Agribisnis merupakan kegiatan usaha yang mencakup seluruh rantai produksi, pengolahan, dan pemasaran hasil pertanian. Terdiri dari aktivitas on-farm seperti produksi dan pengolahan, serta off-farm seperti pemasaran dan kelembagaan penunjang. Pembangunan pertanian bertujuan meningkatkan produksi dan pendapatan melalui intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi dengan teknologi modern serta manajemen yang baik.
Teks tersebut membahas perspektif agribisnis dalam meningkatkan pendapatan petani dan pengentasan kemiskinan melalui studi kasus program FEATI di Kabupaten Malang. Program ini meningkatkan aktivitas agribisnis pedesaan dengan mengubah pola pikir petani dari pertanian tradisional menjadi modern melalui pelatihan untuk menumbuhkan sikap kewirausahaan guna mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan petani.
Dokumen tersebut membahas tentang pemasaran hasil pertanian menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi ini memungkinkan petani untuk menjual hasil panennya secara online melalui platform e-commerce bernama Kecipir. Kecipir memfasilitasi petani, agen pengumpul, dan pembeli untuk terhubung dan melakukan transaksi secara online. Dokumen juga menjelaskan proses pendaftaran bagi petani, agen, dan pemb
Dokumen ini membahas perlunya pengembangan agribisnis di desa sesuai dengan komoditas lokal yang ada. Agribisnis di desa dibedakan menjadi tiga skala yaitu kecil, sedang, dan besar dengan karakteristik masing-masing. Dokumen ini juga menyarankan perubahan paradigma dari pendekatan lama menjadi pendekatan baru dalam pembinaan agribisnis desa."
Dokumen tersebut membahas upaya perbaikan sistem tataniaga pertanian, dengan langkah-langkah seperti mengefisiensikan distribusi, mempromosikan produk, membagi level pemasaran, memperbaiki produk, dan meminimalkan marjin tataniaga antara petani dan pedagang pengecer.
1. Sistem Agribisnis Komoditas Stroberi
-Subsistem Hulu
-Subsistem Onfarm
-Subsistem Pengolahan
-Subsistem Pemasaran
-Subsistem Jasa dan Penunjang
Integrasi secara vertikal dan horizontal, serta
Backward linkage dan forward linkage
2. Perkembangan Sistem Agribisnis Komoditas Stroberi
3. Manfaat Pembangunan Sistem Agribisnis
Agribisnis merupakan kegiatan usaha yang mencakup seluruh rantai produksi, pengolahan, dan pemasaran hasil pertanian. Terdiri dari aktivitas on-farm seperti produksi dan pengolahan, serta off-farm seperti pemasaran dan kelembagaan penunjang. Pembangunan pertanian bertujuan meningkatkan produksi dan pendapatan melalui intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi dengan teknologi modern serta manajemen yang baik.
Teks tersebut membahas perspektif agribisnis dalam meningkatkan pendapatan petani dan pengentasan kemiskinan melalui studi kasus program FEATI di Kabupaten Malang. Program ini meningkatkan aktivitas agribisnis pedesaan dengan mengubah pola pikir petani dari pertanian tradisional menjadi modern melalui pelatihan untuk menumbuhkan sikap kewirausahaan guna mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan petani.
Dokumen tersebut membahas tentang pemasaran hasil pertanian menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi ini memungkinkan petani untuk menjual hasil panennya secara online melalui platform e-commerce bernama Kecipir. Kecipir memfasilitasi petani, agen pengumpul, dan pembeli untuk terhubung dan melakukan transaksi secara online. Dokumen juga menjelaskan proses pendaftaran bagi petani, agen, dan pemb
Dokumen ini membahas perlunya pengembangan agribisnis di desa sesuai dengan komoditas lokal yang ada. Agribisnis di desa dibedakan menjadi tiga skala yaitu kecil, sedang, dan besar dengan karakteristik masing-masing. Dokumen ini juga menyarankan perubahan paradigma dari pendekatan lama menjadi pendekatan baru dalam pembinaan agribisnis desa."
Dokumen tersebut membahas upaya perbaikan sistem tataniaga pertanian, dengan langkah-langkah seperti mengefisiensikan distribusi, mempromosikan produk, membagi level pemasaran, memperbaiki produk, dan meminimalkan marjin tataniaga antara petani dan pedagang pengecer.
1. Sistem Agribisnis Komoditas Stroberi
-Subsistem Hulu
-Subsistem Onfarm
-Subsistem Pengolahan
-Subsistem Pemasaran
-Subsistem Jasa dan Penunjang
Integrasi secara vertikal dan horizontal, serta
Backward linkage dan forward linkage
2. Perkembangan Sistem Agribisnis Komoditas Stroberi
3. Manfaat Pembangunan Sistem Agribisnis
Strategi pengembangan sektor hortikulturaKusuma Darma
Sub sektor hortikultura memiliki peran penting dalam peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja namun menghadapi tantangan berupa skala usaha kecil, anomali iklim, serta ketergantungan impor yang tinggi. Pengembangannya perlu didukung dengan perluasan lahan dan peningkatan daya saing produk lokal.
Dokumen tersebut membahas peran koperasi dalam mendukung ketahanan pangan nasional di Indonesia. Secara garis besar, dokumen menjelaskan bahwa perubahan kebijakan pemerintah yang menyerahkan penyaluran pupuk dan pengadaan beras sepenuhnya kepada mekanisme pasar telah mengurangi peran koperasi dan berdampak negatif terhadap produksi dan ketersediaan pangan di dalam negeri serta posisi petani. Dokumen ini bertujuan
Sistem pendukung keputusan dapat membantu menentukan kualitas dan harga jagung yang layak untuk petani dan eksportir berdasarkan standar pemerintah. Aplikasi web ini akan menentukan harga jagung BISI-2 sesuai kriteria, mencegah penetapan harga sembarangan.
Dokumen tersebut membahas kondisi dan permasalahan pembangunan pertanian di Indonesia, termasuk pendapatan petani yang rendah, keterbatasan lahan dan infrastruktur, serta perlunya strategi baru untuk menciptakan nilai tambah dalam pertanian.
Tugas akhir ini membahas tentang perlunya pengembangan sumber daya manusia petani dan peran penyuluhan pertanian dalam pembangunan pertanian di masa depan. Penyuluhan diharapkan dapat mengubah citra dari proses alih teknologi menjadi pemberdayaan petani untuk mengubah cara berpikir dan belajar secara mandiri. Materi penyuluhan juga perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kapasitas petani agar lebih ber
Dokumen tersebut membahas strategi untuk membangun petani Indonesia menjadi modern dan profesional dengan meningkatkan ekonomi dan kualitas sumber daya manusia petani. Langkah awalnya adalah penguatan ekonomi petani melalui program agribisnis dan stabilisasi harga, serta peningkatan kualitas penyuluhan pertanian dengan mencontoh sistem Australia. Tujuannya agar petani mampu mengolah sumber daya alam secara optimal dan bersaing di pasar global.
Teks tersebut membahas program FEATI (Farmers Empowerment Through Agricultural Technology Innovation) di Kabupaten Malang yang bertujuan meningkatkan pendapatan petani dan mengentaskan kemiskinan melalui peningkatan aktivitas agribisnis di pedesaan. Program ini mengubah pola pikir petani dari pertanian tradisional menjadi pertanian modern dengan sikap kewirausahaan, melalui proses pembelajaran berkelanjutan. Agar keberlanjutan program ini berhasil, perlu
Lazismu MPM Muhammadiyah berupaya membangun kemandirian dan keadilan bagi petani melalui gerakan kedermawanan. Program pemberdayaan petani bertujuan menanggulangi kemiskinan petani dengan memberikan pembekalan budidaya pertanian yang benar dan mendukung terbentuknya kelompok tani serta jaringan usaha dan pemasaran. Aktivitas program meliputi advokasi kebijakan, pembentukan kelompok petani, dan pendampingan petani dalam bud
Adm Pembangunan PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN Aning dan Inas Prodi AP UGKUGK
Tugas Mahasiswa Program Studi Administrasi Publik (Prodi AP) Universitas Gunung Kidul (UGK) Topik Administrasi Pembangunan Bidang Pertanian (Matkul Administrasi Pembangunan)
Strategi pengembangan sektor hortikulturaKusuma Darma
Sub sektor hortikultura memiliki peran penting dalam peningkatan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja namun menghadapi tantangan berupa skala usaha kecil, anomali iklim, serta ketergantungan impor yang tinggi. Pengembangannya perlu didukung dengan perluasan lahan dan peningkatan daya saing produk lokal.
Dokumen tersebut membahas peran koperasi dalam mendukung ketahanan pangan nasional di Indonesia. Secara garis besar, dokumen menjelaskan bahwa perubahan kebijakan pemerintah yang menyerahkan penyaluran pupuk dan pengadaan beras sepenuhnya kepada mekanisme pasar telah mengurangi peran koperasi dan berdampak negatif terhadap produksi dan ketersediaan pangan di dalam negeri serta posisi petani. Dokumen ini bertujuan
Sistem pendukung keputusan dapat membantu menentukan kualitas dan harga jagung yang layak untuk petani dan eksportir berdasarkan standar pemerintah. Aplikasi web ini akan menentukan harga jagung BISI-2 sesuai kriteria, mencegah penetapan harga sembarangan.
Dokumen tersebut membahas kondisi dan permasalahan pembangunan pertanian di Indonesia, termasuk pendapatan petani yang rendah, keterbatasan lahan dan infrastruktur, serta perlunya strategi baru untuk menciptakan nilai tambah dalam pertanian.
Tugas akhir ini membahas tentang perlunya pengembangan sumber daya manusia petani dan peran penyuluhan pertanian dalam pembangunan pertanian di masa depan. Penyuluhan diharapkan dapat mengubah citra dari proses alih teknologi menjadi pemberdayaan petani untuk mengubah cara berpikir dan belajar secara mandiri. Materi penyuluhan juga perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kapasitas petani agar lebih ber
Dokumen tersebut membahas strategi untuk membangun petani Indonesia menjadi modern dan profesional dengan meningkatkan ekonomi dan kualitas sumber daya manusia petani. Langkah awalnya adalah penguatan ekonomi petani melalui program agribisnis dan stabilisasi harga, serta peningkatan kualitas penyuluhan pertanian dengan mencontoh sistem Australia. Tujuannya agar petani mampu mengolah sumber daya alam secara optimal dan bersaing di pasar global.
Teks tersebut membahas program FEATI (Farmers Empowerment Through Agricultural Technology Innovation) di Kabupaten Malang yang bertujuan meningkatkan pendapatan petani dan mengentaskan kemiskinan melalui peningkatan aktivitas agribisnis di pedesaan. Program ini mengubah pola pikir petani dari pertanian tradisional menjadi pertanian modern dengan sikap kewirausahaan, melalui proses pembelajaran berkelanjutan. Agar keberlanjutan program ini berhasil, perlu
Lazismu MPM Muhammadiyah berupaya membangun kemandirian dan keadilan bagi petani melalui gerakan kedermawanan. Program pemberdayaan petani bertujuan menanggulangi kemiskinan petani dengan memberikan pembekalan budidaya pertanian yang benar dan mendukung terbentuknya kelompok tani serta jaringan usaha dan pemasaran. Aktivitas program meliputi advokasi kebijakan, pembentukan kelompok petani, dan pendampingan petani dalam bud
Adm Pembangunan PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN Aning dan Inas Prodi AP UGKUGK
Tugas Mahasiswa Program Studi Administrasi Publik (Prodi AP) Universitas Gunung Kidul (UGK) Topik Administrasi Pembangunan Bidang Pertanian (Matkul Administrasi Pembangunan)
1. Dokumen membahas tentang perkembangan sektor pertanian Indonesia dan masalah yang dihadapi, termasuk rendahnya nilai tukar petani. Sektor pertanian memberikan kontribusi penting bagi perekonomian namun menghadapi tantangan seperti keterbatasan lahan dan produktivitas.
Program READ bertujuan untuk meningkatkan mata pencaharian masyarakat miskin pedesaan di Sulawesi Tengah melalui empat komponen yakni pemberdayaan masyarakat, pengembangan usaha pertanian dan non-pertanian, peningkatan prasarana desa, serta pengelolaan program dan analisis kebijakan."
Dokumen tersebut membahas tentang kontribusi sektor pertanian terhadap pembangunan ekonomi di Indonesia. Sektor pertanian berperan penting dalam menyediakan pangan, menciptakan lapangan kerja, dan menghasilkan devisa melalui ekspor. Kontribusi ini membantu pertumbuhan sektor lain dan pembangunan ekonomi nasional secara keseluruhan.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu paradigma pemasaran akhir-akhir ini yang cukup populer adalah pemasaran produk
pertanian tidak berpihak pada petani produsen terutama petani produsen dengan lahan pertanian yang
relatif sempit/terbatas.
Petani produsen dengan lahan pertanian yang sempit dan didirikan dengan cara-cara bertani tradisional
pada umumnya proses produksinya tidak efisien dan bahkan mengganggu biaya produksi pertaniannya
hanya diperhitungkan dari biaya-biaya produksi yang riil dikeluarkan sehingga biaya-biaya yang tidak
keluar akan secara nyata dianggap bukan faktor produksi sehingga terus dipergunakan dalam proses
biaya produksi. Biasanya yang diperhitungkan hanya tenaga kerja yang diambil dari luar keluarganya
sehingga secara nyata diperlukan biaya untuk tenaga kerja tersebut contoh buruh tani yang digunakan
sehinnga petani produsen betul-betul secara nyata mengeluarkan biaya yang berupa upah sedangkan
tenaga sendiri dan keluarganya sering tidak diperhitungkan.
Akibat dari hal tersebut diatas biaya tenaga kerja sendiri/keluarganya tersebut diperhitungkan sebagai
keuntungan yang diperoleh. Ciri-ciri dari petani produsen yang tradisional yaitu tidak adanya
pengetahuan tentang pasar sebagai tempat bertemu produsen dan konsumen termasuk harga pasar,
permintaan dan penawaran, sehingga para petani produsen hanya dapat menerima harga pasar yang
pada umumnya ditentukan oleh para pedagang perantara sebagai akibat ketidaktahuan / tidak adanya
informasi mengenai pasar pada tingkat petani produsen.
Sebagai akibat lebih lanjut dari keadaan tersebut diatas maka margin harga ditingkat produsen dan di
pasar lebih besar diperoleh para pedagang perantara bahkan kadang-kadang produsen hanya
memperoleh pendapatan yang berupa biaya produksi tanpa keuntungan.
1.2 Perumusan Masalah
Pembangunan pertanian akan terbentur apabila petani-petani kecil itu tidak memiliki kesempatan
untuk membeli barang; apabila input-input pertanian, baik yang modern maupun yang tradisional
kurang persediaannya; dan apabila informasi-informasi yang tepat mengenai tanaman baru, harga
pasar, atau teknik baru tidak bisa diperoleh. Permasalahan pembangunan pertanian lebih dominan
disebabkan oleh lemahnya pembangunan sosial.
Faktor sosial (modal sosial) dan kelembagaan sebagai basis kristalisasi nilai tidak ditangani secara
baik. Kelembagaan pada tingkat mikro (kelompok tani) yang merupakan basis berkembangnya modal
sosial dari bawah, sehingga perlu diperkuat karena berpotensi menjadi bahan bakar pembangunan
sosial dan ekonomi di pedesaan. Berkaitan dengan pelaksanaan otonomi daerah maka lembaga
pembangunan pertanian yang berinduk pada lembaga sektor nasional harus menyesuaikan rencana dan
strategi pembangunan sektor ke dalam pola pikir dan tujuan pembangunan daerah. Keragaman
potensisumberdaya alam, sumberdaya manusia, sosial budaya dan iklim
pembangunan daerah membuka peluang bagi lembaga pembangunan pertanian untuk lebih kreatif
untuk mengembangan strategi pendekatan yang bersifat spesifik lokalita dan berkelanjutan.
Keberhasilan pembangunan ekonomi di pedesaan tidak terlepas dari sinkronisasi kebijakan
pembangunan pertanian di tingkat nasional, regional dan daerah. Pembangunan sektor pertanian tidak
bisa dilakukan secara otonom karena mempunyai keterkaitan dengan sub sektor dan sektor-sektor lain
dan sejauh ini masih memerlukan dukungan dan jaringan kerjasama dari berbagai sektor.
Paradigma modernisaisi pertanian yang bertujuan merubah sektor pertanian tradisional menjadi sektor
pertanian modern yang dikenal dengan “revolusi hijau” telah mampu meningkatkan produksi
pertanian khususnya pertanian tanaman pangan (padi) juga diikuti dengan munculnya berbagai
masalah generasi kedua, seperti:
a. Rentannya sistem pertanian pangan di Negara-negara sedang berkembang terhadap serangan hama
penyakit;
b. Ketergantungan petani pada input-input modern (pupuk kimiawi, pestisidan dan herbisida);
c. Masalah sosial (perbedaan antara petani kaya dan petani miskin) yang disebabkan oleh adanya
perubahan dalam berbagai situasi tradisional yang semula berperan dalam mekanisme pemerataan; dan
d. Berkembangnya ekonomi uang di daerah pedesaan.
e. Permasalahan-permasalahan pembangunan pertanian masih dapat dianalisis lebih rinci mengenai
faktor-faktor penyababnya :
2. 1. Meningkatnya serangan hama penyakit pada tanaman pangan disebabkan oleh meningkatnya
penggunaan teknologi pertanian modern,
2. Ketergantungan petani pada input-input modern disebabkan oleh orientasi peningkatan produksi
sebagai tolok ukur keberhasilanpembangunan pertanian tanpa mempertimbangkan dampak-dampak
negattif terhadap penerapan teknologi modern.
3. Meningkatnya stratafikasi sosial di pedesaan seperti adanya perbedaan petani kaya dan petani
miskin atau adanya golongan petani berperilaku rasional (rational behavior) dan golongan petani yang
mementingkan diri sendiri (self interested) disebabkan oleh perbedaan pemilikan/penguasaan lahan
pertanian yang berakibat pada meningkatnya kemiskinan,
4. Berkembangkannya ekonomi uang di pedesaan tidak diimbangi oleh pengembangan ekonomi
kerakyatan yang berbasis pada kelembagaan sosial pedesaan.
Permasalahan lain dalam pelaksanaan pembangunan berorientasi peningkatan produksi adalah tidak
diikuti dengan pengembangan teknologi sosial seperti pengembangan kelembagaan pedesaan yang
berbasis agribisnis serta mengabaikan faktor-faktor sosial budaya dan kekuatan sumberdaya lokal,
sehingga mengakibatkan pembangunan pertanian tidak berkelanjutan. Keberhasilan agribisnis di
sektor pertanian sangat ditentukan oleh kekuatan modal sosial melalui jaringan-jaringan (networks),
saling kepercayaan (trust) dan norma (norms). Tidak berjalannya kegiatan agribisnis di pedesaan
disebabkan oleh rusaknya modal sosial karena perilaku negatif yang dilakukan oleh beberapa individu.
Sistem pemasaran pertanian merupakan satu kesatuan urutan lembaga-lembaga pemasaran. Tugasnya
melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk pertanian dari produsen awal
ke tangan konsumen akhir. Begitu pula sebaliknya memperlancar aliran uang, nilai produk yang
tercipta oleh kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran, baik dari tangan
konsumen akhir ke tangan produsen awal dalam suatu sistem komoditas.
Sistem pemasaran pertanian mencakup banyak lembaga, baik yang berorientasi laba maupun nirlaba,
baik yang terlibat dan terkait secara langsung maupun yang tidak terlibat atau terkait langsung dengan
operasi sistem pemasaran pertanian. Sistem pemasaran yang kompleks tersebut diharapkan dapat
memainkan peranan penting dalam upaya memaksimalkan tingkat konsumsi kepuasan konsumen,
pilihan konsumen, dan mutu hidup masyarakat.
Dalam pengembangan sektor pertanian ke depan masih ditemui beberapa kendala, terutama dalam
pengembangan sistem pertanian yang berbasiskan agribisnis dan agroindustri.1 Kendala yang dihadapi
dalam pengembangan pertanian khususnya petani skala kecil, antara lain :
a. Lemahnya struktur permodalan dan akses terhadap sumber permodalan.
b. Ketersediaan lahan dan masalah kesuburan tanah.
c. Pengadaan dan penyaluran sarana produksi.
d. Terbatasnya kemampuan dalam penguasaan teknologi.
e. Lemahnya organisasi dan manajemen usaha tani.
f. Kurangnya kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia untuk sektor agribisnis.[...]