1. MIKROBIOLOGI
Penyakit yang disebabkan oleh Parasit
Kelompok 3
1. Purwita Sari
2. Ratih Wulandari
3. Ratri Arseno
4. Sally Violeta Tamara
5. Santi
6. Sela Andela
3. 1. Pengertian Amebiasis
Amubiasis merupakan suatu infeksi Entamoeba histolytica
Pada manusia dapat terjadi secara akut dan kronik .
Manusia merupakan penjamu dari beberapa spesies
amuba, yaitu Entamoeba histolytica, A. coli, E. ginggivalis,
Dientamoeba frigilis, Endolimax nana, Iodamoeba
butclii. Diantara beberapa spesies amuba, hanya satu
spesies yaitu Entamoeba histolytica yang merupakan
parasit patogen pada manusia. E. histolytica bersama
Giardia lamblia, Criptosporidium, Balantidium
Coli.
4. 2. Etiologi
Etiologi Entamoeba histolytica terdapat dalam dua bentuk, yaitu
sebagai kista dan tropozoit.
1. Kista
Infeksi amoeba pada amubiasis terjadi melalui kista parasit yang
tertelan yang mengkontaminasi makanan atau minuman.
2. Tropozoit
Tertelanya bentuk tropozoit tidak menimbulkan infeksi karena tidak
tahan terhadap lingkungan asam dalam lambung. Kista ini
berukuran 10-18 mm, berisi empat inti, dan resisten terhadap
keadaan lingkungan seperti suhu rendah dan kadar klorin yang
biasa digunakan pada pemurniaan air, parasit dapat dibunuh
dengan pemanasan 55 °C.
5. 3. Masa inkubasi Amebiosis
Terjadi dalam beberapa hari hingga bulan.
8 hari (2-4 minggu),dan (3 minggu- 3 bulan).
6. 4. Faktor resiko amebiasis
Faktor resiko terkena amebiasis:
1.Kepadatan penduduk.
2. Berpergian keluar negeri
3.Kombinasi oral-anal-seks.
4. Keterbelakangan mental.
8. 6. Diagnosis
Diagnosis secara umum didasari oleh adanya organisme dalam tinja,
apusan yang didapat secara sigmoidoskopi, contoh biopsi jaringan,
atau yang jarang dilakukan dengan aspirasi dari abses hepar.
Diagnosis pasti amubiasis ditentukan dengan adanya tropozoit atau
kista dalam feses atau trofozoit di dalam pus hasil aspirasi atau dalam
spesimen jaringan. Semua penderita tersangka amubiasis sebaiknya
dilakukan pemeriksaan feses 3-6 kali untuk menemukan tropozoit atau
kista. Pemeriksaan tropozoit sebaiknya dilakukan maksimum dalam 1
jam sejak feses diambil, bila tidak memungkinkan maka sebaiknya
disimpan di dalam lemari es. Identifikasi tropozoit Entamoeba
histolytica memerlukan tenaga yang berpengalaman, karena tropozoit
kadang-kadang tidak ditemukan dalam feses. Leukosit dan makrofag
yang telah memfagosit eritrosit dapat dikelirukan dengan tropozoit.
9. 7. Cara penularan amebiasis
Penularan terjadi terutama dengan mengkonsumsi makanan atau
air yang terkontaminasi tinja dan mengandung kista amoeba yang
relatif resisten terhadap klorin. Penularan mungkin terjadi secara
seksual melalui kontak oral-anal. Penderita dengan disentri amoeba
akut mungkin tidak akan membahayakan orang lain karena tidak
adanya kista dan trofosoit pada kotoran.
10. 8. Cara pengobatan amebiasis
Obat amoebisid (pemusnah amoeba) tidak bekerja efektif di semua
tempat infeksi, terutama bila diberikandosis tunggal, sehingga
dikombinasikan untuk meningkatkan efektifitas pengobatan.
Contoh obat:
1. Tetrasiklin, 3x500mg, 10 hari.
2. Diloxanide fluroat, 3x500mg,10 hari.
3. Emitin/dehidroemitin, 1mg/kg BB, 3-5 hari.
4. Iodoquinol 3x650mg/hari.
11. 9. Komplikasi Amebiosis
1. Abses hati amuba
2. Perdarahan/Perforasi usus
3. Ameboma
4. Intususepsi
5. Striktur usus
6. Amebiosis plura
7. Amebiosis kulit
8. Abses otak,limpa,dll
12. 10. Pencegahan Amebiosis
Makanan dan air minum sebaiknya di masak dulu dengan baik, karena
kista akan binasa bila dipanaskan50 derajat Celcius selama 5 menit.
Penting sekali adanya jamban keluarga, isolasi dan
pengobatanterhadap carrier. Khusus untuk seorang carrier (pembawa
kista penyakit) dilarang bekerja sebagai jurumasak atau segala
pekerjaan yang berhubungan dengan makanan.
13. Pencegahan ditekankan pada perseorangan maupun pada
masyarakat, misalnya dilakukan dengan cara:
1. Menganjurkan mereka untuk selalu memasak makanan dan
minuman terlebih dahulu sebelum dikonsumsi,
2. Menutup dengan baik makanan yang dihidangkan untuk
menghindari kontaminasi oleh lalat dan lipas,
3. Tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk,
4. Orang yang bekerja di laboratotium harus hati-hati terutama pada
waktu menangani hewan coba golongan primate beserta tinjanya
.5. Sistemn pembuangan tinja hendaknya dilakukan dengan baik,
sehingga tidak mencemari sumber air minum atau sumur.
6. Terhadap karier amubiasis harus dilakukan upaya penemuan
penderita untuk kemudian dilakukan pengobatan yang intensif
sampai benar-benar sembuh, agar tidak selalu menjadi sumber
penularan amubiasis bagi masyarakat sekelilingnya
15. 1. Pengertian
• Penyakit malaria adalah salah satu dari jenis penyakit menular dan
disebabkan oleh parasit dari genus plasmodium yang termasuk golongan
protozoa melalui perantaraan tusukan ( gigitan) nyamuk Anopheles.
• Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa
parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses
penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit jenis ini
banyak sekali tersebar di wilayah tropik, misalnya di Amerika, Asia dan
Afrika.Ada empat type plasmodium parasit yang dapat meng-infeksi
manusia, namun yang seringkali ditemui pada kasus penyakit malaria
adalah Plasmodium falciparum and Plasmodium vivax. Lainnya adalah
Plasmodium ovale dan Plasmodium malaria.
16. • Plasmodium malariae termasuk dalam phylum Apicomplexa atau
Sporozoa. Sporozoa merupakan golongan protista yang dapat membentuk
spora untuk menginfeksi inangnya. Plasmodium malariae tidak memiliki
alat gerak khusus, sehingga gerakannya dilakukan dengan mengubah
kedudukan tubuhnya. Plasmodium malariae merupakan parasit pada
manusia (penyebab penyakit malaria quartana, iamengambil makanan
dengan menyerap dari tubuh inangnya. Respirasi dan ekspirasi terjadi
secara difusi. Plasmodium memiliki struktur tubuh berbentuk bulat yang
dapat mencapai 10 mm. Tubuh terbentuk dari kumpulan tropozoit
memanjang. Dibagian anterior terdapat kompleks apikal berupa kait,
penghisap, atau filamen sederhana untuk melekatkan diri pada inang.
Kompleks apikal hanya terlihat dengan mikroskop elektron.(Sudoyo,2009)
17. 2. Tanda dan Gejala Malaria secara khusus
Setelah terkena infeksi penyakit malaria akan muncul gejala malaria (masa inkubasi)
yang umumnya berkisar selama berikut:
1. Plasmodium falciparum.
Menimbulkan malaria falsifarum (malaria tertiana berat), sebagai penyebab
malaria akut yang menyebabkan kematian di seluruh dunia dengan angka sekitar
90% dari total kematian akibat penyakit malaria di seluruh dunia. Masa inkubasi
pada penularan secara alamiah plasmodium falciparum adalah 12 hari.
2. Plasmodium vivax,
Menimbulkan malaria vivax (malaria tertiana ringan), plasmodium vivax
paling sering ditemukan dalam kasus penyakit malaria di seluruh dunia. Masa
inkubasi pada penularan secara alamiah plasmodium vivax adalah 13-17 hari
3. Plasmodium ovale
jenis ini jarang sekali dijumpai di Indonesia, karena umumnya banyak
kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik Barat. Masa inkubasi pada penularan secara
alamiah plasmodium ovale adalah 13-17 hari.
4. Plasmodium malaria
Penyebab malaria quartana dan Masa inkubasi pada penularan secara alamiah
plasmodium malariae adalah 28-30 hari
18. 3. Proses Penularan Penyakit Malaria
Penularan parasit plasmodium kepada manusia adalah melalui
nyamuk anopheles betina. Ketika nyamuk menggigit seseorang
yang terinfeksi malaria, nyamuk tersebut menyedot parasit
yang disebut gametocytes. Parasit tersebut menyelesaikan
siklus pertumbuhannya di dalam tubuh nyamuk dan kemudian
merambat ke kelenjar ludah nyamuk. Pada saat menggigit
anda, nyamuk ini menyuntikan parasit ke aliran darah anda.
Menuju hati kemudian melipatgandakan diri. Bentuk
penularan lain yang dapat terjadi dapat berupa penularan dari
wanita hamil ke janin. Malaria juga dapat menular melalui
transfusi darah.
19. Ciri-ciri nyamuk anopheles
1.Bentuk tubuh kecil dan pendek
2.Antara palpi dan proboscis sama panjang
3.Menyebabkan penyakit malaria
4.Pada saat hinggap membentu sudut 90º
5.Warna tubunya coklat kehitam
6. Bentuk sayap simetris
7. Berkembang biak di air kotor atau tumpukan sampah
20. 4. Faktor Risiko Terkena Malaria
a. Anak-anak dan bayi
b. Pelancong yang datang dari wilayah tanpa malaria
c. Wanita hamil dan janinnya
d. Tidak minum obat untuk mencegah malaria sebelum, selama, dan
setelah perjalanan, atau tidak minum obat dengan benar.
e. Berada di luar, terutama di daerah pedesaan, pada waktu senja dan
fajar (malam hari), yaitu waktu aktif dari nyamuk yang menularkan
malaria.
f. Tidak mengambil langkah pencegahan untuk melindungi diri dari
gigitan nyamuk.
21. 5. Komplikasi Malaria
Hampir semua kematian akibat malaria disebabkan oleh P. falciparum. Pada
infeksi P. falciparum dapat menimbulkan malaria berat dengan komplikasi
umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO
didefinisikan sebagai infeksi P. falciparum stadium aseksual dengan satu
atau lebih komplikasi sebagai berikut (Harijanto P.N, 2000):
1. Malaria serebral, derajat kesadaran berdasarkan GCS kurang dari 11.
2. Anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%)
4. Edema paru.
5. Hipoglikemia: gula darah <40 mg%.
6. Gagal sirkulasi/syok: tekanan sistolik <70 mmHg disertai keringat dingin
atau perbedaan temperature kulit-mukosa >1oC.
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna dan atau disertai
kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler.
8. Kejang berulang lebih dari 2 kali/24jam setelah pendinginan pada
hipertermis.
9. Asidosis (plasma bikarbonat <15mmol/L).
22. 6. Cara Pencegahan Malaria
1. Menggunakan kelambu (bed net) pada waktu tidur, lebih baik lagi dengan kelambu
berinsektisida.
2. Mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk (repellent).
3. Menggunakan pembasmi nyamuk, baik bakar, semprot maupun lainnya.
4. Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi.
5. Letak tempat tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak.
6. Mencegah penderita malaria dan gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar.
7. Membersihkan tempat hinggap/istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk.
8. Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang bergantungan
serta genangan air.
9. Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obat anti larva (bubuk abate)
pada genangan air atau menebarkan ikan atau hewan (cyclops) pemakan jentik.
10. Melestarikan hutan bakau agar nyamuk tidak berkembang biak di rawa payau
sepanjang pantai.
23. 7. Pengobatan malaria
Berdasarkan pemeriksaan, baik secara langsung dari keluhan yang
timbul maupun lebih berfokus pada hasil laboratium maka dokter akan
memberikan beberapa obat-obatan kepada penderita. Diantaranya
adalah pemberian obat untuk menurunkan demam seperti
paracetamol, vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh
sebagai upaya membantu kesembuhan.
Sedangkan obat anti malaria biasanya yang dipakai adalah
Chloroquine, karena harganya yang murah dan sampai saat ini
terbukti efektif sebagai penyembuhan penyakit malaria di dunia.
Namun ada beberapa penderita yang resisten dengan pemberian
Chloroquine, maka beberapa dokter akan memberikan anti malaria
lainnya seperti Artesunate-Sulfadoxine/pyrimethamine, Artesunate-
amodiaquine,n Artesunat-piperquine, Artemether-lumefantrine, dan
Dihidroartemisinin-piperquine. (Nurhadi,2009)
25. 1. Pengertian
Taenia saginata adalah raksasa di antara semua cacing parasit.
Panjang taenia saginata bisa mencapai 8 meter, hampir sepanjang
saluran pencernaan manusia dewasa. Cacing pita ini berwarna
putih pucat, tanpa mulut, tanpa anus dan tanpa saluran
pencernaan. Badannya tidak berongga dan terdiri dari segmen
segmen berukuran 1X1,5 cm. Taenia saginata bisa hidup sampai
25 tahun di dalam usus inangnya.
26. 2. Etiologi
• Cacing jantan berukuran sekitar 10-30 cm, sedangkan betina sekitar
22-35 cm. Pada cacing jantan ditemukan spikula atau bagian seperti
untaian rambut di ujung ekornya (posterior). Pada cacing betina,
pada sepertiga depan terdapat bagian yang disebut cincin atau
gelang kopulasi.
• Cacing dewasa hidup pada usus manusia. Seekor cacing betina
dapat bertelur hingga sekitar 200.000 telur per harinya. Telur yang
telah dibuahi berukuran 60 x 45 mikron. Sedangkan telur yang tak
dibuahi, bentuknya lebih besar sekitar 90 x 40 mikron. Telur yang
telah dibuahi inilah yang dapat menginfeksi manusia.
27. 3. Masa Inkubasi
Gejala dari penyakit cysticercosis biasanya muncul beberapa minggu
sampai dengan 10 tahun atau lebih setelah seseorang terinfeksi. Telur
cacing akan tampak pada kotoran orang yang terinfeksi oleh Taenia
solium dewasa antara 8 – 12 minggu setelah orang yang bersangkutan
terinfeksi, dan untuk Taenia saginata telur akan terlihat pada tinja
antara 10-14 minggu setelah seseorang terinfeksi oleh Taenia saginata
dewasa.
28. 4. FAKTOR RESIKO
• Kebersihan yang buruk. (Jarang mencuci tubuh dan mandi)
• Paparan ternak
• Negara-negara berkembang (Infeksi sering terjadi di daerah dengan
budaya kebersihan yang buruk)
• Makan daging mentah atau kurang matang
• Tinggal di daerah endemik
29. 5. Tanda dan Gejala
• Nyeri Perut
• Mual
• Diare
• Malabsorbsi nutrisi dari makanan
• Berat badan menurun
• Kelemahan dan Kelelahan
30. 6. Cara Penegakkan Diagnosa
Penderita dinyatakan terkena cacing jenis ini
apabila ditemuka telur cacing pada tinja
penderita. Pemeriksaan di otak dapat
menggunakan CT-scan. Untuk pengobatan
dapat diberikan obat cacing. Pada kasus
tertentu yang disebabkan oleh larva cacing,
dapat dilakukan pembedahan untuk
mengangkat larva cacing.
31. 7. Cara Penularan
Telur T. saginata yang dikeluarkan lewat tinja orang yan terinfeksi
hanya bisa menular kepada sapi dan didalam otot sapi
parasit akan berkembang menjadi Cysticercus bovis, stadium larva dari
T. saginata. Infeksi pada manusia terjadi karena orang tersebut
memakan daging sapi mentah atau yang dimasak tidak sempurna yang
mengandung Cysticerci; di dalam usus halus cacing menjadi dewasa
dan melekat dalam mukosa usus. Begitu juga infeksi T. solinum terjadi
Karena memakan daging babai mentah atau yang
dimasak kurang sempurna (“measly pork”)
yang mengandung cysticerci; cacing
menjadi dewasa didalam intestinum.
33. 9. Cara Pencegahan
• Meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan
kesehatan untuk mencegah terjadinya pencemaran/kontaminasi
tinja terhadap tanah, air, makanan dan pakan ternak dengan cara
mencegah penggunaan air limbah untuk irigasi; anjurkan untuk
memasak daging sapi atau daging babi secara sempurna.
• Lakukan diagnosa dini dan pengobatan terhadap penderita.
Lakukan kewaspadaan enterik pada institusi dimana penghuninya
diketahui ada menderita infeksi T. solium untuk mencegah
terjadinya cysticercosis. Telur Taenia solium sudah infektif segera
setelah keluar melalui tinja penderita dan dapat menyebabkan
penyakit yang berat pada manusia. Perlu dilakukan tindakan tepat
untuk mencegah reinfeksi dan untuk mencegah penularan kepada
kontak.
34. • Daging sapi atau daging babi yang dibekukan pada suhu di bawah
minus 5oC (23oF) selama lebih dari 4 hari dapat membunuh
cysticerci. Radiasi dengan kekuatan 1 kGy sangat efektif.
• Pengawasan terhadap bangkai sapi atau bangkai babi hanya dapat
mendeteksi sebagian dari bangkai yang terinfeksi; untuk dapat
mencegah penularan harus dilakukan tindakan secara tegas untuk
Membuang bangkai tersebut dengan cara yang aman, melakukan
iradiasi atau memproses daging tersebut untuk dijadikan produk
yang masak.
• Jauhkan ternak babi kontak dengan jamban dan kotoran manusia.
37. 1. Pengertian
Cacing gelang adalah sejenis cacing yang hidup di dalam usus
manusia, biasanya cacing ini berukuran 20-30 cm berwarna
merah dadu dan putih.
Annelida berasal dari kata annulus yang berarti cincin dan oidos
yang berarti bentuk. Annelida atau cacing gelang adalah cacing
yang tubuhnya bersegmen. Annellida adalah hewan tripoblastik
(tripoblastik: hewan yang memiliki 3 lapisan tubuh) yang memiliki
rongga tubuh sejati (hewan selomata) dan merupakan hewan
dengan stuktur tubuhnya paling sederhana.
38. 2. Etiologi
Ethiologi Penyakit Askariasis dinding usus dan mencapai venule
dan pembuluh limfe kemudian melalui sirkulasi portal mencapai
hati, bagian kanan jantung dan paru-paru.
Di dalam paru, larva akan merusak kapiler dan mulai mengikuti
percabangan paru sampai mencapai glotis dan kemudian melewati
epiglotis masuk ke dalam esofagus untuk seterusnya kembali ke
usus halus, dimana meraka akan jadi matur dan berubah menjadi
cacing dewasa.
39. 3. Masa Inkubasi
1. Kira-kira dua bulan setelah terkena askariasis, cacing dewasa
mulai bertelur didalam usus,
2. Telur-telur mikroskopik ini berjalan di sepanjang saluran
pencernaan dan dikeluarkan melalui tinja,
3. Telur-telur tadi membutuhkan waktu 10-14 hari di dalam tanah
dengan temperature yang hangat untuk dapat menginfeksi tuan
rumah baru (hospes baru),
4. Telur-telur tadi dapat hidup di tanah sampai jangka waktu 6 tahun,
5. Ketika telur-telur tadi dicerna, maka daur hidupnya akan dimulai
kembali,
6. Cacing dewasa dapat hidup hingga 2 tahun dan cacing betina
dapat bertelur 200.000 tiap harinya.
40. 4. Faktor Resiko
1. Usia
Ascariasis kebanyakan menginfeksi anak berusia 10 tahun atau
lebih muda. Anak-anak dalam kelompok usia ini berada pada
risiko yang lebih tinggi karena mereka lebih sering bermain di
tanah.
2. Iklim hangat
Ascariasis lebih banyak berkembang di wilayah beriklim hangat
seperti di Indonesia.
3. Sanitasi yang buruk
Ascariasis tersebar luas di negara-negara berkembang atau wilayah
kumuh di mana kotoran manusia mungkin bercampur dengan tanah
di sekitar lingkungan tempat tinggal.
41. 5. Tanda dan gejala
1. Paru-paru
Setelah tertelan, telur ascariasis akan menetas dalam usus
kecil dan larva bermigrasi melalui aliran darah atau sistem
limfatik ke paru-paru.
Pada tahap ini, penderita mungkin mengalami tanda-tanda
dan Gejala yang mirip dengan asma atau pneumonia, termasuk:
– Batuk terus-menerus
– Sesak napas
– Mengi
Setelah 6 hingga 10 hari di paru-paru, larva kemudian
melanjutkan perjalanan ke tenggorokan untuk kemudian
dibatukkan dan tertelan.
42. 2. Usus
Larva tumbuh menjadi cacing dewasa di usus kecil dan
terus hidup disana hingga mati.
Dalam kasus ascariasis ringan hingga sedang, infeksi pada
usus akan menimbulkan gejala berikut:
– Nyeri perut samar
– Mual dan muntah
– Diare atau tinja berdarah
Infeksi berat ascariasis akan menimbulkan gejala:
– Sakit perut parah
– Kelelahan
– Muntah
– Berat badan turun
– Terdapat cacing pada muntahan atau tinja
43. 6. Cara Penegakkan Diagnosa
1. Dengan melakukan pemeriksaan makroskopis terhadap tinja atau
muntahan penderita untuk menemukan cacing dewasa.
2. Pemeriksaan foto rontgen perut kadang-kadang terlihat adanya
cacing dewasa.
3. Pemeriksaan ultrasonografi dan tomografi komputer dapat
membantu diagnosis askariasis saluran empedu, hati dan
pankreas.
4. Pemeriksaan serologi yang spesifik dapat bermanfaat untuk
menentukan diagnosis dini ascariasis.
44. 7. Cara Penularan
1. Buang Air Besar (BAB) sembarangan kemudian tinja mengandung
telur cacing mencemari tanah kemudian telur menempel pada
tangan atau kaki kemudian ketika makan masuk kedalam mulut
dan terjadi Cacingan
2. BAB sembarangan kemudian tinja yang mengandung telur cacing
mencemari tanah kemudian dikerumuni lalat kemudian hinggap ke
makanan kemudian dimakan dan terjadi Cacingan.
45. 8. Cara Pengobatan
1. Memberikan anti-parasit seperti:
a. Albendazole (Albenza)
b. Ivermectin (Stromectol)
c. Mebendazole
2. Pada ascariasis berat diperlukan operasi untuk memperbaiki
kerusakan
yang telah disebabkan oleh cacing dan untuk menghilangkan
cacing.
3. Obat-obat cacing yang baru, efektif dan hanya menimbulkan
sedikit efek samping adalah mebendazol, pirantel pamoat,
albendazol dan levamisol. Sedangkan pada komplikasi usus
misalnya obstruksi usus diatasi dengan tindakan konservatif atau
operatif.
46. 9. Komplikasi
Usus tersumbat menyebabkan muntah-muntah, perut
kembung, dan tidak buang air besar. Komplikasi ini perlu
dirawat dengan pembedahan untuk mengeluarkan
cacing yang terlampau banyak.
Cacing gelang juga menyebabkan kekurangan vitamin A
karena gangguan penyerapan zat makanan di dalam
usus kecil.
47. 10. Pencegahan
1. Menerapkan sanitasi yang baik,
2. Hygiene keluarga dan hygiene pribadi, antara lain dengan
berperilaku hanya buang air besar di jamban,
3. Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan,
tangan dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan sabun dan air
mengalir,
4. Melalui pengobatan massal pada penduduk menggunakan obat
cacing berspektrum lebar di daerah endemis,
5. Pemberian pendidikan kesehatan pada penduduk
49. Pengertian
Toxoplamosis adalah penyakit parasiter
yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii
dan tersebar di seluruh Indonesia.
Penyebab penyakit ini adalah: toxoplasma
gondii, suatu coccidian protozoa
intraselluler yang terdapat pada kucing.
50. MASA INKUBASI
Dengan masa inkubasi selama 5 – 23 hari
FAKTOR RESIKO
1. Kontak langsung dengan kotoran kucing yang mengandung parasit
2. Makan/minum makanan/ air yang terkontaminasi
3. Menggunakan pisau / peralatan dapur yang terkontaminasi
4. Makan buah yang tidak dicuci
5. Menerima organ/ transfusi yang terinfeksi
51. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala flu serupa dengan toxoplasmosis, antara lain:
• Tidak enak badan
• Pembengkakan kelenjar getah bening
• Sakit kepala
• Demam
• Radang tenggorokan
Jika anda memiliki HIV/AIDS, menerima chemotherapy atau
memiliki transplantasi organ, anda mungkin untuk mengalami tanda
dan gejala infeksi toxoplasmosis yang lebih parah. Antara lain:
• Sakit kepala
• Kebingungan
• Lemah koordinasi
• Kejang
• Masalah pada paru-paru
• Pandangan kabur yang disebabkan pembengkakan pada retina
52. Cara penegakkan diagnosa
Lihat gejala klinis
- Pemeriksaan serologi untuk
mengetahui IgG dan IgM. Untuk memilih
kucing yang aman dipelihara apabila
kucing tersebut secara klinis tampak sehat
dan pemeriksaan darah secara serologis
menunjukkan adanya IgG yang positif
dengan titer yang tinggi.
53. Cara penularan
• Sekitar 50% infeksi penularan
toksoplasma terjadi karena memakan
daging yang kurang matang
• Kontak dengan kucing/kotoran kucing
• Sayuran/buah yang dicuci kurang bersih,
air dan susu segar yang terkontaminasi
54. Komplikasi
Jika penderita memiliki sistem kekebalan tubuh yang tidak normal
kemungkinan tidak terjadi komplikasi toksoplasmosis,meskipun orang
sehat kadang-kadang terkena infeksi mata jika tidak diobati mengalami
kebutaan.
Tetapi jika sistem kekebalan tubuh sedang lemah terutama sebagai
dari HIV/AIDS dapat menyebabkan kejang dan penyakit yang
mengancam jiwa seperti infeksi otak serius
.
Anak anak yang toksoplasmosis dapat menderita komplikasi seperti
ganguan pendengaran, cacat mental dan kebutaan
55. Pencegahan
Cara pencegahan yang dapat anda lakukan untuk
memperkecil peluang terinfeksi toxoplasmosis antara
lain:
• Jaga kucing anda agar tetap terlindungi dan terjaga
kesehatannya dengan memberikan makanan kucing
yang terjamin kesehatannya dan bukan daging mentah.
• Jangan mengadopsi kucing liar.
• Gunakan sarung tangan ketika membersihkan
kandang kucing dan cuci tangan setelahnya dengan
sabun dan air hangat.
57. Pengertian
Cacing tambang ini memiliki dua jenis yaitu Necator
americanus dan Ancylostoma duodenale. Disebut cacing tambang
karena dahulunya banyak ditemukan pada buruh tambang di Eropa.
Necator americanus menyebabkan penyakit nekatoriasis dan
Ancylostoma duodenale menyebabkan penyakit ankilostomiasis.
Kedua jenis cacing ini banyak menginfeksi orang-orang di sekitar
pertambangan dan perkebunan. N. americanus dan A. duodenale
hidup di rongga usus halus dengan mulut melekat pada daging dinding
usus.
Tubuh Necator americanus mirip huruf S. Panjang cacing
betina kurang lebih 1 cm. Setiap satu cacing dapat bertelur 9000 ekor
per hari. Sementara itu panjang cacing jantan kurang lebih 0,8 cm.
Ancylostoma duodenale lebih mirip dengan huruf C. Setiap ekor
Ancylostoma duodenale dapat menghasilkan 28.000 telur per hari.
58. etiologi
Infeksi cacing tambang adalah penyakit
yang disebabkan cacing Ancylostoma
duodenale dan / atau Necator americanus.
Cacing tambang mengisap darah
sehingga menimbulkan keluhan yang
berhubungan dengan anemia, gangguan
pertumbuhan terutama pada anak dan
dapat menyebabkan retardasi mental
59. Masa inkubasi
Masa inkubasi antara beberapa minggu sampai beberapa
bulan tergantung dari beratnya infeksi dan keadaan gizi
penderita.
– Pada saat larva menembus kulit, penderita dapat
mengalami dermatitis.
Ketika larva lewat di paru dapat terjadi batuk-batuk
– Akibat utama yang disebabkan cacing ini ialah anemia
yang kadang demikian
berat sampai menyebabkan gagal jantung.
60. Faktor resiko
• Kebiasaan defekasi anggota keluarga
• Perilaku defekasi (buang air besar) yang
kurang baik dan di sembarang tempat
diduga menjadi faktor risiko dalam infeksi
cacing tambang. Secara teoritik, telur
cacing tambang memerlukan media tanah
untuk perkembangannya. Adanya telur
cacing tambang pada tinja penderita yang
melakukan aktifitas defekasi di tanah
terbuka semakin memperbesar peluang
61. Tanda dan gejala
• Gejala klinis yang dapat terjadi adalah :
• Rasa gatal di kaki (ground itch) atau gatal
di kulit tempat masuk nya cacing;
• Larva cacing di paru-paru dapat
menimbulkan gejala batuk, dahak disertai
darah, kadang-kadang pada infeksi berat
dijumpai gejala seperti radang paru- paru,
yaitu disertai demam dan badan lemas
• Cacing menjadi dewasa pada usus halus
sehingga menimbulkan gejala rasa tidak
62. Cara penegakkan diagnosa
• Diagnosis pasti penyakit ini adalah dengan
ditemukannnya telur cacing tambang
dalam tinja pasien. Kadang-kadang
didapatkan darah dalam tinja. Selain
dalam tinja, pemeriksaan dahak juga
dapat menemukan adanya larva.
Peningkatan jenis sel darah putih eosinofil
akan tampak pada bulan pertama infeksi
cacing ini
63. Cara penularan
Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman
yang tercemar telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih
tinggal di usus halus yang banyak berisi makanan. Meski ada juga
yang tinggal di usus besar. Penularan penyakit cacing dapat lewat
berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal dalam tubuh
manusia. Ia bisa masuk lewat makanan atau minuman yang dimasak
menggunakan air yang tercemar. Jika air yang telah tercemar itu
dipakai untuk menyirami tanaman, telur-telur itu naik ke darat. Begitu
air mengering, mereka menempel pada butiran debu. Telur yang
menumpang pada debu itu bisa menempel pada makanan dan
minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke tempat-tempat
yang sering dipegang manusia.
64. Cara pengobatan
• Perawatan umum pada pasien dilakukan dengan memberikan
nutrisi yang baik, protein dan vitamin yang cukup serta suplemen zat
besi diberikan bila terdapat anemia.
• Pengobatan spesifik adalah memberikan obat cacing. Obat cacing
terpilih adalah Albendazol dan Mebendazol yang dapat memberikan
kesembuhan 90-95% terutama pada infeksi cacing tambang pada
anak-anak dan mengurangi jumlah telur hingga 90%. Pada infeksi
yang disebabkan Ancylostoma, Tetrakloretilen adalah obat terpilih.
Tetrakloretilen tidak boleh diberikan pada pasien alkoholisme,
kelainan pencernaan, dan konstipasi..
• Dengan perawatan umum dan pengobatan tetap penyakit ini
umumnya dapat disembuhkan. Kematian bisa terjadi pada kasus di
mana jumlah cacing sangat banyak sehingga terjadi anemia berat
dengan segala komplikasinya.
65. Komplikasi pencegahan umum
dan khusus
Untuk dapat mengatasi infeksi cacing secara tuntas, maka upaya
pencegahan dan terapi merupakan usaha yang sangat bijaksana
dalam memutus siklus penyebaran infeksinya. Pemberian obat anti
cacing secara berkala diri di setiap 6 bulan dapat pula dikerjakan.
Menjaga kebersihan an lingkungan serta sumber bahan pangan
merupakan sebagian dari usaha pencegahan untuk menghindari dari
infeksi cacing. Memasyarakatkan cara-cara hidup sehat, terutama pada
anak-anak usia sekolah dasar, dimana usia ini merupakan usia yang
sangat peka untuk menanamkan dan memperkenal¬kan kebiasaan
kebiasaan baru. Kebiasaan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
secara berkala merupakan salah satu contohnya.