BE & GG, Hendra Martha Fauzy, Hapzi Ali, Ethics and Business; Philosopical Ethics and Business, Universitas Mercu Buana, 2017

1. FORUM AND QUIZ
PHILOSOPICAL ETHICS AND BUSINESS
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA
Disusun Oleh
HENDRA MARTHA FAUZY
NIM : 55117110215
JURUSAN MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2017

2. Implementasi Philosophical Ethics and Business di Indonesia dan Kaitannya Dengan
Business Ethics dan Good Governance
Dosen saya pernah memberikan sebuah kata-kata wejangan yang saya rekam di ingatan saya “
akademis itu boleh salah tapi tidak boleh bohong, sementara di politik itu boleh bohong tapi tidak
boleh salah.” Dari wejangan beliau saya bisa paham kalau bangsa kita masih saja memutarbalikan
moral dan perilaku yang benar dibilang salah dan sebaliknya. Dari wejangan itu pula kita bisa
paham sebagian besar human resources yang bangsa kita miliki belum benar-benar mengerti arti
pentingnya sebuah filosofi dalam beretika di kehidupan nyata dalam hal ini fokus di dunia bisnis.
Etika bisnis memiliki pengertian penerapan prinsip-prinsip etika yang umum pada suatu wilayah
perilaku manusia yang khusus yaitu kegiatan ekonomi dan bisnis, serta memiliki fungsi
menggugah kesadaran moral pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik dan etis didasarkan nilai
nilai luhur yang bermanfaat bagi konsumen, masyarakat dan demi menjaga nama baik bisnis
sendiri dalam jangka panjang. Dari pengertian dan fungsi etika bisnis, kita bisa ambil kesimpulan
bagaimana pentingnya etika bisnis mengambil peranan dalam dunia ekonomi dalam hal bersikap
dan berperilaku. Kasus terakhir yang menimpa bangsa kita perihal etika bisnis yakni kasus First
Travel dimana dana umroh jamaah digunakan guna kepentingan pribadi dengan total 848 miliar
rupiah.
Dana umroh yang seharusnya digunakan perusaahan First Travel untuk memberangkat 58.682
jamaah, digunakan untuk kepentingan pribadi pemilik perusahaan. Niat yang mulia untuk
menunaikan ibadah sesuai ajaran agama harus berakhir di tangan pebisnis yang tidak beretika dan
bermoral. Dari sini kita bisa paham bagaimana tidak adanya etika bisnis yang dijaga berdasarkan
fungsi dari etika bisnis itu sendiri yakni agar pebisnis memiliki kesadaran moral dan berbisnis
secara baik didasarkan nilai nilai luhur.
Padahal selaku pebisnis selain harus memiliki etika bisnis yang baik, juga wajib menjalankan
prinsip – prinsip etika bisnis yang dapat dijadikan pedoman bagi setiap bentuk usaha. Sonny Keraf
(1998) menjelaskan bahwa prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut :
1. Prinsip Otonomi ; yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan
bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
2. Prinsip Kejujuran ; terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas
bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak berdasarkan atas kejujuran.
Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam
penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam
hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
3. Prinsip Keadilan ; menutut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan
yang adil dan sesuai kriteria yang rasional objektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.

3. 4. Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle) ; menuntut agar bisnis dijalankan
sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
5. Prinsip Integritas Moral ; terutama dihayati sebagai tuntutatn internal dalam diri pelaku bisnis
atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan tau
orang-orangnya maupun perusahaannya.
Dengan memegang 5 prinsip dan memiliki etika bisnis diharapkan pebisnis dapat berperilaku dan
beretika sesuai pedoman good corporate governance dan menjujung tinggi nilai-nilai luhur bangsa
kita yang berasaskan Pancasila.
Resume and Recomendation About Philosophical Ethics and Business
Di buku karangan Hartman: Business Ethics: Decision−Making for Personal Integrity and Social
Responsibility pada tema bahasan awal bab 3 dibahas mengenai manfaat sosial dan kewajiban
seseorang dalam kasus ini yaitu kepatutan seorang manajer retail menilai tingkat keloyalitasan
pemasok dimana seorang manajer dihadapkan masalah akan keuntungan perusahaan dengan
keberlangsungan hidup dan loyalitas pemasok.
Masalah yang dihadapi manajer tersebut bersifat pelik dimana dia harus menutup mata dan
menghilangkan etika bisnis serta moral dikarenakan tempat atau perusahaan dia bekerja menuntut
keuntungan lebih dengan cara membeli barang dari luar (bukan pemasok rutin) dan menghentikan
pesanan pada pemasok rutin dikarenakan harga barang yang lebih murah sehingga meningkatkan
margin keuntungan perusahaan. Disisi lain pemasok telah loyal terhadap perusahaan retail tersebut
dengan memegang perjanjian bisnis yang telah disepakati bahkan mensupport penuh retail tersebut
hingga harus mengkorbankan omset bahkan gaji pegawainya agar usahanya terus berlangsung,
pegawai yang dimiliki pemasok tetap bekerja dan tetap berkomitmen dengan perjanjian bisnis
yang disepakati.
Dari hal tersebut dalam perspektif etika bisnis terjadi sebuah pelanggaran prinsip yaitu prinsip
keadilan, saling menguntungkan dan intergritas moral. Hal tersebut memang sulit untuk
dihindarkan dari sisi manajer dikarena seorang manajer hanya menjalankan perintah stakeholder
dari perusahaan tersebut. Etika bisnis itu sendiri memiliki fungsi menggugah kesadaran moral
pelaku bisnis untuk berbisnis secara baik dan etis didasarkan nilai nilai luhur yang bermanfaat bagi
konsumen, masyarakat dan demi menjaga nama baik bisnis sendiri dalam jangka panjang.
Etika bisnis itu sendiri memiliki beberapa teori diantaranya :
1. Teori Utilitarisme, dimana suatu perbuatan baik jika membawa manfaat untuk kepentingan
masyarakat banyak yang menitik beratkan suatu perbuatan dianggap baik atau buruk pada
tingkat kebahagian dalam jumlah orang banyak. Teori ini memiliki kelemahan dengan

4. mengkobankan pihak minoritas atau yang tidak sepaham dan sependapat dengan perbuatan atau
keputusan pihak banyak.
2. Teori Dentology, dimana teori ini melandaskan perbuatan baik dan buruk berdasarkan
kewajiban. Teori ini juga memiliki kelamakan yaitu menghilangkan perasaan atau moral dalam
suatu perbuatan karena hanya berpedoman pada perintah yang menjadi kewajiban dibalik benar
dan salahnya suatu perbuatan. Perbuatan yang benar adalah sesuai dengan kewajiban.
3. Teori Keutamaan, baik buruknya perilaku manusia berdasarkan suatu prinsip atau norma.
Seseorang adalah orang baik jika memiliki keutamaan.
Dengan demikian filosofi etika dan bisnis yang dapat kita lakukan sebagai manusia dalam
pandangan ekonomi yaitu kita harus menjujung tinggi nilai nilai luhur dalam menjalin hubungan
dengan sesama berdasarkan suatu prinsip dan moral dalam berbisnis yaitu
1. Kejujuran, dengan tidak berbohong dan menipu dalam transaksi bisnis
2. Keadilan, kesedian memberikan sesuatu secara wajar serta adil dengan apa yang menjadi hak
orang lain.
3. Kepercayaan, memberikan kepercayaan kepada mitra bisnis untuk menjalankan usaha sehingga
menimbulkan rasa saling memiliki dan berbagi tanggung jawab serta kewajiban dalam usaha.
4. Keuletan, yaitu patang menyerah, gigih dan giat dalam menjalankan usaha.
Dengan memiliki perilaku bisnis tersebut maka usaha yang dijalankan niscaya akan bertahan
lama dan memiliki manfaat bagi masyarakat banyak dengan secara tidak langsung bagi pebisnis
tersebut telah menjalankan prinsip etika bisnis serta memiliki ethic and good governance yang
baik dalam menjalankan usahanya.

5. DAFTAR PUSTAKA
Keraf, A Sonny, 1998. Etika Bisnis (Tuntutan Dan Relevansinya), Kanisius, Yogyakarta
Laura P.Hartman – Joe DesJardins, 2011. Business Ethics: Decision Making for Personal
Integrity & Social Responsibility, McGraw-Hill International Edition, Second Edition.
Hapzi Ali, 2016. Modul BE & GG, Univeristas Mercu Buana.