,
Skor Apgar, Riwayat NICU
3. Perlu perhatian : durasi
anak di intubasi,
perdarahan
intraventikular, Riwayat
intoleransi makanan atau
enterocolitis necrotizing,
masalah apnea atau
bradikardi
RIWAYAT MATERNAL
1. Penyakit maternal :
diabetes atau HT
gestasional
2. Medikasi selama
kehamilan
3. Penggunaan obat-
obatan terlarang
atau alkohol
Curran, MA. Chapt. 1 : Pre Operative Assesmen of The Pediatric Patient. In : Kaban, LB and Troulis, MJ. Editors. Pediatric Oral and Maxillofacial Surgery. Saunders Elsevier. Philadelphia. 2004
9. KEBERSIHAN RONGGA
MULUT PASIEN
Pemeriksaan OHIS
DHE
Scalling sebelum
dilakukan Tindakan
Pasien dengan infeksi
dan inflamasi gingiva
harus berkumur dengan
obat kumur sebelum
ekstraksi
Keluarkan protesa
lepasan jika pasien
menggunakan protesa
lepasan
Marwah, Nikhil. Textbook Of Pediatric Dentistry 4th Ed. Jaypee. New Delhi. 2019
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Denver Developmental
Screening Test
Perkembangan motorik dan
Bahasa
UkuranTB, BB, Lingkar Kepala
sesuai usia
10. • Tidak dibutuhkan untuk anak yang sehat
• Sesuai dengan Riwayat pasien dan pemeriksaan
fisik
• Pemeriksaan Hct dan Hb : tanda klinis anemia
atau operasi yang diperkirakan akan
mengeluarkan banyak darah ( bone graft, bedah
rekonstruktif mayor atau bedah orthognatik )
• Urynalisis : Riwayat ISK, Riwayat abnormalitas
renal di keluarga, operasi yang membutuhkan
waktu lama, atau jika akan menggunakan kateter
• BT, Plt, PT, PTT : Riwayat keluarga dengan
gangguan perdarahan, Riwayat perdarahan pasien
( mis. Mimisan spontan, perdarahan pasca
sirkumsisi, Riwayat memar yang tidak biasa,
hemarthrosis, dan perdarahan setelah pencabutan
gigi sebelumnya
• Elektrolit : anak dengan Riwayat penyakit ginjal.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM PRE OPERATIF
Curran, MA. Chapt. 1 : Pre Operative Assesmen of The Pediatric Patient. In : Kaban, LB and Troulis, MJ. Editors. Pediatric Oral and Maxillofacial Surgery. Saunders Elsevier. Philadelphia. 2004
11. PEMERIKSAAN RADIOGRAFI SEBELUM EKSTRAKSI
Tujuan pemeriksaan radiografi sebelum ekstraksi adalah untuk memperlihatkan
seluruh struktur akar dan tulang alveolar.
Indikasi utama pemeriksaan radiografi sebelum ekstraksi adalah :
• Riwayat esktraksi sulit sebelumnya
• Gigi dengan kesulitan saat ekstraksi menggunakan tang
• Jika gigi diekstraksi dengan diseksi
• Gigi/ akar gigi yang terletak dengan sinus maksilaris, kanalis
alveolaris inferior, atau nervus mentale
• Gigi dengan pulpa rusak dan resorbsi akar
Marwah, Nikhil. Textbook Of Pediatric Dentistry 4th Ed. Jaypee. New Delhi. 2019
12. • Gigi yang terkena infeksi periodontal
• Gigi yang terlibat trauma
• Gigi yang mengalami erupsi parsial atau
sisa akar
• Gigi sulung yang tertahan
• Gigi impaksi
• Kondisi dengan predisposisi abnormalitas
dental / alveolar, seperti : Cleidocranial
dysostosis ( untuk kecurigaan
pseudoanodonsia), Osteitis deformans (
untuk kecurigaan hipersementosis akar ),
pasien yang mendapatkan terapi radiasi,
dan Osteopetrosis.
Marwah, Nikhil. Textbook Of Pediatric Dentistry 4th Ed. Jaypee. New Delhi. 2019
Arhakis A. Al-Batayneh AB, Van Waes H. Chapt. 10 : Tooth Eruption, Shedding, Extraction, and Related Surgical Issues. In : Pediatric Denitistry. Springer. Switzerland. 2022
14. Anomali Kraniofasial
Bayi / anak dengan anomali kraniofasial memiliiki risiko yang berhubungan dengan masalah psikososial, sistem saraf
pusat, kardiak, pulmonary, dan sistem renal
Pemeriksaan pre operatif dan konsultasi
dengan DSA dibutuhkan
Masalah respirasi ( termasuk obstruksi
jalan nafas ) bisa jadi sbg akibat
sekunder retrusi maksila / mandibula,
atresia choanal, atau makroglosia
Masalah pemberian makan dan kesulitan
menelan bisa jadi sebagai akibat defek
anatomis tunggal ( mis. Celah bibir dan
palatum ) atau kombinasu daru anomaly
kraniofasial multiple atau anomaly
neurologis )
Gangguan neurologis dapat
menyebabkan peningkatan tekanan
intra kranial, hidrosefalus atau
malformasi Chiari
Anomali spine vertikal, termasuk fusi
intervertebral sering ditemui pada
pasien mikrosomia hemifasial dan
sindrom craniosynostosis.
Pasien dengan hypoplasia nasal
dihubungkan dg hipotiroidsme
Curran, MA. Chapt. 1 : Pre Operative Assesmen of The Pediatric Patient. In : Kaban, LB and Troulis, MJ. Editors. Pediatric Oral and Maxillofacial Surgery. Saunders Elsevier. Philadelphia. 2004
Jones KL, Jones MC, Campo M del. Smith’s Recognizable patterns of human malformation. 7th ed. Vol. 7th, Major problems in clinical pediatrics. Saunders Company; 2014. 1–497 p.
Gupta PV. Pediatric Dentistry for Special Child. 1st ed. Jaypee. New Delhi. 2016.
15. Gangguan Kardiovaskular
Penyakit jantung kongenital dengan insiden 1% dari angka kelahiran hidup, merupakan tipe defek lahir yang paling sering
ditemukan
Jika anak memiliki riwayat murmur,
atau jika terdengar selama
pemeriksaan pre operatif, makan anak
harus di asesmen untuk abnormalitas
struktural lainnya seperti defek septal
ventrikuler atau abnormalitas valvar
yang membutuhkan profilaksis
endokarditis
Pasien dengan anomali kardiak
kongenital kompleks membutuhkan
evaluasi spesifik dan mungkin
membutuhkan agen inotropik,
calcium channel blockers, anti
cholinergic inhibitor dan terapi lainnya
selama periode pre operatif
Anak dengan medikasi tersebut harus
dimonitor lebih hati-hati untuk
mencegah komplikasi kardiak,
pulmonar dan renal
Pemeriksaan lab pre operatif meliputi
level elektrolit harus dilakukan
Status vol. Cairan dan lama pembatasan
intak oral harus dipertimbangkan dengan
baik
Konsultasi dengan DSA harus dilakukan
Curran, MA. Chapt. 1 : Pre Operative Assesmen of The Pediatric Patient. In : Kaban, LB and Troulis, MJ. Editors. Pediatric Oral and Maxillofacial Surgery. Saunders Elsevier. Philadelphia. 2004
16. Masalah Paru
Asthma
Merupakan penyakit kronis tersering pada anak
Klasifikasi asma berdasarkan gejala klinis :
<2 hari per mingggu dan <2 malam per bulan : asthma intermitten ringan
>2 hari per minggu tapi tidak setiap haru atau > 2 malam per bulan : asthma
persisten ringan
Setiap hari dan > 1 malam per minggu : Asthma persisten moderat
Setiap hari dan sering pada malam hari : asthma persisten berat
Anak dengan yang sering menggunakan bronchodilator inhaler : harus
digunakan 24 jm sebelum operasi
Anak dengan asma sedang-berat membutuhkan steroid perioperative 2-3 hari
Anak dengan asma biasanya akan mengalami episode bronchospasma post
operatif : butuh albuterol via nebulizer
Anak dibawah 5 tahun, harus diberikan 1.25 mg ( 0.25 mL dari standar 0.5%
larutan ) dengan 3 mL saline. Anak diatas 5 tahun harus diberikan 2.5 mg ( 0.5
mL dari 0.5% larutan )
Curran, MA. Chapt. 1 : Pre Operative Assesmen of The Pediatric Patient. In : Kaban, LB and Troulis, MJ. Editors. Pediatric Oral and Maxillofacial Surgery. Saunders Elsevier. Philadelphia. 2004
17. Cystic Fibrosis
Adalah kondisi penyakit yang diturunkan yang
menyebabkan paru dan system pencernaan tersumbat
lender yang tebal dan lengket. Biasanya disertai dengan
infeksi pulmonar
Risiko tinggi untuk GA dan Intubasi Endotrakheal
Dibutuhkan antibiotik intravena pre operatif dan fisioterapi
dada 10 hari sebelum operasi
Anak dengan cystic fibrosis biasanya juga terkena diabetes,
sehingga kadar gula darah pre operatif juga harus dicatat
serta perlu manajemen yang lebih seksama pada periode
post operatif
Curran, MA. Chapt. 1 : Pre Operative Assesmen of The Pediatric Patient. In : Kaban, LB and Troulis, MJ. Editors. Pediatric Oral and Maxillofacial Surgery. Saunders Elsevier. Philadelphia. 2004
18. Gangguan Gastrointestinal
Nutrisi keseluruhan dan kebutuhan diet khusus harus diasesmen
sebelum tindakan, karena nutrisi dangan penting dalam proses
penyembuhan luka
Anak dengan riwayat reflux
Pemberian antirefluks harus diberikan sesegera mungkin
Anak dengan gagal hati
Gangguan pembekuan darah atau ketidakmampuan dalam
metabolisasi agen anestesi sehingga meningkatkan morbiditas.
Perlu evaluasi abnormalitas koagulasi. Hati-hati dalam
pemberian obat yang dimetabolisasi dalam hati
Malnutrisi jangka Panjang
Defisiensi vitamin K yang akan mengganggu mekanisme
pembentukan bekuan darah. Perlu evaluasi abnormalitas
koagulasi
Curran, MA. Chapt. 1 : Pre Operative Assesmen of The Pediatric Patient. In : Kaban, LB and Troulis, MJ. Editors. Pediatric Oral and Maxillofacial Surgery. Saunders Elsevier. Philadelphia. 2004
19. Penyakit Ginjal
Dibutuhkan evaluasi fungsi ginjal dan kadar elektrolit
pre operatif
Analisis darah lengkap, total protein ( rasio albumin-
globulin ) dan kadar Ca dan P harus dicatat
Umumnya memiliki waktu penyembuhan yang lebih
lama jika ada struktur tulang yang terlibat
Konsultasi dengan nefrologist dibutuhkan
Pemberian medikasi post opperasi harus
dipertinbangkan dengan baik karena banyak obat-
obatan yang dimetabolisme di ginkal, sehingga
meningkatkan risiko toksisitas renal dan waktu paruh
yang lebih lama
20. Penyakit Darah
Sickle Cell’s Disease
Memiliki risiko krisis nyeri, sindrom dada akut,
ainfarksi ginjal, stroke, hipoksia atau dehidrasi
Anak dengan SCD memiliko risiko infeksi post
operatif yang tinggi
Rekomendasi : transfuse darah untuk mencapai
kadar Hb 10 g/dL
Defisiensi Faktor VIII, Faktor IX, dan Penyakit Von
Willebrand
Membutuhkan transfuse factor pembekuan darah
sebelum Tindakan
Konsultasi dengan ahli hematologi anak dibutuhkan
Curran, MA. Chapt. 1 : Pre Operative Assesmen of The Pediatric Patient. In : Kaban, LB and Troulis, MJ. Editors. Pediatric Oral and Maxillofacial Surgery. Saunders Elsevier. Philadelphia. 2004
21. Gangguan Neurologis
Gangguan Kejang ( Seizure Disorder )
Sebelum prosedur operasi : periksa kadar antikonvulsan,
darah lengkap dan fungsi hati
Konsultasi dengan neurologist
Gangguan neuromuskular
Memiiki risiko dalam pemberian agen anestesi. Pemberian
agen penghambat neuromuskulras, meneybabkan
kelemahan otot yang lama pada pasien myasthenia gravis
Pasien dengan distrofi muscular Duchene’s dan myopathy
lainnya, berisiko terkena hipertermia ganas
Bayi dengan distrofi muscular Duchene’s memiliki risiko
gagal jantung.
Pasien dengan myotonic distrofi memiliki risiko depresi
nafas setelah pemberian sedasi / narkotik
Curran, MA. Chapt. 1 : Pre Operative Assesmen of The Pediatric Patient. In : Kaban, LB and Troulis, MJ. Editors. Pediatric Oral and Maxillofacial Surgery. Saunders Elsevier. Philadelphia. 2004
22. Hipertermia Maligna
Sebuah kelainan autosomal dominan. Risiko
hipertermia maligna selama proses anestesi
Diderita oleh 1 dari 15000 anak
Riwayat : gangguan komplikasi anestetikum, atau
mengalami rekasi anestetik yang tidak diinginkan (
termasuk orang tua, bibi, paman, atau sepupu ).
Karena risiko fatal, maka anak dengan riwayat
keluarga harus dirujuk ke anestesiologis untuk
pemeriksaan pre operatif lebih lanjut
Karakteristik : peningkatan suhu tubuh yang sangat
cepat, takikardia, aritmia jantung, hiperkapnia (
gagal nafas akibat kadar CO2 yang tinggi ), asidosis,
ketegangan muskular, rhabdomiolisis
Curran, MA. Chapt. 1 : Pre Operative Assesmen of The Pediatric Patient. In : Kaban, LB and Troulis, MJ. Editors. Pediatric Oral and Maxillofacial Surgery. Saunders Elsevier. Philadelphia. 2004
23. INDIKASI
Terlibat Infeksi Patologis
Akut
Infeksi periapikal akut
disebabkan oleh gigi sulung
yang karies. Gigi dicabut jika
tidak dapat direhabilitasi
Terlibat Infeksi Patologis
Kronis
Gigi molar sulung dengan
perubahan radiografis di area
furkasi, dan gigi sulung
anterior mengalami
perubahan ukuran vertikal.
Kondisi mengganggu erupsi
gigi permanen
Hal ini muncul dengan parulis
atau abses yang mengering
Erupsi benih gigi permanen
bisa terganggu pada
lingkungan infektif
Rao, Arathi. Principle And Practice Of Pedodontics 3rd Ed. Jaypee. New Delhi. 2012
24. Gigi Sulung Yang Bertahan
Gigi sulung bertahan karena
alasan beragam, seperti :
1. Jika gigi pengganti erupsi
malposisi, proses resorptif
pada gigi sulung bisa
terjadi iregular
2. Proses resorptif bisa
dipengaruhi gangguan
endokrin atau defisiensi
vitamin
3. Resoprsi atipikal akar gigi
sulung bisa menyebabkan
overretained
Gigi Sulung yang Terlibat
Karies, Dan Tidak
Direstorasi
Jika gigi karies terlibat serius
dengan sisa mahkota yang
tidak dapat direstorasi, gigi
tersebut harus diekstraksi
Ankilosis Gigi Sulung
Gigi ini harus diekstraksi jika
nampak penghentian
pertumbuhan tulang alveolar
vertikal, oleh impkasi gigi
sulung, diikuti oleh Space
Maintainer
Rao, Arathi. Principle And Practice Of Pedodontics 3rd Ed. Jaypee. New Delhi. 2012
Arhakis A. Al-Batayneh AB, Van Waes H. Chapt. 10 : Tooth Eruption, Shedding, Extraction, and Related Surgical Issues. In : Pediatric Denitistry. Springer. Switzerland. 2022
25. Arhakis A. Al-Batayneh AB, Van Waes H. Chapt. 10 : Tooth Eruption, Shedding, Extraction, and Related Surgical Issues. In : Pediatric Denitistry. Springer. Switzerland. 2022
26. Gigi Natal / Neonatal Teeth
Gigi Natal, yang erupsi
sebelum lahir atau gigi neo
natal, biasanya erupsi dalam
waktu sebulan setelah lahir.
Pertimbangan Ekstraksi :
1. Gigi mobile dan ada risiko
aspirasi
2. Gigi menjadi sumber
iritan, menyebabkan
ulserasi pada permukaan
ventral lidah
3. Mengganggu proses
menyusui
4. Gigi natal atau neonatal
dapat menjadi gigi
supernumerari
Gigi Supernumerari
Gigi supernumerari, erupsi
atau impaksi, dapat
mengganggu erupsi gigi
permanen pada arah
normalnya sehingga harus
dicabut
Gigi Fraktur atau Trauma
Trauma dapat terjadi pada
gigi anterior. Gigi sulung yang
terdampak trauma yang dapat
mempengaruhi gigi permanen
harus dicabut
Gigi Impaksi
Gigi impaksi bisa merupakan
gigi supernumerari, gigi
malformasi, gigi yang tidak
erupsi, atau gigi yang ektopik
Rao, Arathi. Principle And Practice Of Pedodontics 3rd Ed. Jaypee. New Delhi. 2012
Marwah, Nikhil. Textbook Of Pediatric Dentistry 4th Ed. Jaypee. New Delhi. 2019
Gigi Yang Terlibat Tumor
atau Kista
Gigi yang terlibat dalam
garis fraktur
Gigi yang berada pada area
Radiasi terapeutik langsung
27. KONTRA INDIKASI
Infeksi Sistemik Akut
Setelah fase akut infeksi
sistemik, seperti
glomerulonefritis, penyakit
janutng kongenital, demam
reumatik telah diturunkan
hingga kronik, dibutuhkan
pemberian regimen
kemoprofilaksis sebelum
ektraksi
Penyakit Darah
Anak dengan hemofilia atau
leukemia membutuhkan
tindakan oleh GP terlatih,
Sp.KGA, atau Bedah Mulut
bekerjasama dengan
hematologis untuk
memperoleh perawatn terbaik
selama ektraksi gigi
DM Tidak Terkontrol
Ekstraksi gigi tidak boleh
dilakukan.
Proses penyembuhan luka
bekas ekstraksi buruk
Nyeri pasca ekstraksi ekstrim
Perdarahan rekuren bisa
terjadi
Rao, Arathi. Principle And Practice Of Pedodontics 3rd Ed. Jaypee. New Delhi. 2012
28. Tulang Yang Terkena
Radiasi
Ekstraksi gigi harus dihindari
Jika ekstraksi memang sangat
diperlukan, maka harus
dilakukan sebelum terapi
radiasi
Risiko osteomyelitis akibat
tulang yang tidak
tervaskularisasi
Evaluasi sekurang-kurangnya
1 tahun untuk pemulihan
sirkulasi darah pada tulang
Infeksi Rongga Mulut Akut
Pada kondisi akut apapun ( NUG,
stomatitis herpetika akut, abses
dentoalveolar akut, dan bentuk
penyakit rongga mulut akut lainnya) ,
ektsraksi gigi merupakan
kontraindikasi hingga infeksinya
berkurang.
Rao, Arathi. Principle And Practice Of Pedodontics 3rd Ed. Jaypee. New Delhi. 2012
Marwah, Nikhil. Textbook Of Pediatric Dentistry 4th Ed. Jaypee. New Delhi. 2019
29. ARMAMENTARIUM
Kebanyakan Sp.KGA lebih senang menggunakan tang ekstraksi kecil, seperti no. 150s dan no.151
dengan alasan :
1. Ukuran kecil memudahkan masuk ke RM pasien anak
2. Ukuran kecil lebih mudah untuk digenggam
3. Beak yang lebih kecil, adaptasi ke gigi sulung lebih baik
Asnani, KH. Essential of Pediatric Dentistry. Jaypee. New Delhi. 2010
Adewumi, AO. Chap. 29 : Oral Surgery In Children. In : Nowak JA, et.al. Editor : Pediatric Dentistry Infancy Through Adolescence 6th Ed. Elsevier. Philadelphia. 2019
30. Cameron AC. Malhi S. Eggers R. Chapt. 8 : Clinical and Surgical Techniques. In : Cameron AC and Widmer RP. Editors. Handbook of Pediatric Dentistry 4th Ed. Mosby Elsevier. New York. 2013
32. PRINSIP EKSTRAKSI
EKSPANSI SOKET
Memisahkan perlekatan gigi dengan
tulang alveolar.
Gunakan perisoteal elevator/
rasparatorium/ kuret steril
Langkah pertama ini menentukan sikap
anak selama prosedur ekstraksi
Anak yang sangat cemas, akan
merespon negative tekanan ringan dari
kuret
Marwah, Nikhil. Textbook Of Pediatric Dentistry 4th Ed. Jaypee. New Delhi. 2019
Soxman, Jane A. Handbook of Clinical Technique In Pediatric Dentistry 2nd Ed. Wiley Blackwell. Pensylvania. 2022
33. ELEVASI
• Teknik terpenting untuk membantu ektraksi dan
mencegah fraktur akar gigi molar sulung
• Ujung elevator harus setipis mungkin untuk dapat
melewati embrasure molar sulung
• Langkah ini tidak terlalu penting saat ekstraksi I
dan C sulung
• Hati-hati untuk tidak mengenai gigi tetangga
• Jika gigi tetanggga mobile, maka orang
tua/pengasuh harus diinformasikan akan adanya
ketidaksengajaan
• Rasa tertekan selama elevasi harus dijelaskan
sebelumnya. Menekan bahu anak bisa digunakan
untuk menunjukkan sensasi ini
• Jika anak kooperatif mulai menangis akibat nyeri
saat elevasi, maka bisa ditambahkan anestesi local
• Anestesi local pada papilla mesial/distal pada
bukal dan lingual sangat efektif
Marwah, Nikhil. Textbook Of Pediatric Dentistry 4th Ed. Jaypee. New Delhi. 2019
Soxman, Jane A. Handbook of Clinical Technique In Pediatric Dentistry 2nd Ed. Wiley Blackwell. Pensylvania. 2022
34. EKSTRAKSI
• Gerakan rotasi digunakan untuk ekstraksi gigi
I dan C dengan akar konus
• Untuk M sulung, elevasi hingga mobile 3°
sebelum penggunaan forceps dilakukan
untuk mencegah fraktur akar
• Capture forceps didesain untuk menahan gigi
molar sulung yang telah diekstraksi tetap di
dalam tang, untuk mencegah aspirasi
• Jika akar gigi molar mengelilingi benih gigi
premolar pengganti, maka gigi molar harus
dibelah untuk mencegah tercabutnya benih
gigi premolar
• Jika terdapat fragmen akar yang fraktur,
maka penggunaan elevator dengan ujung
runcing dan tipis dapat dilakukan
• Jika ekstraksi fragmen akar tersebut
diperkirakan dapat mengganggu benih
gigi permanen, maka akar dapat
dibiarkan, agar terjadi resorbsi fisiologis.
• Kontrol periodik dibutuhkan dalam kasus
ini
Marwah, Nikhil. Textbook Of Pediatric Dentistry 4th Ed. Jaypee. New Delhi. 2019
Soxman, Jane A. Handbook of Clinical Technique In Pediatric Dentistry 2nd Ed. Wiley Blackwell. Pensylvania. 2022
35. Soxman, Jane A. Handbook of Clinical Technique In Pediatric Dentistry 2nd Ed. Wiley Blackwell. Pensylvania. 2022
https://www.dentman.se/product/capture-forceps/
36. Arhakis A. Al-Batayneh AB, Van Waes H. Chapt. 10 : Tooth Eruption, Shedding, Extraction, and Related Surgical Issues. In : Pediatric Denitistry. Springer. Switzerland. 2022
Adewumi AO. Chapt. 29 : Oral Surgery In Children. In : Pediatric Dentistry Infancy Through Adolescents 6th Ed. Elsevier. Philadelphia. 2019
37. Arhakis A. Al-Batayneh AB, Van Waes H. Chapt. 10 : Tooth Eruption, Shedding, Extraction, and Related Surgical Issues. In : Pediatric Denitistry. Springer. Switzerland. 2022
38. PERTIMBANGAN EKSTRAKSI GIGI DENGAN ABSES
PADA PASIEN ANAK
• Pemberian antibiotik pada infeksi lokal sebelum dan setelah
esktraksi tidak dibutuhkan pada anak sehat asimptomatik
• Kuretase sumber infeksi pada soket
• Jika ada demam 38-40° C ( 102-104 ° F ), pembengkakan pada
area fasial, atau indurasi mukosa : berikan antibiotik 5-7 hari
sebelum ekstraksi
• Follow up selama 48 jam untuk evaluasi apakah ada
perbaikan. Jika tidak ada perbaikan : berikan antibiotik lain
• AL yang adekuat : pH fisiologis (7,4).
• AB intravena : jika keerlibatan sistemik atau septikemia (
pembengkakan fasial / selulitis, demam, malaise, disfagia,
gangguan nafas, takikardia, atau limfadenopati )
• Perawatan darurat segera : diindikasikan, mengurangi LOS dan
Cost
Soxman JA. Handbook of clinical Techniques in Pediatric Dentistry 2nd Ed. Wiley Blackwell. Pensylvania. 2022
American Academic of Pediatric Dentistry. 2019-2020
39. POSISI PASIEN DAN OPERATOR
Rao, Arathi. Principle And Practice Of Pedodontics 3rd Ed.
Jaypee. New Delhi. 2012
40. PERSIAPAN PRE-OPERATIF PASIEN DAN ORANG TUA
• Orang tua wajib menanda tangani Lembar
Persetujuan Tindakan medis
• Jika terdapat keraguan apakah gigi sulung
dapat direstorasi, maka kemungkinan untuk
ekstraksi gigi dapat didiskusikan sebelum
perawatan dimulai
• Infromasikan kepada orang tua, bahwa
biasanya nyeri pasca perawatan ekstraksi
gigi sulung biasanya jarang terjadi
• Instruksikan orang tua untuk tidak
mendiskusikan apa yang akan dilakukan oleh
drg. Karena biasanya akan menambah
kecemasan pasien anak.
ORANG TUA
Tandon S. Textbook Of Pedodontic Vol 1 Ed 3rd. Paras Medical Publishers. 2018
41. • Anak 8-10 tahun biasanya
perlu diinformasikan 4-7 hari
mengenai rencana ekstraksi
untuk agar dapat
meneysuaikan diri lebih baik.
Sedangkan pada anak yang
lebih muda, dapat
diinformasikan pada saat
kunjungan perawatan
• Armamentarium harus di
tempatkan di belakang dental
unit, agar tidak terlihat
langsung oleh pasien
• Jangan pernah memegang
jarum di depan anak. Sebisa
mungkin disembunyikan
dengan menggunakan jari
ANAK
• Sebelum memberikan AL, jelaskan
kepada pasien adanya sensasi
seperti dicubit atau digigit semut
• Penting untuk menunjukkan
perbedaan nyeri dan sensasi
tertekan pada pasien. Drg dapat
menekan bahu pasien untuk
menjelaskan sensasi tekanan
• Jelaskan adanya sensai ba’al
setelah AL
• Ketika mengecek sensasi
teranestesi, gunakan elevator pada
gingival crevice. Perhatikan reaksi
respon pada mata anak
Tandon S. Textbook Of Pedodontic Vol 1 Ed 3rd. Paras Medical Publishers. 2018
42. KOMPLIKASI
• Fraktur gigi
• Cedera gigi tetangga
• Fraktur tulang alveolar
• Ektraksi gigi yang salah
• Fraktur tuberositas
• Akar gigi yang masuk ke dalam
sinus
• Perforasu sinus maksilaris
• Akar masuk ke dalam ruang
sub mandibular
• Laserasi mukosa dan gingiva
• Cedera n. Alveoaris inferior
• Perdarahan dan hematoma
• Trauma TMJ
• Kerusakan gigi permanen
pengganti
Marwah, Nikhil. Textbook Of Pediatric Dentistry 4th Ed. Jaypee. New Delhi. 2019
43. PROSEDUR POST OPERATIF
• Periksa kembali soket gigi, apakah ada
fragmen tulang atau gigi yang
tertinggal. Irigasi
• Massage proc.alveolaris untuk
mengurangi distorsi jarigan penyangga
• Suturing dilakukan jika : ekstraksi
multiple dan flap ginggiva sangat lebar
• Gigit tampon selama 30 menit :
mencegah perdarahan
Marwah, Nikhil. Textbook Of Pediatric Dentistry 4th Ed. Jaypee. New Delhi. 2019
44. PROSEDUR POST OPERATIF
• Jangan mengisap-isap luka,
mengganggu luka dengan lidah, dan
berkumur-kumur dengan keras pada
area luka karena dapat menyebabkan
lepasnya bekuan darah dan
menyebabkan dry socket
• Istirahat selama beberapa jam, dengan
posisi kepala tetap tegak
• Makan makanan lunak untuk hari
pertama. Boleh hangat tapi tidak boleh
terlalu panas
• Sikat gigi seperti biasa.
• Nyeri dapat muncul terutama saat efek
anestesi hilang. Minum analgesik
• Bisa timbul bengkak jika proses
ektraksi sulit. Kompres dingin
dianjurkan
• Jangan merokok
Marwah, Nikhil. Textbook Of Pediatric Dentistry 4th Ed. Jaypee. New Delhi. 2019
45. PADA KASUS ANAK
• Orang tua harus tetap mengecek tampon yang digigit anak, jangan
sampai tertelan
• Anak diminta menggigit tampon selama 30 menit – 1 jam. Larang
anak untuk terus meludah
• Beri makanan dingin seperti es krim, untuk membantu proses
pembekuan darah
• Jika menggunakan anestesi lokal, rasa baal mungkin masih dapat
terasa. Awasi anak jangan sampai menggigit bibir atau pipi
• Orang tua harus mengawasi anak dengan ketat, dan hindari olah
raga berat selama beberapa hari
• Orang tua diharapkan menggunakan beberapa metode alternatif
untuk mengalihkan perhatian anak dari luka ekstraksi
Marwah, Nikhil. Textbook Of Pediatric Dentistry 4th Ed. Jaypee. New Delhi. 2019
48. PERTIMBANGAN KHUSUS
1. BAYI PREMATUR
Rata-rata bayi lahir : 40
minggu kehamilan ( normal
38-42 minggu ) usia
gestasional
Tidak ada skrining yang jelas
untuk menentukan bayi mana
yang akan terkena apnea
Bayi premature : usia 37 minggu
Bayi lahir termuda yang dapat
bertahan hidup : 23 minggu
Bayi yang lahir sebelum usia 32
minggu : berisiko terkena
masalah Kesehatan (
bronchopulmonary dysplasia (
BPD ), apnea, intraventricular
hemorhage, sepsis, dan
necrotizing enterocolitis )
Curran, MA. Chapt. 1 : Pre Operative Assesmen of The Pediatric Patient. In : Kaban, LB and Troulis, MJ. Editors. Pediatric Oral and Maxillofacial Surgery. Saunders Elsevier. Philadelphia. 2004
Post conceptual age : jumlah
usia gestasional bayi saat lahir +
usia saat rencana pembedahan
Bayi premature saat kehamilan
25 mgu, rencana op. di usia 2
bulan
Post Conceptual Age : 25 + 8 =
33 mgu
Bayi dengan PCA < 60 mgu :
harus dimonitor 24 jam
pertama pasca op
49. 2. Bronchopulmonary Dysplasia
Disebabkan : kombinasi parenkim paru
immature dengan penurunan tingkat
surfaktan sehingga menyebabkan
abnromalitas ventilasi dan perfusi
Bayi premature dengan Riwayat ETT selama periode
neonatal memiliki risiko BPD sehingga meningkatkan
kemungkinan komplikasi pulmonal pada periode
perioperatif . Dibutuhkan konsultasi pulmonologist
pediatrik dan anestesi
Curran, MA. Chapt. 1 : Pre Operative Assesmen of The Pediatric Patient. In : Kaban, LB and Troulis, MJ. Editors. Pediatric Oral and Maxillofacial Surgery. Saunders Elsevier. Philadelphia. 2004
Gambar : https://kidshealth.org/en/parents/bpd.html. Diakses tanggal 30 April 2022