SlideShare a Scribd company logo
©2003 Digitized by USU digital library 1
PERAN C REACTIVE PROTEIN DALAM MENENTUKAN DIAGNOSA
APPENDISITIS AKUT
EMIR JEHAN
Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Appendisitis akut merupakan kasus terbanyak dari akut abdomen, 1% dari semua
kasus bedah, sangat jarang pada infant, insidens bertambah sesuai dengan umur,
dengan puncak pada umur 10 – 30 tahun, ratio laki-laki dibandingkan dengan
perempuan pada usia remaja 3:2 dan menjadi 1 :1 sesudah usia 25 tahun1.2
Diagnosa
appendisitis akut masih sulit dan merupakan salah satu problem pada bidang bedah,
angka negative appendectomy berkisar 20 – 35% 3
. Selama ini appendisitis akut
berdasarkan anamnese, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium yaitu hitung
leukosit > 10.000/mm3
. dan hitung jenis leukosit dengan pergeseran kekiri yaitu
peningkatan persentase neutrophil. 1-6,17
. Namun sepertiga kasus (terutama orang tua)
leukosit dan hitung jenis leukosit dalam batas normal ataupun peninggian leukosit dan
persentase neuthrophil tidak dibanding lurus dengan keparahan appendisitis 1.3
Groonroors dan Groonroos menyatakan akurasi diagnosa appendisitis akut berdasarkan
anamnese, nyeri McBurney dan leukositosis kurang dari 80%. 7
Untuk itu perlu adanya
pemeriksaan laboratorium tambahan untuk menegakkan diagnosa appendisitis akut
untuk menghindari appendektomy yang tidak perlu.
C-ractive rotein (CRP) menurut Lorentz R merupakan indikator yang sensitif terhadap
infeksi bakteri, peradangan dan kerusakan jaringan 8
. Chen dan Wang melaporkan
dalam penelitiannya sensitivitas, spesifitas dan akurasi CRP untuk diagnosa appendisitis
akut adalah 89,5%, 100% dan 90,9%.12
. Peneliti lain Gurleyik mendapatkan
sensitivitas, spesivitas dan akurasi CRP untuk mendiagnosa akut adalah 93,5%, 80%
dan 91% 13
Nilai CRP pada keadaan normal <0,8 mg/dl dan meninggi > 1 mg/dl pada
keadaan patologis.11
1.2. Perumusan Masalah
Belum adanya indikator yang definitif untuk menegakkan diagnosa appendisitis akut.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah CRP ( C-Reactive Protein) meninggi pada kasus appendisitis
akut dan peninggian kadar protein darah berbanding lurus dengan tingkat keparahan
appendisitis. 12,13,14,15
1.4. Kontribusi Penelitian
Diharapkan C-Reactive Protein bisa digunakan sebagai indikator untuk menegakkan
diagnosa appendisitis akut.
©2003 Digitized by USU digital library 2
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. De finisi
C-Reactive Protein merupakan protein fase, meningkat kadarnya 24 jam pasca infeksi,
peradangan atau kerusakan jaringan, mampu mengikat unsur pokok dari
mikroorganisme dan juga struktur sel manusia, atau disebut juga CRP karena
mempunyai kemampuan untuk berkaitan dengan C-Pneumococcal Polysacharida 8.9
.
2.2 Patogenese
Anatomi. Appendiks adalah suatu organ limfoid seperti tonsil, payer patch (analog
dengan Bursa Fabricus) membentuk produk immunoglobulin. Basis appendiks terletak
pada bagian postero medial caecum, di bawah katup ileocaecal. Appendiks yang mobil,
ujungnya bisa berlokasi pada pelvic retrocaecal, retroileal, kuadran kiri bawah, kuadran
kanan bawah atau paracolic. Ketiga taenia caecum bertemu pada basis appendiks.7
Patogenese penyebab Appendisitis adalah sumbatan lumen appendiks disertai dengan
infeksi, lumen appendiks tersumbat oleh hyperplasia folikel lymphoid submucosa,
fecalith, strictur, tumor atau keadaan pathologis lain.1
Gejala klinis suatu appendisitis akut meliputi ; nyeri, anoreksia, muntah, demam,obstipasi,
diare ( retrocaecal appendisitis), hiperastesia cutis. Tanda klinis meliputi nyeri tekan pada
daerah Mc Burney, nyeri lepas, tanda Rovsing, tanda Psoas, tanda Obturator dengan
laboratorium leukosit > 10.000 (10% dengan leukosit normal), kadang-kadang hematuri
(khususnya retrocaecal appendiks).
Pemeriksaan foto polos abdomen bisa menunjukan faecalith, air fluid level daerah kanan
bawah dan garis psoas yang bergeser. 7
Untuk menegakkan diagnosa appendisitis akut,
harus disingkirkan differensial diagnosanya antara lain; Mesenteric Adenitis, Pelvic
Inflamatory Disease akut, Gastroenteritis akut, Diverticulitis Meckel, Infeksi saluran kemih,
Intususepsi, Enteritis Regional, Peritonitis Primer, Henoch-Scholein Purpura, Torsio testis.7
Pengobatan, Appendektomi emergensi dengan incisi Mc Burney atau Transvers,
pemasangan tube drain kalau disertai dengan abces lokal. Jika basis appendiks sangat
meradang atau nekrotik, perlu dipertimbangkan tube cecostomy. Jika sebelum operasi
ditegakkan suatu abces, diterapi dengan antibiotik dan pemasangan NGT, appendektomi
elektif dikerjakan kemudian.
Komplikasi, meliputi perforasi, peritonitis, abces, dan pyeletrombophlebitis.
Mortalitas 0,1% untuk yang tidak perforasi dan menjadi 3% pada yang perforasi.
Adanya suatu keadaan infeksi dan akut dapat menimbulkan protein fase akut, yaitu
berbagai protein yang kadarnya dalam darah meningkat pada fase akut; salah satu
contohnya adalah C-Reactive Protein (CRP).8,9,10,11
CRP disintesa didalam hati. Peningkatan sintesa CRP dalam sel-sel parenkim hati diinduksi
oleh interleukin 1, yang berasal dari rangsangan makrofag.8
CRP meningkat 100 kali atau
lebih, berperan pada immunitas non spesifik, yang dengan bantuan Ca++
dapat meningkat
berbagai molekul, antara lain fosforilkolin yang ditemukan pada permukaan bakteri/jamur ;
kemudian menggerakkan sistem komplemen dan membantu merusak mikroorganisme
patogen dengan cara opsonisasi dan dengan meningkatkan fagositosis.8,9
Dan sebagai tambahan dapat menimbulkan reaksi terhadap platelet serta membantu proses
pelepasan lemak dalam proses jaringan yang sudah mati. CRP dapat menjadi aktif sebelum
proses perubahan spesifik terjadi dalam proses yang patologis. Batas CRP dalam serum
meningkat dalam 6-9 jam pasca infeksi atau kerusakan jaringan dan meningkat setelah 1-3
hari. Perluasan dan lamanya CRP meningkat berkembang sesuai beratnya reaksi
©2003 Digitized by USU digital library 3
peradangan akut. Peningkatan pada setinggi beberapa ratus milligram per liter merupakan
kesatuan dengan infeksi bakteri misalnya meningitis, sepsis, atau pyelonefritis.
Perbaikan dari reaksi inflamasi umumnya memerlukan waktu sekitar 2 minggu kembali
normal. Waktu paruh dari CRP diantara 5 – 9 jam. 8
CRP adalah merupakan indikator yang paling sensitif terhadap reaksi non spesifik dari
infeksi bakteri, peradangan dan kerusakan jaringan dari pada protein fase akut yang
lain.8,10,11
Salah satu keuntungan yang paling penting dari CRP adalah pertanda adanya reaksi
inflamasi yang lebih cepat dari pada Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR). Tambahan lagi,
percepatan dari ESR dan Leucocytosis dapat terlihat dengan baik dalam proses non
inflamasi. Sehubungan dengan ini CRP merupakan cara yang lebih cepat untuk mendeteksi
keadaan dari suatu peradangan dari pada ESR, yang mana untuk kembali normal
memerlukan waktu kira-kira 4-8 minggu.8
2.3. Nilai Patologis :
Nilai Patologis dalam serum > 10 mg/l (> 1mg/dl), nilai normal CRP < 0,8 mg/dl. Chen
dan Wang melaporkan dalam penelitiannya, peningkatan kadar CRP lebih dari 1 mg/dl
menunjukkan sensitivitas 89,5%, spesifitas 100% dan akurasi 90,9% untuk diagnosa
appendisitis akut12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian potong lintang dengan mengamati hasil pemeriksaan
CRP pada serum darah semua penderita yang secara klinis didiagnosa appendisitis akut.
2.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Medan dari November
2000- Juli 2001.
2.3. Populasi Penelitian
Sebanyak 60 orang penderita diatas 15 tahun yang secara klinis didiagnosa appendisitis
akut dan peritonitis diffusa oleh karena appendisitis perforasi yang menjalani operasi
appendectomy emergensi. Penderita appendisitis akut dan peronitis diffusa oleh karena
appendisitis perforasi berusia dibawah 15 tahun dan yang tidak bersedia massa
jaringan appendiksnya diperiksa pasca operasi tidak dimasukkan dalam sampel
penelitian.
2.4. Bahan
Serum penderita appendisitis akut dan peritonitis diffusa oleh karena appendisitis
perforasi, CRP reagent kit ( Feasterville, USA, CAT No. CCRP-50) dan massa jaringan
appendiks pasca appendectomy.
2.5. Pelaksanaan Penelitian
Sebanyak 60 orang penderita yang didiagnosa appendisitis akut dan peritonitis diffusa
oleh karena appendisitis perforasi yang diambil darahnya untuk mengukur kadar CRP.
Kadar CRP dalam serum darah diperiksa dengan metode semi kwantitatif latex
agglutinasi sebelum dilakukan operasi. Massa appendiks sesudah operasi diperiksa
status histopatologinya pada bagian Patologi Anatomi.
2.6. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dianalisa dengan Chi Square Test untuk menentukan nilai
sensitifitas, spesifitas dan nilai prediksi positif, dan analisa one way varian untuk
©2003 Digitized by USU digital library 4
menentukan hubungan kadar serum C -Reactive Protein dengan tingkat keparahan
appendisitis akut.
©2003 Digitized by USU digital library 5
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PERBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
A. Data Demografi
Dari 60 penderita appendisitis akut yang menjadi objek penelitian, diperoleh data
sebagai berikut (lihat tabel 1)
Tabel 1 : Data distribusi usia penderita menurut jenis kelamin
Jenis kelamin
Usia (tahun)
Laki-laki % Perempuan %
15 - 30 18 63 23 75
31 – 40 8 26 6 19
41 – 50 3 11 1 3
51 – 60 0 0 1 3
Jumlah 29 100 31 100
Mean 26,78 thn (SD;9,08) 25,6 thn ( SD;10,19)
T = 0,6007 ; DF = 58 ; P = 0,2752
Dari 60 penderita yang mengikuti penelitian, didapati laki : perempuan = 1:1 dengan
usia puncak pada kelompok umur 15 – 30 tahun1
, usia termuda 15 tahun dan usia
tertua 59 tahun, usia rata-rata pria 26,8 tahun dan wanita 25,3 tahun.
B. Data Laboratorium
Dari 60 penderita yang diteliti, sebanyak 33 penderita dengan serum CRP meninggi dan
27 penderita dengan serum CRP normal ( lihat tabel 2).
Tabel 2 : Data distribusi hasil histopatologi menurut kadar CRP
CRP Histopatologi
(+)
% Histopatologi
(-)
%
CRP
meninggi
35 61 - -
CRP normal 22 39 3 100
Jumlah 57 100 3 100
Dari distribusi hasil pemeriksaan histopatologi berdasarkan nilai serum CRP, dengan
tabel
2 x 2 dapat ditentukan :
Nilai positif benar = 35
Nilai positif semu = -
Nilai negatif benar = 3
Nilai negatif semu = 22
Dari sini selanjutnya dapat ditentukan berapa masing- masing nilai sensitivitas,
spesifitas, nilai prediksi positif dan nilai prediksi negatif serta akurasi :
Sensitivitas : 35/57 x 100% = 61%
Spesifitas : 3/3 x 100% = 100%
Nilai prediksi positif : 35/35 x 100% = 100%
Nilai prediksi negatif : 3/25 x 100% = 12%
Akurasi : 38/60 x 100% = 63%
9
©2003 Digitized by USU digital library 6
Tabel 3 : Kadar serum CRP menurut diagnosa pasca bedah
CRP
No Diagnosa Pasca Bedah
Normal % Meninggi % Jumlah
1 Radang Kronis 3 100 - - 3
2 App. akut 19 58 14 42 33
3 App. Akut + abses Lokal 3 16 15 84 18
4 Peritonitis Diffusa - - 6 100 6
Jumlah 25 35 60
Dari 33 penderita appendisitis akut, 19 orang (58%) dengan nilai CRP normal dan 14
orang (42%) dengan CRP meninggi, dari 18 orang penderita appendisitis akut serta
abses lokal, 5 orang (84%) dengan nilai CRP meninggi, serta 6 orang peritonitis diffusa
mempunyai nilai
CRP meninggi, terlihat peningkatan persentase nilai CRP yang tinggi sesuai dengan
keparahan appendisitis.
Tabel 4. : Ra ta rata nilai CRP menurut diagnosa pasca bedah
No. Diagnosa Pasca Bedah n CRP (X mg/dl)
1. Radang Kronis 3 0,8
2. Appendisitis Akut 33 5,9
3. App. Akut + Abses Lokal 18 14,0
4. Peritonitis diffusa 6 25,6
F ratio = 7,934 , P; 0,0001693
Dengan uji statistik analisa one way varian/anova tabel 4 terlihat perbedaan yang
bermakna rata rata nilai CRP dari masing- masing kelompok penderita (radang
kronis,appendisitis akut, appendisitis akut disertai abses lokal dan peritonitis diffusa),
dimana penderita appendisitis yang berat mempunyai nilai CRP lebih tinggi.
Tabel 5 Rata rata usia penderita menurut diagnosa pasca bedah
No. Diagnosa Pasca Bedah n Rata rata usia penderita (tahun)
1. Radang Kronis 3 23,33
2. Appendisitis Akut 33 24,82
3. App. Akut + Abses Lokal 18 27,72
4. Peritonitis diffusa 6 32,00
F ratio = 1,476 , P; 0,02310
Dengan analisa one way varian/anova tabel 5, terlihat radang appendisitis akut yang
berat (app. Akut disertai abses lokal, peritonitis diffusa) terjadi pada usia yang lebih
tua.
4.2. Pembahasan
Telah dilakukan penelitian prospektif pada 60 orang penderita appendisitis akut dan
peritonitis diffusa oleh karena appendisitis perforasi yang datang ke RS. HAM dan RS.
PM dengan perbandingan pria : wanita – 1:1 dan usia rata rata pria 26,8 tahun, wanita
25,3 tahun 12
Dari 60 orang penderita appendisitis akut yang didiagnosa sebelum operasi ternyata
hasil pemeriksaan histopatologi jaringan appendiksnya yang menyatakan apendisitis
akut sebanyak 57 orang dan 3 orang lagi dinyatakan radang kronis.
©2003 Digitized by USU digital library 7
Sebagai perbandingan hasil penelitian sensitivitas CRP, spesifitas CRP dan akurasi CRP
untuk mendiagnosa appendisitis akut yang dilakukan beberapa peneliti lain dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 6 : Sensitivitas CRP dari beberapa penelitian
No. Hasil/Peneliti Penelitian
ini
Chen dkk12
Gurleyik dkk13
1 Sensitivitas (%) 61 89,5 93,5
2 Spesifitas (%) 100 100 80
3 Akurasi (%) 63 90,9 91
Dari tabel ini terlihat hasil sensitivitas penelitian ini yang rendah dibandingkan peneliti
lain, hal ini disebabkan ; 1. perbedaan metode pengukuran kadar CRP yang mana
menggunakan metode semikwantitatif sedangkan peneliti lain ( Chen) menggunakan
metode kwantitatif yaitu mesin Beckman anlyzer, 2. proses pengambilan sampel darah,
sentrifugasi dan pelaksanaan serta pembacaan hasil reaksi agglutinasi yang manual, 3.
jumlah sampel populasi yang kurang banyak, 4. ahli Patologi Anatom yang memeriksa
berbeda.
Dari 57 orang dengan histopatologi (+), sebanyak 33 orang dijumpai radang
appendisitis akut saja pada saat operasi, 18 orang dengan radang appendisitis akut
disertai tanda tanda abses lokal berupa perlengketan dan pus sekitar jaringan
appendisitis serta 6 orang dengan peritonitis difusa1. Dari tabel 3 diperoleh persentase
peningkatan CRP pada penderita appendisitis akut 42% appendisitis akut serta abses
lokal 84% dan peritonitis diffusa 100%, Chen mendapatkan 75% untuk appendisitis
akut, 78,6% untuk appendisitis akut suppurativa dan 88,9% untuk appendisitis akut
gangrenosa.12
Penelitian ini juga memperlihatkan rata rata nilai CRP yang meninggi pada kasus kasus
appendisitis dengan komplikasi/perforasi sesuai dengan peneliti lain.
Tabel 7. Nilai CRP menurut tingkat keparahan appendisitis menurut beberapa
peneliti.
Penelitian ini Groonroos7 Chen12 Gurleyik13
No. Tk keparahan CRP
mg/dl
Tk
keprahan
CRP
mg/dl
Tk
keparahan
CRP
mg/dl
Tk
keparahan
CRP
mg/dl
1. Radang kronis 0,8 normal 3,2 - - normal 5
2. App. akut 5,9 App.
akut
3,1 App. akut 2,69 App.
Tanpa
perforasi
33,8
3. App.akut+abses
lokal
14 App.
Suppuratif
4,28
Peritonitis
diffusa
21,4
App.akut
dengan
penyulit
9,9
App.
gangrens
11,78
App.
Perforasi
128,5
Dari hal diatas terlihat peninggian CRP yang nyata pada kasus kasus appendiks yang
perforasi/komplikasi dan peningkatan kada CRP sesuai dengan keparahan radang
appendisitis.
©2003 Digitized by USU digital library 8
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Perbandingan penderita laki-laki dengan perempuan adalah 1 : 1 dengan usia rata
rata pria 26,8 tahun dan wanita 25,3 tahun.
2. 57 dari 60 orang yang secara klinis didiagnosa appendisitis akut/peritonitis diffusa
karena perforasi appendisitis sebelum operasi, hasil pemeriksaan histopatologinya
menyatakan appendisitis akut sedangkan 3 orang lagi dengan radang kronis.
3. CRP meninggi pada kasus Appendisitis dengan komplikasi/perforasi sesuai dengan
penelitian ini.
4. CRP merupakan suatu alternatif sarana diagnostik untuk appendisitis akut
disamping pemeriksaan rutin.
5. Hasil sensitivitas CRP 61%, spesifitas CRP 100% dan akurasi 63%.
6. Peninggian CRP dan konsentrasi dalam darah sesuai dengan keparahan
appendisitis.
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan lengkap mengenai CRP untuk bisa
menetapkan CRP sebagai kriteria diagnostik baku pada penderita appendisitis akut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Telford GL, Condon RE : Appendix, ini Schakelfod’s Surgery of the alimentary
tract,4th
ed. Philadelphia : W.B. Saunders Company, 1996 : 140 – 8.
2. Schwartz SI : Appendix, in Principles of Surgery, 6th
ed. New York : Mc Graw Hill Inc,
1994 : 1307-18.
3. Lawrence PF MD, Bell RM.MD, Dayton MT.MD : Small Intertine and Appendix in
Essentials of General Surgery, 2nd
ed. Baltomore : William & Wilkin, 1992 : 202-6.
4. Burkit GH, Quick CRP, Galf D : Appendisitis, in Essentials Surgery Diagnosis and
Management. Singapore : Longman Singapore Publishers Ltd, 1992,285-97.
5. Jarrel SE, Carabasi III RA : Surgery,2nd
ed. Baltimore : William & Wilkins 1991, 212-
3.
6. Stillman RM.MD : Acute Appendisitis, in General Surgery Review and Assestment, 3rd
ed. Connevticut : Pretice Hall International Inc, 1988,75-84.
7. Groonroos JM, Groonroos P : Leucocyte Count and C- Reactive Protein, Diagnostic
and the diagnosis at acute appendisitis. British journal of Surgery 1998;86,501-4.
8. Lorentz R. Dr. Med : Clinical Significance od C- Reactive Protein, Diagnostic and
Monitoring, Boehringer Memheinm, GMBH, 1990,5-6.
9. Baratawijaya AG : Immunologi Dasar, Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 1996,8-9.
10. Roitt IM : Essential Immunology, 6th
ed. London : Balckwell Scientific Publications,
1995,11-12.
11. Henry JB, MD : Clinical Diagnosis & Management By Laboratory Methods, 19th
ed.
Philadelphia : WB Saunders Company, 1991,225-6.
12. Chen CS.MD, Wang SM.MD : Correspondence C-Reactive Protein in the Diagnosis of
acute Appendicitis. American Journal Emergency Medicine, 1996 (14) 1.
13. Guerleyik E. Gurleyik G. Unalmisar S : Accuracy of Serum C-Reactive Protein
measurents in diagnosisi of acute Appendisitis compared with surgeon’s clinical
impression. Dis Colon Rectum, 1995,38 : 1270-4.
14. Anderson RE, Hugander AP, Ghazi SH, Rawn H, Oftenbarte SK, Mystrom PO, Olaison
GP : Diagnostic value of dissease history, clinical presentasion, and inflammatory
parameters of Appendisitis, World J Surg, 1999 Feb, 23 92) : 133-40.17
©2003 Digitized by USU digital library 9
15. Albu E, Miller BM, Choi Y, Lakhanpal S, Murthy RN, Gers PH : Diagnostic value of C-
Reactive Protein in acute appendisitis. Dis Colon Rectum, 1994 Jan ; 37(1) : 49-51.
16. Himawan S : Pathology, Edisi12. Jakarta : Bagian Patologi Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 1996,181-2.
17. Lubis R : Pengarug Jumlah Netrofil dalam menentukan tindakan appendectomy akut,
Karya Tulis Akhir Program Pendidikan Dokter Spesialis Bagian Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, 1998.

More Related Content

What's hot

Pemeriksaan Lab sebagia indikator sepsis dan syok septik
Pemeriksaan Lab sebagia indikator sepsis dan syok septikPemeriksaan Lab sebagia indikator sepsis dan syok septik
Pemeriksaan Lab sebagia indikator sepsis dan syok septik
MuhamadFandi
 
REview Jurnal Experimental study in mice
REview Jurnal Experimental study in miceREview Jurnal Experimental study in mice
REview Jurnal Experimental study in mice
HettiRusmini1
 
Referat sepsis bramantyo
Referat sepsis   bramantyoReferat sepsis   bramantyo
Referat sepsis bramantyo
Soroy Lardo
 
06 203 pneumocystis pneumonia pada infeksi human immunodeficiency virus
06 203 pneumocystis pneumonia pada infeksi human immunodeficiency virus06 203 pneumocystis pneumonia pada infeksi human immunodeficiency virus
06 203 pneumocystis pneumonia pada infeksi human immunodeficiency virus
taufiqh2
 
Rahel journal-1 jurnal
Rahel journal-1 jurnalRahel journal-1 jurnal
Rahel journal-1 jurnal
Jcl Rahel
 
Imunbaru
ImunbaruImunbaru
Imunbaruandreei
 
Rare Gingival Metastasis by Hepatocellular Carcinoma: A Case Report
Rare Gingival Metastasis by Hepatocellular Carcinoma: A Case ReportRare Gingival Metastasis by Hepatocellular Carcinoma: A Case Report
Rare Gingival Metastasis by Hepatocellular Carcinoma: A Case Report
Nabilah Kusuma
 
CA Rectum
CA RectumCA Rectum
CA Rectum
Andhy Poetra
 
251837 soal integ b10 integ 1 fix
251837 soal integ b10 integ 1 fix251837 soal integ b10 integ 1 fix
251837 soal integ b10 integ 1 fix
BengWelemAlerbitu
 
P petri sepsis
P petri sepsisP petri sepsis
P petri sepsis
fikri asyura
 

What's hot (12)

Pemeriksaan Lab sebagia indikator sepsis dan syok septik
Pemeriksaan Lab sebagia indikator sepsis dan syok septikPemeriksaan Lab sebagia indikator sepsis dan syok septik
Pemeriksaan Lab sebagia indikator sepsis dan syok septik
 
REview Jurnal Experimental study in mice
REview Jurnal Experimental study in miceREview Jurnal Experimental study in mice
REview Jurnal Experimental study in mice
 
Referat sepsis bramantyo
Referat sepsis   bramantyoReferat sepsis   bramantyo
Referat sepsis bramantyo
 
06 203 pneumocystis pneumonia pada infeksi human immunodeficiency virus
06 203 pneumocystis pneumonia pada infeksi human immunodeficiency virus06 203 pneumocystis pneumonia pada infeksi human immunodeficiency virus
06 203 pneumocystis pneumonia pada infeksi human immunodeficiency virus
 
Rahel journal-1 jurnal
Rahel journal-1 jurnalRahel journal-1 jurnal
Rahel journal-1 jurnal
 
Imunbaru
ImunbaruImunbaru
Imunbaru
 
Rare Gingival Metastasis by Hepatocellular Carcinoma: A Case Report
Rare Gingival Metastasis by Hepatocellular Carcinoma: A Case ReportRare Gingival Metastasis by Hepatocellular Carcinoma: A Case Report
Rare Gingival Metastasis by Hepatocellular Carcinoma: A Case Report
 
Sepsis
SepsisSepsis
Sepsis
 
CA Rectum
CA RectumCA Rectum
CA Rectum
 
251837 soal integ b10 integ 1 fix
251837 soal integ b10 integ 1 fix251837 soal integ b10 integ 1 fix
251837 soal integ b10 integ 1 fix
 
Tpi5
Tpi5Tpi5
Tpi5
 
P petri sepsis
P petri sepsisP petri sepsis
P petri sepsis
 

Similar to Bedah emir jehan

Sepsis_Kuliah_S1_2023.pptx
Sepsis_Kuliah_S1_2023.pptxSepsis_Kuliah_S1_2023.pptx
Sepsis_Kuliah_S1_2023.pptx
PaulBehringManurung1
 
usulan penelitian.docx
usulan penelitian.docxusulan penelitian.docx
usulan penelitian.docx
shintadewi661183
 
paper - guidelines - surviving sepsis campaign 2021 3.pdf
paper - guidelines - surviving sepsis campaign 2021 3.pdfpaper - guidelines - surviving sepsis campaign 2021 3.pdf
paper - guidelines - surviving sepsis campaign 2021 3.pdf
ArdaTokaka1
 
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptxDigestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
ririaja1
 
PPT md.pptx
PPT  md.pptxPPT  md.pptx
PPT md.pptx
ssuser888cf0
 
Apendisitis
ApendisitisApendisitis
Apendisitis
DelyaAlifta
 
Peran pengukuran nilai unit hounsfield dan pemeriksaan computed.pptx
Peran pengukuran nilai unit hounsfield dan pemeriksaan computed.pptxPeran pengukuran nilai unit hounsfield dan pemeriksaan computed.pptx
Peran pengukuran nilai unit hounsfield dan pemeriksaan computed.pptx
DedeKurniawan56670
 
EMPIEMA yang disebabkan oleh TBC. .pptx
EMPIEMA  yang disebabkan oleh TBC. .pptxEMPIEMA  yang disebabkan oleh TBC. .pptx
EMPIEMA yang disebabkan oleh TBC. .pptx
sisiliafitriapurnani
 
Bakteriuria dan Infeksi Saluran Kemih pada Lansia.pptx
Bakteriuria dan Infeksi Saluran Kemih pada Lansia.pptxBakteriuria dan Infeksi Saluran Kemih pada Lansia.pptx
Bakteriuria dan Infeksi Saluran Kemih pada Lansia.pptx
TeizaNabilah1
 
Bakteriuria dan Infeksi Saluran Kemih pada Lansia.pptx
Bakteriuria dan Infeksi Saluran Kemih pada Lansia.pptxBakteriuria dan Infeksi Saluran Kemih pada Lansia.pptx
Bakteriuria dan Infeksi Saluran Kemih pada Lansia.pptx
TeizaNabilah1
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
ErdinataKusuma1
 
JR- Kelompok 3-1.pptx
JR- Kelompok 3-1.pptxJR- Kelompok 3-1.pptx
JR- Kelompok 3-1.pptx
CalystaCitra
 
Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)
Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)
Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)
fikri asyura
 
Nefritis lupus
Nefritis    lupusNefritis    lupus
Nefritis lupusfauzil
 
Cbl tatalaksana pneumonia in the elderly
Cbl tatalaksana pneumonia in the elderlyCbl tatalaksana pneumonia in the elderly
Cbl tatalaksana pneumonia in the elderly
Devina Ciayadi
 
L aporan pendahuluan sepsis desi
L aporan pendahuluan sepsis desiL aporan pendahuluan sepsis desi
L aporan pendahuluan sepsis desi
Stikes Insan Cendekia Medika Jombang
 
Journal Reading _ Charlos Rohy.pptx Tackling neonatal
Journal Reading _ Charlos Rohy.pptx Tackling neonatalJournal Reading _ Charlos Rohy.pptx Tackling neonatal
Journal Reading _ Charlos Rohy.pptx Tackling neonatal
wendylobo25
 

Similar to Bedah emir jehan (20)

Sepsis_Kuliah_S1_2023.pptx
Sepsis_Kuliah_S1_2023.pptxSepsis_Kuliah_S1_2023.pptx
Sepsis_Kuliah_S1_2023.pptx
 
usulan penelitian.docx
usulan penelitian.docxusulan penelitian.docx
usulan penelitian.docx
 
Rim5
Rim5Rim5
Rim5
 
paper - guidelines - surviving sepsis campaign 2021 3.pdf
paper - guidelines - surviving sepsis campaign 2021 3.pdfpaper - guidelines - surviving sepsis campaign 2021 3.pdf
paper - guidelines - surviving sepsis campaign 2021 3.pdf
 
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptxDigestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
 
PPT md.pptx
PPT  md.pptxPPT  md.pptx
PPT md.pptx
 
Rkk17
Rkk17Rkk17
Rkk17
 
Apendisitis
ApendisitisApendisitis
Apendisitis
 
Peran pengukuran nilai unit hounsfield dan pemeriksaan computed.pptx
Peran pengukuran nilai unit hounsfield dan pemeriksaan computed.pptxPeran pengukuran nilai unit hounsfield dan pemeriksaan computed.pptx
Peran pengukuran nilai unit hounsfield dan pemeriksaan computed.pptx
 
Abses hati
Abses hatiAbses hati
Abses hati
 
EMPIEMA yang disebabkan oleh TBC. .pptx
EMPIEMA  yang disebabkan oleh TBC. .pptxEMPIEMA  yang disebabkan oleh TBC. .pptx
EMPIEMA yang disebabkan oleh TBC. .pptx
 
Bakteriuria dan Infeksi Saluran Kemih pada Lansia.pptx
Bakteriuria dan Infeksi Saluran Kemih pada Lansia.pptxBakteriuria dan Infeksi Saluran Kemih pada Lansia.pptx
Bakteriuria dan Infeksi Saluran Kemih pada Lansia.pptx
 
Bakteriuria dan Infeksi Saluran Kemih pada Lansia.pptx
Bakteriuria dan Infeksi Saluran Kemih pada Lansia.pptxBakteriuria dan Infeksi Saluran Kemih pada Lansia.pptx
Bakteriuria dan Infeksi Saluran Kemih pada Lansia.pptx
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
 
JR- Kelompok 3-1.pptx
JR- Kelompok 3-1.pptxJR- Kelompok 3-1.pptx
JR- Kelompok 3-1.pptx
 
Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)
Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)
Tokyo guidline 13 (kolesistitis &amp; kolangitis)
 
Nefritis lupus
Nefritis    lupusNefritis    lupus
Nefritis lupus
 
Cbl tatalaksana pneumonia in the elderly
Cbl tatalaksana pneumonia in the elderlyCbl tatalaksana pneumonia in the elderly
Cbl tatalaksana pneumonia in the elderly
 
L aporan pendahuluan sepsis desi
L aporan pendahuluan sepsis desiL aporan pendahuluan sepsis desi
L aporan pendahuluan sepsis desi
 
Journal Reading _ Charlos Rohy.pptx Tackling neonatal
Journal Reading _ Charlos Rohy.pptx Tackling neonatalJournal Reading _ Charlos Rohy.pptx Tackling neonatal
Journal Reading _ Charlos Rohy.pptx Tackling neonatal
 

More from Herlovina Megasari

Pmk no. 85_ttg_pola_tarif_nasional_rumah_sakit_
Pmk no. 85_ttg_pola_tarif_nasional_rumah_sakit_Pmk no. 85_ttg_pola_tarif_nasional_rumah_sakit_
Pmk no. 85_ttg_pola_tarif_nasional_rumah_sakit_
Herlovina Megasari
 
Presentasi 150604040947-lva1-app6892
Presentasi 150604040947-lva1-app6892Presentasi 150604040947-lva1-app6892
Presentasi 150604040947-lva1-app6892
Herlovina Megasari
 
14 kmk no. 1165 ttg pola tarif rs blu
14 kmk no. 1165 ttg pola tarif rs blu 14 kmk no. 1165 ttg pola tarif rs blu
14 kmk no. 1165 ttg pola tarif rs blu
Herlovina Megasari
 
Pedoman 58d485e125a58718883350
Pedoman 58d485e125a58718883350Pedoman 58d485e125a58718883350
Pedoman 58d485e125a58718883350
Herlovina Megasari
 
366768822 kebijakan-remunerasi-blu-rumah-sakit-d
366768822 kebijakan-remunerasi-blu-rumah-sakit-d366768822 kebijakan-remunerasi-blu-rumah-sakit-d
366768822 kebijakan-remunerasi-blu-rumah-sakit-d
Herlovina Megasari
 
Pmk no. 18 tahun 2014 ttg remunerasi pegawai balai kesehatan
Pmk no. 18 tahun 2014 ttg remunerasi pegawai balai kesehatanPmk no. 18 tahun 2014 ttg remunerasi pegawai balai kesehatan
Pmk no. 18 tahun 2014 ttg remunerasi pegawai balai kesehatan
Herlovina Megasari
 
2 pmk no 8 tentang pelayanan kesehatan spa
2 pmk no 8 tentang pelayanan kesehatan spa2 pmk no 8 tentang pelayanan kesehatan spa
2 pmk no 8 tentang pelayanan kesehatan spa
Herlovina Megasari
 

More from Herlovina Megasari (9)

Alimin a2.a
Alimin a2.aAlimin a2.a
Alimin a2.a
 
Pmk no. 85_ttg_pola_tarif_nasional_rumah_sakit_
Pmk no. 85_ttg_pola_tarif_nasional_rumah_sakit_Pmk no. 85_ttg_pola_tarif_nasional_rumah_sakit_
Pmk no. 85_ttg_pola_tarif_nasional_rumah_sakit_
 
Presentasi 150604040947-lva1-app6892
Presentasi 150604040947-lva1-app6892Presentasi 150604040947-lva1-app6892
Presentasi 150604040947-lva1-app6892
 
14 kmk no. 1165 ttg pola tarif rs blu
14 kmk no. 1165 ttg pola tarif rs blu 14 kmk no. 1165 ttg pola tarif rs blu
14 kmk no. 1165 ttg pola tarif rs blu
 
Pedoman 58d485e125a58718883350
Pedoman 58d485e125a58718883350Pedoman 58d485e125a58718883350
Pedoman 58d485e125a58718883350
 
366768822 kebijakan-remunerasi-blu-rumah-sakit-d
366768822 kebijakan-remunerasi-blu-rumah-sakit-d366768822 kebijakan-remunerasi-blu-rumah-sakit-d
366768822 kebijakan-remunerasi-blu-rumah-sakit-d
 
Pmk no. 18 tahun 2014 ttg remunerasi pegawai balai kesehatan
Pmk no. 18 tahun 2014 ttg remunerasi pegawai balai kesehatanPmk no. 18 tahun 2014 ttg remunerasi pegawai balai kesehatan
Pmk no. 18 tahun 2014 ttg remunerasi pegawai balai kesehatan
 
1~pmk.05~2016 per
1~pmk.05~2016 per1~pmk.05~2016 per
1~pmk.05~2016 per
 
2 pmk no 8 tentang pelayanan kesehatan spa
2 pmk no 8 tentang pelayanan kesehatan spa2 pmk no 8 tentang pelayanan kesehatan spa
2 pmk no 8 tentang pelayanan kesehatan spa
 

Recently uploaded

CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOMCDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
LinaJuwairiyah1
 
Kebutuhan khusus pada permasalahan psikologis.pptx
Kebutuhan khusus  pada permasalahan psikologis.pptxKebutuhan khusus  pada permasalahan psikologis.pptx
Kebutuhan khusus pada permasalahan psikologis.pptx
royalbalidigitalprin
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPIPERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
nirmalaamir3
 
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
serdangahmad
 
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
zirmajulianda1
 
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdfKonsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
roomahmentari
 

Recently uploaded (7)

CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOMCDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
CDOB Cara Distribusi Obat yang Baik Peraturan BPOM
 
Kebutuhan khusus pada permasalahan psikologis.pptx
Kebutuhan khusus  pada permasalahan psikologis.pptxKebutuhan khusus  pada permasalahan psikologis.pptx
Kebutuhan khusus pada permasalahan psikologis.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPIPERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
PERAN PERAWAT DALAM PEMBERIAN KEMOTERAPI
 
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
342048743-MATERI-KONSELING-MENYUSUI.pptx
 
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
(Aborsi kandungan) obat penggugur kandungan untuk masa depan yang belum mau {...
 
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
04 KONSEP BIAYA PELAYANAN KESEHATAN dan TARIF .pptx
 
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdfKonsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Komplementer 2020.pdf
 

Bedah emir jehan

  • 1. ©2003 Digitized by USU digital library 1 PERAN C REACTIVE PROTEIN DALAM MENENTUKAN DIAGNOSA APPENDISITIS AKUT EMIR JEHAN Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Appendisitis akut merupakan kasus terbanyak dari akut abdomen, 1% dari semua kasus bedah, sangat jarang pada infant, insidens bertambah sesuai dengan umur, dengan puncak pada umur 10 – 30 tahun, ratio laki-laki dibandingkan dengan perempuan pada usia remaja 3:2 dan menjadi 1 :1 sesudah usia 25 tahun1.2 Diagnosa appendisitis akut masih sulit dan merupakan salah satu problem pada bidang bedah, angka negative appendectomy berkisar 20 – 35% 3 . Selama ini appendisitis akut berdasarkan anamnese, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium yaitu hitung leukosit > 10.000/mm3 . dan hitung jenis leukosit dengan pergeseran kekiri yaitu peningkatan persentase neutrophil. 1-6,17 . Namun sepertiga kasus (terutama orang tua) leukosit dan hitung jenis leukosit dalam batas normal ataupun peninggian leukosit dan persentase neuthrophil tidak dibanding lurus dengan keparahan appendisitis 1.3 Groonroors dan Groonroos menyatakan akurasi diagnosa appendisitis akut berdasarkan anamnese, nyeri McBurney dan leukositosis kurang dari 80%. 7 Untuk itu perlu adanya pemeriksaan laboratorium tambahan untuk menegakkan diagnosa appendisitis akut untuk menghindari appendektomy yang tidak perlu. C-ractive rotein (CRP) menurut Lorentz R merupakan indikator yang sensitif terhadap infeksi bakteri, peradangan dan kerusakan jaringan 8 . Chen dan Wang melaporkan dalam penelitiannya sensitivitas, spesifitas dan akurasi CRP untuk diagnosa appendisitis akut adalah 89,5%, 100% dan 90,9%.12 . Peneliti lain Gurleyik mendapatkan sensitivitas, spesivitas dan akurasi CRP untuk mendiagnosa akut adalah 93,5%, 80% dan 91% 13 Nilai CRP pada keadaan normal <0,8 mg/dl dan meninggi > 1 mg/dl pada keadaan patologis.11 1.2. Perumusan Masalah Belum adanya indikator yang definitif untuk menegakkan diagnosa appendisitis akut. 1.3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apakah CRP ( C-Reactive Protein) meninggi pada kasus appendisitis akut dan peninggian kadar protein darah berbanding lurus dengan tingkat keparahan appendisitis. 12,13,14,15 1.4. Kontribusi Penelitian Diharapkan C-Reactive Protein bisa digunakan sebagai indikator untuk menegakkan diagnosa appendisitis akut.
  • 2. ©2003 Digitized by USU digital library 2 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. De finisi C-Reactive Protein merupakan protein fase, meningkat kadarnya 24 jam pasca infeksi, peradangan atau kerusakan jaringan, mampu mengikat unsur pokok dari mikroorganisme dan juga struktur sel manusia, atau disebut juga CRP karena mempunyai kemampuan untuk berkaitan dengan C-Pneumococcal Polysacharida 8.9 . 2.2 Patogenese Anatomi. Appendiks adalah suatu organ limfoid seperti tonsil, payer patch (analog dengan Bursa Fabricus) membentuk produk immunoglobulin. Basis appendiks terletak pada bagian postero medial caecum, di bawah katup ileocaecal. Appendiks yang mobil, ujungnya bisa berlokasi pada pelvic retrocaecal, retroileal, kuadran kiri bawah, kuadran kanan bawah atau paracolic. Ketiga taenia caecum bertemu pada basis appendiks.7 Patogenese penyebab Appendisitis adalah sumbatan lumen appendiks disertai dengan infeksi, lumen appendiks tersumbat oleh hyperplasia folikel lymphoid submucosa, fecalith, strictur, tumor atau keadaan pathologis lain.1 Gejala klinis suatu appendisitis akut meliputi ; nyeri, anoreksia, muntah, demam,obstipasi, diare ( retrocaecal appendisitis), hiperastesia cutis. Tanda klinis meliputi nyeri tekan pada daerah Mc Burney, nyeri lepas, tanda Rovsing, tanda Psoas, tanda Obturator dengan laboratorium leukosit > 10.000 (10% dengan leukosit normal), kadang-kadang hematuri (khususnya retrocaecal appendiks). Pemeriksaan foto polos abdomen bisa menunjukan faecalith, air fluid level daerah kanan bawah dan garis psoas yang bergeser. 7 Untuk menegakkan diagnosa appendisitis akut, harus disingkirkan differensial diagnosanya antara lain; Mesenteric Adenitis, Pelvic Inflamatory Disease akut, Gastroenteritis akut, Diverticulitis Meckel, Infeksi saluran kemih, Intususepsi, Enteritis Regional, Peritonitis Primer, Henoch-Scholein Purpura, Torsio testis.7 Pengobatan, Appendektomi emergensi dengan incisi Mc Burney atau Transvers, pemasangan tube drain kalau disertai dengan abces lokal. Jika basis appendiks sangat meradang atau nekrotik, perlu dipertimbangkan tube cecostomy. Jika sebelum operasi ditegakkan suatu abces, diterapi dengan antibiotik dan pemasangan NGT, appendektomi elektif dikerjakan kemudian. Komplikasi, meliputi perforasi, peritonitis, abces, dan pyeletrombophlebitis. Mortalitas 0,1% untuk yang tidak perforasi dan menjadi 3% pada yang perforasi. Adanya suatu keadaan infeksi dan akut dapat menimbulkan protein fase akut, yaitu berbagai protein yang kadarnya dalam darah meningkat pada fase akut; salah satu contohnya adalah C-Reactive Protein (CRP).8,9,10,11 CRP disintesa didalam hati. Peningkatan sintesa CRP dalam sel-sel parenkim hati diinduksi oleh interleukin 1, yang berasal dari rangsangan makrofag.8 CRP meningkat 100 kali atau lebih, berperan pada immunitas non spesifik, yang dengan bantuan Ca++ dapat meningkat berbagai molekul, antara lain fosforilkolin yang ditemukan pada permukaan bakteri/jamur ; kemudian menggerakkan sistem komplemen dan membantu merusak mikroorganisme patogen dengan cara opsonisasi dan dengan meningkatkan fagositosis.8,9 Dan sebagai tambahan dapat menimbulkan reaksi terhadap platelet serta membantu proses pelepasan lemak dalam proses jaringan yang sudah mati. CRP dapat menjadi aktif sebelum proses perubahan spesifik terjadi dalam proses yang patologis. Batas CRP dalam serum meningkat dalam 6-9 jam pasca infeksi atau kerusakan jaringan dan meningkat setelah 1-3 hari. Perluasan dan lamanya CRP meningkat berkembang sesuai beratnya reaksi
  • 3. ©2003 Digitized by USU digital library 3 peradangan akut. Peningkatan pada setinggi beberapa ratus milligram per liter merupakan kesatuan dengan infeksi bakteri misalnya meningitis, sepsis, atau pyelonefritis. Perbaikan dari reaksi inflamasi umumnya memerlukan waktu sekitar 2 minggu kembali normal. Waktu paruh dari CRP diantara 5 – 9 jam. 8 CRP adalah merupakan indikator yang paling sensitif terhadap reaksi non spesifik dari infeksi bakteri, peradangan dan kerusakan jaringan dari pada protein fase akut yang lain.8,10,11 Salah satu keuntungan yang paling penting dari CRP adalah pertanda adanya reaksi inflamasi yang lebih cepat dari pada Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR). Tambahan lagi, percepatan dari ESR dan Leucocytosis dapat terlihat dengan baik dalam proses non inflamasi. Sehubungan dengan ini CRP merupakan cara yang lebih cepat untuk mendeteksi keadaan dari suatu peradangan dari pada ESR, yang mana untuk kembali normal memerlukan waktu kira-kira 4-8 minggu.8 2.3. Nilai Patologis : Nilai Patologis dalam serum > 10 mg/l (> 1mg/dl), nilai normal CRP < 0,8 mg/dl. Chen dan Wang melaporkan dalam penelitiannya, peningkatan kadar CRP lebih dari 1 mg/dl menunjukkan sensitivitas 89,5%, spesifitas 100% dan akurasi 90,9% untuk diagnosa appendisitis akut12 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian potong lintang dengan mengamati hasil pemeriksaan CRP pada serum darah semua penderita yang secara klinis didiagnosa appendisitis akut. 2.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik dan RSUD Dr. Pirngadi Medan dari November 2000- Juli 2001. 2.3. Populasi Penelitian Sebanyak 60 orang penderita diatas 15 tahun yang secara klinis didiagnosa appendisitis akut dan peritonitis diffusa oleh karena appendisitis perforasi yang menjalani operasi appendectomy emergensi. Penderita appendisitis akut dan peronitis diffusa oleh karena appendisitis perforasi berusia dibawah 15 tahun dan yang tidak bersedia massa jaringan appendiksnya diperiksa pasca operasi tidak dimasukkan dalam sampel penelitian. 2.4. Bahan Serum penderita appendisitis akut dan peritonitis diffusa oleh karena appendisitis perforasi, CRP reagent kit ( Feasterville, USA, CAT No. CCRP-50) dan massa jaringan appendiks pasca appendectomy. 2.5. Pelaksanaan Penelitian Sebanyak 60 orang penderita yang didiagnosa appendisitis akut dan peritonitis diffusa oleh karena appendisitis perforasi yang diambil darahnya untuk mengukur kadar CRP. Kadar CRP dalam serum darah diperiksa dengan metode semi kwantitatif latex agglutinasi sebelum dilakukan operasi. Massa appendiks sesudah operasi diperiksa status histopatologinya pada bagian Patologi Anatomi. 2.6. Pengolahan Data Data yang diperoleh dianalisa dengan Chi Square Test untuk menentukan nilai sensitifitas, spesifitas dan nilai prediksi positif, dan analisa one way varian untuk
  • 4. ©2003 Digitized by USU digital library 4 menentukan hubungan kadar serum C -Reactive Protein dengan tingkat keparahan appendisitis akut.
  • 5. ©2003 Digitized by USU digital library 5 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PERBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian A. Data Demografi Dari 60 penderita appendisitis akut yang menjadi objek penelitian, diperoleh data sebagai berikut (lihat tabel 1) Tabel 1 : Data distribusi usia penderita menurut jenis kelamin Jenis kelamin Usia (tahun) Laki-laki % Perempuan % 15 - 30 18 63 23 75 31 – 40 8 26 6 19 41 – 50 3 11 1 3 51 – 60 0 0 1 3 Jumlah 29 100 31 100 Mean 26,78 thn (SD;9,08) 25,6 thn ( SD;10,19) T = 0,6007 ; DF = 58 ; P = 0,2752 Dari 60 penderita yang mengikuti penelitian, didapati laki : perempuan = 1:1 dengan usia puncak pada kelompok umur 15 – 30 tahun1 , usia termuda 15 tahun dan usia tertua 59 tahun, usia rata-rata pria 26,8 tahun dan wanita 25,3 tahun. B. Data Laboratorium Dari 60 penderita yang diteliti, sebanyak 33 penderita dengan serum CRP meninggi dan 27 penderita dengan serum CRP normal ( lihat tabel 2). Tabel 2 : Data distribusi hasil histopatologi menurut kadar CRP CRP Histopatologi (+) % Histopatologi (-) % CRP meninggi 35 61 - - CRP normal 22 39 3 100 Jumlah 57 100 3 100 Dari distribusi hasil pemeriksaan histopatologi berdasarkan nilai serum CRP, dengan tabel 2 x 2 dapat ditentukan : Nilai positif benar = 35 Nilai positif semu = - Nilai negatif benar = 3 Nilai negatif semu = 22 Dari sini selanjutnya dapat ditentukan berapa masing- masing nilai sensitivitas, spesifitas, nilai prediksi positif dan nilai prediksi negatif serta akurasi : Sensitivitas : 35/57 x 100% = 61% Spesifitas : 3/3 x 100% = 100% Nilai prediksi positif : 35/35 x 100% = 100% Nilai prediksi negatif : 3/25 x 100% = 12% Akurasi : 38/60 x 100% = 63% 9
  • 6. ©2003 Digitized by USU digital library 6 Tabel 3 : Kadar serum CRP menurut diagnosa pasca bedah CRP No Diagnosa Pasca Bedah Normal % Meninggi % Jumlah 1 Radang Kronis 3 100 - - 3 2 App. akut 19 58 14 42 33 3 App. Akut + abses Lokal 3 16 15 84 18 4 Peritonitis Diffusa - - 6 100 6 Jumlah 25 35 60 Dari 33 penderita appendisitis akut, 19 orang (58%) dengan nilai CRP normal dan 14 orang (42%) dengan CRP meninggi, dari 18 orang penderita appendisitis akut serta abses lokal, 5 orang (84%) dengan nilai CRP meninggi, serta 6 orang peritonitis diffusa mempunyai nilai CRP meninggi, terlihat peningkatan persentase nilai CRP yang tinggi sesuai dengan keparahan appendisitis. Tabel 4. : Ra ta rata nilai CRP menurut diagnosa pasca bedah No. Diagnosa Pasca Bedah n CRP (X mg/dl) 1. Radang Kronis 3 0,8 2. Appendisitis Akut 33 5,9 3. App. Akut + Abses Lokal 18 14,0 4. Peritonitis diffusa 6 25,6 F ratio = 7,934 , P; 0,0001693 Dengan uji statistik analisa one way varian/anova tabel 4 terlihat perbedaan yang bermakna rata rata nilai CRP dari masing- masing kelompok penderita (radang kronis,appendisitis akut, appendisitis akut disertai abses lokal dan peritonitis diffusa), dimana penderita appendisitis yang berat mempunyai nilai CRP lebih tinggi. Tabel 5 Rata rata usia penderita menurut diagnosa pasca bedah No. Diagnosa Pasca Bedah n Rata rata usia penderita (tahun) 1. Radang Kronis 3 23,33 2. Appendisitis Akut 33 24,82 3. App. Akut + Abses Lokal 18 27,72 4. Peritonitis diffusa 6 32,00 F ratio = 1,476 , P; 0,02310 Dengan analisa one way varian/anova tabel 5, terlihat radang appendisitis akut yang berat (app. Akut disertai abses lokal, peritonitis diffusa) terjadi pada usia yang lebih tua. 4.2. Pembahasan Telah dilakukan penelitian prospektif pada 60 orang penderita appendisitis akut dan peritonitis diffusa oleh karena appendisitis perforasi yang datang ke RS. HAM dan RS. PM dengan perbandingan pria : wanita – 1:1 dan usia rata rata pria 26,8 tahun, wanita 25,3 tahun 12 Dari 60 orang penderita appendisitis akut yang didiagnosa sebelum operasi ternyata hasil pemeriksaan histopatologi jaringan appendiksnya yang menyatakan apendisitis akut sebanyak 57 orang dan 3 orang lagi dinyatakan radang kronis.
  • 7. ©2003 Digitized by USU digital library 7 Sebagai perbandingan hasil penelitian sensitivitas CRP, spesifitas CRP dan akurasi CRP untuk mendiagnosa appendisitis akut yang dilakukan beberapa peneliti lain dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 6 : Sensitivitas CRP dari beberapa penelitian No. Hasil/Peneliti Penelitian ini Chen dkk12 Gurleyik dkk13 1 Sensitivitas (%) 61 89,5 93,5 2 Spesifitas (%) 100 100 80 3 Akurasi (%) 63 90,9 91 Dari tabel ini terlihat hasil sensitivitas penelitian ini yang rendah dibandingkan peneliti lain, hal ini disebabkan ; 1. perbedaan metode pengukuran kadar CRP yang mana menggunakan metode semikwantitatif sedangkan peneliti lain ( Chen) menggunakan metode kwantitatif yaitu mesin Beckman anlyzer, 2. proses pengambilan sampel darah, sentrifugasi dan pelaksanaan serta pembacaan hasil reaksi agglutinasi yang manual, 3. jumlah sampel populasi yang kurang banyak, 4. ahli Patologi Anatom yang memeriksa berbeda. Dari 57 orang dengan histopatologi (+), sebanyak 33 orang dijumpai radang appendisitis akut saja pada saat operasi, 18 orang dengan radang appendisitis akut disertai tanda tanda abses lokal berupa perlengketan dan pus sekitar jaringan appendisitis serta 6 orang dengan peritonitis difusa1. Dari tabel 3 diperoleh persentase peningkatan CRP pada penderita appendisitis akut 42% appendisitis akut serta abses lokal 84% dan peritonitis diffusa 100%, Chen mendapatkan 75% untuk appendisitis akut, 78,6% untuk appendisitis akut suppurativa dan 88,9% untuk appendisitis akut gangrenosa.12 Penelitian ini juga memperlihatkan rata rata nilai CRP yang meninggi pada kasus kasus appendisitis dengan komplikasi/perforasi sesuai dengan peneliti lain. Tabel 7. Nilai CRP menurut tingkat keparahan appendisitis menurut beberapa peneliti. Penelitian ini Groonroos7 Chen12 Gurleyik13 No. Tk keparahan CRP mg/dl Tk keprahan CRP mg/dl Tk keparahan CRP mg/dl Tk keparahan CRP mg/dl 1. Radang kronis 0,8 normal 3,2 - - normal 5 2. App. akut 5,9 App. akut 3,1 App. akut 2,69 App. Tanpa perforasi 33,8 3. App.akut+abses lokal 14 App. Suppuratif 4,28 Peritonitis diffusa 21,4 App.akut dengan penyulit 9,9 App. gangrens 11,78 App. Perforasi 128,5 Dari hal diatas terlihat peninggian CRP yang nyata pada kasus kasus appendiks yang perforasi/komplikasi dan peningkatan kada CRP sesuai dengan keparahan radang appendisitis.
  • 8. ©2003 Digitized by USU digital library 8 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Perbandingan penderita laki-laki dengan perempuan adalah 1 : 1 dengan usia rata rata pria 26,8 tahun dan wanita 25,3 tahun. 2. 57 dari 60 orang yang secara klinis didiagnosa appendisitis akut/peritonitis diffusa karena perforasi appendisitis sebelum operasi, hasil pemeriksaan histopatologinya menyatakan appendisitis akut sedangkan 3 orang lagi dengan radang kronis. 3. CRP meninggi pada kasus Appendisitis dengan komplikasi/perforasi sesuai dengan penelitian ini. 4. CRP merupakan suatu alternatif sarana diagnostik untuk appendisitis akut disamping pemeriksaan rutin. 5. Hasil sensitivitas CRP 61%, spesifitas CRP 100% dan akurasi 63%. 6. Peninggian CRP dan konsentrasi dalam darah sesuai dengan keparahan appendisitis. 5.2. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan lengkap mengenai CRP untuk bisa menetapkan CRP sebagai kriteria diagnostik baku pada penderita appendisitis akut. DAFTAR PUSTAKA 1. Telford GL, Condon RE : Appendix, ini Schakelfod’s Surgery of the alimentary tract,4th ed. Philadelphia : W.B. Saunders Company, 1996 : 140 – 8. 2. Schwartz SI : Appendix, in Principles of Surgery, 6th ed. New York : Mc Graw Hill Inc, 1994 : 1307-18. 3. Lawrence PF MD, Bell RM.MD, Dayton MT.MD : Small Intertine and Appendix in Essentials of General Surgery, 2nd ed. Baltomore : William & Wilkin, 1992 : 202-6. 4. Burkit GH, Quick CRP, Galf D : Appendisitis, in Essentials Surgery Diagnosis and Management. Singapore : Longman Singapore Publishers Ltd, 1992,285-97. 5. Jarrel SE, Carabasi III RA : Surgery,2nd ed. Baltimore : William & Wilkins 1991, 212- 3. 6. Stillman RM.MD : Acute Appendisitis, in General Surgery Review and Assestment, 3rd ed. Connevticut : Pretice Hall International Inc, 1988,75-84. 7. Groonroos JM, Groonroos P : Leucocyte Count and C- Reactive Protein, Diagnostic and the diagnosis at acute appendisitis. British journal of Surgery 1998;86,501-4. 8. Lorentz R. Dr. Med : Clinical Significance od C- Reactive Protein, Diagnostic and Monitoring, Boehringer Memheinm, GMBH, 1990,5-6. 9. Baratawijaya AG : Immunologi Dasar, Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996,8-9. 10. Roitt IM : Essential Immunology, 6th ed. London : Balckwell Scientific Publications, 1995,11-12. 11. Henry JB, MD : Clinical Diagnosis & Management By Laboratory Methods, 19th ed. Philadelphia : WB Saunders Company, 1991,225-6. 12. Chen CS.MD, Wang SM.MD : Correspondence C-Reactive Protein in the Diagnosis of acute Appendicitis. American Journal Emergency Medicine, 1996 (14) 1. 13. Guerleyik E. Gurleyik G. Unalmisar S : Accuracy of Serum C-Reactive Protein measurents in diagnosisi of acute Appendisitis compared with surgeon’s clinical impression. Dis Colon Rectum, 1995,38 : 1270-4. 14. Anderson RE, Hugander AP, Ghazi SH, Rawn H, Oftenbarte SK, Mystrom PO, Olaison GP : Diagnostic value of dissease history, clinical presentasion, and inflammatory parameters of Appendisitis, World J Surg, 1999 Feb, 23 92) : 133-40.17
  • 9. ©2003 Digitized by USU digital library 9 15. Albu E, Miller BM, Choi Y, Lakhanpal S, Murthy RN, Gers PH : Diagnostic value of C- Reactive Protein in acute appendisitis. Dis Colon Rectum, 1994 Jan ; 37(1) : 49-51. 16. Himawan S : Pathology, Edisi12. Jakarta : Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996,181-2. 17. Lubis R : Pengarug Jumlah Netrofil dalam menentukan tindakan appendectomy akut, Karya Tulis Akhir Program Pendidikan Dokter Spesialis Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, 1998.