Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas konsep linguistik dan sosiolinguistik serta bidang-bidang kajian utama linguistik
2) Linguistik didefinisikan sebagai kajian ilmiah terhadap bahasa yang mencakupi berbagai bidang seperti fonetik, morfologi, dan sintaksis
3) Sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dan masyarakat, meliputi
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas konsep linguistik dan sosiolinguistik serta bidang-bidang kajian utama linguistik
2) Linguistik didefinisikan sebagai kajian ilmiah terhadap bahasa yang mencakupi berbagai bidang seperti fonetik, morfologi, dan sintaksis
3) Sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dan masyarakat, meliputi
Konsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa MelayuIPG Kampus Kota Bharu
Dokumen tersebut membahas tentang konsep fonetik, fonologi, dan fonem-fonem dalam bahasa Melayu. Secara ringkas, fonetik adalah kajian bunyi bahasa, fonologi adalah kajian pola bunyi bahasa, dan fonem adalah unit bunyi terkecil yang membedakan makna dalam bahasa tersebut.
1. Pelajar dapat memahami berbagai jenis makna seperti makna semantik, rujukan, bukan rujukan, denotatif, konotatif, konseptual, dan hubungan antara makna dengan kata.
2. Semantik dapat diartikan sebagai kajian makna pada berbagai tingkatan seperti sintaksis, proposisi, dan pragmatik.
3. Rujukan merupakan benda, konsep, atau perlakuan yang dirujuk oleh
Dokumen tersebut membahas ciri-ciri linguistik yang meliputi unsur-unsur sistem bahasa seperti perkataan, bunyi, dan ayat. Beberapa aspek bunyi yang dibahas adalah perbezaan laras lisan melalui nada suara, penggunaan nada suara dalam ucapan, dan contoh deklamasi sajak. Jenis ayat aktif dan pasif juga dibahas beserta contohnya.
Credit To:
Zarif
Firdaus Haris
Di dalam slide ini akan dibincangkan mengenai keutuhan leksikal , keutuhan gramatikal dan keutuhan fonologi. Maksud elemen-elemen juga diberikan dan diterangkan.
Dokumen tersebut membahas tentang linguistik sejarah yang mengkaji perkembangan bahasa melalui masa, termasuk perubahan bunyi, tatabahasa, dan kosa kata. Kajian ini penting untuk merekonstruksi bahasa-bahasa purba dan mengelompokkan bahasa-bahasa berdasarkan kerabatannya. Contohnya, bahasa Melayu purba telah direkonstruksi dari beberapa bahasa di Nusantara.
Makalah ini membahas tentang tradisi dan kepercayaan masyarakat di Dusun Surodadi, Candimulyo, Magelang. Beberapa tradisi yang diuraikan meliputi upacara kematian, ziarah kubur, nyadran, yasinan, khataman, pengajian, serta upacara kelahiran seperti neloni, mitoni, mengubur ari-ari, dan brokohan. Kepercayaan masyarakat terkait Islam santri, Islam kejawen, dan kepercaya
Dokumen tersebut merupakan ringkasan sejarah perkembangan sistem pengiriman surat di berbagai belahan dunia sejak zaman kuno hingga saat ini. Mulai dari Mesir Kuno, Persia, China, India, Romawi, hingga Eropa dan Indonesia. Juga membahas jenis-jenis surat seperti pribadi, dinas, niaga, dan elektronik beserta ciri-cirinya.
Konsep Fonetik dan Fonologi dan Fonem-fonem Dalam Bahasa MelayuIPG Kampus Kota Bharu
Dokumen tersebut membahas tentang konsep fonetik, fonologi, dan fonem-fonem dalam bahasa Melayu. Secara ringkas, fonetik adalah kajian bunyi bahasa, fonologi adalah kajian pola bunyi bahasa, dan fonem adalah unit bunyi terkecil yang membedakan makna dalam bahasa tersebut.
1. Pelajar dapat memahami berbagai jenis makna seperti makna semantik, rujukan, bukan rujukan, denotatif, konotatif, konseptual, dan hubungan antara makna dengan kata.
2. Semantik dapat diartikan sebagai kajian makna pada berbagai tingkatan seperti sintaksis, proposisi, dan pragmatik.
3. Rujukan merupakan benda, konsep, atau perlakuan yang dirujuk oleh
Dokumen tersebut membahas ciri-ciri linguistik yang meliputi unsur-unsur sistem bahasa seperti perkataan, bunyi, dan ayat. Beberapa aspek bunyi yang dibahas adalah perbezaan laras lisan melalui nada suara, penggunaan nada suara dalam ucapan, dan contoh deklamasi sajak. Jenis ayat aktif dan pasif juga dibahas beserta contohnya.
Credit To:
Zarif
Firdaus Haris
Di dalam slide ini akan dibincangkan mengenai keutuhan leksikal , keutuhan gramatikal dan keutuhan fonologi. Maksud elemen-elemen juga diberikan dan diterangkan.
Dokumen tersebut membahas tentang linguistik sejarah yang mengkaji perkembangan bahasa melalui masa, termasuk perubahan bunyi, tatabahasa, dan kosa kata. Kajian ini penting untuk merekonstruksi bahasa-bahasa purba dan mengelompokkan bahasa-bahasa berdasarkan kerabatannya. Contohnya, bahasa Melayu purba telah direkonstruksi dari beberapa bahasa di Nusantara.
Makalah ini membahas tentang tradisi dan kepercayaan masyarakat di Dusun Surodadi, Candimulyo, Magelang. Beberapa tradisi yang diuraikan meliputi upacara kematian, ziarah kubur, nyadran, yasinan, khataman, pengajian, serta upacara kelahiran seperti neloni, mitoni, mengubur ari-ari, dan brokohan. Kepercayaan masyarakat terkait Islam santri, Islam kejawen, dan kepercaya
Dokumen tersebut merupakan ringkasan sejarah perkembangan sistem pengiriman surat di berbagai belahan dunia sejak zaman kuno hingga saat ini. Mulai dari Mesir Kuno, Persia, China, India, Romawi, hingga Eropa dan Indonesia. Juga membahas jenis-jenis surat seperti pribadi, dinas, niaga, dan elektronik beserta ciri-cirinya.
Makalah Hubungan Kalimat Tunggal dan Majemukdwikar92
Makalah ini membahas tentang hubungan antara kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa, sedangkan kalimat majemuk terdiri dari dua klausa atau lebih. Kalimat tunggal dibedakan menjadi verbal, nominal, dan adjektival, sedangkan kalimat majemuk dibedakan menjadi setara dan tidak setara. Makalah ini juga membahas mengenai hubungan antara k
This document summarizes a power point presentation on pragmatics by Guillermo Torres. It defines pragmatics as the study of contextual meaning, speaker meaning, and how more is communicated than what is said. It discusses deixis, reference and inference, presupposition versus entailment, cooperation and implicature, speech acts, and politeness in interaction. The presentation provides examples and explanations of these key concepts in pragmatics.
Pragmatics is the study of meaning as communicated by speakers and interpreted by listeners. It considers how context, including social and cultural factors, affect meaning. A key aspect is speaker meaning - what the speaker intends to communicate through their utterance. Speech acts theory analyzes utterances as actions like statements, requests, promises. Pragmatics also examines implicature or implied meaning, presuppositions, and how context helps determine reference. It bridges semantics and real-world language use.
The document discusses pragmatics, which is the study of how language is used in context and why people use language in particular ways. It provides examples of how the meaning of the word "ball" changes based on the context and discusses different types of context including physical, epistemic, linguistic, and social context. It also discusses speech acts, direct and indirect speech acts, felicity conditions for different speech acts, and Grice's cooperative principle and maxims of conversation. Finally, it discusses language use in advertising and provides discourse analysis examples.
Pragmatics studies how utterances are used and interpreted based on context. It examines linguistic context like other words used, physical context like location, and how deixis requires shared knowledge. Speech act theory analyzes locutionary meaning, illocutionary intention, and perlocutionary effect. Cooperation theory proposes maxims for conversation like being relevant and clear. Pragmatic analysis considers how meaning relates to situation, people, context, and shared information.
Deixis refers to linguistic elements whose meaning depends on context. There are several types of deixis:
1. Person deixis refers to pronouns like I, you, he/she that indicate speaker and addressee.
2. Place deixis uses words like here and there to indicate locations relative to the speaker.
3. Time deixis references moments like now and then in relation to utterance time.
4. Discourse deixis refers back to parts of the ongoing conversation using words like before, after.
5. Social deixis encodes social relationships through honorifics and polite forms. Deictic elements are crucial for communication as their meaning relies on shared context
Teks tersebut membahas tentang deiksis dan fungsinya. Secara garis besar, deiksis adalah konsep yang referennya berganti sesuai dengan penutur atau tempat tutur. Terdapat tiga jenis deiksis yaitu persona, tempat, dan waktu. Fungsi deiksis antara lain untuk membantu memahami tuturan dan menyesuaikan dengan konteks.
Teks tersebut membahas tentang aspek-aspek makna dan semantik dalam linguistik. Terdapat beberapa aspek makna menurut para ahli, yaitu pengertian, nilai rasa, nada, dan maksud. Jenis-jenis makna dalam semantik antara lain makna emotif, konotatif, kognitif, referensial, dan piktorikal. Teks ini juga membahas para ahli yang membedah konsep semantik dan makna serta hubungannya dengan unsur-unsur b
Dokumen tersebut membahas tentang teori semantik dan makna leksikal. Secara ringkas, dibahas bahwa semantik adalah ilmu yang mempelajari makna, dan makna leksikal adalah makna dasar suatu kata tanpa mempertimbangkan konteks. Jenis-jenis makna juga dibahas seperti makna gramatikal, referensial, denotatif, konotatif, dan kolokasi.
Teks tersebut membahas tentang semantik bahasa Indonesia yang mencakup definisi semantik, jenis-jenis makna kata seperti makna leksikal, gramatikal, denotatif, konotatif, makna kata dan istilah, hubungan makna antara kata seperti sinonim dan antonim, perubahan makna, serta pilihan kata yang tepat sesuai konteks.
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, kata, dan term. Pengertian adalah gambaran abstrak dalam pikiran tentang sesuatu, yang kemudian diungkapkan melalui bahasa dalam bentuk kata. Kata pada dasarnya merupakan ekspresi dari pengertian. Sementara itu, term adalah gabungan kata yang membentuk subjek atau predikat dalam kalimat. Terdapat berbagai jenis term berdasarkan cakupan, makna, dan hubung
Dokumen tersebut membahas tentang makna dalam linguistik, terutama dalam bidang semantik. Secara ringkas, dibahas mengenai pengertian makna, jenis-jenis makna seperti makna leksikal, gramatikal, dan kontekstual, serta relasi antara tanda bahasa dan konsep yang dimaksud.
Modul ini membahas lingkup kajian makna secara semantik dan pragmatik, relasi makna antara kata, serta makna kata, frasa, dan kalimat. Topik utama meliputi perbedaan antara semantik dan pragmatik, objek kajian semantik seperti makna kata dan relasi antarkata, serta makna frasa dan kalimat."
Semantik leksikal menyangkut makna kata dan leksem. Bidang ini mempelajari makna leksikal, referensi, denotasi, konotasi, analisis ekstensi dan intensi, komponensial, pemakaian kanonik dan nonkanonik, serta hubungan antar kata seperti sinonim, antonim, homonim, dan hiponim.
Makalah ini membahas relasi makna atau hubungan kemaknaan antara satuan bahasa dalam bahasa Indonesia. Ia menjelaskan pengertian relasi makna, prinsip-prinsipnya, dan jenis-jenis relasi makna seperti sinonim, antonim, dan hiponim."
Dokumen tersebut membahas tentang dasar-dasar teori semantik. Semantik adalah ilmu yang mempelajari makna dalam bahasa. Dokumen tersebut menjelaskan pengertian semantik menurut para ahli, sejarah perkembangan studi semantik, hubungannya dengan ilmu lain seperti sosiologi dan antropologi, serta batasannya dalam mempelajari makna.
Kajian wacana mencakup berbagai aspek komunikasi manusia, termasuk antropologi, sosial, dan pragmatis. Ada pola-pola, aturan, dan prinsip-prinsip yang saling terkait dalam membangun komunikasi sehingga tujuan dan maksudnya dapat tercapai. Kajian wacana menjelaskan berbagai kemungkinan kesalahan interpretasi dalam komunikasi dan bagaimana wacana merupakan proses yang membentuk dan dibentuk oleh
1. PENGERTIAN DEIKSIS Dalam KBBI (1991: 217), deiksis diartikan sebagai hal
Deiksis berasal dari kata Yunani kuno yang berarti atau fungsi yang menunjuk sesuatu di luar bahasa; kata tunjuk
“menunjukkan atau menunjuk”. Dengan kata lain informasi pronomina, ketakrifan, dan sebagainya.
kontekstual secara leksikal maupun gramatikal yang menunjuk Deiksis adalah kata-kata yang memiliki referen
pada hal tertentu baik benda, tempat, ataupun waktu itulah berubah-ubah atau berpindah-pindah (Wijana, 1998: 6).
yang disebut dengan deiksis, misalnya he, here, now. Ketiga Menurut Bambang Yudi Cahyono (1995: 217), deiksis adalah
ungkapan itu memberi perintah untuk menunjuk konteks suatu cara untuk mengacu ke hakekat tertentu dengan
tertentu agar makna ujaran dapat di pahami dengan menggunakan bahasa yang hanya dapat ditafsirkan menurut
tegas.Tenses atau kala juga merupakan jenis deiksis. Misalnya makna yang diacu oleh penutur dan dipengaruhi situasi
then hanya dapat di rujuk dari situasinya. pembicaraan.
Deiksis didefinisikan sebagai ungkapan yang terikat Deiksis dapat juga diartikan sebagai lokasi dan
dengan konteksnya. Contohnya dalam kalimat “Saya mencintai identifikasi orang, objek, peristiwa, proses atau kegiatan yang
dia”, informasi dari kata ganti “saya” dan “dia” hanya dapat di sedang dibicarakan atau yang sedang diacu dalam
telusuri dari konteks ujaran. Ungkapan-ungkapan yang hanya hubungannya dengan dimensi ruang dan waktunya, pada saat
diketahui hanya dari konteks ujaran itulah yang di sebut dituturkan oleh pembicara atau yang diajak bicara (Lyons,
deiksis. 1977: 637 via Djajasudarma, 1993: 43).
Lavinson (1983) memberi contoh berikut untuk Menurut Bambang Kaswanti Purwo (1984: 1) sebuah
menggambarkan pentingnya informasi deiksis. Misalnya anda kata dikatakan bersifat deiksis apabila rujukannya berpindah-
menemukan sebuah botol di pantai berisi surat di dalamnya pindah atau berganti-ganti, tergantung siapa yang menjadi
dengan pesan sebagai berikut : pembicara, saat dan tempat dituturkannya kata-kata itu. Dalam
(1) Meet me here a week from now with a stick about this big. bidang linguistik terdapat pula istilah rujukan atau sering
Pesan ini tidak memiliki latar belakang kontekstual disebut referensi, yaitu kata atau frase yang menunjuk kata,
sehingga sangat tidak informatif. Karena unkapan deiksis frase atau ungkapan yang akan diberikan. Rujukan semacam
hanya memiliki makna ketika ditafsirkan oleh pembaca. Pada itu oleh Nababan (1987: 40) disebut deiksis (Setiawan, 1997:
dasarnya ungkapan deiksis ini masuk dalam ranah pragmatik. 6).
Namun karena penemuan makna ini sangat penting untuk Pengertian deiksis dibedakan dengan pengertian
mengetahui maksud dan kondisi yang sebenarnya maka pada anafora. Deiksis dapat diartikan sebagai luar tuturan, dimana
saat yang sama masuk dalam ranah semantik. Dengan kata lain yang menjadi pusat orientasi deiksis senantiasa si pembicara,
dalam kasus ungkapan deiksis, proses pragmatik dalam yang tidak merupakan unsur di dalam bahasa itu sendiri,
mencari acuan masuk dalam semantik. Umumnya kita dapat sedangkan anafora merujuk dalam tuturan baik yang mengacu
mengatakan ungkapan deiksis merupakan bagian yang kata yang berada di belakang maupun yang merujuk kata yang
mengacu pada ungkapan yang berkaitan dengan konteks berada di depan (Lyons, 1977: 638 via Setiawan, 1997: 6).
situasi, wacana sebelumnya, penunjukan, dan sebagainya.
2. Berdasarkan beberapa pendapat, dapat dinyatakan oleh adanya kemiripan antara peristiwa bahasa dan permainan
bahwa deiksis merupakan suatu gejala semantis yang terdapat bahasa (Lyons, 1977: 638 via Djajasudarma, 1993: 44). Deiksis
pada kata atau konstruksi yang acuannya dapat ditafsirkan perorangan (person deixis); menunjuk peran dari partisipan
sesuai dengan situasi pembicaraan dan menunjuk pada sesuatu dalam peristiwa percakapan misalnya pembicara, yang
di luar bahasa seperti kata tunjuk, pronomina, dan sebagainya. dibicarakan, dan entitas yanng lain.
Perujukan atau penunjukan dapat ditujukan pada bentuk atau Deiksis orang ditentukan menurut peran peserta dalam
konstituen sebelumnya yang disebut anafora. Perujukan dapat peristiwa bahasa. Peran peserta itu dapat dibagi menjadi tiga.
pula ditujukan pada bentuk yang akan disebut kemudian. Pertama ialah orang pertama, yaitu kategori rujukan pembicara
Bentuk rujukan seperti itu disebut dengan katafora. kepada dirinya atau kelompok yang melibatkan dirinya,
Fenomena deiksis merupakan cara yang paling jelas misalnya saya, kita, dan kami. Kedua ialah orang kedua, yaitu
untuk menggambarkan hubungan antara bahasa dan konteks kategori rujukan pembicara kepada seorang pendengar atau
dalam struktur bahasa itu sendiri. Kata seperti saya, sini, lebih yang hadir bersama orang pertama, misalnya kamu,
sekarang adalah kata-kata deiktis. Kata-kata ini tidak memiliki kalian, saudara. Ketiga ialah orang ketiga, yaitu kategori
referen yang tetap. Referen kata saya, sini, sekarang baru dapat rujukan kepada orang yang bukan pembicara atau pendengar
diketahui maknanya jika diketahui pula siapa, di tempat mana, ujaran itu, baik hadir maupun tidak, misalnya dia dan mereka.
dan waktu kapan kata-kata itu diucapkan. Jadi, yang menjadi Kata ganti persona pertama dan kedua rujukannya
pusat orientasi deiksis adalah penutur. bersifat eksoforis. Hal ini berarti bahwa rujukan pertama dan
kedua pada situasi pembicaraan (Purwo, 1984: 106). Oleh
2.3 JENIS-JENIS DEIKSIS karenanya, untuk mengetahui siapa pembicara dan lawan
Deiksis ada lima macam, yaitu deiksis orang, deiksis bicara kita harus mengetahui situasi waktu tuturan itu
tempat, deiksis waktu, deiksis wacana dan deiksis sosial dituturkan. Apabila persona pertama dan kedua akan dijadikan
(Nababan, 1987: 40). Selain itu Kaswanti Purwo (Sumarsono: endofora, maka kalimatnya harus diubah, yaitu dari kalimat
2008;60) menyebut beberapa jenis deiksis, yaitu deiksis langsung menjadi kalimat tidak langsung. (Setiawan, 1997: 8).
persona, tempat, waktu, dan penunjuk. Sehingga jika Bentuk pronomina persona pertama jamak bersifat
digabungkan menjadi enam jenis deiksis. Paparan lebih eksofora. Hal ini dikarenakan bentuk tersebut, baik yang
lengkap sebagai berikut. berupa bentuk kita maupun bentuk kami masih mengandung
bentuk persona pertama tunggal dan persona kedua tunggal.
a. Deiksis Persona Berbeda dengan kata ganti persona pertama dan kedua,
Istilah persona berasal dari kata Latin persona sebagai kata ganti persona ketiga, baik tunggal, seperti bentuk dia, ia, -
terjemahan dari kata Yunani prosopon, yang artinya topeng nya maupun bentuk jamak, seperti bentuk sekalian dan kalian,
(topeng yang dipakai seorang pemain sandiwara), berarti juga dapat bersifat endofora dan eksofora. Oleh karena bersifat
peranan atau watak yang dibawakan oleh pemain sandiwara. endofora, maka dapat berwujud anafora dan katafora
Istilah persona dipilih oleh ahli bahasa waktu itu disebabkan (Setiawan, 1997: 9).
3. Deiksis persona merupakan deiksis asli, sedangkan lain yang dimiliki pronomina ialah acuannya dapat berpindah-
deiksis waktu dan deiksis tempat adalah deiksis jabaran. pindah karena bergantung pada siapa yang menjadi
Menurut pendapat Becker dan Oka dalam Purwo (1984: 21) pembicara/penulis, yang menjadi pendengar/pembaca, atau
bahwa deiksis persona merupakan dasar orientasi bagi deiksis siapa/apa yang dibicarakan (Moeliono, 1997: 170).
ruang dan tempat serta waktu. Dalam bahasa Inggris dikenal tiga bentuk kata ganti
Deiksis perorangan menunjukan subjektivitas dalam persona, yaitu persona pertama, persona kedua dan persona
struktur semantik. Deiksis perorangan hanya dapat ditangkap ketiga (Lyons, 1997: 276 via Setiawan, 1997: 9). Bahasa
jika kita memahami peran dari pembicara, sumber ujaran, Indonesia juga mengenal tiga bentuk persona seperti dalam
penerima, target ujaran, dan pendengar yang bukan dituju atau bahasa Inggris (P&P, 1988: 172 via Setiawan, 1997: 9).
ditarget. Dengan demikian kita dapat mengganti kata ganti dan Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai
kata sifat pada contoh (6) dengan contoh (7) atau (8) dalam untuk mengacu ke orang. Pronomina dapat mengacu pada diri
proses ujaran. sendiri (persona pertama), mengacu pada orang yang diajak
(6) “give me your hand” bicara (persona kedua), atau mengacu pada orang yang
(7) “give him your hand” dibicarakan (persona ketiga) (Moeliono, 1997: 172).
(8) “I give him my hand” 1. Pronomina Persona Pertama
Berikutnya, penting kiranya melihat jumlah jamak yang Dalam Bahasa Indonesia, pronomina persona pertama
berbeda maknanya ketika kita terapkan pada orang pertama dan tunggal adalah saya, aku, dan daku. Bentuk saya, biasanya
orang ketiga. Pada orang pertama, bukan berarti multiplikasi digunakan dalam tulisan atau ujaran yang resmi. Bentuk saya,
dari pembicara. Juga, “we” dapat menjadi inklusif atau dapat juga dipakai untuk menyatakan hubungan pemilikan dan
eksklusif dari yang ditunjuk. Sistem kata ganti berbeda dari diletakkan di belakang nomina yang dimilikinya, misalnya:
bahasa yang satu ke bahasa yang lain karena ragam perbedaan rumah saya, paman saya. Pronomina persona pertama aku,
ditambahkan seperti jumlah dua, jenis kelamin, status sosial, lebih banyak digunakan dalam situasi non formal dan lebih
dan jarak sosial. Lebih-lebih, istilah keturunan juga menunjuk banyak menunjukkan keakraban antara pembicara/penulis dan
pada deiksis. Misalnya, dalam bahasa Aborigin Australia ada pendengar/pembaca. Pronomina persona aku mempunyai
istilah yang digunakan untuk seseorang yang merupakan bapak variasi bentuk, yaitu -ku dan ku-. Sedangkan untuk pronomina
pembicara dan merupakan kakek pembicara. Bapak pembicara persona pertama daku, pada umumnya digunakan dalam karya
yang bukan kakek pembicara akan ditunjukan dengan istilah sastra.
yang lain. Selain pronomina persona pertama tunggal, bahasa
Jika ditinjau dari segi artinya, pronomina adalah kata Indonesia mengenal pronomina persona pertama jamak, yakni
yang dipakai untuk mengacu ke nomina lain. Jika dilihat dari kami dan kita. Kami bersifat eksklusif; artinya, pronomina itu
segi fungsinya, dapat dikatakan bahwa pronomina menduduki mencakupi pembicara/penulis dan orang lain dipihaknya, tetapi
posisi yang umumnya diduduki oleh nomina, seperti subjek, tidak mencakupi orang lain dipihak pendengar/pembacanya.
objek, dan -dalam macam kalimat tertentu- juga predikat. Ciri Sebaliknya, kita bersifat inklusif; artinya, pronomina itu
4. mencakupi tidak saja pembicara/penulis, tetapi juga yang dibicarakan. Dari keempat pronomina tersebut, hanya dia,
pendengar/pembaca, dan mungkin pula pihak lain. -nya dan beliau yang dapat digunakan untuk menyatakan milik.
Pronomina persona ketiga jamak adalah mereka. Pada
2. Pronomina Persona Kedua umumnya mereka hanya dipakai untuk insan. Benda atau
Pronomina persona kedua tunggal mempunyai beberapa konsep yang jamak dinyatakan dengan cara yang lain; misalnya
wujud, yakni engkau, kamu Anda, dikau, kau- dan -mu. dengan mengulang nomina tersebut atau dengan mengubah
Pronomina persona kedua engkau, kamu, dan -mu, dapat sintaksisnya.
dipakai oleh orang tua terhadap orang muda yang telah dikenal Akan tetapi, pada cerita fiksi atau narasi lain yang
dengan baik dan lama; orang yang status sosialnya lebih tinggi; menggunakan gaya fiksi, kata mereka kadang-kadang juga
orang yang mempunyai hubungan akrab, tanpa memandang dipakai untuk mengacu pada binatang atau benda yang
umur atau status sosial. dianggap bernyawa. Mereka tidak mempunyai variasi bentuk
Pronomina persona kedua Anda dimaksudkan untuk sehingga dalam posisi mana pun hanya bentuk itulah yang
menetralkan hubungan. Selain itu, pronomina Anda juga dipakai, misalnya usul mereka, rumah mereka.
digunakan dalam hubungan yang tak pribadi, sehingga Anda
tidak diarahkan pada satu orang khusus; dalam hubungan b. Deiksis Tempat
bersemuka, tetapi pembicara tidak ingin bersikap terlalu formal Deiksis tempat ialah pemberian bentuk pada lokasi
ataupun terlalu akrab. menurut peserta dalam peristiwa bahasa. Semua bahasa -
Pronomina persona kedua juga mempunyai bentuk termasuk bahasa Indonesia- membedakan antara “yang dekat
jamak, yaitu bentuk kalian dan bentuk pronomina persona kepada pembicara” (di sini) dan “yang bukan dekat kepada
kedua ditambah sekalian: Anda sekalian, kamu sekalian. pembicara” (termasuk yang dekat kepada pendengar -di situ)
Pronomina persona kedua yang memiliki varisi bentuk (Nababan, 1987: 41). Sebagai contoh penggunaan deiksis
hanyalah engkau dan kamu. Bentuk terikat itu masing-masing tempat.
adalah kau- dan -mu. (8) a. Duduklah kamu di sini.
3. Pronomina Persona Ketiga b. Di sini dijual gas Elpiji.
Pronomina persona ketiga tunggal terdiri atas ia, dia, - Frasa di sini pada kalimat (8a) mengacu ke tempat yang sangat
nya dan beliau. Dalam posisi sebagai subjek, atau di depan sempit, yakni sebuah kursi atau sofa. Pada kalimat (8b),
verba, ia dan dia sama-sama dapat dipakai. Akan tetapi, jika acuannya lebih luas, yakni suatu toko atau tempat penjualan
berfungsi sebagai objek, atau terletak di sebelah kanan dari yang lain.
yang diterangkan, hanya bentuk dia dan -nya yang dapat Deiksis tempat menunjukan lokasi relatif bagi
muncul. Pronomina persona ketiga tunggal beliau digunakan pembicara dan yang dibicarakan seperti pada “ten metres
untuk menyatakan rasa hormat, yakni dipakai oleh orang yang further”, „ten miles east of here‟, „here‟, there‟. Misalnya kita
lebih muda atau berstatus sosial lebih rendah daripada orang dapat mendefinisikan here sebagai unit ruang yang mencakup
lokasi pembicara pada saat dia berujar atau lokasi terdekat pada
5. lokasi pembicara pada saat berujar yang mencakup tempat 1987: 41). Contoh pemakaian deiksis waktu dalam bahasa
yang ditunjuk jika ketika berkata here diikuti gerakan tangan. Inggris.
Ukuran dari lokasi juga berbeda-beda, yang di pengaruhi oleh (9) a. “I bought a book”.
pengetahuan latar belakang. Here dapat berarti kota ini, b. “I am buying a book”.
ruangan ini, atau titik tertentu secara pasti. Dalam hal kata Meskipun tanpa keterangan waktu, dalam kalimat (9a) dan
ganti this dan that, pilihan juga dapat didiktekan berdasarkan (9b), penggunaan deiksis waktu sudah jelas. Namun apabila
kedekatan emosional (empathy) dan jarak. Hal ini sering diperlukan pembedaan/ketegasan yang lebih terperinci, dapat
disebut deiksis empathetik. Dalam beberapa budaya, kata ganti ditambahkan sesuatu kata/frasa keterangan waktu; umpamanya,
demonstratif ini dapat dibedakan lebih berdasarkan prinsip- yesterday, last year, now, dan sebagainya. Contoh dalam
prinsip daripada jarak pembicara, seperti (i) dekat pada yang bahasa Inggris:
dibicarakan, (ii) dekat pada audien, (iii) dekat pada orang yang (10) a. “I bought the book yesterday”.
tidak ikut peristiwa (iv) berdasarkan pada arah-above-below, b. “I bought the book 2 years ago”.
atau bahkan (v) kalihatan tidak kelihatan pada pembicara atau Deiksis waktu juga ditujukan pada partisipan dalam
(vi) upriver- downriver dari pembicara, tergantung pada sistem wacana. “Now” berarti waktu dimana pembicara sedang
dalam mengkonseptualisasi ruangan yang digunakan dalam menghasilkan ujaran. Waktu pengujaran berbeda dari waktu
bahasa tertentu. Deiksis tempat juga dapat menggunakan untuk penerimaan, meskipun dalam prakteknya peristiwa berbicara
waktu misalnya dalam contoh (14). dan menerima memungkinkan berdekatan atau kotemporal.
(14) I live ten minutes from here. Pusat deiksis dapat ditujukan pada yang dibicarakan
Tidak selalu mudah untuk memutuskan apakah sebagaimana yang didiskusikan dalam contoh (9). “Now”
penggunaan sebuah unngkapan itu deiksis atau non deiksis mengacu pada waktu dimana yang dibicarakan mempelajari
misalnya pada contoh (15). Pohon dapat berada di belakang kebenaran, yang diikuti dengan waktu dimana pengarang
mobil atau tertutup pandangan karena terhalang oleh mobil mengungkapkan pesan.
(15) The tree is behind the car. (9) “You know the truth now. I knew it a week ago, so I wrote
Seperti halnya pada contoh (16), anak laki-laki bisa this letter”.
berada di sisi kiri Tom atau di kiri Tom dari sudut acuan Hal menarik yang lain untuk diperhatikan adalah istilah
pembicara. “ today, tomorrow, yesterday” apakah mengacu pada hari
(16) The boy is to the left of Tom keseluruhan atau pada saat tertentu, sebuah episode pada hari
itu, seperti pada contoh (10) dan (11) berikut:
c. Deiksis Waktu (10) “Yesterday was Sunday”.
Deiksis waktu ialah pemberian bentuk pada rentang (11) “I fell off my bike yesterday”.
waktu seperti yang dimaksudkan penutur dalam peristiwa Jumlah hari secara deiksis juga berbeda dari bahasa satu
bahasa. Dalam banyak bahasa, deiksis (rujukan) waktu ini ke bahasa yang lain: bahasa Jepang memiliki tiga hari ke
diungkapkan dalam bentuk “kala” (Inggris: tense) (Nababan, belakang dari “today” dan dua hari ke depan.
6. Waktu adalah paling mempengaruhi kalimat menjadi kata/frasa ini, itu, yang terdahulu, yang berikut, yang pertama
deiksis. Penting kiranya untuk membedakan antara gramatical disebut, begitulah, dsb. Sebagai contoh.
tenses dan semantic temporallity. Misalnya, kalimat (12) dan (11) a. “Paman datang dari desa kemarin dengan membawa
(13) adalah non deiksis dan atemporal, meskipun kalimat hasil palawijanya”.
tersebut memiliki nilai gramatikal. b. “Karena aromanya yang khas, mangga itu banyak
(12) “A whale is a mammal”. dibeli”.
(13) “Cats like warmth”. Dari kedua contoh di atas dapat kita ketahui bahwa -nya pada
Dalam penelitian semantik tentang temporality atau contoh (11a) mengacu ke paman yang sudah disebut
„metalinguistic tense‟ yang digali dari logika kala, terdapat sebelumnya, sedangkan pada contoh (11b) mengacu ke mangga
perbedaan yang tegas antara (i) past, present dan future, (ii) yang disebut kemudian.
prioritas relatif dari dua peristiwa dimasa lampau, dan juga
antara (iii) hal-hal dalam waktu yang berlawanan dalam e. Deiksis Sosial
rentang waktu. Perbedaan-perbedaan ini tidak secara langsung Deiksis sosial ialah rujukan yang dinyatakan
masuk dalam tenses gramatikal karena tenses gramatikal ini berdasarkan perbedaan kemasyarakatan yang mempengaruhi
juga mencakup aspect dan modality. Tenses gramatikal juga peran pembicara dan pendengar. Perbedaan itu dapat
mencerminkan ketergantungan budaya dalam melihat waktu ditunjukkan dalam pemilihan kata. Dalam beberapa bahasa,
dan membaginya seperti afiks dalam bahasa Amahuaka yang perbedaan tingkat sosial antara pembicara dengan pendengar
diucapkan di Peru dimana rentang waktu mempengaruhi yang diwujudkan dalam seleksi kata dan/atau sistem morfologi
rentang sekarang separti halnya “ the morning” atau “the kata-kata tertentu (Nababan, 1987: 42). Dalam bahasa Jawa
afternoon” tidak harus sebelum malam. Maka meskipun bahasa umpamanya, memakai kata nedo dan kata dahar (makan),
orang tenses gramatikal, bahasa tersebut tetap memiliki menunjukkan perbedaan sikap atau kedudukan sosial antara
ungkapan temporallity. pembicara, pendengar dan/atau orang yang
dibicarakan/bersangkutan. Secara tradisional perbedaan bahasa
d. Deiksis Wacana (atau variasi bahasa) seperti itu disebut “tingkatan bahasa”,
Deiksis wacana ialah rujukan pada bagian-bagian dalam bahasa Jawa, ngoko dan kromo dalam sistem pembagian
tertentu dalam wacana yang telah diberikan atau sedang dua, atau ngoko, madyo dan kromo kalau sistem bahasa itu
dikembangkan (Nababan, 1987: 42). Deiksis wacana mencakup dibagi tiga, dan ngoko, madyo, kromo dan kromo inggil kalau
anafora dan katafora. Anafora ialah penunjukan kembali sistemnya dibagi empat. Aspek berbahasa seperti ini disebut
kepada sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya dalam “kesopanan berbahasa”, “unda-usuk”, atau ”etiket berbahasa”
wacana dengan pengulangan atau substitusi. Katafora ialah (Geertz, 1960 via Nababan, 1987: 42-43).
penunjukan ke sesuatu yang disebut kemudian. Bentuk-bentuk
yang dipakai untuk mengungkapkan deiksis wacana itu adalah
7. f. Deiksis Penunjuk Kata ganti juga digunakan secara non deiksis ketika
Di dalam bahasa Indonesia kita menyebut demontratif (kata kata ganti itu merupakan anafora dalam pengertian tata bahasa
ganti penunjuk): ini untuk menunjuk sesuatu yang dekat tradisional tentang kata. Dalam kalimat (29), pengacu itu sudah
dengan penutur, dan itu untuk menunjuk sesuatu yang jauh dari ada pada dalam teks awal daripada dalam konteks situasi.
pembicara. “Sesuatu” itu bukan hanya benda atau barang Dengan demikian, The boy mendahului dari anafora „he‟.
melainkan juga keadaan, peristiwa, bahkan waktu. Perhatikan (29) The boy fell off a tree and he was found by the gardener.
penggunaannya dalam kalimat-kalimat berikut. Sedangkan kalimat (17), kata ganti it digunakan
1. Masalah ini harus kita selesaikan segera. meskipun acuannya adalah mobil yang dimiliki oleh tetangga,
2. Ketika peristiwa itu terjadi, saya masih kecil. bukan mpbil yang dimiliki oleh pembicara. Maka, tidak ada
3. Saat ini saya belum bisa ngomong. identitas antara pendahulu dan anafor.
Contoh-contoh di atas menunjukan, penggunaan deiksis ini dan (17) I keep my car in the garage but my next door neighbour
itu tampaknya bergantung kepada sikap penuturterhadap hal- keeps it on his drive.
hal yang ditunjuk; jika dia “merasa” sesuatu itu dekat dengan Kita menyebutnya penggunaan „it‟ sebangai deiksis wacana.
dirinya, dia akan memakai ini, sebaliknya itu digunakan untuk Masalah hubungan anafora dengan kata ganti
menyatakan sesuatu yang jauh darinya. digunakan sebagai variabel juga muncul seperti pada kalimat
Banyak bahasa mempunyai deiksis jenis ini hanya dua saja, (30) dimana „She‟ mewakili variabel yang terikat dengan
yaitu yang sejajar dengan ini dan itu tadi. Bahasa jawa ungkapan bilangan every girl.
mengenal iki untuk sesuatu yang dekat dengan penutur dan iku (30) Every girl thinks she should learn to drive.
dan kuwi untuk sesuatu yang tidak dekat tetapi tidak terlalu Dalam kalimat (31), makna „it‟ tidak bergantung pada „a
jauh, dan iko dan kae untuk yang sangat jauh. donkey‟ tetapi lebih khusus pada keledai yang dimiliki oleh
petani.
2.4 PENGGUNAAN KATA GANTI NONDEIKSIS (31) Every farmer who owns a donkey beats it.
Dalam ungkapan deiksis juga dikenal penggunaan non Kata ganti yang awal (a donkey) merupakan variabel
deiksis seperti dicontohkan dalam kalimat (23) sampai (28) terikat dari „every farmer‟, dan antara donkey dan kata ganti
berikut. tidak terhubung secara sintaksis. Dengan kata lain tidak ada
(23) You can never tell these days. hubungan antara „a donkey‟ dan „it‟. Logika dari kalimat (31)
(24) There is this man I met in the cafe. adalah pada (31a)
(25) Now, the next topic to discuss is presuposition. (31a) VxVy ((farmer(x) & Donkey (y) & Owns (x,y)) à Beats
(26) There you are. (x,y))
(27) I was doing this and that. Tetapi (31a) tidak sepenuhnya menterjemahkan kalimat (31).
(28) Their garage is opposite Honda’s. (vs. their garage is Tidak ada prosedur langsung yang dapat menterjemahkan
opposite). kalimat (31) dan (31a).
8. Pada kalimat (32) tidak ada indikasi bagaimana deiksis harus tetap. Jika acuan itu konstan, maka makna dari
menafsirkan cakupan dari penjelasan a farmer dan a donkey ungkapan deiksis akan tetap konstan dalam berbagai kalimat
(32) If a farmer owns a donkey. He is usually rich. dan bentuk turunan.
Jika kita membayangkan 99 petani miskin yang (36) I like cheese and wine.
masing-masing memiliki satu keledai dan seorang petani (37) I like cheese.
dengan 200 keledai, maka perbedaan menjadi sangat nyata. Berikutnya, perlakuan pada kata tunjuk dalam kalimat
kompleks tidaklah semudah kata tunjuk dalam kalimat
2.5 DEIKSIS DAN ACUAN sederhana. Kita harus memutuskan, misalanya pada kalimat
Mari kita bandingkan hal-hal semantik antara ungkapan (38), apakah kata „that student‟ harus dianalisis sebagai that
deiksis dan acuan yang lain. Dari perspektif fungsi semantik sebagai „that‟ sebagai kata penunjuk, atau penunjuk „that‟ plus
bersyarat, kata ganti, dan demonstratif amat mirip dengan makna kata „student‟.
nama. Yaitu mengambil acuan, dan kalimat itu mengandung (38) That student knows a lot about Tarski.
kebenaran jika predikatnya menunjukan kebenaran dari Terakhir, perbedaan jenis kelamin nampaknya juga
individu. Tetapi sebenarnya terdapat perbedaan yang esensial. tidak relevan dalam semantik, jika pembicara mengatakan
Kata ganti dan demonstratif memiliki acuan variabel (veriable kalimat (39), dengan menunjuk pada George Eliot yang tertera
reference): kata ganti dan demonstratif tersebut mengambil pada sampul buku, pembicara telah mengatakan sesuatu yang
acuan yang berbeda dari kesempatan penggunaan yang benar meskipun pengarangnya adalah seorang wanita, Mary
berbeda. Kalimat (33) kondisi kebenarannya sangat terlihat; Anne Evans.
tidak ada orang yang disebut Kasia Jaszczolt dan dia adalah (39) He also wrote Middlemarch.
seorang linguis. Contoh (40) mengungkapkan pikiran sehingga kata „today‟
(33) Kasia Jaszcozlt is a linguist. harus mencerminkan pengertian dan juga acuan.
Sekarang jika diungkapkan dalam kalimat (34) maka 40) Today is fine.
prosedur semantiknya akan terpecah meskipun maknanya sama Dalam kalimat (40) mengandung persoalan dalam
(34) I am a linguist. acuannya. Sehingga dalam mencari acuan semisal kata today,
Hal serupa juga terjadi pada kalimat (35) yang juga diuajrkan day d, diartikan „jika dan hanya jika ada
(35) We are learning this now. cara tertentu untuk mencari acuan kapan tepatnya hari tersebut.
Batasan antara bergantung pada konteks dan tidak bergantung Penunjuk dalam pengertian berbeda mengungkapkan
pada konteks tidak tegas karena memerlukan waktu yang pengertian yang berbeda pula, dan hal ini beragam dalam
khusus. berbagai situasi. Bahkan dalam masalah tenses, juga terdapat
Persoalan utama dalam ungkapan deiksis adalah bahwa perbedaan tersebut. Kalimat (41) mungkin tidak benar ketika
kalimat yang mengandung „I‟ dapat mengungkapkan proposisi dikatakan di musim gugur.
yang berbeda pada kesempatan penggunaan yang berbeda. (41) This tree is covered with green leaves.
Untuk mengatasi kesulitan ini dengan acuan dari ungkapan
9. Tetapi pengertian bukan hanya pikiran pribadi: kita
juga harus dapat melacak objek ketika kalimat (40) dirubah
menjadi kalimat (42) sehari kemudian.
(42) Yesterday was fine
Sehingga seseorang dapat berfikir dengan kondisi yang sama
dalam kalimat (40) sehari setelahnya, meskipun ungkapan yang
digunakan berbeda.
Dalam pemahaman seperti inilah, kehadiran sesuatu
yang diacu menjadi teramat penting agar semantik dari
ungkapan deiksis dapat terjelaskan, sekaligus sebagai bentuk
ketergantungan pada konteks.
10. IMPLIKATUR proposisi itu bukan merupakan konsekuensi mutlak
(necessary consequence).
Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa (linguistik) Secara etimologis, implikatur diturunkan dari kata
yang belakangan ini semakin dikenal. Salah satu bagian implicatum dan secara nomina kata ini hampir sama
pragmatik yang akan dibahas dalam makalah ini adalah dengan kata implication, yang artinya maksud,
Implikatur. pengertian, keterlibatan (Echols,1984:313 via Mulyana).
Konsep implikatur pertama kali dikenalkan oleh H.P Secara structural, implikatur berfungsi sebagai
Grice (1975) untuk memecahkan persoalan makna jembatan/rantai yang menghubungkan antara “yang
bahasa yang tidak dapat diselesaikan oleh teori semantik diucapkan” dengan “yang diimplikasikan”.
biasa. Implikatur bahasa dipakai untuk memperhitungkan Menurut PWJ Nababan (1987:28) dalam Abdul Rani
apa yang disarankan atau apa yang dimaksud oleh menyatakan bahwa implikatur berkaitan erat dengan
penutur sebagai hal yang berbeda dari apa yang konvensi kebermaknaan yang terjadi di dalam proses
dinyatakan secara harafiah (Brown dan Yule, 1983:31 komunikasi. Konsep itu kemudian dipahami untuk
dalam Abdul Rani, 2006:176). Untuk lebih jelasnya, akan menerangkan perbedaan antara hal “yang diucapkan”
dijelaskan bahasan implikatur secara rinci di bawah ini. dengan hal “yang diimplikasikan”.
A. Pengertian Implikatur B. Jenis-jenis Implikatur
Dijelaskan lebih lanjut bahwa Grice (dalam Grice (1975) dalam Abdul Rani (2006: 171) menyatakan,
Suseno,1993:30 via Mulyana) mengemukakan bahwa bahwa ada dua macam implikatur, yaitu
implikatur adalah ujaran yang menyiratkan sesuatu yang (1) conventional implicature (implikatur konvensional),
berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Sesuatu (2)conversation implicature (implikatur percakapan).
“yang berbeda” tersebut adalah maksud pembicara yang Berikut ini merupakan penjelasan dua macam implikatur
dikemukakan secara eksplisit. Dengan kata lain, tersebut:
implikatur adalah maksud, keinginan, atau ungkapan-
ungkapan hati yang tersembunyi. 1. Implikatur konvensional
Dalam artikelnya yang berjudul Logic and Conversation
mengemukakan bahwa sebuah tuturan dapat Implikatur konvensional yaitu implikatur yang ditentukan
mengimplikasikan proposisi yang bukan merupakan oleh “arti konvensional kata-kata yang dipakai”.
bagian dari tuturan bersangkutan. Proposisi yang Maksudnya adalah pengertian yang bersifat umum,
diimplikasikan itu disebut implikatur (implicature). Karena semua orang umumnya sudah mengetahui tentang
implikatur bukan merupakan bagian tuturan yang maksud atau pengertian sesuatu hal tertentu.
mengimplikasikannya, hubungan kedua
11. Contoh: diucapkan secara tidak langsung, atau yang diucapkan
(1). Lestari putri Solo, jadi ia luwes. sama sekali berbeda dengan maksud ucapannya.
Implikasi umum yang dapat diambil antara putri Solo Contoh:
dengan luwes pada contoh di atas bahwa selama ini, (2) Ibu : Ani, adikmu belum makan.
koto Solo selalu mendapat predikat sebagai kota Ani : Ya, Bu. Lauknya apa?
kebudayaan yang penuh dengan kehalusan dan
keluwesan putrid-putrinya. Implikasi yang muncul adalah, Pada contoh di atas, percakapan antara Ibu dengan Ani
bahwa perempuan atau wanita Solo umumnya dikenal mengandung implikatur yang bermakna „perintah
luwes penampilannya. menyuapi‟. Dalam tuturan itu, tidak ada sama sekali
Implikatur konvensional bersifat nontemporer. Artinya, bentuk kalimat perintah. Tuturan yang diucapkan Ibu
makna atau pengertian tentang sesuatu bersifat lebih hanyalah pemberitahuan bahwa „adik belum makan‟.
tahan lama. Suatu leksem, yang terdapat dalam suatu Namun, karena Ani dapat memahami implikatur yang
bentuk ujaran, dapat dikenali implikasinya karena disampaikan Ibunya, ia menjawab dan kesiapan untuk
maknanya “yang tahan lama” dan sudah diketahui secara melaksanakan perintah ibunya tersebut.
umum. Grice menjelaskan bahwa implikatur percakapan itu
mengutip prinsip kerjasama atau kesepakatan bersama,
2. Implikatur percakapan yakni kesepakatan bahwa hal yang dibicarakan oleh
partisipan harus saling berkait. Grice mengemukakan
Implikatur jenis ini dihasilkan karena tuntutan daru suatu pula bahwa prinsip kerjasama yang dimaksud sebagai
konteks pembicaraan tertentu. Implikatur percakapan ini berikut: Berikanlah sumbangan Anda pada percakapan
memiliki makna dan pengertian yang lebih bervariasi. sebagaimana yang diperlukan sesuai dengan tujuan atau
Pasalnya, pemahaman terhadap hal “yang dimaksudkan: arah pertukaran pembicaraan Anda terlihat di dalamnya.
sangat bergantung kepada konteks terjadinya Dengan prinsip umum tersebut, dalam perujaran, para
percakapan. Jadi, bila implikatur konvensional memiliki penutur disarankan untuk menyampaikan ujarannya
makna yang tahan lama, maka implikatur percakapan ini sesuai dengan konteks terjadinya peristiwa tutur, tujuan
hanya memiliki makna yang temporer yaitu makna itu tutur, dan giliran tutur yang ada. Prinsip kerjasama ini,
berarti hanya ketika terjadi suatu percakapan ditopang oleh seperangkat asumsi yang disebut prinsip-
tersebut/terjadi pembicaraan dalam konteks tersebut. prinsip percakapan (maxims of conversation) yang
Dalam suatu dialog (percakapan), sering terjadi seorang meliputi:
penutur tidak mengutarakan maksudnya secara (1) prinsip kuantitas, member informasi sesuai dengan
langsung. Hal yang hendak diucapkan justru yang diminta
„disembunyikan‟, (2) prinsip kualitas, menyatakan hanya yang menurut kita
benar atau cukup bukti kebenarannya
12. (3) prinsip hubungan, member sumbangan informasi dirinya dari suatu perbuatan jahat padahal dalam kalimat
yang relevan dan si Ibu (I) tidak ada kata-kata menuduh A melakukan
(4) prinsip cara, menghindari ketidakjelasan perbuatan tersebut. Dalam situasi seperti itu, jawaban
pengungkapan, menghindari ketaksaan, mengungkapkan berupa penyangkalan A sebetulnya dapat diramalkan
secara singkat, mengungkapkan secara beraturan. Tiga dan ketidakgayutan (pelanggaran prinsip hubungan)
yang pertama berkenaan dengan „apa yang dikatakan‟, dapat dijelaskan sebagai berikut.
dan yang keempat berkenaan dengan „bagaimana Kita andaikan I tidak tahu siapa yang melakukan
mengatakannya‟. perbuatan tersebut, tetapiia mencurigai A. Karena I ingin
Namun, prinsip kerjasama ini disanggah oleh Leech bersifat sopan, I tidak mengucapkan tuduhan langsung.
(1985:17) via Abdul Rani (2006) yang mengatakan Sebagai pengganti, ia membuat pernyataan yang kurang
bahwa, dalam pragmatik, komunikasi bahasa merupakan informatif, tetapi benar, yaitu mengganti pronominal
gabungan antara tujuan ilokusi dan tujuan sosial. Dengan kamu dengan „ada yang‟. A menangkap maksud I dan
demikian, dalam komunikasi bahwa itu, di samping pernyataan I ditafsirkan oleh A sebagai suatu tuduhan
menyampaikan amanat dan bertindak tutur, kebutuhan tidak langsung. Akibatnya, ketika A mendengar
dan tugas penutur adalah menjaga agar percakapan pernyataan itu, A memberi respons sebagai orang yang
berlangsung lancar, tidak macet, tidak siasia, dan dituduh, yaitu A menyangkalsuatu perbuatan yang belum
hubungan sosial antara penutur pendengar tidak dituduhkan secara terbuka. Jadi, pelanggaran maksum
terganggu. hubungan dalam jawaban A disebabkan oleh implikatur
Untuk itu, menurut Leech, prinsip kerjasama Grice harus di dalam ujaran I, sebuah implikatur tidak langsung yang
berkomplemen (tidak hanya sekedar ditambah) dengan dimotivasi oleh sopan santun. Jadi, sasaran jawaban A
prinsip sopan santun agar prinsip kerjasama adalah implikatur ini, bukan ujaran I yang sesungguhnya
terselamatkan dari kesulitan menjelaskan antara makna diucapkan.
dan daya. Menurut Levinson (1983) via Abdul Rani (2006:173), ada
empat macam faedah
Contoh: konsep implikatur, yaitu:
(3) Ibu (I) : “Ada yang memecahkan pot ini” a. Dapat memberikan penjelasan makna atau fakta-fakta
Anak (A) : “Bukan saya!” kebahasaan yang tidak terjangkau oleh teori-teori
linguistik.
Dari contoh di atas, si Anak (A) memberikan jawaban b. Dapat memberikan penjelasan yang tegas tentang
yang seakan-akan tidak gayut (pelanggaran prinsip perbedaan lahiriah dari yang dimaksud si pemakai
hubungan): A bereaksi seolah-olah dia harus bahasa
menyelamatkan
13. c. Dapat memberikan pemerian semantik yang d. Dapat menyederhanakan pemerian semantik dari
sederhana tentang hubungan klausa yang dihubungkan perbedaan hubungan antarklausa, meskipun klausa-
dengan kata penghubung yang sama. klausa itu dihubungkan dengan kata dan struktur yang
d. Dapat memerikan berbagai fakta yang secara lahiriah sama.
kelihatan tidak berkaitan, malah berlawanan (seperti e. Dapat menerangkan berbagai macam fakta dan gejala
metafora). kebahasaan yang secara lahiriah tidak berkaitan
Dari keterangan itu, jelas bahwa kalimat-kalimat yang (Levision dalam PWJ Nababan, 1987:28).
secara lahiriah kita lihat tidak berkaitan, tetapi bagi orang Istilah implikatur berantonim dengan kata eksplikatur.
yang mengerti penggunaan bahasa itu dapat menangkap Menurut Grice (Brown & Yule, 1986:31 dalam Abdul Rani
pesan yang disampaikan oleh pembicara, seperti: (2006), istilah implikatur diartikan sebagai “what a
speaker can imply, or mean, as distinct from what a
(4). Suami : “Si Cuplis menangis minta mimik ibunya!” speaker literally says”.
Istri : “Saya sedang menggoreng.” Senada dengan itu, Pratt menyatakan (1981; 1977 via
Abdul Rani) “what is said is implicated together from the
Kedua kalimat di atas secara konvensional struktural meaning of the utterance in that context.” Dari pengertian
tidak berkaitan. Tetapi, bagi pendengar yang sudah dia atas. diketahui bahwa implikatur adalah makna tidak
terbiasa dengan situasi yang demikian akan paham apa langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa
arti kalimat kedua itu. Si istri tidak menjawab ujaran yang terkatakan (eksplikatur). Menggunakan implikatur
suami bahwa Si Cuplis (anaknya)menangis karena dalam berkomunikasi berarti menyatakan sesuatu secara
diduga oleh si suami haus dan minta minum susu ibunya, tidak langsung.
tetapi hanya menyatakan bahwa dirinya sedang Contoh:
menggoreng. Dan, jelas kalimat tersebut hanya dapat (5) (Konteks: Udara sangat dingin. Seorang suami yang
dijelaskan oleh kaidah-kaidah pragmatik saja. mengatakan pada istrinya yang
Keberadaan implikatur dalam suatu percakapan (wacana sedang berada di sampingnya).
dialog) diperlukan antara lain untuk: Suami : “Dingin sekali!”
a. Memberi penjelasan fungsional atas fakta-fakta
kebahasaan yang tidak terjangkau oleh teori-teori Transkip ujaran suami yang tidak disertai dengan
linguistik struktural. konteks yang jelas dapat ditafsirkan
b. Menjembatani proses komunikasi antarpenutur. bermacam-macam, antara lain:
c. Memberi penjelasan yang tegas dan eksplisit tentang (5a) permintaan kepada istrinya untuk mengembalikan
bagaimana kemungkinan pemakai bahasa dapat baju hangat, jaket, atau selimut,
menangkap pesan, walaupun hal yang diucapkan secara atau minuman hangat untuk menghangatkan tubuhnya
lahiriah berbeda dengan hal yang dimaksud.
14. (5b) permintaan kepada istrinya untuk menutup jendela (1) implikatur bukan merupakan bagian dari tuturan,
agar angin tidak masuk kamar sehingga udara di dalam (2) implikatur bukanlah akibat logis tuturan,
ruangan menjadi hangat. (3) sebuah tuturan memungkinkan memiliki lebih dari
(5c) pemberitahuan kepada istrinya secara tidak satu implikatur, dan itu bergantung pada konteksnya.
langsung bahwa kesehatannya sedang terganggu.
(5d) permintaan kepada istrinya agar ia dihangati dengan D. Contoh Implikatur
tubuhnya.
Makna dari keempatnya tersebut merupakan makna 1. A : Bambang datang
implikatur. Makna umum secara tersurat (literal), yang B : a. Rokoknya disembunyikan
biasa disebut eksplikatur, contoh di atas adalah
“informasi bahwa keadaan (saat itu) sangat dingin”. b. Aku akan pergi dulu
Dari sini, terlihat jelas perbedaan makna implikatur dan c. Kamarnya dibersihkan
ekplikatur. Imp : a. Mungkin Bambang adalah perokok, tapi ia tidak
Dari penjelasan di atas, ternyata implikatur dapat pernah membeli rokok.
dibedakan menjadi beberapa macam berdasarkan Merokok kalau ada yang memberi, dan tidak pernah
bentuk eksplikaturnya. Berikut ini paparannya lebih member temannya, dsb.
lanjut: b. Mungkin tidak senang dengan Bambang
a. Implikatur yang berupa makna yang tersirat dari c. Mungkin Bambang adalah seorang pembersih. Ia akan
sebuah ujaran (between the line), merupakan implikatur marah-marah melihat
yang sederhana. sesuatu yang kotor.
b. Implikatur yang berupa makna yang tersorot dari
sebuah ujaran (beyond the line), yang merupakan 2. Bapak : Baju Bapak belum diseterika
lanjutan dari implikatur yang pertama. Ibu : Ibu sedang menyuapi adek, Pak
c. Implikatur yang berkebalikan dengan eksplikaturnya. Imp : Ibu menolak menyetrikakan baju Bapak karena
Meskipun berkebalikan, hal itu pada umumnya tidak sedang menyuapi adek makan
menimbukan pertentangan logika.
3. (Konteks: Jam menunjukkan pukul 10 malam. Seorang
C. Ciri-ciri Implikatur ibu kos menegur anak kos yang
D. masih duduk di depan bersama teman-temannya)
Gunarwan (dalam Rustono, 1999:89 via guru- Ibu Kos : “Sudah jam sepuluh, Mbak!”
umarbakri.blogspot.com) menegaskan adanya tiga hal Imp : a.Ibu kos meminta teman-teman anak kosnya untuk
yang perlu diperhatikan berkaitan dengan implikatur, segera pulang
yaitu:
15. b. Ibu kos bermaksud memberi tahu bahwa jam Subagyo, Ari P. Pragmatik 1 (handout). Yogyakarta:
berkunjung sudah lewat dari Universitas Sanata Dharma
batasnya Widharyanto, B. handout perkuliahan: Unsur-Unsur
… Wacana
4. Kemarin aku bertemu dengan si Ucok yang
pembawaannya keras. Pantas saja, ternyata dia
orang Batak.
Selama ini, orang Batak selalu dipandang sebagai orang
yang berwatak keras, implikasi yang muncul adalah
orang Batak, pembawaannya keras.
5. Deni bak orang Negro, jadi dia hitam
Selama ini kita tahu bahwa Orang Negro identik dengan
kulit hitam, maka implikasi yang muncul adalah orang
Negro berkulit hitam.
6. Janganlah seperti Linling, yang perhitungan, kamu
bukan orang Cina.
Selama ini kita tahu nama Lingling identik dengang nama
orang Cina. Orang Cina juga identik dengan pelit atau
perhitungan dengan uang. Implikasi yang muncul adalah
orang Cina perhitungan/pelit.
7. Dia orang Padang, dia suka sekali makanan pedas.
Selama ini, orang Padang selalu suka makan pedas,
implikasi yang muncul adalah
Orang Padang suka makanan yang pedas.
Daftar Pustaka
guru-umarbakri.blogspot.com. Pragmatik diakses 3
Februari 2010 pukul 15.00
Rani, Abdul, dkk. 2006. Analisis Wacana. Jawa Timur:
Banyumedia Publishing