SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
Kemiskinan dan
Tipologi Kaum Dhuafa
Rosita Pratama 12020217130037
Annisa Maullidia 12020217130053
Dewi Nur Aini 12020217120003
Kartina Nur Melinnia 12020217120023
Parastiwi Ananda 12020217140009
Ramadhanty Firdha 12020217140003
Yumna Salsabila 12020217120015
Widya Arga Putri 12020217140005
1. Konsep Kemiskinan
Konsep Kemiskinan
Standar Kemiskinan
Badan Pusat Statistika (BPS) menggunakan konsep
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic
needs) sebagai dasar pengukuran kemiskinan.
Terdiri dari 2 konsep garis kemiskinan:
▪ Garis Kemiskinan Makanan (GKM)
dihitung dengan pendekatan kalori sebesar 2.100
kkal
▪ Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM)
dihitung berdasarkan konsumsi sejumlah
komoditas (desa dan kota beda).
Menurut Shirazi (1994) dan Pramanik (1993, 1998)
Suatu situasi yang dihadapi oleh seorang individu
dimana mereka tidak memiliki kecukupan sumber
daya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang
nyaman, baik ditinjau dari sisi ekonomi, sosial,
psikologis, maupun dimensi spiritual.. Definisi ini
memfokuskan kemiskinan pada ketidakmampuan
seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
1. Kemiskinan Absolut: Todaro dan Smith (2012)
diukur dari ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan dasar, di mana kebutuhan ini dihitung
dengan monetery value tertentu sebagai
batasannya.
2. Kemiskinan Relatif: diukur berdasarkan
perbandingan antara kelompok dalam
masyarakat, di mana suatu kelompok dianggap
relatif lebih miskin dibanding kelompok lainnya.
3
Faktor Kemiskinan
Individu
di mana seseorang menjadi
miskin karena faktor
pribadinya.
Sosial
di mana kemiskinan terjadi
akibat diskriminasi sosial yang
dilakukan.
Faktor Struktural
di mana kemiskinan terjadi
akibat ketidakadilan sistem
ekonomi
4
Kultural
di mana seseorang menjadi
miskin karena perilaku
buruknya.
Perspektif Syariah
Islam tidak pernah berbicara mengenai bagaimana upaya untuk “menghilangkan” kemiskinan, akan
tetapi berbicara bagaimana mereduksi dan meminimalisir kemiskinan ini agar kehidupan yang
lebih sejahtera
5
5 Pilar Penting (Hafiduhuddin, 2013) yang dapat
mendorong keberhasilan pelaksanaan
pembangunan masyarakat islam:
1. ilmu para ulama.
2. pemerintah yang adil.
3. kedermawanan kelompok orang-orang kaya.
4. doanya orang-orang fakir.
5. kejujuran para pegawai.
Orang Miskin (Syafii-Hambali) orang yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya
meskipun ia memiliki pekerjaan dan penghasilan. (QS.
18:79)
Orang Fakir (Syafii-Hambali) orang yang tidak memiliki
penghasilan sama sekali sebab ada alasan syar’i seperti tua,
sakit-sakitan atau sibuk dalam berdakwah . (QS. 2:273)
Kebutuhan Pokok dalam Islam ada tiga yaitu; dapat melaksanakan ibadah, terbutuhi
kebutuhan sandang-pangan-papan, hilangnya rasa takut (QS. 20: 118-119 dan QS. Al Quraisy:
3-4)
2. Alat Ukur Kemiskinan
CIBEST, Indeks
Kuadran CIBEST
7
Pada kuadran pertama, rumah tangga
mampu memenuhi kebutuhan materiil
dan spiritual sehingga tanda keduanya
adalah (+). Inilah kuadran
kesejahteraan. Sejahtera itu adalah
manakala rumah tangga atau keluarga
dianggap mampu baik secara materiil
maupun secara spiritual. Secara
ekonomi produktif, secara ibadah juga
produktif.
kuadran II, mencerminkan kondisi rumah
tangga yang berada e kategori
kemiskinan materiil. rumah tangga
mampu memenuhi kebutuhan spiritual
(+) akan tetapi tidak mampu memenuhi
kebutuhan materiilnya
kuadran III, kondisi yang terjadi
adalah rumah tangga tergolong
mampu secara materiil (+) namun
tergolong tidak mampu secara
spiritual (-), sehingga mereka berada
pada kategori kemiskinan spiritual
kuadran IV rumah tangga atau keluarga
tidak mampu memenuhi kebutuhan
materiil dan spiritualnya secara
sekaligus, Sehingga tanda keduanya
adalah (-). Inilah kelompok yang berada
pada kategori kemiskinan absolut.
Kuadran CIBEST
Variabel Kebutuhan materiil dalam CIBEST
didasarkan pada analisis kebutuhan pokok;
makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan
kesehatan, transportasi dan komunikasi.
8
Cara Menanggulangi
•Kuadran II: program pengentasan kemiskinan melalui peningkatan
skill dan kemampuan rumah tangga, serta pemberian
akses permodalan dan pendampingan usaha, dapat
secara efektif
•Kuadran III: program yang perlu dikembangkan adalah bagaimana
mengajak mereka untuk melaksanakan ajaran agama
dengan lebih baik
•Kuadran IV: yang harus dilakukan adalah memperbaiki sisi ruhiyah dan
mentalnya terlebih dahulu, baru kemudian memperbaiki
kondisi kehidupan ekonominya. Membangun karakter
yang berakhlakul karimah adalah modal yang sangat
berharga dalam mentransformasi kaum dhuafa agar
menjadi lebih sejahtera
Variabel kebutuhan spiritual minimal
adalah terkait dengan hal-hal pokok yang
harus dipenuhi oleh masyarakat terkait
dengan kewajiban agama. lima variabel
shalat, puasa, zakat, lingkungan keluarga
dan lingkungan kebijakan pemerintah
Dengan survei ini dapat diperoleh
gambaran secara riil mengenai kondisi
kemiskinan yang terjadi di tengah
masyarakat. Juga dapat dibuat
pemetaan rumah tangga yang ada,
berapa persensentasenya di masing-
masing kuadran
Indeks-Indeks
Kesejahteraan
menghitung jumlah keluarga yang kaya atau cukup
secara material dan spiritual lalu dibagi dengan seluruh
populasi.
W= w/𝑁
W= indeks kesejahteraan; 0 ≤ 𝑊 ≤ 1
w= jumlah keluarga sejahtera (kaya secara material dan
spiritual)
N= jumlah populasi (jumlah keluarga yang diobeservasi)
Nilai W berkisar antara 0 dan 1. Apabila nilai W semakin
mendekati nilai 0 maka semakin sedikit rumah
tangga/keluarga yang sejahtera di suatu wilayah. Namun,
apabila nilai W semakin mendekati 1 maka jumlah rumah
tangga/keluarga yang sejahtera semakin banyak di suatu
wilayah.
9
Kemiskinan Spiritual
digunakan untuk melihat rumah tangga yang masuk
dalam kategori kuadran III atau kategori miskin secara
spiritual
Ps= Sp/N
Ps= indeks kemiskinan spiritual, 0 ≤ Ps ≤ 1
Sp= jumlah keluarga yang miskin secara spiritual namun
kaya secara material
N= jumlah populasi (total keluarga yang diamati)
Indeks-Indeks
10
Kemiskinan Material
untuk melihat rumah tangga/ keluarga yang berada
pada kuadran II atau miskin secara material
Pm= Mp/N
Pm= indeks kemiskinan material; 0 ≤ Pm ≤ 1
Mp= jumlah keluarga yang miskin secara material
namun kaya secara spiritual
N= jumlah populasi (total keluarga yang diamati)
Formula kebutuhan materi minimal,
MV = Σ Mi.Pi,
MV= standar minimal kebutuhan yang harus
dipenuhi (Rp atau mata uang lain)
Mi = jumlah minimal barang dan jasa yang
dibutuhkan
Pi = harga barang dan jasa.
Atau dari penghitungan Standar kebutuhan materi
didasarkan pada pemenuhan kebutuhan yang bersifat
mendasar
Indeks-Indeks
11
Kemiskinan Absolut
digunakan untuk melihat rumah tangga yang berada
pada kuadran IV atau miskin secara absolut
Pa= Ap/N
Pa= indeks kemiskinan absolut; 0 ≤ Pa ≤ 1
Ap= jumlah keluarga yang miskin secara spiritual dan
material
N= jumlah populasi (total keluarga yang diamati)
Selanjutnya persamaan yang harus dipenuhi adalah
W+Pm+Ps+Pa= 1
Dari perhitungan diatas, dapat diketahui jumlah rumah
tangga/keluarga yang ada di masing-masing kuadran CIBEST
dengan mengkombinasikan nilai aktual MV (garis kemisikan
material) dan SV (garis kemiskinan spiritual).
Skor spiritual Individu
dari lima variabel yaitu skor pelaksanaan ibadah shalat,
zakat, puasa, lingkungan keluarga/rumah tangga, dan
kebijakan pemerintah untuk menilai skor masing-
masing variabel digunakan skala likert anatar 1 sampai 5
Hi = 𝑉𝑝+𝑉𝑓+𝑉𝑧+𝑉ℎ+𝑉𝑔
Hi = Skor aktual anggota keluarga ke-i
Vp = Skor shalat
Vf = Skor puasa
Vz = Skor zakat dan infaq
Vh = Skor lingkungan keluarga
Vg = Skor kebijakan pemerintah
12
Kombinasi Nilai Aktual SV dan MV
Skor Aktual ≤ Nilai MV >Nilai MV
>Nilai SV Kaya spiritual, Kaya spiritual
Miskin Materil Kaya material
(kuadran II) (kuadran I)
≤Nilai SV Miskin spiritual Miskin spiritual
Miskin material Kaya material
(kuadran IV) (kuadran III)
MV (garis kemisikan material) dan SV (garis kemiskinan spiritual)
3. Perbedaan Fakir Miskin
Perbedaan Pandangan Fakir Miskin
Para ulama berbeda pandangan
tentang parameter fakir dan
miskin serta perbedaan di antara
keduanya; apakah FM merupakan
satu bentuk atau dua bentuk yang
berbeda. Abu Yusuf (sahabat Abu
Hanifah), Ibn Al-Qashim (sahabat
Malik) mengatakan FM adalah hal
yang satu. (Lihat Hasyiyah Al-
Dasuqiy I/492, Fiqh Zakat
Qardhawiy II/544)
Jumhur mengatakan: FM adalah dua hal akan tetapi
satu jenis, yaitu orang-orang yang lemah lagi papa,
adapun yang mengatakan FM adalah satu hal, maka
ini tidak tepat. Sebab Allah menggandengkan kata
fakir dengan kata miskin merupakan bukti adanya
perbedaan diantara keduanya.
Yang menguatkan hal ini, adalah sabda Rasulullah:
Sesungguhnya Allah memilahnya (zakat) menjadi 8
bagian. Maka, jika kita katakan fakir dan miskin
adalah hal yang satu, maka tentu hanya 7 bagian
bukan delapan, walaupun para ulama berbeda
pandangan tentang batasan makna dari masing-
masing fakir atau miskin, akan tetapi mereka sepakat
bahwa keduanya merupakan satu konteks
14
Sebagian ulama mengatakan:
Fakir adalah orang yang lemah dan
papa, akan tetapi ia menghalangi
dirinya dari meminta-minta. Dan
miskin adalah orang yang lemah
dan papa dan meminta-minta. Ini
adalah ungkapannya Ibn Abbas,
Mujahid, Hasan AlBashri: berbeda
Hujjah Imam Syafi’i
dan Ahmad
1. Allah memulai menyebut kata
fuqara. Dan penyebutan ini di awal
tidak lain karena mendahulukan
yang termendesak dan baru yang
berikutnya. Dan Allah hanya
menyebutkan zakat untuk 8 ashnah
tersebut tidak lain untuk memenuhi
kebutuhan mereka dan
mendapatkan kebaikan mereka. Dan
ini menunjukkan bahwa ashnaf yang
pertama kali disebut merupakan
yang terparah, paling membutuhkan
15
2. Kata fakir pada asalnya, secara
bahasa adalah tulang
belakang yang tercerabut dari
punggung. Maka, fakir
bermakna terhalang dari
beraktivitas dan bekerja.
3. Rasulullah pernah berdoa berlindung kepada
Allah dari kefakiran, sebagaimana disebutkan
dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari Aisyah.
Beliau berdoa: Ya Allah, hidupkanlah aku dalam
kemiskinan dan wafatkan aku dalam
kemiskinan dan kumpulkanlah aku bersama
orang-orang miskin. (HR. Tirmidzi dari hadits
Anas). Seandainya miskin lebih parah daripada
fakir, maka untuk apa beliau berlindung kepada
Allah dari kefakiran dan meminta kemiskinan.
Dari hal ini, maka jelaslah bahwa miskin masih
lebih bagus daripada fakir
4. Ayat Allah yang berbunyi: Adapun kapal itu, maka itu adalah milik orang-orang miskin, mereka nelayan
(Al-Kahf: 70). Allah menggelaari mereka yang punya kapal dan mencari ikan di laut dengan kata miskin.
Tidak pernah disebutkan dalam AlQur’an kalau orang fakir itu punya sesuatu.. Oleh karena itu, benarlah
bahwa fakir lebih parah kondisinya daripada miskin. (Lihat tafsir Khazin 2/234, Qurthubi: 8/169)
5. Ayat Allah yang berbunyi:
Untuk orang-orang fakir yang
berhijrah yang diusir dari
rumah-rumah dan harta-harta
mereka .... (Al-Hasyr: 8). Maka,
benarlah bahwa fakir adalah
tidak punya harta sama sekali,
karena Allah mengabarkan
bahwa mereka disuri dari rumah
dan harta mereka serta dilarang
dari membawa sebagian harta
mereka. (Lihat: Al-Muhalla:
6/212).
Hujjah Malikiyah dan Hanafiyah
▪Nukilan Imam Al-Ashma’iy dan Abu ‘Amr ibn Al-Alla’ dan para ulama lughah yang lainnya, menyatakan miskin lebih
parah kondisinya daripada fakir.
▪Firman Allah: Atau orang miskin yang sangat fakir (Al-Balad: 16) maknanya adalah melumuri kulitnya dengan tanah
untuk menutup aurat tubuhnya dan mengganjal perutnya dengan tanah untuk mengurangi rasa laparnya. Ini
menunjukkan kondisi terendah dan terparah, sedangkan kata fakir tidak diterangkan demikian.
▪Orang miskin adalah orang yang dibuat tidak berdaya oleh kefakiran dan yang tinggal disembarang tempat karena
tidak punya rumah. Dan ini menunjukkan kondisi kejelekan yang terparah.
▪Allah menjadikan kafarat itu untuk orang-orang miskin. Seandainya miskin bukan strata ekonomi terendah
dibandingkan fakir, tentu Allah tidak menjadikan kafarat untuknya.
▪Ucapan pepatah: Adapun fakir adalah yang memiliki halubah, bersama keluarga lagi tidak ditinggalkan tuannya.
Maksudnya fakir itu memiliki susu bersama keluarganya dan tidak barang lainnya, maka dinamakan fakir walaupun
memiliki susu. (Lihat Tafsir Al-Khazin 2/234, Mukhtar AlQamus 287).
16
At-Taubah: 60
Orang Fakir merupakan orang
yang tidak memiliki harta
maupun penghasilan sama
sekali, sehingga tidak ada
faktor yang dapat mencukupi
penghidupannya.
17
Orang Miskin merupakan orang
yang memiliki harta maupun
penghasilan, akan tetapi harta
dan penghasilannya tidak
mencukupi seluruh
penghidupannya
4. Tipologi Kaum Dhuafa
Tipologi Kaum Dhuafa
▪ Tipologi didasarkan pada KEMAMPUAN dan KEMAUAN berusaha
▪ Dalam program pengentasan kemiskinan, yang perlu diperhatikan selain
faktor modal uang adalah personal capital dan social capital.
o Personal Capital: terkait dengan faktor-faktor yang mepengaruhi
pribadi kaum dhuafa.
o Social Capital : erat kaitannya dengan kondisi hubungan sosial para
dhuafa antara satu dengan lainnya.
▪ Dengan memperhatikan modal-modal tersebut, dibangunlah tipologi
kaum dhuafa menjadi 4 tipe. 19
TIPE II
• Mental-spiritual
• Bimbingan teknis usaha
• Bimbingan usaha
bersama
TIPE I
• Kredit pengembangan
usaha
• Bimbingan usaha
Bersama
• Konsultasi dan advokasi
TIPE IV
• Mental-spiritual
• Modal usaha
• Bimbingan teknis usaha
• Kebutuhan pokok
TIPE III
• Modal usaha
• Bimbingan usaha
• Kebutuhan Pokok
K
E
M
A
M
P
U
A
N
B
E
R
U
S
A
H
A
KEMAUAN BERUSAHA
• TIPE I : Karena berbagai
faktor masih di bawah
garis kemiskinan
• TIPE II: Bermental pengemis.
• TIPE III: Ketiadaan sumber
daya.
• TIPE IV: Fatalis.
Tipologi Dhuafa Berdasarkan Kemampuan dan Kemauan
Berusaha
“ Rangkuman Jurnal:
Analisis Dampak Pendistribusian Dana
Zakat Terhadap Tingkat Kemiskinan
Mustahik Dengan Model Cibest (Studi
Kasus: Laz Dompet Dhuafa Daerah
Istimewa Yogyakarta)
Eka Fitri Mulyani – UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta (2018)
21
JURNAL
Kemiskinan merupakan
permasalahan serius yang
dihadapi bangsa Indonesia,
salah satunya di Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY).
Namun, akhir-akhir ini banyak
Lembaga zakat yang telah
berhasil mengurangi tingkat
kemiskinan masyarakat.
22
Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis dampak
pendistribusian dana zakat yang
dilakukan oleh LAZ Dompet
Dhuafa terhadap tingkat
kemiskinan mustahik dengan
melihat perubahan yang terjadi
sebelum dan sesudah menerima
dana zakat.
Penelitian ini menggunakan
data primer yang diperoleh
dari wawancara dan
pembagian kuisioner di
kabupaten Gunung Kidul
provinsi DIY, serta data
sekunder yang diperoleh
dari Badan Pusat Statistik
(BPS) dan LAZ Dompet
Dhuafa Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY).
Responden dalam
penelitian ini berjumlah 55
rumah tangga mustahik.
Penelitian ini menggunakan
metode analisis data Ceenter of
Islamic Business and Economics
Studies (CIBEST) yang terdiri dari
kuadran CIBEST, indeks
kesejahteraan dan indeks
kemiskinan islami. Metode ini
dikembangkan oleh Irfan Syauqi
Beik dan Laily Dwi Arsyianti pada
tahun 2014. Model CIBEST
menganalisis kemiskinan dari 2
sisi, yaitu sisi material dan
spiritual.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendistribusian dana zakat dapat
menurukan kemiskinan material, kemiskinan spiritual, dan kemiskinan
absolut masing-masing sebesar 25%, 8%, dan 5%. Selain itu dana zakat
juga dapat meningkatkan kesejahteraan rumah tangga mustahik sebesar
38%.
23
Thanks!
Any questions?

More Related Content

What's hot

Matematika bisnis-kel-8
Matematika bisnis-kel-8Matematika bisnis-kel-8
Matematika bisnis-kel-8
Haidar Bashofi
 
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatPermintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregat
Rizki Prisandi
 
Ch 4. Utility Maximization & Choice
Ch 4. Utility Maximization & ChoiceCh 4. Utility Maximization & Choice
Ch 4. Utility Maximization & Choice
Ar Tinambunan
 
Power point tugas koperasi & ukm
Power point tugas koperasi & ukmPower point tugas koperasi & ukm
Power point tugas koperasi & ukm
Elly Willy
 
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori Pertumbuhan EkonomiTeori Pertumbuhan Ekonomi
Teori Pertumbuhan Ekonomi
msahuleka
 
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatanJelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
Maria Khusuma
 

What's hot (20)

Keseimbangan pendapatan nasional_ekonomi
Keseimbangan pendapatan nasional_ekonomiKeseimbangan pendapatan nasional_ekonomi
Keseimbangan pendapatan nasional_ekonomi
 
4 teori barang publik
4  teori barang publik4  teori barang publik
4 teori barang publik
 
Ringkasan Rumus dalam Teori Mikro dan Makro Ekonomi
Ringkasan Rumus dalam Teori Mikro dan Makro EkonomiRingkasan Rumus dalam Teori Mikro dan Makro Ekonomi
Ringkasan Rumus dalam Teori Mikro dan Makro Ekonomi
 
Perilaku konsumen
Perilaku konsumenPerilaku konsumen
Perilaku konsumen
 
Matematika bisnis-kel-8
Matematika bisnis-kel-8Matematika bisnis-kel-8
Matematika bisnis-kel-8
 
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatPermintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregat
 
teori konsumsi Dalam Perspektif islam
teori konsumsi Dalam Perspektif islamteori konsumsi Dalam Perspektif islam
teori konsumsi Dalam Perspektif islam
 
Makalah kebudayaan
Makalah kebudayaanMakalah kebudayaan
Makalah kebudayaan
 
Tugas paper
Tugas paperTugas paper
Tugas paper
 
TM 1 - Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank.pptx
TM 1 - Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank.pptxTM 1 - Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank.pptx
TM 1 - Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank.pptx
 
Ch 4. Utility Maximization & Choice
Ch 4. Utility Maximization & ChoiceCh 4. Utility Maximization & Choice
Ch 4. Utility Maximization & Choice
 
Power point tugas koperasi & ukm
Power point tugas koperasi & ukmPower point tugas koperasi & ukm
Power point tugas koperasi & ukm
 
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
Contoh Soal Pengantar Ekonomi https://www.masterfair.xyz/
 
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori Pertumbuhan EkonomiTeori Pertumbuhan Ekonomi
Teori Pertumbuhan Ekonomi
 
Makalah pendapatan nasional
Makalah pendapatan nasional Makalah pendapatan nasional
Makalah pendapatan nasional
 
Usaha kecil menengah (ukm) materi 10
Usaha kecil menengah (ukm) materi 10Usaha kecil menengah (ukm) materi 10
Usaha kecil menengah (ukm) materi 10
 
Keseimbangan sektor riil (pasar barang)
Keseimbangan sektor riil (pasar barang)Keseimbangan sektor riil (pasar barang)
Keseimbangan sektor riil (pasar barang)
 
Dasar tukar atau term of trade
Dasar tukar atau term of tradeDasar tukar atau term of trade
Dasar tukar atau term of trade
 
Kebijakan investasi di indonesia
Kebijakan  investasi di indonesiaKebijakan  investasi di indonesia
Kebijakan investasi di indonesia
 
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatanJelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
 

Similar to Ekonomi publik islam kemiskinan

Pertemuan 10-Alat Ukur Kemiskiinann.pptx
Pertemuan 10-Alat Ukur Kemiskiinann.pptxPertemuan 10-Alat Ukur Kemiskiinann.pptx
Pertemuan 10-Alat Ukur Kemiskiinann.pptx
nairaazkia89
 

Similar to Ekonomi publik islam kemiskinan (7)

Keberuntung orang miskin
Keberuntung orang miskinKeberuntung orang miskin
Keberuntung orang miskin
 
Pembangunan mapan dalam Islam
Pembangunan mapan dalam IslamPembangunan mapan dalam Islam
Pembangunan mapan dalam Islam
 
A169730 Intan Syahirah Abu Bakar: Amalan Terbaik Kesejahteraan Sosial
A169730 Intan Syahirah Abu Bakar: Amalan Terbaik Kesejahteraan SosialA169730 Intan Syahirah Abu Bakar: Amalan Terbaik Kesejahteraan Sosial
A169730 Intan Syahirah Abu Bakar: Amalan Terbaik Kesejahteraan Sosial
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
 
Pertemuan 10-Alat Ukur Kemiskiinann.pptx
Pertemuan 10-Alat Ukur Kemiskiinann.pptxPertemuan 10-Alat Ukur Kemiskiinann.pptx
Pertemuan 10-Alat Ukur Kemiskiinann.pptx
 
Bab 2 Tinjauan Literatur
Bab 2 Tinjauan LiteraturBab 2 Tinjauan Literatur
Bab 2 Tinjauan Literatur
 
Kelompok 4
Kelompok 4Kelompok 4
Kelompok 4
 

Recently uploaded

Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 

Recently uploaded (20)

RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 

Ekonomi publik islam kemiskinan

  • 1. Kemiskinan dan Tipologi Kaum Dhuafa Rosita Pratama 12020217130037 Annisa Maullidia 12020217130053 Dewi Nur Aini 12020217120003 Kartina Nur Melinnia 12020217120023 Parastiwi Ananda 12020217140009 Ramadhanty Firdha 12020217140003 Yumna Salsabila 12020217120015 Widya Arga Putri 12020217140005
  • 3. Konsep Kemiskinan Standar Kemiskinan Badan Pusat Statistika (BPS) menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) sebagai dasar pengukuran kemiskinan. Terdiri dari 2 konsep garis kemiskinan: ▪ Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dihitung dengan pendekatan kalori sebesar 2.100 kkal ▪ Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) dihitung berdasarkan konsumsi sejumlah komoditas (desa dan kota beda). Menurut Shirazi (1994) dan Pramanik (1993, 1998) Suatu situasi yang dihadapi oleh seorang individu dimana mereka tidak memiliki kecukupan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang nyaman, baik ditinjau dari sisi ekonomi, sosial, psikologis, maupun dimensi spiritual.. Definisi ini memfokuskan kemiskinan pada ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 1. Kemiskinan Absolut: Todaro dan Smith (2012) diukur dari ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar, di mana kebutuhan ini dihitung dengan monetery value tertentu sebagai batasannya. 2. Kemiskinan Relatif: diukur berdasarkan perbandingan antara kelompok dalam masyarakat, di mana suatu kelompok dianggap relatif lebih miskin dibanding kelompok lainnya. 3
  • 4. Faktor Kemiskinan Individu di mana seseorang menjadi miskin karena faktor pribadinya. Sosial di mana kemiskinan terjadi akibat diskriminasi sosial yang dilakukan. Faktor Struktural di mana kemiskinan terjadi akibat ketidakadilan sistem ekonomi 4 Kultural di mana seseorang menjadi miskin karena perilaku buruknya.
  • 5. Perspektif Syariah Islam tidak pernah berbicara mengenai bagaimana upaya untuk “menghilangkan” kemiskinan, akan tetapi berbicara bagaimana mereduksi dan meminimalisir kemiskinan ini agar kehidupan yang lebih sejahtera 5 5 Pilar Penting (Hafiduhuddin, 2013) yang dapat mendorong keberhasilan pelaksanaan pembangunan masyarakat islam: 1. ilmu para ulama. 2. pemerintah yang adil. 3. kedermawanan kelompok orang-orang kaya. 4. doanya orang-orang fakir. 5. kejujuran para pegawai. Orang Miskin (Syafii-Hambali) orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya meskipun ia memiliki pekerjaan dan penghasilan. (QS. 18:79) Orang Fakir (Syafii-Hambali) orang yang tidak memiliki penghasilan sama sekali sebab ada alasan syar’i seperti tua, sakit-sakitan atau sibuk dalam berdakwah . (QS. 2:273) Kebutuhan Pokok dalam Islam ada tiga yaitu; dapat melaksanakan ibadah, terbutuhi kebutuhan sandang-pangan-papan, hilangnya rasa takut (QS. 20: 118-119 dan QS. Al Quraisy: 3-4)
  • 6. 2. Alat Ukur Kemiskinan CIBEST, Indeks
  • 7. Kuadran CIBEST 7 Pada kuadran pertama, rumah tangga mampu memenuhi kebutuhan materiil dan spiritual sehingga tanda keduanya adalah (+). Inilah kuadran kesejahteraan. Sejahtera itu adalah manakala rumah tangga atau keluarga dianggap mampu baik secara materiil maupun secara spiritual. Secara ekonomi produktif, secara ibadah juga produktif. kuadran II, mencerminkan kondisi rumah tangga yang berada e kategori kemiskinan materiil. rumah tangga mampu memenuhi kebutuhan spiritual (+) akan tetapi tidak mampu memenuhi kebutuhan materiilnya kuadran III, kondisi yang terjadi adalah rumah tangga tergolong mampu secara materiil (+) namun tergolong tidak mampu secara spiritual (-), sehingga mereka berada pada kategori kemiskinan spiritual kuadran IV rumah tangga atau keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan materiil dan spiritualnya secara sekaligus, Sehingga tanda keduanya adalah (-). Inilah kelompok yang berada pada kategori kemiskinan absolut.
  • 8. Kuadran CIBEST Variabel Kebutuhan materiil dalam CIBEST didasarkan pada analisis kebutuhan pokok; makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan kesehatan, transportasi dan komunikasi. 8 Cara Menanggulangi •Kuadran II: program pengentasan kemiskinan melalui peningkatan skill dan kemampuan rumah tangga, serta pemberian akses permodalan dan pendampingan usaha, dapat secara efektif •Kuadran III: program yang perlu dikembangkan adalah bagaimana mengajak mereka untuk melaksanakan ajaran agama dengan lebih baik •Kuadran IV: yang harus dilakukan adalah memperbaiki sisi ruhiyah dan mentalnya terlebih dahulu, baru kemudian memperbaiki kondisi kehidupan ekonominya. Membangun karakter yang berakhlakul karimah adalah modal yang sangat berharga dalam mentransformasi kaum dhuafa agar menjadi lebih sejahtera Variabel kebutuhan spiritual minimal adalah terkait dengan hal-hal pokok yang harus dipenuhi oleh masyarakat terkait dengan kewajiban agama. lima variabel shalat, puasa, zakat, lingkungan keluarga dan lingkungan kebijakan pemerintah Dengan survei ini dapat diperoleh gambaran secara riil mengenai kondisi kemiskinan yang terjadi di tengah masyarakat. Juga dapat dibuat pemetaan rumah tangga yang ada, berapa persensentasenya di masing- masing kuadran
  • 9. Indeks-Indeks Kesejahteraan menghitung jumlah keluarga yang kaya atau cukup secara material dan spiritual lalu dibagi dengan seluruh populasi. W= w/𝑁 W= indeks kesejahteraan; 0 ≤ 𝑊 ≤ 1 w= jumlah keluarga sejahtera (kaya secara material dan spiritual) N= jumlah populasi (jumlah keluarga yang diobeservasi) Nilai W berkisar antara 0 dan 1. Apabila nilai W semakin mendekati nilai 0 maka semakin sedikit rumah tangga/keluarga yang sejahtera di suatu wilayah. Namun, apabila nilai W semakin mendekati 1 maka jumlah rumah tangga/keluarga yang sejahtera semakin banyak di suatu wilayah. 9 Kemiskinan Spiritual digunakan untuk melihat rumah tangga yang masuk dalam kategori kuadran III atau kategori miskin secara spiritual Ps= Sp/N Ps= indeks kemiskinan spiritual, 0 ≤ Ps ≤ 1 Sp= jumlah keluarga yang miskin secara spiritual namun kaya secara material N= jumlah populasi (total keluarga yang diamati)
  • 10. Indeks-Indeks 10 Kemiskinan Material untuk melihat rumah tangga/ keluarga yang berada pada kuadran II atau miskin secara material Pm= Mp/N Pm= indeks kemiskinan material; 0 ≤ Pm ≤ 1 Mp= jumlah keluarga yang miskin secara material namun kaya secara spiritual N= jumlah populasi (total keluarga yang diamati) Formula kebutuhan materi minimal, MV = Σ Mi.Pi, MV= standar minimal kebutuhan yang harus dipenuhi (Rp atau mata uang lain) Mi = jumlah minimal barang dan jasa yang dibutuhkan Pi = harga barang dan jasa. Atau dari penghitungan Standar kebutuhan materi didasarkan pada pemenuhan kebutuhan yang bersifat mendasar
  • 11. Indeks-Indeks 11 Kemiskinan Absolut digunakan untuk melihat rumah tangga yang berada pada kuadran IV atau miskin secara absolut Pa= Ap/N Pa= indeks kemiskinan absolut; 0 ≤ Pa ≤ 1 Ap= jumlah keluarga yang miskin secara spiritual dan material N= jumlah populasi (total keluarga yang diamati) Selanjutnya persamaan yang harus dipenuhi adalah W+Pm+Ps+Pa= 1 Dari perhitungan diatas, dapat diketahui jumlah rumah tangga/keluarga yang ada di masing-masing kuadran CIBEST dengan mengkombinasikan nilai aktual MV (garis kemisikan material) dan SV (garis kemiskinan spiritual). Skor spiritual Individu dari lima variabel yaitu skor pelaksanaan ibadah shalat, zakat, puasa, lingkungan keluarga/rumah tangga, dan kebijakan pemerintah untuk menilai skor masing- masing variabel digunakan skala likert anatar 1 sampai 5 Hi = 𝑉𝑝+𝑉𝑓+𝑉𝑧+𝑉ℎ+𝑉𝑔 Hi = Skor aktual anggota keluarga ke-i Vp = Skor shalat Vf = Skor puasa Vz = Skor zakat dan infaq Vh = Skor lingkungan keluarga Vg = Skor kebijakan pemerintah
  • 12. 12 Kombinasi Nilai Aktual SV dan MV Skor Aktual ≤ Nilai MV >Nilai MV >Nilai SV Kaya spiritual, Kaya spiritual Miskin Materil Kaya material (kuadran II) (kuadran I) ≤Nilai SV Miskin spiritual Miskin spiritual Miskin material Kaya material (kuadran IV) (kuadran III) MV (garis kemisikan material) dan SV (garis kemiskinan spiritual)
  • 14. Perbedaan Pandangan Fakir Miskin Para ulama berbeda pandangan tentang parameter fakir dan miskin serta perbedaan di antara keduanya; apakah FM merupakan satu bentuk atau dua bentuk yang berbeda. Abu Yusuf (sahabat Abu Hanifah), Ibn Al-Qashim (sahabat Malik) mengatakan FM adalah hal yang satu. (Lihat Hasyiyah Al- Dasuqiy I/492, Fiqh Zakat Qardhawiy II/544) Jumhur mengatakan: FM adalah dua hal akan tetapi satu jenis, yaitu orang-orang yang lemah lagi papa, adapun yang mengatakan FM adalah satu hal, maka ini tidak tepat. Sebab Allah menggandengkan kata fakir dengan kata miskin merupakan bukti adanya perbedaan diantara keduanya. Yang menguatkan hal ini, adalah sabda Rasulullah: Sesungguhnya Allah memilahnya (zakat) menjadi 8 bagian. Maka, jika kita katakan fakir dan miskin adalah hal yang satu, maka tentu hanya 7 bagian bukan delapan, walaupun para ulama berbeda pandangan tentang batasan makna dari masing- masing fakir atau miskin, akan tetapi mereka sepakat bahwa keduanya merupakan satu konteks 14 Sebagian ulama mengatakan: Fakir adalah orang yang lemah dan papa, akan tetapi ia menghalangi dirinya dari meminta-minta. Dan miskin adalah orang yang lemah dan papa dan meminta-minta. Ini adalah ungkapannya Ibn Abbas, Mujahid, Hasan AlBashri: berbeda
  • 15. Hujjah Imam Syafi’i dan Ahmad 1. Allah memulai menyebut kata fuqara. Dan penyebutan ini di awal tidak lain karena mendahulukan yang termendesak dan baru yang berikutnya. Dan Allah hanya menyebutkan zakat untuk 8 ashnah tersebut tidak lain untuk memenuhi kebutuhan mereka dan mendapatkan kebaikan mereka. Dan ini menunjukkan bahwa ashnaf yang pertama kali disebut merupakan yang terparah, paling membutuhkan 15 2. Kata fakir pada asalnya, secara bahasa adalah tulang belakang yang tercerabut dari punggung. Maka, fakir bermakna terhalang dari beraktivitas dan bekerja. 3. Rasulullah pernah berdoa berlindung kepada Allah dari kefakiran, sebagaimana disebutkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari Aisyah. Beliau berdoa: Ya Allah, hidupkanlah aku dalam kemiskinan dan wafatkan aku dalam kemiskinan dan kumpulkanlah aku bersama orang-orang miskin. (HR. Tirmidzi dari hadits Anas). Seandainya miskin lebih parah daripada fakir, maka untuk apa beliau berlindung kepada Allah dari kefakiran dan meminta kemiskinan. Dari hal ini, maka jelaslah bahwa miskin masih lebih bagus daripada fakir 4. Ayat Allah yang berbunyi: Adapun kapal itu, maka itu adalah milik orang-orang miskin, mereka nelayan (Al-Kahf: 70). Allah menggelaari mereka yang punya kapal dan mencari ikan di laut dengan kata miskin. Tidak pernah disebutkan dalam AlQur’an kalau orang fakir itu punya sesuatu.. Oleh karena itu, benarlah bahwa fakir lebih parah kondisinya daripada miskin. (Lihat tafsir Khazin 2/234, Qurthubi: 8/169) 5. Ayat Allah yang berbunyi: Untuk orang-orang fakir yang berhijrah yang diusir dari rumah-rumah dan harta-harta mereka .... (Al-Hasyr: 8). Maka, benarlah bahwa fakir adalah tidak punya harta sama sekali, karena Allah mengabarkan bahwa mereka disuri dari rumah dan harta mereka serta dilarang dari membawa sebagian harta mereka. (Lihat: Al-Muhalla: 6/212).
  • 16. Hujjah Malikiyah dan Hanafiyah ▪Nukilan Imam Al-Ashma’iy dan Abu ‘Amr ibn Al-Alla’ dan para ulama lughah yang lainnya, menyatakan miskin lebih parah kondisinya daripada fakir. ▪Firman Allah: Atau orang miskin yang sangat fakir (Al-Balad: 16) maknanya adalah melumuri kulitnya dengan tanah untuk menutup aurat tubuhnya dan mengganjal perutnya dengan tanah untuk mengurangi rasa laparnya. Ini menunjukkan kondisi terendah dan terparah, sedangkan kata fakir tidak diterangkan demikian. ▪Orang miskin adalah orang yang dibuat tidak berdaya oleh kefakiran dan yang tinggal disembarang tempat karena tidak punya rumah. Dan ini menunjukkan kondisi kejelekan yang terparah. ▪Allah menjadikan kafarat itu untuk orang-orang miskin. Seandainya miskin bukan strata ekonomi terendah dibandingkan fakir, tentu Allah tidak menjadikan kafarat untuknya. ▪Ucapan pepatah: Adapun fakir adalah yang memiliki halubah, bersama keluarga lagi tidak ditinggalkan tuannya. Maksudnya fakir itu memiliki susu bersama keluarganya dan tidak barang lainnya, maka dinamakan fakir walaupun memiliki susu. (Lihat Tafsir Al-Khazin 2/234, Mukhtar AlQamus 287). 16
  • 17. At-Taubah: 60 Orang Fakir merupakan orang yang tidak memiliki harta maupun penghasilan sama sekali, sehingga tidak ada faktor yang dapat mencukupi penghidupannya. 17 Orang Miskin merupakan orang yang memiliki harta maupun penghasilan, akan tetapi harta dan penghasilannya tidak mencukupi seluruh penghidupannya
  • 19. Tipologi Kaum Dhuafa ▪ Tipologi didasarkan pada KEMAMPUAN dan KEMAUAN berusaha ▪ Dalam program pengentasan kemiskinan, yang perlu diperhatikan selain faktor modal uang adalah personal capital dan social capital. o Personal Capital: terkait dengan faktor-faktor yang mepengaruhi pribadi kaum dhuafa. o Social Capital : erat kaitannya dengan kondisi hubungan sosial para dhuafa antara satu dengan lainnya. ▪ Dengan memperhatikan modal-modal tersebut, dibangunlah tipologi kaum dhuafa menjadi 4 tipe. 19
  • 20. TIPE II • Mental-spiritual • Bimbingan teknis usaha • Bimbingan usaha bersama TIPE I • Kredit pengembangan usaha • Bimbingan usaha Bersama • Konsultasi dan advokasi TIPE IV • Mental-spiritual • Modal usaha • Bimbingan teknis usaha • Kebutuhan pokok TIPE III • Modal usaha • Bimbingan usaha • Kebutuhan Pokok K E M A M P U A N B E R U S A H A KEMAUAN BERUSAHA • TIPE I : Karena berbagai faktor masih di bawah garis kemiskinan • TIPE II: Bermental pengemis. • TIPE III: Ketiadaan sumber daya. • TIPE IV: Fatalis. Tipologi Dhuafa Berdasarkan Kemampuan dan Kemauan Berusaha
  • 21. “ Rangkuman Jurnal: Analisis Dampak Pendistribusian Dana Zakat Terhadap Tingkat Kemiskinan Mustahik Dengan Model Cibest (Studi Kasus: Laz Dompet Dhuafa Daerah Istimewa Yogyakarta) Eka Fitri Mulyani – UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2018) 21
  • 22. JURNAL Kemiskinan merupakan permasalahan serius yang dihadapi bangsa Indonesia, salah satunya di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Namun, akhir-akhir ini banyak Lembaga zakat yang telah berhasil mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat. 22 Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak pendistribusian dana zakat yang dilakukan oleh LAZ Dompet Dhuafa terhadap tingkat kemiskinan mustahik dengan melihat perubahan yang terjadi sebelum dan sesudah menerima dana zakat. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari wawancara dan pembagian kuisioner di kabupaten Gunung Kidul provinsi DIY, serta data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan LAZ Dompet Dhuafa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Responden dalam penelitian ini berjumlah 55 rumah tangga mustahik. Penelitian ini menggunakan metode analisis data Ceenter of Islamic Business and Economics Studies (CIBEST) yang terdiri dari kuadran CIBEST, indeks kesejahteraan dan indeks kemiskinan islami. Metode ini dikembangkan oleh Irfan Syauqi Beik dan Laily Dwi Arsyianti pada tahun 2014. Model CIBEST menganalisis kemiskinan dari 2 sisi, yaitu sisi material dan spiritual. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendistribusian dana zakat dapat menurukan kemiskinan material, kemiskinan spiritual, dan kemiskinan absolut masing-masing sebesar 25%, 8%, dan 5%. Selain itu dana zakat juga dapat meningkatkan kesejahteraan rumah tangga mustahik sebesar 38%.