SlideShare a Scribd company logo
Contoh Proposal Skripsi
 ✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭
           ✭✭✭✭✭
Quote:

Contoh Proposal Skripsi

Analisis Makna Implisit Pada Novel Harry Potter and The Prisoner

Of Azkaban Karya J. K. Rowling Dan Terjemahannya

diajukan untuk dipertahankan dalam Sidang Ujian Sarjana Jurusan Sastra Inggris Fakultas

Sastra Universitas Padjadjaran

Aldo Elam M

H1D96210


DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS SASTRA

JURUSAN SASTRA INGGRIS

BANDUNG 2001

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Analisis Makna Implisit pada Novel Harry Potter and the Prisoner of
Azkaban Karya J. K. Rowling dan Terjemahannya. Objek penelitian ini adalah kalimat-
kalimat yang mengandung makna implisit pada novel tersebut. Kalimat yang mengandung
makna implisit diambil sebagai data dan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif
komparatif. Novel yang berjudul Harry Potter and the Prisoner of Azkaban ini ditulis oleh J.
K. Rowling dan dialihbahasakan oleh Listiana Srisanti ke bahasa Indonesia dengan judul
Harry Potter Dan Tawanan Azkaban.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari penerjemahan makna implicit dari
bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) makna
implisit harus diterjemahkan secara eksplisit apabila sistem dalam bahasa sasaran
mengharuskannya, namun (2) makna implisit dapat juga diterjemahkan secara eksplisit
apabila sistem bahasa sasaran memungkinkannya, yang terakhir adalah (3) makna implicit
harus diterjemahkan eksplisit jika menyebabkan ketaksaan atau ketidakjelasan makna dalam
hasil terjemahannya.

Untuk mempermudah dalam persetujuan dari dosen mengenai skripsi yang akan kita bahas
lebih baik dalam pengajuan proposal skripsi ditunjukan sistematikanya seperti contoh
dibawah ini:

DAFTAR ISI

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

1.2 Identifikasi Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Kegunaan Penelitian

1.5 Kerangka Pemikiran

1.6 Metode Penelitian

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Makna

2.1.1 Perubahan Makna

2.1.2 Jenis Makna

2.2 Makna Implisit

2.2.1 Makna Referensial Implisit

2.2.1.1 Referen Persona
2.2.1.2 Referen Demonstratif

2.2.1.3 Referen Komparatif

2.2.2 Makna Organisasional Implisit

2.2.2.1 Kata Substitusi

2.2.2.2 Kalimat Elipsis

2.2.2.3 Kalimat Pasif

2.2.3 Makna Situasional Implisit

2.2.3.1 Makna Situasional Implisit Akibat Faktor Budaya

2.2.3.2 Makna Situasional Implisit karena Gerakan Isyarat saat Ujaran

2.2.3.3 Makna Situasional Implisit yang Disebabkan Waktu dan Tempat Terjadinya
Komunikasi

2.2.3.4 Makna Situasional Implisit Akibat Hubungan Penutur dan Penanggap

2.3 Penerjemahan

2.3.1 Metode Penerjemahan

2.3.2 Penerjemahan Makna Implisit

BAB III OBJEK PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Makna Referensial Implisit

4.1.1 Referen Persona Implisit Diterjemahkan Secara Eksplisit

4.1.2 Referen Persona Implisit Diterjemahkan Menjadi Referen Persona

4.1.3 Referen Demonstratif Implisit Diterjemahkan Secara Eksplisit

4.1.4 Referen Demonstratif Implisit Diterjemahkan Menjadi Referen Demonstratif

4.1.5 Referen Komparatif Implisit Diterjemahkan Secara Eksplisit

4.1.6 Referen Komparatif Implisit Diterjemahkan Menjadi Referen Komparatif

4.2 Makna Organisasional Implisit
4.2.1 Kalimat Elipsis Diterjemahkan Secara Eksplisit

4.2.2 Kalimat Elipsis Diterjemahkan Menjadi Kalimat Elipsis

4.2.3 Kalimat Pasif Diterjemahkan Secara Eksplisit

4.2.4 Kalimat Pasif Diterjemahkan Menjadi Kalimat Pasif

4.2.5 Kata Substitusi Diterjemahkan Secara Eksplisit

4.2.6 Kata Substitusi Diterjemahkan Menjadi Kata Substitusi

4.3 Makna Situasional Implisit

4.3.1 Makna Situasional Implisit Akibat Faktor Budaya Diterjemahkan Menjadi Makna
tuasional Akibat Faktor Budaya

4.3.2 Makna Situasional Implisit Akibat Faktor Budaya Diterjemahkan Secara Eksplisit 65

4.3.3 Makna Situasional Implisit karena Gerakan Isyarat saat Ujaran Diterjemahkan Menjadi
Makna Situasional karena Gerakan Isyarat saat Ujaran

4.3.4 Makna Situasional Implisit yang Disebabkan Waktu dan Tempat Komunikasi
diterjemahkan Menjadi Makna Situasional yang Disebabkan Waktu dan Tempat Komunikasi

4.3.5 Makna Situasional Implisit yang Disebabkan Waktu dan Tempat Komunikasi
diterjemahkan Secara Ekplisit

4.3.6 Makna Situasional Implisit Akibat Hubungan Penutur dan Penanggap Diterjemahkan
Menjadi Makna Situasional Akibat Hubungan Penutur dan Penanggap

BAB V SIMPULAN

SYNOPSIS

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BIODATA

Pada tahap selanjutnya yaitu penulisan pada bab pertama, penulisan proposal skripsi dalam
bab ini lebih mengutamakan dari garis beras yang tertera dalam skripsi yang akan diajukan
sehingga persetujuan itu akan lebih cepat terealisasi adapun sistematikan penulisannya seperti
contoh dibawah ini yaitu berisikan antara lain:

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah

Penerjemahan sangat mutlak diperlukan dalam era informasi dan komunikasi yang bergerak
cepat seperti saat ini. Proses penerjemahan dan hasil-hasilnya dapat dilihat tersebar dalam
segala bidang, mulai dari bidang pendidikan sampai hiburan. Buku, film dan berbagai media
pembawa informasi lainnya yang dibuat tidak dalam bahasa asli memerlukan suatu proses
penerjemahan. Penerjemahan sendiri merupakan suatu proses penyampaian informasi dari
bahasa sumber ke dalam padanan yang sesuai pada bahasa sasaran.

Suatu hasil penerjemahan dapat dianggap berhasil apabila pesan, pikiran, gagasan, dan
konsep yang ada dalam bahasa sumber dapat disampaikan ke dalam bahasa sasaran secara
utuh. Hal ini akan sulit dilakukan karena adanya perbedaan pada sistem bahasa dan budaya
antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Seorang penerjemah yang baik tidak hanya harus
dapat mengatasi perbedaan sistem bahasa dan budaya, tetapi ia juga harus dapat menangkap
pesan implisit atau amanat yang ada di bahasa sumber dan menyampaikannya kembali ke
dalam bahasa sasaran. Hal ini menjadi penting karena keutuhan suatu teks sedikit banyak
dipengaruhi oleh adanya pesan atau makna implicit yang terdapat didalamnya.

Untuk dapat menangkap pesan implisit dengan baik, diperlukan kemampuan untuk mengenali
berbagai macam makna dan cara-cara menerjemahkannya. Di dalam teks, ada kalanya makna
tidak disampaikan secara eksplisit. Makna-makna yang seperti ini disebut dengan makna
implisit atau tersirat. Berikut adalah contoh makna implisit:

“So when you told her, you were actually face to face with her?”

“Yes”

“In a position to see her reaction to the news?”

“Yes”

Jawaban dari kedua kalimat pertanyaan di atas adalah “Yes”. Kedua kata tersebut persis
sama, tetapi apabila dilakukan pengkajian lebih lanjut lagi ternyata makna implicit yang
terkandung dalam kedua “Yes” tadi berbeda satu dengan lainnya. Penerjemah yang baik
harus terampil dalam menangkap berbagai makna implicit yang terdapat pada sebuah teks.
Kemampuan ini mutlak diperlukan agar tidak terjadi ketaksaan sehingga pembaca yang
membaca hasil terjemahan berupa novel ini tidak mengalami kebingungan dalam memahami
pesan novel tersebut. Penyampaian makna implisit tadi ke dalam bahasa sasaran juga
merupakan hal yang tidak kalah pentingnya. Hal-hal inilah yang telah memotivasi penulis
untuk meneliti lebih dalam lagi mengenai masalah makna implisit dalam terjemahan.

I.2 Identifikasi Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah baik tidaknya penerjemahan makna
implisit pada novel Harry Potter and the Prisoner of Azkaban karya J.K. Rowling. Dalam
analisis akan dibahas penerjemahan makna implisit dari bahasa sumber (bahasa Inggris) ke
terjemahannya dalam bahasa sasaran (bahasa Indonesia). Juga yang akan dilihat adalah
upaya-upaya yang dilakukan penerjemah dalam mengalihbahasakan berbagai bentuk makna
implisit sehingga keutuhan teks dan makna yang ingin disampaikan tetap terjaga. Sebagai
landasan penelitian, penulis mengambil teori mengenai makna implicit milik Larson yang
dikutip dari buku Meaning-Based Translation: A Guide to Cross-Language Equivalence.
Dalam buku ini Larson membagi makna implisit menjadi makna implisit referensial, makna
implisit organisasional dan makna implisit situasional. Dalam menerjemahkan ketiga jenis
makna implisit tadi dibutuhkan keterampilan untuk mencari padanannya dan kemampuan
untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan apakah makna tadi akan
diekplisitkan atau tidak. Sehubungan dengan hal

tersebut ada tiga masalah yang dikaji dalam skripsi ini:

1. Menerjemahkan makna implisit referensial. Dalam menerjemahkan makna implicit
referensial penerjemah harus mengetahui referen yang dimaksud terlebih dahulu sebelum
memutuskan apakah penerjemahan ini harus dieksplisitkan atau tidak.
2. Menerjemahkan makna implisit organisasional. Dalam menerjemahkan makna implisit
organisasional struktur bahasa yang dipakai harus diperhatikan. Apabila struktur bahasa
tersebut mengimplisitkan sesuatu maka harus dipertimbangkan mengenai perlu tidaknya
untuk mengeksplisitkan hal tersebut ke dalam bahasa sasaran.
3. Menerjemahkan makna implisit situasional. Situasi yang terjadi pada saat ujaran
merupakan kunci dalam menerjemahkan makna implisit situasional. Apabila dirasakan situasi
yang dimaksud sudah cukup jelas maka makna implisit tersebut tidak perlu dieksplisitkan.

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna implisit referensial, makna implisit
organisasional dan makna implisit situasional yang ada di novel Harry Potter and the Prisoner
of Azkaban dan terjemahannya, juga untuk mengetahui bagaimana ketiga makna tersebut
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia serta untuk mengetahui penyesuaian yang
diperlukan oleh penerjemah dalam menyampaikan makna-makna implisit tadi ke dalam
bahasa Indonesia sebagai bahasa sasarannya sehingga dapat ditarik simpulan secara umum
mengenai penerjemahan makna implisit dalam novel tersebut.

I.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna untuk memahami mengenai penerjemahan makna implicit sehingga
seorang penerjemah dapat belajar lebih banyak mengenai makna implisit dan berbagai teknik
untuk menerjemahkan makna implisit dengan baik tanpa menimbulkan ambiguitas atau
kerancuan. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu terbentuknya penerjemahan yang
lebih baik, khususnya untuk penerjemahan yang berhubungan dengan makna implisit.

I.5 Kerangka Pemikiran

Seorang penerjemah harus dapat menjaga keutuhan teks yang diterjemahkannya. Salah satu
cara untuk tetap menjaga keutuhan teks adalah dengan memperhatikan benar-benar berbagai
penggunaan makna implisit pada teks yang dibuat oleh pengarang. Penerjemah juga harus
dapat memindahkan makna-makna implisit yang ada pada suatu teks dengan piawai sehingga
apa yang dimaksudkan oleh pengarang dapat disampaikan tanpa distorsi kepada pembaca
dalam bahasa sasaran. Larson membagi makna implisit menjadi tiga macam yaitu: makna
referensial implisit, makna organisasional implisit dan makna implisit situasional (1984: 34-
37). Analisis akan dibagi berdasarkan ketiga macam makna implisit ini. Makna referensial
implisit dapat ditemukan dalam kalimat yang memiliki pronomina persona, pronomina
posesif, dan pronomina refleksif terutama yang dalam kata-kata seperti it, he, she, they,. Juga
ditemukan dalam kata demonstratif seperti this atau that. Artikel the juga merupakan salah
satu kata yang memiliki makna implisit, demikian pula halnya dengan kata-kata komparatif
seperti some, most, different, dan more. Kalimat yang mengandung makna implisit
organisasional dapat ditemukan dalam susunan kalimat elipsis dan kalimat pasif sistem
bahasa sumber. Selain itu dapat juga ditemukan dalam kalimat yang memiliki kata substitusi
seperti one, did, so, do, dan not.

Sedangkan makna situasional implisit ditemukan dalam situasi percakapan. Situasi yang
dimaksud adalah hubungan antara penutur dan penanggap, latar belakang budaya, tempat
berlakunya proses komunikasi, waktu terjadinya ujaran, usia dan jenis kelamin, situasi sosial
penutur dan penanggap, praduga yang muncul dalam situasi berkomunikasi dan gerakan
isyarat yang terjadi selama proses komunikasi berlangsung. Dalam skripsi ini faktor-faktor
yang cukup banyak tadi akan dibatasi sehingga analisis makna situasional implisit terdiri dari
empat bagian, yaitu makna implisit yang timbul akibat faktor budaya, gerakan isyarat, waktu
dan tempat komunikasi, serta hubungan penutur dan penanggap. Untuk menganalisis
penerjemahan makna implisit, penulis mengumpulkan berbagai data dan membahasnya
sesuai dengan aturan yang berlaku pada bahasa sasaran sehingga dapat diketahui apakah
penerjemahan tersebut telah sesuai dengan aturan yang berlaku pada bahasa sasaran, timbul
tidaknya kerancuan dan terjaga tidaknya keutuhan teks asli.

I.6 Metode Penelitian

Metode yang diambil dalam peneltian ini adalah metode deskriptif dan komparatif. Masalah
yang terkumpul pada data akan diklasifikasikan untuk kemudian dibahas secara objektif. Lalu
dibandingkan dan dianalisis berdasarkan teori-teori yang diuraikan pada Bab II. Analisis akan
menjelaskan apakah cara penerjemahan makna implisit pada data tidak menimbulkan
kerancuan makna, cukup jelas untuk dipahami, telah sesuai dengan aturan pada bahasa
sasaran dan juga tidak menyimpang dari teori-teori yang berlaku.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian studi pustaka, yaitu
dengan membaca dan mempelajari buku-buku yang erat kaitannya dengan pembahasan
masalah sehingga diperoleh berbagai teori dan referensi yang mendukung penganalisisan
data. Penelitian ini banyak dilakukan di perpustakaan yang ada di kota Bandung.
Perpustakaan-perpustakaan tersebut antara lain perpustakaan Jurusan Sastra Inggris Fakultas
Sastra UNPAD, perpustakaan Ekstensi Fakultas Sastra UNPAD dan koleksi umum UPT
perpustakaan ITB. Sedangkan waktu yang diperlukan dalam membuat penelitian ini kurang
lebih empat bulan.

Memasuki pada bab selanjutnya yaitu bab ketiga, penulisan proposal skripsi itu dibuat inti
permasalahan yang akan diangkat saja tidak mengutamakan atau membuat garis berasanya
tetapi hanya berisikan apa saja yang akan dibahas serta hal tersebut akan mempermudah kita
dalam penyususnannya, seperti contoh dibawah ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan menjelaskan tentang:

1. Pengertian Makna

* Perubahan Makna
* Jenis Makna

2. Makna Implisit

* Makna Referensial Implisit

1. Referen Persona
2. Referen Demonstratif
3. Refere n Komparatif

* Makna Organisasional Implisit

1. Kata Substitusi
2. Kalimat Elipsis
3. Kalimat Pasif

* Makna Situasional Implisit

1. Makna Situasional Implisit Akibat Faktor Budaya
2. Makna Situasional Implisit karena Gerakan Isyarat saat Ujaran
3. Makna Situasional Implisit Akibat Hubungan Penutur dan Penanggap

3. Penerjemahan

* Metode Penerjemahan
* Penerjemahan Makna Implisit

Pada bab ketiga lebih mengedepankan tentang objek penelitian yang akan dilakukan sehingga
bisa diketahui oleh dosen pembimbing yang nantinya akan dilihat lebih jauh lagi. seperti
contoh dibawah ini:

BAB III

OBJEK PENELITIAN

Pada bab ini akan membahas tentang objek penelitian.

Pada bab yang bisa dikatakan merupakan bab isi yang terakhir, disini yang akan dibahas
merupakan hal yang menujuk atau mendukung dari skripsi yang diajukan sehingga penguatan
ataupun referensi dari skripsi itu dapat dipertahankan. Seperti contoh dibawah ini dan sekali
lagi hanya berisikan pada hal – hal yang akan dibahas:
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan penelitian dan pembahasan mengenai penerjemahan makna
implisit.

1. Makna Referensial Implisit

* Referen Persona Implisit Diterjemahkan Secara Eksplisit
* Referen Persona Implisit Diterjemahkan Menjadi Referen Persona
* Referen Demonstratif Implisit Diterjemahkan Secara Eksplisit
* Referen Demonstratif Implisit Diterjemahkan Menjadi Referen Demonstratif
* Referen Komparatif Implisit Diterjemahkan Secara Eksplisit
* Referen Komparatif Implisit Diterjemahkan Menjadi Referen Komparatif

2. Makna Organisasional Implisit

* Kalimat Elipsis Diterjemahkan Secara Eksplisit
* Kalimat Elipsis Diterjemahkan Menjadi Kalimat Elipsis
* Kalimat Pasif Diterjemahkan Secara Eksplisit
* Kalimat Pasif Diterjemahkan Menjadi Kalimat Pasif
* Kata Substitusi Diterjemahkan Secara Eksplisit
* Kata Substitusi Diterjemahkan Menjadi Kata Substitusi

3. Makna Situasional Implisit

* Makna Situasional Implisit Akibat Faktor Budaya Diterjemahkan Menjadi Makna
Situasional Akibat Faktor Budaya
* Makna Situasional Implisit akibat Faktor Budaya Diterjemahkan Secara Eksplisit
* Makna Situasional Implisit karena Gerakan Isyarat saat UjaranDiterjemahkan Menjadi
Makna Situasional karena Gerakan Isyarat saatUjaran
* Makna Situasional Implisit yang Disebabkan Waktu dan Tempat
KomunikasiDiterjemahkan Menjadi Makna Siuasional yang Disebabkan Waktu danTempat
Komunikasi
* Makna Situasional Implisit yang Disebabkan Waktu dan Tempat
KomunikasiDiterjemahkan Secara Eksplisit
* Makna Situasional Implisit Akibat Hubungan Penutur dan Penanggap. Diterjemahkan
Menjadi Makna Situasional Akibat Hubungan Penutur dan Penanggap

Yups akhirnya selesai juga, inilah bab terakhir yaitu bab kelima, tentunya berisikan
kesimpulan dari yang sudah dibahas semuannya, disini juga berisikan bagian lainnya seperti
contoh dibawah ini:

BAB V

KESIMPULAN
Pada bab ini akan membahas tentang kesimpulan dari bab-bab lainnya

Kesimpulan yang didapat mengenai penerjemahan makna implisit dalam sebuah novel adalah
sebagai berikut :

1. Makna implisit harus diterjemahkan secara eksplisit apabila sistem dari bahasa target
mengharuskannya.
2. Makna implisit dapat diterjemahkan secara eksplisit jika sistem dari bahasa target
memperbolehkannya.
3. Makna implisit harus diterjemahkan secara eksplisit apabila menimbulkan ketaksaan atau
kekaburan makna pada bahasa target.

Selain itu pada bab ini juga berisikan antara lain:

SYNOPSIS

DAFTAR PUSTAKA

KUMPULAN DATA

I. Makna Referensial Implisit

I.1 Referen Persona

I. 2 Referen Demonstratif

I.3 Referen Komparatif

II. Makna Organisasional Implisit

II. 1 Kalimat Elipsis

II. 2 Kalimat Pasif

II. 3 Kata Substitusi

III. Makna Implisit

III.1 Makna Implisit Situasional (Budaya)

III.2 Makna Impilisit Situasional (Gerakan Isyarat)

III.3 Makna Implisit Situasional (Waktu dan Tempat Komunikasi)

III.4 Makna Implisit Situasional (Hubungan Penutur dan Penanggap, Usia dan

Jenis Kelamin)
BIODATA

Informasi Umum

Berisikan;

Tempat / Tanggal Lahir :

Jenis Kelamin :

Berat / Tinggi :

Agama :

Kebangsaan / Suku :

Status :

Alamat :

Telp :

Pendidikan

Pendidikan Informal
Quote:

Contoh Proposal Skripsi

KONSTRUKSI PEMBERITAAN MEDIA DALAM MENGEMAS BERITA KEBAKARAN
HUTAN

(Analisis Framing Pemberitaan Kompas Online, Media Indonesia Online dan
Tempointeraktif)

BAB I

PENDAHULUAN

1. A. Latar Belakang Masalah

Kehadiran surat kabar merupakan pengembangan suatu kegiatan yang sudah lama
berlangsung dalam dunia diplomasi dan di lingkungan dunia usaha. Surat kabar pada masa
awal ditandai oleh wujud yang tetap, bersifat komersial (dijual secara bebas), memiliki
beragam tujuan (memberi informasi, mencatat, menyajikan adpertensi, hiburan, dan desas-
desus), bersifat umum dan terbuka.

Sejarah juga mencatat adanya kemajuan yang pesat dan menyeluruh dalam rangka
mewujudkan kebebasan mekanisme kerja pers. Kemajuan itu kadangkala menimbulkan
sistem pengendalian yang lebih ketat terhadap pers. Pembatasan hukum menggantikan tindak
kekerasan, termasuk penerapan beban fiskal. Dewasa ini, institusionalisasi pers dalam sistem
pasar berfungsi sebagai alat pengendali sehingga surat kabar modern sebagai badan usaha
besar justru menjadi lebih lemah dalam menghadapi semakin banyak tekanan dan campur
tangan.

Namun demikian sejak diberlakukannya Undang-Undang Pers No. 40 Tahun 1999 pengelola
pers di tanah air mulai merasakan keleluasaan dalam melakukan aktivitas jurnalistiknya.
Terlebih lagi, dengan dikeluarkannya kebijakan pemerintah yang membolehkan penerbitan
pers tanpa memerlukan surat izin, mendorong semakin meningkatnya jumlah penerbitan pers
(Rahayu, 2006: 1).

Dalam proses perkembangan kebudayaan manusia, komunikasi massa menjadi proses dan
bidang ilmu komunikasi yang mempunyai tingkat pengaruh yang cukup penting pada
kehidupan manusia sehari-hari (Wuryanto, 2006, Diakses 15 Januari 2007). Dapat dikatakan
bahwa dalam perkembangan manusia, komunikasi massa memainkan peranan penting bagi
perubahan dan dinamika sosial manusia. Berita, dalam konteks komunikasi massa yang
berkembang sampai sekarang, selalu muncul dalam benak dan pikiran manusia. Berita yang
disusun dalam benak manusia bukan merupakan peristiwa manusia. Berita bukan adalah
peristiwa itu sendiri. Berita merupakan usaha rekonstruksi kerangka peristiwa yang terjadi.
Berita dalam konteks komunikasi massa, lebih merupakan inti yang disesuaikan dengan
kerangka acuan yang dipertimbangkan agar peristiwa itu memiliki makna bagi para
pembacanya

Penyampaian sebuah berita ternyata menyimpan subjektivitas penulis. Bagi masyarakat biasa,
pesan dari sebuah berita akan dinilai apa adanya. Berita akan dipandang sebagai barang suci
yang penuh dengan objektivitas. Namun, berbeda dengan kalangan tertentu yang memahami
betul gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan, yaitu dalam setiap
penulisan berita menyimpan ideologis/latar belakang seorang penulis. Seorang penulis pasti
akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di
lapangan.

Berita dalam kapasitasnya sebagai pembentuk dan dinamisator pengolahan interpretasi atas
peristiwa manusia, menjadi hal yang sangat penting dalam proses pembentukan konstruk
sosial. Berita, pada titik tertentu, sangat mempengaruhi manusia merumuskan pandangannya
tentang dunia. Pandangan terhadap dunia adalah bingkai yang dibuat oleh manusia untuk
menggambarkan tentang apa dan bagaimana dunia dipahami. Berbagai pengalaman hidup
manusia dimaknai dalam bingkai tersebut. Tanpa adanya bingkai yang jelas, kejadian,
peristiwa dan pengalaman manusia akan terlihat “kacau” dan chaos. Bingkai pengalaman
dapat dilihat sebagai “skenario awal” yang memposisikan setiap pengalaman dan peristiwa
dalam plot cerita yang kurang lebih runtut, rasional dan sistematis.

Berita muncul dalam benak manusia. Berita yang muncul dalam benak manusia itu bukan
suatu peristiwa, ia adalah sesuatu yang dicerap setelah peristiwa. Ia tidak identik dengan
peristiwa, melainkan upaya untuk merekonstruksi kerangka inti peristiwa tersebut. Inti yang
disesuaikan dengan kerangka acuan yang dipertimbangkan agar peristiwa ini memiliki ati
bagi pembaca. Berita adalah sebuah aspek komunikasi dan memiliki karakteritik-karakteristik
yang lazim dari proses itu (Sobur, 2006: v).
Peristiwa yang sama dapat diberi bingkai yang berbeda. Karakteristik tidak terbentuk begitu
saja, tetapi melalui proses yang bertahap. Dari proses mengenal masyarakat sebagai
konsumen media merupakan hal yang berpengaruh terhadap penentuan karakteristik media,
yang hasilnya apa yang penting bagi media yang satu belum tentu penting bagi media yang
lain, yang akan menghasilkan pemberitaan yang berbeda dari suatu peristiwa.

Paradigma konstruksionis memandang realitas sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi
hasil dari konstruksi. Oleh karena itu, konsentrasi analisis pada paradigma konstruksionis
adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas itu di konstruksi, dengan cara
paradigma itu dibentuk. Paradigma Peter D. Moss menyatakan bahwa wacana media massa,
berita surat kabar merupakan kerangka tertentu untuk memahami realitas sosial (Eriyanto,
2002: x).

Media menjadi arena sosial, tempat bertemunya pihak-pihak dengan kepentingan, latar
belakang, serta sudut pandang yang beragam. Masing-masing pihak berusaha menonjolkan
pendapat, pemikiran atau klaim tertentu agar diterima oleh khalayak. Media telah menjadi
arena perang simbolik pihak-pihak yang berkepentingan. Isi media adalah hasil para pekerja
mengkonstruksikan berbagai realitas yang dipilihnya (Sobur, 2006: 166).

Misalnya adalah peristiwa kebakaran hutan yang terjadi. Disini yang menjadi kontroversi
menjadi sorotan dan berita hangat di beberapa media nasional, surat kabar nasional yang
menyoroti masalah itu antara lain Kompas, Media Indonesia, dan Tempo ketiganya
merupakan surat kabar yang sudah mempunyai nama di Indonesia. Pemberitaan media
terhadap Kebakaran Hutan. Baik Media Indonesia, Kompas maupun Tempo melihat dan
menyajikan realitas tersebut ke dalam bentuk berita, yang mana ketiganya memiliki
komposisi pemberitaan yang berlainan dan cara tersendiri dalam membingkai dan
mengkonstruksi suatu pemberitaan mengenai Kebakaran Hutan. Karena baik Wartawan
Kompas, Media Indonesia dan Tempo mempunyai konstruksi pemberitaan Kebakaran Hutan
yang berbeda.

Adanya perbedaan dalam pemberitaan tersebut, secara langsung ataupun tidak langsung akan
membentuk karakteristik pada masing-masing media, yang mustahil sama antara media yang
satu dengan yang lain. Dampak perang simbolik ini tidak jarang menghasilkan efek
mendukung atau menentang yang dalam bentuk konkrit berupa penggambaran citra positif
mengenai diri sendiri atau kelompoknya dan negatif pada pihak lawan. Salah satu contoh
perang simbolik yang dapat diamati adalah pemberitaan mengenai kebakaran hutan. Masing-
masing media memberitakan dengan perspektif dan pemaknaan tertentu.

Bencana kebakaran hutan ataupun lahan pertanian merupakan bencana tahunan yang
berdampak pada munculnya bencana kabut asap selalu menggangu hingga ke negara
tetangga. Umumnya proses produksi berita dalam suatu institusi media mempertimbangkan
prinsip-prinsip nilai berita. Bahkan sebagian institusi media memiliki kriteria kelayakan
berita yang menjadi panduan jurnalis dalam mengemas berita. Itulah sebabnya mengapa
muncul adanya variasi content berita dalam sejumlah media massa dan bagaimana pengelola
menerapkan prinsip-prinsip nilai berita tersebut akan berimplikasi pada pada kualitas berita
yang diproduksi dan akan mempengaruhi hasil konstruksi suatu pemberitaan.

Oleh karena itu, diperlukan sebuah analisis tersendiri terhadap isi berita sehingga akan
diketahui latar belakang seorang penulis dalam menulis berita. Hal ini akan memberikan
dampak positif terhadap pembaca itu sendiri. Pembaca akan lebih memahami mengapakah
seorang penulis (atau institusi pers: Kompas, Media Indonesia, Pikiran Rakyat dan lain-lain)
menulis berita sehingga seminimal mungkin menghindari terjadinya respon yang reaksional.

1. B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

Bagaimana konstruksi Kompas, Media Indonesia, dan Tempo dalam mengemas berita
kebakaran hutan?

1. C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana konstruksi Kompas, Media Indonesia, dan Tempo dalam
mengemas berita kebakaran hutan.

1. D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
1. Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat sebagai tambahan pengetahuan
dalam memahami konstruksi media massa dalam mengemas suatu berita.
2. Dengan bekal ilmu yang telah diperoleh dibangku kuliah, peneliti ingin menyumbangkan
dan memperluas pengetahuan yang telah diperoleh, digunakan secara nyata untuk diterapkan
pada masyarakat atau lingkungan.
3. Manfaat Praktis
Quote:

Contoh Proposal Skripsi

IMPLIKASI BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO.40 TAHUN 1999 TENTANG
PERS TERHADAP KEBEBASAN PERS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bentuk dari hak publik jumlahnya banyak, salah satu diantaranya adalah hak publik untuk
mendapatkan informasi dimana hak tersebut merupakan hak asasi manusia yang sangat
hakiki, yang diperlukan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, memajukan
kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu sarana untuk
memperoleh informasi adalah dari pers, oleh karena itu sudah sepatutnya apabila
kemerdekaan pers dijamin melalui suatu undang-undang. Jaminan terhadap kemerdekaan
pers yang merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur yang sangat
penting untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang
demokratis, adalah juga jaminan terhadap kemerdekaan mengeluarkan pikiran dan pendapat
sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
Pertumbuhan dan perkembangan pers nasional korelatif atau memiliki hubungan satu sama
lain, dengan laju pertumbuhan dan perkembangan pembangunan nasional secara keseluruhan.
Di satu pihak, pers merupakan salah satu media pendukung keberhasilan pembangunan, di
lain pihak, pers banyak turut mengambil manfaat dari keberhasilan pembangunan.
Keberhasilan dalam bidang pendidikan, peningkatan pendapatan masyarakat dan perluasan
fasilitas perhubungan darat, laut dan udara, misalnya, sudah jelas besar manfaatnya bagi
pertumbuhan dan perkembangan pers.[1]

Adanya hubungan korelatif antara pers nasional dan pembangunan membawa konsekwensi
bahwa bentuk dan isi pers Indonesia perlu mencerminkan bentuk dan isi pembangunan.
Dengan lain perkataan, kepentingan pers nasional perlu mencerminkan kepentingan
pembangunan nasional.

Pers sebagai media pendukung keberhasilan pembangunan, perlu senantiasa menyadari
tentang tujuan pembangunan nasional, ialah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan
makmur, yang mementingkan pemerataan materiil dan spirituil, berdasarkan Pancasila, dalam
wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di samping itu, perlu juga menyadari tentang
landasan pembangunan nasional yang bertumpu pada pokok pikiran untuk membangun
Manusia Indonesia seutuhnya, dan membangun seluruh masyarakat Indonesia.

Pers sebagai sub-sistim dari sistim sosial yang ada, di mana pers itu diterbitkan, perlu
menjaga adanya kesadaran tersebut, untuk memantapkan arah pengabdian pers nasional bagi
kepentingan masyarakatnya. Suatu pengabdian yang akan turut menjamin keberhasilan
pembangunan, yang pada gilirannya akan dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan
pers itu sendiri.

Sudah barang tentu, pengabdian pers kepada masyarakatnya bukan hanya atas pertimbangan
yang bersifat pragmatik semacam itu, yaitu pertimbangan yang mementingkan hasil-hasil
yang praktis tanpa perlu mengkaitkannya dengan berbagai teori dan alam pemikiran, yang
sebenarnya jauh lebih pokok. Hal ini dapat dipelajari dalam Pedoman Pembinaan Idiil Pers,
yang menyangkut pers pembangunan.

Di dalam Pedoman Pembinaan Idiil Pers dijelaskan, bahwa pers nasional sebagai lembaga
masyarakat yang mempunyai fungsi untuk mendukung kemajuan masyarakat lingkungannya,
mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menyebar luaskan pesan-pesan kemajuan dan
keberhasilan pembangunan kepada masyarakat pembacanya. Penyebarluasan pesan-pesan
semacam itu sekaligus akan dapat menanamkan kesadaran, kepercayaan dan harapan yang
wajar kepada masyarakat bahwa orang Indonesia itu sebenarnya mampu untuk merencanakan
dan menyelesaikan pembangunan dengan baik; bahwa setiap keberhasilan pembangunan
akan menempatkan kita dalam keadaan yang lebih baik, dan bahwa dengan demikian arah
pembangunan yang kita anut itu dapat di pertanggung-jawabkan.

Pers pembangunan tidak diharapkan untuk menutup mata terhadap kesulitan, kekurangan
ataupun kegagalan dari pembangunan. Tetapi yang penting untuk diperhatikan adalah
perlunya turut menanamkan kepercayaan akan kemampuan sendiri dalam mengatasi segala
macam problema. Kesulitan apapun yang kita alami dalam melaksanakan pembangunan
nasional, perlu diambil hikmahnya dan dimanfaatkan untuk mengadakan koreksi dan
penyempurnaan, tanpa mengganggu stabilitas nasional yang sangat diperlukan bagi
kelangsungan pembangunan itu sendiri secara terencana.

Untuk itu, pers pembangunan bertugas turut menciptakan suasana batin masyarakat, agar
dapat diliputi dengan rasa syukur, penuh harapan dan penuh kemauan untuk bekerja giat dan
lebih tekun dalam membantu pelaksanaan pembangunan. Suasana batin semacam itu akan
dapat membantu pengembangan iklim sosial yang menguntungkan bagi suksesnya
pembangunan. Inilah juga yang disebut dengan istilah pembinaan sikap mental dan sikap
hidup manusia pembangunan, ialah suatu sikap yang dalam taraf terakhir bersumber pada tata
dasar dan falsafah hidup Pancasila. Di sinilah terkaitnya pers, sebagai salah satu media
komunikasi massa, sebagai jalur yang diharapkan turut memasyarakatkan Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4).

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999, Tentang Pers, istilah
„pers‟ berarti lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan
jurnalistik meliputi, mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta
data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media
elektronik, dan segala jenis saluran tersedia.

Akhir-akhir ini, timbul kegamangan dalam dunia pers. Kegamangan itu merupakan akibat
dari pelaksanaan kebebasan pers berupa kritik yang tak berperasaan, menyesatkan, dan sangat
miring. Ada dua kasus utama yang diamati oleh peneliti, yang pertama kasus Djadja
Suparman (DS) versus beberapa harian, antara lain Radar Bali, Sumatra Ekspres, Rakyat
Merdeka, dan Jawa Pos, yang kedua kasus Tommy Winata (TW) versus majalah Tempo.
Korban-korban pemberitaan pers telah berjatuhan, dan hal ini menunjukkan bahwa slogan
selalu yang pertama dalam melansir sesuatu berita, betul-betul merupakan persaingan bebas
dalam kebebasan pers. Persaingan bebas dalam kebebasan pers ternyata juga mengandung
aspek negatif, sehingga diplesetkan menjadi kebablasan pers. Pencegahan kebablasan pers itu
menyebabkan pers terbuka untuk dikontrol masyarakat. Selain itu, Undang-Undang Pers
(UUP) juga sudah menyiapkan mekanisme penyelesaian permasalahan akibat kebebasan pers
dalam pemberitaan, lebih-lebih apabila korbannya para politisi atau konglomerat hitam.

1. B. Perumusan Masalah

Didasarkan atas judul penelitian dan latar belakang masalah di atas, dapat dikatakan bahwa
penelitian ini masuk dalam penelitian hukum yang mengatur bidang kegiatan pers. Masalah
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimanakah implikasi berlakunya Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers
Terhadap Kebebasan Pers?

1. C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implikasi berlakunya Undang-
Undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers Terhadap Kebebasan Pers.

1. D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap pengembangan Hukum Tata Negara,
khususnya yang berhubungan dengan Pers setelah berlakunya Undang-undang No. 40 Tahun
1999 Tentang Pers
2. Memberikan sumbangan pemikiran tentang peran pers dalam pembangunan.
Quote:

Contoh Proposal Skripsi

JUDUL:SENTER DENGAN ISI ULANG DARI SUMBER ENERGI NON LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebutuhan manusia saat ini cenderung bergeser pada kebutuhan yang bersifat praktis serta
efisien. Pola hidup yang dituntut serba cepat membuat menusia selalu melakukan inovasi
terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Begitu juga yang terjadi pada perkembangan
dalam dunia elektronika.

Senter merupakan salah satu hasil teknologi yang banyak dimanfaatkan oleh manusia.
Sebagai alat yang bisa memancarkan cahaya, senter sangat dibutuhkan pada saat kondisi
gelap maupun dalam kondisi cahaya yang kurang. Senter paling sering digunakan oleh
nelayan, petugas poskamling, ataupun rumah tangga saat terjadi mati lampu.

Sebagai salah satu sumber cahaya yang praktis, senter yang biasanya menggunakan sumber
energi dari baterai, baik baterai yang sekali pakai maupun baterai yang rechargable (bisa
dicharge). Kebutuhan akan sumber energi bagi senter sangat tergantung dengan ketersediaan
baterai cadangan dan ketersediaan listrik dari PLN. Jadi bisa dibayangkan bagaimana
repotnya apabila saat senter sangat dibutuhkan dan ternyata tidak tersedia baterai cadangan
maupun jauh dari sumber listrik PLN

Untuk mengatasi kerepotan diatas, dibutuhkan suatu sumber energi alternatif yang tidak
bergantung pada baterai cadangan maupun sumber listrik dari PLN sehingga apabila
diperlukan sewaktu waktu senter dapat digunakan dalam kondisi apapun

B. Perumusan Masalah

Sumber energi senter yang biasanya terdiri dari baterai sekali pakai ataupun baterai yang bisa
di isi ulang yang sangat tergantung dengan listrik PLN. Sehingga terkadang pada saat senter
masih harus digunakan tetapi ternyata baterai cadangan tida tersedia atau listrik PLN sedang
padam maupun jauh dari sumber listrik PLN akan menimbulkan suatu kerepotan. Oleh
karena itu dibutuhkan sebuah senter yang bisa digunakan setiap saat tanpa harus bergantung
pada kedua sumber energi tadi. Masalahnya adalah bagaimana menciptakan sebuah senter
yang bisa digunakan setiap saat dan dimaan saja tanpa harus bergantung pada ketersediaan
listrik PLN

C. Tujuan
Menciptakan sebuah senter yang bisa digunakan setiap saat dan kapan saja tanpa harus
tergantung pada ketersediaan listrik PLN

D. Kontribusi

Senter yang dihasilkan dari penelitian ini nanti sangat diharapkan dapat mengatasi masalah
kehabisan ataupun kelangkaan sumber energi pada saat senter benar-benar dibutuhkan sebagi
sumber cahaya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan dan upaya penyelesaiannya. Bila
diperlukan ada hipotesa bahwa masalah yang ada dapat diselesaikan dengan sistem/alat yang
dibuat.

BAB III METODOLOGI

A. Prosedur Perancangan
Langkah-langkah Tata cara yang akan dilakukan untuk menciptakan senter dengan
menggunakan pengisi baterai dengan induksi elektromagnetika mulai dari awal hingga akhir
adalah seperti yang ditunjukan dalam Gambar 3.1.



Gambar 3.1 Prosedur perancangan

B. Analisis Kebutuhan
Sesuai dengan penyelesaian masalah yang akan dilakukan, kebutuhan pokok yang harus ada
pada senter tersebut yang hendak dibangun adalah:

1. Senter yang diciptakan harus dapat digunakan dalam waktu yang lama dan dapat
menghasilkan intensitas cahaya yang dapat memenuhi kebutuhan.
2. Pengisian baterai harus dapat dilaksanakan sewaktu-waktu, baik pada saat energi baterai
sudah habis atau hanya sekedar untuk menambah cadangan energi pada senter
3. Berat senter tetap harus relatif ringan sehingga mudah dibawa dan mudah pula dalam
pengisian.


C. Spesifikasi dan Desain
Secara umum senter yang dirancang mempunyai spesifikasi sebagai berikut:

* Menggunakan baterai HP
* Lampu yang digunakan adalah LED
* Senter mempunyai ukuran panjang 25 cm dan diameter 4 cm
* Pengisian dapat dilakukan dengan kecepatan kocok 50 kali permenit

Dengan spesifikasi di atas maka komponen-komponen yang dibutuhkan untuk membangun
dan menguji senter ini adalah:

1. Komponen berupa:
* Baterai HP Nokia 3,6 volt 600 mAh
* Lampu LED 3,6 volt
* Penyearah, dengan 4 buah diode silikon 1N400
* Mengunakan magnet silinder
* Kumparan dengan kawat 0,2 mm 2000 lilitan
* Saklar dan casing

2. Alat uji yang digunakan untuk menguji adalah:

* Voltmeter DC, Ampermeter DC, Luxmeter dan Stopwatch
* Diagram blok rangkaian senter yanag dirancang adalah seperti terlihat pada gambar 3.2.



Gambar 3.2 Blok diagram rangkaian senter

Keterangan gambar :

1. Induksi : Berfungsi sebagai penyedia tegangan
2. Dioda penyearah : Berfungsi sebagai pengubah tegangan AC menjadi tegangan DC.
3. Baterai : Berfungsi sebagai penyimpan tegangan
4. Sakelar : Berfungsi sebagai pemutus dan penghubung arus listrik dari sumber ke pemakai /
beban
5. LED : Berfungsi sebagai pemancar cahaya.

D. Implementasi dan Verifikasi

Setelah jelas spesifikasi dan desain, selanjutnya dilakukan pembuatan dan perakitan masing-
masing komponen. Untuk mengetahui apakah masing-masing blok sudah dapat bekerja
dengan baik perlu dilakukan verifikasi. Dengan demikian bila ada kesalahan atau kekurangan
dapat diperbaiki terlebih dahulu sebelum dirangkai dengan blok yang lain.

E. Validasi
Pada tahap ini dilakukan pengujian senter secara menyeluruh, peliputi pengujian fungsional
dan pengujian ketahanan sistem. Pengujian fungsional dilakukan untuk mengetahui bahwa
sistem dapat bekerja dengan baik sesuai dengan prinsip kerjanya. Pengujian ketahanan
berkaitan dengan kemampuan senter menyimpan energi, kualitas cahaya yang dihasilkan dan
juga seberapa lama senter dapat digunakan. Dari validasi ini dapat diketahui kesesuaian hasil
perancangan dengan analisis kebutuhan yang diharapkan.

More Related Content

What's hot

Kalimat efektif
Kalimat efektifKalimat efektif
Kalimat efektif
Hanifah14
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesia
Aef Tony
 
Kalimat efektif makalah
Kalimat efektif makalahKalimat efektif makalah
Kalimat efektif makalah
Mila Urmila
 
Wacana dan kebuayaan mata kuliah pragmatik
Wacana dan kebuayaan mata kuliah pragmatikWacana dan kebuayaan mata kuliah pragmatik
Wacana dan kebuayaan mata kuliah pragmatik
Nurulbanjar1996
 
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia   kalimat efektifMakalah bahasa indonesia   kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
wahyu islami
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantarchandut30
 
tindak tutur
tindak tuturtindak tutur
tindak tutur
ResnitaDewi
 
Makalah Pengertian Kalmat Efektif dan Ciri-Cirinya
Makalah Pengertian Kalmat Efektif dan Ciri-CirinyaMakalah Pengertian Kalmat Efektif dan Ciri-Cirinya
Makalah Pengertian Kalmat Efektif dan Ciri-Cirinya
TomiApraSantosa
 
Diksi 1
Diksi 1Diksi 1
Diksi 1
Kewin Harahap
 
Ciri Kebahasaan Bahasa Indonesia Keilmuan Ragam Formal
Ciri Kebahasaan Bahasa Indonesia Keilmuan Ragam FormalCiri Kebahasaan Bahasa Indonesia Keilmuan Ragam Formal
Ciri Kebahasaan Bahasa Indonesia Keilmuan Ragam Formal
Yunita Siswanti
 
Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah
Bahasa Indonesia Ragam IlmiahBahasa Indonesia Ragam Ilmiah
Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah
ikaNurulFadhillah
 
Pelaksnaan tindakan ujaran
Pelaksnaan tindakan ujaranPelaksnaan tindakan ujaran
Pelaksnaan tindakan ujaranDedy Apriyadi
 
Tugas tik firda
Tugas tik firdaTugas tik firda
Tugas tik firda
Azharfirda
 

What's hot (16)

Kalimat efektif
Kalimat efektifKalimat efektif
Kalimat efektif
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesia
 
Kalimat efektif makalah
Kalimat efektif makalahKalimat efektif makalah
Kalimat efektif makalah
 
Wacana dan kebuayaan mata kuliah pragmatik
Wacana dan kebuayaan mata kuliah pragmatikWacana dan kebuayaan mata kuliah pragmatik
Wacana dan kebuayaan mata kuliah pragmatik
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia   kalimat efektifMakalah bahasa indonesia   kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
tindak tutur
tindak tuturtindak tutur
tindak tutur
 
Makalah Pengertian Kalmat Efektif dan Ciri-Cirinya
Makalah Pengertian Kalmat Efektif dan Ciri-CirinyaMakalah Pengertian Kalmat Efektif dan Ciri-Cirinya
Makalah Pengertian Kalmat Efektif dan Ciri-Cirinya
 
Diksi 1
Diksi 1Diksi 1
Diksi 1
 
Ciri Kebahasaan Bahasa Indonesia Keilmuan Ragam Formal
Ciri Kebahasaan Bahasa Indonesia Keilmuan Ragam FormalCiri Kebahasaan Bahasa Indonesia Keilmuan Ragam Formal
Ciri Kebahasaan Bahasa Indonesia Keilmuan Ragam Formal
 
Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah
Bahasa Indonesia Ragam IlmiahBahasa Indonesia Ragam Ilmiah
Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah
 
Diksi (pilihan kata)
Diksi (pilihan kata)Diksi (pilihan kata)
Diksi (pilihan kata)
 
Pelaksnaan tindakan ujaran
Pelaksnaan tindakan ujaranPelaksnaan tindakan ujaran
Pelaksnaan tindakan ujaran
 
Tugas tik firda
Tugas tik firdaTugas tik firda
Tugas tik firda
 
Makalah kalimat efektiff
Makalah kalimat efektiffMakalah kalimat efektiff
Makalah kalimat efektiff
 

Viewers also liked

Panduan penyusunan-dan-penulisan-skripsi
Panduan penyusunan-dan-penulisan-skripsiPanduan penyusunan-dan-penulisan-skripsi
Panduan penyusunan-dan-penulisan-skripsiHIMA KS FISIP UNPAD
 
Contoh proposal skripsi sastra inggris
Contoh proposal skripsi sastra inggrisContoh proposal skripsi sastra inggris
Contoh proposal skripsi sastra inggris
Pungki Ariefin
 
Makalah kebakaran hutan riau
Makalah kebakaran hutan riauMakalah kebakaran hutan riau
Makalah kebakaran hutan riau
nur azizah
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
guest150909
 
Pedoman penyusunan penulisan proposal penelitian dan skripsi
Pedoman penyusunan penulisan proposal penelitian dan skripsiPedoman penyusunan penulisan proposal penelitian dan skripsi
Pedoman penyusunan penulisan proposal penelitian dan skripsi
Melwin Syafrizal
 
Format prosposal teknis dak kebakaran (1)
Format prosposal teknis dak kebakaran (1)Format prosposal teknis dak kebakaran (1)
Format prosposal teknis dak kebakaran (1)
MazRio Sekayu
 
Pragmatics implicature
Pragmatics implicaturePragmatics implicature
Pragmatics implicature
phannguyen161
 

Viewers also liked (7)

Panduan penyusunan-dan-penulisan-skripsi
Panduan penyusunan-dan-penulisan-skripsiPanduan penyusunan-dan-penulisan-skripsi
Panduan penyusunan-dan-penulisan-skripsi
 
Contoh proposal skripsi sastra inggris
Contoh proposal skripsi sastra inggrisContoh proposal skripsi sastra inggris
Contoh proposal skripsi sastra inggris
 
Makalah kebakaran hutan riau
Makalah kebakaran hutan riauMakalah kebakaran hutan riau
Makalah kebakaran hutan riau
 
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang KebakaranMateri Kebijakan Tentang Kebakaran
Materi Kebijakan Tentang Kebakaran
 
Pedoman penyusunan penulisan proposal penelitian dan skripsi
Pedoman penyusunan penulisan proposal penelitian dan skripsiPedoman penyusunan penulisan proposal penelitian dan skripsi
Pedoman penyusunan penulisan proposal penelitian dan skripsi
 
Format prosposal teknis dak kebakaran (1)
Format prosposal teknis dak kebakaran (1)Format prosposal teknis dak kebakaran (1)
Format prosposal teknis dak kebakaran (1)
 
Pragmatics implicature
Pragmatics implicaturePragmatics implicature
Pragmatics implicature
 

Similar to Contoh proposal skripsi

Hbml3303 810901126140
Hbml3303 810901126140Hbml3303 810901126140
Hbml3303 810901126140
Dayangku Nurul
 
Ragam bahasa ilmiah
Ragam bahasa ilmiahRagam bahasa ilmiah
Ragam bahasa ilmiah
Fajar Ramadhan
 
Makalah kalimat efektiff
Makalah kalimat efektiffMakalah kalimat efektiff
Makalah kalimat efektiff
Septian Muna Barakati
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesia
STMIK Sumedang
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesia
STMIK Sumedang
 
Makalah kalimat efektiff
Makalah kalimat efektiffMakalah kalimat efektiff
Makalah kalimat efektiff
Operator Warnet Vast Raha
 
Translation 7-Inisiasi 5.pptx
Translation 7-Inisiasi 5.pptxTranslation 7-Inisiasi 5.pptx
Translation 7-Inisiasi 5.pptx
RullyMRAPI
 
Makalah bahasa indonesia ugi
Makalah bahasa indonesia ugiMakalah bahasa indonesia ugi
Makalah bahasa indonesia ugi
pipit rantika
 
Tugas tik
Tugas tikTugas tik
Tugas tik
agustinapande
 
Tugas tik
Tugas tikTugas tik
Tugas tik
agustinapande
 
Tugas tik
Tugas tikTugas tik
Tugas tik
agustinapande
 
Tugas tik
Tugas tikTugas tik
Tugas tik
agustinapande
 
project.pdf
project.pdfproject.pdf
Metlit gayabahasa
Metlit gayabahasaMetlit gayabahasa
Metlit gayabahasa
Lukmanulhakim Almamalik
 
analisa simantik.pptx
analisa simantik.pptxanalisa simantik.pptx
analisa simantik.pptx
KikoKoe
 
Makalah clauses n refer to
Makalah clauses n refer toMakalah clauses n refer to
Makalah clauses n refer to
ZaenurRahman1
 
Relasi
RelasiRelasi
Relasi
Makarina
 
Makna kata
Makna kataMakna kata
Makna kata
K. S. Widodo
 
Translation Principles
Translation PrinciplesTranslation Principles
Translation Principles
Rudi Hermanto
 
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektifMakalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
Septian Muna Barakati
 

Similar to Contoh proposal skripsi (20)

Hbml3303 810901126140
Hbml3303 810901126140Hbml3303 810901126140
Hbml3303 810901126140
 
Ragam bahasa ilmiah
Ragam bahasa ilmiahRagam bahasa ilmiah
Ragam bahasa ilmiah
 
Makalah kalimat efektiff
Makalah kalimat efektiffMakalah kalimat efektiff
Makalah kalimat efektiff
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesia
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesia
 
Makalah kalimat efektiff
Makalah kalimat efektiffMakalah kalimat efektiff
Makalah kalimat efektiff
 
Translation 7-Inisiasi 5.pptx
Translation 7-Inisiasi 5.pptxTranslation 7-Inisiasi 5.pptx
Translation 7-Inisiasi 5.pptx
 
Makalah bahasa indonesia ugi
Makalah bahasa indonesia ugiMakalah bahasa indonesia ugi
Makalah bahasa indonesia ugi
 
Tugas tik
Tugas tikTugas tik
Tugas tik
 
Tugas tik
Tugas tikTugas tik
Tugas tik
 
Tugas tik
Tugas tikTugas tik
Tugas tik
 
Tugas tik
Tugas tikTugas tik
Tugas tik
 
project.pdf
project.pdfproject.pdf
project.pdf
 
Metlit gayabahasa
Metlit gayabahasaMetlit gayabahasa
Metlit gayabahasa
 
analisa simantik.pptx
analisa simantik.pptxanalisa simantik.pptx
analisa simantik.pptx
 
Makalah clauses n refer to
Makalah clauses n refer toMakalah clauses n refer to
Makalah clauses n refer to
 
Relasi
RelasiRelasi
Relasi
 
Makna kata
Makna kataMakna kata
Makna kata
 
Translation Principles
Translation PrinciplesTranslation Principles
Translation Principles
 
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektifMakalah bahasa indonesia kalimat efektif
Makalah bahasa indonesia kalimat efektif
 

Contoh proposal skripsi

  • 1. Contoh Proposal Skripsi ✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭✭ ✭✭✭✭✭ Quote: Contoh Proposal Skripsi Analisis Makna Implisit Pada Novel Harry Potter and The Prisoner Of Azkaban Karya J. K. Rowling Dan Terjemahannya diajukan untuk dipertahankan dalam Sidang Ujian Sarjana Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran Aldo Elam M H1D96210 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS SASTRA JURUSAN SASTRA INGGRIS BANDUNG 2001 ABSTRAK Skripsi ini berjudul Analisis Makna Implisit pada Novel Harry Potter and the Prisoner of Azkaban Karya J. K. Rowling dan Terjemahannya. Objek penelitian ini adalah kalimat- kalimat yang mengandung makna implisit pada novel tersebut. Kalimat yang mengandung makna implisit diambil sebagai data dan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif komparatif. Novel yang berjudul Harry Potter and the Prisoner of Azkaban ini ditulis oleh J. K. Rowling dan dialihbahasakan oleh Listiana Srisanti ke bahasa Indonesia dengan judul Harry Potter Dan Tawanan Azkaban. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari penerjemahan makna implicit dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) makna implisit harus diterjemahkan secara eksplisit apabila sistem dalam bahasa sasaran mengharuskannya, namun (2) makna implisit dapat juga diterjemahkan secara eksplisit
  • 2. apabila sistem bahasa sasaran memungkinkannya, yang terakhir adalah (3) makna implicit harus diterjemahkan eksplisit jika menyebabkan ketaksaan atau ketidakjelasan makna dalam hasil terjemahannya. Untuk mempermudah dalam persetujuan dari dosen mengenai skripsi yang akan kita bahas lebih baik dalam pengajuan proposal skripsi ditunjukan sistematikanya seperti contoh dibawah ini: DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Identifikasi Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Kegunaan Penelitian 1.5 Kerangka Pemikiran 1.6 Metode Penelitian 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makna 2.1.1 Perubahan Makna 2.1.2 Jenis Makna 2.2 Makna Implisit 2.2.1 Makna Referensial Implisit 2.2.1.1 Referen Persona
  • 3. 2.2.1.2 Referen Demonstratif 2.2.1.3 Referen Komparatif 2.2.2 Makna Organisasional Implisit 2.2.2.1 Kata Substitusi 2.2.2.2 Kalimat Elipsis 2.2.2.3 Kalimat Pasif 2.2.3 Makna Situasional Implisit 2.2.3.1 Makna Situasional Implisit Akibat Faktor Budaya 2.2.3.2 Makna Situasional Implisit karena Gerakan Isyarat saat Ujaran 2.2.3.3 Makna Situasional Implisit yang Disebabkan Waktu dan Tempat Terjadinya Komunikasi 2.2.3.4 Makna Situasional Implisit Akibat Hubungan Penutur dan Penanggap 2.3 Penerjemahan 2.3.1 Metode Penerjemahan 2.3.2 Penerjemahan Makna Implisit BAB III OBJEK PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Makna Referensial Implisit 4.1.1 Referen Persona Implisit Diterjemahkan Secara Eksplisit 4.1.2 Referen Persona Implisit Diterjemahkan Menjadi Referen Persona 4.1.3 Referen Demonstratif Implisit Diterjemahkan Secara Eksplisit 4.1.4 Referen Demonstratif Implisit Diterjemahkan Menjadi Referen Demonstratif 4.1.5 Referen Komparatif Implisit Diterjemahkan Secara Eksplisit 4.1.6 Referen Komparatif Implisit Diterjemahkan Menjadi Referen Komparatif 4.2 Makna Organisasional Implisit
  • 4. 4.2.1 Kalimat Elipsis Diterjemahkan Secara Eksplisit 4.2.2 Kalimat Elipsis Diterjemahkan Menjadi Kalimat Elipsis 4.2.3 Kalimat Pasif Diterjemahkan Secara Eksplisit 4.2.4 Kalimat Pasif Diterjemahkan Menjadi Kalimat Pasif 4.2.5 Kata Substitusi Diterjemahkan Secara Eksplisit 4.2.6 Kata Substitusi Diterjemahkan Menjadi Kata Substitusi 4.3 Makna Situasional Implisit 4.3.1 Makna Situasional Implisit Akibat Faktor Budaya Diterjemahkan Menjadi Makna tuasional Akibat Faktor Budaya 4.3.2 Makna Situasional Implisit Akibat Faktor Budaya Diterjemahkan Secara Eksplisit 65 4.3.3 Makna Situasional Implisit karena Gerakan Isyarat saat Ujaran Diterjemahkan Menjadi Makna Situasional karena Gerakan Isyarat saat Ujaran 4.3.4 Makna Situasional Implisit yang Disebabkan Waktu dan Tempat Komunikasi diterjemahkan Menjadi Makna Situasional yang Disebabkan Waktu dan Tempat Komunikasi 4.3.5 Makna Situasional Implisit yang Disebabkan Waktu dan Tempat Komunikasi diterjemahkan Secara Ekplisit 4.3.6 Makna Situasional Implisit Akibat Hubungan Penutur dan Penanggap Diterjemahkan Menjadi Makna Situasional Akibat Hubungan Penutur dan Penanggap BAB V SIMPULAN SYNOPSIS DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIODATA Pada tahap selanjutnya yaitu penulisan pada bab pertama, penulisan proposal skripsi dalam bab ini lebih mengutamakan dari garis beras yang tertera dalam skripsi yang akan diajukan sehingga persetujuan itu akan lebih cepat terealisasi adapun sistematikan penulisannya seperti contoh dibawah ini yaitu berisikan antara lain: BAB I PENDAHULUAN
  • 5. I.1 Latar Belakang Masalah Penerjemahan sangat mutlak diperlukan dalam era informasi dan komunikasi yang bergerak cepat seperti saat ini. Proses penerjemahan dan hasil-hasilnya dapat dilihat tersebar dalam segala bidang, mulai dari bidang pendidikan sampai hiburan. Buku, film dan berbagai media pembawa informasi lainnya yang dibuat tidak dalam bahasa asli memerlukan suatu proses penerjemahan. Penerjemahan sendiri merupakan suatu proses penyampaian informasi dari bahasa sumber ke dalam padanan yang sesuai pada bahasa sasaran. Suatu hasil penerjemahan dapat dianggap berhasil apabila pesan, pikiran, gagasan, dan konsep yang ada dalam bahasa sumber dapat disampaikan ke dalam bahasa sasaran secara utuh. Hal ini akan sulit dilakukan karena adanya perbedaan pada sistem bahasa dan budaya antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Seorang penerjemah yang baik tidak hanya harus dapat mengatasi perbedaan sistem bahasa dan budaya, tetapi ia juga harus dapat menangkap pesan implisit atau amanat yang ada di bahasa sumber dan menyampaikannya kembali ke dalam bahasa sasaran. Hal ini menjadi penting karena keutuhan suatu teks sedikit banyak dipengaruhi oleh adanya pesan atau makna implicit yang terdapat didalamnya. Untuk dapat menangkap pesan implisit dengan baik, diperlukan kemampuan untuk mengenali berbagai macam makna dan cara-cara menerjemahkannya. Di dalam teks, ada kalanya makna tidak disampaikan secara eksplisit. Makna-makna yang seperti ini disebut dengan makna implisit atau tersirat. Berikut adalah contoh makna implisit: “So when you told her, you were actually face to face with her?” “Yes” “In a position to see her reaction to the news?” “Yes” Jawaban dari kedua kalimat pertanyaan di atas adalah “Yes”. Kedua kata tersebut persis sama, tetapi apabila dilakukan pengkajian lebih lanjut lagi ternyata makna implicit yang terkandung dalam kedua “Yes” tadi berbeda satu dengan lainnya. Penerjemah yang baik harus terampil dalam menangkap berbagai makna implicit yang terdapat pada sebuah teks. Kemampuan ini mutlak diperlukan agar tidak terjadi ketaksaan sehingga pembaca yang membaca hasil terjemahan berupa novel ini tidak mengalami kebingungan dalam memahami pesan novel tersebut. Penyampaian makna implisit tadi ke dalam bahasa sasaran juga merupakan hal yang tidak kalah pentingnya. Hal-hal inilah yang telah memotivasi penulis untuk meneliti lebih dalam lagi mengenai masalah makna implisit dalam terjemahan. I.2 Identifikasi Masalah Masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah baik tidaknya penerjemahan makna implisit pada novel Harry Potter and the Prisoner of Azkaban karya J.K. Rowling. Dalam analisis akan dibahas penerjemahan makna implisit dari bahasa sumber (bahasa Inggris) ke terjemahannya dalam bahasa sasaran (bahasa Indonesia). Juga yang akan dilihat adalah upaya-upaya yang dilakukan penerjemah dalam mengalihbahasakan berbagai bentuk makna
  • 6. implisit sehingga keutuhan teks dan makna yang ingin disampaikan tetap terjaga. Sebagai landasan penelitian, penulis mengambil teori mengenai makna implicit milik Larson yang dikutip dari buku Meaning-Based Translation: A Guide to Cross-Language Equivalence. Dalam buku ini Larson membagi makna implisit menjadi makna implisit referensial, makna implisit organisasional dan makna implisit situasional. Dalam menerjemahkan ketiga jenis makna implisit tadi dibutuhkan keterampilan untuk mencari padanannya dan kemampuan untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan apakah makna tadi akan diekplisitkan atau tidak. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga masalah yang dikaji dalam skripsi ini: 1. Menerjemahkan makna implisit referensial. Dalam menerjemahkan makna implicit referensial penerjemah harus mengetahui referen yang dimaksud terlebih dahulu sebelum memutuskan apakah penerjemahan ini harus dieksplisitkan atau tidak. 2. Menerjemahkan makna implisit organisasional. Dalam menerjemahkan makna implisit organisasional struktur bahasa yang dipakai harus diperhatikan. Apabila struktur bahasa tersebut mengimplisitkan sesuatu maka harus dipertimbangkan mengenai perlu tidaknya untuk mengeksplisitkan hal tersebut ke dalam bahasa sasaran. 3. Menerjemahkan makna implisit situasional. Situasi yang terjadi pada saat ujaran merupakan kunci dalam menerjemahkan makna implisit situasional. Apabila dirasakan situasi yang dimaksud sudah cukup jelas maka makna implisit tersebut tidak perlu dieksplisitkan. I.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna implisit referensial, makna implisit organisasional dan makna implisit situasional yang ada di novel Harry Potter and the Prisoner of Azkaban dan terjemahannya, juga untuk mengetahui bagaimana ketiga makna tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia serta untuk mengetahui penyesuaian yang diperlukan oleh penerjemah dalam menyampaikan makna-makna implisit tadi ke dalam bahasa Indonesia sebagai bahasa sasarannya sehingga dapat ditarik simpulan secara umum mengenai penerjemahan makna implisit dalam novel tersebut. I.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna untuk memahami mengenai penerjemahan makna implicit sehingga seorang penerjemah dapat belajar lebih banyak mengenai makna implisit dan berbagai teknik untuk menerjemahkan makna implisit dengan baik tanpa menimbulkan ambiguitas atau kerancuan. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu terbentuknya penerjemahan yang lebih baik, khususnya untuk penerjemahan yang berhubungan dengan makna implisit. I.5 Kerangka Pemikiran Seorang penerjemah harus dapat menjaga keutuhan teks yang diterjemahkannya. Salah satu cara untuk tetap menjaga keutuhan teks adalah dengan memperhatikan benar-benar berbagai penggunaan makna implisit pada teks yang dibuat oleh pengarang. Penerjemah juga harus dapat memindahkan makna-makna implisit yang ada pada suatu teks dengan piawai sehingga apa yang dimaksudkan oleh pengarang dapat disampaikan tanpa distorsi kepada pembaca dalam bahasa sasaran. Larson membagi makna implisit menjadi tiga macam yaitu: makna referensial implisit, makna organisasional implisit dan makna implisit situasional (1984: 34-
  • 7. 37). Analisis akan dibagi berdasarkan ketiga macam makna implisit ini. Makna referensial implisit dapat ditemukan dalam kalimat yang memiliki pronomina persona, pronomina posesif, dan pronomina refleksif terutama yang dalam kata-kata seperti it, he, she, they,. Juga ditemukan dalam kata demonstratif seperti this atau that. Artikel the juga merupakan salah satu kata yang memiliki makna implisit, demikian pula halnya dengan kata-kata komparatif seperti some, most, different, dan more. Kalimat yang mengandung makna implisit organisasional dapat ditemukan dalam susunan kalimat elipsis dan kalimat pasif sistem bahasa sumber. Selain itu dapat juga ditemukan dalam kalimat yang memiliki kata substitusi seperti one, did, so, do, dan not. Sedangkan makna situasional implisit ditemukan dalam situasi percakapan. Situasi yang dimaksud adalah hubungan antara penutur dan penanggap, latar belakang budaya, tempat berlakunya proses komunikasi, waktu terjadinya ujaran, usia dan jenis kelamin, situasi sosial penutur dan penanggap, praduga yang muncul dalam situasi berkomunikasi dan gerakan isyarat yang terjadi selama proses komunikasi berlangsung. Dalam skripsi ini faktor-faktor yang cukup banyak tadi akan dibatasi sehingga analisis makna situasional implisit terdiri dari empat bagian, yaitu makna implisit yang timbul akibat faktor budaya, gerakan isyarat, waktu dan tempat komunikasi, serta hubungan penutur dan penanggap. Untuk menganalisis penerjemahan makna implisit, penulis mengumpulkan berbagai data dan membahasnya sesuai dengan aturan yang berlaku pada bahasa sasaran sehingga dapat diketahui apakah penerjemahan tersebut telah sesuai dengan aturan yang berlaku pada bahasa sasaran, timbul tidaknya kerancuan dan terjaga tidaknya keutuhan teks asli. I.6 Metode Penelitian Metode yang diambil dalam peneltian ini adalah metode deskriptif dan komparatif. Masalah yang terkumpul pada data akan diklasifikasikan untuk kemudian dibahas secara objektif. Lalu dibandingkan dan dianalisis berdasarkan teori-teori yang diuraikan pada Bab II. Analisis akan menjelaskan apakah cara penerjemahan makna implisit pada data tidak menimbulkan kerancuan makna, cukup jelas untuk dipahami, telah sesuai dengan aturan pada bahasa sasaran dan juga tidak menyimpang dari teori-teori yang berlaku. 1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian studi pustaka, yaitu dengan membaca dan mempelajari buku-buku yang erat kaitannya dengan pembahasan masalah sehingga diperoleh berbagai teori dan referensi yang mendukung penganalisisan data. Penelitian ini banyak dilakukan di perpustakaan yang ada di kota Bandung. Perpustakaan-perpustakaan tersebut antara lain perpustakaan Jurusan Sastra Inggris Fakultas Sastra UNPAD, perpustakaan Ekstensi Fakultas Sastra UNPAD dan koleksi umum UPT perpustakaan ITB. Sedangkan waktu yang diperlukan dalam membuat penelitian ini kurang lebih empat bulan. Memasuki pada bab selanjutnya yaitu bab ketiga, penulisan proposal skripsi itu dibuat inti permasalahan yang akan diangkat saja tidak mengutamakan atau membuat garis berasanya tetapi hanya berisikan apa saja yang akan dibahas serta hal tersebut akan mempermudah kita dalam penyususnannya, seperti contoh dibawah ini. BAB II
  • 8. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menjelaskan tentang: 1. Pengertian Makna * Perubahan Makna * Jenis Makna 2. Makna Implisit * Makna Referensial Implisit 1. Referen Persona 2. Referen Demonstratif 3. Refere n Komparatif * Makna Organisasional Implisit 1. Kata Substitusi 2. Kalimat Elipsis 3. Kalimat Pasif * Makna Situasional Implisit 1. Makna Situasional Implisit Akibat Faktor Budaya 2. Makna Situasional Implisit karena Gerakan Isyarat saat Ujaran 3. Makna Situasional Implisit Akibat Hubungan Penutur dan Penanggap 3. Penerjemahan * Metode Penerjemahan * Penerjemahan Makna Implisit Pada bab ketiga lebih mengedepankan tentang objek penelitian yang akan dilakukan sehingga bisa diketahui oleh dosen pembimbing yang nantinya akan dilihat lebih jauh lagi. seperti contoh dibawah ini: BAB III OBJEK PENELITIAN Pada bab ini akan membahas tentang objek penelitian. Pada bab yang bisa dikatakan merupakan bab isi yang terakhir, disini yang akan dibahas merupakan hal yang menujuk atau mendukung dari skripsi yang diajukan sehingga penguatan ataupun referensi dari skripsi itu dapat dipertahankan. Seperti contoh dibawah ini dan sekali lagi hanya berisikan pada hal – hal yang akan dibahas:
  • 9. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan penelitian dan pembahasan mengenai penerjemahan makna implisit. 1. Makna Referensial Implisit * Referen Persona Implisit Diterjemahkan Secara Eksplisit * Referen Persona Implisit Diterjemahkan Menjadi Referen Persona * Referen Demonstratif Implisit Diterjemahkan Secara Eksplisit * Referen Demonstratif Implisit Diterjemahkan Menjadi Referen Demonstratif * Referen Komparatif Implisit Diterjemahkan Secara Eksplisit * Referen Komparatif Implisit Diterjemahkan Menjadi Referen Komparatif 2. Makna Organisasional Implisit * Kalimat Elipsis Diterjemahkan Secara Eksplisit * Kalimat Elipsis Diterjemahkan Menjadi Kalimat Elipsis * Kalimat Pasif Diterjemahkan Secara Eksplisit * Kalimat Pasif Diterjemahkan Menjadi Kalimat Pasif * Kata Substitusi Diterjemahkan Secara Eksplisit * Kata Substitusi Diterjemahkan Menjadi Kata Substitusi 3. Makna Situasional Implisit * Makna Situasional Implisit Akibat Faktor Budaya Diterjemahkan Menjadi Makna Situasional Akibat Faktor Budaya * Makna Situasional Implisit akibat Faktor Budaya Diterjemahkan Secara Eksplisit * Makna Situasional Implisit karena Gerakan Isyarat saat UjaranDiterjemahkan Menjadi Makna Situasional karena Gerakan Isyarat saatUjaran * Makna Situasional Implisit yang Disebabkan Waktu dan Tempat KomunikasiDiterjemahkan Menjadi Makna Siuasional yang Disebabkan Waktu danTempat Komunikasi * Makna Situasional Implisit yang Disebabkan Waktu dan Tempat KomunikasiDiterjemahkan Secara Eksplisit * Makna Situasional Implisit Akibat Hubungan Penutur dan Penanggap. Diterjemahkan Menjadi Makna Situasional Akibat Hubungan Penutur dan Penanggap Yups akhirnya selesai juga, inilah bab terakhir yaitu bab kelima, tentunya berisikan kesimpulan dari yang sudah dibahas semuannya, disini juga berisikan bagian lainnya seperti contoh dibawah ini: BAB V KESIMPULAN
  • 10. Pada bab ini akan membahas tentang kesimpulan dari bab-bab lainnya Kesimpulan yang didapat mengenai penerjemahan makna implisit dalam sebuah novel adalah sebagai berikut : 1. Makna implisit harus diterjemahkan secara eksplisit apabila sistem dari bahasa target mengharuskannya. 2. Makna implisit dapat diterjemahkan secara eksplisit jika sistem dari bahasa target memperbolehkannya. 3. Makna implisit harus diterjemahkan secara eksplisit apabila menimbulkan ketaksaan atau kekaburan makna pada bahasa target. Selain itu pada bab ini juga berisikan antara lain: SYNOPSIS DAFTAR PUSTAKA KUMPULAN DATA I. Makna Referensial Implisit I.1 Referen Persona I. 2 Referen Demonstratif I.3 Referen Komparatif II. Makna Organisasional Implisit II. 1 Kalimat Elipsis II. 2 Kalimat Pasif II. 3 Kata Substitusi III. Makna Implisit III.1 Makna Implisit Situasional (Budaya) III.2 Makna Impilisit Situasional (Gerakan Isyarat) III.3 Makna Implisit Situasional (Waktu dan Tempat Komunikasi) III.4 Makna Implisit Situasional (Hubungan Penutur dan Penanggap, Usia dan Jenis Kelamin)
  • 11. BIODATA Informasi Umum Berisikan; Tempat / Tanggal Lahir : Jenis Kelamin : Berat / Tinggi : Agama : Kebangsaan / Suku : Status : Alamat : Telp : Pendidikan Pendidikan Informal Quote: Contoh Proposal Skripsi KONSTRUKSI PEMBERITAAN MEDIA DALAM MENGEMAS BERITA KEBAKARAN HUTAN (Analisis Framing Pemberitaan Kompas Online, Media Indonesia Online dan Tempointeraktif) BAB I PENDAHULUAN 1. A. Latar Belakang Masalah Kehadiran surat kabar merupakan pengembangan suatu kegiatan yang sudah lama berlangsung dalam dunia diplomasi dan di lingkungan dunia usaha. Surat kabar pada masa awal ditandai oleh wujud yang tetap, bersifat komersial (dijual secara bebas), memiliki beragam tujuan (memberi informasi, mencatat, menyajikan adpertensi, hiburan, dan desas- desus), bersifat umum dan terbuka. Sejarah juga mencatat adanya kemajuan yang pesat dan menyeluruh dalam rangka
  • 12. mewujudkan kebebasan mekanisme kerja pers. Kemajuan itu kadangkala menimbulkan sistem pengendalian yang lebih ketat terhadap pers. Pembatasan hukum menggantikan tindak kekerasan, termasuk penerapan beban fiskal. Dewasa ini, institusionalisasi pers dalam sistem pasar berfungsi sebagai alat pengendali sehingga surat kabar modern sebagai badan usaha besar justru menjadi lebih lemah dalam menghadapi semakin banyak tekanan dan campur tangan. Namun demikian sejak diberlakukannya Undang-Undang Pers No. 40 Tahun 1999 pengelola pers di tanah air mulai merasakan keleluasaan dalam melakukan aktivitas jurnalistiknya. Terlebih lagi, dengan dikeluarkannya kebijakan pemerintah yang membolehkan penerbitan pers tanpa memerlukan surat izin, mendorong semakin meningkatnya jumlah penerbitan pers (Rahayu, 2006: 1). Dalam proses perkembangan kebudayaan manusia, komunikasi massa menjadi proses dan bidang ilmu komunikasi yang mempunyai tingkat pengaruh yang cukup penting pada kehidupan manusia sehari-hari (Wuryanto, 2006, Diakses 15 Januari 2007). Dapat dikatakan bahwa dalam perkembangan manusia, komunikasi massa memainkan peranan penting bagi perubahan dan dinamika sosial manusia. Berita, dalam konteks komunikasi massa yang berkembang sampai sekarang, selalu muncul dalam benak dan pikiran manusia. Berita yang disusun dalam benak manusia bukan merupakan peristiwa manusia. Berita bukan adalah peristiwa itu sendiri. Berita merupakan usaha rekonstruksi kerangka peristiwa yang terjadi. Berita dalam konteks komunikasi massa, lebih merupakan inti yang disesuaikan dengan kerangka acuan yang dipertimbangkan agar peristiwa itu memiliki makna bagi para pembacanya Penyampaian sebuah berita ternyata menyimpan subjektivitas penulis. Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita akan dinilai apa adanya. Berita akan dipandang sebagai barang suci yang penuh dengan objektivitas. Namun, berbeda dengan kalangan tertentu yang memahami betul gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan, yaitu dalam setiap penulisan berita menyimpan ideologis/latar belakang seorang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan. Berita dalam kapasitasnya sebagai pembentuk dan dinamisator pengolahan interpretasi atas peristiwa manusia, menjadi hal yang sangat penting dalam proses pembentukan konstruk sosial. Berita, pada titik tertentu, sangat mempengaruhi manusia merumuskan pandangannya tentang dunia. Pandangan terhadap dunia adalah bingkai yang dibuat oleh manusia untuk menggambarkan tentang apa dan bagaimana dunia dipahami. Berbagai pengalaman hidup manusia dimaknai dalam bingkai tersebut. Tanpa adanya bingkai yang jelas, kejadian, peristiwa dan pengalaman manusia akan terlihat “kacau” dan chaos. Bingkai pengalaman dapat dilihat sebagai “skenario awal” yang memposisikan setiap pengalaman dan peristiwa dalam plot cerita yang kurang lebih runtut, rasional dan sistematis. Berita muncul dalam benak manusia. Berita yang muncul dalam benak manusia itu bukan suatu peristiwa, ia adalah sesuatu yang dicerap setelah peristiwa. Ia tidak identik dengan peristiwa, melainkan upaya untuk merekonstruksi kerangka inti peristiwa tersebut. Inti yang disesuaikan dengan kerangka acuan yang dipertimbangkan agar peristiwa ini memiliki ati bagi pembaca. Berita adalah sebuah aspek komunikasi dan memiliki karakteritik-karakteristik yang lazim dari proses itu (Sobur, 2006: v).
  • 13. Peristiwa yang sama dapat diberi bingkai yang berbeda. Karakteristik tidak terbentuk begitu saja, tetapi melalui proses yang bertahap. Dari proses mengenal masyarakat sebagai konsumen media merupakan hal yang berpengaruh terhadap penentuan karakteristik media, yang hasilnya apa yang penting bagi media yang satu belum tentu penting bagi media yang lain, yang akan menghasilkan pemberitaan yang berbeda dari suatu peristiwa. Paradigma konstruksionis memandang realitas sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi. Oleh karena itu, konsentrasi analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas itu di konstruksi, dengan cara paradigma itu dibentuk. Paradigma Peter D. Moss menyatakan bahwa wacana media massa, berita surat kabar merupakan kerangka tertentu untuk memahami realitas sosial (Eriyanto, 2002: x). Media menjadi arena sosial, tempat bertemunya pihak-pihak dengan kepentingan, latar belakang, serta sudut pandang yang beragam. Masing-masing pihak berusaha menonjolkan pendapat, pemikiran atau klaim tertentu agar diterima oleh khalayak. Media telah menjadi arena perang simbolik pihak-pihak yang berkepentingan. Isi media adalah hasil para pekerja mengkonstruksikan berbagai realitas yang dipilihnya (Sobur, 2006: 166). Misalnya adalah peristiwa kebakaran hutan yang terjadi. Disini yang menjadi kontroversi menjadi sorotan dan berita hangat di beberapa media nasional, surat kabar nasional yang menyoroti masalah itu antara lain Kompas, Media Indonesia, dan Tempo ketiganya merupakan surat kabar yang sudah mempunyai nama di Indonesia. Pemberitaan media terhadap Kebakaran Hutan. Baik Media Indonesia, Kompas maupun Tempo melihat dan menyajikan realitas tersebut ke dalam bentuk berita, yang mana ketiganya memiliki komposisi pemberitaan yang berlainan dan cara tersendiri dalam membingkai dan mengkonstruksi suatu pemberitaan mengenai Kebakaran Hutan. Karena baik Wartawan Kompas, Media Indonesia dan Tempo mempunyai konstruksi pemberitaan Kebakaran Hutan yang berbeda. Adanya perbedaan dalam pemberitaan tersebut, secara langsung ataupun tidak langsung akan membentuk karakteristik pada masing-masing media, yang mustahil sama antara media yang satu dengan yang lain. Dampak perang simbolik ini tidak jarang menghasilkan efek mendukung atau menentang yang dalam bentuk konkrit berupa penggambaran citra positif mengenai diri sendiri atau kelompoknya dan negatif pada pihak lawan. Salah satu contoh perang simbolik yang dapat diamati adalah pemberitaan mengenai kebakaran hutan. Masing- masing media memberitakan dengan perspektif dan pemaknaan tertentu. Bencana kebakaran hutan ataupun lahan pertanian merupakan bencana tahunan yang berdampak pada munculnya bencana kabut asap selalu menggangu hingga ke negara tetangga. Umumnya proses produksi berita dalam suatu institusi media mempertimbangkan prinsip-prinsip nilai berita. Bahkan sebagian institusi media memiliki kriteria kelayakan berita yang menjadi panduan jurnalis dalam mengemas berita. Itulah sebabnya mengapa muncul adanya variasi content berita dalam sejumlah media massa dan bagaimana pengelola menerapkan prinsip-prinsip nilai berita tersebut akan berimplikasi pada pada kualitas berita yang diproduksi dan akan mempengaruhi hasil konstruksi suatu pemberitaan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah analisis tersendiri terhadap isi berita sehingga akan
  • 14. diketahui latar belakang seorang penulis dalam menulis berita. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap pembaca itu sendiri. Pembaca akan lebih memahami mengapakah seorang penulis (atau institusi pers: Kompas, Media Indonesia, Pikiran Rakyat dan lain-lain) menulis berita sehingga seminimal mungkin menghindari terjadinya respon yang reaksional. 1. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana konstruksi Kompas, Media Indonesia, dan Tempo dalam mengemas berita kebakaran hutan? 1. C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana konstruksi Kompas, Media Indonesia, dan Tempo dalam mengemas berita kebakaran hutan. 1. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis 1. Hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat sebagai tambahan pengetahuan dalam memahami konstruksi media massa dalam mengemas suatu berita. 2. Dengan bekal ilmu yang telah diperoleh dibangku kuliah, peneliti ingin menyumbangkan dan memperluas pengetahuan yang telah diperoleh, digunakan secara nyata untuk diterapkan pada masyarakat atau lingkungan. 3. Manfaat Praktis Quote: Contoh Proposal Skripsi IMPLIKASI BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO.40 TAHUN 1999 TENTANG PERS TERHADAP KEBEBASAN PERS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bentuk dari hak publik jumlahnya banyak, salah satu diantaranya adalah hak publik untuk mendapatkan informasi dimana hak tersebut merupakan hak asasi manusia yang sangat hakiki, yang diperlukan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu sarana untuk memperoleh informasi adalah dari pers, oleh karena itu sudah sepatutnya apabila kemerdekaan pers dijamin melalui suatu undang-undang. Jaminan terhadap kemerdekaan pers yang merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur yang sangat penting untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis, adalah juga jaminan terhadap kemerdekaan mengeluarkan pikiran dan pendapat sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
  • 15. Pertumbuhan dan perkembangan pers nasional korelatif atau memiliki hubungan satu sama lain, dengan laju pertumbuhan dan perkembangan pembangunan nasional secara keseluruhan. Di satu pihak, pers merupakan salah satu media pendukung keberhasilan pembangunan, di lain pihak, pers banyak turut mengambil manfaat dari keberhasilan pembangunan. Keberhasilan dalam bidang pendidikan, peningkatan pendapatan masyarakat dan perluasan fasilitas perhubungan darat, laut dan udara, misalnya, sudah jelas besar manfaatnya bagi pertumbuhan dan perkembangan pers.[1] Adanya hubungan korelatif antara pers nasional dan pembangunan membawa konsekwensi bahwa bentuk dan isi pers Indonesia perlu mencerminkan bentuk dan isi pembangunan. Dengan lain perkataan, kepentingan pers nasional perlu mencerminkan kepentingan pembangunan nasional. Pers sebagai media pendukung keberhasilan pembangunan, perlu senantiasa menyadari tentang tujuan pembangunan nasional, ialah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur, yang mementingkan pemerataan materiil dan spirituil, berdasarkan Pancasila, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di samping itu, perlu juga menyadari tentang landasan pembangunan nasional yang bertumpu pada pokok pikiran untuk membangun Manusia Indonesia seutuhnya, dan membangun seluruh masyarakat Indonesia. Pers sebagai sub-sistim dari sistim sosial yang ada, di mana pers itu diterbitkan, perlu menjaga adanya kesadaran tersebut, untuk memantapkan arah pengabdian pers nasional bagi kepentingan masyarakatnya. Suatu pengabdian yang akan turut menjamin keberhasilan pembangunan, yang pada gilirannya akan dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan pers itu sendiri. Sudah barang tentu, pengabdian pers kepada masyarakatnya bukan hanya atas pertimbangan yang bersifat pragmatik semacam itu, yaitu pertimbangan yang mementingkan hasil-hasil yang praktis tanpa perlu mengkaitkannya dengan berbagai teori dan alam pemikiran, yang sebenarnya jauh lebih pokok. Hal ini dapat dipelajari dalam Pedoman Pembinaan Idiil Pers, yang menyangkut pers pembangunan. Di dalam Pedoman Pembinaan Idiil Pers dijelaskan, bahwa pers nasional sebagai lembaga masyarakat yang mempunyai fungsi untuk mendukung kemajuan masyarakat lingkungannya, mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menyebar luaskan pesan-pesan kemajuan dan keberhasilan pembangunan kepada masyarakat pembacanya. Penyebarluasan pesan-pesan semacam itu sekaligus akan dapat menanamkan kesadaran, kepercayaan dan harapan yang wajar kepada masyarakat bahwa orang Indonesia itu sebenarnya mampu untuk merencanakan dan menyelesaikan pembangunan dengan baik; bahwa setiap keberhasilan pembangunan akan menempatkan kita dalam keadaan yang lebih baik, dan bahwa dengan demikian arah pembangunan yang kita anut itu dapat di pertanggung-jawabkan. Pers pembangunan tidak diharapkan untuk menutup mata terhadap kesulitan, kekurangan ataupun kegagalan dari pembangunan. Tetapi yang penting untuk diperhatikan adalah perlunya turut menanamkan kepercayaan akan kemampuan sendiri dalam mengatasi segala macam problema. Kesulitan apapun yang kita alami dalam melaksanakan pembangunan nasional, perlu diambil hikmahnya dan dimanfaatkan untuk mengadakan koreksi dan penyempurnaan, tanpa mengganggu stabilitas nasional yang sangat diperlukan bagi
  • 16. kelangsungan pembangunan itu sendiri secara terencana. Untuk itu, pers pembangunan bertugas turut menciptakan suasana batin masyarakat, agar dapat diliputi dengan rasa syukur, penuh harapan dan penuh kemauan untuk bekerja giat dan lebih tekun dalam membantu pelaksanaan pembangunan. Suasana batin semacam itu akan dapat membantu pengembangan iklim sosial yang menguntungkan bagi suksesnya pembangunan. Inilah juga yang disebut dengan istilah pembinaan sikap mental dan sikap hidup manusia pembangunan, ialah suatu sikap yang dalam taraf terakhir bersumber pada tata dasar dan falsafah hidup Pancasila. Di sinilah terkaitnya pers, sebagai salah satu media komunikasi massa, sebagai jalur yang diharapkan turut memasyarakatkan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999, Tentang Pers, istilah „pers‟ berarti lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi, mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran tersedia. Akhir-akhir ini, timbul kegamangan dalam dunia pers. Kegamangan itu merupakan akibat dari pelaksanaan kebebasan pers berupa kritik yang tak berperasaan, menyesatkan, dan sangat miring. Ada dua kasus utama yang diamati oleh peneliti, yang pertama kasus Djadja Suparman (DS) versus beberapa harian, antara lain Radar Bali, Sumatra Ekspres, Rakyat Merdeka, dan Jawa Pos, yang kedua kasus Tommy Winata (TW) versus majalah Tempo. Korban-korban pemberitaan pers telah berjatuhan, dan hal ini menunjukkan bahwa slogan selalu yang pertama dalam melansir sesuatu berita, betul-betul merupakan persaingan bebas dalam kebebasan pers. Persaingan bebas dalam kebebasan pers ternyata juga mengandung aspek negatif, sehingga diplesetkan menjadi kebablasan pers. Pencegahan kebablasan pers itu menyebabkan pers terbuka untuk dikontrol masyarakat. Selain itu, Undang-Undang Pers (UUP) juga sudah menyiapkan mekanisme penyelesaian permasalahan akibat kebebasan pers dalam pemberitaan, lebih-lebih apabila korbannya para politisi atau konglomerat hitam. 1. B. Perumusan Masalah Didasarkan atas judul penelitian dan latar belakang masalah di atas, dapat dikatakan bahwa penelitian ini masuk dalam penelitian hukum yang mengatur bidang kegiatan pers. Masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah implikasi berlakunya Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers Terhadap Kebebasan Pers? 1. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implikasi berlakunya Undang- Undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers Terhadap Kebebasan Pers. 1. D. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat mempunyai manfaat sebagai berikut :
  • 17. 1. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap pengembangan Hukum Tata Negara, khususnya yang berhubungan dengan Pers setelah berlakunya Undang-undang No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers 2. Memberikan sumbangan pemikiran tentang peran pers dalam pembangunan. Quote: Contoh Proposal Skripsi JUDUL:SENTER DENGAN ISI ULANG DARI SUMBER ENERGI NON LISTRIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia saat ini cenderung bergeser pada kebutuhan yang bersifat praktis serta efisien. Pola hidup yang dituntut serba cepat membuat menusia selalu melakukan inovasi terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Begitu juga yang terjadi pada perkembangan dalam dunia elektronika. Senter merupakan salah satu hasil teknologi yang banyak dimanfaatkan oleh manusia. Sebagai alat yang bisa memancarkan cahaya, senter sangat dibutuhkan pada saat kondisi gelap maupun dalam kondisi cahaya yang kurang. Senter paling sering digunakan oleh nelayan, petugas poskamling, ataupun rumah tangga saat terjadi mati lampu. Sebagai salah satu sumber cahaya yang praktis, senter yang biasanya menggunakan sumber energi dari baterai, baik baterai yang sekali pakai maupun baterai yang rechargable (bisa dicharge). Kebutuhan akan sumber energi bagi senter sangat tergantung dengan ketersediaan baterai cadangan dan ketersediaan listrik dari PLN. Jadi bisa dibayangkan bagaimana repotnya apabila saat senter sangat dibutuhkan dan ternyata tidak tersedia baterai cadangan maupun jauh dari sumber listrik PLN Untuk mengatasi kerepotan diatas, dibutuhkan suatu sumber energi alternatif yang tidak bergantung pada baterai cadangan maupun sumber listrik dari PLN sehingga apabila diperlukan sewaktu waktu senter dapat digunakan dalam kondisi apapun B. Perumusan Masalah Sumber energi senter yang biasanya terdiri dari baterai sekali pakai ataupun baterai yang bisa di isi ulang yang sangat tergantung dengan listrik PLN. Sehingga terkadang pada saat senter masih harus digunakan tetapi ternyata baterai cadangan tida tersedia atau listrik PLN sedang padam maupun jauh dari sumber listrik PLN akan menimbulkan suatu kerepotan. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah senter yang bisa digunakan setiap saat tanpa harus bergantung pada kedua sumber energi tadi. Masalahnya adalah bagaimana menciptakan sebuah senter yang bisa digunakan setiap saat dan dimaan saja tanpa harus bergantung pada ketersediaan listrik PLN C. Tujuan
  • 18. Menciptakan sebuah senter yang bisa digunakan setiap saat dan kapan saja tanpa harus tergantung pada ketersediaan listrik PLN D. Kontribusi Senter yang dihasilkan dari penelitian ini nanti sangat diharapkan dapat mengatasi masalah kehabisan ataupun kelangkaan sumber energi pada saat senter benar-benar dibutuhkan sebagi sumber cahaya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan dan upaya penyelesaiannya. Bila diperlukan ada hipotesa bahwa masalah yang ada dapat diselesaikan dengan sistem/alat yang dibuat. BAB III METODOLOGI A. Prosedur Perancangan Langkah-langkah Tata cara yang akan dilakukan untuk menciptakan senter dengan menggunakan pengisi baterai dengan induksi elektromagnetika mulai dari awal hingga akhir adalah seperti yang ditunjukan dalam Gambar 3.1. Gambar 3.1 Prosedur perancangan B. Analisis Kebutuhan Sesuai dengan penyelesaian masalah yang akan dilakukan, kebutuhan pokok yang harus ada pada senter tersebut yang hendak dibangun adalah: 1. Senter yang diciptakan harus dapat digunakan dalam waktu yang lama dan dapat menghasilkan intensitas cahaya yang dapat memenuhi kebutuhan. 2. Pengisian baterai harus dapat dilaksanakan sewaktu-waktu, baik pada saat energi baterai sudah habis atau hanya sekedar untuk menambah cadangan energi pada senter 3. Berat senter tetap harus relatif ringan sehingga mudah dibawa dan mudah pula dalam pengisian. C. Spesifikasi dan Desain Secara umum senter yang dirancang mempunyai spesifikasi sebagai berikut: * Menggunakan baterai HP * Lampu yang digunakan adalah LED * Senter mempunyai ukuran panjang 25 cm dan diameter 4 cm * Pengisian dapat dilakukan dengan kecepatan kocok 50 kali permenit Dengan spesifikasi di atas maka komponen-komponen yang dibutuhkan untuk membangun dan menguji senter ini adalah: 1. Komponen berupa:
  • 19. * Baterai HP Nokia 3,6 volt 600 mAh * Lampu LED 3,6 volt * Penyearah, dengan 4 buah diode silikon 1N400 * Mengunakan magnet silinder * Kumparan dengan kawat 0,2 mm 2000 lilitan * Saklar dan casing 2. Alat uji yang digunakan untuk menguji adalah: * Voltmeter DC, Ampermeter DC, Luxmeter dan Stopwatch * Diagram blok rangkaian senter yanag dirancang adalah seperti terlihat pada gambar 3.2. Gambar 3.2 Blok diagram rangkaian senter Keterangan gambar : 1. Induksi : Berfungsi sebagai penyedia tegangan 2. Dioda penyearah : Berfungsi sebagai pengubah tegangan AC menjadi tegangan DC. 3. Baterai : Berfungsi sebagai penyimpan tegangan 4. Sakelar : Berfungsi sebagai pemutus dan penghubung arus listrik dari sumber ke pemakai / beban 5. LED : Berfungsi sebagai pemancar cahaya. D. Implementasi dan Verifikasi Setelah jelas spesifikasi dan desain, selanjutnya dilakukan pembuatan dan perakitan masing- masing komponen. Untuk mengetahui apakah masing-masing blok sudah dapat bekerja dengan baik perlu dilakukan verifikasi. Dengan demikian bila ada kesalahan atau kekurangan dapat diperbaiki terlebih dahulu sebelum dirangkai dengan blok yang lain. E. Validasi Pada tahap ini dilakukan pengujian senter secara menyeluruh, peliputi pengujian fungsional dan pengujian ketahanan sistem. Pengujian fungsional dilakukan untuk mengetahui bahwa sistem dapat bekerja dengan baik sesuai dengan prinsip kerjanya. Pengujian ketahanan berkaitan dengan kemampuan senter menyimpan energi, kualitas cahaya yang dihasilkan dan juga seberapa lama senter dapat digunakan. Dari validasi ini dapat diketahui kesesuaian hasil perancangan dengan analisis kebutuhan yang diharapkan.