Dokumen tersebut membahas tentang psikofarmakoterapi dalam praktik klinis. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan beberapa jenis obat psikotropika seperti antipsikotik, antidepresan, dan obat penenang serta penerapannya dalam pengobatan gangguan kejiwaan seperti skizofrenia, depresi, gangguan kecemasan, dan delirium.
Dokumen tersebut membahas tentang psikofarmaka yang terbagi menjadi 3 kelompok utama yaitu anti psikosis, anti ansietas, dan anti depresi. Anti psikosis digunakan untuk mengatasi agresivitas dan gangguan psikotik. Sedangkan anti ansietas dan anti depresi berfungsi sebagai obat tambahan untuk mengurangi gejala kecemasan dan depresi. Dokumen juga menjelaskan beberapa contoh obat untuk masing-masing kelompok beserta efek
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang pelayanan farmasi pada penderita gangguan depresi. Gangguan depresi merupakan masalah kesehatan mental yang umum dengan gejala seperti kesedihan, kelelahan, dan gangguan tidur. Farmasis berperan penting dalam mengelola pengobatan pasien dengan melakukan evaluasi, menyusun rencana pelayanan, memberikan konseling, dan memantau kepatuhan serta efek samping obat.
Dokumen tersebut membahas tentang psikofarmaka yang merupakan obat-obatan untuk gangguan jiwa. Dokumen menjelaskan definisi psikofarmaka, konsep psikofarmakologi, golongan psikofarmaka beserta jenis obatnya, efek samping, dan peran perawat dalam pemberian obat psikofarmaka."
Dokumen tersebut membahas tentang psikofarmakoterapi dalam praktik klinis. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan beberapa jenis obat psikotropika seperti antipsikotik, antidepresan, dan obat penenang serta penerapannya dalam pengobatan gangguan kejiwaan seperti skizofrenia, depresi, gangguan kecemasan, dan delirium.
Dokumen tersebut membahas tentang psikofarmaka yang terbagi menjadi 3 kelompok utama yaitu anti psikosis, anti ansietas, dan anti depresi. Anti psikosis digunakan untuk mengatasi agresivitas dan gangguan psikotik. Sedangkan anti ansietas dan anti depresi berfungsi sebagai obat tambahan untuk mengurangi gejala kecemasan dan depresi. Dokumen juga menjelaskan beberapa contoh obat untuk masing-masing kelompok beserta efek
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang pelayanan farmasi pada penderita gangguan depresi. Gangguan depresi merupakan masalah kesehatan mental yang umum dengan gejala seperti kesedihan, kelelahan, dan gangguan tidur. Farmasis berperan penting dalam mengelola pengobatan pasien dengan melakukan evaluasi, menyusun rencana pelayanan, memberikan konseling, dan memantau kepatuhan serta efek samping obat.
Dokumen tersebut membahas tentang psikofarmaka yang merupakan obat-obatan untuk gangguan jiwa. Dokumen menjelaskan definisi psikofarmaka, konsep psikofarmakologi, golongan psikofarmaka beserta jenis obatnya, efek samping, dan peran perawat dalam pemberian obat psikofarmaka."
Dokumen tersebut membahas tentang obat anti Parkinson dan obat perangsang sistem saraf pusat, mencakup penjelasan tentang penyebab Parkinson, pembagian Parkinson berdasarkan etiologi dan gejala, jenis-jenis obat anti Parkinson beserta cara kerjanya, serta jenis-jenis obat perangsang sistem saraf pusat beserta efek dan kelemahannya."
Obat gangguan SSP dapat merangsang atau menghambat aktivitas SSP secara umum maupun spesifik. Ada beberapa jenis obat gangguan SSP seperti anestesi, hipnotik-sedatif, psikotropika, antikonvulsi-antiepilepsi, dan perangsang SSP. Masing-masing jenis obat memiliki contoh-contoh obat dan indikasi penggunaannya.
Obat gangguan SSP dapat merangsang atau menghambat aktivitas SSP secara umum maupun spesifik. Ada beberapa jenis obat gangguan SSP seperti anestesi, hipnotik-sedatif, psikotropika, antikonvulsi-antiepilepsi, dan perangsang SSP. Masing-masing jenis obat memiliki contoh-contoh obat dan indikasi penggunaannya.
Dokumen tersebut membahas gangguan psikosis akut dan skizofrenia. Secara ringkas, dokumen menjelaskan gejala dan penatalaksanaannya, termasuk pemberian obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik dan mencegah kekambuhan, serta pentingnya dukungan keluarga dan penatalaksanaan lanjutan.
Pasien mungkin mengalami gangguan psikosis akut yang ditandai dengan halusinasi, waham, agitasi atau perilaku aneh. Pengobatan meliputi antipsikotik untuk mengurangi gejala dan mencegah kekambuhan, serta dukungan keluarga dan masyarakat. Konsultasi spesialis dianjurkan untuk memastikan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
Obat psikoterapetik digunakan untuk mengobati gangguan psikotik, persepsi, dan perilaku dengan membantu pasien dapat berfungsi di masyarakat. Jenis penyakitnya meliputi skizofrenia, gangguan bipolar, narkolepsi, dan ADHD. Obat antipsikotik seperti haloperidol dan olanzapine bekerja dengan mengatur aktivitas dopamine di otak. Lithium digunakan untuk mengobati mania pada gangguan bipolar.
Dokumen tersebut membahas tentang penatalaksanaan depresi, meliputi gejala, klasifikasi, jenis, sasaran, dan strategi terapinya. Terapi untuk depresi dapat berupa nir-obat seperti psikoterapi atau dengan obat seperti antidepresan.
Obat-obatan Antipsikotik (terjemahan bahasa indonesia, 2.0)Bagus Utomo
Antipsikotik digunakan untuk mengobati gangguan psikotik. Obat generasi lama seperti fenotiazin dan butirofenon menghambat dopamin tetapi tidak selektif, sehingga menimbulkan efek samping motorik. Obat generasi baru lebih selektif dan menimbulkan efek samping yang lebih sedikit, meskipun masih dapat menimbulkan kenaikan berat badan dan gula darah. Penelitian terus berlangsung untuk mengembangkan obat
Antipsikotik (Terjemahan Bahasa Indonesia, 3.0)Lautan Jiwa
Dokumen tersebut merangkum pengobatan gangguan psikotik dengan obat antipsikotik. Ia menjelaskan perkembangan pengobatan dari isolasi pasien hingga penemuan obat antipsikotik generasi pertama seperti klorpromazin dan haloperidol. Dokumen tersebut juga membahas jenis obat antipsikotik generasi baru beserta cara kerja dan efek sampingnya dibandingkan dengan obat generasi lama.
Dokumen tersebut membahas mengenai kegawatdaruran akibat penyalahgunaan napza, termasuk gangguan mental, fisik, kegawatdaruran medis seperti overdosis opioid, intoksikasi benzodiazepin, amfetamin, serta kegawatdaruran psikiatrik seperti gangguan paranoid, psikotik, cemas/panik, depresi berat dan percobaan bunuh diri beserta penatalaksanaannya.
Obat-Obatan yang Diberikan pada Akhir Kehidupan.pdfpapahku123
Artikel ini membahas pendekatan farmakologis yang digunakan dalam perawatan paliatif untuk meningkatkan kenyamanan pasien pada akhir kehidupan. Beberapa obat utama yang dibahas meliputi opioid untuk mengelola nyeri, benzodiazepin untuk mengurangi kecemasan, dan antipsikotik untuk mengatasi delirium. Artikel ini juga memberikan panduan dosis umum untuk berbagai obat paliatif.
Dokumen tersebut membahas tentang saluran pencernaan dan mekanisme kerja obat-obatan yang berkaitan dengan saluran pencernaan, khususnya lambung. Secara singkat, dibahas tentang hiperasiditas lambung, penyebabnya, dan kelompok obat-obatan yang digunakan untuk mengobati hiperasiditas lambung seperti antasida, antagonis reseptor H2, dan pompa proton inhibitor serta mekanisme kerja masing-masing obat tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang obat anti Parkinson dan obat perangsang sistem saraf pusat, mencakup penjelasan tentang penyebab Parkinson, pembagian Parkinson berdasarkan etiologi dan gejala, jenis-jenis obat anti Parkinson beserta cara kerjanya, serta jenis-jenis obat perangsang sistem saraf pusat beserta efek dan kelemahannya."
Obat gangguan SSP dapat merangsang atau menghambat aktivitas SSP secara umum maupun spesifik. Ada beberapa jenis obat gangguan SSP seperti anestesi, hipnotik-sedatif, psikotropika, antikonvulsi-antiepilepsi, dan perangsang SSP. Masing-masing jenis obat memiliki contoh-contoh obat dan indikasi penggunaannya.
Obat gangguan SSP dapat merangsang atau menghambat aktivitas SSP secara umum maupun spesifik. Ada beberapa jenis obat gangguan SSP seperti anestesi, hipnotik-sedatif, psikotropika, antikonvulsi-antiepilepsi, dan perangsang SSP. Masing-masing jenis obat memiliki contoh-contoh obat dan indikasi penggunaannya.
Dokumen tersebut membahas gangguan psikosis akut dan skizofrenia. Secara ringkas, dokumen menjelaskan gejala dan penatalaksanaannya, termasuk pemberian obat antipsikotik untuk mengurangi gejala psikotik dan mencegah kekambuhan, serta pentingnya dukungan keluarga dan penatalaksanaan lanjutan.
Pasien mungkin mengalami gangguan psikosis akut yang ditandai dengan halusinasi, waham, agitasi atau perilaku aneh. Pengobatan meliputi antipsikotik untuk mengurangi gejala dan mencegah kekambuhan, serta dukungan keluarga dan masyarakat. Konsultasi spesialis dianjurkan untuk memastikan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
Obat psikoterapetik digunakan untuk mengobati gangguan psikotik, persepsi, dan perilaku dengan membantu pasien dapat berfungsi di masyarakat. Jenis penyakitnya meliputi skizofrenia, gangguan bipolar, narkolepsi, dan ADHD. Obat antipsikotik seperti haloperidol dan olanzapine bekerja dengan mengatur aktivitas dopamine di otak. Lithium digunakan untuk mengobati mania pada gangguan bipolar.
Dokumen tersebut membahas tentang penatalaksanaan depresi, meliputi gejala, klasifikasi, jenis, sasaran, dan strategi terapinya. Terapi untuk depresi dapat berupa nir-obat seperti psikoterapi atau dengan obat seperti antidepresan.
Obat-obatan Antipsikotik (terjemahan bahasa indonesia, 2.0)Bagus Utomo
Antipsikotik digunakan untuk mengobati gangguan psikotik. Obat generasi lama seperti fenotiazin dan butirofenon menghambat dopamin tetapi tidak selektif, sehingga menimbulkan efek samping motorik. Obat generasi baru lebih selektif dan menimbulkan efek samping yang lebih sedikit, meskipun masih dapat menimbulkan kenaikan berat badan dan gula darah. Penelitian terus berlangsung untuk mengembangkan obat
Antipsikotik (Terjemahan Bahasa Indonesia, 3.0)Lautan Jiwa
Dokumen tersebut merangkum pengobatan gangguan psikotik dengan obat antipsikotik. Ia menjelaskan perkembangan pengobatan dari isolasi pasien hingga penemuan obat antipsikotik generasi pertama seperti klorpromazin dan haloperidol. Dokumen tersebut juga membahas jenis obat antipsikotik generasi baru beserta cara kerja dan efek sampingnya dibandingkan dengan obat generasi lama.
Dokumen tersebut membahas mengenai kegawatdaruran akibat penyalahgunaan napza, termasuk gangguan mental, fisik, kegawatdaruran medis seperti overdosis opioid, intoksikasi benzodiazepin, amfetamin, serta kegawatdaruran psikiatrik seperti gangguan paranoid, psikotik, cemas/panik, depresi berat dan percobaan bunuh diri beserta penatalaksanaannya.
Obat-Obatan yang Diberikan pada Akhir Kehidupan.pdfpapahku123
Artikel ini membahas pendekatan farmakologis yang digunakan dalam perawatan paliatif untuk meningkatkan kenyamanan pasien pada akhir kehidupan. Beberapa obat utama yang dibahas meliputi opioid untuk mengelola nyeri, benzodiazepin untuk mengurangi kecemasan, dan antipsikotik untuk mengatasi delirium. Artikel ini juga memberikan panduan dosis umum untuk berbagai obat paliatif.
Dokumen tersebut membahas tentang saluran pencernaan dan mekanisme kerja obat-obatan yang berkaitan dengan saluran pencernaan, khususnya lambung. Secara singkat, dibahas tentang hiperasiditas lambung, penyebabnya, dan kelompok obat-obatan yang digunakan untuk mengobati hiperasiditas lambung seperti antasida, antagonis reseptor H2, dan pompa proton inhibitor serta mekanisme kerja masing-masing obat tersebut.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
1. DISKUSI TOPIK
PSIKOFARMAKA
I4061222046
Herlangga Chandra Wijaya
Pembimbing
dr.Pascaria Novianti Togatorop,Sp.KJ
Disusun oleh:
KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI KALBAR
SINGKAWANG
2023
2. Anti psikotik diklasifikasikan menjadi 2:
Tipikal (Generasi 1)
Anti psikotik generasi 1berkerja
sebagai antagonis dopamiin 2yang
berada di pathway dopamin
mesolimbik
Contoh :
Haloperidol, Perphenazine,
Trifluoperrazine,Chlorpromazine
Atipikal (Generasi 2)
Anti psikotik generasi 2 berkerja
sebagai antagonis dopamin 2 dan
reseptor 5HT-2(serotonin tipe 2)
Contoh :
Risperidon,clozapin,quetapin,
olanzapin
4. Indikasi Kontraindikasi
1. Skizofrenia
2. Gejala psikotik akibat
kerusakan otak -> stroke,
cedera kepala,dll
3. Phenotiazine -> mual,
muntah
4.Promethazine ->
antiemetic, sedative, dan
efek antihistamin
1. Ketusakan hati
2. PJK
3. Parkinsonism
4. CVD
5. Bone marrow depression
6. Severe hypotension /
hypertension
7. Coma
Indikasi dan Kontraindikasi
5. Anti Psikotik : Mekanisme Kerja
• Absorpsi :duodenum
• Bergabung secara intensif dengan protein plasma (92-99%) ->
dimetabolisme hati -> ekskresi melalui empedu dan ginjal
• Lipid-soluable -> memasuki sistem saraf pusat dan jaringan tubuh
yang lain
Farmakokinetik
6. Anti Psikotik : Mekanisme Kerja
Antispikotik menghambat
berbagai reseptor diantaranya
dopamin, reseptor ɑ-
adrenergeik, muskarinik,
dan reseptor
dengan afinitis
histamin H1,
serotonin 5HT2
yang berbeda.
Farmakodinamik
8. AntiPsikotik:CaraPenggunaan
Pertimbangkan gejala psikotik yang dominan dan efek samping obat :
1. Chlorpromazin dan thioridazin -> sedatif kuat -> gejala dominan :gaduh gelisah,
hiperaktif, sulit tidur, kekacauan pikiran, perasaan, dan perilaku
2. Trifluoperazin, flupenazin dan haloperidol -> sedatifnya lemah -> gejala
dominan :apatis, menarik diri, perasaan tumpul, kehilangan minat dan inisiatif,
hipoaktif, waham dan halusinasi
3. Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti-psikotik sebelumnya efektif dan
ditolerir dengan baik efek sampingnya -> dipilih kembali
4. Gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif -> anti-psikotik atipikal perlu
dipertimbangkan
9. AntiPsikotik:Dosis
Terapi inisial : Terapi pengawasan :
• Setelah peroleh dosis
optimal
• Pertahankan 8-12 minggu
• Diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan
• Dimulai dari dosis anjuran
• Naikkan setiap 2-3 hari hingga dosis efektif
• Evaluasi tiap 2 minggu dan bila perlu naikkan
hingga dosis optimal
Terapi pemeliharaan :
• Dosis optimal diturunkan tiap 2minggu hingga didapatkan dosis
maintenance -> pertahankan selama 6 bulan-2 tahun
• Selingi dengan drug holiday 1-2 hari/minggu
• Tappering off :dosis diturunkan tiap 2-4 minggu -> stop
10. AntiPsikotik:EfekSamping
• Sedasi dan inhibisi psikomotor
• Gangguan otonomik
• Gangguan ekstrapiramidal
• Gangguan endokrin
• Pemakaian jangka panjang -> diskinesia tardif -> anti psikotik perlahan-lahan
dihentikan -> berikan reserpin 2,5mg/hari -> ganti anti psikotik dengan clozapin
50-100/hari
• Penggunaan CPZ injeksi (IM) -> hipotensi orthostatik -> injeksi nor-adrenalin ->
dicegah dengan tidak langsung bangun
• Haloperidol -> gejala EPS atau sindrom parkinson -> THP 3-4 x 2 mg/hari atau
Sulfus atropin 0,5-0,75 mg (IM)
11. AntiPsikotik:EfekSamping
• Reksi idiosinkrasi -> neuroleptic malignant syndrome (NMS)
• Kondisi yang mengancam kehidupan akibat reaksi idiosinkrasi terhadap obat anti
psikotik
• Suhu badan > 38°C (hiperpireksia)
• EPS berat (rigiditas)
• Disfungsi otonom (inkontinensia urin)
• Perubahan status mental dan kesadaran
13. Anti Depresan : Mekanisme Aksi
Mekanisme kerja :
• TCA -> memblokade reuptake dari norepinefrin dan
serotonin yang menuju neuron sinaps
• SSRI -> memblokade reuptake dari serotonin
• MAOI -> bekerja di sinaps -> menghambat enzim
yang memecah serotonin -> jumlah serotonin yang
dilepaskan ke celah sinaps bertambah -> pasca
sinaps juga bertambah
Hipotesis penyebab depresi:
Sindrom depresidisebabkan oleh
defisiensirelative salah satu atau
beberapa “aminergic neurotransmitter”
(noradrenaline, serotonin,dopamine)
pada celah sinaps neuron di SSP
(khususnya pada sistem limbik)
sehingga aktivitas serotonin menurun
15. Anti Depressan : Cara Penggunaan
1. Pemilihan obat
Tergantung toleransi pasien terhadap efek samping, penyesuaian efek samping,
terhadap kondisi pasien
Misalnya :
a. Trisiklik -> efek samping relatif besar -> untuk pasien usia muda dan untuk
meredakan agitasi
b. Tetrasiklik dan atipikal -> efek samping relatif kecil -> dengan gejala ansietas dan
insomnia yang menonjol
c. SSRI -> efek samping minimal -> usia dewasa dan lanjut; dengan gangguan lain
d. MAO-I -> efek samping hipotensi ortostatik -> hati-hati pada pasien usia lanjut
16. Anti Depressan : Cara Penggunaan
2. Pemberian Dosis
Pertimbangkan :
- Onset efek primer :2-4 minggu
- Onset efek sekunder :12-24 jam
- Waktu paruh :12-48 jam (pemberian 1-2x/hari)
Proses pengaturan dosis :
- Initiating dosage/test dose (minggu 1)
- Titrating dosage/optimal dose (minggu 2-4)
- Stabilizing dosage (2-3 bulan)
- Maintaining dosage (3-6 bulan) (1/2 optimal dose)
- Tapering dosage (1 bulan)
17. Efek Samping
1. Hipotensi
2. Gangguan jantung
3. Gejala gangguan saraf otonom
4. Gejala gangguan sususnan saraf pusat
5. Alergi
6. Gejala hematologic
7. Gejala psikis lain (maniacal, gelisah dan
delirium)
19. HIPOTESIS : Sindrom
mania disebabkan oleh tingginya
kadar serotonin dalam celah
sinaps neuron, khususnya pada
sistem limbik, yang berdampak
terhadap “dopamine receptor
supersensitivity”
PATOFISIOLOGI
Lithium
Carbonate
● Mengurangi “dopamine receptor
supersensitivity” dengan meningkatkan
“cholinergic-muscarinic activity”
● Menghambat “Cyclic AMP &
Phosphoinositides
20. Lithium
Carbonate
● Mengurangi “dopamine receptor
supersensitivity” dengan meningkatkan
“cholinergic-muscarinic activity”
● Menghambat “Cyclic AMP &
Phosphoinositides
● Headache, dry mouth, polydipsia,
polyuria, polyphagia, GI distress, fine
hand tremor
, dizziness, sedation,
Thyroid function may be decreased.
● Renally eliminated, hati hati pada
pasien gangguan ginjal, dan dapat
digunakan pada pasien gangguan hati
MOA
Adverse
Effect
Excretion
21. Startingdose :250-
500mg/ 1-2x/hari
Dosis
Lithium
Carbonate
Dosis dinaikkan
250mg/hari tiap minggu
Dosis efektifdanoptimal
1200-1800 mg/hari
Pertahankan 6 bulan (Sindrommania
Akut)
Diteruskan hingga beberapa tahun
sesuai dengan indikasi (Gangguan
Afektif danBipolar)
Dosis minimumdengan
kadar therapeuticindex
terendah
T
apering Off
22. PERHATIAN KHUSUS PENGGUNAAN
LITHIUM CARBONATE
● Kadar serum Lithium diukur setiap hari
pada terapi profilaksis
● Fungsi Ginjal (Serum Creatinine)
● Fungsi KelenjarTiroid (T3& T4)
● Wanita Hamil kontraindikasi
23. Valproic Acid
● Valproate-mediated gamma-aminobutyric
acid (GABA)-transaminase
Valproate (VPT) inhibits
transaminase, preventing the
inhibition.
GABA
metabolic
breakdown of GABA and increasing GABA
concentrations in the axon and in glial
cells.
● GABAmerupakan Inhibitor Action potential
Nama Dagang Depakene
Sediaan 250mg/5ml
Dosis 2 x 250mg/ hari
24. Carbamazepine
Mechanism of Action Memblok Voltage Sensitive Sodium Channels VSSCs,
langsung pada sisi yang membuka kanal ion dari VSSCs
sub unit α
Dosis 300-600 mg/2-3x/hari
Efek Samping Nausea, Sedation, Ataxia, Rash, Hyponatremia, Weight
Gain, Teratogenicity, Osteoporosis
Penggunaan ● Digunakan pada Mania Akut dan serta profilaksis
sindrom mania/ depresi pada gangguan afektif
bipolar
● Jugadapat digunakan sebaga obat anti kejang
25. Steven Johnson
syndrome Induced by
Carbamazepin
● Steven Johnson Syndrome kelainan kulit yang
memiliki UKK makul dan shaped lesion yang
memiliki potensial sebagai penyakit yang lethal
● Steven Johnson Syndrome merupakan
hipersensitivitas yang disebabkan kelainan
farmakogenetik dan abnormalitas imunologis
● Hipersensitivitas terjadi pada 1/1000 kasus
1. Bae HM, Paík YJ, Kim YH, Moon DE. Stevens-johnson syndíome induced by
caíbamazepine tíeatment in a patient who píeviously had caíbamazepine induced
píuíitus -a case íepoít -.Koíean J Pain. 2013 Jan;26(1):80-3. doi:
10.3344/kjp.2013.26.1.80.
2. Khoo ABS, Ali FR, Yiu ZZN, et al. BMJ Case Rep Published online: [please include
26. Rekomendasi Terapi untuk Episode Mania
Pilihan Jenis Obat
Lini I Lithium/Divalporat +
(Risperidone/Quetiapine/Olanzapine/Aripiprazole/Asenapine)
Lini II ● Monoterapi : Carbamazepine, Carbamazepine ER
● Terapi Kombinasi : Lithium + Divalporat
Lini III ● Monoterapi :Chlorpromazine, Clozapine, Tamoxifen
● TerapiKombinasi:Lithium atau divalporat + Haloperidol,
Lithium + Carbamazepine
Borland R,Verduin ML, Ruiz P
,editor.Kaplan & Sadock’s Synopsis of Clinical Psychiatry Fifth Edition.Philadelphia :Wolters Kluwer
,2023
28. Sindrom Ansietas
● Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistik terhadap 2atau lebih hal yang dipersepsi
sebagai ancaman, perasaan ini menyebabkan individu tidak mampu istirahat dengan tenang (inabilityto
relax)
● Terdapat paling sedikit 6dari 18gejala gejala berikut
Ketegangan Motorik 1.Kedutan otot atau rasa gemetar
2.Otot tegang/kaku/pegal linu
3.Tidak bisa Diam
4.Mudah Menjadi lelah
Hiperaktivitas Otonomik 5.Nafas pendek/terasa berat
6.Jantung Berdebar-debar
7.Telapak tangan basah-dingin
8.Mulut Kering
9.Kepala pusing/rasa melayang
10.Mual, mencret, perut tak enak
11.Muka panas/badan menggigil
12.Buang air kecil lebih sering
13.Sukar menelan/rasa tersumbat
Kewaspadaan 14.Perasaan jadi peka/mudah ngilu
15.Mudah terkejut/kaget
16.Sulit konsentrasi pikiran
17.Sukar tidur
18.Mudah Tersinggung
29. Profil Efek Samping
Efek samping dapat berupa:
1. Sedasi
2. Relaksasi Otot
● Penghentian obat secara mendadak, akan menimbulkan
gejala putus obat (Rebound phenomena) :Pasien menjadi
irritable, bingung, gelisah, insomnia, tremor
, palpitasi,
keringat dingin,konvulsi
● Obat benzodiazepine dengan waktu paruh pendek
(Clobazam) lebih cepat dan hebat gejala putus obatnya
dibandingkan dengan obat benzodiazepine dengan waktu
paruh panjang.
● Untuk mengurangi risiko ketergantungan obat, maksimum
lama pemberian = 3bulan (100 hari) dalam rentang dosis
teraupetik
30. Spesifikasi
● Clobazam :1,5benzodiazepine =
psychomotor performance paling kurang
terpengaruh, untuk pasien dewasa dan
usia lanjut yang ingin tetap aktif
● Lorazepam :Short half life
benzodiazepine & no significant drug
accumulation at clinical close, untuk
pasien pasien dengan kelainan fungsi
hati dan ginjal
● Alprazolam :Efektif untuk anxietas
antisipatorik,“onset of action” lebih
cepat dan mempunyai komponen anti-
depresi
● Sulpiride-50 :Efektif untuk meredakan
gejala somatik dari sindrom anxietas dan
paling kecil resiko ketergantungan obat
Pengaturan Dosis
● Steady state, keadaan dengan jumlah
obat yang masuk kedalam badan sama
dengan jumlah obat yang keluar dari
badan dicapai setelah 5-7hari dengan
dosis 2-3 kali sehari (half life = <24 jam).
Onset of action cepat dan langsung
memberikan efek
● Efek klinis terlihat bila kadar obat dalam
darah telah mencapai “steady state”
31. Cara dan Lama Pemberian
Mulai dengan dosis
awal (dosis anjuran)
Naikkan dosis setiap 3-5 hari
sampai mencapai dosis
optimal
dipertahankan 2-3
minggu
diturunkan 1/8x setiap 2-4
minggu
dosis minimal yang
masih efektif
(maintenancedose)
Bila kambuhdinaikkan lagi
dan bila tetap efektif
pertahankan 4-8 minggu T
appering off
● Pada sindrom anxietas yang disebabkan faktor
situasi eksternal,pemberian obat tidak lebih dari
1-3 bulan
● Pemberian yang sewaktu-waktu dapat dilakukan
apabila sindrom anxietas dapat diramalkan waktu
datangnya dan hanya pada situasi tertentu
(anticipatory anxiety),serta terjadinya tidak sering
● Penghentianselalu bertahap (stepwise) agar tidak
menimbulkan gejala lepas obat