SlideShare a Scribd company logo
1 of 71
PERBEDAAN PEMAHAMAN
TENTANG HISAB & RUKYAT
Pengertian Hisab & Rukyat
 Hisab adalah perhitungan secara matematis dan
astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam
menentukan dimulainya awal bulan pada kalender
Hijriyah.
 Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas
(penampakan) hilal, yakni penampakan bulan sabit
yang nampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak
(konjungsi).
Lanjutan…….
 Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang atau
dengan alat bantu optik seperti teleskop. Rukyat dilakukan
setelah Matahari terbenam. Hilal hanya tampak setelah
Matahari terbenam (maghrib), karena intensitas cahaya
hilal sangat redup dibanding dengan cahaya Matahari,
serta ukurannya sangat tipis. Apabila hilal terlihat, maka
pada petang (maghrib) waktu setempat telah memasuki
bulan (kalender) baru Hijriyah. Apabila hilal tidak terlihat
maka awal bulan ditetapkan mulai maghrib hari
berikutnya.
 Perlu diketahui bahwa dalam kalender Hijriyah, sebuah
hari diawali sejak terbenamnya matahari waktu setempat,
bukan saat tengah malam. Sementara penentuan awal
bulan (kalender) tergantung pada penampakan
(visibilitas) bulan. Karena itu, satu bulan kalender Hijriyah
dapat berumur 29 atau 30 hari
Lanjutan……..
 Dalam dunia Islam istilah hisab sering digunakan dalam
ilmu falak (astronomi) untuk memperkirakan posisi
Matahari dan bulan terhadap bumi.
 Posisi Matahari menjadi penting karena menjadi patokan
umat Islam dalam menentukan masuknya waktu salat.
 Sementara posisi bulan diperkirakan untuk mengetahui
terjadinya hilal sebagai penanda masuknya periode bulan
baru dalam kalender Hijriyah. Hal ini penting terutama
untuk menentukan awal Ramadhan saat muslim mulai
berpuasa, awal Syawal (Idul Fithri), serta awal Dzulhijjah
saat jamaah haji wukuf di Arafah (9 Dzulhijjah) dan Idul
Adha (10 Dzulhijjah)
Lanjutan………
 Dalam Al-Qur'an surat Yunus (10) ayat 5 dikatakan bahwa
Allah memang sengaja menjadikan Matahari dan bulan
sebagai alat menghitung tahun dan perhitungan lainnya.
Juga dalam Surat Ar-Rahman (55) ayat 5 disebutkan bahwa
Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan.
 Karena ibadah-ibadah dalam Islam terkait langsung
dengan posisi benda-benda langit (khususnya Matahari
dan bulan) maka sejak awal peradaban Islam menaruh
perhatian besar terhadap astronomi. Astronom muslim
ternama yang telah mengembangkan metode hisab
modern adalah Al Biruni (973-1048 M), Ibnu Tariq, Al
Khawarizmi, Al Batani, dan Habash.
Lanjutan…….
Dewasa ini, metode hisab telah menggunakan komputer
dengan tingkat presisi dan akurasi yang tinggi. Berbagai
perangkat lunak (software) yang praktis juga telah ada.
Hisab seringkali digunakan sebelum rukyat dilakukan.
Salah satu hasil hisab adalah penentuan kapan ijtimak
terjadi, yaitu saat Matahari, bulan, dan bumi berada
dalam posisi sebidang atau disebut pula konjungsi
geosentris. Konjungsi geosentris terjadi pada saat
matahari dan bulan berada di posisi bujur langit yang
sama jika diamati dari bumi. Ijtimak terjadi 29,531 hari
sekali, atau disebut pula satu periode sinodik.
Aktivitas merukyat :
 Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan
bulan sabit yang pertama kali tampak setelah terjadinya ijtimak.
Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang, atau dengan alat bantu
optik seperti teleskop.
 Aktivitas rukyat dilakukan pada saat menjelang terbenamnya Matahari
pertama kali setelah ijtimak (pada waktu ini, posisi Bulan berada di
ufuk barat, dan Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari).
Apabila hilal terlihat, maka pada petang (Maghrib) waktu setempat
telah memasuki tanggal 1.
 Hilal, tidak selamanya dapat terlihat. Jika selang waktu antara ijtimak
dengan terbenamnya Matahari terlalu pendek, maka secara
ilmiah/teori hilal mustahil terlihat, karena iluminasi cahaya Bulan
masih terlalu suram dibandingkan dengan "cahaya langit" sekitarnya.
Kriteria Danjon (1932, 1936) menyebutkan bahwa hilal dapat terlihat
tanpa alat bantu jika minimal jarak sudut (arc of light) antara Bulan-
Matahari sebesar 7 derajat.
 Dewasa ini rukyat juga dilakukan dengan menggunakan peralatan
canggih seperti teleskop yang dilengkapi CCD Imaging. namun
tentunya perlu dilihat lagi bagaimana penerapan kedua ilmu tersebut
 Penentuan awal bulan menjadi sangat signifikan untuk
bulan-bulan yang berkaitan dengan ibadah dalam agama
Islam, seperti bulan Ramadhan (yakni umat Islam
menjalankan puasa ramadan sebulan penuh), Syawal
(yakni umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri), serta
Dzulhijjah (dimana terdapat tanggal yang berkaitan
dengan ibadah Haji dan Hari Raya Idul Adha).
 Sebagian umat Islam berpendapat bahwa untuk
menentukan awal bulan, adalah harus dengan benar-benar
melakukan pengamatan hilal secara langsung. Sebagian
yang lain berpendapat bahwa penentuan awal bulan cukup
dengan melakukan hisab (perhitungan
matematis/astronomis), tanpa harus benar-benar
mengamati hilal. Keduanya mengklaim memiliki dasar
yang kuat.
Kriteria Penentuan Awal Bulan Kalender Hijriyah
1. Prinsip Rukyatul Hilal :
 Rukyatul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender)
Hijriyah dengan merukyat (mengamati) hilal secara langsung.
Apabila hilal (bulan sabit) tidak terlihat (atau gagal terlihat),
maka bulan (kalender) berjalan digenapkan (istikmal) menjadi
30 hari.
 Kriteria ini berpegangan pada Hadits Nabi Muhammad:
Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu
karena melihat hilal. Jika terhalang maka genapkanlah (istikmal)
menjadi 30 hari".
 Kriteria ini di Indonesia digunakan oleh Nahdlatul Ulama (NU),
dengan dalih mencontoh sunnah Rasulullah dan para
sahabatnya dan mengikut ijtihad para ulama empat mazhab.
Bagaimanapun, hisab tetap digunakan, meskipun hanya sebagai
alat bantu dan bukan sebagai penentu masuknya awal bulan
Hijriyah
2. Prinsip Wujudul Hilal :
 Wujudul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender)
Hijriyah dengan menggunakan dua prinsip: Ijtimak (konjungsi) telah
terjadi sebelum Matahari terbenam (ijtima' qablal ghurub), dan Bulan
terbenam setelah Matahari terbenam (moonset after sunset); maka
pada petang hari tersebut dinyatakan sebagai awal bulan (kalender)
Hijriyah, tanpa melihat berapapun sudut ketinggian (altitude) Bulan
saat Matahari terbenam.
 Kriteria ini di Indonesia digunakan oleh Muhammadiyah dan Persis
dalam penentuan awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha untuk
tahun-tahun yang akan datang. Akan tetapi mulai tahun 2000 PERSIS
sudah tidak menggunakan kriteria wujudul-hilal lagi, tetapi
menggunakan metode Imkanur-rukyat. Hisab Wujudul Hilal bukan
untuk menentukan atau memperkirakan hilal mungkin dilihat atau
tidak. Tetapi Hisab Wujudul Hilal dapat dijadikan dasar penetapan
awal bulan Hijriyah sekaligus bulan (kalender) baru sudah masuk atau
belum, dasar yang digunakan adalah perintah Al-Qur'an pada QS.
Yunus: 5, QS. Al Isra': 12, QS. Al An-am: 96, dan QS. Ar Rahman: 5,
serta penafsiran astronomis atas QS. Yasin: 36-40.
3. Prinsip Imkanur Rukyat MABIMS :
 Imkanur Rukyat adalah kriteria penentuan awal bulan
(kalender) Hijriyah yang ditetapkan berdasarkan
Musyawarah Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam,
Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), dan
dipakai secara resmi untuk penentuan awal bulan Hijriyah
pada Kalender Resmi Pemerintah, dengan prinsip:
 Awal bulan (kalender) Hijriyah terjadi jika:
Pada saat Matahari terbenam, ketinggian (altitude) Bulan
di atas cakrawala minimum 2°, dan sudut elongasi (jarak
lengkung) Bulan-Matahari minimum 3°, atau
Pada saat bulan terbenam, usia Bulan minimum 8 jam,
dihitung sejak ijtimak.
Lanjutan……..
 Secara bahasa, Imkanur Rukyat adalah mempertimbangkan kemungkinan
terlihatnya hilal.
 Secara praktis, Imkanur Rukyat dimaksudkan untuk menjembatani metode
rukyat dan metode hisab.Terdapat 3 kemungkinan kondisi.
 Ketinggian hilal kurang dari 0 derajat. Dipastikan hilal tidak dapat dilihat
sehingga malam itu belum masuk bulan baru. Metode rukyat dan hisab
sepakat dalam kondisi ini.
 Ketinggian hilal lebih dari 2 derajat. Kemungkinan besar hilal dapat dilihat
pada ketinggian ini. Pelaksanaan rukyat kemungkinan besar akan
mengkonfirmasi terlihatnya hilal. Sehingga awal bulan baru telah masuk
malam itu. Metode rukyat dan hisab sepakat dalam kondisi ini.
 Ketinggian hilal antara 0 sampai 2 derajat. Kemungkinan besar hilal tidak
dapat dilihat secara rukyat. Tetapi secara metode hisab hilal sudah di atas
cakrawala. Jika ternyata hilal berhasil dilihat ketika rukyat maka awal bulan
telah masuk malam itu. Metode rukyat dan hisab sepakat dalam kondisi ini.
Tetapi jika rukyat tidak berhasil melihat hilal maka metode rukyat
menggenapkan bulan menjadi 30 hari sehingga malam itu belum masuk awal
bulan baru. Dalam kondisi ini rukyat dan hisab mengambil kesimpulan yang
berbeda.
 Meski demikian ada juga yang berpikir bahwa pada ketinggian kurang dari 2
derajat hilal tidak mungkin dapat dilihat. Sehingga dipastikan ada perbedaan
penetapan awal bulan pada kondisi ini, seperti yg terjadi pada penetapan 1
Syawal 1432 H / 2011 M.
4. Prinsip Rukyat Global :
Rukyat Global adalah kriteria penentuan awal bulan
(kalender) Hijriyah yang menganut prinsip bahwa: jika
satu penduduk negeri melihat hilal, maka penduduk
seluruh negeri berpuasa (dalam arti luas telah
memasuki bulan Hijriyah yang baru) meski yang lain
mungkin belum melihatnya. Prinsip ini antara lain
dipakai oleh Hizbut Tahrir Indonesia
Dampak perbedaan kriteria :
Di Indonesia, perbedaan tersebut pernah terjadi beberapa kali. Pada
tahun 1992 (1412 H), ada yang berhari raya Jumat (3 April) mengikuti Arab
Saudi, yang Sabtu (4 April) sesuai hasil rukyat NU, dan ada pula yang
Minggu (5 April) mendasarkan pada Imkanur Rukyat.
Penetapan awal Syawal juga pernah mengalami perbedaan pendapat pada
tahun 1993 dan 1994.Pada tahun 2011 juga terjadi perbedaan yang
menarik. Dalam kalender resmi Indonesia sudah tercetak bahwa awal
Syawal adalah 30 Agustus 2011. Tetapi sidang isbat memutuskan awal
Syawal berubah menjadi 31 Agustus 2011.
Sementara itu, Muhammadiyah tetap pada pendirian semula awal Syawal
jatuh pada 30 Agustus 2011. Hal yang sama terjadi pada tahun 2012,
dimana awal bulan Ramadhan ditetapkan Muhammadiyah tanggal 20 Juli
2012, sedangkan sidang isbat menentukan awal bulan Ramadhan jatuh
pada tanggal 21 Juli 2012.
Namun, Pemerintah Indonesia mengkampanyekan bahwa perbedaan
tersebut hendaknya tidak dijadikan persoalan, tergantung pada
keyakinan dan kemantapan masing-masing, serta mengedepankan
toleransi terhadap suatu perbedaan.
PEREDARAN 3 BENDA LANGIT MATAHARI, BUMI
DAN BULAN
 Matahari sebagai pusat peredaran benda-benda
langit dalam tata surya ini.
 Bumi berputar pada sumbunya (rotasi).
 Bumi bersama-sama bulan mengelilingi matahari
(revolusi).
MATAHARI PUSAT TATA SURYA
 Semua planet dalam tata surya mengelilingi
Matahari pada garis edarnya, sambil berputar
pada masing-masing porosnya dan diedari oleh
satelit.
 Satelit juga berputar pada porosnya masing-
masing.
 Matahari sebagai pusat Tata Surya berada pada
jarak 30 tahun cahaya dari pusat bima sakti.
 Matahari dapat dilihat karena memancarkan
cahaya sendiri.
 Planet dan satelit dapat dilihat karena
mementulkan cahaya matahari.
TATA SURYA
Tata Surya merupakan suatu sistem organisasi yang
teratur dengan matahari sebagai pusat peredaran.
Matahari dikelilingi planet,satelit, komet dan meteor,
semua bergerak mengelilingi matahari dalam garis
edar tertentu di bawah pengaruh gravitasi Matahari.
Matahari, bintang, planet, satelit, komet, dan meteor
yang berada dilangit disebut benda langit,
pengetahuan benda langit dinamakan Astronomi.
PEREDARAN SEMU MATAHARI
 Perjalanan harian matahari yang terbit dari
Timur dan tenggelam di Barat.
 Perjalanan tahunan matahari dari timur ke
Barat dalam waktu satu tahun (365.2425
hari) untuk satu kali putaran, menempuh
jarak 00° 59’ 08.33” setiap hari.
Gambar: Orbit semu matahari
Rotasi bumi
 Rotasi bumi adalah perputaran bumi pada
porosnya dari arah barat ke timur.
 Diameter bumi = 12.796,274 km, lingkaran bumi
bisa dihitung = 3,1415 x 12.796,274 = panjang
keliling bumi = 40.073,83 km.
 Satu kali rotasi bumi ditempuh sehari semalam 24
jam maka kecepatan rotasi dipermukaan
katulistiwa dihitung sbb: 40.073,83 km : 24 jam =
1.669,97 km/jam.
Gambar: rotasi bumi
revolusi bumi
 Revolusi bumi adalah peredaran bumi
mengelilingi matahari dari arah barat ketimur.
 Bumi berevolusi mengelilingi matahari dengan
kecepatan sebesar 107.500 km/jam dalam satu kali
berevolusi dalam setahun.
 Panjang lintasan yang ditempuh oleh bumi selama
365 hari dapat dihitung sbb: 107.500 km/jam x 365
hari x 24 jam/hari = 941.700.000 km.
gambar; orbit bumi dan bulan dalam satu tahun
Peredaran bulan
 Bulan adalah satelit alam planet bumi yang berotasi
pada porosnya dan berevolusi mengelilingi bumi.
 Rotasi bulan kira-kira 27,23 kali lebih lambat
dibandingkan dengan rotasi planet bumi.
 Bumi berotasi dengan periode 23 jam 56 menit, bulan
berotasi 27,32166 hari (27 hari 07 jam 43 menit 12
detik.
Gambar: rotasi bulan mengelilingi bumi
Revolusi bulan
 Bulan bergerak mengelilingi bumi, gerakan bulan
mengelilingi bumi disebut revolusi bulan.
 Waktu yang diperlukan bulan untuk satu kali revolusi
adalah sebulan (29,5 hari).
 Saat berevolusi luas bagian bulan yang terkena
matahari berubah-ubah, oleh karena itu bentuk bulan
dilihat dari bumi juga berubah-ubah.
Gambar: perubahan penampakan bulan
Fase-fase bulan
 Bulan baru.
 Kuartal pertama.
 Bulan purnama.
 Kuartal ketiga.
Bulan baru adalah keadaan tanpa bulan, yaitu saat
permukaan bulan yang terkena sinar matahari
membelakangi bumi sehingga bulan tidak dapat
dilihat sama sekali.
Ijtima’ atau bulan baru
Ijtima’ atau bulan baru adalah peristiwa
segaris/sebidangnya pusat bulan dan pusat
matahari dari pusat bumi.
Bulan dan matahari memiliki bujur
astronomi yang sama.
Pada saat terjadi ijtima’ bulan sama sekali
tidak tampak dari permukaan bumi, sebab
seluruh bagian yang terkena sinar matahari
dalam posisi membelakangi bumi.
Pada saat ijtima’ juga disebut bulan mati.
Gambar: saat terjadinya ijtima’/konyungsi
Awal bulan hijriyah
 Awal bulan berbeda dengan ijtima’ atau bulan baru.
 Awal bulan menandai awal penanggalan (tanggal 1) bulan hijriyah.
 Penanggalan syamsiah berlangsung pada jam 00.00 atau jam 24 waktu
setempat.
 Penanggalan Hijriyah berlangsung saat matahari terbenam, dan awal
bulan qamariyah tergantung posisi hilal pada tanggal 29 bulan hijriyah
yang sedang berjalan.
 Jika pada saat ghurub tanggal 29 bulan hijriyah posisi bulan belum
ijtima’, maka bulan yang sedang berjalan berumur 30 hari.
 Jika pada saat ghurub tanggal 29 bulan hijriyah ijtima’ sudah terjadi,
posisi hilal negatif atau hilal terbenam terlebih dahulu dari pada
matahari, umur bulan 30 hari.
 Jika pada saat ghurub tanggal 29 bulan hijriyah, posisi hilal positif,
maka penentuan awal bulan berdasarkan kriteria syari’ah, jika
memenuhi keesokan harinya tanggal 1, bila belum keesokannya
tanggal 30 bulan yang sedang berjalan.
Dua problema utama
Perbedaan kriteria hisab rukyat di kalangan ormas
Islam di Indonesia yang menyebabkan sesama metode
hisab, sesama metode rukyat, dan perbedaan metode
menyebabkan kesimpulan penetapan yang berbeda.
Perbedaan pemahaman globalisasi rukyat dan konsep
garis tanggal yang menyebabkan perbedaan
penetapan akibat perbedaan keputusan Arab Saudi.
Konsep Dasar Hisab Rukyat
Peredaran bulan mengitari bumi menyebabkan bulan
tampak dalam berbagai bentuk, mulai dari sabit,
setengah lingkaran, purnama, kembali ke setengah
lingkaran, dan akhirnya sabit kembali. Ini simulasinya.
Bilangan Bulan
 Bulan sebenarnya mengorbit bumi dengan perode 27,3 hari
(periode sideris, putaran 360 derajat), sama dengan
periode rotasi bulan (ini yang menyebabkan wajah bulan
selalu sama)
 Tetapi dari sabit ke sabit berikutnya atau dari purnama ke
purnama berikutnya rata-rata 29,53 hari (periode sinodik).
Ini penjelasannya.
 1 bulan 29 atau 30 hari
 Untuk kalender syamsiah 366 atau 365 hari dibagi 12 bulan,
ada 28 hari (Feb), 30 hari (Apr, Jun, Sep, Nov), 31 hari (Jan,
Mar, Mei, Jul, Agu, Okt, Des)
Bilangan Bulan
(Hampir) Semua Agama Menggunakan Kalender
Qamariyah
 Islam: penentuan Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha
serta hari besar lainnya.
 Budha: Waisak saat bulan purnama.
 Hindu: Nyepi saat bulan mati.
 Kristen/Katolik: Paskah adalah hari Minggu setelah
purnama pada awal musim semi
 Konghuchu: Imlek adalah setelah bulan mati pada
musim hujan (Januari/Februari).
Pertanyaan: Mengapa menggunakan kalender qamariyah?
MENGAPA IBADAH HARUS DENGAN
KALENDER QAMARIYAH?
Terdapat tanda perubahan tanggal yang jelas di alam,
cocok untuk kegiatan ritual yang berbasis tanggal
1 tahun qamariyah = 12 * 29.53 hari = 354,56 hari
1 tahun syamsiah = 365,2422 hari.
Rata-rata tanggal qamariyah bergeser 11 hari lebih
cepat daripada tanggal syamsiah (365,2422 – 354,56 =
10,6822),
bisa 10 hari, bisa 11 hari.
Kisah Ash-habul Kahfi: 300 tahun syamsiah = 109.572
hari = 309 tahun qamariyah
Cara praktis tentukan umur bulan
 Bulan bergerak ke arah timur
360o/29.53 =12.2o/hari relatif
terhadap matahari
 Setiap hari bulan semakin tinggi
diufuk barat ~ 12o (kira-kira
sekepalan bila lengan dijulurkan ke
depan).
 Bulan tanggal 1 (hilal) posisinya
dekat horizon, tanggal 2 kira-kira
sekepal lebih tinggi, tanggal 3 kira-
kira 2 kepal lebih tinggi, dan
seterusnya.
Mengapa Timbul Masalah?
Pedoman dari Rasulullah SAW
Rasulullah SAW memberi pedoman praktis tentang
penggunaan hilal sebagai penentu waktu:
"Berpuasalah bila melihatnya dan beridul fitri-lah bila
melihatnya, bila tertutup awan sempurnakan bulan Sya’ban
30 hari" (HR Bukhari-Muslim).
"Bila tertutup awan perkirakan" (HR Muslim). Karena umur
rata-ratanya 29,53 hari, satu bulan hanya mungkin 29 atau 30
hari, jadi mudah diperkirakan atau amannya genapkan
(istikmal) saja menjadi 30 hari.
Sifat Ijtihadiyah
Sebenarnya, kesaksian melihat hilal (ru'yatul hilal),
keputusan hisab, dan akhirnya keputusan penetapan
awal Ramadhan dan hari raya oleh pemimpin ummat
semuanya adalah hasil ijtihad, yang hakikatnya
bersifat dzhanni. Kebenaran hasil ijtihad relatif.
Kebenaran mutlak hanya Allah yang tahu.
Tetapi orang yang berijtihad dan orang-orang yang
mengikutinya meyakini kebenaran suatu keputusan
ijtihad itu berdasarkan dalil-dalil syariah dan bukti
empirik yang diperoleh.
PRINSIPNYA MUDAH
“Berpuasalah bila melihat hilal, berbukalah bila melihat hilal”
MENGAPA SERING BERMASALAH?
Dikhotomi Hisab dan Rukyat
Interpretasi “hilal” untuk kriteria hisab tidak tunggal.
Kemungkinan salah lihat pada rukyat makin terbuka karena
orang ...makin tidak mengenal hilal (mudah terkecoh
dengan Venus) serta ...polusi udara dan polusi cahaya yang
mempersulit pengamatan
Penyederhanaan makna globalisasi rukyat
 Klaim ijtihadiyah 1: Rukyat bersifat qath'i sehingga
menentukan, sedangkan hisab bersifat dzhanniy sehingga
hanya pendukung atau diabaikan.
Klaim ijtihadiyah 2: hisab bersifat qath'i sehingga
menentukan, sedangkan rukyat bersifat dzhanniy sehingga
hanya pendukung atau diabaikan.
Dikhotomi Hisab Rukyat
Sumber perbedaan:
interpretasi hilal
Apakah Hilal itu?
Bulan sabit pertama di ufuk barat setelah maghrib
Bulan muncul di atas ufuk (hisab wujudul hilal)
Tinggi minimum 2o, umurnya > 8 jam (MABIMS)
Tinggi minimum tergantung beda azimut bulan -
....matahari (astronomi)
MENGAPA MELIHAT HILAL DEMIKIAN SULIT?
Hilal berumur muda, sangat tipis dan redup.
Bentuk lengkungan paling jelas, termuda berumur 13 jam
14,5 jam
Hilal Ramadhan 1427
umur 13 jam 15 menit
Dipotret dg
teleskop &
kamera CCD
Di Jerman
Bulan berumur 21 jam
Bulan berumur 29 jam
Awan tipis-terang sering mengecoh
Venus berpotensi mengecoh
Kasus Rukyat 1 Dzulhijjah 1422/2002
Garis Tanggal Dzulhijjah 1422 kriteria imkan rukyat, h=2, wujudul hilal
13 Februari 2002 (--- maghrib saat ijtima') 12 Februari 2002
34 lokasi pengamatan hanya 3 pengamat Cakung yang berhasil.
Kondisi cuaca mendung, di Jakarta Pusat gerimis.
Kemungkinan pengamatan terkecoh oleh Venus, kalau bukan
objek bukan hilal lainnya.
MENGAPA PERLU KRITERIA
IMKANUR RUKYAT (VISIBILITAS HILAL)?
Bagi ahli rukyat, untuk mengeliminasi kemungkinan salah
...lihat
Kasus 1998/1418: Berdasarkan kriteria MABIMS PBNU menolak kesaksian Cakung
……….dan Bawean yang hilalnya.terlalu rendah (tinggi bulan 54’, umur ~ 3 jam)
……….Kasus 2006/1427: Berdasarkan kriteria imkan rukyat Lajnah Falakiyah NU tidak
……….mengambil Cakung dan Madura karena hilal teralu rendah ~ 1 derajat
Bagi ahli hisab, untuk bisa menentukan masuk awal bulan
...atau belum dari hasil perhitungan posisi hilal
Kasus 1998/1418: Muhammadiyah berdasarkan kriteria wujudul hilal menetapkan
……….Idul Fitri 29 Januari 1998. Persis mengikuti kriteria MABIMS menetapkan Idul Fitri
……….30 Januari 1998.
Kasus 2006/1427: Muhammadiyah berdasarkan kriteria wujudul hilal menetapkan
……….Idul Fitri 23 Oktober 2006. Persis berdasarkan kriteria wujudl hilal di seluruh
……….Indonesia menetapkan Idul Fitri 24 Oktober 2006
Perbedaan karena beda kriteria
Garis Tanggal Syawal 1427 H: kriteria imkan rukyat, h=2, wujudul hilal
23 Oktober 2006 (--- maghrib saat ijtima') 22 Oktober 2006
Garis Tanggal Syawal 1428 H: kriteria imkan rukyat, h=2, wujudul hilal
12 Oktober 2007 (--- maghrib saat ijtima') 11 Oktober 2007
PELUANG TITIK TEMU
Penganut rukyat telah membuat pedoman:
“Kesaksian rukyatul hilal dapat ditolak bila tidak didukung
ilmu pengetahuan atau hisab yang akurat.”
Penganut hisab berpendapat
Hisab sebagai sumber pengetahuan datangnya awal
bulan sehingga dapat disebut sebagai “rukyat bil ilmi”
MAKA
Landasan ilmu pengetahuan masing-masing kriteria
terbuka untuk dikaji ulang
KRITERIA DIBUAT DARI
Data rukyatul hilal jangka panjang
Hisab posisi bulan yang berhasil rukyatul hilal
JADI
Kriteria imkanurrukyat (visibilitas hilal)
merupakan titik temu penganut hisab dan rukyat
tanpa harus meninggalkan prinsip masing-masing
Ubah Paradigma
Hisab Rukyat
Dari
Perdebatan dalil metode yang paling sahih
dan paling baik dengan upaya saling
menghargai
Menjadi
Pencarian kriteria bersama untuk metode
yang berbeda dengan upaya saling mengisi
Problema Globalisasi
Klaim ijtihad 1: Rukyat bersifat lokal, sehingga
Indonesia bisa saja berbeda dengan Arab Saudi
Klaim ijtihad 2: Rukyat bersifat global, sehingga
Indonesia seharusnya sama dengan negara-negara
lain.
Klaim ijtihad 3: Idul adha tergantung keputusan
wukuf di Arafah, Idul Adha sehari sesudah wukuf
Rawan Perbedaan
Tahun
Derajat Tinggi bulan di Bandung pada awal bulan
Ramadhan Syawal Dzulhijjah
1422/2001-2002 1,7
rawan perbedaan
6,3 2,5
rawan perbedaan
1423/2002-2003 7,7 1,2
rawan perbedaan
1,3
rawan perbedaan
1424/2003-2004 11,8 6,1 8,5
1425/2004-2005 3,4 10,3 13,8
1426/2005 10,0 3,3 4,7
1427/2006 8,8 0,9
rawan perbedaan
10,6
1428/2007 8,5 0,7
rawan perbedaan
7,4
Garis Tanggal Membelah Indonesia
Garis Tanggal Syawal 1427 H: kriteria imkan rukyat, h=2, wujudul hilal
23 Oktober 2006 (--- maghrib saat ijtima') 22 Oktober 2006
Ijtima’ awal Syawal 1427 pada 22 Oktober 2006 pukul 12:14 WIB. Pada saat maghrib 22
Oktober 2006 bulan telah wujud di sebagian wilayah Indonesia, tetapi tingginya kurang
dari 2 derajat dan umurnya kurang dari 8 jam. Menurut kriteria ijtima' qablal ghurub dan
wujudul hilal menggunakan prinsip "wilayatul hukmi“ (MUHAMMADIYAH),
1 Syawal 1427 jatuh pada 23 Oktober 2006.
Menurut kriteria wujudul hilal dengan prinsip seluruh Indonesia atau tinggi minimal 2
derajat (PERSIS), 1 Syawal 1427 jatuh pada 24 Oktober 2006.
Namun, kriteria imkan rukyat LAPAN dan MABIMS menyimpulkan
1 Syawal 1427 jatuh pada 24 Oktober 2006. Sesuai fatwa Majelis Ulama Indonesia,
bila terjadi perbedaan, ikuti keputusan Pemerintah yang telah
mempertimbangkan berbagai pendapat .
Garis Tanggal Ramadhan1430
Di Indonesia: 1 Ramadhan 1430 = 22 Agustus 2009
Garis Tanggal Syawal 1430
Pelabuhan Ratu: Tinggi bulan: 6o 24’, 7o sebelah selatan matahari
Di Indonesia: 1 Syawal 1430 = 20 September 2009
Garis Tanggal Dzulhijjah 1429
Pelabuhan Ratu: Tinggi bulan: 6o 21’, 5o sebelah selatan matahari
1 Dzulhijjah 1430 : 18 November 2009, Idul Adha 1430 : 27 November 2009
Rawan Perbedaan
Bisa Terjadi Lagi
Tahun
Derajat Tinggi bulan di Bandung pada awal bulan
Ramadhan Syawal Dzulhijjah
1429/2008 6 - 0,7 - 4
1430/2009 -1 6 6
1431/2010 3 - 2 1,7
Rawan perbedaan
1432/2011 7,5 2,0
Rawan perbedaan
7,1
1433/2012 2
Rawan Perbedaan
- 4.3 - 2.4
1434/2013 0.7
Rawan Perbedaan
4.2 3.6
1435/2014 0.8
Rawan Perbedaan
4.1 0.8
Rawan Perbedaan
Garis Tanggal
Syamsiah-Qamariyah
Kebanyakan ummat Islam telah terbelenggu pada
konsep hari menurut garis tanggal syamsiah
(International Date Line).
Konsep hari dalam Islam terbagi 2:
* Hari terkait ibadah yang berbasis matahari (shalat
Jumat) dapat mengikuti garis tanggal syamsiah (IDL).
* Hari terkait ibadah yang berbasis bulan (awal
Ramadhan, hari raya, dll) seharusnya mengukti garis
tanggal qamariyah.
Menuju Penyatuan Umat
Menuju Titik Temu
Kriteria Bersama
Rekomendasi Fatwa MUI Nomor
2/2004
Rekomendasi
Agar Majelis Ulama Indonesia
mengusahakan adanya kriteria
penentuan awal. Ramadhan, Syawal,
dan Dzulhijah untuk dijadikan
pedoman oleh Menteri Agama
dengan membahasnya bersama
ormas-ormas Islam dan para ahli
terkait.
AGENDA MENCARI TITIK TEMU
Fatwa MUI + Rekomendasi Kongres Umat Islam Indonesia
Ormas Islam pelaksana hisab maupun rukyat harus terbuka
....untuk mengkaji ulang kriterianya demi kemaslahatan
....ummat
Masing-masing ormas Islam maju selangkah memikirkan
....kriteria baru yang disepakati bersama
Kesepakatan bersama tingkat nasional ditindaklanjuti ...dengan
sosialisasi di Ormas Islam sampai tingkat bawah ...untuk bisa
disepakati dalam muktamar Ormas
Perbedaan karena masalah non-kriteria (e.g. penyamaan Idul
...Adha dengan Arab Saudi) diselesaikan secara bertahap dengan
prinsip menjaga ukhuwah
Upaya Percepatan
Menteri Agama memfasilitasi pertemuan antara
BHR, MUI, dan Ormas Islam.
Ormas Islam terus mengkajiulang pendapat
organisasi untuk menuju titik temu dengan ormas
Islam lainnya.
Upayakan samakan persepsi pentingnya
mendapatkan kriteria bersama
Upayakan samakan persepsi menjaga ukhuwah
dengan pendekatan konsep garis tanggal dan
ukhuwah.
Titik Terang Menuju Penyatuan
Wapres JK mempertemukan Ketua PBNU dan PP
Muhammadiyah 24 Sep 2007/ 5 Ramadhan 1428. Mereka
bersepakat untuk menyamakan persepsi dan ditindaklanjuti
dg pertemuan teknis.
Pertemuan di kantor PBNU Jakarta, 2 Okt 2007
Pertemuan di kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, 6
Desember 2007
Pertemuan Lajnah Falakiyah PBNU, Majelis Tarjih PP
Muhammadiyah, Dewan Hisab PP Persis bersama KPPI
Salman ITB dan Depag RI, Agustus 2008 (menuju
kesefahamanan perlunya kriteria bersama)
Pertemuan KPPI, Dewan Syariah PKS, HTI, dan Depag,
Desember 2008 (menuju kesefahaman menyikapi perbedaan
dengan Arab Saudi)
Pertemuan KPPI-PP Persis 30 April 2009
Pertemuan KPPI-LF PB NU 16 Mei 2009
71

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Puasa Ramadhan
Puasa RamadhanPuasa Ramadhan
Puasa Ramadhan
 
Dinul islam
Dinul islamDinul islam
Dinul islam
 
Isi fikih puasa
Isi fikih puasaIsi fikih puasa
Isi fikih puasa
 
Kepemimpinan Nabi Muhammad ﷺ
Kepemimpinan Nabi Muhammad ﷺKepemimpinan Nabi Muhammad ﷺ
Kepemimpinan Nabi Muhammad ﷺ
 
Kerja dalam islam
Kerja dalam islamKerja dalam islam
Kerja dalam islam
 
Adab membaca alqur’an
Adab membaca alqur’anAdab membaca alqur’an
Adab membaca alqur’an
 
10 cara menyambut ramadhan
10 cara menyambut ramadhan10 cara menyambut ramadhan
10 cara menyambut ramadhan
 
Fiqih materi "Puasa"
Fiqih materi "Puasa" Fiqih materi "Puasa"
Fiqih materi "Puasa"
 
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidin
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidinPower point SKI tentang Khulafaur-rasyidin
Power point SKI tentang Khulafaur-rasyidin
 
Power point shalat
Power point shalatPower point shalat
Power point shalat
 
Ppt Haji dan Umroh (Fiqih)
Ppt Haji dan Umroh (Fiqih) Ppt Haji dan Umroh (Fiqih)
Ppt Haji dan Umroh (Fiqih)
 
33 Tanya Jawab Seputar Qurban oleh Ustadz Abdul Somad, Lc., MA.
33 Tanya Jawab Seputar Qurban oleh Ustadz Abdul Somad, Lc., MA.33 Tanya Jawab Seputar Qurban oleh Ustadz Abdul Somad, Lc., MA.
33 Tanya Jawab Seputar Qurban oleh Ustadz Abdul Somad, Lc., MA.
 
Presentasi Fiqh Poligami
Presentasi Fiqh PoligamiPresentasi Fiqh Poligami
Presentasi Fiqh Poligami
 
Ppt aqidah islam
Ppt aqidah islamPpt aqidah islam
Ppt aqidah islam
 
Leadership, kepemimpinan islam
Leadership, kepemimpinan  islamLeadership, kepemimpinan  islam
Leadership, kepemimpinan islam
 
ppt iman kepada qada dan qadar
ppt iman kepada qada dan qadarppt iman kepada qada dan qadar
ppt iman kepada qada dan qadar
 
Konsep bisnis islam
Konsep bisnis islamKonsep bisnis islam
Konsep bisnis islam
 
Tarikh tasyrik 1
Tarikh tasyrik 1Tarikh tasyrik 1
Tarikh tasyrik 1
 
Ayat tentang harta new
Ayat tentang harta newAyat tentang harta new
Ayat tentang harta new
 
Fiqh - Muamalah
Fiqh - MuamalahFiqh - Muamalah
Fiqh - Muamalah
 

Similar to PERBEDAAN PENENTUAN AWAL BULAN

Makalah isu fiqh
Makalah isu fiqhMakalah isu fiqh
Makalah isu fiqhAceng Qiqi
 
Titik Temu Hisab dan Ru'yah
Titik Temu Hisab dan Ru'yahTitik Temu Hisab dan Ru'yah
Titik Temu Hisab dan Ru'yahMuhayat Akbar
 
Awal Ramadhan dan Syawal 1435 H/2014 M
Awal Ramadhan dan Syawal 1435 H/2014 MAwal Ramadhan dan Syawal 1435 H/2014 M
Awal Ramadhan dan Syawal 1435 H/2014 MAlfan Nasrulloh
 
Matematika falaq (menentukan bulan ramadhan dan 1 syawal) mar'atus syakdia
Matematika falaq (menentukan bulan ramadhan dan 1 syawal) mar'atus syakdiaMatematika falaq (menentukan bulan ramadhan dan 1 syawal) mar'atus syakdia
Matematika falaq (menentukan bulan ramadhan dan 1 syawal) mar'atus syakdiaMaratusSyakdia1
 
Cara Menentukn Awal Bulan Bagian Pertama
Cara Menentukn Awal Bulan Bagian PertamaCara Menentukn Awal Bulan Bagian Pertama
Cara Menentukn Awal Bulan Bagian Pertamaardisyam
 
Accurate hijri calculator
Accurate hijri calculatorAccurate hijri calculator
Accurate hijri calculatornata miharja
 
Kertas isu falak dalam ibadah 1
Kertas isu falak dalam ibadah 1Kertas isu falak dalam ibadah 1
Kertas isu falak dalam ibadah 1Mohd Ali
 
Pengantar Ilmu Falak oleh bu khobibah balai diklat
Pengantar Ilmu Falak oleh bu khobibah balai diklatPengantar Ilmu Falak oleh bu khobibah balai diklat
Pengantar Ilmu Falak oleh bu khobibah balai diklatyuliamilasari23
 
Menentukan awal ramadhan oc
Menentukan awal ramadhan ocMenentukan awal ramadhan oc
Menentukan awal ramadhan ocMuhammad Zen
 
Penjelasan hasil hisab 1436 h
Penjelasan hasil hisab 1436 hPenjelasan hasil hisab 1436 h
Penjelasan hasil hisab 1436 hJamil Sawangan
 
Penjelasan hasil hisab 1436 h
Penjelasan hasil hisab 1436 hPenjelasan hasil hisab 1436 h
Penjelasan hasil hisab 1436 hMuhsin Hariyanto
 
Penjelasan hasil hisab 1436 h
Penjelasan hasil hisab 1436 hPenjelasan hasil hisab 1436 h
Penjelasan hasil hisab 1436 hMuhsin Hariyanto
 
KONTEKS MAKKIYAH DAN MANADIYAH SISTEM KALENDER UMAT ISLAM
KONTEKS MAKKIYAH DAN MANADIYAH SISTEM KALENDER UMAT ISLAMKONTEKS MAKKIYAH DAN MANADIYAH SISTEM KALENDER UMAT ISLAM
KONTEKS MAKKIYAH DAN MANADIYAH SISTEM KALENDER UMAT ISLAMIAIN Tulungagung
 
Telaah kitab sullamun naayiroini
Telaah kitab sullamun naayiroiniTelaah kitab sullamun naayiroini
Telaah kitab sullamun naayiroiniMisbahus Surur
 
Sistem kalender masehi dan hijriah
Sistem kalender masehi dan hijriahSistem kalender masehi dan hijriah
Sistem kalender masehi dan hijriahSiti Rani
 
Risalah dakwah 029 sejarah penentuan ramadan dan syawal di malaysia
Risalah dakwah 029 sejarah penentuan ramadan dan syawal di malaysiaRisalah dakwah 029 sejarah penentuan ramadan dan syawal di malaysia
Risalah dakwah 029 sejarah penentuan ramadan dan syawal di malaysiaAhmad Junaidi Mohd Said
 
Makalah ilmu pendidikan alam
Makalah ilmu pendidikan alamMakalah ilmu pendidikan alam
Makalah ilmu pendidikan alamnuriyanti2
 

Similar to PERBEDAAN PENENTUAN AWAL BULAN (20)

Makalah isu fiqh
Makalah isu fiqhMakalah isu fiqh
Makalah isu fiqh
 
Titik Temu Hisab dan Ru'yah
Titik Temu Hisab dan Ru'yahTitik Temu Hisab dan Ru'yah
Titik Temu Hisab dan Ru'yah
 
Awal Ramadhan dan Syawal 1435 H/2014 M
Awal Ramadhan dan Syawal 1435 H/2014 MAwal Ramadhan dan Syawal 1435 H/2014 M
Awal Ramadhan dan Syawal 1435 H/2014 M
 
Sistem kalender dunia
Sistem kalender duniaSistem kalender dunia
Sistem kalender dunia
 
Matematika falaq (menentukan bulan ramadhan dan 1 syawal) mar'atus syakdia
Matematika falaq (menentukan bulan ramadhan dan 1 syawal) mar'atus syakdiaMatematika falaq (menentukan bulan ramadhan dan 1 syawal) mar'atus syakdia
Matematika falaq (menentukan bulan ramadhan dan 1 syawal) mar'atus syakdia
 
Makalah fiqih
Makalah fiqihMakalah fiqih
Makalah fiqih
 
Cara Menentukn Awal Bulan Bagian Pertama
Cara Menentukn Awal Bulan Bagian PertamaCara Menentukn Awal Bulan Bagian Pertama
Cara Menentukn Awal Bulan Bagian Pertama
 
Accurate hijri calculator
Accurate hijri calculatorAccurate hijri calculator
Accurate hijri calculator
 
Kertas isu falak dalam ibadah 1
Kertas isu falak dalam ibadah 1Kertas isu falak dalam ibadah 1
Kertas isu falak dalam ibadah 1
 
Pengantar Ilmu Falak oleh bu khobibah balai diklat
Pengantar Ilmu Falak oleh bu khobibah balai diklatPengantar Ilmu Falak oleh bu khobibah balai diklat
Pengantar Ilmu Falak oleh bu khobibah balai diklat
 
Menentukan awal ramadhan oc
Menentukan awal ramadhan ocMenentukan awal ramadhan oc
Menentukan awal ramadhan oc
 
Penjelasan hasil hisab 1436 h
Penjelasan hasil hisab 1436 hPenjelasan hasil hisab 1436 h
Penjelasan hasil hisab 1436 h
 
Penjelasan hasil hisab 1436 h
Penjelasan hasil hisab 1436 hPenjelasan hasil hisab 1436 h
Penjelasan hasil hisab 1436 h
 
Penjelasan hasil hisab 1436 h
Penjelasan hasil hisab 1436 hPenjelasan hasil hisab 1436 h
Penjelasan hasil hisab 1436 h
 
Ppt ipa hrp
Ppt ipa hrpPpt ipa hrp
Ppt ipa hrp
 
KONTEKS MAKKIYAH DAN MANADIYAH SISTEM KALENDER UMAT ISLAM
KONTEKS MAKKIYAH DAN MANADIYAH SISTEM KALENDER UMAT ISLAMKONTEKS MAKKIYAH DAN MANADIYAH SISTEM KALENDER UMAT ISLAM
KONTEKS MAKKIYAH DAN MANADIYAH SISTEM KALENDER UMAT ISLAM
 
Telaah kitab sullamun naayiroini
Telaah kitab sullamun naayiroiniTelaah kitab sullamun naayiroini
Telaah kitab sullamun naayiroini
 
Sistem kalender masehi dan hijriah
Sistem kalender masehi dan hijriahSistem kalender masehi dan hijriah
Sistem kalender masehi dan hijriah
 
Risalah dakwah 029 sejarah penentuan ramadan dan syawal di malaysia
Risalah dakwah 029 sejarah penentuan ramadan dan syawal di malaysiaRisalah dakwah 029 sejarah penentuan ramadan dan syawal di malaysia
Risalah dakwah 029 sejarah penentuan ramadan dan syawal di malaysia
 
Makalah ilmu pendidikan alam
Makalah ilmu pendidikan alamMakalah ilmu pendidikan alam
Makalah ilmu pendidikan alam
 

Recently uploaded

Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 

Recently uploaded (20)

Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 

PERBEDAAN PENENTUAN AWAL BULAN

  • 2. Pengertian Hisab & Rukyat  Hisab adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan dalam menentukan dimulainya awal bulan pada kalender Hijriyah.  Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas (penampakan) hilal, yakni penampakan bulan sabit yang nampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak (konjungsi).
  • 3. Lanjutan…….  Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. Rukyat dilakukan setelah Matahari terbenam. Hilal hanya tampak setelah Matahari terbenam (maghrib), karena intensitas cahaya hilal sangat redup dibanding dengan cahaya Matahari, serta ukurannya sangat tipis. Apabila hilal terlihat, maka pada petang (maghrib) waktu setempat telah memasuki bulan (kalender) baru Hijriyah. Apabila hilal tidak terlihat maka awal bulan ditetapkan mulai maghrib hari berikutnya.  Perlu diketahui bahwa dalam kalender Hijriyah, sebuah hari diawali sejak terbenamnya matahari waktu setempat, bukan saat tengah malam. Sementara penentuan awal bulan (kalender) tergantung pada penampakan (visibilitas) bulan. Karena itu, satu bulan kalender Hijriyah dapat berumur 29 atau 30 hari
  • 4. Lanjutan……..  Dalam dunia Islam istilah hisab sering digunakan dalam ilmu falak (astronomi) untuk memperkirakan posisi Matahari dan bulan terhadap bumi.  Posisi Matahari menjadi penting karena menjadi patokan umat Islam dalam menentukan masuknya waktu salat.  Sementara posisi bulan diperkirakan untuk mengetahui terjadinya hilal sebagai penanda masuknya periode bulan baru dalam kalender Hijriyah. Hal ini penting terutama untuk menentukan awal Ramadhan saat muslim mulai berpuasa, awal Syawal (Idul Fithri), serta awal Dzulhijjah saat jamaah haji wukuf di Arafah (9 Dzulhijjah) dan Idul Adha (10 Dzulhijjah)
  • 5. Lanjutan………  Dalam Al-Qur'an surat Yunus (10) ayat 5 dikatakan bahwa Allah memang sengaja menjadikan Matahari dan bulan sebagai alat menghitung tahun dan perhitungan lainnya. Juga dalam Surat Ar-Rahman (55) ayat 5 disebutkan bahwa Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan.  Karena ibadah-ibadah dalam Islam terkait langsung dengan posisi benda-benda langit (khususnya Matahari dan bulan) maka sejak awal peradaban Islam menaruh perhatian besar terhadap astronomi. Astronom muslim ternama yang telah mengembangkan metode hisab modern adalah Al Biruni (973-1048 M), Ibnu Tariq, Al Khawarizmi, Al Batani, dan Habash.
  • 6. Lanjutan……. Dewasa ini, metode hisab telah menggunakan komputer dengan tingkat presisi dan akurasi yang tinggi. Berbagai perangkat lunak (software) yang praktis juga telah ada. Hisab seringkali digunakan sebelum rukyat dilakukan. Salah satu hasil hisab adalah penentuan kapan ijtimak terjadi, yaitu saat Matahari, bulan, dan bumi berada dalam posisi sebidang atau disebut pula konjungsi geosentris. Konjungsi geosentris terjadi pada saat matahari dan bulan berada di posisi bujur langit yang sama jika diamati dari bumi. Ijtimak terjadi 29,531 hari sekali, atau disebut pula satu periode sinodik.
  • 7. Aktivitas merukyat :  Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang pertama kali tampak setelah terjadinya ijtimak. Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang, atau dengan alat bantu optik seperti teleskop.  Aktivitas rukyat dilakukan pada saat menjelang terbenamnya Matahari pertama kali setelah ijtimak (pada waktu ini, posisi Bulan berada di ufuk barat, dan Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari). Apabila hilal terlihat, maka pada petang (Maghrib) waktu setempat telah memasuki tanggal 1.  Hilal, tidak selamanya dapat terlihat. Jika selang waktu antara ijtimak dengan terbenamnya Matahari terlalu pendek, maka secara ilmiah/teori hilal mustahil terlihat, karena iluminasi cahaya Bulan masih terlalu suram dibandingkan dengan "cahaya langit" sekitarnya. Kriteria Danjon (1932, 1936) menyebutkan bahwa hilal dapat terlihat tanpa alat bantu jika minimal jarak sudut (arc of light) antara Bulan- Matahari sebesar 7 derajat.  Dewasa ini rukyat juga dilakukan dengan menggunakan peralatan canggih seperti teleskop yang dilengkapi CCD Imaging. namun tentunya perlu dilihat lagi bagaimana penerapan kedua ilmu tersebut
  • 8.  Penentuan awal bulan menjadi sangat signifikan untuk bulan-bulan yang berkaitan dengan ibadah dalam agama Islam, seperti bulan Ramadhan (yakni umat Islam menjalankan puasa ramadan sebulan penuh), Syawal (yakni umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri), serta Dzulhijjah (dimana terdapat tanggal yang berkaitan dengan ibadah Haji dan Hari Raya Idul Adha).  Sebagian umat Islam berpendapat bahwa untuk menentukan awal bulan, adalah harus dengan benar-benar melakukan pengamatan hilal secara langsung. Sebagian yang lain berpendapat bahwa penentuan awal bulan cukup dengan melakukan hisab (perhitungan matematis/astronomis), tanpa harus benar-benar mengamati hilal. Keduanya mengklaim memiliki dasar yang kuat. Kriteria Penentuan Awal Bulan Kalender Hijriyah
  • 9. 1. Prinsip Rukyatul Hilal :  Rukyatul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah dengan merukyat (mengamati) hilal secara langsung. Apabila hilal (bulan sabit) tidak terlihat (atau gagal terlihat), maka bulan (kalender) berjalan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari.  Kriteria ini berpegangan pada Hadits Nabi Muhammad: Berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Jika terhalang maka genapkanlah (istikmal) menjadi 30 hari".  Kriteria ini di Indonesia digunakan oleh Nahdlatul Ulama (NU), dengan dalih mencontoh sunnah Rasulullah dan para sahabatnya dan mengikut ijtihad para ulama empat mazhab. Bagaimanapun, hisab tetap digunakan, meskipun hanya sebagai alat bantu dan bukan sebagai penentu masuknya awal bulan Hijriyah
  • 10. 2. Prinsip Wujudul Hilal :  Wujudul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah dengan menggunakan dua prinsip: Ijtimak (konjungsi) telah terjadi sebelum Matahari terbenam (ijtima' qablal ghurub), dan Bulan terbenam setelah Matahari terbenam (moonset after sunset); maka pada petang hari tersebut dinyatakan sebagai awal bulan (kalender) Hijriyah, tanpa melihat berapapun sudut ketinggian (altitude) Bulan saat Matahari terbenam.  Kriteria ini di Indonesia digunakan oleh Muhammadiyah dan Persis dalam penentuan awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha untuk tahun-tahun yang akan datang. Akan tetapi mulai tahun 2000 PERSIS sudah tidak menggunakan kriteria wujudul-hilal lagi, tetapi menggunakan metode Imkanur-rukyat. Hisab Wujudul Hilal bukan untuk menentukan atau memperkirakan hilal mungkin dilihat atau tidak. Tetapi Hisab Wujudul Hilal dapat dijadikan dasar penetapan awal bulan Hijriyah sekaligus bulan (kalender) baru sudah masuk atau belum, dasar yang digunakan adalah perintah Al-Qur'an pada QS. Yunus: 5, QS. Al Isra': 12, QS. Al An-am: 96, dan QS. Ar Rahman: 5, serta penafsiran astronomis atas QS. Yasin: 36-40.
  • 11. 3. Prinsip Imkanur Rukyat MABIMS :  Imkanur Rukyat adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah yang ditetapkan berdasarkan Musyawarah Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), dan dipakai secara resmi untuk penentuan awal bulan Hijriyah pada Kalender Resmi Pemerintah, dengan prinsip:  Awal bulan (kalender) Hijriyah terjadi jika: Pada saat Matahari terbenam, ketinggian (altitude) Bulan di atas cakrawala minimum 2°, dan sudut elongasi (jarak lengkung) Bulan-Matahari minimum 3°, atau Pada saat bulan terbenam, usia Bulan minimum 8 jam, dihitung sejak ijtimak.
  • 12. Lanjutan……..  Secara bahasa, Imkanur Rukyat adalah mempertimbangkan kemungkinan terlihatnya hilal.  Secara praktis, Imkanur Rukyat dimaksudkan untuk menjembatani metode rukyat dan metode hisab.Terdapat 3 kemungkinan kondisi.  Ketinggian hilal kurang dari 0 derajat. Dipastikan hilal tidak dapat dilihat sehingga malam itu belum masuk bulan baru. Metode rukyat dan hisab sepakat dalam kondisi ini.  Ketinggian hilal lebih dari 2 derajat. Kemungkinan besar hilal dapat dilihat pada ketinggian ini. Pelaksanaan rukyat kemungkinan besar akan mengkonfirmasi terlihatnya hilal. Sehingga awal bulan baru telah masuk malam itu. Metode rukyat dan hisab sepakat dalam kondisi ini.  Ketinggian hilal antara 0 sampai 2 derajat. Kemungkinan besar hilal tidak dapat dilihat secara rukyat. Tetapi secara metode hisab hilal sudah di atas cakrawala. Jika ternyata hilal berhasil dilihat ketika rukyat maka awal bulan telah masuk malam itu. Metode rukyat dan hisab sepakat dalam kondisi ini. Tetapi jika rukyat tidak berhasil melihat hilal maka metode rukyat menggenapkan bulan menjadi 30 hari sehingga malam itu belum masuk awal bulan baru. Dalam kondisi ini rukyat dan hisab mengambil kesimpulan yang berbeda.  Meski demikian ada juga yang berpikir bahwa pada ketinggian kurang dari 2 derajat hilal tidak mungkin dapat dilihat. Sehingga dipastikan ada perbedaan penetapan awal bulan pada kondisi ini, seperti yg terjadi pada penetapan 1 Syawal 1432 H / 2011 M.
  • 13. 4. Prinsip Rukyat Global : Rukyat Global adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah yang menganut prinsip bahwa: jika satu penduduk negeri melihat hilal, maka penduduk seluruh negeri berpuasa (dalam arti luas telah memasuki bulan Hijriyah yang baru) meski yang lain mungkin belum melihatnya. Prinsip ini antara lain dipakai oleh Hizbut Tahrir Indonesia
  • 14. Dampak perbedaan kriteria : Di Indonesia, perbedaan tersebut pernah terjadi beberapa kali. Pada tahun 1992 (1412 H), ada yang berhari raya Jumat (3 April) mengikuti Arab Saudi, yang Sabtu (4 April) sesuai hasil rukyat NU, dan ada pula yang Minggu (5 April) mendasarkan pada Imkanur Rukyat. Penetapan awal Syawal juga pernah mengalami perbedaan pendapat pada tahun 1993 dan 1994.Pada tahun 2011 juga terjadi perbedaan yang menarik. Dalam kalender resmi Indonesia sudah tercetak bahwa awal Syawal adalah 30 Agustus 2011. Tetapi sidang isbat memutuskan awal Syawal berubah menjadi 31 Agustus 2011. Sementara itu, Muhammadiyah tetap pada pendirian semula awal Syawal jatuh pada 30 Agustus 2011. Hal yang sama terjadi pada tahun 2012, dimana awal bulan Ramadhan ditetapkan Muhammadiyah tanggal 20 Juli 2012, sedangkan sidang isbat menentukan awal bulan Ramadhan jatuh pada tanggal 21 Juli 2012. Namun, Pemerintah Indonesia mengkampanyekan bahwa perbedaan tersebut hendaknya tidak dijadikan persoalan, tergantung pada keyakinan dan kemantapan masing-masing, serta mengedepankan toleransi terhadap suatu perbedaan.
  • 15. PEREDARAN 3 BENDA LANGIT MATAHARI, BUMI DAN BULAN  Matahari sebagai pusat peredaran benda-benda langit dalam tata surya ini.  Bumi berputar pada sumbunya (rotasi).  Bumi bersama-sama bulan mengelilingi matahari (revolusi).
  • 16. MATAHARI PUSAT TATA SURYA  Semua planet dalam tata surya mengelilingi Matahari pada garis edarnya, sambil berputar pada masing-masing porosnya dan diedari oleh satelit.  Satelit juga berputar pada porosnya masing- masing.  Matahari sebagai pusat Tata Surya berada pada jarak 30 tahun cahaya dari pusat bima sakti.  Matahari dapat dilihat karena memancarkan cahaya sendiri.  Planet dan satelit dapat dilihat karena mementulkan cahaya matahari.
  • 17. TATA SURYA Tata Surya merupakan suatu sistem organisasi yang teratur dengan matahari sebagai pusat peredaran. Matahari dikelilingi planet,satelit, komet dan meteor, semua bergerak mengelilingi matahari dalam garis edar tertentu di bawah pengaruh gravitasi Matahari. Matahari, bintang, planet, satelit, komet, dan meteor yang berada dilangit disebut benda langit, pengetahuan benda langit dinamakan Astronomi.
  • 18. PEREDARAN SEMU MATAHARI  Perjalanan harian matahari yang terbit dari Timur dan tenggelam di Barat.  Perjalanan tahunan matahari dari timur ke Barat dalam waktu satu tahun (365.2425 hari) untuk satu kali putaran, menempuh jarak 00° 59’ 08.33” setiap hari.
  • 19. Gambar: Orbit semu matahari
  • 20. Rotasi bumi  Rotasi bumi adalah perputaran bumi pada porosnya dari arah barat ke timur.  Diameter bumi = 12.796,274 km, lingkaran bumi bisa dihitung = 3,1415 x 12.796,274 = panjang keliling bumi = 40.073,83 km.  Satu kali rotasi bumi ditempuh sehari semalam 24 jam maka kecepatan rotasi dipermukaan katulistiwa dihitung sbb: 40.073,83 km : 24 jam = 1.669,97 km/jam.
  • 22. revolusi bumi  Revolusi bumi adalah peredaran bumi mengelilingi matahari dari arah barat ketimur.  Bumi berevolusi mengelilingi matahari dengan kecepatan sebesar 107.500 km/jam dalam satu kali berevolusi dalam setahun.  Panjang lintasan yang ditempuh oleh bumi selama 365 hari dapat dihitung sbb: 107.500 km/jam x 365 hari x 24 jam/hari = 941.700.000 km.
  • 23. gambar; orbit bumi dan bulan dalam satu tahun
  • 24. Peredaran bulan  Bulan adalah satelit alam planet bumi yang berotasi pada porosnya dan berevolusi mengelilingi bumi.  Rotasi bulan kira-kira 27,23 kali lebih lambat dibandingkan dengan rotasi planet bumi.  Bumi berotasi dengan periode 23 jam 56 menit, bulan berotasi 27,32166 hari (27 hari 07 jam 43 menit 12 detik.
  • 25. Gambar: rotasi bulan mengelilingi bumi
  • 26. Revolusi bulan  Bulan bergerak mengelilingi bumi, gerakan bulan mengelilingi bumi disebut revolusi bulan.  Waktu yang diperlukan bulan untuk satu kali revolusi adalah sebulan (29,5 hari).  Saat berevolusi luas bagian bulan yang terkena matahari berubah-ubah, oleh karena itu bentuk bulan dilihat dari bumi juga berubah-ubah.
  • 28. Fase-fase bulan  Bulan baru.  Kuartal pertama.  Bulan purnama.  Kuartal ketiga. Bulan baru adalah keadaan tanpa bulan, yaitu saat permukaan bulan yang terkena sinar matahari membelakangi bumi sehingga bulan tidak dapat dilihat sama sekali.
  • 29. Ijtima’ atau bulan baru Ijtima’ atau bulan baru adalah peristiwa segaris/sebidangnya pusat bulan dan pusat matahari dari pusat bumi. Bulan dan matahari memiliki bujur astronomi yang sama. Pada saat terjadi ijtima’ bulan sama sekali tidak tampak dari permukaan bumi, sebab seluruh bagian yang terkena sinar matahari dalam posisi membelakangi bumi. Pada saat ijtima’ juga disebut bulan mati.
  • 30. Gambar: saat terjadinya ijtima’/konyungsi
  • 31.
  • 32. Awal bulan hijriyah  Awal bulan berbeda dengan ijtima’ atau bulan baru.  Awal bulan menandai awal penanggalan (tanggal 1) bulan hijriyah.  Penanggalan syamsiah berlangsung pada jam 00.00 atau jam 24 waktu setempat.  Penanggalan Hijriyah berlangsung saat matahari terbenam, dan awal bulan qamariyah tergantung posisi hilal pada tanggal 29 bulan hijriyah yang sedang berjalan.  Jika pada saat ghurub tanggal 29 bulan hijriyah posisi bulan belum ijtima’, maka bulan yang sedang berjalan berumur 30 hari.  Jika pada saat ghurub tanggal 29 bulan hijriyah ijtima’ sudah terjadi, posisi hilal negatif atau hilal terbenam terlebih dahulu dari pada matahari, umur bulan 30 hari.  Jika pada saat ghurub tanggal 29 bulan hijriyah, posisi hilal positif, maka penentuan awal bulan berdasarkan kriteria syari’ah, jika memenuhi keesokan harinya tanggal 1, bila belum keesokannya tanggal 30 bulan yang sedang berjalan.
  • 33.
  • 34. Dua problema utama Perbedaan kriteria hisab rukyat di kalangan ormas Islam di Indonesia yang menyebabkan sesama metode hisab, sesama metode rukyat, dan perbedaan metode menyebabkan kesimpulan penetapan yang berbeda. Perbedaan pemahaman globalisasi rukyat dan konsep garis tanggal yang menyebabkan perbedaan penetapan akibat perbedaan keputusan Arab Saudi.
  • 36. Peredaran bulan mengitari bumi menyebabkan bulan tampak dalam berbagai bentuk, mulai dari sabit, setengah lingkaran, purnama, kembali ke setengah lingkaran, dan akhirnya sabit kembali. Ini simulasinya. Bilangan Bulan
  • 37.  Bulan sebenarnya mengorbit bumi dengan perode 27,3 hari (periode sideris, putaran 360 derajat), sama dengan periode rotasi bulan (ini yang menyebabkan wajah bulan selalu sama)  Tetapi dari sabit ke sabit berikutnya atau dari purnama ke purnama berikutnya rata-rata 29,53 hari (periode sinodik). Ini penjelasannya.  1 bulan 29 atau 30 hari  Untuk kalender syamsiah 366 atau 365 hari dibagi 12 bulan, ada 28 hari (Feb), 30 hari (Apr, Jun, Sep, Nov), 31 hari (Jan, Mar, Mei, Jul, Agu, Okt, Des) Bilangan Bulan
  • 38. (Hampir) Semua Agama Menggunakan Kalender Qamariyah  Islam: penentuan Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha serta hari besar lainnya.  Budha: Waisak saat bulan purnama.  Hindu: Nyepi saat bulan mati.  Kristen/Katolik: Paskah adalah hari Minggu setelah purnama pada awal musim semi  Konghuchu: Imlek adalah setelah bulan mati pada musim hujan (Januari/Februari). Pertanyaan: Mengapa menggunakan kalender qamariyah?
  • 39. MENGAPA IBADAH HARUS DENGAN KALENDER QAMARIYAH? Terdapat tanda perubahan tanggal yang jelas di alam, cocok untuk kegiatan ritual yang berbasis tanggal
  • 40. 1 tahun qamariyah = 12 * 29.53 hari = 354,56 hari 1 tahun syamsiah = 365,2422 hari. Rata-rata tanggal qamariyah bergeser 11 hari lebih cepat daripada tanggal syamsiah (365,2422 – 354,56 = 10,6822), bisa 10 hari, bisa 11 hari. Kisah Ash-habul Kahfi: 300 tahun syamsiah = 109.572 hari = 309 tahun qamariyah
  • 41. Cara praktis tentukan umur bulan  Bulan bergerak ke arah timur 360o/29.53 =12.2o/hari relatif terhadap matahari  Setiap hari bulan semakin tinggi diufuk barat ~ 12o (kira-kira sekepalan bila lengan dijulurkan ke depan).  Bulan tanggal 1 (hilal) posisinya dekat horizon, tanggal 2 kira-kira sekepal lebih tinggi, tanggal 3 kira- kira 2 kepal lebih tinggi, dan seterusnya.
  • 43. Pedoman dari Rasulullah SAW Rasulullah SAW memberi pedoman praktis tentang penggunaan hilal sebagai penentu waktu: "Berpuasalah bila melihatnya dan beridul fitri-lah bila melihatnya, bila tertutup awan sempurnakan bulan Sya’ban 30 hari" (HR Bukhari-Muslim). "Bila tertutup awan perkirakan" (HR Muslim). Karena umur rata-ratanya 29,53 hari, satu bulan hanya mungkin 29 atau 30 hari, jadi mudah diperkirakan atau amannya genapkan (istikmal) saja menjadi 30 hari.
  • 44. Sifat Ijtihadiyah Sebenarnya, kesaksian melihat hilal (ru'yatul hilal), keputusan hisab, dan akhirnya keputusan penetapan awal Ramadhan dan hari raya oleh pemimpin ummat semuanya adalah hasil ijtihad, yang hakikatnya bersifat dzhanni. Kebenaran hasil ijtihad relatif. Kebenaran mutlak hanya Allah yang tahu. Tetapi orang yang berijtihad dan orang-orang yang mengikutinya meyakini kebenaran suatu keputusan ijtihad itu berdasarkan dalil-dalil syariah dan bukti empirik yang diperoleh.
  • 45. PRINSIPNYA MUDAH “Berpuasalah bila melihat hilal, berbukalah bila melihat hilal” MENGAPA SERING BERMASALAH? Dikhotomi Hisab dan Rukyat Interpretasi “hilal” untuk kriteria hisab tidak tunggal. Kemungkinan salah lihat pada rukyat makin terbuka karena orang ...makin tidak mengenal hilal (mudah terkecoh dengan Venus) serta ...polusi udara dan polusi cahaya yang mempersulit pengamatan Penyederhanaan makna globalisasi rukyat
  • 46.  Klaim ijtihadiyah 1: Rukyat bersifat qath'i sehingga menentukan, sedangkan hisab bersifat dzhanniy sehingga hanya pendukung atau diabaikan. Klaim ijtihadiyah 2: hisab bersifat qath'i sehingga menentukan, sedangkan rukyat bersifat dzhanniy sehingga hanya pendukung atau diabaikan. Dikhotomi Hisab Rukyat
  • 47. Sumber perbedaan: interpretasi hilal Apakah Hilal itu? Bulan sabit pertama di ufuk barat setelah maghrib Bulan muncul di atas ufuk (hisab wujudul hilal) Tinggi minimum 2o, umurnya > 8 jam (MABIMS) Tinggi minimum tergantung beda azimut bulan - ....matahari (astronomi)
  • 48. MENGAPA MELIHAT HILAL DEMIKIAN SULIT? Hilal berumur muda, sangat tipis dan redup. Bentuk lengkungan paling jelas, termuda berumur 13 jam 14,5 jam Hilal Ramadhan 1427 umur 13 jam 15 menit Dipotret dg teleskop & kamera CCD Di Jerman
  • 49. Bulan berumur 21 jam Bulan berumur 29 jam
  • 52. Kasus Rukyat 1 Dzulhijjah 1422/2002 Garis Tanggal Dzulhijjah 1422 kriteria imkan rukyat, h=2, wujudul hilal 13 Februari 2002 (--- maghrib saat ijtima') 12 Februari 2002 34 lokasi pengamatan hanya 3 pengamat Cakung yang berhasil. Kondisi cuaca mendung, di Jakarta Pusat gerimis. Kemungkinan pengamatan terkecoh oleh Venus, kalau bukan objek bukan hilal lainnya.
  • 53. MENGAPA PERLU KRITERIA IMKANUR RUKYAT (VISIBILITAS HILAL)? Bagi ahli rukyat, untuk mengeliminasi kemungkinan salah ...lihat Kasus 1998/1418: Berdasarkan kriteria MABIMS PBNU menolak kesaksian Cakung ……….dan Bawean yang hilalnya.terlalu rendah (tinggi bulan 54’, umur ~ 3 jam) ……….Kasus 2006/1427: Berdasarkan kriteria imkan rukyat Lajnah Falakiyah NU tidak ……….mengambil Cakung dan Madura karena hilal teralu rendah ~ 1 derajat Bagi ahli hisab, untuk bisa menentukan masuk awal bulan ...atau belum dari hasil perhitungan posisi hilal Kasus 1998/1418: Muhammadiyah berdasarkan kriteria wujudul hilal menetapkan ……….Idul Fitri 29 Januari 1998. Persis mengikuti kriteria MABIMS menetapkan Idul Fitri ……….30 Januari 1998. Kasus 2006/1427: Muhammadiyah berdasarkan kriteria wujudul hilal menetapkan ……….Idul Fitri 23 Oktober 2006. Persis berdasarkan kriteria wujudl hilal di seluruh ……….Indonesia menetapkan Idul Fitri 24 Oktober 2006
  • 54. Perbedaan karena beda kriteria Garis Tanggal Syawal 1427 H: kriteria imkan rukyat, h=2, wujudul hilal 23 Oktober 2006 (--- maghrib saat ijtima') 22 Oktober 2006 Garis Tanggal Syawal 1428 H: kriteria imkan rukyat, h=2, wujudul hilal 12 Oktober 2007 (--- maghrib saat ijtima') 11 Oktober 2007
  • 55. PELUANG TITIK TEMU Penganut rukyat telah membuat pedoman: “Kesaksian rukyatul hilal dapat ditolak bila tidak didukung ilmu pengetahuan atau hisab yang akurat.” Penganut hisab berpendapat Hisab sebagai sumber pengetahuan datangnya awal bulan sehingga dapat disebut sebagai “rukyat bil ilmi” MAKA Landasan ilmu pengetahuan masing-masing kriteria terbuka untuk dikaji ulang
  • 56. KRITERIA DIBUAT DARI Data rukyatul hilal jangka panjang Hisab posisi bulan yang berhasil rukyatul hilal JADI Kriteria imkanurrukyat (visibilitas hilal) merupakan titik temu penganut hisab dan rukyat tanpa harus meninggalkan prinsip masing-masing
  • 57. Ubah Paradigma Hisab Rukyat Dari Perdebatan dalil metode yang paling sahih dan paling baik dengan upaya saling menghargai Menjadi Pencarian kriteria bersama untuk metode yang berbeda dengan upaya saling mengisi
  • 58. Problema Globalisasi Klaim ijtihad 1: Rukyat bersifat lokal, sehingga Indonesia bisa saja berbeda dengan Arab Saudi Klaim ijtihad 2: Rukyat bersifat global, sehingga Indonesia seharusnya sama dengan negara-negara lain. Klaim ijtihad 3: Idul adha tergantung keputusan wukuf di Arafah, Idul Adha sehari sesudah wukuf
  • 59. Rawan Perbedaan Tahun Derajat Tinggi bulan di Bandung pada awal bulan Ramadhan Syawal Dzulhijjah 1422/2001-2002 1,7 rawan perbedaan 6,3 2,5 rawan perbedaan 1423/2002-2003 7,7 1,2 rawan perbedaan 1,3 rawan perbedaan 1424/2003-2004 11,8 6,1 8,5 1425/2004-2005 3,4 10,3 13,8 1426/2005 10,0 3,3 4,7 1427/2006 8,8 0,9 rawan perbedaan 10,6 1428/2007 8,5 0,7 rawan perbedaan 7,4
  • 60. Garis Tanggal Membelah Indonesia Garis Tanggal Syawal 1427 H: kriteria imkan rukyat, h=2, wujudul hilal 23 Oktober 2006 (--- maghrib saat ijtima') 22 Oktober 2006 Ijtima’ awal Syawal 1427 pada 22 Oktober 2006 pukul 12:14 WIB. Pada saat maghrib 22 Oktober 2006 bulan telah wujud di sebagian wilayah Indonesia, tetapi tingginya kurang dari 2 derajat dan umurnya kurang dari 8 jam. Menurut kriteria ijtima' qablal ghurub dan wujudul hilal menggunakan prinsip "wilayatul hukmi“ (MUHAMMADIYAH), 1 Syawal 1427 jatuh pada 23 Oktober 2006. Menurut kriteria wujudul hilal dengan prinsip seluruh Indonesia atau tinggi minimal 2 derajat (PERSIS), 1 Syawal 1427 jatuh pada 24 Oktober 2006. Namun, kriteria imkan rukyat LAPAN dan MABIMS menyimpulkan 1 Syawal 1427 jatuh pada 24 Oktober 2006. Sesuai fatwa Majelis Ulama Indonesia, bila terjadi perbedaan, ikuti keputusan Pemerintah yang telah mempertimbangkan berbagai pendapat .
  • 61. Garis Tanggal Ramadhan1430 Di Indonesia: 1 Ramadhan 1430 = 22 Agustus 2009
  • 62. Garis Tanggal Syawal 1430 Pelabuhan Ratu: Tinggi bulan: 6o 24’, 7o sebelah selatan matahari Di Indonesia: 1 Syawal 1430 = 20 September 2009
  • 63. Garis Tanggal Dzulhijjah 1429 Pelabuhan Ratu: Tinggi bulan: 6o 21’, 5o sebelah selatan matahari 1 Dzulhijjah 1430 : 18 November 2009, Idul Adha 1430 : 27 November 2009
  • 64. Rawan Perbedaan Bisa Terjadi Lagi Tahun Derajat Tinggi bulan di Bandung pada awal bulan Ramadhan Syawal Dzulhijjah 1429/2008 6 - 0,7 - 4 1430/2009 -1 6 6 1431/2010 3 - 2 1,7 Rawan perbedaan 1432/2011 7,5 2,0 Rawan perbedaan 7,1 1433/2012 2 Rawan Perbedaan - 4.3 - 2.4 1434/2013 0.7 Rawan Perbedaan 4.2 3.6 1435/2014 0.8 Rawan Perbedaan 4.1 0.8 Rawan Perbedaan
  • 65. Garis Tanggal Syamsiah-Qamariyah Kebanyakan ummat Islam telah terbelenggu pada konsep hari menurut garis tanggal syamsiah (International Date Line). Konsep hari dalam Islam terbagi 2: * Hari terkait ibadah yang berbasis matahari (shalat Jumat) dapat mengikuti garis tanggal syamsiah (IDL). * Hari terkait ibadah yang berbasis bulan (awal Ramadhan, hari raya, dll) seharusnya mengukti garis tanggal qamariyah.
  • 67. Menuju Titik Temu Kriteria Bersama Rekomendasi Fatwa MUI Nomor 2/2004 Rekomendasi Agar Majelis Ulama Indonesia mengusahakan adanya kriteria penentuan awal. Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijah untuk dijadikan pedoman oleh Menteri Agama dengan membahasnya bersama ormas-ormas Islam dan para ahli terkait.
  • 68. AGENDA MENCARI TITIK TEMU Fatwa MUI + Rekomendasi Kongres Umat Islam Indonesia Ormas Islam pelaksana hisab maupun rukyat harus terbuka ....untuk mengkaji ulang kriterianya demi kemaslahatan ....ummat Masing-masing ormas Islam maju selangkah memikirkan ....kriteria baru yang disepakati bersama Kesepakatan bersama tingkat nasional ditindaklanjuti ...dengan sosialisasi di Ormas Islam sampai tingkat bawah ...untuk bisa disepakati dalam muktamar Ormas Perbedaan karena masalah non-kriteria (e.g. penyamaan Idul ...Adha dengan Arab Saudi) diselesaikan secara bertahap dengan prinsip menjaga ukhuwah
  • 69. Upaya Percepatan Menteri Agama memfasilitasi pertemuan antara BHR, MUI, dan Ormas Islam. Ormas Islam terus mengkajiulang pendapat organisasi untuk menuju titik temu dengan ormas Islam lainnya. Upayakan samakan persepsi pentingnya mendapatkan kriteria bersama Upayakan samakan persepsi menjaga ukhuwah dengan pendekatan konsep garis tanggal dan ukhuwah.
  • 70. Titik Terang Menuju Penyatuan Wapres JK mempertemukan Ketua PBNU dan PP Muhammadiyah 24 Sep 2007/ 5 Ramadhan 1428. Mereka bersepakat untuk menyamakan persepsi dan ditindaklanjuti dg pertemuan teknis. Pertemuan di kantor PBNU Jakarta, 2 Okt 2007 Pertemuan di kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, 6 Desember 2007 Pertemuan Lajnah Falakiyah PBNU, Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, Dewan Hisab PP Persis bersama KPPI Salman ITB dan Depag RI, Agustus 2008 (menuju kesefahamanan perlunya kriteria bersama) Pertemuan KPPI, Dewan Syariah PKS, HTI, dan Depag, Desember 2008 (menuju kesefahaman menyikapi perbedaan dengan Arab Saudi) Pertemuan KPPI-PP Persis 30 April 2009 Pertemuan KPPI-LF PB NU 16 Mei 2009
  • 71. 71