SlideShare a Scribd company logo
Peningkatan Kualitas Pendidikan
Keberhasilan Indonesia
Lebih dari tiga dekade Indonesia telah meningkatkan angka partisipasi sekolah
dengan baik. Pada tahun 2002, angka partisipasi kasar untuk sekolah dasar
melebihi 100 persen, meningkat dari 80 persen di tahun 1970, dan angka
partisipasi murni sekolah dasar saat ini mencapai 93 persen. Partisipasi
sekolah pada jenjang sekolah menengah pertama juga menunjukkan
peningkatan yang mengesankan. Angka partisipasi murni meningkat dari
hanya 18 persen pada tahun 1970 menjadi 80 persen pada tahun 2002. Indonesia juga telah cukup berhasil dalam mengurangi ketimpangan angka
partisipasi antara laki-laki dengan perempuan. Angka partisipasi, terutama
pada jenjang pendidikan dasar, dapat disejajarkan dengan negara-negara di
Asia timur lain yang mempunyai tingkat pendapatan perkapita yang lebih
tinggi (gambar 1). Meski demikian, Indonesia harus memberikan perhatian
khusus akan dampak buruk krisis keuangan pada akhir periode 1990-an yang
telah merusak catatan pendidikan yang mengesankan ini. Angka partisipasi
sempat menurun ketika krisis, namun segera meningkat karena disebabkan
salah satunya oleh pengenalan program beasiswa dan dana untuk sekolah
yang dimaksudkan untuk menjamin setiap anak bisa bersekolah.

Ketimpangan dalam penyediaan Jasa
Pendidikan
Disamping berbagai kesuksesan tersebut, masih banyak
pekerjaan rumah yang
belum terselesaikan.
1.

Tidak semua anak
bersekolah. Indonesia masih belum
mampu memenuhi
program wajib belajar
9 tahun bagi semua
anak. Saat ini masih
terdapat sekitar 20
persen anak usia sekolah menengah pertama yang masih belum
bersekolah.
Perbedaan partisipasi antar daerah yang cukup besar. Pada tahun 2002,
sebagai contoh, angka partisipasi murni pada jenjang sekolah dasar berkisar
antara 83,5 persen di propinsi Gorontalo dan 94,4 persen di Sumatera
Utara. Pada jenjang sekolah menengah pertama, angka partisipasi murni
berkisar antara 40,9 persen di Nusa Tenggara Timur dan 77,2 persen di
Jakarta dan pada jenjang sekolah menengah atas berkisar antara 24,5 persen
di Nusa Tenggara Timur dan 58,4 persen di Yogyakarta.

2.

Anak dari kelompok miskin keluar dari sekolah lebih dini. Pada
tahun 2002 angka partisipasi sekolah menengah pertama dari kelompok
penduduk seperlima terkaya, lebih tinggi 69 persen dibandingkan dengan
angka partisipasi dari kelompok seperlima termiskin. Sementara pada
jenjang sekolah menengah atas, angka partisipasi murni dari kelompok
seperlima terkaya mencapai tiga setengah kali lebih tinggi dibandingkan
dengan angka partisipasi murni kelompok termiskin. Walaupun hampir
semua anak dari berbagai kelompok pendapatan bersekolah di kelas satu
sekolah dasar, anak dari kelompok pendapatan termiskin cenderung
menurun partisipasinya setelah mencapai kelas enam.
Indonesia Policy Briefs - Ide-Ide Program 100 Hari

3.

Kualitas sekolah di Indonesia masih rendah dan cenderung
memburuk. Selama ini ekspansi sekolah tidak menghasilkan lulusan
dengan pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk
membangun masyarakat yang kokoh dan ekonomi yang kompetitif di
masa depan. Bukti ini ditunjukkan dengan rendahnya kemampuan
murid tingkat 8 (SMP kelas 2) dibandingkan dengan negara tetangga
Asia pada ujian-ujian internasional di tahun 2001 (lihat tabel 1). Telihat
cukup jelas bahwa ekspansi partisipasi sekolah di Indonesia tidak
diikuti dengan peningkatan kualitas.

4.

Persiapan dan kehadiran tenaga pengajar yang masih kurang.
Berbeda dengan kebanyakan negara, Indonesia memperbolehkan
semua lulusan institusi pendidikan keguruan menjadi tenaga pengajar,
tanpa perlu melewati ujian dalam hal kesiapan untuk memberikan
ilmu pengetahuan dan keahlian mereka pada kondisi sekolah yang
beragam. Pada waktu yang sama terdapat kesulitan untuk
memberhentikan tenaga pengajar yang tidak mampu mengajar. Lebih
jauh, berdasarkan survei yang dilakukan untuk Laporan Pembangunan
Dunia 2004, 20 persen tenaga pengajar Indonesia tidak masuk sekolah
pada saat pengecekan di sekolah-sekolah yang terpilih secara random.
Ini berarti 20 persen dari dana yang digunakan untuk membiayai tenaga
pengajar tidak memberikan manfaat secara langsung kepada murid,
karena ternyata tenaga pengajar tersebut tidak berada di kelas.

5.

Pemeliharaan sekolah-sekolah tidak dilakukan secara berkala.
Berdasarkan data survei sekolah dari Departemen Pendidikan Nasional,
satu dari enam sekolah di Jawa Tengah berada dalam kondisi yang
buruk, sementara itu sedikitnya satu dari dua sekolah di Nusa Tenggara
Timur juga berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Murid-murid
berada di ruang kelas tanpa peralatan belajar yang memadai, seperti
buku pelajaran, papan tulis, alat tulis, dan tenaga pengajar yang
menguasai materi pelajaran sesuai kurikulum.

Menyelesaikan Berbagai Masalah
Pendidikan Merupakan Kunci Pertumbuhan
dan Pembangunan
Kemampuan Indonesia untuk bersaing di pasar global, penggunaan teknologi
yang dapat meningkatkan pendapatan dan produktivitas, serta daya tarik
Indonesia bagi kalangan investor, dibentuk melalui keberadaan sumber daya
manusia. Indonesia harus mengejar ketertinggalannya dalam standar

pendidikan dengan negara tetangga. Bahkan, survei yang dilakukan pada
perusahaan-perusahaan Jepang yang beroperasi di negara-negara Asia di
tahun 2003 mengungkapkan bahwa rendahnya kualitas sumber daya manusia
dan tidak memadainya pasokan keahlian manajemen di Indonesia
menyebabkan rendahnya minat investor terhadap Indonesia. Hal ini harus
menjadi perhatian serius bagi Indonesia ketika pesaing regional terus
menerus meningkatkan kualitas pendidikan mereka. (Boks)

Agenda Reformasi
Sejumlah isu yang dipaparkan diatas menunjukkan perlunya suatu agenda
reformasi yang didorong oleh keinginan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dasar di Indonesia. Agenda ini harus didasari pada peningkatan
kapasitas manajemen dan akuntabilitas disetiap tingkat pemerintahan,
pemberdayaan sekolah dalam membuat perencanaan dan melaksanakan
strategi mereka sendiri untuk meningkatkan kualitas pendidikan, mengurangi
ketimpangan sumber daya fiskal daerah dalam pendidikan, menciptakan
mekanisme pertukaran dan penggunaan informasi dalam suatu sistem yang
menyeluruh, membangun kemampuan pengajaran yang lebih baik dan
memperjelas kembali struktur kelembagaan pusat untuk menyesuaikan
amanat baru dari rakyat. Sekarang merupakan waktu yang tepat untuk
melaksanakan agenda perubahan ini dengan segara: dimana pemerintahan
baru berada dibawah kepemimpinan baru telah memperoleh mandat amat
besar dari rakyat Indonesia.
I.

BERINVESTASI PADA KAPASITAS

Pelaksanaan fungsi dan peran baru bidang pendidikan, sebagaimana yang
tercantum dalam Undang-Undang Pendidikan 20/2003 membutuhkan lebih
banyak pengalaman teknis dan manajerial di setiap level pemerintahan.
Pembangunan kapasitas dapat dimulai dengan mendefinisikan standar kinerja
dan menciptakan ukuran-ukuran untuk berbagai fungsi pengajaran di setiap
level pemerintahan, mempersiapkan catatan mengenai standar dan
kompetensi dasar, serta mengaudit kemampuan yang ada saat ini berdasarkan
ukuran kompetensi yang dibutuhkan, dimana catatan tersebut dibuat lebih
sederhana dan mudah untuk diukur. Keahlian yang dibutuhkan untuk
melakukan fungsi ini meliputi keahlian dalam perencanaan keuangan dan
anggaran, manajemen personalia, pengumpulan informasi serta komunikasi.
Peningkatan Kualitas Pendidikan

Peningkatan keahlian dapat dilakukan tidak hanya melalui pelatihan formal
melainkan juga melalui kerja nyata dengan memberikan tugas langsung dalam
situasi kerja yang memungkinkan. Untuk mendorong manajemen yang lebih
baik pada tingkat pemerintahan daerah, pemerintah pusat dapat melakukan
berbagai cara di bawah ini.
1.

Mengumumkan anggaran daerah lebih awal. Keterbukaan mengenai
jumlah dana dan bantuan lainnya yang akan diterima oleh pemerintahan
daerah sebelum mulainya tahun ajaran sekolah akan memberikan
mereka cukup waktu untuk merencanakan anggaran yang lebih baik
serta memobilisasi sumber daya yang lain seandainya dibutuhkan.

2.

Mengurangi ketimpangan dalam pendanaan. Pengeluaran
pemerintahan daerah saat ini mencapai sekitar dua pertiga dari total
pengeluaran pendidikan. Secara keseluruhan dana yang tersedia
sebetulnya mencukupi, dimana pengeluaran pemerintahan pusat
ditambah dengan pegeluaran pemerintahan daerah mencapai hampir
3 persen GDP. Akan tetapi ada sejumlah kabupaten yang tidak memiliki
sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pendidikan
mereka, hal ini berdampak pada timpangnya pengeluaran pendidikan
per murid (Tabel 2). Pemerintah harus dapat menentukan kabupaten
yang benar-benar membutuhkan dana tersebut, kemudian
mengimplementasikan program pendanaan melalui mekanisme DAK,
untuk dapat memberikan pelayanan yang spesifik dan bersifat lokal.

1.

Persiapkan tenaga pengajar yang lebih baik dalam mengelola
sekolah. Bangun dan kembangkan program pelatihan yang efektif
dalam perencanaan dan pembuatan anggaran, pengelolaan keuangan,
membuat suatu penilaian dan strategi komunikasi bagi kepala sekolah
dan anggota komite sekolah. Bentuk program alternatif yang akan
diberikan amat dibutuhkan mengingat adanya perbedaan kondisi
pendidikan di beberapa daerah di Indonesia.

2.

Mendesain dan mengimplementasikan dana hibah untuk sekolah
yang berasal dari anggaran pemerintah daerah. Sejumlah hibah
harus dapat menutupi biaya operasional yang mendasar selain juga
dapat menutupi biaya pemeliharaan fasilitas yang mencukupi untuk
memenuhi standar kualitas minimum. Hibah ini dapat menggunakan
mekanisme alokasi kepada sekolah berdasarkan suatu formula yang
bersifat terikat penggunaanya, mudah untuk diimplementasikan dan
terdapat sejumlah kriteria yang mudah untuk diukur. Untuk
memfasilitasi manajemen sekolah yang mandiri, bentuk bantuan mesti
berbentuk aliran dana ketimbang bentuk lainnya. Tambahan dana diluar
dana operasional dapat diperoleh melalui mekanisme hibah yang
berdasarkan pengajuan proposal. Dana tambahan ini dapat
dipergunakan untuk menutupi sejumlah biaya program-program
khusus, seperti biaya pengembangan staf dan lebih penting lagi biaya
untuk investasi modal fisik, seperti pembangunan kelas baru atau
laboratorium, serta untuk inovasi dan penelitian.

3.

Menciptakan hibah pendidikan yang pro-orang miskin untuk
proyek-proyek yang didasarkan atas insiatif sekolah dan
masyarakat. Beberapa hibah dapat merangsang munculnya inovasi
serta percobaan dalam mencari sistem pendidikan yang baik, terutama
dengan maksud untuk mengurangi ketimpangan yang terjadi di daerah
miskin. Bantuan khusus amat dibutuhkan bagi sekolah-sekolah dengan
kualitas yang masih dibawah standar minimal.

4.

Mengelola uang sekolah. Di masa yang akan datang, kabupaten beserta
dengan masyarakatnya dapat memobilisasi lebih banyak sumber daya yang
mereka miliki sebagai tambahan dana hibah dari pemerintahan pusat.
Undang-Undang Pendidikan 20/2003 dengan amat jelas menyatakan hal
ini. Bahkan selama tiga tahun terakhir uang sekolah telah meningkat lebih
cepat ketimbang peningkatan harga-harga secara umum. Ketika uang
sekolah tersebut berperan penting dalam peningkatan mutu pendidikan,
juga menjadi penting untuk menciptakan suatu mekanisme yang
transparan dalam pengelolaan keuangan tersebut serta menjamin bahwa
uang sekolah tersebut tidak membebani orang miskin. Di daerah miskin
hibah dana sekolah berfungsi sebagai alat untuk mengurangi pengeluaran
pendidikan yang berasal dari uang pribadi.

Memberikan dana alokasi khusus pendidikan kepada pemerintahan
daerah. Pemerintah pusat harus memberikan lebih banyak sumber daya
untuk bidang pendidikan kepada pemerintah daerah melalui dana alokasi
khusus ketimbang melalui proyek-proyek; tentu saja dengan disertai
pengawasan dan mekanisme akuntabilitas yang tepat. Mendiknas saat ini
membawahi sekitar 400 proyek, yang merupakan bagian terbesar dari
alokasi APBN untuk pendidikan dan masih mengontrol aliran modal serta
investasi dalam peningkatan kualitas pendidikan tanpa campur tangan
pemerintahan daerah sama sekali. Semakin besar alokasi sumber daya
yang diberikan melalui mekanisme DAK, hal ini akan memperbesar
pembangunan kapasitas dan kemampuan manajemen pemerintahan
daerah. Mendiknas dapat mendanai hibah DAK dari bagian yang selama
ini merupakan dana DIP. Hal ini merupakan bagian dari pelaksanaan
perundang-undangan desentralisasi yang baru sekaligus bagian dari
kebijakan pemerintahan secara keseluruhan.

3.

mekanisme otoritas yang diberikan kepada mereka (Tabel 3). Peningkatan
manajemen berbasis sekolah dapat ditempuh dengan cara:

II.

TERAPKAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH SEBAGAI LANDASAN DARI REFORMASI

Undang-undang pendidikan 20/2003 telah memberikan tanggung jawab lebih
besar dan otoritas langsung kepada sekolah. Dengan begitu diharapkan
sekolah serta masyarakat dapat ikut berkontribusi dalam peningkatan mutu
pendidikan dasar secara signifikan. Meski demikian terdapat keragaman yang
besar dalam kemampuan sekolah di setiap daerah untuk melaksanakan
otoritas yang telah diberikan tersebut. Seandainya kondisi sekolah di Bali
mencerminkan keadaan yang terjadi di daerah-daerah lainnya, maka komite
sekolah masih belum sepenuhnya menggunakan dan memanfaatkan
Indonesia Policy Briefs - Ide-Ide Program 100 Hari

III. MEMBANGUN JAMINAN KUALITAS DAN SISTEM PENGAWASAN SECARA NASIONAL

1.

Memperkenalkan sistem akreditasi yang transparan. Sistem
akreditasi ini harus mencakup program pelatihan sebelum mengajar
selama dua tahun ke depan. Seluruh proses akreditasi tersebut
diselesaikan dalam waktu 4 tahun ke depan. Berbagai program pelatihan
tersebut juga diharuskan untuk mendapatkan akreditasi ulang setiap
lima tahun sekali. Kemudian publikasikan secara lebih luas hasil dari
proses akreditasi tersebut, termasuk hasil dari akreditasi ulang. Untuk
mendukung sistem akreditasi ini, dorong pihak pemerintahan daerah
serta pihak sekolah untuk mempekerjakan tenaga pengajar yang hanya
berasal dari program yang telah terakreditasi.

2.

Tempatkan dan promosikan guru berdasarkan kualitas. Hentikan
praktek pembelian posisi guru dan gantikan dengan menciptakan suatu
ujian praktek dan proses sertifikasi untuk para guru di tingkat nasional,
kemudian kemukakan secara terbuka proses pendaftaran serta
seleksinya. Publikasikan hasil ujian praktek guru tersebut kepada media massa. Para guru juga dituntut untuk selalu memperbarui sertifikat
mereka secara periodik dalam rangka promosi jabatan.

3.

Memulai program pengembangan untuk seluruh jenjang karir bagi
guru dan kepala sekolah. Program tersebut harus meliputi persiapan
pra-mengajar, kemudian penempatan mengajar dan terakhir
pengembangan profesi yang berkelanjutan.

V.

RESTRUKTURISASI PERAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN

Sistem pelaporan informasi pendidikan dengan cara lama yang sentralistis
telah berakhir. Dalam dua tahun kedepan, sistem tersebut harus digantikan
dengan mekanisme yang lebih ditentukan oleh kebutuhan akan informasi
dan kemampuan daerah, sistem itu juga harus dapat melayani kebutuhan
manajemen di setiap jenjang pendidikan. Sistem tersebut juga harus lebih
menekankan standar kecakapan dan akuntabilitas.
Pada tingkat nasional, informasi mengenai pendidikan dapat memberikan
gambaran akan dampak dari program dan alokasi sumber daya. Informasi
tersebut juga membantu untuk mendefiniskan wilayah atau populasi yang
membutuhkan perhatian khusus, yang pada akhirnya berdampak pada
peningkatan mutu pembuatan kebijakan.
Pada tingkat lokal, informasi ini dapat digunakan sebagai alat untuk
melakukan evaluasi dan pengawasan. Sistem informasi juga dapat menjadi
alat diagnostik untuk mendapatkan gambaran tantangan yang dihadapi oleh
masyarakat maupun sekolah, serta untuk mengidentifikasikan kekuatan
maupun kelemahan dari sistem pengajaran yang berbeda-beda.
Pada tingkat sekolah, informasi pendidikan merupakan alat untuk
mengevaluasi performa murid dalam mata pelajaran tertentu, dan informasi
ini juga berperan sebagai alat komunikasi mengenai kebutuhan serta
keberhasilan yang telah dicapai oleh sekolah kepada orang tua maupun
kepada komunitas sekolah pada umumnya.
•

IV.

Meningkatkan insentif untuk jaminan kualitas, pengawasan serta
penyebaran informasi pendidikan. Kerjasama disetiap jenjang
pemerintahan dan sekolah dapat difasilitasi melalui penggunaan insentif
keuangan, serta melalui kebanggaan profesi akan kepemilikan sistem
informasi bersama, dan juga dengan memberikan kesempatan untuk
belajar dari kabupaten yang telah sukses dalam membangun sistem
pendidikan yang baik.
MENINGKATKAN KUALITAS PENGAJARAN MELALUI REFORMASI JENJANG KARIR GURU

Tenaga pengajar merupakan media utama dimana melalui mereka muridmurid belajar dan alokasi dana untuk gaji guru memakan sebagian besar
anggaran publik. Penggunaan dana tersebut secara lebih tepat, tidak saja
berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan, namun juga dapat
memenuhi pembiyaan peralatan belajar penting lainnya, seperti untuk
penyediaan buku sekolah bagi murid-murid dan pengembangan profesi bagi
para guru. Para tenaga pengajar di Indonesia sepakat mengenai perlunya
kebutuhan untuk mereformasi profesi guru. Namun reformasi ini harus
menyentuh seluruh tahapan karir para guru, mulai pelatihan pra-mengajar
hingga penempatan, serta meliputi juga promosi dan pengembangan karir.

Sebagai bagian dari pergantian pemerintahan, departemen pendidikan
dituntut untuk melakukan restrukturisasi dan transformasi di masa yang akan
datang. Tugas utama kementrian pendidikan di era desentralisasi bukan lagi
memberikan pelayanan pendidikan secara langsung.
Restrukturisasi departemen pendidikan untuk mencerminkan
perannya yang baru di era desentralisasi. Tugas kementrian harus meliputi
pembuatan kebijakan, mengatur standar pendidikan, mengukur performa,
pemberdayaan unit-unit pendidikan yang telah didesentralisasi untuk
mencapai standar kualitas, merangsang inovasi serta memperluas
pembelajaran melalui eksperimen, dan memberikan perhatian besar pada
ketimpangan pendidikan diantara daerah yang kaya dengan miskin serta fokus
pada ketidakmampuan daerah miskin untuk menyediakan pendidikan
dengan kualitas yang mencukupi. Lembaga yang sentralistis serta birokrasi
yang besar sudah tidak dibutuhkan lagi untuk menyelesaikan tantangan yang
dihadapi oleh Indonesia saat ini. Pada kenyataannya, hal itu malah akan
menghambat pembangunan.

Indonesia policy Briefs | Ide-Ide Program 100 Hari
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kemiskinan
Menciptakan Lapangan Kerja
Iklim Penanaman Modal
Memulihkan Daya Saing
Infrastruktur
Korupsi

7.
8.
9.
10.
11.
12.

Reformasi Sektor Hukum
Desentralisasi
Sektor Keuangan
Kredit Untuk Penduduk Miskin
Pendidikan
Kesehatan

DAFTAR ISI
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Pangan Untuk Indonesia
Mengelola Lingkungan Hidup
Kehutanan
Pengembangan UKM
Pertambangan
Reformasi di Bidang Kepegawaian
Negeri

More Related Content

What's hot

What's hot (13)

Makalah anggaran pendidikan
Makalah anggaran pendidikanMakalah anggaran pendidikan
Makalah anggaran pendidikan
 
Pedoman bidikmisi 2017
Pedoman bidikmisi 2017Pedoman bidikmisi 2017
Pedoman bidikmisi 2017
 
Perutusan PPJ Awal Tahun 2013
Perutusan PPJ Awal Tahun 2013Perutusan PPJ Awal Tahun 2013
Perutusan PPJ Awal Tahun 2013
 
Pendidikan
PendidikanPendidikan
Pendidikan
 
Peningkatan mutu pendidikan
Peningkatan mutu pendidikanPeningkatan mutu pendidikan
Peningkatan mutu pendidikan
 
Makalah landasan
Makalah landasanMakalah landasan
Makalah landasan
 
Managemen Dinas Pendidikan
Managemen Dinas PendidikanManagemen Dinas Pendidikan
Managemen Dinas Pendidikan
 
Pendidikan terbaik melahirkan generasi terbaik
Pendidikan terbaik melahirkan generasi terbaikPendidikan terbaik melahirkan generasi terbaik
Pendidikan terbaik melahirkan generasi terbaik
 
Isu pendidikan
Isu pendidikanIsu pendidikan
Isu pendidikan
 
Isu isu-pendidikan-di-malaysia
Isu isu-pendidikan-di-malaysiaIsu isu-pendidikan-di-malaysia
Isu isu-pendidikan-di-malaysia
 
Makalah masalah pendidikan
Makalah masalah pendidikanMakalah masalah pendidikan
Makalah masalah pendidikan
 
Isu
IsuIsu
Isu
 
Makalah pendidikan di indonesia2
Makalah pendidikan di indonesia2Makalah pendidikan di indonesia2
Makalah pendidikan di indonesia2
 

Viewers also liked

Trienio ed.común 11.12.13 14corregida
Trienio ed.común 11.12.13 14corregidaTrienio ed.común 11.12.13 14corregida
Trienio ed.común 11.12.13 14corregidaAndrea Maneiro
 
The reason about the presentation to the following two important ex...
The reason     about  the  presentation  to  the  following two important  ex...The reason     about  the  presentation  to  the  following two important  ex...
The reason about the presentation to the following two important ex...Deepak Somaji Sawant
 
ข้อสอบ O-net 50
ข้อสอบ O-net 50ข้อสอบ O-net 50
ข้อสอบ O-net 50Supaluck
 
Delibera n. 11 2014 reggio calabria piano di riequilibrio
Delibera  n. 11 2014 reggio calabria piano di riequilibrioDelibera  n. 11 2014 reggio calabria piano di riequilibrio
Delibera n. 11 2014 reggio calabria piano di riequilibrioLuigi Palamara
 
Литературный февраль 2014 года
Литературный февраль 2014 годаЛитературный февраль 2014 года
Литературный февраль 2014 годаOlga Golubeva
 
RST2014_Voronezh_ForeverFilter
 RST2014_Voronezh_ForeverFilter RST2014_Voronezh_ForeverFilter
RST2014_Voronezh_ForeverFilterRussianStartupTour
 
International Journal of Engineering Research and Development
International Journal of Engineering Research and DevelopmentInternational Journal of Engineering Research and Development
International Journal of Engineering Research and DevelopmentIJERD Editor
 
Talleres de sociologia
Talleres de sociologiaTalleres de sociologia
Talleres de sociologiamaribel1995
 
Обновленный маркетинг-план 2014 - план развития и успеха с Farmasi
Обновленный маркетинг-план 2014 - план развития и успеха с FarmasiОбновленный маркетинг-план 2014 - план развития и успеха с Farmasi
Обновленный маркетинг-план 2014 - план развития и успеха с FarmasiYury Buhalov
 
Nelson Mandela. CEIP A Solaina
 Nelson Mandela. CEIP A Solaina Nelson Mandela. CEIP A Solaina
Nelson Mandela. CEIP A SolainaA Solaina
 
1st day the regents intro
1st day the regents intro1st day the regents intro
1st day the regents introRMichaelH
 
сходинки до фінансової цілі
сходинки до фінансової цілісходинки до фінансової цілі
сходинки до фінансової ціліJulia Chernienko
 
International Journal of Engineering Research and Development
International Journal of Engineering Research and DevelopmentInternational Journal of Engineering Research and Development
International Journal of Engineering Research and DevelopmentIJERD Editor
 
•Red Wing Ignite: The Power of Gigabit Broadband, Neela Mollgaard, Red Wing I...
•Red Wing Ignite: The Power of Gigabit Broadband, Neela Mollgaard, Red Wing I...•Red Wing Ignite: The Power of Gigabit Broadband, Neela Mollgaard, Red Wing I...
•Red Wing Ignite: The Power of Gigabit Broadband, Neela Mollgaard, Red Wing I...Ann Treacy
 
8. SINIF YAPIM KUSAGI 12.hafta
8. SINIF YAPIM KUSAGI 12.hafta8. SINIF YAPIM KUSAGI 12.hafta
8. SINIF YAPIM KUSAGI 12.haftaosman keskin
 

Viewers also liked (20)

Trienio ed.común 11.12.13 14corregida
Trienio ed.común 11.12.13 14corregidaTrienio ed.común 11.12.13 14corregida
Trienio ed.común 11.12.13 14corregida
 
The reason about the presentation to the following two important ex...
The reason     about  the  presentation  to  the  following two important  ex...The reason     about  the  presentation  to  the  following two important  ex...
The reason about the presentation to the following two important ex...
 
ข้อสอบ O-net 50
ข้อสอบ O-net 50ข้อสอบ O-net 50
ข้อสอบ O-net 50
 
Delibera n. 11 2014 reggio calabria piano di riequilibrio
Delibera  n. 11 2014 reggio calabria piano di riequilibrioDelibera  n. 11 2014 reggio calabria piano di riequilibrio
Delibera n. 11 2014 reggio calabria piano di riequilibrio
 
Cerpen, b.indo
Cerpen, b.indoCerpen, b.indo
Cerpen, b.indo
 
Литературный февраль 2014 года
Литературный февраль 2014 годаЛитературный февраль 2014 года
Литературный февраль 2014 года
 
RST2014_Voronezh_ForeverFilter
 RST2014_Voronezh_ForeverFilter RST2014_Voronezh_ForeverFilter
RST2014_Voronezh_ForeverFilter
 
Bpefs 2014-pdfw
Bpefs 2014-pdfwBpefs 2014-pdfw
Bpefs 2014-pdfw
 
International Journal of Engineering Research and Development
International Journal of Engineering Research and DevelopmentInternational Journal of Engineering Research and Development
International Journal of Engineering Research and Development
 
Talleres de sociologia
Talleres de sociologiaTalleres de sociologia
Talleres de sociologia
 
2 feb
2 feb2 feb
2 feb
 
Обновленный маркетинг-план 2014 - план развития и успеха с Farmasi
Обновленный маркетинг-план 2014 - план развития и успеха с FarmasiОбновленный маркетинг-план 2014 - план развития и успеха с Farmasi
Обновленный маркетинг-план 2014 - план развития и успеха с Farmasi
 
Nelson Mandela. CEIP A Solaina
 Nelson Mandela. CEIP A Solaina Nelson Mandela. CEIP A Solaina
Nelson Mandela. CEIP A Solaina
 
1st day the regents intro
1st day the regents intro1st day the regents intro
1st day the regents intro
 
сходинки до фінансової цілі
сходинки до фінансової цілісходинки до фінансової цілі
сходинки до фінансової цілі
 
International Journal of Engineering Research and Development
International Journal of Engineering Research and DevelopmentInternational Journal of Engineering Research and Development
International Journal of Engineering Research and Development
 
•Red Wing Ignite: The Power of Gigabit Broadband, Neela Mollgaard, Red Wing I...
•Red Wing Ignite: The Power of Gigabit Broadband, Neela Mollgaard, Red Wing I...•Red Wing Ignite: The Power of Gigabit Broadband, Neela Mollgaard, Red Wing I...
•Red Wing Ignite: The Power of Gigabit Broadband, Neela Mollgaard, Red Wing I...
 
MY CV.pdf
MY CV.pdfMY CV.pdf
MY CV.pdf
 
Oferta de primavara Util Deco
Oferta de primavara Util DecoOferta de primavara Util Deco
Oferta de primavara Util Deco
 
8. SINIF YAPIM KUSAGI 12.hafta
8. SINIF YAPIM KUSAGI 12.hafta8. SINIF YAPIM KUSAGI 12.hafta
8. SINIF YAPIM KUSAGI 12.hafta
 

Similar to Education Journal

ISU RELEVANSI DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN;DADANG DJOKO KAYANTO
ISU RELEVANSI DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN;DADANG DJOKO KAYANTOISU RELEVANSI DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN;DADANG DJOKO KAYANTO
ISU RELEVANSI DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN;DADANG DJOKO KAYANTODadang DjokoKaryanto
 
Peningkatan kualitas pendidikan pdf
Peningkatan kualitas pendidikan pdfPeningkatan kualitas pendidikan pdf
Peningkatan kualitas pendidikan pdfmaziyatul2
 
TIMSS - Peranan Dalam Menyediakan Pelajar yang Berdaya Saing di Peringkat Global
TIMSS - Peranan Dalam Menyediakan Pelajar yang Berdaya Saing di Peringkat GlobalTIMSS - Peranan Dalam Menyediakan Pelajar yang Berdaya Saing di Peringkat Global
TIMSS - Peranan Dalam Menyediakan Pelajar yang Berdaya Saing di Peringkat GlobalAdilah Yahaya
 
Annual-Report-PINTAR-2021_Bahasa_web (1).pdf
Annual-Report-PINTAR-2021_Bahasa_web (1).pdfAnnual-Report-PINTAR-2021_Bahasa_web (1).pdf
Annual-Report-PINTAR-2021_Bahasa_web (1).pdfFajar Baskoro
 
Kurangnya pemerataan pendidikan di indonesia
Kurangnya pemerataan pendidikan di indonesiaKurangnya pemerataan pendidikan di indonesia
Kurangnya pemerataan pendidikan di indonesiaripto atmaja
 
Makalah Problematika Pendidikan di Indonesia
Makalah Problematika Pendidikan di IndonesiaMakalah Problematika Pendidikan di Indonesia
Makalah Problematika Pendidikan di IndonesiaPPS Universitas Sriwijaya
 
Kurikulum Merdeka Sebagai Solusi Mengatasi Krisis Belajar.pdf
Kurikulum Merdeka Sebagai Solusi Mengatasi Krisis Belajar.pdfKurikulum Merdeka Sebagai Solusi Mengatasi Krisis Belajar.pdf
Kurikulum Merdeka Sebagai Solusi Mengatasi Krisis Belajar.pdfZukét Printing
 
Kurikulum Merdeka Sebagai Solusi Mengatasi Krisis Belajar.docx
Kurikulum Merdeka Sebagai Solusi Mengatasi Krisis Belajar.docxKurikulum Merdeka Sebagai Solusi Mengatasi Krisis Belajar.docx
Kurikulum Merdeka Sebagai Solusi Mengatasi Krisis Belajar.docxZukét Printing
 
TUGASS KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
TUGASS  KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptxTUGASS  KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
TUGASS KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptxManajemenPendidikanI3
 
Meningkatkan daya saing tenaga pendidik
Meningkatkan daya saing tenaga pendidikMeningkatkan daya saing tenaga pendidik
Meningkatkan daya saing tenaga pendidiknitalulu
 
Kondisi pendidikan di Indonesia
Kondisi pendidikan di IndonesiaKondisi pendidikan di Indonesia
Kondisi pendidikan di IndonesiaGlorya Sidabutar
 
Permasalahan pendidikan dan solusinya
Permasalahan pendidikan dan solusinyaPermasalahan pendidikan dan solusinya
Permasalahan pendidikan dan solusinyaSiti Sya'anah
 
Efisiensi pendidikan di indonesia
Efisiensi pendidikan di indonesiaEfisiensi pendidikan di indonesia
Efisiensi pendidikan di indonesiaLastri Cheanagho
 
PPT TUGAS KELOMPOK 5_PERMASALAHAN PENDIDIKAN(1).pptx
PPT TUGAS KELOMPOK 5_PERMASALAHAN PENDIDIKAN(1).pptxPPT TUGAS KELOMPOK 5_PERMASALAHAN PENDIDIKAN(1).pptx
PPT TUGAS KELOMPOK 5_PERMASALAHAN PENDIDIKAN(1).pptxNeirsySumule1
 
Permasalahan kritis pendidikan - Kel 8_20240516_074912_0000.pdf
Permasalahan kritis pendidikan - Kel 8_20240516_074912_0000.pdfPermasalahan kritis pendidikan - Kel 8_20240516_074912_0000.pdf
Permasalahan kritis pendidikan - Kel 8_20240516_074912_0000.pdfArista54
 
Kebijakan pembangunan pendidikan nasional
Kebijakan pembangunan pendidikan nasionalKebijakan pembangunan pendidikan nasional
Kebijakan pembangunan pendidikan nasionalErdiansyahAlzulfa
 

Similar to Education Journal (20)

ISU RELEVANSI DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN;DADANG DJOKO KAYANTO
ISU RELEVANSI DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN;DADANG DJOKO KAYANTOISU RELEVANSI DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN;DADANG DJOKO KAYANTO
ISU RELEVANSI DALAM SOSIOLOGI PENDIDIKAN;DADANG DJOKO KAYANTO
 
Peningkatan kualitas pendidikan pdf
Peningkatan kualitas pendidikan pdfPeningkatan kualitas pendidikan pdf
Peningkatan kualitas pendidikan pdf
 
Makalah anggaran pendidikan
Makalah anggaran pendidikanMakalah anggaran pendidikan
Makalah anggaran pendidikan
 
TIMSS - Peranan Dalam Menyediakan Pelajar yang Berdaya Saing di Peringkat Global
TIMSS - Peranan Dalam Menyediakan Pelajar yang Berdaya Saing di Peringkat GlobalTIMSS - Peranan Dalam Menyediakan Pelajar yang Berdaya Saing di Peringkat Global
TIMSS - Peranan Dalam Menyediakan Pelajar yang Berdaya Saing di Peringkat Global
 
Tugas pip rini
Tugas pip riniTugas pip rini
Tugas pip rini
 
Annual-Report-PINTAR-2021_Bahasa_web (1).pdf
Annual-Report-PINTAR-2021_Bahasa_web (1).pdfAnnual-Report-PINTAR-2021_Bahasa_web (1).pdf
Annual-Report-PINTAR-2021_Bahasa_web (1).pdf
 
Kurangnya pemerataan pendidikan di indonesia
Kurangnya pemerataan pendidikan di indonesiaKurangnya pemerataan pendidikan di indonesia
Kurangnya pemerataan pendidikan di indonesia
 
Makalah Problematika Pendidikan di Indonesia
Makalah Problematika Pendidikan di IndonesiaMakalah Problematika Pendidikan di Indonesia
Makalah Problematika Pendidikan di Indonesia
 
Kurikulum Merdeka Sebagai Solusi Mengatasi Krisis Belajar.pdf
Kurikulum Merdeka Sebagai Solusi Mengatasi Krisis Belajar.pdfKurikulum Merdeka Sebagai Solusi Mengatasi Krisis Belajar.pdf
Kurikulum Merdeka Sebagai Solusi Mengatasi Krisis Belajar.pdf
 
Kurikulum Merdeka Sebagai Solusi Mengatasi Krisis Belajar.docx
Kurikulum Merdeka Sebagai Solusi Mengatasi Krisis Belajar.docxKurikulum Merdeka Sebagai Solusi Mengatasi Krisis Belajar.docx
Kurikulum Merdeka Sebagai Solusi Mengatasi Krisis Belajar.docx
 
Analisis pengelolaan dana bos
Analisis pengelolaan dana bosAnalisis pengelolaan dana bos
Analisis pengelolaan dana bos
 
TUGASS KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
TUGASS  KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptxTUGASS  KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
TUGASS KONSEP DASAR DAN STRATEGI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN.pptx
 
Meningkatkan daya saing tenaga pendidik
Meningkatkan daya saing tenaga pendidikMeningkatkan daya saing tenaga pendidik
Meningkatkan daya saing tenaga pendidik
 
Kondisi pendidikan di Indonesia
Kondisi pendidikan di IndonesiaKondisi pendidikan di Indonesia
Kondisi pendidikan di Indonesia
 
Permasalahan pendidikan dan solusinya
Permasalahan pendidikan dan solusinyaPermasalahan pendidikan dan solusinya
Permasalahan pendidikan dan solusinya
 
Efisiensi pendidikan di indonesia
Efisiensi pendidikan di indonesiaEfisiensi pendidikan di indonesia
Efisiensi pendidikan di indonesia
 
PPT TUGAS KELOMPOK 5_PERMASALAHAN PENDIDIKAN(1).pptx
PPT TUGAS KELOMPOK 5_PERMASALAHAN PENDIDIKAN(1).pptxPPT TUGAS KELOMPOK 5_PERMASALAHAN PENDIDIKAN(1).pptx
PPT TUGAS KELOMPOK 5_PERMASALAHAN PENDIDIKAN(1).pptx
 
Permasalahan kritis pendidikan - Kel 8_20240516_074912_0000.pdf
Permasalahan kritis pendidikan - Kel 8_20240516_074912_0000.pdfPermasalahan kritis pendidikan - Kel 8_20240516_074912_0000.pdf
Permasalahan kritis pendidikan - Kel 8_20240516_074912_0000.pdf
 
Artikel masalah pendidikan 2
Artikel masalah pendidikan 2Artikel masalah pendidikan 2
Artikel masalah pendidikan 2
 
Kebijakan pembangunan pendidikan nasional
Kebijakan pembangunan pendidikan nasionalKebijakan pembangunan pendidikan nasional
Kebijakan pembangunan pendidikan nasional
 

Recently uploaded

KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANGKERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANGEviRohimah3
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogorWILDANREYkun
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...haryonospdsd011
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfNurSriWidyastuti1
 
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)saritharamadhani03
 
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docxCONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docxAhmadBarkah2
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxEkoPutuKromo
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt xjohan199969
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERIPURWANTOSDNWATES2
 
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNajwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfnaqarin2
 
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.pptperumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.pptAryLisawaty
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...AgusRahmat39
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptDedi Dwitagama
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxEkoPutuKromo
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxKurnia Fajar
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..widyakusuma99
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.comModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.comFathan Emran
 
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptxModul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptxSriayuAnisaToip
 
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptxPresentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptxDWIHANDOYOPUTRO2
 
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)LabibAqilFawaizElB
 

Recently uploaded (20)

KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANGKERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Sosialisme Kapitalis Karl Marx (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
 
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docxCONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNajwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.pptperumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.comModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
 
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptxModul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
 
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptxPresentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
 
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
 

Education Journal

  • 1. Peningkatan Kualitas Pendidikan Keberhasilan Indonesia Lebih dari tiga dekade Indonesia telah meningkatkan angka partisipasi sekolah dengan baik. Pada tahun 2002, angka partisipasi kasar untuk sekolah dasar melebihi 100 persen, meningkat dari 80 persen di tahun 1970, dan angka partisipasi murni sekolah dasar saat ini mencapai 93 persen. Partisipasi sekolah pada jenjang sekolah menengah pertama juga menunjukkan peningkatan yang mengesankan. Angka partisipasi murni meningkat dari hanya 18 persen pada tahun 1970 menjadi 80 persen pada tahun 2002. Indonesia juga telah cukup berhasil dalam mengurangi ketimpangan angka partisipasi antara laki-laki dengan perempuan. Angka partisipasi, terutama pada jenjang pendidikan dasar, dapat disejajarkan dengan negara-negara di Asia timur lain yang mempunyai tingkat pendapatan perkapita yang lebih tinggi (gambar 1). Meski demikian, Indonesia harus memberikan perhatian khusus akan dampak buruk krisis keuangan pada akhir periode 1990-an yang telah merusak catatan pendidikan yang mengesankan ini. Angka partisipasi sempat menurun ketika krisis, namun segera meningkat karena disebabkan salah satunya oleh pengenalan program beasiswa dan dana untuk sekolah yang dimaksudkan untuk menjamin setiap anak bisa bersekolah. Ketimpangan dalam penyediaan Jasa Pendidikan Disamping berbagai kesuksesan tersebut, masih banyak pekerjaan rumah yang belum terselesaikan. 1. Tidak semua anak bersekolah. Indonesia masih belum mampu memenuhi program wajib belajar 9 tahun bagi semua anak. Saat ini masih terdapat sekitar 20 persen anak usia sekolah menengah pertama yang masih belum bersekolah. Perbedaan partisipasi antar daerah yang cukup besar. Pada tahun 2002, sebagai contoh, angka partisipasi murni pada jenjang sekolah dasar berkisar antara 83,5 persen di propinsi Gorontalo dan 94,4 persen di Sumatera Utara. Pada jenjang sekolah menengah pertama, angka partisipasi murni berkisar antara 40,9 persen di Nusa Tenggara Timur dan 77,2 persen di Jakarta dan pada jenjang sekolah menengah atas berkisar antara 24,5 persen di Nusa Tenggara Timur dan 58,4 persen di Yogyakarta. 2. Anak dari kelompok miskin keluar dari sekolah lebih dini. Pada tahun 2002 angka partisipasi sekolah menengah pertama dari kelompok penduduk seperlima terkaya, lebih tinggi 69 persen dibandingkan dengan angka partisipasi dari kelompok seperlima termiskin. Sementara pada jenjang sekolah menengah atas, angka partisipasi murni dari kelompok seperlima terkaya mencapai tiga setengah kali lebih tinggi dibandingkan dengan angka partisipasi murni kelompok termiskin. Walaupun hampir semua anak dari berbagai kelompok pendapatan bersekolah di kelas satu sekolah dasar, anak dari kelompok pendapatan termiskin cenderung menurun partisipasinya setelah mencapai kelas enam.
  • 2. Indonesia Policy Briefs - Ide-Ide Program 100 Hari 3. Kualitas sekolah di Indonesia masih rendah dan cenderung memburuk. Selama ini ekspansi sekolah tidak menghasilkan lulusan dengan pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk membangun masyarakat yang kokoh dan ekonomi yang kompetitif di masa depan. Bukti ini ditunjukkan dengan rendahnya kemampuan murid tingkat 8 (SMP kelas 2) dibandingkan dengan negara tetangga Asia pada ujian-ujian internasional di tahun 2001 (lihat tabel 1). Telihat cukup jelas bahwa ekspansi partisipasi sekolah di Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan kualitas. 4. Persiapan dan kehadiran tenaga pengajar yang masih kurang. Berbeda dengan kebanyakan negara, Indonesia memperbolehkan semua lulusan institusi pendidikan keguruan menjadi tenaga pengajar, tanpa perlu melewati ujian dalam hal kesiapan untuk memberikan ilmu pengetahuan dan keahlian mereka pada kondisi sekolah yang beragam. Pada waktu yang sama terdapat kesulitan untuk memberhentikan tenaga pengajar yang tidak mampu mengajar. Lebih jauh, berdasarkan survei yang dilakukan untuk Laporan Pembangunan Dunia 2004, 20 persen tenaga pengajar Indonesia tidak masuk sekolah pada saat pengecekan di sekolah-sekolah yang terpilih secara random. Ini berarti 20 persen dari dana yang digunakan untuk membiayai tenaga pengajar tidak memberikan manfaat secara langsung kepada murid, karena ternyata tenaga pengajar tersebut tidak berada di kelas. 5. Pemeliharaan sekolah-sekolah tidak dilakukan secara berkala. Berdasarkan data survei sekolah dari Departemen Pendidikan Nasional, satu dari enam sekolah di Jawa Tengah berada dalam kondisi yang buruk, sementara itu sedikitnya satu dari dua sekolah di Nusa Tenggara Timur juga berada dalam kondisi yang memprihatinkan. Murid-murid berada di ruang kelas tanpa peralatan belajar yang memadai, seperti buku pelajaran, papan tulis, alat tulis, dan tenaga pengajar yang menguasai materi pelajaran sesuai kurikulum. Menyelesaikan Berbagai Masalah Pendidikan Merupakan Kunci Pertumbuhan dan Pembangunan Kemampuan Indonesia untuk bersaing di pasar global, penggunaan teknologi yang dapat meningkatkan pendapatan dan produktivitas, serta daya tarik Indonesia bagi kalangan investor, dibentuk melalui keberadaan sumber daya manusia. Indonesia harus mengejar ketertinggalannya dalam standar pendidikan dengan negara tetangga. Bahkan, survei yang dilakukan pada perusahaan-perusahaan Jepang yang beroperasi di negara-negara Asia di tahun 2003 mengungkapkan bahwa rendahnya kualitas sumber daya manusia dan tidak memadainya pasokan keahlian manajemen di Indonesia menyebabkan rendahnya minat investor terhadap Indonesia. Hal ini harus menjadi perhatian serius bagi Indonesia ketika pesaing regional terus menerus meningkatkan kualitas pendidikan mereka. (Boks) Agenda Reformasi Sejumlah isu yang dipaparkan diatas menunjukkan perlunya suatu agenda reformasi yang didorong oleh keinginan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar di Indonesia. Agenda ini harus didasari pada peningkatan kapasitas manajemen dan akuntabilitas disetiap tingkat pemerintahan, pemberdayaan sekolah dalam membuat perencanaan dan melaksanakan strategi mereka sendiri untuk meningkatkan kualitas pendidikan, mengurangi ketimpangan sumber daya fiskal daerah dalam pendidikan, menciptakan mekanisme pertukaran dan penggunaan informasi dalam suatu sistem yang menyeluruh, membangun kemampuan pengajaran yang lebih baik dan memperjelas kembali struktur kelembagaan pusat untuk menyesuaikan amanat baru dari rakyat. Sekarang merupakan waktu yang tepat untuk melaksanakan agenda perubahan ini dengan segara: dimana pemerintahan baru berada dibawah kepemimpinan baru telah memperoleh mandat amat besar dari rakyat Indonesia. I. BERINVESTASI PADA KAPASITAS Pelaksanaan fungsi dan peran baru bidang pendidikan, sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Pendidikan 20/2003 membutuhkan lebih banyak pengalaman teknis dan manajerial di setiap level pemerintahan. Pembangunan kapasitas dapat dimulai dengan mendefinisikan standar kinerja dan menciptakan ukuran-ukuran untuk berbagai fungsi pengajaran di setiap level pemerintahan, mempersiapkan catatan mengenai standar dan kompetensi dasar, serta mengaudit kemampuan yang ada saat ini berdasarkan ukuran kompetensi yang dibutuhkan, dimana catatan tersebut dibuat lebih sederhana dan mudah untuk diukur. Keahlian yang dibutuhkan untuk melakukan fungsi ini meliputi keahlian dalam perencanaan keuangan dan anggaran, manajemen personalia, pengumpulan informasi serta komunikasi.
  • 3. Peningkatan Kualitas Pendidikan Peningkatan keahlian dapat dilakukan tidak hanya melalui pelatihan formal melainkan juga melalui kerja nyata dengan memberikan tugas langsung dalam situasi kerja yang memungkinkan. Untuk mendorong manajemen yang lebih baik pada tingkat pemerintahan daerah, pemerintah pusat dapat melakukan berbagai cara di bawah ini. 1. Mengumumkan anggaran daerah lebih awal. Keterbukaan mengenai jumlah dana dan bantuan lainnya yang akan diterima oleh pemerintahan daerah sebelum mulainya tahun ajaran sekolah akan memberikan mereka cukup waktu untuk merencanakan anggaran yang lebih baik serta memobilisasi sumber daya yang lain seandainya dibutuhkan. 2. Mengurangi ketimpangan dalam pendanaan. Pengeluaran pemerintahan daerah saat ini mencapai sekitar dua pertiga dari total pengeluaran pendidikan. Secara keseluruhan dana yang tersedia sebetulnya mencukupi, dimana pengeluaran pemerintahan pusat ditambah dengan pegeluaran pemerintahan daerah mencapai hampir 3 persen GDP. Akan tetapi ada sejumlah kabupaten yang tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka, hal ini berdampak pada timpangnya pengeluaran pendidikan per murid (Tabel 2). Pemerintah harus dapat menentukan kabupaten yang benar-benar membutuhkan dana tersebut, kemudian mengimplementasikan program pendanaan melalui mekanisme DAK, untuk dapat memberikan pelayanan yang spesifik dan bersifat lokal. 1. Persiapkan tenaga pengajar yang lebih baik dalam mengelola sekolah. Bangun dan kembangkan program pelatihan yang efektif dalam perencanaan dan pembuatan anggaran, pengelolaan keuangan, membuat suatu penilaian dan strategi komunikasi bagi kepala sekolah dan anggota komite sekolah. Bentuk program alternatif yang akan diberikan amat dibutuhkan mengingat adanya perbedaan kondisi pendidikan di beberapa daerah di Indonesia. 2. Mendesain dan mengimplementasikan dana hibah untuk sekolah yang berasal dari anggaran pemerintah daerah. Sejumlah hibah harus dapat menutupi biaya operasional yang mendasar selain juga dapat menutupi biaya pemeliharaan fasilitas yang mencukupi untuk memenuhi standar kualitas minimum. Hibah ini dapat menggunakan mekanisme alokasi kepada sekolah berdasarkan suatu formula yang bersifat terikat penggunaanya, mudah untuk diimplementasikan dan terdapat sejumlah kriteria yang mudah untuk diukur. Untuk memfasilitasi manajemen sekolah yang mandiri, bentuk bantuan mesti berbentuk aliran dana ketimbang bentuk lainnya. Tambahan dana diluar dana operasional dapat diperoleh melalui mekanisme hibah yang berdasarkan pengajuan proposal. Dana tambahan ini dapat dipergunakan untuk menutupi sejumlah biaya program-program khusus, seperti biaya pengembangan staf dan lebih penting lagi biaya untuk investasi modal fisik, seperti pembangunan kelas baru atau laboratorium, serta untuk inovasi dan penelitian. 3. Menciptakan hibah pendidikan yang pro-orang miskin untuk proyek-proyek yang didasarkan atas insiatif sekolah dan masyarakat. Beberapa hibah dapat merangsang munculnya inovasi serta percobaan dalam mencari sistem pendidikan yang baik, terutama dengan maksud untuk mengurangi ketimpangan yang terjadi di daerah miskin. Bantuan khusus amat dibutuhkan bagi sekolah-sekolah dengan kualitas yang masih dibawah standar minimal. 4. Mengelola uang sekolah. Di masa yang akan datang, kabupaten beserta dengan masyarakatnya dapat memobilisasi lebih banyak sumber daya yang mereka miliki sebagai tambahan dana hibah dari pemerintahan pusat. Undang-Undang Pendidikan 20/2003 dengan amat jelas menyatakan hal ini. Bahkan selama tiga tahun terakhir uang sekolah telah meningkat lebih cepat ketimbang peningkatan harga-harga secara umum. Ketika uang sekolah tersebut berperan penting dalam peningkatan mutu pendidikan, juga menjadi penting untuk menciptakan suatu mekanisme yang transparan dalam pengelolaan keuangan tersebut serta menjamin bahwa uang sekolah tersebut tidak membebani orang miskin. Di daerah miskin hibah dana sekolah berfungsi sebagai alat untuk mengurangi pengeluaran pendidikan yang berasal dari uang pribadi. Memberikan dana alokasi khusus pendidikan kepada pemerintahan daerah. Pemerintah pusat harus memberikan lebih banyak sumber daya untuk bidang pendidikan kepada pemerintah daerah melalui dana alokasi khusus ketimbang melalui proyek-proyek; tentu saja dengan disertai pengawasan dan mekanisme akuntabilitas yang tepat. Mendiknas saat ini membawahi sekitar 400 proyek, yang merupakan bagian terbesar dari alokasi APBN untuk pendidikan dan masih mengontrol aliran modal serta investasi dalam peningkatan kualitas pendidikan tanpa campur tangan pemerintahan daerah sama sekali. Semakin besar alokasi sumber daya yang diberikan melalui mekanisme DAK, hal ini akan memperbesar pembangunan kapasitas dan kemampuan manajemen pemerintahan daerah. Mendiknas dapat mendanai hibah DAK dari bagian yang selama ini merupakan dana DIP. Hal ini merupakan bagian dari pelaksanaan perundang-undangan desentralisasi yang baru sekaligus bagian dari kebijakan pemerintahan secara keseluruhan. 3. mekanisme otoritas yang diberikan kepada mereka (Tabel 3). Peningkatan manajemen berbasis sekolah dapat ditempuh dengan cara: II. TERAPKAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH SEBAGAI LANDASAN DARI REFORMASI Undang-undang pendidikan 20/2003 telah memberikan tanggung jawab lebih besar dan otoritas langsung kepada sekolah. Dengan begitu diharapkan sekolah serta masyarakat dapat ikut berkontribusi dalam peningkatan mutu pendidikan dasar secara signifikan. Meski demikian terdapat keragaman yang besar dalam kemampuan sekolah di setiap daerah untuk melaksanakan otoritas yang telah diberikan tersebut. Seandainya kondisi sekolah di Bali mencerminkan keadaan yang terjadi di daerah-daerah lainnya, maka komite sekolah masih belum sepenuhnya menggunakan dan memanfaatkan
  • 4. Indonesia Policy Briefs - Ide-Ide Program 100 Hari III. MEMBANGUN JAMINAN KUALITAS DAN SISTEM PENGAWASAN SECARA NASIONAL 1. Memperkenalkan sistem akreditasi yang transparan. Sistem akreditasi ini harus mencakup program pelatihan sebelum mengajar selama dua tahun ke depan. Seluruh proses akreditasi tersebut diselesaikan dalam waktu 4 tahun ke depan. Berbagai program pelatihan tersebut juga diharuskan untuk mendapatkan akreditasi ulang setiap lima tahun sekali. Kemudian publikasikan secara lebih luas hasil dari proses akreditasi tersebut, termasuk hasil dari akreditasi ulang. Untuk mendukung sistem akreditasi ini, dorong pihak pemerintahan daerah serta pihak sekolah untuk mempekerjakan tenaga pengajar yang hanya berasal dari program yang telah terakreditasi. 2. Tempatkan dan promosikan guru berdasarkan kualitas. Hentikan praktek pembelian posisi guru dan gantikan dengan menciptakan suatu ujian praktek dan proses sertifikasi untuk para guru di tingkat nasional, kemudian kemukakan secara terbuka proses pendaftaran serta seleksinya. Publikasikan hasil ujian praktek guru tersebut kepada media massa. Para guru juga dituntut untuk selalu memperbarui sertifikat mereka secara periodik dalam rangka promosi jabatan. 3. Memulai program pengembangan untuk seluruh jenjang karir bagi guru dan kepala sekolah. Program tersebut harus meliputi persiapan pra-mengajar, kemudian penempatan mengajar dan terakhir pengembangan profesi yang berkelanjutan. V. RESTRUKTURISASI PERAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN Sistem pelaporan informasi pendidikan dengan cara lama yang sentralistis telah berakhir. Dalam dua tahun kedepan, sistem tersebut harus digantikan dengan mekanisme yang lebih ditentukan oleh kebutuhan akan informasi dan kemampuan daerah, sistem itu juga harus dapat melayani kebutuhan manajemen di setiap jenjang pendidikan. Sistem tersebut juga harus lebih menekankan standar kecakapan dan akuntabilitas. Pada tingkat nasional, informasi mengenai pendidikan dapat memberikan gambaran akan dampak dari program dan alokasi sumber daya. Informasi tersebut juga membantu untuk mendefiniskan wilayah atau populasi yang membutuhkan perhatian khusus, yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan mutu pembuatan kebijakan. Pada tingkat lokal, informasi ini dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan evaluasi dan pengawasan. Sistem informasi juga dapat menjadi alat diagnostik untuk mendapatkan gambaran tantangan yang dihadapi oleh masyarakat maupun sekolah, serta untuk mengidentifikasikan kekuatan maupun kelemahan dari sistem pengajaran yang berbeda-beda. Pada tingkat sekolah, informasi pendidikan merupakan alat untuk mengevaluasi performa murid dalam mata pelajaran tertentu, dan informasi ini juga berperan sebagai alat komunikasi mengenai kebutuhan serta keberhasilan yang telah dicapai oleh sekolah kepada orang tua maupun kepada komunitas sekolah pada umumnya. • IV. Meningkatkan insentif untuk jaminan kualitas, pengawasan serta penyebaran informasi pendidikan. Kerjasama disetiap jenjang pemerintahan dan sekolah dapat difasilitasi melalui penggunaan insentif keuangan, serta melalui kebanggaan profesi akan kepemilikan sistem informasi bersama, dan juga dengan memberikan kesempatan untuk belajar dari kabupaten yang telah sukses dalam membangun sistem pendidikan yang baik. MENINGKATKAN KUALITAS PENGAJARAN MELALUI REFORMASI JENJANG KARIR GURU Tenaga pengajar merupakan media utama dimana melalui mereka muridmurid belajar dan alokasi dana untuk gaji guru memakan sebagian besar anggaran publik. Penggunaan dana tersebut secara lebih tepat, tidak saja berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan, namun juga dapat memenuhi pembiyaan peralatan belajar penting lainnya, seperti untuk penyediaan buku sekolah bagi murid-murid dan pengembangan profesi bagi para guru. Para tenaga pengajar di Indonesia sepakat mengenai perlunya kebutuhan untuk mereformasi profesi guru. Namun reformasi ini harus menyentuh seluruh tahapan karir para guru, mulai pelatihan pra-mengajar hingga penempatan, serta meliputi juga promosi dan pengembangan karir. Sebagai bagian dari pergantian pemerintahan, departemen pendidikan dituntut untuk melakukan restrukturisasi dan transformasi di masa yang akan datang. Tugas utama kementrian pendidikan di era desentralisasi bukan lagi memberikan pelayanan pendidikan secara langsung. Restrukturisasi departemen pendidikan untuk mencerminkan perannya yang baru di era desentralisasi. Tugas kementrian harus meliputi pembuatan kebijakan, mengatur standar pendidikan, mengukur performa, pemberdayaan unit-unit pendidikan yang telah didesentralisasi untuk mencapai standar kualitas, merangsang inovasi serta memperluas pembelajaran melalui eksperimen, dan memberikan perhatian besar pada ketimpangan pendidikan diantara daerah yang kaya dengan miskin serta fokus pada ketidakmampuan daerah miskin untuk menyediakan pendidikan dengan kualitas yang mencukupi. Lembaga yang sentralistis serta birokrasi yang besar sudah tidak dibutuhkan lagi untuk menyelesaikan tantangan yang dihadapi oleh Indonesia saat ini. Pada kenyataannya, hal itu malah akan menghambat pembangunan. Indonesia policy Briefs | Ide-Ide Program 100 Hari 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kemiskinan Menciptakan Lapangan Kerja Iklim Penanaman Modal Memulihkan Daya Saing Infrastruktur Korupsi 7. 8. 9. 10. 11. 12. Reformasi Sektor Hukum Desentralisasi Sektor Keuangan Kredit Untuk Penduduk Miskin Pendidikan Kesehatan DAFTAR ISI 13. 14. 15. 16. 17. 18. Pangan Untuk Indonesia Mengelola Lingkungan Hidup Kehutanan Pengembangan UKM Pertambangan Reformasi di Bidang Kepegawaian Negeri