Dauroh khutoba

1. DAUROH
KHUTOBA

2. KEDUDUKAN KHUTBAH JUM’AT
• Pertama : Perintah Allah untuk segera mendatangi shalat Jum’at dan khutbahnya, dan
larangan berjual-beli serta mu’amalah lainnya pada saat itu.
• Kedua : Perintah untuk mendengarkan khutbah, dan gugurnya pahala shalat Jum’at
bagi orang yang berbicara saat khutbah berlangsung.
• Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
َ‫ت‬ ْ‫َو‬‫غ‬َ‫ل‬ ْ‫د‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ُ‫ب‬ُ‫ط‬ْ‫خ‬َ‫ي‬ ُ‫م‬‫ا‬َ‫م‬ِ ْ‫اْل‬ َ‫و‬ ِ‫ة‬َ‫ع‬ُ‫م‬ُ‫ج‬ْ‫ال‬ َ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ ْ‫ت‬ ِ‫ص‬ْ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫ك‬ِ‫ب‬ ِ‫اح‬َ‫ص‬ِ‫ل‬ َ‫ت‬ْ‫ل‬ُ‫ق‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬
“Jika engkau berkata kepada kawanmu “diamlah!”, pada hari Jum’at dan imam sedang
berkhutbah, maka engkau telah mengatakan perkataan sia-sia” [HR Bukhari, no. 934;
Muslim, no. 851]

3. KEDUDUKAN KHUTBAH JUM’AT
• Ketiga : Makmum dilarang melakukan segala perkara yang melalaikan
dari mendengar khutbah
َ‫أ‬ َّ‫م‬ُ‫ث‬ َ‫ء‬‫و‬ُ‫ض‬ ُ‫و‬ْ‫ال‬ َ‫ن‬َ‫س‬ْ‫ح‬َ‫أ‬َ‫ف‬ َ‫أ‬َّ‫ض‬ َ‫و‬َ‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫أ‬ َ‫و‬ َ‫ع‬َ‫م‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬َ‫ف‬ َ‫ة‬َ‫ع‬ُ‫م‬ُ‫ج‬ْ‫ال‬ ‫ى‬َ‫ت‬َ‫ت‬َ‫ص‬ْ‫ن‬
َ‫و‬ ِ‫ة‬َ‫ع‬ُ‫م‬ُ‫ج‬ْ‫ال‬ َ‫ْن‬‫ي‬َ‫ب‬ َ‫و‬ ُ‫ه‬َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ َ‫ر‬ِ‫ف‬ُ‫غ‬ْ‫ن‬َ‫م‬ َ‫و‬ ٍ‫َّام‬‫ي‬َ‫أ‬ ِ‫ة‬َ‫ث‬ َ‫َل‬َ‫ث‬ ُ‫ة‬َ‫د‬‫ا‬َ‫ي‬ ِ‫ز‬َّ‫س‬َ‫م‬
‫َا‬‫غ‬َ‫ل‬ ْ‫د‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ‫ى‬َ‫ص‬َ‫ح‬ْ‫ال‬
“Barangsiapa berwudhu, lalu dia melakukan wudhu itu sebaik-baiknya,
lalu dia mendatangi (khutbah) Jum’at, lalu mendengarkan dan diam,
maka diampuni (dosanya) yang ada antara Jum’at itu dengan Jum’at
lainnya, ditambah tiga hari. Dan barangsiapa menyentuh kerikil (yakni
mempermainkannya, Pen.), maka dia telah berbuat sia-sia”
[HR Muslim, no. 857; Abu Dawud, no. 105; Tirmidzi, no. 498; Ibnu
Majah, no. 1090]

4. KEDUDUKAN KHUTBAH JUM’AT
• Keempat : Malaikat mendengarkan khutbah Jum’at.
ِ‫ل‬ُ‫ك‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ ِ‫ة‬َ‫ع‬ُ‫م‬ُ‫ج‬ْ‫ال‬ ُ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ِ‫ج‬ْ‫س‬َ‫م‬ْ‫ال‬ ِ‫ب‬‫ا‬ َ‫ْو‬‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٍ‫ب‬‫ا‬َ‫ب‬ِ‫د‬
َّ‫و‬َ ْ‫اْل‬َ‫ف‬ َ‫ل‬ َّ‫و‬َ ْ‫اْل‬ َ‫ون‬ُ‫ب‬ُ‫ت‬ْ‫ك‬َ‫ي‬ ٌ‫ة‬َ‫ك‬ِ‫ئ‬ َ‫َل‬َ‫م‬‫ا‬ ُ‫و‬ َ‫و‬َ‫ط‬ ُ‫م‬‫ا‬َ‫م‬ِ ْ‫اْل‬ َ‫س‬َ‫ل‬َ‫ج‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬َ‫ف‬ َ‫ل‬
َ‫ر‬ْ‫ك‬ِ‫الذ‬ َ‫ون‬ُ‫ع‬ِ‫م‬َ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ي‬ ‫وا‬ُ‫ء‬‫ا‬َ‫ج‬ َ‫و‬ َ‫ف‬ُ‫ح‬ُّ‫ص‬‫ال‬
“Jika hari Jum’at, pada setiap pintu dari pintu-pintu masjid terdapat malaikat-malaikat
yang menulis orang pertama (yang hadir), kemudian yang pertama (setelah itu). Jika
imam telah duduk (di mimbar untuk berkhutbah), mereka melipat lembaran-lembaran
(catatan keutamaan amal) dan datang mendengarkan dzikir (khutbah)”. [HR Muslim, no:
24, 850]

5. PENGERTIAN KHUTBAH
•Secara bahasa khutbah berarti penyampaian
sesuatu dengan lisan kepada khalayak banyak,
dalam bahasa Indonesia disebut pidato atau
penyajian lisan.
•Dalam bahasa Arab kontemporer khutbah
diartikan sebagai komunikasi public atau
komunikasi yang disampaikan kepada khalayak
banyak

6. KRITERIA KHOTIB

7. KRITERIA KHOTIB
• Laki-laki
• Baligh
• Memiliki Ilmu
• Suci dari hadast dan najis
• Menutup Aurat
• Khotib hendaknya dalam posisi berdiri ketika menyampaikan
khutbahnya.*
• Khotib haruslah seseorang yang bersemangat (mempunyai retorika
yang baik)
• Khotib harus mengerti rukun , syarat dan sunnah khutbah

8. RUKUN
KHUTBAH

9. MAZHAB AL-HANAFIYAH
•Pandangan Mazhab Al-Hanafiyah barangkali
cukup aneh terdengar buat telinga kita bangsa
Indonesia, yang rata-rata bermazhab Asy-
Syafi'iyah.
•Dalam pandangan mazhab Al-Hanafiyah,
rukun khutbah jumat itu hanya satu, yaitu
membaca hamdalah, tahlil dan tasbih.

10. DALILNYA
• Dasarnya karena di dalam Al-Quran memerintahkan orang-orang
yang mendengar seruan untuk shalat pada hari Jumat, bersegera
mendatangi dzikrullah.
• ‫ا‬َ‫ف‬ ِ‫ة‬َ‫ع‬ُ‫م‬ُ‫ج‬ْ‫ال‬ ِ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ ‫ن‬ِ‫م‬ ِ‫ة‬‫َل‬َّ‫ص‬‫ل‬ِ‫ل‬ ‫ِي‬‫د‬‫و‬ُ‫ن‬ ‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ ‫وا‬ُ‫ن‬َ‫م‬‫آ‬ َ‫ِين‬‫ذ‬َّ‫ال‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬َ‫ع‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ْ‫ال‬ ‫وا‬ُ‫ر‬َ‫ذ‬ َ‫و‬ ِ َّ‫اَّلل‬ ِ‫ر‬ْ‫ك‬ِ‫ذ‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ا‬ ْ‫و‬َ‫ع‬ْ‫س‬ُ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ٌ‫ْر‬‫ي‬َ‫خ‬ ْ‫م‬
َ‫ون‬ُ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬‫ن‬ُ‫ك‬ ‫ن‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ل‬
• Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat
Jum'at, maka bersegeralah kalian kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika
kamu mengetahui.(QS. Al-Jumu’ah : 9)
• Maka dalam pandangan mazhab ini, apa saja yang dibaca khatib di
atas mimbar, asalkan termasuk dzikrullah, maka hukumnya sah.
Dan dzikrullah itu tidak lain adalah hamdalah, tasbih dan tahlil,
yaitu mengucapkan lafadz alhamdulillah, subhanallah dan lailaha
illallah.

11. MAZHAB AL-MALIKIYAH
• Mazhab Al-Malikiyah menyebutkan bahwa yang
termasuk rukun dalam khutbah Jumat tidak cukup bila
hanya lafadz dzikir saja sebagaimana pendapat
mazhab Al-Hanafiyah
• Dalam pandangan mereka, khutbah Jumat itu minimal
orang Arab menyebutnya sebagai khutbah, walau pun
hanya dua bait kalimat seperti :
• َ‫ز‬ َ‫و‬ ‫ى‬َ‫ه‬َ‫ن‬ ُ‫ه‬ْ‫ن‬َ‫ع‬ ‫ا‬َّ‫م‬َ‫ع‬ ‫وا‬ُ‫ه‬َ‫ت‬ْ‫ن‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫ر‬َ‫م‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫م‬‫ي‬ِ‫ف‬ َ َّ‫اَّلل‬ ‫وا‬ُ‫ق‬َّ‫ت‬‫ا‬َ‫ر‬َ‫ج‬
• Bertaqwalah kepada Allah dalam apa yang Dia
perintahkan dan berhentilah dari apa yang

12. PENDAPAT IBNUL AROBI AL MALIKI
•Beliau menyatakan minimal khutbah Jumat
itu menyebutkan hamdalah, shalawat
kepada Nabi SAW, tahdzir (mengingatkan)
dan tabsyir (memberi kabar gembira) serta
beberapa petikan ayat Al-Quran.

13. MAZBAB HANABILAH
•Mazhab Al-Hanabilah menetapkan ada
empat rukun khutbah, nyaris sama
dengan rukun khutbah pada mazhab
Asy-syafi'iyah, kecuali bedanya dalam
mazhab ini tidak ada rukun yang
kelima, yaitu doa dan permohonan
ampun.

14. MAZHAB ASY-SYAFI'IYAH
•Mazhab yang lebih lengkap dalam urusan rukun
khutbah Jumat adalah mazhab Asy-Syafi’iyah.
•Mazhab ini menetapkan setidaknya ada lima
rukun khutbah Jumat
•Hamdalah, shalawat kepada Nabi Muhammad
SAW, membaca petikan ayat Al-Quran,
berwasiyat dan memohon ampunan buat kaum
muslimin.

15. RUKUN PERTAMA : HAMDALAH
•Hamdalah adalah mengucapkan lafadz
alhamdulillah, innalhamda lillah, ahmadullah
atau lafadz-lafadz yang sejenisnya. Dasarnya
adalah hadits nabi SAW :
• ُ‫ه‬َ‫ف‬ ِ َّ ِ‫َّلل‬ ِ‫د‬ْ‫م‬َ‫ح‬‫ِل‬‫ا‬‫ب‬ ِ‫ه‬‫ي‬ِ‫ف‬ ُ‫أ‬َ‫د‬ْ‫ب‬ُ‫ي‬ َ‫ال‬ ٍ‫م‬َ‫َل‬َ‫ك‬ ُّ‫ل‬ُ‫ك‬‫م‬َ‫ذ‬ْ‫ج‬َ‫أ‬ َ‫و‬
•Semua perkataan yang tidak dimulai dengan
hamdalah maka perkataan itu terputus. (HR.
Abu Daud)

16. RUKUN KEDUA : BERSHALAWAT
KEPADA NABI SAW
• Shalawat kepada Rasulullah SAW bisa dengan lafadz yang
sederhana, seperti :
• ٍ‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ِ‫ل‬َ‫ص‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫الل‬
• Ya Allah limpahkanlah shalawat kepada Muhamamd
• Tidak diharuskan menyampaikan salam, dan juga tidak
harus dengan shalawat kepada keluarga beliau. Minimal
sekali hanya sekedar shalawat saja.

17. RUKUN KETIGA : MEMBACA PETIKAN
AYAT AL-QURAN
• َ‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ ُ‫ر‬ِ‫ك‬َ‫ذ‬ُ‫ي‬ َ‫و‬ ٍ‫ت‬َ‫ا‬‫آي‬ ‫أ‬َ‫ر‬ْ‫ق‬َ‫ي‬ َ‫ان‬َ‫ك‬
• Rasulullah SAW membaca beberapa ayat Al-Quran
dan mengingatkan orang-orang
• Sebagian ulama mengatakan bahwa karena khutbah
Jumat itu pengganti dari dua rakaat shalat yang
ditinggalkan, maka membaca ayat Al-Quran dalam
khutbah hukumnya wajib.

18. RUKUN KEEMPAT : NASEHAT ATAU
WASHIYAT
• Nasihat atau washiyat yang menjadi rukun intinya
sekedar menyampaikan pesan untuk taat kepada
Allah SWT dan sejenisnya. Atau setidaknya untuk
menjauhi larangan-larangan dari Allah SWT. Misalnya
seperti lafadz berikut ini :
• ِ‫ه‬ْ‫ي‬ ِ‫اص‬َ‫ع‬َ‫م‬ ‫وا‬ُ‫ب‬ِ‫ن‬َ‫ت‬ْ‫اج‬ َ‫و‬ َ‫هللا‬ ‫وا‬ُ‫ع‬‫ي‬ِ‫ط‬َ‫ا‬
• Taatilah Allah dan jauhilah maksiat

19. RUKUN KELIMA : DOA DAN
PERMOHONAN AMPUNAN
• Doa atau pemohonan ampun untuk umat Islam
dijadikan rukun yang harus disampaikan dalam
khutbah Jumat menurut mazhab As-Ssyafi'iyah.
Minimal sekedar membaca lafadz :
• ِ‫ت‬‫ا‬َ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫ـ‬‫الم‬ َ‫و‬ َ‫ْن‬‫ي‬ِ‫م‬ِ‫ل‬ْ‫س‬ُ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ل‬ ْ‫ر‬ِ‫ف‬ْ‫غ‬‫ا‬ َّ‫م‬ُ‫ه‬َّ‫الل‬
• Ya Allah ampunilah orang-orang muslim dan
muslimah

20. SYARAT SAH KHUTBAH
• Berdiri bagi yang mampu;
• Rukun khutbah dibaca dengan bahasa arab;
• Dilakukan pada waktu zhuhur;
• Memisah dua khutbah dengan duduk;
• Memperdengarkan khutbah kepada jamaah yang dianggap sah jumatannya;
• Di antara dua khutbah dengan shalat jumat berkesinambungan, artinya tidak
boleh dipisah oleh pemisah yang lama;
• Kemudian suci dari hadats;
• Suci dari najis dan menutup aurat.
(Lihat: muqaddimah al-hadlramiyyah hamisy busyral karim, juz 2, hal 7-8).

21. SUNNAH
KHUTBAH

22. • Seorang khotib disunnahkan untuk menjadi imam
• Khotib disunnahkan untuk berkhutbah di atas mimbar
• Khotib disunnahkan untuk duduk sejenak di antara dua
khutbah
• Khotib disunnahkan untuk memendekkan khutbah yang
disampaikan
• Khotib disunnahkan untuk mengucapkan salam, baik ketika
memasuki masjid maupun ketika naik ke atas mimbar
sebelum berkhutbah
• Khotib disunnahkan untuk duduk hingga muadzin selesai
mengumandangkan adzan
• Khotib disunnahkan untuk menghadap ke arah makmum

23. KHUTBAH
MERUPAKAN SARANA
PEMBENTUKAN
UMMAT

24. PARADIGMA KHUTBAH
• Khutbah terlalu berorientasi pada rukun (sah tidak sah),
hingga kurang melihat “peran” dan “fungsi” khutbah.
• Asal sah yang penting menggugurkan kewajiban
• Kurang komunikatif dengan hadirin sehingga membuat
ngantuk dan tidak berdampak
• Karena khutbah yang terlalu dipandang sakral, akhirnya
ada upaya pengisian waktu sebelum jum’at dengan
kultum*

25. FUNGSI KHUTBAH
•Pembinaan ummat
•Pendidikan orang dewasa
•Tabligh

26. PERSIAPAN
KHUTBAH

27. MENYIAPKAN MATERI KHUTBAH
YANG RINGKAS DAN MENGENA
• Karena khutbah yang ringkas menunjukkan khatib itu berilmu.
• Sebaiknya Khutbah hendaknya pendek dan tidak betele-tele,
• Khutbah terlalu panjang juga akan membuat bosan, ditambah lagi suasana
siang yang cukup terik.
Dia menjawab,”Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,’Sesungguhnya panjang shalat seseorang, dan pendek
khutbahnya merupakan tanda kefahamannya. Maka panjangkanlah shalat
dan pendekanlah khutbah! (HR Muslim)

28. •ِ َّ‫اَّلل‬ ُ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ان‬َ‫ك‬-‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬-ْ‫و‬َ‫م‬ْ‫ال‬ ُ‫ل‬‫ي‬ِ‫ط‬ُ‫ي‬ َ‫ال‬َ‫م‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ِ‫ة‬َ‫ع‬ُ‫م‬ُ‫ج‬ْ‫ال‬ َ‫م‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ َ‫ة‬َ‫ظ‬ِ‫ع‬َّ‫ن‬ُ‫ه‬ ‫ا‬
ٌ‫ات‬َ‫ير‬ِ‫س‬َ‫ي‬ ٌ‫ات‬َ‫م‬ِ‫ل‬َ‫ك‬
• “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa memberi
nasehat ketika hari Jum’at tidak begitu panjang. Kalimat
yang beliau sampaikan adalah kalimat yang singkat.” (HR.
Abu Daud no. 1107. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan
bahwa hadits ini hasan).

29. SINGKATNYA KHUTBAH
• Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Abu Wa’il berkata,
•ُ‫ق‬ َ‫ل‬َ‫َز‬‫ن‬ ‫ا‬َّ‫م‬َ‫ل‬َ‫ف‬ َ‫ز‬َ‫ج‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ َ‫و‬ َ‫غ‬َ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫أ‬َ‫ف‬ ٌ‫ار‬َّ‫م‬َ‫ع‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ب‬َ‫ط‬َ‫خ‬َ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫د‬َ‫ق‬َ‫ل‬ ِ‫ان‬َ‫ظ‬ْ‫ق‬َ‫ي‬ْ‫ال‬ ‫ا‬َ‫ب‬َ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬ ‫َا‬‫ن‬ْ‫ل‬ُ‫ك‬ ْ‫و‬َ‫ل‬َ‫ف‬ َ‫ت‬ ْ‫ز‬َ‫ج‬ ْ‫و‬َ‫أ‬ َ‫و‬ َ‫ت‬ْ‫غ‬َ‫ت‬ْ‫ن‬
َ‫ت‬ْ‫س‬َّ‫ف‬َ‫ن‬َ‫ت‬
• ‘Ammar pernah berkhutbah di hadapan kami lalu dia
menyampaikan (isi khutbahnya) dengan singkat. Tatkala
beliau turun (dari mimbar), kami mengatakan, “Wahai
Abul Yaqzhon, sungguh engkau telah berkhutbah begitu
singkat. Coba kalau engkau sedikit memperlama.”

30. Kemudian Ammar berkata,
‫إ‬ِ‫ق‬ َ‫و‬ ِ‫ل‬ُ‫ج‬َّ‫الر‬ ِ‫ة‬َ‫َل‬َ‫ص‬ َ‫ل‬‫و‬ُ‫ط‬ َّ‫ن‬ ِِِ‫ه‬ِ‫ت‬َ‫ب‬ْ‫ط‬ُ‫خ‬ َ‫ر‬َ‫ص‬ٌ‫ة‬َّ‫ن‬ِ‫ئ‬َ‫م‬
ِ‫ه‬ِ‫ه‬ْ‫ق‬ِ‫ف‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬َّ‫ص‬‫ال‬ ‫وا‬ُ‫ل‬‫ي‬ِ‫ط‬َ‫أ‬َ‫ف‬ُ‫خ‬ْ‫ال‬ ‫وا‬ُ‫ر‬ ِ‫ص‬ْ‫ق‬َ‫أ‬ َ‫و‬ َ‫ة‬َ‫َل‬َ‫ة‬َ‫ب‬ْ‫ط‬
‫را‬ْ‫ح‬ِ‫س‬ ِ‫ان‬َ‫ي‬َ‫ب‬ْ‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫ف‬
• “Sesungguhnya panjangnya shalat seseorang dan singkatnya
khotbah merupakan tanda kefaqihan dirinya (paham akan
agama). Maka perlamalah shalat dan buat singkatlah khutbah.
Karena penjelasan itu bisa mensihir.” (HR. Muslim no. 869 dan
Ahmad 4: 263. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa
sanad hadits ini shohih).

31. KHUTBAH NABI PERTENGAHAN
• Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, khutbah dan
shalatnya bersifat pertengahan, tidak terlalu panjang
dan tidak terlalu pendek. Sebagaimana disebutkan
oleh Jabir bin Samuroh, ia berkata,
•ِ َّ‫اَّلل‬ ِ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ع‬َ‫م‬ ‫ى‬ِ‫ل‬َ‫ص‬ُ‫أ‬ ُ‫ت‬ْ‫ن‬ُ‫ك‬-‫وس‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬‫لم‬-‫د‬ْ‫ص‬َ‫ق‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬َ‫َل‬َ‫ص‬ ْ‫َت‬‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬َ‫ف‬‫ا‬
‫ا‬‫د‬ْ‫ص‬َ‫ق‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬َ‫ب‬ْ‫ط‬ُ‫خ‬ َ‫و‬
• “Aku pernah shalat bersama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, ketika itu shalat beliau bersifat
pertengahan, begitu pula khutbahnya.” (HR. Muslim
no. 866).

32. KHUTBAH YANG BERKUALITAS
• Khatib menjiwai dan menguasai materi khutbah
• Para Khathib hendaknya menguasai dan menjiwai khutbahnya. Bukan sekedar pembacaan pidato yang kaku
dan terkesan tidak menjiwai.
ِ َّ‫اَّلل‬ ُ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ِ َّ‫اَّلل‬ ِ‫د‬ْ‫ب‬َ‫ع‬ ِ‫ْن‬‫ب‬ ِ‫ر‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ج‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ َّ‫اَّلل‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬‫ا‬َ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫م‬
َّ‫د‬َ‫ت‬ْ‫ش‬‫ا‬ َ‫و‬ ُ‫ه‬ُ‫ت‬ ْ‫و‬َ‫ص‬ َ‫َل‬َ‫ع‬ َ‫و‬ ُ‫ه‬‫َا‬‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ع‬ ْ‫ت‬َّ‫ر‬َ‫م‬ْ‫اح‬ َ‫ب‬َ‫ط‬َ‫خ‬ُ‫ر‬ِ‫ذ‬ْ‫ن‬ُ‫م‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬َ‫أ‬َ‫ك‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ُ‫ه‬ُ‫ب‬َ‫ض‬َ‫غ‬ٍ‫ْش‬‫ي‬َ‫ج‬
ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ا‬َّ‫س‬َ‫م‬ َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ح‬َّ‫ب‬َ‫ص‬ ُ‫ل‬‫و‬ُ‫ق‬َ‫ي‬
• Dari Jabir bin Abdullah, dia berkata,”Kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika berkhutbah, kedua
matanya memerah, suaranya tinggi, dan kemarahannya sungguh-sungguh. Seolah-olah Beliau
memperingatkan tentara dengan mengatakan:’ Musuh akan menyerang kamu pada waktu pagi’, ‘Musuh
akan menyerang kamu pada waktu sore’.”3
• Dalam riwayat lain,
ِ‫ي‬َ‫ب‬ ٍ‫م‬َ‫َل‬َ‫ك‬ِ‫ب‬ ُ‫م‬َّ‫ل‬َ‫ك‬َ‫ت‬َ‫ي‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ ُ‫ه‬َّ‫ن‬ِ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫و‬ٍ‫ل‬ْ‫ص‬َ‫ف‬ ٍ‫ن‬,َ‫س‬َ‫ل‬َ‫ج‬ ْ‫ن‬َ‫م‬ ُ‫ه‬ُ‫ظ‬َ‫ف‬ْ‫ح‬َ‫ي‬ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ِ‫إ‬

33. RENCANA KHUTBAH
• Merumuskan tujuan yang ingin dicapai dari khutbah,
misal; perbaikan akhlak, perbaikan akidah, perbaikan
shalat dll.
• Membuat persiapan khutbah, bila perlu ditulis
pointernya
• Bahas apa yang dikuasai
• Boleh membahas berbagai kejadian kontemporer
dalam pandangan Islam
• Sesuaikan Bahasa dengan Audience
• Hindari tema khilafiyah dan multitafsir yang hanya
cocok untuk disampaikan di ta’lim

34. PRAKTEK
KHUTBAH