Dokumen tersebut membahas tentang pengertian ejaan dan berbagai peraturan ejaan yang pernah digunakan dalam bahasa Indonesia dan Melayu, termasuk Ejaan Van Ophuysen, Ejaan Malindo, dan penggunaan berbagai tanda baca dalam bahasa Indonesia.
Makalah ini membahas tentang penerapan kaidah ejaan dan tata tulis bahasa Indonesia dalam karya tulis. Makalah ini menjelaskan tentang sejarah ejaan bahasa Indonesia, penggunaan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baka secara tepat.
Makalah ini membahas tentang diksi atau pemilihan kata dalam bahasa Indonesia. Terdapat penjelasan mengenai pengertian diksi, fungsi diksi, syarat pemilihan kata dalam diksi, pembentukan kata dalam diksi, jenis-jenis kata seperti kata ilmiah, populer, jargon dan slang, serta cara pilihan kata dan penggunaan diksi yang tepat.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian ejaan dan berbagai peraturan ejaan yang pernah digunakan dalam bahasa Indonesia dan Melayu, termasuk Ejaan Van Ophuysen, Ejaan Malindo, dan penggunaan berbagai tanda baca dalam bahasa Indonesia.
Makalah ini membahas tentang penerapan kaidah ejaan dan tata tulis bahasa Indonesia dalam karya tulis. Makalah ini menjelaskan tentang sejarah ejaan bahasa Indonesia, penggunaan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baka secara tepat.
Makalah ini membahas tentang diksi atau pemilihan kata dalam bahasa Indonesia. Terdapat penjelasan mengenai pengertian diksi, fungsi diksi, syarat pemilihan kata dalam diksi, pembentukan kata dalam diksi, jenis-jenis kata seperti kata ilmiah, populer, jargon dan slang, serta cara pilihan kata dan penggunaan diksi yang tepat.
Makalah Bahasa Indonesia - Diksi, Idiom, Peribahasa dan MajasNasruddin Asnah
Makalah ini membahas tentang diksi, idiom, peribahasa, dan majas dalam bahasa Indonesia. Terdapat penjelasan mengenai pengertian dan syarat-syarat dari setiap unsur bahasa tersebut beserta contoh-contohnya. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami unsur-unsur penting dalam bahasa Indonesia agar dapat digunakan dengan baik dan benar.
Makalah ini membahas tentang penggunaan EYD yang benar khususnya penulisan huruf kapital, huruf miring, angka dan lambang bilangan. Penulisan huruf kapital dibahas untuk 16 kasus penggunaan seperti huruf pertama kalimat, nama orang, dan lainnya. Sedangkan penulisan huruf miring untuk menulis judul dan menekankan teks. Terakhir dibahas penulisan angka dan lambang bilangan.
Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan ejaan bahasa Indonesia mulai dari Ejaan van
Ophuysen hingga Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan van Ophuysen merupakan ejaan
pertama yang digunakan pada tahun 1901 hingga 1947. Kemudian digantikan oleh Ejaan
Suwandi pada tahun 1947 hingga 1972."
Makalah ini membahas tentang pengertian, ciri-ciri, syarat, dan struktur kalimat efektif. Kalimat efektif didefinisikan sebagai kalimat yang dapat menyampaikan gagasan penutur secara tepat sehingga mudah dipahami oleh pendengar. Ciri-ciri kalimat efektif antara lain kesejajaran, kehematan, penekanan, kelogisan, kesepadanan, keparalelan, dan ketegasan. Syarat kalimat
Makalah ini membahas tentang penggunaan tanda baca dan penulisan kalimat yang benar sesuai kaidah kebahasaan Indonesia. Teori yang dijelaskan mencakup penjelasan tentang tanda baca seperti tanda tanya, tanda seru, tanda titik dua, serta penggunaan huruf kapital dan pemisahan kata.
Makalah ini membahas tentang bahasa baku dan bahasa nonbaku. Secara garis besar makalah ini membahas pengertian bahasa baku, bahasa nonbaku, dan bahasa Indonesia baku serta membandingkan ciri-ciri kedua jenis bahasa tersebut beserta contoh-contoh pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian bahasa baku dan tidak baku dalam bahasa Indonesia, ciri-ciri bahasa baku, penggunaan kata-kata, ejaan, dan lafal yang baku, serta analisis contoh kalimat baku dan tidak baku. Dokumen ini bertujuan untuk memahami definisi bahasa baku dan tidak baku serta mengenali ciri-ciri bahasa baku dalam bahasa Indonesia.
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang berbeda-beda menurut topik, hubungan pembicara, dan medium. Terdapat dua ragam utama yaitu ragam lisan dan tulis, yang memiliki ciri khas masing-masing. Ragam bahasa juga dapat dibedakan berdasarkan penutur, topik pembicaraan, dan faktor lain.
Dokumen tersebut membahas tentang ciri-ciri bahasa ragam ilmiah yang meliputi bahasa yang cendekia, lugas, logis, jelas, padat, ringkas, formal, objektif, berorientasi pada gagasan, menggunakan istilah teknis sesuai bidangnya, dan konsisten.
1. Dokumen tersebut merupakan rencana pelaksanaan pembelajaran bahasa Malaysia untuk kelas tahun satu di sekolah rendah. Ia mencakupi tema, topik, standard kandungan, dan standard pembelajaran yang akan dicapai untuk setiap minggu.
2. Topik yang dibahas meliputi keluarga, kebersihan, keselamatan, dan kerjasama. Nilai-nilai yang diajarkan antara lain kasih sayang, tanggungjawab, dan be
Silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII semester 1 mencakup 4 standar kompetensi yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran meliputi kegiatan mendengarkan berita, menceritakan pengalaman, membaca teks, dan menulis buku harian atau surat.
Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan huruf kapital atau huruf besar dalam penulisan bahasa Indonesia. Terdapat beberapa aturan penggunaan huruf kapital seperti untuk huruf pertama kalimat, nama orang, tempat, dan organisasi. Dokumen ini juga menjelaskan pengecualian-pengecualian dalam penggunaan huruf kapital.
Makalah ini membahas tentang ragam bahasa Indonesia. Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang berbeda tergantung pada media, cara pandang penutur, dan topik pembicaraan. Ragam bahasa dibedakan menjadi ragam lisan dan tulis, serta ragam dialek, terpelajar, resmi, dan tak resmi. Ragam bahasa juga berbeda untuk topik seperti ilmiah, hukum, bisnis, agama, sosial, kedokteran dan sastra.
Makalah Bahasa Indonesia - Diksi, Idiom, Peribahasa dan MajasNasruddin Asnah
Makalah ini membahas tentang diksi, idiom, peribahasa, dan majas dalam bahasa Indonesia. Terdapat penjelasan mengenai pengertian dan syarat-syarat dari setiap unsur bahasa tersebut beserta contoh-contohnya. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memahami unsur-unsur penting dalam bahasa Indonesia agar dapat digunakan dengan baik dan benar.
Makalah ini membahas tentang penggunaan EYD yang benar khususnya penulisan huruf kapital, huruf miring, angka dan lambang bilangan. Penulisan huruf kapital dibahas untuk 16 kasus penggunaan seperti huruf pertama kalimat, nama orang, dan lainnya. Sedangkan penulisan huruf miring untuk menulis judul dan menekankan teks. Terakhir dibahas penulisan angka dan lambang bilangan.
Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan ejaan bahasa Indonesia mulai dari Ejaan van
Ophuysen hingga Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan van Ophuysen merupakan ejaan
pertama yang digunakan pada tahun 1901 hingga 1947. Kemudian digantikan oleh Ejaan
Suwandi pada tahun 1947 hingga 1972."
Makalah ini membahas tentang pengertian, ciri-ciri, syarat, dan struktur kalimat efektif. Kalimat efektif didefinisikan sebagai kalimat yang dapat menyampaikan gagasan penutur secara tepat sehingga mudah dipahami oleh pendengar. Ciri-ciri kalimat efektif antara lain kesejajaran, kehematan, penekanan, kelogisan, kesepadanan, keparalelan, dan ketegasan. Syarat kalimat
Makalah ini membahas tentang penggunaan tanda baca dan penulisan kalimat yang benar sesuai kaidah kebahasaan Indonesia. Teori yang dijelaskan mencakup penjelasan tentang tanda baca seperti tanda tanya, tanda seru, tanda titik dua, serta penggunaan huruf kapital dan pemisahan kata.
Makalah ini membahas tentang bahasa baku dan bahasa nonbaku. Secara garis besar makalah ini membahas pengertian bahasa baku, bahasa nonbaku, dan bahasa Indonesia baku serta membandingkan ciri-ciri kedua jenis bahasa tersebut beserta contoh-contoh pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian bahasa baku dan tidak baku dalam bahasa Indonesia, ciri-ciri bahasa baku, penggunaan kata-kata, ejaan, dan lafal yang baku, serta analisis contoh kalimat baku dan tidak baku. Dokumen ini bertujuan untuk memahami definisi bahasa baku dan tidak baku serta mengenali ciri-ciri bahasa baku dalam bahasa Indonesia.
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang berbeda-beda menurut topik, hubungan pembicara, dan medium. Terdapat dua ragam utama yaitu ragam lisan dan tulis, yang memiliki ciri khas masing-masing. Ragam bahasa juga dapat dibedakan berdasarkan penutur, topik pembicaraan, dan faktor lain.
Dokumen tersebut membahas tentang ciri-ciri bahasa ragam ilmiah yang meliputi bahasa yang cendekia, lugas, logis, jelas, padat, ringkas, formal, objektif, berorientasi pada gagasan, menggunakan istilah teknis sesuai bidangnya, dan konsisten.
1. Dokumen tersebut merupakan rencana pelaksanaan pembelajaran bahasa Malaysia untuk kelas tahun satu di sekolah rendah. Ia mencakupi tema, topik, standard kandungan, dan standard pembelajaran yang akan dicapai untuk setiap minggu.
2. Topik yang dibahas meliputi keluarga, kebersihan, keselamatan, dan kerjasama. Nilai-nilai yang diajarkan antara lain kasih sayang, tanggungjawab, dan be
Silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII semester 1 mencakup 4 standar kompetensi yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran meliputi kegiatan mendengarkan berita, menceritakan pengalaman, membaca teks, dan menulis buku harian atau surat.
Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan huruf kapital atau huruf besar dalam penulisan bahasa Indonesia. Terdapat beberapa aturan penggunaan huruf kapital seperti untuk huruf pertama kalimat, nama orang, tempat, dan organisasi. Dokumen ini juga menjelaskan pengecualian-pengecualian dalam penggunaan huruf kapital.
Makalah ini membahas tentang ragam bahasa Indonesia. Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang berbeda tergantung pada media, cara pandang penutur, dan topik pembicaraan. Ragam bahasa dibedakan menjadi ragam lisan dan tulis, serta ragam dialek, terpelajar, resmi, dan tak resmi. Ragam bahasa juga berbeda untuk topik seperti ilmiah, hukum, bisnis, agama, sosial, kedokteran dan sastra.
Makalah ini membahas tentang ragam bahasa Indonesia. Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang berbeda tergantung pada media, cara pandang penutur, dan topik pembicaraan. Ragam bahasa dibedakan menjadi ragam lisan dan tulis, serta ragam dialek, terpelajar, resmi, dan tak resmi. Ragam bahasa juga berbeda untuk topik seperti ilmiah, hukum, bisnis, agama, sosial, kedokteran dan sastra.
Makalah ini membahas tentang ragam bahasa Indonesia dan jenis-jenisnya. Ragam bahasa dapat dibedakan berdasarkan media menjadi ragam lisan dan tulis, cara pandang penutur menjadi ragam dialek, terpelajar, resmi dan tak resmi, serta topik pembicaraan menjadi ragam ilmiah, hukum, bisnis, agama, sastra dan kedokteran.
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang berbeda-beda berdasarkan media, cara pandang penutur, dan topik pembicaraan. Terdapat ragam lisan dan tulisan, dengan ciri khas masing-masing. Ragam bahasa dapat berupa dialek, terpelajar, resmi, tak resmi, ilmiah, hukum, bisnis, agama, sastra, dan kedokteran.
Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang berbeda-beda berdasarkan media, cara pandang penutur, dan topik pembicaraan. Terdapat ragam lisan dan tulisan, serta ragam dialek, terpelajar, resmi, tak resmi, ilmiah, hukum, bisnis, agama, sosial, kedokteran, dan sastra. Ragam bahasa penting dipelajari untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik sesuai konteks.
Makalah ini membahas tentang ejaan dan tanda baca dalam bahasa Indonesia. Ejaan mencakup penulisan huruf, pemotongan kata, penggunaan huruf kapital dan miring, sedangkan tanda baca berfungsi untuk membantu pemahaman pembaca. Makalah ini juga menjelaskan beberapa macam-macam ejaan yang pernah digunakan di Indonesia beserta prinsip-prinsip penggunaan tanda baca.
Makalah ini membahas sejarah dan perkembangan ejaan Bahasa Indonesia, mulai dari Ejaan van Ophuysen pada tahun 1901 hingga Ejaan Republik pada tahun 1947. Ejaan van Ophuysen merupakan ejaan sistematis pertama untuk Bahasa Melayu, sedangkan Ejaan Republik ditetapkan untuk menyempurnakan dan menyederhanakan sistem ejaan. Makalah ini juga membahas pengertian, fungsi, dan perbedaan antara kaid
Makalah ini membahas tentang diksi dan penerapannya dalam karya ilmiah. Terdapat beberapa poin pembahasan seperti pengertian diksi, jenis-jenis makna kata, perbedaan kata umum dan khusus, serta penerapan diksi dalam kalimat. Makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat menggunakan bahasa dan kata yang tepat dalam menulis karya ilmiah.
Makalah ini membahas tentang ejaan dalam bahasa Indonesia. Beberapa poin penting yang diangkat antara lain pengertian ejaan, fungsi ejaan, sejarah perkembangan ejaan di Indonesia, dan ruang lingkup ejaan bahasa Indonesia.
"Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ay...Muhammad Nur Hadi
Jurnal "Jodoh Menurut Prespektif Al-Quran" (Kajian Tasir Ibnu Katsir Surah An-Nur ayat 26 dan 32 dan Surah Al-Hujurat Ayat 13), Ditulis oleh Muhammmad Nur Hadi, Mahasiswa Program Studi Ilmu Hadist di UIN SUSKA RIAU.
1. 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur pada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahNya kami
berhasil menyelesaikan makalah “Analisis Kesalahan Pemakaian Ejaan Bahasa
Indonesia” mata kuliah Anakon dan Anakes Bahasa Indonesia.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad S. A. W., kepada
keluarga, sahabat, serta kita selaku penerus risalahnya. Aamiin.
Kami selaku penyusun, menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat.
Bogor, 26 September 2017
Penyusun
2. 2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesalahan Pemakaian Huruf............................................................................ 3
B. Kesalahan Penulisan........................................................................................ 5
1. Penulisan Kata .......................................................................................... 5
2. Penulisan Kata Depan............................................................................... 5
3. Penulisan Partikel...................................................................................... 5
4. Penulisan Gabungan Kata......................................................................... 6
5. Penulisan Unsur Serapan........................................................................... 7
C. Kesalahan Pemakaian Tanda Baca ................................................................. 8
BAB III PENUTUP
Simpulan................................................................................................................ 17
Daftar Pustaka..................................................................................................... iii
3. 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia digunakan sebagai alat komunikasi dalam masyarakat
Indonesia. Seperti yang diketahui bahwa kegiatan komunikasi memerlukan tiga aspek
yaitu komunikator, komunikan, serta informasi yang ingin disampaikan. Kegiatan
komunikasi dimulai dari hal yang ingin disampaikan oleh komunikator, kemudian
dilanjutkan dengan mengolah gagasan atau hal yang disampaikan komunikator sehingga
hal yang disampaikan komunikator tersebut dapat diterima oleh komunikan dengan tepat.
Dengan begitu, sebagai alat komunikasi, bahasa harus mampu menyampaikan
maksud komunikator dengan tepat, termasuk bahasa Indonesia. Maksud atau amanat
komunikasi ini bisa berupa informasi tentang fakta, peristiwa, ungkapan ide, pendapat,
perasaan, keinginan, dan sebagainya. Hal-hal itu dituangkan dalam aspek kebahasaan
yang berupa kata, kalimat, paragraf (komunikasi tulis) atau paraton (komunikasi lisan),
ejaan dan tanda baca dalam bahasa tulis, serta unsur-unsur prosodi (intonasi, nada, irama,
tekanan, tempo) dalam bahasa lisan.
Sebagai bahasa yang hidup, bahasa Indonesia mempunyai variasi-variasi atau
ragam-ragam, yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri dalam proses komunikasi
(Sloka, 2006:118). Variasi-variasi tersebut sejajar, dalam pengertian tidak ada yang lebih
tinggi daripada yang lain. Salah satu variasi tersebut digunakan untuk mendukung fungsi-
fungsi tertentu. Variasi tersebut dinamakan bahasa baku atau standar. Selain itu, variasi-
variasi yang lain, yang disebut variasi nonbaku atau nonstandard, tetap hidup dan
berkembang sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai alat komunikasi dalam situasi yang
tidak resmi atau non formal.
Dalam karya tulis ilmiah, bahasa Indonesia yang digunakan adalah bahasa baku.
Sebagai bahasa baku, terdapat standar tertentu yang harus dipenuhi dalam penggunaan
ragam bahasa. Standar tersebut meliputi penggunaan tata bahasa dan ejaan yang sesuai
dengan pedoman yang berlaku. Tata bahasa Indonesia yang baku salah satunya meliputi
4. 4
penggunaan dan pemilihan kata, dan ejaan yang sesuai dengan kaidah baku yang terdapat
dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Kaidah tata bahasa Indonesia yang baku
adalah kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang ditetapkan oleh
Badan Pengenbangan Bahasa. Dengan demikian, bahasa yang digunakan harus sesuai
kaidah-kaidah kebahasaan termasuk dalam penggunaan ejaan. Karena kesalahan
penggunaan bahasa dapat menimbulkan interpretasi yang berbeda antara orang yang satu
dengan yang lainnya. Sehingga memungkinkan timbulnya kesalahpahaman dalam
komunikasi.
Oleh karena itu, melihat pentingnya penggunaan ejaan dengan tepat seperti yang
telah disampaikan di atas, maka dalam makalah ini penulis akan memaparkan tentang
analisis kesalahan penggunaan ejaan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut.
1. Bagaimana kesalahan pemakaian huruf?
2. Bagaimana kesalahan penulisan?
3. Bagaimana pemakaian tanda baca?
C. Tujuan
Berikut tujuan dari makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui kesalahan dan kebenaran pemakaian huruf.
2. Untuk mengetahui kesalahan dan kebenaran kesalahan penulisan.
3. Untuk mengetahui kesalahan dan kebenaran pemakaian tanda baca.
5. 5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kesalahan Pemakaian Huruf
Kesalahan umum dalam pemakaian huruf adalah kesalahan pemakaian huruf
kapital karena huruf itu sering digunakan secara respektif. Artinya, pemakai bahasa
mengaitkan pemakaian huruf kapital dengan rasa hormat (atau takut?) terhadap
seseorang, lembaga, aliran, paham, ataupun sesuatu yang dianggap sakral, walaupun
bukan nama diri. Akibatnya, semua benda, hal, orang, dan sebagainya yang dianggapnya
terhormat dituliskannya dengan huruf awal kapital pun menjadi tidak konstan dan sangat
relatif.
Jika penulisan itu berdasarkan kaidah, tulisannya akan benar Karena kaidahnya
harus diberlakukan secara mantap. Tidak boleh relatif, dan tidak boleh berdasarkan “rasa
tertentu” terhadap apa yang akan dituliskan. Jadi pemakaian huruf kapital sama sekali
tidak berkaitan dengan resfek-tidaknya pemakaian bahasa terhadap sesuatu.
Kesalahan penulisan juga terjadi karena pemakai bahasa tidak tahu kaidah
penulisan huruf kapital dengan benar, ia tidak tahu ejaan seperti apa yang harus
digunakannya. Padahal, menurut kaidah ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan,
atau yang sekarang menjadi Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) huruf kapital dipakai antara
lain, sebagai
1. Huruf pertama awal kalimat, misalnya
Kita sudah memasuki semester akhir.
Tugas ini harus selesai.
2. Huruf pertama awal kalimat langsung misalnya
“Kita tidak boleh banyak bermain,” katanya
Adik bertanya,”Kapan kita pulang?”
3. Huruf pertama kata yang digunakan sebagai kata penyapa, misalnya
Mereka pergi ke ruang Pak Rektor.
Dosen Bahasa Indonesia itu bertanya,”Pukul berapa, Nak?”
4. Huruf pertama nama diri dari unsur nama diri, misalnya
6. 6
Dewi Sartika, Halim Perdana Kusuma, Henry Guntur Tarigan.
Tahun Hijriah, Gunung Salak, Wai Sekampung, Laut Arafuru.
5. Huruf pertama singkatan (seperti singkatan gelar akademis), misalnya
Dr, doktor, S.Pd. sarjana pendidikan, Prof. Profesor, Sdr. Saudara, S.H. sarjana
hokum, S.E. sarjana ekonomi.
6. Huruf pertama kata Anda, misalnya
Sudahkah Anda salat?
Surat Anda sudah lama kami terima.
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata agama, kitab suci, dan
Tuhan, termasuk sebutan kata ganti untuk Tuhan. Misalnya
Islam
Allah
Alquran
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat. Misalnya
Wakil Presiden Jusup Kala
Sekretaris Jendral Asosiasi Dosen Republik Indonesia
9. Huruf kapital dipakai sebagia huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa. Misalnya
bangsa Indonesia
suku Sunda
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya
Bogor
Kecamatan Bogor Selatan
Gang Toyib
11. Yang memiliki judul, misalnya artikel, buku, majalah, dan koran, jadi nama itu
dituliskan dengan huruf awal kapital, seperti
Saya telah membaca buku Ya Allah Semoga Dia Jodohku.
Dia mengirimkan artikel berjudul “Bahaya Narkoba” untuk dilombakan.
7. 7
12. Huruf capital dipakai sebagai huruf pertama semua kata, kecuali kata tugas,
seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.
B. Kesalahan Penulisan
1. Penulisan Kata
Banyak pemakai bahasa yang menganggap bahwa dirinya sudah menuliskan kata
yang benar. Oleh Karena itu, untuk keperluan resmi sekalipun, mereka merasa tidak
perlu melihat kamus bahasa Indonesia dan dengan yakin menulis kata-kata, seperti
kokoh, lembab nenas, teoritis, coklat, mesjid, nasehat, hakekat, dan praktek.
Padahal, tulisan yang baku adalah
kukuh, pidato pengukuhan; teguh kukuh (bukan: pidato
*pengokohan dan teguh *kokoh berlapis baja), lembab, tingkat
*kelembapan, (bukan tingkat kelembaban): nanas (latin: Ananas comus), teoritis
(Ingg, theoretical), cokelat, masjid, nasihat, hakikat, (bukan *hakiki dan nasehat,
bahasa Arab tidak memiliki bunyi [e]), praktik (BId. praktijk) praktis, pratikum
(bukan: *praktes dan *praktekum)
Untuk keperluan penulisan resmi, seharusnya pemakai bahasa mau membuka
kamus yang dianggap standar. Setakat ini kamus yang dianggap standar ialah Kamus
Besar Bahasa Indonesia.
2. Penulisan Kata Depan
Kata depan di dan ke sering dituliskan serangkai dengan kata yang mengikutinya,
seperti diantara, diatas, dibawah, kerumah, keatas, dan kesana. Padahal, yang betul
ialah kata depan harus dituliskan terpisah dari
a. kata benda yang mengikutinya, seperti ke rumah, kepasar, ke sekolah dan kekota;
b. kata benda lokatif yang mengikutinya, seperti ke atas ke bawah ke sana dan dari
sini
3. Penulisan Partikel
Kesalahan yang sering dilakukan ialah kesalahan menuliskan patikel pun, seperti
apapun, kapanpun,kamipun,dan dimanapun, padahal penulisan yang betul ialah apa
pun, kapan pun, dimana pun, siapa pun, kami pun
8. 8
Karena partikel pun pada contoh diatas berarti ‘juga’ atau’saja’ yang harus
dituliskan terpisah, seperti
kapan pun ‘kapan saja’ ‘kapan juga’
di mana pun ‘di mana saja’ ‘di mana juga’
(pemakaian pun, saja, atau juga amat bergantung pada konteks kalimat yang
dimasukin oleh kata-kata itu).
4. Penulisan Gabungan Kata
Kesalahan yang sering ditemukan ialah kesalahan penulusan:
a. gabungan kata yang mendapat awalan, akhiran atau awalan-akhiran sekaligus,
seperti ditandatangan, tandatangani, ditanda tangani dan ditanda tangankan;
padahal yang benar ialah, ditanda tangan, tanda tangani, dan ditandatangankan
karena kedua gabungan kata itu;
1) hanya mendapat awalan atau akhiran;
2) mendapat awalan dan akhiran sekaligus;
b. gabungan kata yang terdiri atas lebih dari tiga kata, seperti
1) buku sejarah baru (membingungkan)
2) pedagang udang tanpa kepala(membingungkan)
Karena itu, gabungan kata itu bisa dituliskan
1) a. buku sejarah-baru; (‘sejarah-baru vs sejarah lama’)
buku-sejarah baru; (buku-sejarah vs buku-botani)
b. buku sejarah baru vs buku sejarah lama
2) a. pedagang-udang tanpa kepala ‘pedagang takkberkepala’
pedagang udang-tanpa-kepala (udangnya yang tak berkepala)
Jika gabungan kata memperoleh awalan atau akhiran saja, gabungan kata itu harus
dituliskanterpisah, seperti
Diberi tahu beri tahukan
Tanda tangani tanda tangankan
9. 9
Akan tetapi, jika gabungan kata memperoleh awalan dan akhiran sekaligus,
gabungan kata itu harus dituliskan serangkai, misalnya diberitahukan,
ditandatangankan, dan ditandatangani.
5 Penulisan Unsur Serapan
Penulisan unsur seraan didasarkan pada penyesuaian ejaan (kata), bukan pada
penyesuaian bunyi (lafal), misalnya bank dan sanctice diserap ke dalam bahasa
Indonesia menjadi bank dan sanksi, bukan *bang dan *sangsi walaupun bunyi kedua
kata itu (bang dan sangsi memiliki makna tersendiri).
Berikut beberapa contoh kesalahan serapan.
Sistim Sistem
Tehnik Teknik
Tehnoloji Teknologi
Metoda Metode
Frekwensi Frekuensi
Praktek Praktik
Prosentase Persentase
Kondite Konduite
Managemen Manajemen
Kordinir Koordinasi
Legalisir Legalisasi
Survai Survei
Karir Karier
Massmedia Madiamassa
Ambulan Ambulans
Hipotensa Hipotesis
Analisa Analisis
10. 10
Pasn Pasien
Aktip Aktif
Aktifitas Aktivitas
Komplek Kompleks
Psikology Psikologi
Effisien Efisien
Presidential Presidensial
Taxsi Taksi
Apotik Apotek
Pebruari Februari
Nopember November
C. Kesalahan Pemakaian Tanda Baca
Kesalahan pemakaiantanda baca juga sering ditemukan, misalnya kesalahan
pemakaian tanda baca pada perincian yang disusun ke bawah (terutama pemakaian tanda
koma, titik koma, dan titik dua), kemudian pemakaian tanda garis miring, tanda hubung,
dan tanda pisah.
Contoh Kesalahan Pemakaian Ejaan dan Perbaikannya
Berikut ini beberapa contoh kesalahan pemakaian ejaan.
a. 1) Selamat pagi, pak? Apa kabar bapak sekeluarga?
2) Menurut Rektor, semua dosen harus bekerja dengan baik.
Kata pak dan bapak pada kalimat (a1) harus dituliskan dengan huruf awal kapital karena
digunakan sebagai kata sapaan. Akan tetapi, kata rektorpada kalimat (a2) harus dituliskan
dengan huruf awal keci; karena bukan nama diri, tidak digunakan sebagai kata sapaan,
dan tidak diikuti nama orang atau nama wilayah atau tempatnya. Rektor merupakan nama
jenis jabatan seperti juga nama jenis jabatan lainnya, misalnya guru, bidan, presiden, dan
camat. Degan demikian kalimat itu dapat diperbaiki menjadi
11. 11
a. 1) Selamat pagi, Pak? Apa kabar Bapak sekeluarga?
2) Menurut rektor, semua dosen harus bekerja dengan baik.
b. 1) Dia sangat pandai membaca Al-Quran.
2) Besar sudut sebuah segi tiga 180 derajat.
Nama kitab suci umat Islam seharusnya dituliskan Alquran, seperti juga penulisan
Alkitab.
Segi tiga harus dituliskan serangkai, menjadi segitiga, tetapi segi empat dn segi
lima (bukan: *segiempat dan *segilima). Mungkin karena segitiga merupakan bangun
yang khas-walaupun besar sudutnya diubah-ubah, bangun itu tetap berbentuk segitiga-
tulisannya pun menjadi khas pula.
Ejaan kata segitiga dalam bahasa Inggris, yaitu triangle (bukan: *trhee angles) dan dalam
bahasa Prancis dituliskan triangle (bukan: *trios angles atau *trois coins). Perbaikan
kalimat itu menjadi seperti berikut.
b. 1) Dia sangat pandai membaca Alquran.
2) Besar sudut sebuah segitiga 180 derajat.
c. 1) Sudahkah anda tahu, bahwa anda diterima di Universitas Pakuan?
2) Dia itu kakak tingkat anda, bukan adik tingkat.
Menuruut kaidah ejaan kata Anda harus dituliskan dengan huruf awal kapital, di mana
pun letaknya, apakah di awal ataupun di tengah kalimat. Jadi perbaikan kalimat itu seperti
berikut.
c. 1) Sudahkah Anda tahu, bahwa Anda diterima di Universitas Pakuan?
2) Dia itu kakak tingkat Anda, bukan adik tingkat.
d. Kemarin saya membeli kacang Bogor, asinan Bogor, beras Cianjur,
dan sambal Lampung.
12. 12
Nama tempat Bogor, Lampung dan Cianjur, yang mengikuti nama benda hasil olahan,
seperti asinan, sambal, dan beras, tidak termasuk nama jenis. Nama tempat itu digunakan
untuk menunjukan tempat atau daerah asal benda diolah. Nama itu juga dapat digunakan
untuk menunjukkan kekhasan mutu, citat ra (enak-tidak enaknya) benda olahan itu. Jika
dituliskan dalam bentuk lengkapp, benda olahan itu seperti berikut:
Asinan (buatan/asal/khas) Bogor
Sambal (buatan/asal/khas) Lampung
Beras (buatan/asal/khas) Cianjur
Akan tetapi, dalam kehidupan sehari-hari bentuk lengkap itu jarang disertakan.
Nama tempat itu berbeda dari nama tempat yang menyertai benda alami, seperti
kacang bogor dan talas bogor serta badak jawa dan harimau Sumatra. Nama daerah itu
pada umumnya untuk menunjukkan nama jenis tumbuhan atau hewan. Kacang bogor dan
talas bogor itu merupakan bana jenis kacang dan nama jenis talas, yang berbeda dari
jenis kacang atau talas lainnya (tidak selalu ditanam di Bogor), misalnya kacang kapri
dan talas ungu (yang batangnya berwarna ungu).
Yang menentukan suatu benda berbeda jenisnya dari benda lain ialah perbedaan
sifat dan/atau ciri benda itu. Yang menetapkan itu adalah para ahli di bidang tersebut.
Kaidah bahasa hanya mengatur cara menuliskannya. Jadi, kalimat itu dapat diperbaiki
menjadi
d. Kemarin saya membeli kacang bogor, asinan bogor, beras cianjur,
dan sambal lampung.
Bandingkan dengan
Kemarin saya membeli kacang bogor, dan padi gogo serta melihat
harimau Sumatra, badak jawa, dan kambing Ottawa.
e. Dia tinggal di sini bersama Ibu dan adiknya.
13. 13
Yang salah pada kalimat itu ialah penulisan kata Ibu, yang seharusnya dituliskan
dengan huruf awal kecil karena tidak digunakan sebagai kata sapaan, tetapi sebagai kata
ganti yang menunjukan kepemilikan. Bentuk lengkap keterangan kalimat itu ialah
bersama ibunya dan (bersama) adiknya. Jadi kalimat itu dapat diperbaiki seperti berikut.
e. Dia tinggal di sini bersama ibu dan (bersama) adiknya.
f. Keluar ke luar, masuk ke dalam, turun ke bawah, dan naik ke atas.
Pada kalimat di atas terdapat kata keluar dan ke luar, yang penulisannya berbeda,
tetapi kata yang bisa berantonim dengan kata masuk (yang terdapat pada klausa kedua)
ialah kata keluaur, sedangkan frasa perposisional ke luar berantonim dengan ke dalam.
Jadi masuk >< keluar dan ke dalam >< ke luar. Kalimat itu bisa diperbaiki menjadi
f. Keluar ke luar, masuk ke dalam, turun ke bawah, dan naik ke atas.
Banyak orang yang mengaggap bahwa keluar ke luar, masuk ke dalam, turun ke
bawah, dan naik ke atas merupakan bentuk pleonasme atau pemakaian yang berlebihan.
Akan tetapi, anggapan itu ternyata tidak selalu benar.perhatikan pemakaiannya pada
kalimat berikut.
Saya turun ke bawah rumah.
Saya turun ke rumah (Dari gedung yang lebih tinggi).
Kalimat Saya turun ke bawah rumah bisa dikatakan ketika orang berada di rumah
berkolong karena kalimat itu berarti ‘saya turun ke kolong rumah’ tetapi Saya turun ke
rumah (sebelumnya mungkin saya berada di menara atau di bangunan yang lebih tinggi
daripada rumah). Pada kalimat Saya naik ke kereta,dapat dipastikan bahwa (‘saya berada
di dalam gerbong kereta’) tetapi Saya naik ke atas kereta (bisa jadi ‘saya berada di atap
kereta’).
g. Panaskan adonan ini dalam oven dengan suhu 220 Volt.
Yang salah pada kalimat ini ialah penulisan kata Volt, yang seharusnya dituliskan
dengan huruf awal kecil karena tidak digunakan sebagai nama diri orang, tetapi sebagai
nama jenis ukuran, seperti liter, meter, ohm, ampere, dan kilogram. Memang, Volt adala
nama diri orang yang menemukan ukuran satuan potensial listrik yang dibutuhkan untuk
mengalirkan satu ampere arus listrik. Tulisan 220 Volt berarti ‘220 orang bernama Volt’.
Jadi kalimat itu dapat diperbaiki menjadi
g. Panaskan adonan ini dalam oven dengan suhu 220 volt.
14. 14
h. 1) Saya tidak masuk kuliah, karena sakit.
2) Saya membeli kertas, tinta dan pensil.
Pemakaian tanda koma sebelum keterangan karena sakit pada kalimat (h1) itu
salah karena predikat yang langsung diikuti keterangan seperti itu tidak boleh diantarai
oleh tanda koma. Setiap perincian yang lebih dari dua seperti pada contoh (h2) harus
didahului oleh tanda koma. Jadi perbaikan kalimat itu seperti berikut.
h. 1) Saya tidak masuk kuliah karena sakit.
2) Saya membeli kertas, tinta, dan pensil.
Betapa pentingnya tanda koma sebelum perincian terakhir pada kalimat di atas.
Bandingkan kalimat berikut ini.
2) Saya membeli kertas, tinta hitam dan tinta biru dan pensil.
Kalimat berikut ini lebih mudah dipahami karena mengikuti kaidah pemakaian
tanda koma.
2) Saya membeli kertas, tinta hitam dan tinta biru, dan pensil.
Dengan kata lain, kesulitan pemahaman bbisa terjadi jika komponen sebelum
perincian terakhir itu terdiri atas lebih dari satu unsur, seperti tinta hitam dan tinta biru.
i. Pengedar dan atau pemakai narkoba dapat dikenai hukuman berat
Kalimat itu terasa tidak logis karena (pengedar dan pemakai) dan (penngedar
atau pemakai) tidak mungkin terjadi sekaligus. Yang mungkin terjadi ialah (pengedar
dan pemakai) atau (pengedar atau pemakai). Secara sederhana, informasi dari kalimat
yag dituliskan dengan dan/atau itu bisa dipahami seperti berikut.
Pengedar dan pemakai / pengedar atau pemakai
(a + b) atau (a/b)
Kumulatif Atau Alternatif
Jadi yang sebenarnya dipilih adalah kumulatif—(hasil menjumlah)—ataukah
alternatif (hasil memiliih). Pernyataan itu dapat dituliskan dalam kalimat yang panjang
berikut ini.
(Pendengar dan pemakai) atau (Pendengar atau pemakai) narkoba dapat dikenai
hukuman yang berat.
Kalimat yang panjang itu dapat disederhanakan menjadi
15. 15
i. Pengedar dan /atau pemakai narkoba dapat dikenai hukuman berat
j. Banjir itu menewaskan 1235 orang.
Angka 1235 menunjukan jumlah, bukan menunjukkan urutan. Oleh karena itu,
angka itu harus menggunakan titik penanda batas ribuan. Kalimat perbaikannya dapat
dituliskan menjadi
j. Banjir itu menewaskan 1.235 orang.
Tulisan angka itu berbeda dari tulisan angka yang menunjukan urutan, seperti
Ia menandai pohon yang ke-1235.
Lalu bagaimana dengan penulisan nomor telepon?
Nomor telepon tidak menunjukan jumlah, tetapi menunjukan urutan, seperti
nomor 653426. Perhatikan bahwa angka itu dibaca [enam lima tiga empat dua enam],
bukan dibaca [enam ratus lima puluh tiga ribu empat ratus dua puluh enam].
k. Saya membaca buku “Ya Allah Semoga Dia Jodohku” karya
Izdihar Qolbuny.
Menurut kaidah ejaan, judul buku dituliskan dengan huruf miring, bukan diapit
oleh tanda kutip ganda karena tanda kutip ganda dipakai untuk menandai artikel. Jadi,
kalimat perbaikannya seperti berikut.
k. Saya membaca buku Ya Allah Semoga Dia Jodohku karya Izdihar
Qolbuny.
l. Mahasiswa semester 7 lahir tahun 1996an.
Yang salah pada kalimat di atas ialah penulisan 1996an. Seharusnya di antara
angka 1996 dan akhiran –an diberi tanda hubung sehingga bentuknya menjadi tahun
1996-an. Walaupun sudah diperbiaki, tulisan itu tidak masuk akal karena tahun 1996
16. 16
merupakan angka tahun yang pasti. Oleh karena itu, gunakan angka tahun yang pasti dan
tidak diperlukan akhiran –an. Jadi, tuliskan tahun 1996.
Jika penulis ragu mengenia tahun berapa tepatnya tahun yang dimaksud, gunakan
angka tahun yang tidak pasti, misalnya tahun 1990-an. Artinya, rentang waktunya antara
tahun 1990 dan 1999 atau dari tahun 1990 s.d. tahun 1999. Jadi, kalimat itu seharusnya.
l. a. Mahasiswa semester 7 lahir tahun 1996.
b. Mahasiswa semester 7 lahir tahun 1990-an.
Di dalam Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakana, pemakaian tanda hubung
lainnya terliat pada contoh berikut:
a. di-PHK (penghubung huruf kecil dan huruf kapital),
b. di-cancel (penghubung awalan Indonesia dan kata asing),
c. kawan-kawan (kata ulang),
d. kupu-kupu (bentuk ulang), dan
e. semangka tanpa-biji (penghubung kesatuan makna)
Perhatikan contoh penulisan perincian berikut.
m. Anggota tim diberhentikan karena
a. atas permintaan sendiri,
b. menjadi terdakwa dalam perkara pidana,
c. tidak mememnuhi kewajiban sebagaimana ketetapan Pasal 5.
Contoh di atas seharusnya jelas apakah anggota tim akan diberhentikan manakala
semua syarat ataukah salah satu syarat itu terpenuhi.untuk itu, perincian itu seharusnya
dituliskan seperti berikut.
m. Anggota tim diberhentikan karena
a. atas permintaan sendiri,
b. menjadi terdakwa dalam perkara pidana, dan
c. tidak mememnuhi kewajiban sebagaimana ketetapan Pasal 5.
17. 17
Contoh di atas menegaskan bahwa anggota tim diberhentikan manakala semua syarat a,
b, dan c terpenuhi. Jika anggota tim diberhentikan manakala dalah satu saja di antara
ketiga syarat itu terpenuhi, penulisan perincian itu seperti berikut.
m. Anggota tim diberhentikan karena
a. atas permintaan sendiri,
b. menjadi terdakwa dalam perkara pidana, atau
c. tidak mememnuhi kewajiban sebagaimana ketetapan Pasal 5.
Perincian itu sebenarnya terdiri atas tiga kalimat yang distukan. Kalimat asalnya
seperti berikut.
a. Anggota tim diberhentikan karena permintaan sendiri.
b. Anggota tim diberhentikan karena menjadi terdakwa dalam perkara pidana.
c. Anggota tim diberhentikan karena tidak mememnuhi kewajiban sebagaimana
ketetapan Pasal 5.
n. Mahasiswa yang masih aktip dapat melihat statusnya pada sistim
online agar lebih effisien.
Kalimat di atas salah dalam menuliskan kata aktip,sistim, dan effisien. Yang benar
ialah aktif (dari: active), sistem (dari: system) dan efisien (dari: efficient). Jadi kalimat itu
seharusnya.
n. Mahasiswa yang masih aktif dapat melihat statusnya pada sistem online
agar lebih efisien.
o. kerjasama, tandatangan, terimakasih, tatakrama, memberitahu,
pertanggung jawaban, diantara
Seharusnya kata-kata itu dituliskan dengan ejaan yang benar, yaitu kerja sama, tanda
tangan, terima kasih, tata krama, memberitahu, pertanggungjawaban, dan di antara
karena masing-maasing bukan merupakan sebuah kata, melainkan gabungan kat itu
terdiri atas dua buah kata.
18. 18
Kata pertanggungjawwaban berasal dari dua buah kata, yaitu kata tanggung dan
jawab, lalu mendapat awalan-akhiran per-….-an. Pembentukannya:
a. Tanggung + jaawab tanggung jawab
b. Per-+(tanggung jawab)+-an pertanggungjawaban.
Di antara memrupakan frasa preposisional, yang harus dituliskan terpisah karena di
berupa preposisi, antara yang termasuk kata benta tempatan (locative noun), yang
berbeda dari kata kerja diantarai, yang harus dituliskan serangkai. Diantarai dapat
diantonimkan dengan mengantarai ‘memberi antara pada’, ‘menjadi antara bagi’, atau
‘menjadi antara untu’.
Perbaikan kata-kata itu seperti berikut.
o. kerja sama, tanda tangan, terima kasih, tata krama, memberitahu,
pertanggungjawaban, di antara.
Berikut ini contoh kesalahan penulisan yang amat lazim terjadi.
p. hakekat, nasehat, dan jadual
Kata-kata hakekat,nasehat,dan jadual diserap dari bahasa Arab. Bahasa itu hanya
memiliki tiga buah fonem vokal, yaitu /a/, /i/, /u/ dan tiga buah fonem vokal panjang,
yaitu /a:/, /i:/, dan /u:/. Bahasa Arab tidak memiliki fonem vokal /é/, seperti pada kata
ekor [ékor] leher [léhér], dan bengkel [beŋkél] ataupun fonem / ə /, seperti empat [əmpat]
dan pergi [pərgi]. Jadi tulisan yang betul ialah nasihat dan hakekat, kata itu harus
berkaitan dengan *hakeki, padahal hakeki tidak pernah ada.
Kata jadwal berasal dari jadwalun. Tidak ada alas an untuk mengubahnya menjadi
jadual karena tidak ada kaidah yang membolehkan waw menjadi ua.
BAB IV
19. 19
PENUTUP
Simpulan
Kesalahan berbahasa terjadi secara sistematis kerena belum dikuasainya sistem
kaidah bahasa yang bersangkutan. Kesalahan ejaan umumnya mencakup kesalahan tanda
baca, kesalahan penggunaan kata baku, dan kesalahan prefiks. Sedangkan kesalahan
kalimat mencakup kesalahan struktur dan kesalahan prinsip pemilihan kata.
Kesalahan-kesalahan akan terlihat jelas apabila kita menganalisis dan
mengembalikannya atau mengacu pada sistem kaidah yang berlaku. Berbahasa tidak
hanya terhenti pada aspek makna (pokoknya dimengerti). Namun, sebagai bahasa ilmu,
aspek gramatikal merupakan suatu hal yang tidak boleh dikesampingkan. Jadi, setiap
kalimat yang dibangun harus memenuhi syarat gramatikal. Perlu adanya peningkatan
pemahaman penulisan yang sesuai dengan kaidah EYD. Tujuannya agar terciptanya
ragam kebahasaan yang efektif, mudah dipahami, dan benar dilihat dari struktur serta
ejaannya.
DAFTAR PUSTAKA
20. 20
Matanggui, Junaiyah H. dan E. Zainal Arifin. 2014. Analisis Kesalahan Berbahasa
Indonesia. Tanggerang: Pustaka Mandiri.
Fitri, Rahma dan Tim Ilmu Educenter. 2017. Buku Pembahassan Terlengkap PUEBI &
Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Serambi Semesta Distribusi.