Prinsip dasar jenis penelitian ini adalah apabila dua situasi sama dalam segala hal, kecuali faktor yang ditambahkan atau dibuang dari salah satu situasi itu, maka setiap perbedaan yang muncul di antara kedua situasi tersebut dapat dikaitkan dengan faktor itu.
2. Rms masalah: manakah yang lebih baik, metode diskusi atau
metode ceramah pada prestasi belajar matematika?
Variabel terikat:
prestasi belajar
Variabel bebas:
metode pembelajaran
Variabel luaran:
(1) kemauan belajar,
(2) kemampuan awal,
(3) gaya berpikir,
(4) aktivitas belajar,
(5) gizi siswa,
(6) lama tidur,
(7) fasilitas belajar di rumah,
(8) jarak rumah ke sekolah,
(9) keikutsertaan dalam bimbingan
belajar,
(10) waktu mengajar,
(11) kemampuan guru mengajar,
(12) IQ,
(13) tingkat pendidikan orang tua,
(14) lingkungan sekolah,
(15) dst
Variabel luaran yang dapat
dikontrol, misalnya:
(1) waktu mengajar: semua
dilakukan pagi hari (by design)
(2) IQ siswa, dilakukan dengan
pemadanan IQ (by design)
(3) keikutsertaan dalam bimbingan
belajar, dengan melarang semua
siswa ikut bimbingan belajar (by
design)
(4) kemampuan awal, dikontrol
secara statistik, menggunakan
anakova (by statistics)
Variabel lainnya dianggap berefek
sama.
4. Prinsip Dasar
Apabila dua situasi sama dalam segala
hal, kecuali faktor yang ditambahkan
atau dibuang dari salah satu situasi
itu, maka setiap perbedaan yang
muncul di antara kedua situasi
tersebut dapat dikaitkan dengan
faktor itu.
5. Prosedur Meningkatkan Kesamaan
1. penempatan secara acak (random),
2. pemadanan (matching), dan
3. pemilihan kelompok-kelompok yang
homogen (cluster)
6. Manipulasi
Manipulasi suatu variabel menunjuk pada
tindakan yang sengaja dilakukan oleh
peneliti.
Dalam penelitian pendidikan dan perilaku
lainnya, pemanipulasian variabel mempunyai
bentuk khas di mana peneliti memberikan
seperangkat kondisi yang berbeda-beda dan
yang telah ditentukan sebelumnya kepada
subjek.
7. Manipulasi
Seperangkat kondisi yang berbeda-beda itu
disebut variabel bebas yang merupakan
variabel eksperimental atau variabel
perlakuan.
Kondisi yang berbeda-beda itu dirancang
untuk mewakili dua atau lebih nilai suatu
variabel bebas, yang dapat berupa perbedaan
tingkatan atau perbedaan jenis.
Peneliti dapat memanipulasi satu variabel
bebas saja atau sejumlah variabel bebas
sekaligus.
8. Pengamatan
Dalam penelitian eksperimental, kita tertarik pada
pengaruh pemanipulasian variabel bebas terhadap
variabel jawaban (response variable).
Pengamatan dilakukan terhadap ciri-ciri tingkah
laku subjek yang diteliti.
Nilai pengamatan yang bersifat kuantitatif (atau
yang dapat dikuantitatifkan) ini disebut variabel
terikat.
Dalam penelitian eksperimental, variabel terikat
sering berupa hasil dari sesuatu, misalnya hasil
belajar.
Prinsip: semakin besar variasi variabel terikat
semakin baik.
9. Validitas Internal
Validitas internal (internal validity)
mempertanyakan apakah suatu variabel
eksperimental telah sungguh-sungguh
menyebabkan perbedaan.
Segala sesuatu yang berkaitan dengan
kendali atau kontrol terhadap variabel-
variabel lain di luar variabel bebas
berkaitan dengan validitas internal ini.
10. Validitas Internal
Untuk menunjukkan bahwa suatu penelitian
eskperimental telah mempunyai validitas
internal yang tinggi, peneliti harus dapat
meyakinkan pihak-pihak lain bahwa semua
variabel luaran telah dikendalikan dan tidak
menimbulkan efek pada variabel terikat, atau
jika menimbulkan efek, maka efek itu terkena
sama, baik kepada kelompok eksperimental
maupun kepada kelompok pembanding.
11. Validitas Eksternal
Validitas eksternal (external validity)
mempertanyakan kerepresentatifan atau
kemungkinan generalisasi.
Persoalan apakah hasil yang diperoleh dapat
digeneralisasikan kepada populasi merupakan
persoalan validitas eksternal.
Misalnya, apakah kesimpulan yang diperoleh
dapat digeneralisasikan ke satu sekolah saja,
atau ke semua sekolah di suatu kecamatan,
atau ke semua sekolah di suatu kabupaten.
12. Validitas Eksternal
Validitas eksternal juga mempertanyakan
kerepresentatifan kajian sehubungan dengan variabel
dan ekologi atau setting yang terlibat di dalamnya.
Misalnya dari penelitian terhadap siswa sekolah dasar
di Kota Surakarta telah diketemukan bahwa jarak ke
sekolah tidak mempengaruhi keterlambatan siswa.
Pertanyaannya ialah apakah kalau wilayah
penelitiannya diubah ke wilayah lain (ke Kabupaten
Wonogiri, misalnya) apakah saling taut antar-variabel
tersebut masih berlaku? Atau kalau penelitian
direplikasi ke tingkat sekolah yang lebih tinggi
(misalnya pada sekolah menengah umum) apakah
saling taut itu juga masih berlaku?
13. Validitas Eksternal
Validitas eksternal juga mempertanyakan
kerepresentatifan variabel.
Misalnya kita mempunyai suatu variabel yang
disebut kecemasan. Persoalannya adalah
apakah kecemasan yang dirasakan oleh siswa
dari lingkungan masyarakat kaya sama
dengan kecemasan yang dirasakan oleh siswa
dari masyarakat kumuh?
14. Validititas Eksternal
Contoh yang lain ialah yang berkaitan dengan
variabel yang disebut inteligensi. Apakah
pengukuran inteligensi tidak dipengaruhi oleh
latar belakang kehidupan sosial siswa?
Apakah tidak dipengaruhi oleh lingkungan
sehari-hari siswa?
Suatu variabel diharapkan berlaku konstan di
mana-mana dan tidak dipengaruhi oleh
keadaan ekologi di sekitarnya, seperti halnya
variabel panjang dan temperatur pada fisika
yang bersifat konstan.
15. Validitas Internal dan Eksternal
Dalam membuat rancangan penelitian,
validitas internal adalah syarat mutlak.
Di sisi lain, rancangan penelitian yang baik
harus juga memperhatikan validitas
eksternal.
Biasanya validitas internal dan validitas
eksternal ini saling bergantungan.
Semakin dipertinggi validitas internal,
biasanya semakin rendah validitas eksternal,
dan sebaliknya, terutama untuk penelitian
pendidikan.
16. Penggolongan
Disebut penelitian eksperimental sungguhan
(true experimental research) apabila peneliti
dapat mengendalikan semua variabel luaran
dengan ketat
Disebut penelitian eksperimental semu (quasi
experimental research) apabila peneliti tidak
memungkinkan mengendalikan semua
variabel luaran yang relevan.
17. Penggolongan
Ada juga pakar penelitian yang mengatakan
bahwa penelitian bidang kependidikan termasuk
kepada penelitian eksperimental semu, karena
penelitian kependidikan sering menggunakan
intact group, misalnya kelas, sebagai kelompok
eksperimen dan kelompok pembanding.
Dalam hal penggunaan intact group, tidak
dilakukan randomisasi sama sekali untuk
menentukan subjek yang masuk kepada
kelompok eksperimental dan kelompok
pembanding.
18. Langkah-langkah
1. Identifikasikan dan rumuskan masalah
penelitian.
2. Lakukan telaah pustaka yang
berkaitan dengan variabel penelitian.
3. Rumuskan hipotesis berdasarkan
penelaahan kepustakaan.
19. Langkah-langkah
4. Definisikan secara operasional variabel-
variabel penelitian.
5. Susunlah rencana eksperimen.
6. Laksanakan eksperimen.
7. Kumpulkan data dan aturlah dalam cara
yang mempermudah analisis selanjutnya
dan tempatkan dalam rancangan yang
memungkinkan memperhitungkan efek
yang diperkirakan ada.
20. Langkah-langkah
8. Lakukan uji statistik yang relevan.
Biasanya adalah uji komparasi,
misalnya uji t, analisis variansi, atau
analisis kovariansi.
9. Buatlah interpretasi mengenai uji yang
telah dilakukan, berikan diskusi
(pembahasan) seperlunya, dan
tuliskan laporan hasil penelitiannya.
21. Rencana Eksperimen
Identifikasikan macam-macam
variabel yang relevan
Identifikasikan variabel-variabel non-
eksperimental yang mungkin
mencemarkan eksperimen, dan
tentukan bagaimana caranya
mengendalikan variabel-variabel
tersebut
22. Rencana Eksperimen
Tentukan rancangan eksperimennya
Tentukan sampel yang representatif
bagi populasi tertentu, tentukan siapa-
siapa yang masuk kelompok
pembanding dan siapa-siapa yang
masuk kelompok eksperimen
Tetapkan perlakuan yang diperlukan
23. Rencana Eksperimen
Pilihlah atau susunlah alat untuk
mengukur hasil eksperimen dan
validasikan alat tersebut
Rencanakan prosedur pengumpulan
data dan jika mungkin lakukan suatu
pilot atau trial run test untuk
menyempurnakan alat pengukur atau
rancangan eksperimen
24. Rancangan Faktorial
(untuk dua atau lebih variabel bebas)
Terdapat dua jenis rancangan faktorial
(factorial design).
Pada rancangan jenis pertama, semua
variabel bebas merupakan variabel
eksperimental. Peneliti tertarik pada beberapa
variabel bebas dan ingin menilai pengaruh
variabel-variabel bebas itu baik secara
terpisah maupun secara bersama-sama.
25. Rancangan Faktorial
Pada rancangan kedua, salah satu dari dua (atau
lebih) variabel bebas merupakan variabel
eksperimental. Kecuali itu, peneliti dapat juga
mempertimbangkan variabel-variabel lain yang
mungkin dapat mempengaruhi variabel terikat, yang
bukan variabel eksperimental. Pada umumnya
variabel lain itu adalah variabel atributif, yaitu
variabel yang pada dasarnya tidak dapat
dimanipulasi, misalnya jenis kelamin, kecerdasan,
ras, status sosial ekonomi, dan sebagainya.
Memasukkan variabel atributif ke dalam disain
faktorial bukan saja meningkatkan ketepatan
eksperimen, melainkan juga akan meningkatkan
kemampuan generalisasi hasil eksperimen tersebut.
26. Pemilihan variabel atribut
Killen (dalam Wina Sanjaya, 2008:131):
“no teaching method is better than others
in all circumtances, so you have to be able
to use a variety of teaching methods and
make rational decisions about when each
of the teaching method is likely to most
effective”
Pemilihan variabel atribut harus
mempertimbangkan pendapat Killen di atas
27. Pemilihan variabel atribut
Jika membandingkan dua metode, variabel
atributif harus dipilih demikian rupa sehingga
akan diperoleh informasi mengenai pada
keadaan seperti apa metode yang
pertama lebih efektif daripada
metode kedua, dan pada keadaan
seperti apa metode kedua lebih
efektif daripada metode pertama
Pada konteks anava, yang diharapkan adalah
adanya interaksi antara variabel metode
pembelajaran dengan variabel atribut.
28. Rancangan Faktorial
Rancangan faktorial yang paling sederhana
adalah rancangan 2 X 2, di mana masing-
masing variabel bebas mempunyai dua
tingkatan.
Analisis statistik yang digunakan pada
rancangan faktorial pada umumnya adalah
analisis variansi atau analisis kovariansi.
Semakin kompleks rancangannya, semakin
kompleks pula perhitungan-perhitungan yang
harus dilakukan.
30. Efek Utama
Peneliti dapat melihat efek utama (main effect) yaitu efek
utama pada baris atau kolom dengan tidak
memperhatikan sel-selnya.
Pada contoh di muka, peneliti dapat melihat efek utama
pada baris, yaitu apakah metode pembelajaran
berpengaruh terhadap prestasi belajar (dalam arti apakah
terdapat beda rerata antara kelas yang diberi pelajaran
dengan metode A dan rerata kelas yang diberi pelajaran
dengan metode B, dan kemudian menentukan metode
mana yang lebih baik).
Pada contoh di muka, peneliti juga dapat melihat efek
utama pada kolom, yaitu apakah terdapat perbedaan
rerata antara siswa yang mempunyai IQ tinggi, sedang,
dan rendah, dan kemudian menentukan kelompok mana
yang memperoleh prestasi lebih baik.
31. Interaksi
Bila metode pembelajaran yang berbeda
memberikan efek yang berbeda pada masing-
masing tingkatan tingkat kecerdasan (dalam
arti tidak konsisten), maka dikatakan terdapat
interaksi.
Hal yang sama terjadi apabila pada masing-
masing metode pembelajaran, perbedaan
rerata pada masing-masing tingkatan IQ tidak
konsisten.
32. Interaksi
Interaksi ada, misalnya, apabila terjadi hal berikut.
Untuk siswa yang kecerdasannya tinggi, metode A
lebih efektif, namun untuk siswa yang kecerdasannya
normal, metode B yang lebih efektif, sedangkan
untuk siswa yang kecerdasannya rendah, kedua
metode sama efektifnya.
Hipotesis penelitian yang mengatakan terdapat
interaksi antara metode pembelajaran dan IQ, tidak
jelas dan tidak mempunyai arah, sebab ada berbagai
kasus interaksi sehingga tidak jelas interaksi mana
yang dihipotesiskan.
Harus dihindari hipotesis penelitian yang berbunyi:
“terdapat interaksi antara variabel A dan
variabel B”
33. Interaksi
Hipotesis penelitian yang mengatakan tidak terdapat
interaksi antara metode pembelajaran dan IQ, tidak
jelas dan tidak mempunyai arah, sebab ada berbagai
kasus tidak interaksi sehingga tidak jelas interaksi
mana yang dihipotesiskan.
Harus dihindari hipotesis penelitian yang berbunyi:
“tidak terdapat interaksi antara variabel A
dan variabel B”
34. Efek Sederhana
Efek sederhana (simple effect) adalah
efek baris tertentu dengan
memperhatikan tingkatan (variasi) pada
kolom, atau efek kolom tertentu dengan
memperhatikan tingkatan (variasi) pada
baris.
35. Efek Sederhana
Pada contoh di atas, peneliti dapat melihat efek
metode kalau ditinjau dari tingkat kecerdasan. Yang
berarti peneliti melihat:
apakah terdapat efek metode pada siswa-siswa yang
mempunyai IQ tinggi (dalam arti apakah rerata siswa yang
mempunyai IQ tinggi berbeda jika dikenai metode yang
berbeda; kalau ya, mana yang lebih baik);
apakah terdapat efek metode pada siswa-siswa yang
mempunyai IQ sedang (dalam arti apakah rerata siswa yang
mempunyai IQ sedang berbeda jika dikenai metode yang
berbeda; kalau ya, mana yang lebih baik);
apakah terdapat efek metode pada siswa-siswa yang
mempunyai IQ rendah (dalam arti apakah rerata siswa yang
mempunyai IQ rendah berbeda jika dikenai metode yang
berbeda; kalau ya, mana yang lebih baik);
36. Pertanyaan yang mungkin pada
rancangan faktorial 2 x 2
Jika rancangan penelitiannya adalah faktorial
2 x 2, seperti pada diagram di atas, ada
berapa pertanyaan penelitian yang dapat
dikaji?
37. Pertanyaan yang mungkin pada
rancangan faktorial 2 x 2
1. Manakah yang memberikan prestasi belajar
lebih baik, metode A atau metode B?
38. Pertanyaan yang mungkin pada
rancangan faktorial 2 x 2
2. Manakah yang memberikan prestasi belajar
lebih baik, ukuran kelas Kecil atau ukuran
kelas Besar?
39. Pertanyaan yang mungkin pada
rancangan faktorial 2 x 2
3. Pada Kelas Kecil, manakah yang
memberikan prestasi belajar lebih baik,
metode A atau metode B?
40. Pertanyaan yang mungkin pada
rancangan faktorial 2 x 2
4. Pada Kelas Besar, manakah yang
memberikan prestasi belajar lebih baik,
metode A atau metode B?
41. Pertanyaan yang mungkin pada
rancangan faktorial 2 x 2
5. Pada Metode A, manakah yang memberikan
prestasi belajar lebih baik, ukuran Kelas Kecil
atau ukuran Kelas Besar?
42. Pertanyaan yang mungkin pada
rancangan faktorial 2 x 2
6. Pada Metode B, manakah yang memberikan
prestasi belajar lebih baik, ukuran Kelas Kecil
atau ukuran Kelas Besar?
43. Hipotesis mengenai tidak terdapat
interaksi vs terdapat interaksi
Sebaiknya dihindari hipotesis penelitian,
misalnya: tidak terdapat interaksi antara
ukuran kelas dan metode
Sebaiknya dihindari hipotesis penelitian,
misalnya: terdapat interaksi antara
ukuran kelas dan metode
Sebab terdapat berbagai kasus tidak terdapat
interaksi dan terdapat berbagai kasus
terdapat interaksi antara ukuran kelas dan
metode
44. Kasus-kasus di mana tidak terdapat interaksi
antara Ukuran Kelas dan Metode, antara lain:
dan masih banyak lain kasus
45. Kasus-kasus di mana tidak terdapat interaksi
antara Ukuran Kelas dan Metode, antara lain:
1. Baik untuk kelas kecil maupun kelas besar, metode A
sama efektifnya dengan metode B.
2. Baik untuk metode A maupun metode B, ukuran kelas
kecil sama efektifnya dengan ukuran kelas besar.
46. Kasus-kasus di mana tidak terdapat interaksi
antara Ukuran Kelas dan Metode, antara lain:
1. Baik untuk kelas kecil mapun kelas besar, metode A
sama efektifnya dengan metode B.
2. Baik untuk metode A maupun metode B, ukuran kelas
kecil lebih baik daripada ukuran kelas besar.
47. Kasus-kasus di mana tidak terdapat interaksi
antara Ukuran Kelas dan Metode, antara lain:
1. Baik untuk kelas kecil maupun kelas besar, metode A
sama efektifnya dengan metode B.
2. Baik untuk metode A maupun metode B, ukuran kelas
besar lebih efektif daripada ukuran kelas kecil.
48. Kasus-kasus di mana tidak terdapat interaksi
antara Ukuran Kelas dan Metode, antara lain:
1. Baik untuk ukuran kelas kecil maupun kelas kecil,
metode B lebih efektif daripada metode B.
2. Baik untuk metode A maupun metode B, ukuran kelas
kecil sama efektifnya dengan ukuran kelas besar.
49. Kasus-kasus di mana terdapat interaksi
antara Ukuran Kelas dan Metode, antara lain:
dan masih banyak lain kasus
50. Kasus-kasus di mana terdapat interaksi
antara Ukuran Kelas dan Metode, antara lain:
1. Untuk kelas kecil, metode B lebih baik daripada metode A; sedangkan
untuk kelas besar, metode A sama efektifnya dengan metode B.
2. Untuk metode A, kelas kecil sama efektifnya dengan kelas besar;
sedangkan untuk metode B, kelas kecil lebih efektif daripada kelas besar.
51. Kasus-kasus di mana terdapat interaksi
antara Ukuran Kelas dan Metode, antara lain:
1. Untuk kelas kecil, metode A lebih baik daripada metode B; sedangkan
untuk kelas besar, metode A sama efektifnya dengan metode B.
2. Untuk metode A, kelas kecil lebih efektif daripada kelas besar; sedangkan
untuk metode B, kelas kecil sama efektifnya dengan kelas besar.
52. Kasus-kasus di mana terdapat interaksi
antara Ukuran Kelas dan Metode, antara lain:
1. Untuk kelas kecil, metode A lebih efektif daripada metode B; sedangkan
untuk kelas besar, metode B lebih efektif daripada metode A.
2. Untuk metode A, kelas kecil lebih efektif daripada kelas besar; sedangkan
untuk metode B, kelas besar lebih efektif daripada kelas kecil.
53. Kasus-kasus di mana terdapat interaksi
antara Ukuran Kelas dan Metode, antara lain:
1. Untuk kelas kecil, metode B lebih efektif daripada metode A; sedangkan
untuk kelas besar, metode A lebih efektif daripada metode B.
2. Untuk metode A, kelas besar lebih efektif daripada kelas kecil; sedangkan
untuk metode B, kelas kecil lebih efektif daripada kelas besar.
54. Kaitan antara Hipotesis Penelitian dan
Hipotesis Statistik
Bagaimana mengkaitkan jawaban rumusan
masalah (atau hipotesis penelitian) dengan
hipotesis statistik pada Anava 2 jalan?
55. Kaitan antara Hipotesis Penelitian dan
Hipotesis Statistik
1.Manakah yang memberikan prestasi belajar
lebih baik, metode A atau metode B?
Dilihat dari diterima/ditolaknya H0M
56. Kaitan antara Hipotesis Penelitian dan
Hipotesis Statistik
2. Manakah yang memberikan prestasi belajar lebih
baik, ukuran kelas Kecil atau ukuran kelas Besar?
Dilihat dari diterima/ditolaknya H0UK
57. Kaitan antara Hipotesis Penelitian dan
Hipotesis Statistik
3. Pada Kelas Kecil, manakah yang memberikan prestasi
belajar lebih baik, metode A atau metode B?
Dilihat dari diterima/ditolaknya H0MxUK. Jika H0 diterima, yang
berarti tidak ada interaksi, maka jawab pertanyaan ini mengacu
kepada jawab pertanyaan 1. Jika H0 ditolak, dilakukan uji lanjut
pasca anava antarsel pada baris yang sama.
58. Kaitan antara Hipotesis Penelitian dan
Hipotesis Statistik
4. Pada Kelas Besar, manakah yang memberikan prestasi
belajar lebih baik, metode A atau metode B?
Dilihat dari diterima/ditolaknya H0MxUK. Jika H0 diterima, yang
berarti tidak ada interaksi, maka jawab pertanyaan ini mengacu
kepada jawab pertanyaan 1. Jika H0 ditolak, dilakukan uji lanjut
pasca anava.
59. Kaitan antara Hipotesis Penelitian dan
Hipotesis Statistik
5. Pada Metode A, manakah yang memberikan prestasi belajar
lebih baik, ukuran Kelas Kecil atau ukuran Kelas Besar?
Dilihat dari diterima/ditolaknya H0MxUK. Jika H0 diterima, yang
berarti tidak ada interaksi, maka jawab pertanyaan ini mengacu
kepada jawab pertanyaan 2. Jika H0 ditolak, dilakukan uji lanjut
pasca anava.
60. Kaitan antara Hipotesis Penelitian dan
Hipotesis Statistik
6. Pada Metode B, manakah yang memberikan prestasi belajar
lebih baik, ukuran Kelas Kecil atau ukuran Kelas Besar?
Dilihat dari diterima/ditolaknya H0MxUK. Jika H0 diterima, yang
berarti tidak ada interaksi, maka jawab pertanyaan ini mengacu
kepada jawab pertanyaan 2. Jika H0 ditolak, dilakukan uji lanjut
pasca anava.