SlideShare a Scribd company logo
1 of 66
i
PROPOSAL TUGAS AKHIR
MERANCANG MODEL PENGUKURAN DAN MENGUKUR KINERJA
SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) DENGAN METODE
INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEMS (IPMS)
DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
(STUDI KASUS : PT. CIRCLE PRO GROUP
KLATEN – JAWA TENGAH )
iv
.
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………….i
PERMOHONAN PERSETUJUAN SIDANG………………………………………....ii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................iii
KATA PENGANTAR………………………………………………………..………...iv
DAFTAR ISI....................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………………..viii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………...xi
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….1
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………………………..1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………1
1.3 Batasan Masalah……………………………………………………………………..7
1.4 Tujuan Penelitian…………………………………………………………………….7
1.5 Manfaat Penelitian…………………………………………………………………...7
1.6 Sistematika Penulisan………………………………………………………………..8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………….9
2.1 Supply Chain………………………………………………………………………...9
2.2 Mineral dan Logam Supply Chain………………………………………………….11
2.3 Supply Chain Management………………………………………………………...,12
2.4 Green Supply Chain Managemet…………………………………………………...13
BAB III METODELOGI PENELITIAN……………………………………………14
3.1 Metodelogi Penelitian………………………………………………………………16
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………………………….16
3.3 Tahapan Penelitian………………………………………………………………….17
3.3.1 Perancangan kinerja Supply Chain Management Model Score……...………..18
3.3.2 Validasi Indikator kinerja SCM...………………………………………….....20
3.3.3 Pembobotan AHP Indikator kinerja SCM...…………………………………..21
3.3.4 Pengukuran Kinerja SCM..……………………………………………………24
3.3.5 Perancangan Arah Perbaikan………………………………………………….26
vi
3.3.6 Analisis dan Perbaikan……………………………………………………….28
3.3.7 Kesimpulan dan Saran………………………………………………………..29
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..30
LAMPIRAN…………………………………………………………………………..34
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam dunia usaha persaingan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari. Setiap
perusahaan dituntut untuk berbenah dalam setiap aspek-aspek kinerja perusahaannya,
sehingga perusahaan dapat tetap bersaing dengan perusahaan lain. Pada saat ini, perusahaan
dihadapkan pada kompleksitas dan turbulensi dalam lingkungan bisnisnya, dengan
lingkungan yang demikian menuntut suatu manajemen yang fleksibel dan dinamis dalam
menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Untuk dapat tetap eksis dalam dunia bisnis
dengan persaingan yang begitu keras, perusahaan harus dapat mengikuti perkembangan yang
ada dengan sebaik-baiknya, baik dari segi internal perusahaan, maupun dari segi eksternal.
Pengetahuan dan wawasan akan dunia kerja yang berkaitan dengan dunia industri daan jasa
sangat diperlukan sehubungan dengan kondisi negara Indonesia yang merupakan salah satu
negara berkembang, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi akan diaplikasikan oleh industri
terlebih dulu. Struktur supply chain yang kompleks dan melibatkan banyak pihak baik
internal maupun eksternal perusahaan dapat menimbulkan permasalahan apabila pihak
perusahaan tidak mengetahui sejauh mana performansi supply chain telah tercapai. Supply
chain yang dikelola dengan baik dapat menghasilkan produk yang murah, berkualitas, dan
tepat waktu sehingga target pasar terpenuhi dan dapat menghasilkan keuntungan bagi
perusahaan. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2005), manfaat dari penerapan supply chain
adalah mengurangi inventory barang, menjamin kelancaran penyediaan barang, menjamin
mutu, mengurangi jumlah supplier, dan mengembangkan supplier partnership atau strategic
alliance. Menurut Pujawan (2005), Supply Chain Management merupakan suatu kesatuan
proses dan aktivitas produksi mulai bahan baku diperoleh dari supplier, proses penambahan
nilai yang merubah bahan baku menjadi barang jadi, proses penyimpanan persediaan barang
sampai proses pengiriman barang jadi tersebut ke retailer dan konsumen. Pengukuran kinerja
supply chain bagi perusahaan perlu dilakukan karena bertujuan untuk mengurangi
biayabiaya, memenuhi kepuasan pelanggan dan meningkatkan keuntungan perusahaan serta
untuk mengetahui sejauh mana performansi supply
2
chain perusahaan tersebut telah tercapai. Pengukuran kinerja menurut Yuwono,
Sukarno, dan Ichsan (2002) merupakan bagian dari sistem pengendalian manajemen yang
mencakup baik tindakan yang mengimplikasikan keputusan perencanaan maupun penilaian
kinerja pegawai serta operasinya (dalam Hanungrani, 2013). Menurut Rakhman (2006)
pengukuran kinerja Supply Chain Management merupakan sesuatu yang penting disebabkan
oleh beberapa alasan yaitu (dalam Iriani, 2008) Media untuk hal tersebut adalah dengan
mengetahui tingkat perfomasi perusahaan dengan melakukan pengukuran kinerja. Setiap
perusahaan harus melakukan pengukuran kinerja perusahaan agar perusahaan dapat
mengetahui tingkat performansi kerja Supply Chain Management yang baik. Pengukuran
kinerja Supply Chain Management dilakukan karena pada dasarnya perusahaan perlu
mengevaluasi dan merencanakan kinerja sehingga terjadi peningkatan proses kinerja, yang
ditandai dengan pencapaian laba yang berkesinambungan untuk mencapai kesejahteraan
bersama bagi pemilik usaha, karyawan, dan stakeholder lainnya. Perkembangan industri Jasa
Digital memunculkan persaingan yang sangat ketat diantaranya Multimedia khususnya di
wilayah Klaten Jawa Tengah seperti Nakowara Studio, Bagong Studio, CV. Multimedia
Bekarya, PT. Circle Pro Group dan lain sebagainya. Stakeholder adalah sekelompok orang
yang berperan penting dalam suatu perusahaan disamping pihak yang menerima dan
menggunakan barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu perusahaan. Dengan diketahuinya
keinginan dan kebutuhan dari stakeholder sehingga dapat membuat kinerja suatu perusahaan
menjadi meningkat dikarenakan stakeholder merupakan faktor penting dan mempunyai
hubungan baik secara langsung maupun tidak langsung pada Perusahaan.
3
PT. Circle Pro Group adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan atau
jasa dalam bidang multimedia, pengadaan alat broadcasting, helper cleaning , dan
pengurusan izin legalitas. PT. Circle Pro Group belum perna melakukan pengukuran kinerja
supply chain management sementara banyaknya permintaan dan kebutuhan pelanggan akan
bidang digital maka perusahaan dituntut untuk mampu memberikan pelayanan yang
berkualitas. Agar mampu bertahan dengan banyaknya persaingan perusahaan memerlukan
pengukuran kinerja Supply Chain Management yang terorganisir dan terintegrasi. PT. Circle
Pro Group melakukan proses pelayanan setiap hari untuk memenuhi targetnya, tetapi
perusahaan belum bisa memenuhi target pelayanan yang telah ditetapkan. Target pelayanan
di PT. Circle Pro Group belum perna melakukan pengukuran kinerja supply chain
mangemant sehingga belum mempunyai model pengukuran kinerjanya yang dapat dijadikan
sebagai tolok ukur dalam mengukur kinerja supply chain mangemant nya agar produksi
yang dilakukan tidak kurang dan tidak lebih sehingga dapat memberikan pelayanan yang
tepat sesuai keinginan customer. Berikut ini merupakan data pelayanan dan target perusahaan
di PT. Circle Pro Group Klaten Jawa Tengah.
Tabel 1.1 DATA PELAYANAN MULTIMEDIA PT. CIRCLE PRO GROUP 2021 – 2023
TAHUN BULAN
TARGET
PELAYANAN/BULAN
JUMLAH
PELAYANAN
KETERANGAN
2021-2023
Januari 200 35 Belum Tercapai
Februari 200 40 Belum Tercapai
Maret 200 39 Belum Tercapai
April 200 200 Tercapai
Mei 200 200 Tercapai
Juni 200 59 Belum Tercapai
Juli 200 200 Tercapai
Agustus 200 50 Belum Tercapai
September 200 30 Belum Tercapai
Oktober 200 39 Belum Tercapai
November 200 45 Belum Tercapai
Desember 200 50 Belum Tercapai
Sumber : Data Perusahaan, 2023
Kesulitan PT. Circle Pro Group dalam mencapai target pelayanan dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yaittu salah satunya disebabkan oleh kondisi manajemen yan kurang baik.
Terlihat pada Tabel 1.1 tidak tercapainya pemenuhan target produksi multimedia disebabkan
ketidak sanggupan karyawan dalam mencapai target pelayanan diakibatkan oleh
keterlambatan karyawan dalam memulai pekerjaan. Karyawan yang kurang disiplin,
3
seharusnya jam kerja dimulai dari jam 08.00 – 16.00 WIB tetapi karyawan mulai bekerja
tidak tepat waktu, karyawan
4
lebih sering memulaipekerjaan pada jam 09.00 WIB. Tidak mematuhi peraturan yang telah
ditetapkan menyebabkan tidak efektifnya jam kerja yang dimiliki oleh karyawan. Jumlah
pelayanan multimedia di PT. Circle Pro Grouup dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 1.1
Grafik
Gambar 1.1 Grafik Pelayanan PT. Circle Pro Group 2021-2023
Dari Gambar 1.1, terlihat bahwa produksi pelayanan oleh PT. Circle Pro Group banyak tidak
mencapai target sehingga dapat dihitung pada Tahun 2021, 2022 dan tahun 2023 hanya
tercapai 6 kali. Yaitu pada Tahun 2021 pada bulan April, Mei dan Juli. Tahun 2022 pada
bulan April mei dan Juli dan Tahun 2023 pada bulan Mei dan bulan Juni. Target pelayanan
untuk setiap tahunnya selalu berjumlah 200 plyn/bulan. Berdasarkan Gambar 1.1 Grafik
pelayanan dapat dilihat turun naik (berfluktuasi) bahkan terjadi penurunan yang sangat
drastis. Penurunan target pelayanan ini terjadi karena beberapa hal, diantaranya hasil desain
yang sudah selesai dikerjakan masih ada yang belum disetujui langsung oleh distributor
(pelanggan). Bahkan keterlambatan dalam menyetujui yang telah selesai ini molor dalam 1
(satu) hingga 3 (tiga) bulan. Molor ini menyebabkan tidak semua pelayanan yang digunakan
pelanggan datang kembali. 2 hal yang menyebabkan hasil desain yang sudah selesai
dikerjakan belum di setujui oleh pelanggan yaitu, pertama pelanggan belum memastikan yang
ada ditempatnya akan kebutuhannya. Permintaan desain milik pelanggan yang belum Sesuai,
sehingga pelanggan belum bisa menyetujui Desain baru yang ada di multimedia service.
Kedua, adanya hutang pelanggan kepada perusahaan yang menyebabkan perusahaan belum
mau memberikan pelayanan yang sudah selesai mereka kerjakan kepada pelanggan. Hasil
akan di berikan kepada pelanggan apabila pelanggan sudah melunasi hutangnya dahulu
4
kepada perusahaan. Kejadian ini menyebabkan perusahaan sulit untuk mencapai pendapatan
yang telah perusahaan tetapkan.
5
Hal ini menyebabkan pendapatan perusahaan juga tidak tercapai . Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 1.2 dibawah ini:
Tabel 1.2 DATA PENDAPATAN PT. CIRCLE PRO GROUP 2021 – 2023
TAHUN BULAN
TARGET
PENDAPATAN
JUMLAH
PENDAPATAN
KETERANGAN
2021-2023
Januari Rp. 100.000.000 Rp. 17.500.000 Belum Tercapai
Februari Rp. 100.000.000 Rp. 20.000.000 Belum Tercapai
Maret Rp. 100.000.000 Rp. 19.500.000 Belum Tercapai
April Rp. 100.000.000 Rp. 100.000.000 Tercapai
Mei Rp. 100.000.000 Rp. 100.000.000 Tercapai
Juni Rp. 100.000.000 Rp. 29.500.000 Belum Tercapai
Juli Rp. 100.000.000 Rp. 100.000.000 Tercapai
Agustus Rp. 100.000.000 Rp. 25.000.000 Belum Tercapai
September Rp. 100.000.000 Rp. 15.000.000 Belum Tercapai
Oktober Rp. 100.000.000 Rp. 19.500.000 Belum Tercapai
November Rp. 100.000.000 Rp. 22.500.000 Belum Tercapai
Desember Rp. 100.000.000 Rp. 25.000.000 Belum Tercapai
Sumber : Data Perusahaan 2023
Berdasarkan data pada Tabel 1.2 terlihat bahwa perusahaan tidak dapat memenuhi
target pendapatan yang telah ditetapkan oleh perusahaan, dengan target pendapatan
perusahaan adalah sebesar Rp. 100.000.000,-/bulan. Tercapainya target penjualan suatu
produk adalah tujuan utama dalam menjalankan suatu bisnis. Seperti halnya dengan PT.
Circle Pro Group, perusahaan selalu berusaha dalam mencapai targetnya namun yang terjadi
adalah sebaliknya. Minimnya pencapaian target produksi menyebabkan pendapatan
perusahaan juga ikut menurun. Penyebab dari tidak tercapainya target penjualan salah
satunya adalah kurang matangnya perencanaan dalam hal finansial, hal ini terlihat pada
perusahaan selaku produsen yang tidak mampu menjalankan proses atau prosedur perjanjian
penjemputan barang yang telah selesai diproduksi. Desain yang seharusnya selesai produksi
harus langsung diambil dan dibayar oleh pelanggan, tetapi terdapat temuan adanya tumpukan
desain yang sudah lama belum dibayar oleh pelanggan. Desain yang telah selesai dikerjakan
malah menumpuk di perusahaan,. Efek dari banyaknya tumpukan yang disimpan di
perusahaan ini adalah modal operasional dan bahan baku yang sudah dipakai.
Dari permasalahan diatas menunjukkan kinerja supply chain management nya kurang
baik , maka perlu dilakukan pengukuran kinerja supply chain management dengan
5
pendekatan Integrated Performance Measurement Systems (IPMS), penilaian kinerja yang
baik haruslah
7
terintegrasi untuk semua unit dan aktivitas di PT. Circle Pro Group, serta mencakup semua
kebutuhan stakeholders. Jika penilaian kinerja supply chain management tidak dilakukan
secara terintegrasi untuk semua unit dan aktivitas, maka akan sulit untuk menentukan faktor-
faktor penentu keberhasilan dalam peningkatan kinerja. Metode IPMS adalah salah satu
metode pengukuran kinerja yang mendasarkan pada kebutuhan stakeholder. Salah satu
tahapan dalam IPMS adalah membobotkan indikator yang berpengaruh terhadap capaian
kinerja. IPMS merupakan suatu metode yang mengukur kinerja secara terintegrasi dan
berbasis pada keinginan skateholders.(Maulidia et al., n.d.) Objectives ditentukan untuk
memenuhi keinginan stakeholdes, sehingga akan dapat ditentukan key performance
indicators yang akan digunakan untuk mengukur keberhasilannya. (Maulidia et al., n.d.)
Dalam sistem pengukuran kinerja yang dirancang setiap KPI memiliki bobot yang berbeda
terhadap kinerja. Oleh karena itu, di dalam melakukan pembobotan untuk masing-masing
KPI dalam sistem pengukuran kinerja digunakan konsep Analytical Hierarchy Process
(AHP). AHP adalah prosedur yang berbasis matematis yang sangat baik dan sesuai untuk
kondisi evaluasi atribut-atribut kualitatif.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengajukan
judul Tugas Akhir “ MERANCANG MODEL PENGUKURAN DAN MENGUKUR
KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) DENGAN METODE
INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEMS (IPMS) DAN
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : PT. CIRCLE PRO
GROUP KLATEN – JAWA TENGAH)”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang terdapat di latar belakang, maka rumusan
masalah yang diperoleh adalah :
1. Bagaimana merancang model pengukuran kinerja kinerja Supply Chain
Management SCM pada perusahaan multimedia di PT. Circle Pro Group ?
2. Bagaimana mengukur kinerja Supply Chain Management SCM dengan
menggunakan metode Integrated Performance Measurement Systems (IPMS) dan
Analytical hierarchy Process AHP di PT. Circle Pro Group ?
7
3. Bagaimana Merekomendasikan usulan perbaikan kinerja berdasarkan hasil
sistem pengukuran kinerja Supply Chain Management SCM. di PT. Circle Pro
Group ?
1.3.Tujuan
1. Merancang model pengukuran kinerja Supply Chain Management SCM pada
perusahaan multimedia di PT. Circle Pro Group
2. Mengukur kinerja perusahaan dengan metode Integrated Performance
Measurement Systems dan Analytical Hierarchy Process (AHP)
3. Memberikan usulan kinerja Supply Chain Management di PT. Circle Pro Group
1.4. Batasan Masalah
Agar permasalahan tidak meluas pada penelitian ini, maka dibutuhkan batasan
masalah untuk dapat membuat pembahasan yang dilakukan tidak melebar pada permasalahan
yang lainnya. Adapaun batasan permasalahannya adalah sebagai berikut:
1. Stakeholder perusahaan adalah pemilik, karyawan, pemasok dan pelanggan.
2. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data Tahun 2021 - 2023.
3. Dalam penelitian ini penulis tidak membahas tentang biaya dan keuangan lebih detail
perusahaan untuk menghindari kerahasiaan perusahaan.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Bagi Kepentingan Akademis
Sebagai bahan dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut, tentunya
dengan disiplin ilmu lain sebagai penunjang.
2. Bagi Kepentingan Perusahaan
Membantu pihak perusahaan PT. Circle Pro Group Klaten Jawa Tengah
untuk membuat alat ukur kinerja supply chain management mengetahui
kemampuan dan kelemahan perusahaan serta prioritas perbaikan di masa
yang akan datang melalui pengukuran performansi indicator kinerja supply
chain management.
8
Model perancangan kinerja ini bisa dipakai sebagai acuan untuk mengukur
kinerja supply chain management setiap tahunnya untuk semua perusahaan
multimedia.utamanya PT. Circle Pro Group dan hasil pengukurannya bisa
dipakai untuk mengevaluasi serta meperbaiki kinerja supply chain
management.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini pada dasar nya di bagi terdiri dari Tiga bab,
pada setiap bab terdiri dari sub bab, secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.
b. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini membahas tentang definisi para ahli mengenai materi yang relevan
dengan topik penelitian, dasar teori, serta kajian penelitian terdahulu.
c. BAB III : METODELOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang Jadwal kegiatan, Alat dan bahan, waktu dan
tempat penelitian, teknik pengumpulan data, tahapan kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Penelitian Terdahulu
Hasil Penelitian terdahulu merupakan refrensi bagi peneliti untuk melakukan
penelitian ini. Dalam penelitian tersebut terdapat perbedaan permasalahan penelitian.
Perbedaan antara penelitian yang dilakukan dengan peneiti sebelumnya terletak pada
permasalahannya. Dalam penelitian ini peneliti meneliti bagaimana pengendalian
pelayanan jasa di PT. Circle Pro Group dengan mwnggunakan metode Integreted
performance measurement system (IPMS) dan Anaylytical hierarchy process (AHP),
sehingga dapat tercapainya pelayananan yang tepat memenuhi target dengan biaya
persediaan yang lebih efisien.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Penulis Judul Metode Hasil Penelitian
1.
A.
Madinnsyah,
D Hidayat dan
J Juhaeri, 2020
Desain Formulasi dan
Implementasi Bisnis
strategic dengan
pendekatan Busniess model
Canvas (BMC)
Terintegrasi kerangka
Integreted Performance
management system IPMS
Pada Koperasi ASpirindi
IPMS Hasil analisis
redesain BMC
Koperasi Asperindo
didapat 5 komponen
yang harus
dioptimalisasi
diantaranya : Value
Propotions. Customer
Relations Channels,
Key Resource dan
Key Partners. Setelah
itu mengintegrasikan
BMC dengan
perancangan kinerja
Koperasi Asperindo
dengan metode IPMS
Framework. Sistem
manajemen kinerja
dibuat agar sesuai
dengan visi, misi dan
strategi koperasi.
Karena itu, Analisis
SWOT dan BMC
9
serta peta strategi
digunakan untuk
mendapatkan kinerja
variabel yang sesuai
untuk keberhasilan
usaha Koperasi
Asperindo.
2.
PL Fornier, L
Moisan , D
Lagace, 2021
Seizing the opportunity:
the emergence of shared
leadership during the
deployment of an
integrated performance
management system
IPMS memahami
bagaimana gaya
kepemimpinan yang
berbeda muncul
melalui penerapan
sistem manajemen
kinerja dan perangkat
terkait, serta
bagaimana hal
tersebut dapat
mendorong
kepemimpinan yang
terdistribusi.
3.
A Prisyanti,
2020
Evaluation university
ranking system using
quacquarelli Symonds and
integrated performance
measurement system
approach
IPMS Bahwa indikator yang
mempengaruhi
kinerja Undip
sebanyak 26 indikator
yang terbagi dalam 6
perspektif. Bobot
kepentingan untuk
kriteria penilaian QS
World University
Ranking yang
memiliki bobot paling
tinggi adalah reputasi
akademik
4.
MD
Yudhistira, P.
Ricardianto,
ZA Nofrisel,
L. Lesmini,
2022
PERFORMANCE
MEASUREMENT USING
PERFORMANCE PRISM
METHOD: EMPIRICAL
EVIDENCE OF A
NATIONAL LOGISTIC
COMPANY IN
INDONESIA
IPMS Dari penelitian ini
dengan bantuan
metode Analytical
Hierarchy Process
adalah bahwa secara
umum gudang
perusahaan Dinamika
Muda Mandiri dapat
melakukan pekerjaan
dengan baik sesuai
dengan keinginan
stakeholder,seperti
manajemen dan
investor, namun perlu
10
ditingkatkan di sisi
pelanggan.
5.
I Purnawati,
N. Andnyani,
2020
Performance evaluation of
microfinance institutions
and local wisdom-based
management concept
KPI and
AHP
Berdasarkan hasil
penelitian, dapat
disimpulkan bahwa
tidak hanya strategi,
proses, dan
kapabilitas yang
dapat mempengaruhi
LPD Desa Depeha,
tetapi kepuasan
pemangku
kepentingan dan
kontribusi pemangku
kepentingan juga
berpengaruh terhadap
LPD.
6.
R. Astuti, M.
Marimin, M.
Machfud, R.
Poerwanto,
2017
KEY PERFORMANCE
INDICATORS
IN EMERGING SUPPLY
CHAIN OF
MANGOSTEEN
IN BOGOR DISTRICT,
WEST JAVA PROVINCE,
INDONESIA
KPI,
SCOR
Model
Hasil identifikasi
indikator kinerja
kunci membantu
memandu anggota
rantai pasok manggis
di Kabupaten Bogor
dalam melakukan
trade-off antar
komponen kinerja
untuk meningkatkan
kinerja rantai pasok
secara keseluruhan
berdasarkan tingkat
kepentingan indikator
kinerja dari sudut
pandang anggota.
7.
VV Rao, 2020 A INDUSTRIAL
REVOLUTION 4.0 - ITS
IMPACT ON BUSINESS
DECISION MAKING
MODELS IN SUPPLY
CHAIN MANAGEMENT
- A STUDY
SCOR,
AHP
Diketahui Industri 4.0
mengantarkan
revolusi berikutnya,
di mana tenaga kerja
manusia dan
manusia dan mesin
dapat disatukan
dalam platform tanpa
gesekan,
untuk menciptakan
Model Bisnis baru
terutama di sektor
rantai pasokan dan
membuka batas-batas
11
baru dalam hal
efisiensi.
8.
A. Tegegne, B.
Gebremedhin,
D . Hoekstra,
2013
Smallholder dairy
production and marketing
systems in Ethiopia: IPMS
experiences and
opportunities for market-
oriented development
IPMS Menemukan cara-
cara ke depan untuk
pengembangan
produk susu petani
kecil yang
berkelanjutan di
Negara Ethopia.
9.
Y.Yin, L. Xia,
L. Song, R.
Zen, 2013
The ship IPMS networked
control system modelling
and design
IPMS Akhirnya, dengan
variabel waktu tunda
tertentu, hasil
simulasi
menggambarkan
bahwa kontroler
berjejaring yang
diusulkan efektif.
10.
IN Pujawan,
Ys. Rica, M.
ENg, 2016
Pengukuran Kinerja Supply
Chain Berbasis SNI ISO
9001:2008 dengan
Pendekatan SCOR (Studi
Kasus : Baristand Industri
Surabaya)
IPMS,
TQM
Model
SCOR
Berdasarkan hasil
penelitian dan
perhitungan pada
pembahasan
sebelumnya dapat
ditarik kesimpulan
sebagai
berikut Variabel
Proses SCOR yang
memiliki indikator
paling banyak
berturut-turut adalah
proses plan dan
source,
hal ini dikarenakan
pengujian merupakan
industri bidang
jasa yang memiliki
karakteristik tidak
dapat menyimpan
persediaan terhadap
pelayanan,
perusahaan jasa harus
memenuhi
permintaan saat ada
permintaan.
Sumber: data diolah (2023)
12
13
2.2 Supply Chain
Supply chain adalah semua aktivitas perusahaan dalam memenuhi kebutuhan
konsumen yang di dalamnya terdapat aliran dan transformasi barang mulai dari bahan
baku sampai ke konsumen akhir dan disertai dengan aliran informasi dan uang.
Menurut (Hervani et al., 2005), struktur rantai pasokan perusahaan terdiri dari
pemasok eksternal, internal fungsi perusahaan, distributor eksternal, serta pelanggan
(komersial atau pengguna akhir). Tujuan dari pengelolaan rantai pasok yang hendak
dicapai perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai yang dihasilkan secara
keseluruhan (Doan, 2020) Oleh karena itu rantai pasok memerlukan manajemen yang
terintegrasi agar dapat berjalan efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan
keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh perusahaan. Menurut (Mounkes, 2004) rantai
pasok melibatkan tahapan-tahapan berikut:
1. Rantai 1 : Pemasok
Rantai pertama merupakan sumber penyedia bahan awal dimana mata
rantai penyaluran barang dimulai. Bahan pertama ini dapat berupa bahan
baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, penggabungan dan
sebagainya.
2. Rantai 2 : Manufaktur
Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu manufaktur yang
memiliki tugas melakukan pekerjaan pabrik, merakit dan menyelesaikan
barang hingga menjadi produk jadi.
14
3. Rantai 3 : Distributor
Barang yang sudah selesai difabrikasi akan didistribusikan ke gudang atau
disalurkan ke gudang milik distributor atau pedagang besar dalam jumlah
besar dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah
yang lebih kecil kepada retailer (pengecer).
4. Rantai 4: Retailer
Pengecer berfungsi sebagai rantai pasok yang ada diantara distributor-
distributor yang pada umumnya pedagang besar ke pedagang kecil
(pengecer). Pengecer berupa gerai seperti toko, warung, departement store,
koperasi, club stores, dan sebagainya.
5. Rantai 5: Pelanggan
Dari distributor, barang ditawarkan langsung kepada pelanggan sebagai
pengguna barang tersebut. Saat pelanggan atau konsumen menggunakan
produk tersebut maka dapat dikatakan bahwa ini merupakan akhir dari
mata rantai pasok.
Dari kelima tahapan rantai dalam aktivitas rantai pasok, di dalamnya terdapat
tiga macam komponen penyusunnya. (Turban et al., 2015) mengklasifikasikan tiga
macam komponen seperti berikut.
1. Rantai Suplai Hulu (Upstream supply chain)
Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu
perusahaan manufaktur dengan para penyalurnya dan koneksi mereka
kepada para penyalur mereka (para penyalur kedua). Hubungan para
penyalur dapat diperluas ke beberapa strata, semua jalan dari asal material.
Di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.
2. Rantai Suplai Internal (Internal supply chain)
Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan
barang ke gudang yang digunakan dalam mentransformasikan input dari
para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas pada saat
input masuk ke dalam organisasi. Di dalam rantai suplai internal, perhatian
yang utama adalah manajemen produksi, fabrikasi, dan pengendalian
persediaan.
15
3. Segmen Rantai Suplai Hilir (Downstream supply chain segment)
Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang
melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream
supply chain, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan
after-sales-service.
Dari penjelasan komponen rantai supply di atas, (Setyadi et al., 2019)
menyimpulkan bahwa struktur di dalam rantai pasok terdiri dari beberapa aktivitas
dasar seperti pembelian dan pengelolaan bahan baku, produksi, distribusi,
pemasaran dan penjualan, yang bermula dari hulu hingga ke hilir.
2.3 Pengertian Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas
perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang
dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya
– sumber daya yang dimiliki (Widodo,2011). Kinerja perusahaan adalah ukuran
tingkat keberhasilan manajemen dalam mengelola sumberdaya keuangan perusahaan,
terutama pada pengelolaan investasi sebagai upaya untuk menciptakan nilai bagi
pemegang saham. Artinya, kinerja perusahaan merupakan indikator tingkatan prestasi
yang dicapai dan mencerminkan keberhasilan manajer atau pengusaha (Simbolon,
2015). Pengukuran kinerja dilakukan untuk mengetahui tingkat kinerja perusahaan,
apakah perusahaan tersebut telah berjalan dengan baik, yaitu dengan tercapainya
tujuan perusahaan yang telah ditetapkan atau justru mengalami kemunduran. Hasil
pengukuran kinerja dapat dijadikan landasan bagi perusahaan dan melakukan
perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan kinerja, sehingga pada akhirnya perusahaan
dapat meningkatkan daya saingnya (Susetyo, 2013)
16
3.2.1 Pengertian Pengukuran Kinerja dan Penilaian Kinerja SCM
Adapun pengertian dari pengukuran kinerja dan penilaian kinerja adalah
sebagai berikut:
1. Pengukuran Kinerja
Perbaikan kinerja dapat diukur berasarkan:
a. Kecepatan, kecepatan dalam sebuah proses akan dapat
meningkatkan efisiensi
b. Kualitas, kecepatan tanpa kualitas merupakan hal yang sia-sia,
maka kualitas merupakan suatu keharusan dalam pengukuran
kinerja
c. Layanan, sebuah pelayanan yang buruk akan menghapuskan
manfaat apapun yang dicapai dalam kecepatan dan kualitas
d. Nilai, nilai adalah kombinasi dari kecepatan, kualitas dan harga
yang memungkinkan pelanggan untuk merasakan bahwa mereka
mendapatkan sesuatu yang lebih daripada yang mereka bayangkan.
2. Penilaian Kinerja
Segmen proses penilaian kinerja ini berhubungan dengan keahlian
karyawan. Tugas utama dalam sebuah kepemimpinan adalah untuk
mengembangkan kemampuan karyawan sehingga menciptakan
karyawan yang berkualitas yang menghargai kepemimpinan itu.
3. Kepuasan Karyawan
Kepuasan karyawan merupakan elemen kunci dalam perbaikan kinerja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan karyawan adalah sebagai
berikut:
a. Keanekaragaman
b. Perkembangan
c. Pembelajaran
d. Partisipasi
e. Pengakuan
f. Keamanan
17
4. Keputusan Kopensasi
Dengan selalu mengaitkan kompensasi karyawan dengan hasil-hasil
yang dikuantifikasikan dan dengan memastikan bahwa para karyawan
dapat menelusuri kemajuan mereka akan dapat memacu motivasi. Hal
ini dikarenakan sangat sulit untuk tetap bermotivasi jika
penghargaannya tidak jelas.
5. Komunikasi
Dengan adanya komunikasi yang jelas antara karyawan dan pimpinan
maka akan memungkinkan melakukan evaluasi kinerja secara
bersama-sama. Dan hal ini merupakan jaring pengaman baik pimpinan
maupun karyawan tidak akan terkejut dalam penilaian kinerja
selanjutnya.
3.2.2 Pengendalian dan Kinerja
Pengendalian adalah proses mengarahkan sekumpulan variabel yang
meliputi manusia, benda, situasi dan organisasi untuk mencapai tujuan atau
sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan kinerja adalah suatu
tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu,
merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional
perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya – sumber daya yang dimiliki.
3.2.3 Tujuan Pengukuran Kinerja SCM
Tujuan dari pengukuran kinerja adalah untuk menghasilkan data, yang
kemudian apabila data tersebut dianalisis secara tepat akan memberikan
informasi yang akurat bagi pengguna data tersebut. Berdasarkan tujuan
pengukuran kinerja, maka suatu metode pengukuran kinerja harus dapat
menyelaraskan tujuan organisasi perusahaan secara keseluruhan (goal
congruence).
3.2.4 Tujuan Penilaian Kinerja SCM
Tujuan utama penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personel
dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku
17
berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam
anggaran
18
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan
hasil yang diinginkan oleh organisasi.
3.2.5 Langkah-langkah Pengukuran Kinerja SCM
Terdapat beberapa tahap mengenai pengukuran kinerja perusahaan:
1. Mendesain
Proses mendesain meliputi beberapa aktivitas, antara lain seperti
menentukan model apa yang dipilih termasuk kerangka kinerjanya
sampai penentuan indikator kinerja utama. Indikator tersebut harus
dalam bentuk metrik yang dapat diukur dan dapat merepresentasikan
tujuan strategis dari organisasi.
2. Mengukur
Indikator-indikator yang telah ditentukan dalam tahap desain kemudian
diterapkan untuk mengukur kinerja perusahaan menggunakan data-data
aktual perusahaan.
3. Mengevaluasi
Tahap selanjutnya adalah mengevaluasi hasil pengukuran yang telah
dilakukan.
4. Menindaklajuti
Hasil yang diperoleh pada tahap evaluasi kemudian ditindaklanjuti
dengan menentukan indikator-indikator mana saja yang menunjukkan
kinerja yang sudah baik dan indikator-indikator mana saja yang masih
menunjukkan kinerja yang buruk.
5. Mengevluasi Kembali
Tahap selanjutnya adalah mengevaluasi kembali apakah sistem
pengukuran kinerja yang telah disusun dan diterapkan tersebut telah
sesuai atau belum dengan kebutuhan perusahaan. Sistem tersebut juga
dievaluasi kembali apakah sudah dapat mencerminkan kinerja
perusahaan yang sesungguhnya atau belum.
3.2.6 Manfaat Pengukuran Kinerja
Manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah:
1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa
19
perusahaan lebih dekat pada pelangganya dan membuat seluruh orang
dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada
pelanggan.
2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata
rantai pelanggan dan pemasok internal.
3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya
pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste)
4. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih
konkrit sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi
5. Membangun consensus untuk melakykan suatu perubahan dengan memberi
reward atas perilaku yang diharapkan itu.
3.2.7 Manfaat Penilaian Kinerja
Manfaat dari penilaian kinerja bagi manajemen perusahaan adalah sebagai
berikut:
1. Mengelola operasi secar efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan
secara maksimum
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan,
seperti: promosi, transfer dan permberhentian.
3. Mengidentifikasikan kebuthan pelatihan dan pengembangan karyawan dan
untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan
karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan
mereka menilai kinerja mereka
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
6. Penghargaan digolongkan dalam dua (2) kelompok, yaitu: penghargaan
intrinsik dan penghargaan ekstrinsik.
2.4 Supply Chain Management
Supply Chain Management (SCM) pertama kali dikemukakan oleh (Oliver,
1982) dengan mendefinisikan bahwa SCM adalah sebuah metode, alat, atau
19
pendekatan dalam mengelola rantai pasok. Pernyataan tersebut ditambahkan oleh
(Mentzer et al., 2001) bahwa SCM merupakan kordinasi strategis dan sistematis dari
20
fungsi bisnis tradisional di dalam perusahaan tertentu dan bisnis dalam rantai
pasokan untuk tujuan meningkatkan kinerja jangka panjang individu perusahaan dan
rantai pasokan secara keseluruhan. Fungsi dari manajemen rantai pasok sendiri yaitu
merencanakan, mengatur, mengkoordinasi dan mengontrol semua aktivitas rantai
pasok/supply chain (Nyoman Pujawan, 2014)
Dalam praktiknya pengelolaan rantai pasok (SCM) yang sukses membutuhkan
sistem yang terintegrasi. Menurut (Nyoman Pujawan, 2010) untuk menciptakan
SCM yang terintegrasi pada industri terdapat enam klasifikasi kegiatan utama yang
perlu dipahami yaitu Pengembangan Produk (Product Development), Pembelian
(Procurement), Perencanaan dan Pengendalian (Planning and Controlling), Produksi
(Production), Distribusi (Distribution), dan Pengembalian (Return).
6. Pengembangan Produk (Product Development)
Dalam merancang produk baru, perusahaan harus mempertimbangkan
aspirasi keinginan pelanggan, ketersediaan dan sifat- sifat bahan baku, dapat
diproduksi secara ekonomis (manufacturability), mudah dalam pengiriman dan
memperhatikan aspek lingkungan. Cakupan aktivitas antara lain melakukan riset
pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier dalam perancangan produk.
21
7. Perencanaan dan Pengendalian (Planning and Controlling)
Kegiatan ini memainkan peran yang sangat vital karena banyak
bertugas untuk menciptakan kordinasi taktis maupun operasional sehingga
kegiatan lainnya bisa di lakukan dengan efesien dan tepat waktu. Cakupan
aktivitas pada kegiatan ini adalah demand planning, peramalan permintaan,
perencanaan kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan
8. Pembelian (Procurement)
Kegiatan ini memiliki potensi untuk menciptakan daya saing
perusahaan melewati rantai pasok dengan upaya mendapatkan harga yang
murah, meningkatkan time to market, peningkatan kualitas produk, dan
peningkatan responsiveness. Cakupan aktivitas pada kegiatan ini antara
lain memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier, melakukan
pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina
dan memelihara hubungan dengan supplier.
9. Produksi (Production)
Kegiatan ini bertugas secara fisik melakukan transformasi dari
bahan baku, bahan setengah jadi, atau komponen menjadi produk jadi.
Dalam kegiatan ini banyak hal yang harus diperhatikan yaitu konsep
efesiensi dan fleksibilitas yang merupakan dua hal yang penting dalam
mengelola sistem produksi. Cakupan aktivitas pada kegiatan ini antara lain
eksekusi produksi, dan pengendalian kualitas.
10. Distribusi (Distribution)
Dalam kegiatan ini perusahaan harus bisa merancang jaringan
distribusi yang tepat dengan mempertimbangkan tradeoff antara aspek
biaya, fleksibilitas, dan kecepatan respon terhadap pelanggan. Cakupan
aktivitas pada kegiatan ini antara lain perencanaan jaringan distribusi,
penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan
perusahaan jasa pengiriman, memonitor service level di tiap pusat
distribusi.
11. Pengembalian (Return)
Produk kembali dari hilir ke hulu bisa di akibatkan karena produk
mengalami kecacatan/ tidak memenuhi standar kualitas sehingga harus
22
diganti atau proses ulang (rework), proses bisnis perusahaan yang
mengharuskan kemasan produk atau sisa produk untuk kembali ke hulu untuk
digunakan pada produksi selanjutnya, dan karena tekanan regulasi lingkungan.
Dalam mendukung terciptanya SCM yang terintegrasi, Anderson et al
(1997) memberikan 7 prinsip SCM untuk membantu para manajer dalam
merumuskan strategi pelaksanaan SCM, yaitu:
1. Segmentasi pelanggan berdasarkan kebutuhannya.
2. Sesuaikan jaringan logistik untuk melayani kebutuhan pelanggan yang
berbeda.
3. Dengarkan signal pasar dan jadikan signal tersebut sebagai dasar dalam
perencanaan kebutuhan (demand planning) sehingga bisa menghasilkan
ramalan yang konsisten dan alokasi sumber daya yang optimal.
4. Diferensiasi produk pada titik yang lebih dekat dengan konsumen dan
percepat konversinya di sepanjang rantai supply.
5. Kelola sumber-sumber supply secara strategis untuk mengurangi ongkos
kepemilikan dari material maupun jasa.
6. Kembangkan strategi teknologi untuk keseluruhan rantai pasok yang
mendukung pengambilan keputusan berhierarki serta berikan gambaran
yang jelas dari aliran produk, jasa, maupun informasi.
7. Adopsi pengukuran kinerja untuk sebuah supply chain secara keseluruhan
dengan maksud untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen akhir.
Menurut Pujawan (2005), sistem pengukuran kinerja diperlukan
untuk melakukan monitoring dan pengendalian, mengkomunikasikan tujuan
organisasi ke fungsi-fungsi pada supply chain, mengetahui dimana posisi
suatu organisasi reaktif terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang
hendak dicapai dan menentukan arah perbaikan untuk menciptakan
keunggulan dalam bersaing
23
2.5 Key Performance Indicators (KPI)
KPI (Key Performance Indicators) atau indikator kinerja kunci dalam bahasa
Indonesia, adalah matriks finansial ataupun non-finansial yang digunakan untuk membantu
suatu organisasi menentukan dan mengukur kemajuan terhadap sasaran organisasi. Pada
organisasi bisnis, KPI digunakan dalam intelijen bisnis untuk menilai keadaan saat ini
suatu bisnis dan menentukan suatu kebijakan tindakan terhadap keadaan tersebut. KPI pada
umumnya digunakan untuk menilai aktivitas-aktivitas yang sulit diukur seperti keuntungan
pengembangan, kepemimpinan, perjanjian, layanan dan kepuasan. KPI umumnya dikaitkan
dengan strategi organisasi. Komponen KPI akan berbeda tergantung sifat dan strategi
organisasi. KPI merupakan bagian dari kunci suatu sasaran terukur yang terdiri dari arahan,
indikator kinerja, tolak ukur, target dan kerangka waktu (Papilo, 2012). Key Performance
Indicators (KPI) dapat diartikan sebagai indikator yang akan memberikan informasi sejauh
mana kita telah berhasil mewujudkan sasaran strategis yang telah kita tetapkan. Dalam
menyusun KPI baiknya harus menetapkan indikator kinerja yang jelas, spesifik dan terukur
(Rosmiati, 2015). Penilaian kinerja berdasarkan KPI bertujuan untuk:
1) Mengukur kesehatan dan kesejahteraan organisasi secara keseluruhan
2) Memfokuskan pada aspek atau area dari suatu kinerja oraganisasi yang kritikal dan vital
secara berkelanjutan dan mengacu pada kesuksesan di masa yang akan datang.
3) Mengukur suatu kesuksesan dalam area yang dianggap penting dan proses yang
mempengaruhi customer, pekerja, shareholder dan stakeholder.
4) Membangun total organisasi, individu departemen dan individual team
Sangat penting bagi perusahaan atau organisasi untuk paling tidak mengidentifikasi KPI
Kunci untuk mengidentifikasi suatu KPI adalah:
a. Menganalisa atau mendefinisikan proses bisnis
b. Mengetahui dengan jelas goals (tujuan-tujuan) atau performansi
yang diharapkan untuk proses bisnisnya.
c. Memiliki pengukuran kuantitatif dan kualitatif
d. Menginvestigasikan variasi dan mengambil proses-proses atau
sumber daya untuk memperoleh tujuan-tujuan pendek.
24
2.6 Pengertian Integrated Performance Measurement Syistem (IPMS)
Menurut Neely et al. dalam Sriwandi (2012) IPMS adalah sistem yang dinamis dan
seimbang, yang memberikan pandangan holistik dari penggunaan berbagai perspektif dan
pengukuran. Pada dasarnya, model dan kerangka kerja IPMS dirancang untuk mendukung
manajemen dalam meningkatkan kinerja melalui pengambilan keputusan yang lebih baik.
Model ini mengusulkan bahwa pengukuran IPMS harus dikaitkan dengan strategi, misi,
visi, dan kontrol. Manajemen harus secara teratur memantau dan meninjau hasil kinerja dan
mengevaluasi perubahan di pasar melalui sistem kontrol diagnostik dan interaktif. Melalui
umpan balik dan sistem kontrol umpan-maju dapat membantu meningkatkan efisiensi
perusahaan dan juga mengidentifikasi peluang baru. Komitmen berarti kepercayaan pada
nilai-nilai organisasi dan akan berusaha untuk mencapainya tujuan perusahaan. Oleh karena
itu, komitmen terhadap tujuan dapat meningkatkan peningkatan kinerja perusahaan.
Tambahan, sistem kontrol perbatasan dapat memotivasi karyawan untuk mencari ide-ide
baru
dalam lingkup yang dapat diterima dan telah ditentukan. Sehingga, jika diterapkan dengan
benar, sistem ini dapat menghindari potensi risiko, yang dalam giliran meningkatkan kinerja
organisasi (Sriwandi, 2012). Pengukuran kinerja sebuah perusahaan merupakan kunci
untuk menjadi efektif dan efisien. Jika tidak ada pengukuran berarti tidak bisa dikelola.
Persoalan
yang sering dihadapi berkaitan dengan implementasi sebuah sistem pengukuran kinerja
adalah adnya kesalahpahaman perancang maupun praktisi dalam menerjemahkan beberapa
komponen dasar yang meliputi ukuran kinerja, pengukuran kinerja dan sistem pengukuran
kinerja. Ketidaktepatan ini dapat menimbulkan ketidak-optimalan bahkan kesalahan dalam
pengambilan keputusan (Hendrastuti, 2011). Integrated Performance Measurement Syistem
(IPMS) merupakan metode pengukuran kinerja yang terintegrasi yaitu mengukur kinerja
suatu perusahaan yang dilakukan secara top-down dengan memperhatikan kebutuhan dari
setiap stakeholdernya dan tetap memonitor posisi perusahaan terhadap pesaingnya. IPMS
merupakan sistem pengukuran kinerja yang dibuat di Centre for Statistic Manufacturing
University of Stratchlcle, Glasgow. Tujuannya yaitu untuk mendeskripsikan bentuk
24
pengukuran kinerja dalam arti yang tepat, untegrasi, efektif dan efisien. Untuk mencapai
tujuan tersebut, secara garis besar dideskripsikan menjadi dua (2) kegiatan utama, yakni:
25
1) Pendeskripsian komponen pokok dari sistem pengukuran kinerja
2) Membuat garis arahan pengukuran kinerja terbaik yang sebaiknya digunakan. Sebagai
salah satu metode yang digunakan dalam pengukuran kinerja, IPMS memiliki ciri-ciri
sebagai berikut (Winarni, 2012):
1) Menyusun seluruh tugas dan aktivitas perusahaan sesuai dengan tujuan kritis level
atas.
2) Memberikan kendali bisnis pada semua bagian dalam perusahaan, searah dengan
strategi bisnis yang dimiliki.
3) Melakukan program perbaikan yang searah dengan strategi bisnis perusahaan.
Model IPMS membagi level bisnis suatu oragnisasi menjadi empat (4) level, yaitu
bisnis induk, Unit bisnis, Proses bisnis dan aktivitas bisnis. Sehingga perancangan sistem
penilaian kinerja dengan model IPMS harus mengikuti tahapan-tahapan. Performance
Measurement Systems:
Gambar 2.1 Pembagian Level Organisasi
(Winarni,2012)
Level bisnis menjabarkan seluruh bisnis perusahaan dengan beberapa unit bisnis yang ada
di dalamnya. Unit bisnis adalah bagian dariperusahaan yang memiliki fungsi dan proses
bisnis tertentu yang bertujuan untuk melayani sebagian segmen pasar sesuai dengan
tuntutan pasar yang semakin ketat. Setiap unit bisnis terdiri dari sejumlah proses bisnis yang
terbagi dalam dua kelompok, yaitu:
26
1. Proses bisnis inti merupakan alasan dasar bagi keberadaan suatu perusahaan
2. Proses bisnis pendukung, yang mendukung proses bisnis inti. Proses bisnis inti
merupakan
stakeholder dari proses bisnis pendukung.
Keempat level bisnis dalam IPMS kemudian diidentifikasi Key Performance
Indicator-nya, berdasarkan stakeholder requirement, eternal monitor dan objectives. Proses
perancangan sistem pengukuran kinerja berdasarkan Integrated Performance Measurement
System berlansung secara top-down dari level bisnis ke aktivitas.
Model referensi menggunakan struktur dasar ini untuk mengintegrasikan
konsep-konsep berikut ke dalam kerangka kerja tunggal (Bititc, Carrie dan Liam,
2016):

 Penerapan Kebijakan. Penempatan tujuan perusahaan dan pemangku kepentingan di
seluruh organisasi.
 Kriteria Kompetitif dan Pembandingan. Definisi kunci kompetitif faktor dan posisi
Bisnis dan Unit Bisnis dalam daya saingnya lingkungan Hidup.
 Orientasi Proses. Berfokus pada proses bisnis utama untuk mengelola bisnis kinerja.
 Perencanaan Normatif. Metodologi pengukuran yang membedakan antara Aktualitas,
Kemampuan dan Potensi.
26
Gambar 2.2 Tingkat rekursi dan arsitektur SM suatu perusahaan
27
Gambar 2.3 Integrated Performance
Measurement Systems
(Winarni, 2012)
Penjelasan dari setiap elemen-elemennya dapat dilihat di bawah ini.
1. Stakeholders
Stakeholders adalah pihak-pihak yang berkepentingan pada suatu perusahaan, antara lain
pemegang saham, pemilik bisnis, pegawai atau karyawan, pelanggan, pemasok dan
masyarakat. Dalam Integrated Performance Measurement Systems, dilakukan
identifikasi stakeholder, kemudian diidentifikasi juga apa yang menjadi keinginan dari
tiap-tiap
stakeholder terhadap bisnis perusahaan.
2. Eternal Monitor
Perusahaan harus mengetahui posisinya terhadap pesaingnya untuk mengetahui
perkembangan kebutuhan dari bisnis. Posisi persaingan dapat ditunjukkan dengan
penjelasan dari stakeholder requirement.
3. Objectives
Objectives atau tujuan dalam penyusunannya didasarkan atas kebutuhan dengan target
dan skala waktu yang tepat. Tujuan didasarkan pada kebutuhan stakeholder.
4. Performance Measure
Pengukuran kinerja dalam suatu perusahaan adalah suatu hal penting yang harus
dilakukan, sehingga perusahaan dapat mengetahui sejauh mana pencapaian tujuannya.
28
Berikut adalah tahapan-tahapan pengukuran kinerja dengan menggunakan Integrated
Performance Measurement Syistem (IPMS) (Simbolon, 2015):
1. Mengidentifikasikan stakeholder dan membuat daftar kebutuhan dari setiap
stakeholder yang ada.
2. Melakukan identifikasi dan membandingkan perusahaan dengan eksternal monitor atau
pesaing perusahaan yang bergerak dalam bidang yang sama (melakukan benchmarking)
3. Menetapkan objective dari bisnis
4. Mendefinisikan Key Performance Indicator (KPI) yang digunakan untuk mengukur
tingkat pencapaian objective bisnis
5. Melakukan validasi
6. Melakukan spesifikasi masing-masing KPI
7. Pembobotan KPI.
Tujuan dari model IPMS, agar sistem pengukuran kinerja lebih akurat, terintegrasi,
efektif dan efisien. Berbeda dengan model lainnya, model ini menjadikan keinginan
stakeholder menjadi titik awal dalam melakukan perancangan sistem pengukuran
kinerjanya. Peranan stakeholder tidak hanya pemegang saham, melainkan beberapa
pihak yang memilki kepentingan atau dipentingkan oleh organisasi seperti konsumen,
karyawan, pemasok dan lain-lain. Faktor orientasi organisasi yang utama adalah ada atau
tidaknya visi, misi, strategi, jumlah stakeholder yang mempengaruhi dan jumlah bahkan
jenis produk yang dimiliki yaitu faktor yang menjadi landasan untuk mengkomparasikan
faktor kondisi objektif dengan model IPMS.
2.6 Stakeholder
Stakeholder adalah sekelompok orang yang berperan penting dalam suatu
perushaan disamping merupakan pihak yang menerima dan menggunakan barang dan
jasa yang diproduksi oleh sebuah perusahaan. Stakeholder merupakan pihak-pihak
yang mempunyai kepentingan dan hubungan, baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap suatu organisasi.Pada tiap-tiap level bisnis harus diketahui siapa saja
Stakeholder-nya atau pemangku kepentingan pada bisni tersebut. Selanjutnya
diidentifikasikan permintaan atau keinginan mereka terhadap bisnis yang diistilahkan
dengan kebutuhan stakeholder (Hendrastuti, 2011)
29
Tabel 2.2 Stakeholder wants and needs
Stakeholder Satisfication
(Stakeholder wants and
needs)
Stakeholder
Satisfication
Stakeholder Contribustion
Murah, Cepat , Tepat
Murah
Konsumen
Kepercayaan, loyalitas, profit ,
keuntungan
Kesejahteraan, penggajian,
jenjang karir, peningkatan
keterampilan, budaya kerja
yang kondusif
Karyawan
Semangat, pemikiran,
pendapat,motivasi,Kemampuan,
peningkatan kerja
Pengembalian,kepercayaan,
keuntungan
Shareholder Modal, kepercayaan , Network
Keuntungan, kesatuan,
kepercayaan
Pemasok Murah, Cepat , Tepat mudah
Bantuan sosial, lowongan
kerja, ramah lingkungan
Masyarakat Memperkuat citra baik
dan brand, kepercayaan
Legal, Kontribusi Pajak Pemerintah Kebijakan,Kejelasan, Pertimbangan
dan Nasihat
(Sumber: Hendrastuti, 2011)
Biasanya Perusahaan yang memiliki Stakeholder antara lain :
1. Konsumen
Konsumen berperan penting sebagai pengguna atau pembeli barang-barang yang
diproduksi oleh produsen. Pelanggan ini biasanya menuntut perusahaan
untukmemenuhi suatu standar kualitas tertentu. Dengan demikian pelanggan
berperan penting dalam meningkatkan performansi suatu perusahaan..
2. Karyawan
Karyawan adalah sumber daya manusia yang terlibat dalam proses kerja sebuah
organisasi atau perusahaan. Sumber daya manusia merupakan aspek yang sangat
penting di dalam perusahaan. Sumber Daya Manusia merupakan aspek yang sangat
penting bagi perusahaan, karena pencapaian performansi perusahaan yang baik
dapat tercapai dengan adanya peningkatan Produktifitas karyawan. Oleh karena itu
masalah kinerja karyawan harus menjadi perhatian utama
30
3. Investor
Investor merupakan pihak penyelenggara sumber Daya Finansial yang memiliki
tanggung jawab secara keseluruhan terhadap proses yang terdapat di perusahaan.
4. Pemasok
Pemasok merupakan penyedia bahan baku yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan
untuk dapat beroperasi dengan baik. Jadi dapat dikatakan bahwa pemasok sangat
berperan penting dalam kelangsungan Hidup perusahaan dalam hal peningkatan
kualitas bahan baku produksi.
5. Masyarakat
Masyarkat adalah lingkungan kerja suatu perusahaan dimana meliputi pihak-pihak
yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dari perusahaan.
Stakeholders adalah pihak-pihak yang memiliki kepentingan pada perusahaan.
Kelangsungan hidup perusahaan bergantung pada stakeholders dan dukungan tersebut harus
dicari sehingga aktifitas perusahaan adalah mencari dukungan tersebut. Makin powerfull
stakeholders, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi.
Pembagian Stakeholder terdiri dari :
1. Stakeholders internal dan Stakeholders Eksternal
Stakeholders internal adalah stakeholders yang berada didalam lingkungan
organisasi. Misalnya karyawan , manajer dan pemegang saham (Shareholder).
Sedangkan stakeholders eksternal adalah stakeholders yang berada diluar
lingkungan organisasi, seperti penyalur atau pemasok, konsumen atau pelanggan,
masyarakat dan pemerintah.
2. Stakeholders Primer, sekunder dan marjinal
Tidak semua elemen dalam stakeholders perlu diperhatikan Perusahaan perlu
menyusun skala prioritas. Stakeholders yang paling penting disebut Stakeholders
sekunder dan yang biasa diabaikan disebut Stakeholders marjinal.
3. Stakeholders tradisional dan Stakeholders modern
Karyawan dan konsumen dapat disebut sebagai stakeholders tradisional, karena saat
ini sudah berhubungan dengan organisasi. Sedangkan Stakeholders pada masa yang
akan datang diperkirakan akan memberikan pengaruhnya pada organisasi seperti
mahasiswa, peneliti dan konsumen potensial
31
4. Proponents, Opponents, dan Uncommited
Di antara stakeholders ada kelompok yang memihak organisasi, menentang
organisasi dan ada yang tidak peduli atau abai. Organisasi perlu mengenal
stakeholders yang berbeda-beda ini agar dapat melihat permasalahan, menyusun
perencanaan dan strategi untuk melakukan sebuah tindakan yang proposional.
5. Silent majority dan Vokal minority
Dilihat dari aktivitas stakeholders dalam melakukan complain atau mendukung
perusahaan, tentu ada yang menyatakan pertentangan atau dukungannya secara aktif
namun adapula yang menyatakan secara pasif.
Terdapat beberapa alasan yang mendorong perusahaan untuk memperhatikan stakeholders,
yaitu :
1. Isu Lingkungan yang melibatkan kepentingan kelompok dalam masyarakat yang
dapat mengganggu kualitas hidup mereka.
2. Dalam era globalisasi telah mendorong produk-produk diperdangkan harus
bersahabat dengan lingkungan.
3. Para Investor yang menanamkan modal nya cenderung untuk memilih perusahaan
yang memiliki dan mengembangkan kebijakan dan program lingkungan.
Secara garis besar kriteria kepuasan masing-masing stakeholders dapat dilihat pada
Tabel 2.3 dibawah ini.
Tabel 2.3 Interest dan kepentingan masing-masing Stakeholders
No STAKEHOLDERS KRITERIA
1. Pemegang Saham Prestasi keuangan
2. Karyawan Kepuasan kerja, gaji, Supervise
3. Konsumen Kualitas, pelayanan, lokasi, harga
4. Kreditor Creditworthiness
5 Komunitas Kontribusi terhadap komunitas
.6. Pemasok Transaksi yang memuaskan
7. Pemerintah Kepatuhan Terhadap hukum
(Sumber : Wibisono, 2007 )
32
2.7 Analytical Hierarchy Process (AHP)
Pembobotan KPI dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya adalah
dengan Analytical Hierarchy Process (AHP). Peralatan utama proses Analisis Hierarki
adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dalam
penjabaran hirarki tujuan, tidak ada pedoman yang pasti seberapa jauh pengambilan
keputusan menjabarkan tujuan menjadi tujuan yang lebih rendah. Pegambil keputusanlah
yang menentukan saat penjabaran ini berhenti dengan memperhatikan keuntungan atau
kekurangan yang diperoleh bila tujuan tersebut diperinci lebih lanjut. (N.Heri
Cahyana,2010).
Proses analitik hierarki (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Dr. Thomas L.Saaty. dari
whartoon school of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan
judgment dalam memilih alternative yang paling disukai. Dengan AHP, suatu persoalan
yang akan dipecahkan dalam satu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga dapat
memungkinkan Dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas
persoalan tersebut ( Marimin , 2015).
AHP bekerja dengan melakukan penyederhanaan terhadap permasalahan yang rumit
dan tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam
satu struktur. Kemudian tingkat kepentingan setiap variable diberikan nilai numerik yang
subjektif tentang arti penting variable tersebut secara relative dibandingkan dengan variable
yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk
menetapkan variable yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil
pada sistem tersebut ( marimin , 2015).
Beberapa keuntungan yang diperoleh dalam penerapan AHP, antara lain adalah
Sebagai berikut :
1. Sifatnya fleksibel, menyebabkan penambahan dan pengurangan kriteria pada suatu
hirarki dapat dilakukan dengan mudah dan tidak mengacaukan atau merusak hirarki.
2. Dapat memasukan prefrensi pribadi sekaligus mengakomodasi berbagai kepentingan
pihak lain sehingga diperoleh penilaian yang objektif dan tidak sectoral.
3. Poses perhitungan relative mudah karena hanya membutuhkan operasi dan logika
sederhana
36
4. Dengan cepat dapat menemukan prioritas, dominasi tingkat kepentingan ataupun
pengaruh dari setiap elemen terhadap elemen lainnya.
AHP juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain (Febriarso, 2008):
1. Partisipan yang dipilih harus memiliki kompetensi pengetahuan dan pengalaman
mendalam terhadap segenap aspek permasalahan serta mengenai metode AHP itu
sendiri.
2. Bila ada partisipan yang kuat maka akan mempengaruhi partisipan yang lainnya.
3. Penilaian cenderung subjektif karena sangat dipengaruhi oleh situasi serta perfrensi,
persepsi, konsep dasar dan sudut pandang partisipan.
4. Jawaban atau pilihan responden yang konsisten tidak selalu logis dalam arti sesuai
dalam permasalahan yang ada.
Dalam penggunaan metode AHP, langkah dan prosedur yang harus dilakukan, antara lain
sebagai berikut (Salomon, 2017): a. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan
utama dilanjutkan dengan sub tujuan-sub tujuan, kriteria, dan kemungkinan alternatif-
alternatif pada tingkatan kriteria paling bawah, yang dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut
ini:
Gambar 2.4 Contoh Struktur Hirarki
(Sumber: Salomon, 2017)
TUJUAN
Kriteria
4
Kriteria
2
Kriteria
3
Kriteria
1
A B C A B C A B C A B C
36
BAB III
METODE PENELITIAN
1.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi kasus. Melihat pada pertanyaan
penelitian yang memberikan penekanan mencari penjelasan dengan sedikit kontrol
dari peneliti, dan menggunakan sumber data bervariasi, maka penelitian ini
termasuk jenis penelitian studi kasus. Hal tersebut sesuai dengan (Yin (1994) dan
Lee (1989). Nahar (2001), n.d.) menambahkan bahwa penelitian yang memiliki
basis pengetahuan terbatas, melakukan eksplorasi secara mendalam, dan obyek
penelitiannya berupa proses, maka penelitian termasuk jenis studi kasus. Menurut
(Yin (1994) dan Lee (1989). Nahar (2001), n.d.) penelitian studi kasus merupakan
sebuah penyelidikan empiris yang menginvestigasi fenomena kontemporer dalam
konteks kehidupan nyata, khususnya ketika batas antara fenomena dan konteks
tidak begitu jelas. Penelitian Studi kasus dapat diartikan bertujuan untuk
mendapatkan gambaran tentang keadaan yang ada (Yin (1994) dan Lee (1989).
Nahar (2001), n.d.). Penelitian ini memberikan penjelasan objektif terhadap kinerja
supply chain management terkini perusahaan melewati sistem pengukuran kinerja
yang sudah di rancang sebelumnya, lalu melakukan komparasi dan evaluasi sebagai
bahan perbaikan kinerja g supply chain management yang sesuai dengan
kemampuan PT. Circle Pro Group
1.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Jl. Kranganom , Ds. Karanganom, Kec.
Karanganom Kab. Klaten Jawa Tengah, mulai dari bulan Oktober hingga Desember
2023 pada PT. Circle Pro Group Klaten Jawa Tengah, Penelitian ini mengenai
pelayanan produksi multimedia di PT. Circle Pro Group.
37
1.3. Tahapan Penelitian
Langkah-langkah penelitian yang digunakan dapat dilihat pada flowchart
penelitian di bawah ini
Gambar 3. 2 Flowchart Metodelogi Penelitian
37
Gambar 3. 2 Flowchart Metodelogi Penelitian
Lanjutan
38
3.3.1 Perancangan Sistem Pengukuran kinerja Integreted performance measurement
system
Pada tahap awal peneliti melakukan Studi Literatur mengenai kajian teori
supply chain management, serta mengidentifikasi proses bisnis yang sudah pernah
digunakan pada penelitian sebelumnya. Studi Literatur menurut (Nyoman Pujawan,
2010) melakukan peninjauan secara tidak langsung pada objek penelitian melainkan
melewati kajian teoritis, serta literature ilmiah untuk mengumpulkan data yang
berkaitan dengan penelitian. Tahap ini juga disertai Studi lapangan dengan
melakukan wawancara kepada supervisor bagian SCM untuk mengidentifikasi
kondisi eksisting proses bisnis rantai pasok perusahaan terkini yang berhubungan
dengan aspek lingkungan.
Tujuan dari studi literatur dan lapangan ini merumuskan indikator kinerja
dari kajian teori supply chain management yang sesuai atau mendekati dari
karakteristik proses bisnis rantai pasok PT. Circle Pro Group Jawa Tengah. Tabel
3.1 menunjukkan matriks kinerja untuk mengatasi dampak lingkungan dari proses
model SCOR Level 1 yang merupakan tingkatan analisis secara umum. Proses ini
meliputi peninjauan rinci tentang definisi proses terhadap tahapan rantai pasok yang
memberikan dampak lingkungan.
Tabel 3. 1 Matriks Proses IPMS SCOR
Proses SCOR Dampak Potensial
Plan  Merencanakan untuk Identifikasi para pemangku
kepentingan yang terlibat dalam perusahaan layanan
multimedia, seperti pelanggan, karyawan, pemegang
saham, dan pemasok.
 Rencanakan penanganan dan peningkatan produktivitas layanan
 Merencanakan perbaikan management layanan
 Rencanakan ketaatan terhadap semua aktivitas rantai pasokan
Source  Memilih stakeholder dengan catatan lingkungan yang positif
 Pilih bahan dengan konten ramah lingkungan
 Tentukan persyaratan kemasan
 Tentukan persyaratan pengiriman untuk meminimalkan transportasi
dan penanganan persyaratan
39
Make  Jadwalkan produksi untuk meminimalkan konsumsi energi
 Mengelola limbah yang dihasilkan selama proses Make
 Mengelola media promosi dari proses Make
Deliver  Minimalkan penggunaan bahan kemasan
 Jadwalkan pengiriman untuk meminimalkan konsumsi bahan bakar
Return  Jadwalkan transportasi dan pengiriman agregat untuk meminimalkan
konsumsi bahan bakar;
 Mempersiapkan Pengembalian untuk mencegah tumpahan bahan
berbahaya (minyak, bahan bakar, dll.) dari produk yang rusak.
Sumber: Cash dan Wikerson (2003)
Pada level 2 Penyusunan matrik kinerja supply chain management
menurut (Nyoman Pujawan, 2014) diklasifikasikan kedalam lima atribut kinerja
yang ada pada model SCOR. Tabel 3.2 menunjukkan definisi atribut kinerja SCOR
dengan lingkungan yang sesuai. Definisi lingkungan hanya berfungsi sebagai
panduan untuk melakukan pengembangan matrik indikator kinerja Green SCOR.
Tabel 3. 2 Matriks Kinerja SCOR terkait Lingkungan
Atribut Kinerja Definisi SCOR Definisi Lingkungan
Reliability Kinerja rantai pasokan
dalam mengantarkan: produk
yang benar, ke
tempat yang tepat, pada saat
yang tepat,
dalam kondisi dan kemasan
yang benar,
dalam jumlah yang benar,
dengan dokumentasi yang
benar, kepada pelanggan yang
tepat
Kemampuan untuk
mengirimkan produk yang
benar mengurangi limbah
dari pembuangan produk,
mengurangi pencemaran
udara dan penggunaan bahan
bakar dari transportasi
tambahan untuk produk yang
dikembalikan. Dokumentasi
yang tepat memungkinkan
semua pemain rantai
pasokan untuk menjaga lebih
baik materi berbahaya atau
racun yang disematkan pada
produk tertentu, sehingga
memungkinkan mereka
mengatur penyimpanan,
penanganan, dan
pembuangan yang tepat.
40
Responsiveness Kecepatan di mana rantai
pasokan menyediakan produk
kepada pelanggan.
Dampak lingkungan yang
mempengaruhi kecepatan
pergerakan material,
termasuk langkah
pengendalian pencemaran
atau peraturan dalam suatu
proses.
Flexibility Kelincahan rantai pasokan
dalam merespons perubahan
pasar untuk mendapatkan atau
mempertahankan keunggulan
kompetitif.
Tingkat dimana perusahaan
dapat memenuhi tuntutan
lingkungan dari
pelanggannya. Hal ini
berkaitan dengan produk,
produksi, transportasi dan
daur ulang mereka.
Costs Biaya yang terkait dengan
operasi rantai pasokan.
Biaya pemenuhan
lingkungan dan pembersihan
serta biaya energi.
Asset
management
efficiency
Efektivitas sebuah organisasi
dalam mengelola aset untuk
mendukung kepuasan
permintaan. Ini termasuk
pengelolaan semua asset
modal tetap dan modal kerja
Mengelola aset dengan cara
yang mengurangi dampak
lingkungan dan mengurangi
biaya internal
Sumber: Cash dan Wikerson (2003)
Pada Level 3 merumuskan Indikator kinerja dari setiap proses SCOR (plan, source, make,
deliver, dan return) dengan menurunkan dari kelima matriks kinerja supply chain
management yang sudah didefinisikan sebelumnya (reliability, responsiveness, flexibility,
cost, dan asset) dari beberapa penelitian sebelumnya yang membahas topik serupa.
3.3.2 Validasi indikator Kinerja IPMS
Selanjutnya, tahapan ini merupakan proses inti yang dilakukan untuk penetapan
sistem pengukuran kinerja IPMS yang sesuai untuk diterapkan pada perusahaan.
Penentuan sistem pengukuran ini akan melewati tahapan validasi model pengukuran
kinerja yang dilakukan dengan memeriksa mengenai informasi indikator kinerja yang
telah didapatkan dari review studi literatur untuk dilakukan verifikasi dan menentukan
target dari setiap indikator kerja yang berasal dari internal perusahaan dan benchmarking.
Validasi indikator kinerja menggunakan pendapat dari expert melalui kuisioner offline
yang akan dibagikan kepada PSCM Supervisor, Material & Logistic Supervisor,
Environmental Supervisor, dan Production Supervisor karena dianggap memiliki
pemahaman dan pengetahuan tentang indikator-indikator pada model pengukuran kinerja
supply chain management, sehingga model pengukuran kinerja IPMS dapat sesuai dengan
karakter industri Jasa Multimedia sesuai kondisi eksisting proses bisnis rantai pasok
41
perusahaan. Adapun rancangan kuesioner validasi pada penelitian ini terdiri dari
beberapa bagian, antara lain:
a. Pendahuluan, pada bagian ini berisikan mengenai perkenalan diri dari peneliti dan
penjelasan mengenai penelitian yang dilakukan.
b. Profil responden, pada bagian ini berisikan profil responden yang terdiri dari nama,
pekerjaan, jabatan, instansi, dan lama bekerja.
c. Petunjuk pengisian kuesioner, tabel daftar indikator dan target/benchmarking dari
tiap indikator, pada bagian ini berisikan mengenai petunjuk pengisian kuesioner,
daftar indikator yang akan divalidasi, kolom rekomendasi indikator, dan kolom
target dari setiap indikator.
3.3.3 Pembobotan AHP Indikator Kinerja SCM
Dalam menentukan pembobotan tingkat kepentingan indikator kinerja pada sistem
pengukuran kinerja yang telah tervalidasi akan menggunakan metode AHP. Metode AHP
dipilih karena memiliki skala penilaian yang khas yaitu 1 hingga 9 yang dapat
menyelesaikan masalah terukur (kuantitatif) maupun pendapat (judgement). Selain itu,
metode AHP dapat membantu untuk menentukan prioritas indikator untuk mengetahui
elemen terpenting yang harus diperhatikan dalam Pengukuran kinerja SCM. Pembobotan
AHP pada masing-masing indikatro kinerja dilakukan dengan menggunakan kuisioner
pembobotan yang dibagikan kepada expert judgement untuk menentukan bobot masing-
masing indikator kinerja yang ada pada sistem pengukuran kinerjaSupply Chain
Management. Tahapan pembobotan adalah sebagai berikut:
1. Membuat hierarki: sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahnya
menjadi bagian yang lebih kecil, menyusun elemen secara hierarki, lalu
menggabungkannya. Pada hierarki tersebut terdiri dari 3 tingkatan, pada tingkatan
pertama adalah tujuan dari pemecahan masalah, tingkatan kedua adalah atribut dan
tingkatan ketiga adalah indikator kinerja yang dijadikan pilihan.
2. Penilaian indikator: Pada tahap ini dilakukan dengan perbandingan berpasangan.
Pengumpulan data perbandingan berpasangan dengan menyebarkan kuesioner.
Kuesioner diisi berdasarkan judgement atau pendapat dari para responden yang
dianggap sebagai expert yaitu orang yang terlibat dan memahami permasalahan
41
yang dihadapi. Responden yang terpilih pada penelitian ini adalah PSCM
Supervisor,
42
3. Material & Logistic Supervisor, Environmental Supervisor, dan Production
Supervisor Adapun penyusunan kuesioner pada tahapan ini terdiri dari beberapa
bagian, antara lain:
a. Pendahuluan, pada bagian ini berisikan mengenai perkenalan diri dari
peneliti dan penjelasan mengenai penelitian yang dilakukan
b. Profil responden, pada bagian ini berisikan profil responden yang terdiri
dari nama, pekerjaan, jabatan, instansi, dan lama bekerja.
c. Hierarki keputusan, pada bagian ini berisikan mengenai susunan struktur
AHP yang digunakan dalam penelitian ini.
d. Petunjuk pengisian kuesioner dan tabel skala perbandingan, pada bagian ini
berisikan mengenai petunjuk atau contoh pengisian kusioner beserta
penjelasan mengenai arti dari nilai skala pembobotan yang akan digunakan
responden dalam melakukan perbandingan.
e. Tabel perbandingan berpasangan, pada bagian ini berisikan tabel
perbandingan berpasangan yang digunakan responden dalam melakukan
pengisian kuesioner.
(Setiawan, 2016) sebagai pendekatan untuk mengekspresikan pendapat terhadap
berbagai persoalan skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik. Pada tabel 3.3 diperlihatkan tabel
analisis nilai dan definisi pendapat dari skala perbandingan Saaty di bawah ini :
Tabel 3. 3 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan
Skala Definisi Keterangan
1 Sama penting Bobot kepentingan elemen matriks yang satu
dinilai sama penting dibandingkan elemen yang
Lain
3 Sedikit lebih penting Bobot kepentingan elemen matriks yang satu
dinilai sedikit lebih penting dibandingkan elemen
yangn
Lain
5 Lebih penting Bobot kepentingan elemen matriks yang satu
dinilai lebih penting dibandingkan elemen yang
lain
7 Sangat lebih penting Bobot kepentingan elemen matriks yang satu
dinilai sangat lebih penting dibandingkan elemen
yang lain
43
9 Mutlak lebih penting Bobot kepentingan elemen matriks yang satu
dinilai mutlak lebih penting dibandingkan
elemen yang lain
2,4,6,8, Nilai tingkat kepentingan
yang mencerminkan suatu
kompromi
Nilai kompromi diantara dua nilai perbandingan
terdekat
Sumber: Saaty (2008)
4. Menentukan Prioritas: Pada tahap ini, akan ditentukan prioritas dan bobot
kepentingan setiap elemen keputusan (kriteria) dari data matriks berpasangan pada
setiap level hierarki.
5. Rasio konsistensi: Tahap ini menunjukkan tingkat akurasi dari pendapat ahli
terhadap elemen pada tingkat hierarki. Tingkat konsistensi juga menunjukkan
bahwa suatu pendapat mempunyai nilai yang sesuai dengan pengelompokkan
elemen pada hierarki. Consistency Index (CI) dari suatu pendapat dapat diketahui
dengan formulasi sebagai berikut:
L max - n
CI =
n-1
Keterangan : CI : Consistency Index
L max = Eign Value max;
n = Jumlah yang dibandingkan / orde matriks
Nilai rasio konsistensi merupakan perbandingan antara Consistency Index (CI) dengan
Random Index (RI) yang telah ditentukan seperti pada Tabel 3.4.
Tabel 3. 4 Nilai Random Index (RI)
Rasio konsistensi mengindikasikan tingkat konsistensi pengambil keputusan dalam
melakukan perbandingan berpasangan yang juga mengindikasikan kualitas keputusan atau
pilihan responden Rasio konsistensi dapat dirumuskan sebagai berikut:
CR = CI
R
Keterangan : CI : Cosistency Index
44
RI : Random Index
CR : Cosistency Ratio
Jika nilai CR kurang dari sama dengan 0.10 maka perbandingan yang berpasangan
yang dilakukan oleh pengambil keputusan dapat dikatakan konsisten dan dapat diterima.
Akan tetapi, jika nilai CR lebih besar dari 0.10 maka pengambil keputusan harus
mempertimbangkan kembali penilaian yang telah dilakukan (Saaty., 1994)
3.3.4 Pengukuran kinerja SCM dengan IPMS
Setelah model sistem pengukuran kinerja SCM dengan Integreted
performance measurement syestem sudah tervalidasi dan memiliki bobot pada
proses dan indikator kinerja, maka akan dilakukan penilaian kinerja dengan
pengumpulan data dari kinerja supply chain management perusahaan pada tahun
2017 melewati studi dokumen pada setiap aktivitas indikator kinerja,
Selanjutnya melakukan proses normalisasi pada setiap indikator kinerja yang
sudah dinilai. (Nyoman Pujawan, 2014) tingkat pemenuhan performansi
didefinisikan oleh normalisasi dari indikator performansi tersebut. Setiap indikator
memiliki bobot yang berbeda-beda dengan skala ukuran yang berbeda-beda pula.
Oleh karena itu, diperlukan proses penyamaan parameter yaitu dengan cara
normalisasi tersebut. Di sini normalisasi memegang peranan cukup penting demi
tercapainya nilai akhir dari pengukuran kinerja. Proses normalisasi dilakukan
dengan rumus normalisasi Snorm De Boer, yaitu:
Snorm (skor)=
(𝑆𝑖−𝑆𝑚𝑖𝑛)
(𝑆𝑚𝑎𝑥−𝑆𝑚𝑖𝑛)
× 100
45
Keterangan : Si = Nilai indikator aktual yang berhasil dicapai
Smin = Nilai pencapaian performansi terburuk dari
indikator kinerja
Smax = Nilai pencapaian performansi terbaik dari indikator
kinerja
Pada pengukuran ini, setiap bobot indikator dikonversikan ke
dalam interval nilai tertentu yaitu 0 sampai 100. Nol (0) diartikan paling
buruk dan seratus (100) diartikan paling baik. Dengan demikian
parameter dari setiap indikator adalah sama, setelah itu didapatkan suatu
hasil yang dapat dianalisa. Tabel di bawah ini menunjukkan sistem
monitoring indikator kinerja.
Tabel 3. 5 Sistem Monitoring Indikator Kinerja
Selanjutnya pengukuran dilakukan dengan mengkalikan skor
normalisasi indikator kinerja dengan bobot masing-masing indikator, lalu
diidentifikasi sistem monitoring indikator kinerja dari hasil pengukuran. Hasil
pengukuran kinerja supply chain management dari setiap indikator kinerja,
selanjutnya dilakukan analisa deskriptif mengenai pencapaian target
internal perusahaan maupun
Pembandingan (Benchmarking) dengan standar regulasi sejenisnya dari setiap
indikator kinerja pada sistem pengukuran kinerja IPMS model SCOR. Dimana hasil
yang didapatkan dari pengukuran kinerja tersebut akan menggambarkan kondisi
terkini dari setiap aktivitas proses supply chain management perusahaan yang
45
selanjutnya
46
dilakukan analisa lebih lanjut menggunakan Modified House of Quality (HoQ)
untuk menentukan arah perbaikan kinerja SCM di Div. Pengembangan Desain.
3.3.5 Perumusan Arah Perbaikan
Nilai hasil pencapaian pengukuran kinerja SCM perusahaan akan
menjadi dasar dilakukannya evaluasi dalam menentukan arah perbaikan
aktivitas supply chain management dengan menggunakan metode
Modified House of Quality. Pengambilan data pada tahap ini
menggunakan teknik wawancara kepada Supervisor bagian yang
memiliki nilai indikator kinerja dibawah rata-rata sehingga dihasilkan
prioritas penanganan perbaikan kinerja SCM yang bisa dilakukan
perusahaan.
Selanjutnya, Berikut tahapan perumusan arah perbaikan matriks House of
Quality:
1. Memasukkan daftar indikator kinerja yang ada pada proses
supply chain management yang dianggap masih memiliki
nilai kurang dari hasil pengukuran kinerja pada matriks
Whats sebagai stakeholder requirements.
2. Selanjutnya mencatat seberapa penting/prioritas masing-
masing kebutuhan stakeholder atau solusi yang ditawarkan
berdasarkan interpretasi perusahaan. Kondisi ini
mempengaruhi keseimbangan antara prioritas perusahaan dan
kebutuhan stakeholder. Matriks perencanaan atau whys
terdiri dari tiga jenis data yaitu:
a) Tingkat kepuasan dari tiap kebutuhan stakeholder:
merupakan persepsi perusahaan mengenai seberapa
baik suatu tindakan/solusi dapat memenuhi kebutuhan
stakeholder.
b) Tingkat kepuasan stakeholder terhadap
tindakan/solusi yang dikomparasi: merupakan
persepsi perusahaan mengenai seberapa baik suatu
solusi/tindakan competitor dapat memenuhi
46
kebutuhan stakeholder
47
c) Tujuan strategis solusi/tindakan yang akan
dikembangkan: merupakan target kepuasan stakeholder
yang ingin dikembangkan atau dicapai perusahaan
berdasarkan kondisi tingkat kepuasan yang sebenarnya.
Merumuskan rasio kenaikan perbaikan yaitu dengan
perkalian faktor tujuan dengan tingkat kepuasan
stakeholder.
3. Lalu mengidentifikasikan karakteristik upaya tanggapan
perbaikan teknis yang merupakan bagian dimana perusahaan
melakukan penerapan tindakan/solusi yang mungkin dapat
direalisasikan dalam usaha memenuhi kebutuhan stakeholder
dalam hal ini tindakan perbaikan indikator kinerja oleh
perusahaan. Pada matriks respon teknis/ Hows, perusahaan
menerjemahkan kebutuhan stakeholder menjadi karakteristik
teknis. Karakteristik teknis ini diturunkan berdasarkan
indikator kinerja yang diperoleh dari pengukuran kinerja
sebelumnya serta memiliki nilai kinerja kurang dan dijadikan
sebagai kebutuhan stakeholder.
4. Selanjutnya mengidentifikasi hubungan antara kebutuhan
stakeholder dengan matriks karakteristik teknis pada
relationship matrix dan kemudian menerjemahkannya
menjadi suatu nilai yang menyatakan kekuatan hubungan
tersebut. Dari hubungan didapat empat kemungkinan yang
terjadi seperti pada tabel 2.3
5. Menggambarkan korelasi atau saling ketergantungan antara
matriks karakteristik teknis dengan simbol pada Correlation
Matrix yang di jelaskan seperti pada tabel 2.4
6. Pada tahap terakhir matriks How Muchs ini, merumuskan
technical matrix yaitu spesifikasi teknis yang akan menjawab
perbaikan indikator kinerja sebagai kebutuhan stakeholder .
Matriks ini berisi informasi tingkat kepentingan (peringkat)
47
tiap respon teknis. Menurut Park (1998) dalam menentukan
48
peringkat atau prioritas, maka tahapan yang dilakukan adalah
menentukan absolute score, yang merupakan total dari nilai
weighted relationship untuk setiap respon teknis, yang
mewakili pentingnya masing-masing respon teknis dalam
hubungannya dengan kebutuhan konsumen. Rumus yang
digunakan adalah:
AI = Σ Ri W
Dimana:
AI = Bobot absolut untuk respon teknis
Ri = Nilai relationship matrix
W = Tingkat kepentingan pada kebutuhan konsumen
Selanjutnya menentukan relative score, dimana nilai ini
mencerminkan peringkat dari masing-masing respon teknis,
dimana nilai tertinggi menjadi prioritas utama. Rumus yang
digunakan adalah :
RI = AI
Σ 𝐴𝐼𝑘
Dimana :
RI = Bobot Relatif untuk respon teknis
AI = Bobot Absolut untuk respon teknis
AIk = Bobot Absolut Kumulatif
3.3.6 Analisis dan Perbaikan
Setelah melakukan pengolahan data dan pengukuran kinerja
Integreted performance measurement IPMS SCOR sehingga
mendapatkan kondisi eksisting SCM perusahaan, di lanjutkan dengan
melakukan analisis terhadap indikator kinerja yang mendapatkan nilai
kurang baik. Dari hasil yang di dapatkan lalu akan melewati penentuan
arah perbaikan kinerja dengan menggunakan AHP
49
yang mempertimbangkan kemampuan dari perusahan dalam
meningkatkan indikator kinerja yang dianggap masih kurang. Setelah itu
dapat ditarik sebuah rekomendasi berupa strategi arah perbaikan kinerja
yang sesuai dengan kemampuan PT. Circle Pro Group Jawa Tengah.
3.3.7 Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan serangkaian tahapan penelitian yang telah
dilakukan, selanjutnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian
yaitu kondisi kinerja terkini supply chain management dan prioritas
penanganan yang bisa dilakukan perusahaan dalam memperbaiki kinerja
SCM serta rumusan strategi perbaikan yang sesuai dengan disertai saran-
saran yang berguna untuk peningkatan perusahaan serta untuk penelitian
berikutnya.
3.4 Jadwal Penelitian
Tabel 3.6 Jadwal Penelitian 1
N
O
Jenis Uraian Tahun 2023
Juli Agustus Sept Oktober Nov
Minggu Ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Perencanaan
Penelitian
2. Persiapan
3. Pelaksanaan
penelitian
4. Pembentukan
Data
5. Penyususnan
49
BAB 1
6. Penyusunan BAB
2
7. Penyusunan BAB
3
8. Seminar Proposal
TA
Tabel 3.7 Jadwal Penelitian 2
N
O
Jenis Uraian Tahun 2023
Desember Januari Februari Maret April
Minggu Ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Revisi Proposal
2. Pengolahan Data
3. Analisis Data
4. Penyususunan
BAB 4
5. Penyususnan
BAB 5
6. Seminar TA
52
DAFTAR PUSTAKA
Doan, T. T. T. (2020). Supply chain management drivers and competitive
advantage in manufacturing industry. Uncertain Supply Chain Management,
8(3), 473–800. https://doi.org/10.5267/j.uscm.2020.5.001
Hervani, A. A., Helms, M. M., & Sarkis, J. (2005). Performance measurement for
green supply chain management. Benchmarking, 12(4), 330–353.
https://doi.org/10.1108/14635770510609015
Maulidia, F. R., Setyanto, N. W., & Rahman, A. (n.d.). PERANCANGAN SISTEM
PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE INTEGRATED
PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM ( IPMS ) ( Studi Kasus : KPRI
Universitas Brawijaya ) PERFORMANCE MEASUREMENT USING
INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM ( IPMS )
METHOD ( Case Study : KPRI. 1–10.
Mentzer, J. T., DeWitt, W., Keebler, J. S., Min, S., Nix, N. W., Smith, C. D., &
Zacharia, Z. G. (2001). Defining Supply Chain Management. Journal of
Business Logistics, 22(2), 1–25. https://doi.org/10.1002/j.2158-
1592.2001.tb00001.x
Mounkes, P. (2004). Supply chain collaboration. Circuits Assembly, 15(7), 30–35.
https://doi.org/10.1108/09600030310492788
Nyoman Pujawan. (2014). Logistics & Supply Chain Management-Sesi 1 by :
Nyoman Pujawan. 031.
Oliver, W. (1982). Supply Chain Management : theory and practices. The
Emerging Science of Chains and Networks: Bridging Theory and Practice,
1–19.
Setiawan, S. (2016). Metode Analytical Hierarchy Process Pada Sistem
Pendukung Keputusan Penentuan Program Jaminan Sosial. 1(1), 32–41.
Setyadi, A., Ogunmakinde, O. E., Irhoma, A., Strauss, N., Ngan, S. L., How, B.
S., Teng, S. Y., Promentilla, M. A. B., Yatim, P., Er, A. C., Lam, H. L.,
Ozili, P. K., Valeria, S., Petersburg, S., UNDP, IFC, IPIECA, CCSI,
Cervigni, R., … Terpou, A. (2019). Developing a circular-economy-based
construction waste minimisation framework for Nigeria. Renewable and
Sustainable Energy Reviews, 111(May), 314–331.
https://doi.org/10.1016/B978-0-12-819534-5.00012-
X%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.rser.2016.09.067%0Ahttp://www.ipieca.or
g/resources/awareness-briefing/mapping-the-oil-and-gas-industry-to-the-
sustainable-development-goals-an-atlas/%0Ahttps://nova.newcastle
Turban, E., Volonino, L., & Wood, G. R. (2015). Information Technology for
Management: Digital Strategies for Insight, Action, and Sustainable
Performance.
Yin (1994) dan Lee (1989). Nahar (2001). (n.d.). No 主観的健康感を中心とし
た在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析Title.
52
BMC Public Health, 5(1), 1–8.
https://ejournal.poltektegal.ac.id/index.php/siklus/article/view/298%0Ahttp://
repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.jana.
2015.10.005%0Ahttp://www.biomedcentral.com/1471-
2458/12/58%0Ahttp://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?T=JS&P

More Related Content

Similar to BARUU REFisi PROPOSAL TA _IBNU NAFIS AL K. 2011110043 _PENGUKURAN KINERJA.docx

Jasa konsultasi penerapan kpi dan bsc
Jasa konsultasi penerapan kpi dan bscJasa konsultasi penerapan kpi dan bsc
Jasa konsultasi penerapan kpi dan bsc
Agus Witono
 
43218010171 muhammad farhan fadhlillah artikel manajemen proses bisnis
43218010171  muhammad farhan fadhlillah artikel manajemen proses bisnis43218010171  muhammad farhan fadhlillah artikel manajemen proses bisnis
43218010171 muhammad farhan fadhlillah artikel manajemen proses bisnis
FarhanFadhlillah1
 
Its proceeding-12319-abstract-mi
Its proceeding-12319-abstract-miIts proceeding-12319-abstract-mi
Its proceeding-12319-abstract-mi
bgastomo
 
SHARING KPKU SKS RIAU 13062020 V4.pptx
SHARING KPKU SKS RIAU 13062020 V4.pptxSHARING KPKU SKS RIAU 13062020 V4.pptx
SHARING KPKU SKS RIAU 13062020 V4.pptx
JaanPamuji
 

Similar to BARUU REFisi PROPOSAL TA _IBNU NAFIS AL K. 2011110043 _PENGUKURAN KINERJA.docx (20)

Sim 10, nabila rahmalia, hapzi ali,kualitas produk dan jasa, universitas merc...
Sim 10, nabila rahmalia, hapzi ali,kualitas produk dan jasa, universitas merc...Sim 10, nabila rahmalia, hapzi ali,kualitas produk dan jasa, universitas merc...
Sim 10, nabila rahmalia, hapzi ali,kualitas produk dan jasa, universitas merc...
 
Kelompok 10 mpb analisis implementasi manajemen mutu dan dampaknya pada kual...
Kelompok 10 mpb  analisis implementasi manajemen mutu dan dampaknya pada kual...Kelompok 10 mpb  analisis implementasi manajemen mutu dan dampaknya pada kual...
Kelompok 10 mpb analisis implementasi manajemen mutu dan dampaknya pada kual...
 
Makalah evakinkom part 1
Makalah evakinkom part 1Makalah evakinkom part 1
Makalah evakinkom part 1
 
Six sigma
Six sigmaSix sigma
Six sigma
 
Six sigma
Six sigmaSix sigma
Six sigma
 
six sigma-maksi Esa unggul
 six sigma-maksi Esa unggul six sigma-maksi Esa unggul
six sigma-maksi Esa unggul
 
Makalah evakinkomp 2 anggi lia chrisnawati
Makalah evakinkomp 2 anggi lia chrisnawatiMakalah evakinkomp 2 anggi lia chrisnawati
Makalah evakinkomp 2 anggi lia chrisnawati
 
Manajemen kualitas "Balanced Scorecard"
Manajemen kualitas "Balanced Scorecard"Manajemen kualitas "Balanced Scorecard"
Manajemen kualitas "Balanced Scorecard"
 
Jasa konsultasi penerapan kpi dan bsc
Jasa konsultasi penerapan kpi dan bscJasa konsultasi penerapan kpi dan bsc
Jasa konsultasi penerapan kpi dan bsc
 
Dukungan SIM terhadap Kualitas Produk dan Jasa
Dukungan SIM terhadap Kualitas Produk dan JasaDukungan SIM terhadap Kualitas Produk dan Jasa
Dukungan SIM terhadap Kualitas Produk dan Jasa
 
Tugas 1 (satu) makalah evakinkom mustakim (11150945)
Tugas 1 (satu) makalah evakinkom mustakim (11150945)Tugas 1 (satu) makalah evakinkom mustakim (11150945)
Tugas 1 (satu) makalah evakinkom mustakim (11150945)
 
43218010171 muhammad farhan fadhlillah artikel manajemen proses bisnis
43218010171  muhammad farhan fadhlillah artikel manajemen proses bisnis43218010171  muhammad farhan fadhlillah artikel manajemen proses bisnis
43218010171 muhammad farhan fadhlillah artikel manajemen proses bisnis
 
Tugas kelompok 2 tatap muka 9 sistem informasi manajemen
Tugas kelompok 2   tatap muka 9 sistem informasi manajemenTugas kelompok 2   tatap muka 9 sistem informasi manajemen
Tugas kelompok 2 tatap muka 9 sistem informasi manajemen
 
Makalah kinerja operasi Indonesia
Makalah kinerja operasi IndonesiaMakalah kinerja operasi Indonesia
Makalah kinerja operasi Indonesia
 
Laporan praktik kerja industri
Laporan praktik kerja industriLaporan praktik kerja industri
Laporan praktik kerja industri
 
Its proceeding-12319-abstract-mi
Its proceeding-12319-abstract-miIts proceeding-12319-abstract-mi
Its proceeding-12319-abstract-mi
 
1 sistem-manajemen-mutu
1 sistem-manajemen-mutu1 sistem-manajemen-mutu
1 sistem-manajemen-mutu
 
SHARING KPKU SKS RIAU 13062020 V4.pptx
SHARING KPKU SKS RIAU 13062020 V4.pptxSHARING KPKU SKS RIAU 13062020 V4.pptx
SHARING KPKU SKS RIAU 13062020 V4.pptx
 
Balanced scorecard
Balanced scorecardBalanced scorecard
Balanced scorecard
 
Framework Evaluasi Kinerja dan Kompensasi
Framework Evaluasi Kinerja dan KompensasiFramework Evaluasi Kinerja dan Kompensasi
Framework Evaluasi Kinerja dan Kompensasi
 

Recently uploaded

bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
AtiAnggiSupriyati
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 

Recently uploaded (20)

Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 

BARUU REFisi PROPOSAL TA _IBNU NAFIS AL K. 2011110043 _PENGUKURAN KINERJA.docx

  • 1. i PROPOSAL TUGAS AKHIR MERANCANG MODEL PENGUKURAN DAN MENGUKUR KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) DENGAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEMS (IPMS) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : PT. CIRCLE PRO GROUP KLATEN – JAWA TENGAH )
  • 3. vi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………….i PERMOHONAN PERSETUJUAN SIDANG………………………………………....ii LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................................iii KATA PENGANTAR………………………………………………………..………...iv DAFTAR ISI....................................................................................................................vi DAFTAR TABEL……………………………………………………………………..viii DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………...xi BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….1 1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………………………………..1 1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………1 1.3 Batasan Masalah……………………………………………………………………..7 1.4 Tujuan Penelitian…………………………………………………………………….7 1.5 Manfaat Penelitian…………………………………………………………………...7 1.6 Sistematika Penulisan………………………………………………………………..8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………….9 2.1 Supply Chain………………………………………………………………………...9 2.2 Mineral dan Logam Supply Chain………………………………………………….11 2.3 Supply Chain Management………………………………………………………...,12 2.4 Green Supply Chain Managemet…………………………………………………...13 BAB III METODELOGI PENELITIAN……………………………………………14 3.1 Metodelogi Penelitian………………………………………………………………16 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………………………….16 3.3 Tahapan Penelitian………………………………………………………………….17 3.3.1 Perancangan kinerja Supply Chain Management Model Score……...………..18 3.3.2 Validasi Indikator kinerja SCM...………………………………………….....20 3.3.3 Pembobotan AHP Indikator kinerja SCM...…………………………………..21 3.3.4 Pengukuran Kinerja SCM..……………………………………………………24 3.3.5 Perancangan Arah Perbaikan………………………………………………….26
  • 4. vi 3.3.6 Analisis dan Perbaikan……………………………………………………….28 3.3.7 Kesimpulan dan Saran………………………………………………………..29 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..30 LAMPIRAN…………………………………………………………………………..34
  • 5. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam dunia usaha persaingan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari. Setiap perusahaan dituntut untuk berbenah dalam setiap aspek-aspek kinerja perusahaannya, sehingga perusahaan dapat tetap bersaing dengan perusahaan lain. Pada saat ini, perusahaan dihadapkan pada kompleksitas dan turbulensi dalam lingkungan bisnisnya, dengan lingkungan yang demikian menuntut suatu manajemen yang fleksibel dan dinamis dalam menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Untuk dapat tetap eksis dalam dunia bisnis dengan persaingan yang begitu keras, perusahaan harus dapat mengikuti perkembangan yang ada dengan sebaik-baiknya, baik dari segi internal perusahaan, maupun dari segi eksternal. Pengetahuan dan wawasan akan dunia kerja yang berkaitan dengan dunia industri daan jasa sangat diperlukan sehubungan dengan kondisi negara Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi akan diaplikasikan oleh industri terlebih dulu. Struktur supply chain yang kompleks dan melibatkan banyak pihak baik internal maupun eksternal perusahaan dapat menimbulkan permasalahan apabila pihak perusahaan tidak mengetahui sejauh mana performansi supply chain telah tercapai. Supply chain yang dikelola dengan baik dapat menghasilkan produk yang murah, berkualitas, dan tepat waktu sehingga target pasar terpenuhi dan dapat menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2005), manfaat dari penerapan supply chain adalah mengurangi inventory barang, menjamin kelancaran penyediaan barang, menjamin mutu, mengurangi jumlah supplier, dan mengembangkan supplier partnership atau strategic alliance. Menurut Pujawan (2005), Supply Chain Management merupakan suatu kesatuan proses dan aktivitas produksi mulai bahan baku diperoleh dari supplier, proses penambahan nilai yang merubah bahan baku menjadi barang jadi, proses penyimpanan persediaan barang sampai proses pengiriman barang jadi tersebut ke retailer dan konsumen. Pengukuran kinerja supply chain bagi perusahaan perlu dilakukan karena bertujuan untuk mengurangi biayabiaya, memenuhi kepuasan pelanggan dan meningkatkan keuntungan perusahaan serta untuk mengetahui sejauh mana performansi supply
  • 6. 2 chain perusahaan tersebut telah tercapai. Pengukuran kinerja menurut Yuwono, Sukarno, dan Ichsan (2002) merupakan bagian dari sistem pengendalian manajemen yang mencakup baik tindakan yang mengimplikasikan keputusan perencanaan maupun penilaian kinerja pegawai serta operasinya (dalam Hanungrani, 2013). Menurut Rakhman (2006) pengukuran kinerja Supply Chain Management merupakan sesuatu yang penting disebabkan oleh beberapa alasan yaitu (dalam Iriani, 2008) Media untuk hal tersebut adalah dengan mengetahui tingkat perfomasi perusahaan dengan melakukan pengukuran kinerja. Setiap perusahaan harus melakukan pengukuran kinerja perusahaan agar perusahaan dapat mengetahui tingkat performansi kerja Supply Chain Management yang baik. Pengukuran kinerja Supply Chain Management dilakukan karena pada dasarnya perusahaan perlu mengevaluasi dan merencanakan kinerja sehingga terjadi peningkatan proses kinerja, yang ditandai dengan pencapaian laba yang berkesinambungan untuk mencapai kesejahteraan bersama bagi pemilik usaha, karyawan, dan stakeholder lainnya. Perkembangan industri Jasa Digital memunculkan persaingan yang sangat ketat diantaranya Multimedia khususnya di wilayah Klaten Jawa Tengah seperti Nakowara Studio, Bagong Studio, CV. Multimedia Bekarya, PT. Circle Pro Group dan lain sebagainya. Stakeholder adalah sekelompok orang yang berperan penting dalam suatu perusahaan disamping pihak yang menerima dan menggunakan barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu perusahaan. Dengan diketahuinya keinginan dan kebutuhan dari stakeholder sehingga dapat membuat kinerja suatu perusahaan menjadi meningkat dikarenakan stakeholder merupakan faktor penting dan mempunyai hubungan baik secara langsung maupun tidak langsung pada Perusahaan.
  • 7. 3 PT. Circle Pro Group adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan atau jasa dalam bidang multimedia, pengadaan alat broadcasting, helper cleaning , dan pengurusan izin legalitas. PT. Circle Pro Group belum perna melakukan pengukuran kinerja supply chain management sementara banyaknya permintaan dan kebutuhan pelanggan akan bidang digital maka perusahaan dituntut untuk mampu memberikan pelayanan yang berkualitas. Agar mampu bertahan dengan banyaknya persaingan perusahaan memerlukan pengukuran kinerja Supply Chain Management yang terorganisir dan terintegrasi. PT. Circle Pro Group melakukan proses pelayanan setiap hari untuk memenuhi targetnya, tetapi perusahaan belum bisa memenuhi target pelayanan yang telah ditetapkan. Target pelayanan di PT. Circle Pro Group belum perna melakukan pengukuran kinerja supply chain mangemant sehingga belum mempunyai model pengukuran kinerjanya yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam mengukur kinerja supply chain mangemant nya agar produksi yang dilakukan tidak kurang dan tidak lebih sehingga dapat memberikan pelayanan yang tepat sesuai keinginan customer. Berikut ini merupakan data pelayanan dan target perusahaan di PT. Circle Pro Group Klaten Jawa Tengah. Tabel 1.1 DATA PELAYANAN MULTIMEDIA PT. CIRCLE PRO GROUP 2021 – 2023 TAHUN BULAN TARGET PELAYANAN/BULAN JUMLAH PELAYANAN KETERANGAN 2021-2023 Januari 200 35 Belum Tercapai Februari 200 40 Belum Tercapai Maret 200 39 Belum Tercapai April 200 200 Tercapai Mei 200 200 Tercapai Juni 200 59 Belum Tercapai Juli 200 200 Tercapai Agustus 200 50 Belum Tercapai September 200 30 Belum Tercapai Oktober 200 39 Belum Tercapai November 200 45 Belum Tercapai Desember 200 50 Belum Tercapai Sumber : Data Perusahaan, 2023 Kesulitan PT. Circle Pro Group dalam mencapai target pelayanan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaittu salah satunya disebabkan oleh kondisi manajemen yan kurang baik. Terlihat pada Tabel 1.1 tidak tercapainya pemenuhan target produksi multimedia disebabkan ketidak sanggupan karyawan dalam mencapai target pelayanan diakibatkan oleh keterlambatan karyawan dalam memulai pekerjaan. Karyawan yang kurang disiplin,
  • 8. 3 seharusnya jam kerja dimulai dari jam 08.00 – 16.00 WIB tetapi karyawan mulai bekerja tidak tepat waktu, karyawan
  • 9. 4 lebih sering memulaipekerjaan pada jam 09.00 WIB. Tidak mematuhi peraturan yang telah ditetapkan menyebabkan tidak efektifnya jam kerja yang dimiliki oleh karyawan. Jumlah pelayanan multimedia di PT. Circle Pro Grouup dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 1.1 Grafik Gambar 1.1 Grafik Pelayanan PT. Circle Pro Group 2021-2023 Dari Gambar 1.1, terlihat bahwa produksi pelayanan oleh PT. Circle Pro Group banyak tidak mencapai target sehingga dapat dihitung pada Tahun 2021, 2022 dan tahun 2023 hanya tercapai 6 kali. Yaitu pada Tahun 2021 pada bulan April, Mei dan Juli. Tahun 2022 pada bulan April mei dan Juli dan Tahun 2023 pada bulan Mei dan bulan Juni. Target pelayanan untuk setiap tahunnya selalu berjumlah 200 plyn/bulan. Berdasarkan Gambar 1.1 Grafik pelayanan dapat dilihat turun naik (berfluktuasi) bahkan terjadi penurunan yang sangat drastis. Penurunan target pelayanan ini terjadi karena beberapa hal, diantaranya hasil desain yang sudah selesai dikerjakan masih ada yang belum disetujui langsung oleh distributor (pelanggan). Bahkan keterlambatan dalam menyetujui yang telah selesai ini molor dalam 1 (satu) hingga 3 (tiga) bulan. Molor ini menyebabkan tidak semua pelayanan yang digunakan pelanggan datang kembali. 2 hal yang menyebabkan hasil desain yang sudah selesai dikerjakan belum di setujui oleh pelanggan yaitu, pertama pelanggan belum memastikan yang ada ditempatnya akan kebutuhannya. Permintaan desain milik pelanggan yang belum Sesuai, sehingga pelanggan belum bisa menyetujui Desain baru yang ada di multimedia service. Kedua, adanya hutang pelanggan kepada perusahaan yang menyebabkan perusahaan belum mau memberikan pelayanan yang sudah selesai mereka kerjakan kepada pelanggan. Hasil akan di berikan kepada pelanggan apabila pelanggan sudah melunasi hutangnya dahulu
  • 10. 4 kepada perusahaan. Kejadian ini menyebabkan perusahaan sulit untuk mencapai pendapatan yang telah perusahaan tetapkan.
  • 11. 5 Hal ini menyebabkan pendapatan perusahaan juga tidak tercapai . Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.2 dibawah ini: Tabel 1.2 DATA PENDAPATAN PT. CIRCLE PRO GROUP 2021 – 2023 TAHUN BULAN TARGET PENDAPATAN JUMLAH PENDAPATAN KETERANGAN 2021-2023 Januari Rp. 100.000.000 Rp. 17.500.000 Belum Tercapai Februari Rp. 100.000.000 Rp. 20.000.000 Belum Tercapai Maret Rp. 100.000.000 Rp. 19.500.000 Belum Tercapai April Rp. 100.000.000 Rp. 100.000.000 Tercapai Mei Rp. 100.000.000 Rp. 100.000.000 Tercapai Juni Rp. 100.000.000 Rp. 29.500.000 Belum Tercapai Juli Rp. 100.000.000 Rp. 100.000.000 Tercapai Agustus Rp. 100.000.000 Rp. 25.000.000 Belum Tercapai September Rp. 100.000.000 Rp. 15.000.000 Belum Tercapai Oktober Rp. 100.000.000 Rp. 19.500.000 Belum Tercapai November Rp. 100.000.000 Rp. 22.500.000 Belum Tercapai Desember Rp. 100.000.000 Rp. 25.000.000 Belum Tercapai Sumber : Data Perusahaan 2023 Berdasarkan data pada Tabel 1.2 terlihat bahwa perusahaan tidak dapat memenuhi target pendapatan yang telah ditetapkan oleh perusahaan, dengan target pendapatan perusahaan adalah sebesar Rp. 100.000.000,-/bulan. Tercapainya target penjualan suatu produk adalah tujuan utama dalam menjalankan suatu bisnis. Seperti halnya dengan PT. Circle Pro Group, perusahaan selalu berusaha dalam mencapai targetnya namun yang terjadi adalah sebaliknya. Minimnya pencapaian target produksi menyebabkan pendapatan perusahaan juga ikut menurun. Penyebab dari tidak tercapainya target penjualan salah satunya adalah kurang matangnya perencanaan dalam hal finansial, hal ini terlihat pada perusahaan selaku produsen yang tidak mampu menjalankan proses atau prosedur perjanjian penjemputan barang yang telah selesai diproduksi. Desain yang seharusnya selesai produksi harus langsung diambil dan dibayar oleh pelanggan, tetapi terdapat temuan adanya tumpukan desain yang sudah lama belum dibayar oleh pelanggan. Desain yang telah selesai dikerjakan malah menumpuk di perusahaan,. Efek dari banyaknya tumpukan yang disimpan di perusahaan ini adalah modal operasional dan bahan baku yang sudah dipakai. Dari permasalahan diatas menunjukkan kinerja supply chain management nya kurang baik , maka perlu dilakukan pengukuran kinerja supply chain management dengan
  • 12. 5 pendekatan Integrated Performance Measurement Systems (IPMS), penilaian kinerja yang baik haruslah
  • 13. 7 terintegrasi untuk semua unit dan aktivitas di PT. Circle Pro Group, serta mencakup semua kebutuhan stakeholders. Jika penilaian kinerja supply chain management tidak dilakukan secara terintegrasi untuk semua unit dan aktivitas, maka akan sulit untuk menentukan faktor- faktor penentu keberhasilan dalam peningkatan kinerja. Metode IPMS adalah salah satu metode pengukuran kinerja yang mendasarkan pada kebutuhan stakeholder. Salah satu tahapan dalam IPMS adalah membobotkan indikator yang berpengaruh terhadap capaian kinerja. IPMS merupakan suatu metode yang mengukur kinerja secara terintegrasi dan berbasis pada keinginan skateholders.(Maulidia et al., n.d.) Objectives ditentukan untuk memenuhi keinginan stakeholdes, sehingga akan dapat ditentukan key performance indicators yang akan digunakan untuk mengukur keberhasilannya. (Maulidia et al., n.d.) Dalam sistem pengukuran kinerja yang dirancang setiap KPI memiliki bobot yang berbeda terhadap kinerja. Oleh karena itu, di dalam melakukan pembobotan untuk masing-masing KPI dalam sistem pengukuran kinerja digunakan konsep Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP adalah prosedur yang berbasis matematis yang sangat baik dan sesuai untuk kondisi evaluasi atribut-atribut kualitatif. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengajukan judul Tugas Akhir “ MERANCANG MODEL PENGUKURAN DAN MENGUKUR KINERJA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) DENGAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEMS (IPMS) DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : PT. CIRCLE PRO GROUP KLATEN – JAWA TENGAH)” 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang terdapat di latar belakang, maka rumusan masalah yang diperoleh adalah : 1. Bagaimana merancang model pengukuran kinerja kinerja Supply Chain Management SCM pada perusahaan multimedia di PT. Circle Pro Group ? 2. Bagaimana mengukur kinerja Supply Chain Management SCM dengan menggunakan metode Integrated Performance Measurement Systems (IPMS) dan Analytical hierarchy Process AHP di PT. Circle Pro Group ?
  • 14. 7 3. Bagaimana Merekomendasikan usulan perbaikan kinerja berdasarkan hasil sistem pengukuran kinerja Supply Chain Management SCM. di PT. Circle Pro Group ? 1.3.Tujuan 1. Merancang model pengukuran kinerja Supply Chain Management SCM pada perusahaan multimedia di PT. Circle Pro Group 2. Mengukur kinerja perusahaan dengan metode Integrated Performance Measurement Systems dan Analytical Hierarchy Process (AHP) 3. Memberikan usulan kinerja Supply Chain Management di PT. Circle Pro Group 1.4. Batasan Masalah Agar permasalahan tidak meluas pada penelitian ini, maka dibutuhkan batasan masalah untuk dapat membuat pembahasan yang dilakukan tidak melebar pada permasalahan yang lainnya. Adapaun batasan permasalahannya adalah sebagai berikut: 1. Stakeholder perusahaan adalah pemilik, karyawan, pemasok dan pelanggan. 2. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data Tahun 2021 - 2023. 3. Dalam penelitian ini penulis tidak membahas tentang biaya dan keuangan lebih detail perusahaan untuk menghindari kerahasiaan perusahaan. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi Kepentingan Akademis Sebagai bahan dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut, tentunya dengan disiplin ilmu lain sebagai penunjang. 2. Bagi Kepentingan Perusahaan Membantu pihak perusahaan PT. Circle Pro Group Klaten Jawa Tengah untuk membuat alat ukur kinerja supply chain management mengetahui kemampuan dan kelemahan perusahaan serta prioritas perbaikan di masa yang akan datang melalui pengukuran performansi indicator kinerja supply chain management.
  • 15. 8 Model perancangan kinerja ini bisa dipakai sebagai acuan untuk mengukur kinerja supply chain management setiap tahunnya untuk semua perusahaan multimedia.utamanya PT. Circle Pro Group dan hasil pengukurannya bisa dipakai untuk mengevaluasi serta meperbaiki kinerja supply chain management. 1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada penelitian ini pada dasar nya di bagi terdiri dari Tiga bab, pada setiap bab terdiri dari sub bab, secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut : a. BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan. b. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini membahas tentang definisi para ahli mengenai materi yang relevan dengan topik penelitian, dasar teori, serta kajian penelitian terdahulu. c. BAB III : METODELOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang Jadwal kegiatan, Alat dan bahan, waktu dan tempat penelitian, teknik pengumpulan data, tahapan kerja.
  • 16. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Penelitian Terdahulu Hasil Penelitian terdahulu merupakan refrensi bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini. Dalam penelitian tersebut terdapat perbedaan permasalahan penelitian. Perbedaan antara penelitian yang dilakukan dengan peneiti sebelumnya terletak pada permasalahannya. Dalam penelitian ini peneliti meneliti bagaimana pengendalian pelayanan jasa di PT. Circle Pro Group dengan mwnggunakan metode Integreted performance measurement system (IPMS) dan Anaylytical hierarchy process (AHP), sehingga dapat tercapainya pelayananan yang tepat memenuhi target dengan biaya persediaan yang lebih efisien. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Penulis Judul Metode Hasil Penelitian 1. A. Madinnsyah, D Hidayat dan J Juhaeri, 2020 Desain Formulasi dan Implementasi Bisnis strategic dengan pendekatan Busniess model Canvas (BMC) Terintegrasi kerangka Integreted Performance management system IPMS Pada Koperasi ASpirindi IPMS Hasil analisis redesain BMC Koperasi Asperindo didapat 5 komponen yang harus dioptimalisasi diantaranya : Value Propotions. Customer Relations Channels, Key Resource dan Key Partners. Setelah itu mengintegrasikan BMC dengan perancangan kinerja Koperasi Asperindo dengan metode IPMS Framework. Sistem manajemen kinerja dibuat agar sesuai dengan visi, misi dan strategi koperasi. Karena itu, Analisis SWOT dan BMC 9
  • 17. serta peta strategi digunakan untuk mendapatkan kinerja variabel yang sesuai untuk keberhasilan usaha Koperasi Asperindo. 2. PL Fornier, L Moisan , D Lagace, 2021 Seizing the opportunity: the emergence of shared leadership during the deployment of an integrated performance management system IPMS memahami bagaimana gaya kepemimpinan yang berbeda muncul melalui penerapan sistem manajemen kinerja dan perangkat terkait, serta bagaimana hal tersebut dapat mendorong kepemimpinan yang terdistribusi. 3. A Prisyanti, 2020 Evaluation university ranking system using quacquarelli Symonds and integrated performance measurement system approach IPMS Bahwa indikator yang mempengaruhi kinerja Undip sebanyak 26 indikator yang terbagi dalam 6 perspektif. Bobot kepentingan untuk kriteria penilaian QS World University Ranking yang memiliki bobot paling tinggi adalah reputasi akademik 4. MD Yudhistira, P. Ricardianto, ZA Nofrisel, L. Lesmini, 2022 PERFORMANCE MEASUREMENT USING PERFORMANCE PRISM METHOD: EMPIRICAL EVIDENCE OF A NATIONAL LOGISTIC COMPANY IN INDONESIA IPMS Dari penelitian ini dengan bantuan metode Analytical Hierarchy Process adalah bahwa secara umum gudang perusahaan Dinamika Muda Mandiri dapat melakukan pekerjaan dengan baik sesuai dengan keinginan stakeholder,seperti manajemen dan investor, namun perlu 10
  • 18. ditingkatkan di sisi pelanggan. 5. I Purnawati, N. Andnyani, 2020 Performance evaluation of microfinance institutions and local wisdom-based management concept KPI and AHP Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tidak hanya strategi, proses, dan kapabilitas yang dapat mempengaruhi LPD Desa Depeha, tetapi kepuasan pemangku kepentingan dan kontribusi pemangku kepentingan juga berpengaruh terhadap LPD. 6. R. Astuti, M. Marimin, M. Machfud, R. Poerwanto, 2017 KEY PERFORMANCE INDICATORS IN EMERGING SUPPLY CHAIN OF MANGOSTEEN IN BOGOR DISTRICT, WEST JAVA PROVINCE, INDONESIA KPI, SCOR Model Hasil identifikasi indikator kinerja kunci membantu memandu anggota rantai pasok manggis di Kabupaten Bogor dalam melakukan trade-off antar komponen kinerja untuk meningkatkan kinerja rantai pasok secara keseluruhan berdasarkan tingkat kepentingan indikator kinerja dari sudut pandang anggota. 7. VV Rao, 2020 A INDUSTRIAL REVOLUTION 4.0 - ITS IMPACT ON BUSINESS DECISION MAKING MODELS IN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT - A STUDY SCOR, AHP Diketahui Industri 4.0 mengantarkan revolusi berikutnya, di mana tenaga kerja manusia dan manusia dan mesin dapat disatukan dalam platform tanpa gesekan, untuk menciptakan Model Bisnis baru terutama di sektor rantai pasokan dan membuka batas-batas 11
  • 19. baru dalam hal efisiensi. 8. A. Tegegne, B. Gebremedhin, D . Hoekstra, 2013 Smallholder dairy production and marketing systems in Ethiopia: IPMS experiences and opportunities for market- oriented development IPMS Menemukan cara- cara ke depan untuk pengembangan produk susu petani kecil yang berkelanjutan di Negara Ethopia. 9. Y.Yin, L. Xia, L. Song, R. Zen, 2013 The ship IPMS networked control system modelling and design IPMS Akhirnya, dengan variabel waktu tunda tertentu, hasil simulasi menggambarkan bahwa kontroler berjejaring yang diusulkan efektif. 10. IN Pujawan, Ys. Rica, M. ENg, 2016 Pengukuran Kinerja Supply Chain Berbasis SNI ISO 9001:2008 dengan Pendekatan SCOR (Studi Kasus : Baristand Industri Surabaya) IPMS, TQM Model SCOR Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan pada pembahasan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut Variabel Proses SCOR yang memiliki indikator paling banyak berturut-turut adalah proses plan dan source, hal ini dikarenakan pengujian merupakan industri bidang jasa yang memiliki karakteristik tidak dapat menyimpan persediaan terhadap pelayanan, perusahaan jasa harus memenuhi permintaan saat ada permintaan. Sumber: data diolah (2023) 12
  • 20. 13 2.2 Supply Chain Supply chain adalah semua aktivitas perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang di dalamnya terdapat aliran dan transformasi barang mulai dari bahan baku sampai ke konsumen akhir dan disertai dengan aliran informasi dan uang. Menurut (Hervani et al., 2005), struktur rantai pasokan perusahaan terdiri dari pemasok eksternal, internal fungsi perusahaan, distributor eksternal, serta pelanggan (komersial atau pengguna akhir). Tujuan dari pengelolaan rantai pasok yang hendak dicapai perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai yang dihasilkan secara keseluruhan (Doan, 2020) Oleh karena itu rantai pasok memerlukan manajemen yang terintegrasi agar dapat berjalan efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh perusahaan. Menurut (Mounkes, 2004) rantai pasok melibatkan tahapan-tahapan berikut: 1. Rantai 1 : Pemasok Rantai pertama merupakan sumber penyedia bahan awal dimana mata rantai penyaluran barang dimulai. Bahan pertama ini dapat berupa bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, penggabungan dan sebagainya. 2. Rantai 2 : Manufaktur Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu manufaktur yang memiliki tugas melakukan pekerjaan pabrik, merakit dan menyelesaikan barang hingga menjadi produk jadi.
  • 21. 14 3. Rantai 3 : Distributor Barang yang sudah selesai difabrikasi akan didistribusikan ke gudang atau disalurkan ke gudang milik distributor atau pedagang besar dalam jumlah besar dan pada waktunya nanti pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailer (pengecer). 4. Rantai 4: Retailer Pengecer berfungsi sebagai rantai pasok yang ada diantara distributor- distributor yang pada umumnya pedagang besar ke pedagang kecil (pengecer). Pengecer berupa gerai seperti toko, warung, departement store, koperasi, club stores, dan sebagainya. 5. Rantai 5: Pelanggan Dari distributor, barang ditawarkan langsung kepada pelanggan sebagai pengguna barang tersebut. Saat pelanggan atau konsumen menggunakan produk tersebut maka dapat dikatakan bahwa ini merupakan akhir dari mata rantai pasok. Dari kelima tahapan rantai dalam aktivitas rantai pasok, di dalamnya terdapat tiga macam komponen penyusunnya. (Turban et al., 2015) mengklasifikasikan tiga macam komponen seperti berikut. 1. Rantai Suplai Hulu (Upstream supply chain) Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan para penyalurnya dan koneksi mereka kepada para penyalur mereka (para penyalur kedua). Hubungan para penyalur dapat diperluas ke beberapa strata, semua jalan dari asal material. Di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan. 2. Rantai Suplai Internal (Internal supply chain) Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang yang digunakan dalam mentransformasikan input dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas pada saat input masuk ke dalam organisasi. Di dalam rantai suplai internal, perhatian yang utama adalah manajemen produksi, fabrikasi, dan pengendalian persediaan.
  • 22. 15 3. Segmen Rantai Suplai Hilir (Downstream supply chain segment) Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan after-sales-service. Dari penjelasan komponen rantai supply di atas, (Setyadi et al., 2019) menyimpulkan bahwa struktur di dalam rantai pasok terdiri dari beberapa aktivitas dasar seperti pembelian dan pengelolaan bahan baku, produksi, distribusi, pemasaran dan penjualan, yang bermula dari hulu hingga ke hilir. 2.3 Pengertian Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya – sumber daya yang dimiliki (Widodo,2011). Kinerja perusahaan adalah ukuran tingkat keberhasilan manajemen dalam mengelola sumberdaya keuangan perusahaan, terutama pada pengelolaan investasi sebagai upaya untuk menciptakan nilai bagi pemegang saham. Artinya, kinerja perusahaan merupakan indikator tingkatan prestasi yang dicapai dan mencerminkan keberhasilan manajer atau pengusaha (Simbolon, 2015). Pengukuran kinerja dilakukan untuk mengetahui tingkat kinerja perusahaan, apakah perusahaan tersebut telah berjalan dengan baik, yaitu dengan tercapainya tujuan perusahaan yang telah ditetapkan atau justru mengalami kemunduran. Hasil pengukuran kinerja dapat dijadikan landasan bagi perusahaan dan melakukan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan kinerja, sehingga pada akhirnya perusahaan dapat meningkatkan daya saingnya (Susetyo, 2013)
  • 23. 16 3.2.1 Pengertian Pengukuran Kinerja dan Penilaian Kinerja SCM Adapun pengertian dari pengukuran kinerja dan penilaian kinerja adalah sebagai berikut: 1. Pengukuran Kinerja Perbaikan kinerja dapat diukur berasarkan: a. Kecepatan, kecepatan dalam sebuah proses akan dapat meningkatkan efisiensi b. Kualitas, kecepatan tanpa kualitas merupakan hal yang sia-sia, maka kualitas merupakan suatu keharusan dalam pengukuran kinerja c. Layanan, sebuah pelayanan yang buruk akan menghapuskan manfaat apapun yang dicapai dalam kecepatan dan kualitas d. Nilai, nilai adalah kombinasi dari kecepatan, kualitas dan harga yang memungkinkan pelanggan untuk merasakan bahwa mereka mendapatkan sesuatu yang lebih daripada yang mereka bayangkan. 2. Penilaian Kinerja Segmen proses penilaian kinerja ini berhubungan dengan keahlian karyawan. Tugas utama dalam sebuah kepemimpinan adalah untuk mengembangkan kemampuan karyawan sehingga menciptakan karyawan yang berkualitas yang menghargai kepemimpinan itu. 3. Kepuasan Karyawan Kepuasan karyawan merupakan elemen kunci dalam perbaikan kinerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan karyawan adalah sebagai berikut: a. Keanekaragaman b. Perkembangan c. Pembelajaran d. Partisipasi e. Pengakuan f. Keamanan
  • 24. 17 4. Keputusan Kopensasi Dengan selalu mengaitkan kompensasi karyawan dengan hasil-hasil yang dikuantifikasikan dan dengan memastikan bahwa para karyawan dapat menelusuri kemajuan mereka akan dapat memacu motivasi. Hal ini dikarenakan sangat sulit untuk tetap bermotivasi jika penghargaannya tidak jelas. 5. Komunikasi Dengan adanya komunikasi yang jelas antara karyawan dan pimpinan maka akan memungkinkan melakukan evaluasi kinerja secara bersama-sama. Dan hal ini merupakan jaring pengaman baik pimpinan maupun karyawan tidak akan terkejut dalam penilaian kinerja selanjutnya. 3.2.2 Pengendalian dan Kinerja Pengendalian adalah proses mengarahkan sekumpulan variabel yang meliputi manusia, benda, situasi dan organisasi untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya – sumber daya yang dimiliki. 3.2.3 Tujuan Pengukuran Kinerja SCM Tujuan dari pengukuran kinerja adalah untuk menghasilkan data, yang kemudian apabila data tersebut dianalisis secara tepat akan memberikan informasi yang akurat bagi pengguna data tersebut. Berdasarkan tujuan pengukuran kinerja, maka suatu metode pengukuran kinerja harus dapat menyelaraskan tujuan organisasi perusahaan secara keseluruhan (goal congruence). 3.2.4 Tujuan Penilaian Kinerja SCM Tujuan utama penilaian kinerja adalah untuk memotivasi personel dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku
  • 25. 17 berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran
  • 26. 18 organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi. 3.2.5 Langkah-langkah Pengukuran Kinerja SCM Terdapat beberapa tahap mengenai pengukuran kinerja perusahaan: 1. Mendesain Proses mendesain meliputi beberapa aktivitas, antara lain seperti menentukan model apa yang dipilih termasuk kerangka kinerjanya sampai penentuan indikator kinerja utama. Indikator tersebut harus dalam bentuk metrik yang dapat diukur dan dapat merepresentasikan tujuan strategis dari organisasi. 2. Mengukur Indikator-indikator yang telah ditentukan dalam tahap desain kemudian diterapkan untuk mengukur kinerja perusahaan menggunakan data-data aktual perusahaan. 3. Mengevaluasi Tahap selanjutnya adalah mengevaluasi hasil pengukuran yang telah dilakukan. 4. Menindaklajuti Hasil yang diperoleh pada tahap evaluasi kemudian ditindaklanjuti dengan menentukan indikator-indikator mana saja yang menunjukkan kinerja yang sudah baik dan indikator-indikator mana saja yang masih menunjukkan kinerja yang buruk. 5. Mengevluasi Kembali Tahap selanjutnya adalah mengevaluasi kembali apakah sistem pengukuran kinerja yang telah disusun dan diterapkan tersebut telah sesuai atau belum dengan kebutuhan perusahaan. Sistem tersebut juga dievaluasi kembali apakah sudah dapat mencerminkan kinerja perusahaan yang sesungguhnya atau belum. 3.2.6 Manfaat Pengukuran Kinerja Manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah: 1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa
  • 27. 19 perusahaan lebih dekat pada pelangganya dan membuat seluruh orang dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan. 2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata rantai pelanggan dan pemasok internal. 3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste) 4. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkrit sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi 5. Membangun consensus untuk melakykan suatu perubahan dengan memberi reward atas perilaku yang diharapkan itu. 3.2.7 Manfaat Penilaian Kinerja Manfaat dari penilaian kinerja bagi manajemen perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Mengelola operasi secar efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum 2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti: promosi, transfer dan permberhentian. 3. Mengidentifikasikan kebuthan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka 5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. 6. Penghargaan digolongkan dalam dua (2) kelompok, yaitu: penghargaan intrinsik dan penghargaan ekstrinsik. 2.4 Supply Chain Management Supply Chain Management (SCM) pertama kali dikemukakan oleh (Oliver, 1982) dengan mendefinisikan bahwa SCM adalah sebuah metode, alat, atau
  • 28. 19 pendekatan dalam mengelola rantai pasok. Pernyataan tersebut ditambahkan oleh (Mentzer et al., 2001) bahwa SCM merupakan kordinasi strategis dan sistematis dari
  • 29. 20 fungsi bisnis tradisional di dalam perusahaan tertentu dan bisnis dalam rantai pasokan untuk tujuan meningkatkan kinerja jangka panjang individu perusahaan dan rantai pasokan secara keseluruhan. Fungsi dari manajemen rantai pasok sendiri yaitu merencanakan, mengatur, mengkoordinasi dan mengontrol semua aktivitas rantai pasok/supply chain (Nyoman Pujawan, 2014) Dalam praktiknya pengelolaan rantai pasok (SCM) yang sukses membutuhkan sistem yang terintegrasi. Menurut (Nyoman Pujawan, 2010) untuk menciptakan SCM yang terintegrasi pada industri terdapat enam klasifikasi kegiatan utama yang perlu dipahami yaitu Pengembangan Produk (Product Development), Pembelian (Procurement), Perencanaan dan Pengendalian (Planning and Controlling), Produksi (Production), Distribusi (Distribution), dan Pengembalian (Return). 6. Pengembangan Produk (Product Development) Dalam merancang produk baru, perusahaan harus mempertimbangkan aspirasi keinginan pelanggan, ketersediaan dan sifat- sifat bahan baku, dapat diproduksi secara ekonomis (manufacturability), mudah dalam pengiriman dan memperhatikan aspek lingkungan. Cakupan aktivitas antara lain melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier dalam perancangan produk.
  • 30. 21 7. Perencanaan dan Pengendalian (Planning and Controlling) Kegiatan ini memainkan peran yang sangat vital karena banyak bertugas untuk menciptakan kordinasi taktis maupun operasional sehingga kegiatan lainnya bisa di lakukan dengan efesien dan tepat waktu. Cakupan aktivitas pada kegiatan ini adalah demand planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perencanaan produksi dan persediaan 8. Pembelian (Procurement) Kegiatan ini memiliki potensi untuk menciptakan daya saing perusahaan melewati rantai pasok dengan upaya mendapatkan harga yang murah, meningkatkan time to market, peningkatan kualitas produk, dan peningkatan responsiveness. Cakupan aktivitas pada kegiatan ini antara lain memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan supplier. 9. Produksi (Production) Kegiatan ini bertugas secara fisik melakukan transformasi dari bahan baku, bahan setengah jadi, atau komponen menjadi produk jadi. Dalam kegiatan ini banyak hal yang harus diperhatikan yaitu konsep efesiensi dan fleksibilitas yang merupakan dua hal yang penting dalam mengelola sistem produksi. Cakupan aktivitas pada kegiatan ini antara lain eksekusi produksi, dan pengendalian kualitas. 10. Distribusi (Distribution) Dalam kegiatan ini perusahaan harus bisa merancang jaringan distribusi yang tepat dengan mempertimbangkan tradeoff antara aspek biaya, fleksibilitas, dan kecepatan respon terhadap pelanggan. Cakupan aktivitas pada kegiatan ini antara lain perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor service level di tiap pusat distribusi. 11. Pengembalian (Return) Produk kembali dari hilir ke hulu bisa di akibatkan karena produk mengalami kecacatan/ tidak memenuhi standar kualitas sehingga harus
  • 31. 22 diganti atau proses ulang (rework), proses bisnis perusahaan yang mengharuskan kemasan produk atau sisa produk untuk kembali ke hulu untuk digunakan pada produksi selanjutnya, dan karena tekanan regulasi lingkungan. Dalam mendukung terciptanya SCM yang terintegrasi, Anderson et al (1997) memberikan 7 prinsip SCM untuk membantu para manajer dalam merumuskan strategi pelaksanaan SCM, yaitu: 1. Segmentasi pelanggan berdasarkan kebutuhannya. 2. Sesuaikan jaringan logistik untuk melayani kebutuhan pelanggan yang berbeda. 3. Dengarkan signal pasar dan jadikan signal tersebut sebagai dasar dalam perencanaan kebutuhan (demand planning) sehingga bisa menghasilkan ramalan yang konsisten dan alokasi sumber daya yang optimal. 4. Diferensiasi produk pada titik yang lebih dekat dengan konsumen dan percepat konversinya di sepanjang rantai supply. 5. Kelola sumber-sumber supply secara strategis untuk mengurangi ongkos kepemilikan dari material maupun jasa. 6. Kembangkan strategi teknologi untuk keseluruhan rantai pasok yang mendukung pengambilan keputusan berhierarki serta berikan gambaran yang jelas dari aliran produk, jasa, maupun informasi. 7. Adopsi pengukuran kinerja untuk sebuah supply chain secara keseluruhan dengan maksud untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen akhir. Menurut Pujawan (2005), sistem pengukuran kinerja diperlukan untuk melakukan monitoring dan pengendalian, mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada supply chain, mengetahui dimana posisi suatu organisasi reaktif terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang hendak dicapai dan menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing
  • 32. 23 2.5 Key Performance Indicators (KPI) KPI (Key Performance Indicators) atau indikator kinerja kunci dalam bahasa Indonesia, adalah matriks finansial ataupun non-finansial yang digunakan untuk membantu suatu organisasi menentukan dan mengukur kemajuan terhadap sasaran organisasi. Pada organisasi bisnis, KPI digunakan dalam intelijen bisnis untuk menilai keadaan saat ini suatu bisnis dan menentukan suatu kebijakan tindakan terhadap keadaan tersebut. KPI pada umumnya digunakan untuk menilai aktivitas-aktivitas yang sulit diukur seperti keuntungan pengembangan, kepemimpinan, perjanjian, layanan dan kepuasan. KPI umumnya dikaitkan dengan strategi organisasi. Komponen KPI akan berbeda tergantung sifat dan strategi organisasi. KPI merupakan bagian dari kunci suatu sasaran terukur yang terdiri dari arahan, indikator kinerja, tolak ukur, target dan kerangka waktu (Papilo, 2012). Key Performance Indicators (KPI) dapat diartikan sebagai indikator yang akan memberikan informasi sejauh mana kita telah berhasil mewujudkan sasaran strategis yang telah kita tetapkan. Dalam menyusun KPI baiknya harus menetapkan indikator kinerja yang jelas, spesifik dan terukur (Rosmiati, 2015). Penilaian kinerja berdasarkan KPI bertujuan untuk: 1) Mengukur kesehatan dan kesejahteraan organisasi secara keseluruhan 2) Memfokuskan pada aspek atau area dari suatu kinerja oraganisasi yang kritikal dan vital secara berkelanjutan dan mengacu pada kesuksesan di masa yang akan datang. 3) Mengukur suatu kesuksesan dalam area yang dianggap penting dan proses yang mempengaruhi customer, pekerja, shareholder dan stakeholder. 4) Membangun total organisasi, individu departemen dan individual team Sangat penting bagi perusahaan atau organisasi untuk paling tidak mengidentifikasi KPI Kunci untuk mengidentifikasi suatu KPI adalah: a. Menganalisa atau mendefinisikan proses bisnis b. Mengetahui dengan jelas goals (tujuan-tujuan) atau performansi yang diharapkan untuk proses bisnisnya. c. Memiliki pengukuran kuantitatif dan kualitatif d. Menginvestigasikan variasi dan mengambil proses-proses atau sumber daya untuk memperoleh tujuan-tujuan pendek.
  • 33. 24 2.6 Pengertian Integrated Performance Measurement Syistem (IPMS) Menurut Neely et al. dalam Sriwandi (2012) IPMS adalah sistem yang dinamis dan seimbang, yang memberikan pandangan holistik dari penggunaan berbagai perspektif dan pengukuran. Pada dasarnya, model dan kerangka kerja IPMS dirancang untuk mendukung manajemen dalam meningkatkan kinerja melalui pengambilan keputusan yang lebih baik. Model ini mengusulkan bahwa pengukuran IPMS harus dikaitkan dengan strategi, misi, visi, dan kontrol. Manajemen harus secara teratur memantau dan meninjau hasil kinerja dan mengevaluasi perubahan di pasar melalui sistem kontrol diagnostik dan interaktif. Melalui umpan balik dan sistem kontrol umpan-maju dapat membantu meningkatkan efisiensi perusahaan dan juga mengidentifikasi peluang baru. Komitmen berarti kepercayaan pada nilai-nilai organisasi dan akan berusaha untuk mencapainya tujuan perusahaan. Oleh karena itu, komitmen terhadap tujuan dapat meningkatkan peningkatan kinerja perusahaan. Tambahan, sistem kontrol perbatasan dapat memotivasi karyawan untuk mencari ide-ide baru dalam lingkup yang dapat diterima dan telah ditentukan. Sehingga, jika diterapkan dengan benar, sistem ini dapat menghindari potensi risiko, yang dalam giliran meningkatkan kinerja organisasi (Sriwandi, 2012). Pengukuran kinerja sebuah perusahaan merupakan kunci untuk menjadi efektif dan efisien. Jika tidak ada pengukuran berarti tidak bisa dikelola. Persoalan yang sering dihadapi berkaitan dengan implementasi sebuah sistem pengukuran kinerja adalah adnya kesalahpahaman perancang maupun praktisi dalam menerjemahkan beberapa komponen dasar yang meliputi ukuran kinerja, pengukuran kinerja dan sistem pengukuran kinerja. Ketidaktepatan ini dapat menimbulkan ketidak-optimalan bahkan kesalahan dalam pengambilan keputusan (Hendrastuti, 2011). Integrated Performance Measurement Syistem (IPMS) merupakan metode pengukuran kinerja yang terintegrasi yaitu mengukur kinerja suatu perusahaan yang dilakukan secara top-down dengan memperhatikan kebutuhan dari setiap stakeholdernya dan tetap memonitor posisi perusahaan terhadap pesaingnya. IPMS merupakan sistem pengukuran kinerja yang dibuat di Centre for Statistic Manufacturing University of Stratchlcle, Glasgow. Tujuannya yaitu untuk mendeskripsikan bentuk
  • 34. 24 pengukuran kinerja dalam arti yang tepat, untegrasi, efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan tersebut, secara garis besar dideskripsikan menjadi dua (2) kegiatan utama, yakni:
  • 35. 25 1) Pendeskripsian komponen pokok dari sistem pengukuran kinerja 2) Membuat garis arahan pengukuran kinerja terbaik yang sebaiknya digunakan. Sebagai salah satu metode yang digunakan dalam pengukuran kinerja, IPMS memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Winarni, 2012): 1) Menyusun seluruh tugas dan aktivitas perusahaan sesuai dengan tujuan kritis level atas. 2) Memberikan kendali bisnis pada semua bagian dalam perusahaan, searah dengan strategi bisnis yang dimiliki. 3) Melakukan program perbaikan yang searah dengan strategi bisnis perusahaan. Model IPMS membagi level bisnis suatu oragnisasi menjadi empat (4) level, yaitu bisnis induk, Unit bisnis, Proses bisnis dan aktivitas bisnis. Sehingga perancangan sistem penilaian kinerja dengan model IPMS harus mengikuti tahapan-tahapan. Performance Measurement Systems: Gambar 2.1 Pembagian Level Organisasi (Winarni,2012) Level bisnis menjabarkan seluruh bisnis perusahaan dengan beberapa unit bisnis yang ada di dalamnya. Unit bisnis adalah bagian dariperusahaan yang memiliki fungsi dan proses bisnis tertentu yang bertujuan untuk melayani sebagian segmen pasar sesuai dengan tuntutan pasar yang semakin ketat. Setiap unit bisnis terdiri dari sejumlah proses bisnis yang terbagi dalam dua kelompok, yaitu:
  • 36. 26 1. Proses bisnis inti merupakan alasan dasar bagi keberadaan suatu perusahaan 2. Proses bisnis pendukung, yang mendukung proses bisnis inti. Proses bisnis inti merupakan stakeholder dari proses bisnis pendukung. Keempat level bisnis dalam IPMS kemudian diidentifikasi Key Performance Indicator-nya, berdasarkan stakeholder requirement, eternal monitor dan objectives. Proses perancangan sistem pengukuran kinerja berdasarkan Integrated Performance Measurement System berlansung secara top-down dari level bisnis ke aktivitas. Model referensi menggunakan struktur dasar ini untuk mengintegrasikan konsep-konsep berikut ke dalam kerangka kerja tunggal (Bititc, Carrie dan Liam, 2016):   Penerapan Kebijakan. Penempatan tujuan perusahaan dan pemangku kepentingan di seluruh organisasi.  Kriteria Kompetitif dan Pembandingan. Definisi kunci kompetitif faktor dan posisi Bisnis dan Unit Bisnis dalam daya saingnya lingkungan Hidup.  Orientasi Proses. Berfokus pada proses bisnis utama untuk mengelola bisnis kinerja.  Perencanaan Normatif. Metodologi pengukuran yang membedakan antara Aktualitas, Kemampuan dan Potensi.
  • 37. 26 Gambar 2.2 Tingkat rekursi dan arsitektur SM suatu perusahaan
  • 38. 27 Gambar 2.3 Integrated Performance Measurement Systems (Winarni, 2012) Penjelasan dari setiap elemen-elemennya dapat dilihat di bawah ini. 1. Stakeholders Stakeholders adalah pihak-pihak yang berkepentingan pada suatu perusahaan, antara lain pemegang saham, pemilik bisnis, pegawai atau karyawan, pelanggan, pemasok dan masyarakat. Dalam Integrated Performance Measurement Systems, dilakukan identifikasi stakeholder, kemudian diidentifikasi juga apa yang menjadi keinginan dari tiap-tiap stakeholder terhadap bisnis perusahaan. 2. Eternal Monitor Perusahaan harus mengetahui posisinya terhadap pesaingnya untuk mengetahui perkembangan kebutuhan dari bisnis. Posisi persaingan dapat ditunjukkan dengan penjelasan dari stakeholder requirement. 3. Objectives Objectives atau tujuan dalam penyusunannya didasarkan atas kebutuhan dengan target dan skala waktu yang tepat. Tujuan didasarkan pada kebutuhan stakeholder. 4. Performance Measure Pengukuran kinerja dalam suatu perusahaan adalah suatu hal penting yang harus dilakukan, sehingga perusahaan dapat mengetahui sejauh mana pencapaian tujuannya.
  • 39. 28 Berikut adalah tahapan-tahapan pengukuran kinerja dengan menggunakan Integrated Performance Measurement Syistem (IPMS) (Simbolon, 2015): 1. Mengidentifikasikan stakeholder dan membuat daftar kebutuhan dari setiap stakeholder yang ada. 2. Melakukan identifikasi dan membandingkan perusahaan dengan eksternal monitor atau pesaing perusahaan yang bergerak dalam bidang yang sama (melakukan benchmarking) 3. Menetapkan objective dari bisnis 4. Mendefinisikan Key Performance Indicator (KPI) yang digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian objective bisnis 5. Melakukan validasi 6. Melakukan spesifikasi masing-masing KPI 7. Pembobotan KPI. Tujuan dari model IPMS, agar sistem pengukuran kinerja lebih akurat, terintegrasi, efektif dan efisien. Berbeda dengan model lainnya, model ini menjadikan keinginan stakeholder menjadi titik awal dalam melakukan perancangan sistem pengukuran kinerjanya. Peranan stakeholder tidak hanya pemegang saham, melainkan beberapa pihak yang memilki kepentingan atau dipentingkan oleh organisasi seperti konsumen, karyawan, pemasok dan lain-lain. Faktor orientasi organisasi yang utama adalah ada atau tidaknya visi, misi, strategi, jumlah stakeholder yang mempengaruhi dan jumlah bahkan jenis produk yang dimiliki yaitu faktor yang menjadi landasan untuk mengkomparasikan faktor kondisi objektif dengan model IPMS. 2.6 Stakeholder Stakeholder adalah sekelompok orang yang berperan penting dalam suatu perushaan disamping merupakan pihak yang menerima dan menggunakan barang dan jasa yang diproduksi oleh sebuah perusahaan. Stakeholder merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan dan hubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap suatu organisasi.Pada tiap-tiap level bisnis harus diketahui siapa saja Stakeholder-nya atau pemangku kepentingan pada bisni tersebut. Selanjutnya diidentifikasikan permintaan atau keinginan mereka terhadap bisnis yang diistilahkan dengan kebutuhan stakeholder (Hendrastuti, 2011)
  • 40. 29 Tabel 2.2 Stakeholder wants and needs Stakeholder Satisfication (Stakeholder wants and needs) Stakeholder Satisfication Stakeholder Contribustion Murah, Cepat , Tepat Murah Konsumen Kepercayaan, loyalitas, profit , keuntungan Kesejahteraan, penggajian, jenjang karir, peningkatan keterampilan, budaya kerja yang kondusif Karyawan Semangat, pemikiran, pendapat,motivasi,Kemampuan, peningkatan kerja Pengembalian,kepercayaan, keuntungan Shareholder Modal, kepercayaan , Network Keuntungan, kesatuan, kepercayaan Pemasok Murah, Cepat , Tepat mudah Bantuan sosial, lowongan kerja, ramah lingkungan Masyarakat Memperkuat citra baik dan brand, kepercayaan Legal, Kontribusi Pajak Pemerintah Kebijakan,Kejelasan, Pertimbangan dan Nasihat (Sumber: Hendrastuti, 2011) Biasanya Perusahaan yang memiliki Stakeholder antara lain : 1. Konsumen Konsumen berperan penting sebagai pengguna atau pembeli barang-barang yang diproduksi oleh produsen. Pelanggan ini biasanya menuntut perusahaan untukmemenuhi suatu standar kualitas tertentu. Dengan demikian pelanggan berperan penting dalam meningkatkan performansi suatu perusahaan.. 2. Karyawan Karyawan adalah sumber daya manusia yang terlibat dalam proses kerja sebuah organisasi atau perusahaan. Sumber daya manusia merupakan aspek yang sangat penting di dalam perusahaan. Sumber Daya Manusia merupakan aspek yang sangat penting bagi perusahaan, karena pencapaian performansi perusahaan yang baik dapat tercapai dengan adanya peningkatan Produktifitas karyawan. Oleh karena itu masalah kinerja karyawan harus menjadi perhatian utama
  • 41. 30 3. Investor Investor merupakan pihak penyelenggara sumber Daya Finansial yang memiliki tanggung jawab secara keseluruhan terhadap proses yang terdapat di perusahaan. 4. Pemasok Pemasok merupakan penyedia bahan baku yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan untuk dapat beroperasi dengan baik. Jadi dapat dikatakan bahwa pemasok sangat berperan penting dalam kelangsungan Hidup perusahaan dalam hal peningkatan kualitas bahan baku produksi. 5. Masyarakat Masyarkat adalah lingkungan kerja suatu perusahaan dimana meliputi pihak-pihak yang berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dari perusahaan. Stakeholders adalah pihak-pihak yang memiliki kepentingan pada perusahaan. Kelangsungan hidup perusahaan bergantung pada stakeholders dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktifitas perusahaan adalah mencari dukungan tersebut. Makin powerfull stakeholders, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pembagian Stakeholder terdiri dari : 1. Stakeholders internal dan Stakeholders Eksternal Stakeholders internal adalah stakeholders yang berada didalam lingkungan organisasi. Misalnya karyawan , manajer dan pemegang saham (Shareholder). Sedangkan stakeholders eksternal adalah stakeholders yang berada diluar lingkungan organisasi, seperti penyalur atau pemasok, konsumen atau pelanggan, masyarakat dan pemerintah. 2. Stakeholders Primer, sekunder dan marjinal Tidak semua elemen dalam stakeholders perlu diperhatikan Perusahaan perlu menyusun skala prioritas. Stakeholders yang paling penting disebut Stakeholders sekunder dan yang biasa diabaikan disebut Stakeholders marjinal. 3. Stakeholders tradisional dan Stakeholders modern Karyawan dan konsumen dapat disebut sebagai stakeholders tradisional, karena saat ini sudah berhubungan dengan organisasi. Sedangkan Stakeholders pada masa yang akan datang diperkirakan akan memberikan pengaruhnya pada organisasi seperti mahasiswa, peneliti dan konsumen potensial
  • 42. 31 4. Proponents, Opponents, dan Uncommited Di antara stakeholders ada kelompok yang memihak organisasi, menentang organisasi dan ada yang tidak peduli atau abai. Organisasi perlu mengenal stakeholders yang berbeda-beda ini agar dapat melihat permasalahan, menyusun perencanaan dan strategi untuk melakukan sebuah tindakan yang proposional. 5. Silent majority dan Vokal minority Dilihat dari aktivitas stakeholders dalam melakukan complain atau mendukung perusahaan, tentu ada yang menyatakan pertentangan atau dukungannya secara aktif namun adapula yang menyatakan secara pasif. Terdapat beberapa alasan yang mendorong perusahaan untuk memperhatikan stakeholders, yaitu : 1. Isu Lingkungan yang melibatkan kepentingan kelompok dalam masyarakat yang dapat mengganggu kualitas hidup mereka. 2. Dalam era globalisasi telah mendorong produk-produk diperdangkan harus bersahabat dengan lingkungan. 3. Para Investor yang menanamkan modal nya cenderung untuk memilih perusahaan yang memiliki dan mengembangkan kebijakan dan program lingkungan. Secara garis besar kriteria kepuasan masing-masing stakeholders dapat dilihat pada Tabel 2.3 dibawah ini. Tabel 2.3 Interest dan kepentingan masing-masing Stakeholders No STAKEHOLDERS KRITERIA 1. Pemegang Saham Prestasi keuangan 2. Karyawan Kepuasan kerja, gaji, Supervise 3. Konsumen Kualitas, pelayanan, lokasi, harga 4. Kreditor Creditworthiness 5 Komunitas Kontribusi terhadap komunitas .6. Pemasok Transaksi yang memuaskan 7. Pemerintah Kepatuhan Terhadap hukum (Sumber : Wibisono, 2007 )
  • 43. 32 2.7 Analytical Hierarchy Process (AHP) Pembobotan KPI dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya adalah dengan Analytical Hierarchy Process (AHP). Peralatan utama proses Analisis Hierarki adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dalam penjabaran hirarki tujuan, tidak ada pedoman yang pasti seberapa jauh pengambilan keputusan menjabarkan tujuan menjadi tujuan yang lebih rendah. Pegambil keputusanlah yang menentukan saat penjabaran ini berhenti dengan memperhatikan keuntungan atau kekurangan yang diperoleh bila tujuan tersebut diperinci lebih lanjut. (N.Heri Cahyana,2010). Proses analitik hierarki (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Dr. Thomas L.Saaty. dari whartoon school of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgment dalam memilih alternative yang paling disukai. Dengan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam satu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga dapat memungkinkan Dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut ( Marimin , 2015). AHP bekerja dengan melakukan penyederhanaan terhadap permasalahan yang rumit dan tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam satu struktur. Kemudian tingkat kepentingan setiap variable diberikan nilai numerik yang subjektif tentang arti penting variable tersebut secara relative dibandingkan dengan variable yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variable yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut ( marimin , 2015). Beberapa keuntungan yang diperoleh dalam penerapan AHP, antara lain adalah Sebagai berikut : 1. Sifatnya fleksibel, menyebabkan penambahan dan pengurangan kriteria pada suatu hirarki dapat dilakukan dengan mudah dan tidak mengacaukan atau merusak hirarki. 2. Dapat memasukan prefrensi pribadi sekaligus mengakomodasi berbagai kepentingan pihak lain sehingga diperoleh penilaian yang objektif dan tidak sectoral. 3. Poses perhitungan relative mudah karena hanya membutuhkan operasi dan logika sederhana
  • 44. 36 4. Dengan cepat dapat menemukan prioritas, dominasi tingkat kepentingan ataupun pengaruh dari setiap elemen terhadap elemen lainnya. AHP juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain (Febriarso, 2008): 1. Partisipan yang dipilih harus memiliki kompetensi pengetahuan dan pengalaman mendalam terhadap segenap aspek permasalahan serta mengenai metode AHP itu sendiri. 2. Bila ada partisipan yang kuat maka akan mempengaruhi partisipan yang lainnya. 3. Penilaian cenderung subjektif karena sangat dipengaruhi oleh situasi serta perfrensi, persepsi, konsep dasar dan sudut pandang partisipan. 4. Jawaban atau pilihan responden yang konsisten tidak selalu logis dalam arti sesuai dalam permasalahan yang ada. Dalam penggunaan metode AHP, langkah dan prosedur yang harus dilakukan, antara lain sebagai berikut (Salomon, 2017): a. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan utama dilanjutkan dengan sub tujuan-sub tujuan, kriteria, dan kemungkinan alternatif- alternatif pada tingkatan kriteria paling bawah, yang dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut ini: Gambar 2.4 Contoh Struktur Hirarki (Sumber: Salomon, 2017) TUJUAN Kriteria 4 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 1 A B C A B C A B C A B C
  • 45. 36 BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi kasus. Melihat pada pertanyaan penelitian yang memberikan penekanan mencari penjelasan dengan sedikit kontrol dari peneliti, dan menggunakan sumber data bervariasi, maka penelitian ini termasuk jenis penelitian studi kasus. Hal tersebut sesuai dengan (Yin (1994) dan Lee (1989). Nahar (2001), n.d.) menambahkan bahwa penelitian yang memiliki basis pengetahuan terbatas, melakukan eksplorasi secara mendalam, dan obyek penelitiannya berupa proses, maka penelitian termasuk jenis studi kasus. Menurut (Yin (1994) dan Lee (1989). Nahar (2001), n.d.) penelitian studi kasus merupakan sebuah penyelidikan empiris yang menginvestigasi fenomena kontemporer dalam konteks kehidupan nyata, khususnya ketika batas antara fenomena dan konteks tidak begitu jelas. Penelitian Studi kasus dapat diartikan bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan yang ada (Yin (1994) dan Lee (1989). Nahar (2001), n.d.). Penelitian ini memberikan penjelasan objektif terhadap kinerja supply chain management terkini perusahaan melewati sistem pengukuran kinerja yang sudah di rancang sebelumnya, lalu melakukan komparasi dan evaluasi sebagai bahan perbaikan kinerja g supply chain management yang sesuai dengan kemampuan PT. Circle Pro Group 1.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jl. Kranganom , Ds. Karanganom, Kec. Karanganom Kab. Klaten Jawa Tengah, mulai dari bulan Oktober hingga Desember 2023 pada PT. Circle Pro Group Klaten Jawa Tengah, Penelitian ini mengenai pelayanan produksi multimedia di PT. Circle Pro Group.
  • 46. 37 1.3. Tahapan Penelitian Langkah-langkah penelitian yang digunakan dapat dilihat pada flowchart penelitian di bawah ini Gambar 3. 2 Flowchart Metodelogi Penelitian
  • 47. 37 Gambar 3. 2 Flowchart Metodelogi Penelitian Lanjutan
  • 48. 38 3.3.1 Perancangan Sistem Pengukuran kinerja Integreted performance measurement system Pada tahap awal peneliti melakukan Studi Literatur mengenai kajian teori supply chain management, serta mengidentifikasi proses bisnis yang sudah pernah digunakan pada penelitian sebelumnya. Studi Literatur menurut (Nyoman Pujawan, 2010) melakukan peninjauan secara tidak langsung pada objek penelitian melainkan melewati kajian teoritis, serta literature ilmiah untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian. Tahap ini juga disertai Studi lapangan dengan melakukan wawancara kepada supervisor bagian SCM untuk mengidentifikasi kondisi eksisting proses bisnis rantai pasok perusahaan terkini yang berhubungan dengan aspek lingkungan. Tujuan dari studi literatur dan lapangan ini merumuskan indikator kinerja dari kajian teori supply chain management yang sesuai atau mendekati dari karakteristik proses bisnis rantai pasok PT. Circle Pro Group Jawa Tengah. Tabel 3.1 menunjukkan matriks kinerja untuk mengatasi dampak lingkungan dari proses model SCOR Level 1 yang merupakan tingkatan analisis secara umum. Proses ini meliputi peninjauan rinci tentang definisi proses terhadap tahapan rantai pasok yang memberikan dampak lingkungan. Tabel 3. 1 Matriks Proses IPMS SCOR Proses SCOR Dampak Potensial Plan  Merencanakan untuk Identifikasi para pemangku kepentingan yang terlibat dalam perusahaan layanan multimedia, seperti pelanggan, karyawan, pemegang saham, dan pemasok.  Rencanakan penanganan dan peningkatan produktivitas layanan  Merencanakan perbaikan management layanan  Rencanakan ketaatan terhadap semua aktivitas rantai pasokan Source  Memilih stakeholder dengan catatan lingkungan yang positif  Pilih bahan dengan konten ramah lingkungan  Tentukan persyaratan kemasan  Tentukan persyaratan pengiriman untuk meminimalkan transportasi dan penanganan persyaratan
  • 49. 39 Make  Jadwalkan produksi untuk meminimalkan konsumsi energi  Mengelola limbah yang dihasilkan selama proses Make  Mengelola media promosi dari proses Make Deliver  Minimalkan penggunaan bahan kemasan  Jadwalkan pengiriman untuk meminimalkan konsumsi bahan bakar Return  Jadwalkan transportasi dan pengiriman agregat untuk meminimalkan konsumsi bahan bakar;  Mempersiapkan Pengembalian untuk mencegah tumpahan bahan berbahaya (minyak, bahan bakar, dll.) dari produk yang rusak. Sumber: Cash dan Wikerson (2003) Pada level 2 Penyusunan matrik kinerja supply chain management menurut (Nyoman Pujawan, 2014) diklasifikasikan kedalam lima atribut kinerja yang ada pada model SCOR. Tabel 3.2 menunjukkan definisi atribut kinerja SCOR dengan lingkungan yang sesuai. Definisi lingkungan hanya berfungsi sebagai panduan untuk melakukan pengembangan matrik indikator kinerja Green SCOR. Tabel 3. 2 Matriks Kinerja SCOR terkait Lingkungan Atribut Kinerja Definisi SCOR Definisi Lingkungan Reliability Kinerja rantai pasokan dalam mengantarkan: produk yang benar, ke tempat yang tepat, pada saat yang tepat, dalam kondisi dan kemasan yang benar, dalam jumlah yang benar, dengan dokumentasi yang benar, kepada pelanggan yang tepat Kemampuan untuk mengirimkan produk yang benar mengurangi limbah dari pembuangan produk, mengurangi pencemaran udara dan penggunaan bahan bakar dari transportasi tambahan untuk produk yang dikembalikan. Dokumentasi yang tepat memungkinkan semua pemain rantai pasokan untuk menjaga lebih baik materi berbahaya atau racun yang disematkan pada produk tertentu, sehingga memungkinkan mereka mengatur penyimpanan, penanganan, dan pembuangan yang tepat.
  • 50. 40 Responsiveness Kecepatan di mana rantai pasokan menyediakan produk kepada pelanggan. Dampak lingkungan yang mempengaruhi kecepatan pergerakan material, termasuk langkah pengendalian pencemaran atau peraturan dalam suatu proses. Flexibility Kelincahan rantai pasokan dalam merespons perubahan pasar untuk mendapatkan atau mempertahankan keunggulan kompetitif. Tingkat dimana perusahaan dapat memenuhi tuntutan lingkungan dari pelanggannya. Hal ini berkaitan dengan produk, produksi, transportasi dan daur ulang mereka. Costs Biaya yang terkait dengan operasi rantai pasokan. Biaya pemenuhan lingkungan dan pembersihan serta biaya energi. Asset management efficiency Efektivitas sebuah organisasi dalam mengelola aset untuk mendukung kepuasan permintaan. Ini termasuk pengelolaan semua asset modal tetap dan modal kerja Mengelola aset dengan cara yang mengurangi dampak lingkungan dan mengurangi biaya internal Sumber: Cash dan Wikerson (2003) Pada Level 3 merumuskan Indikator kinerja dari setiap proses SCOR (plan, source, make, deliver, dan return) dengan menurunkan dari kelima matriks kinerja supply chain management yang sudah didefinisikan sebelumnya (reliability, responsiveness, flexibility, cost, dan asset) dari beberapa penelitian sebelumnya yang membahas topik serupa. 3.3.2 Validasi indikator Kinerja IPMS Selanjutnya, tahapan ini merupakan proses inti yang dilakukan untuk penetapan sistem pengukuran kinerja IPMS yang sesuai untuk diterapkan pada perusahaan. Penentuan sistem pengukuran ini akan melewati tahapan validasi model pengukuran kinerja yang dilakukan dengan memeriksa mengenai informasi indikator kinerja yang telah didapatkan dari review studi literatur untuk dilakukan verifikasi dan menentukan target dari setiap indikator kerja yang berasal dari internal perusahaan dan benchmarking. Validasi indikator kinerja menggunakan pendapat dari expert melalui kuisioner offline yang akan dibagikan kepada PSCM Supervisor, Material & Logistic Supervisor, Environmental Supervisor, dan Production Supervisor karena dianggap memiliki pemahaman dan pengetahuan tentang indikator-indikator pada model pengukuran kinerja supply chain management, sehingga model pengukuran kinerja IPMS dapat sesuai dengan karakter industri Jasa Multimedia sesuai kondisi eksisting proses bisnis rantai pasok
  • 51. 41 perusahaan. Adapun rancangan kuesioner validasi pada penelitian ini terdiri dari beberapa bagian, antara lain: a. Pendahuluan, pada bagian ini berisikan mengenai perkenalan diri dari peneliti dan penjelasan mengenai penelitian yang dilakukan. b. Profil responden, pada bagian ini berisikan profil responden yang terdiri dari nama, pekerjaan, jabatan, instansi, dan lama bekerja. c. Petunjuk pengisian kuesioner, tabel daftar indikator dan target/benchmarking dari tiap indikator, pada bagian ini berisikan mengenai petunjuk pengisian kuesioner, daftar indikator yang akan divalidasi, kolom rekomendasi indikator, dan kolom target dari setiap indikator. 3.3.3 Pembobotan AHP Indikator Kinerja SCM Dalam menentukan pembobotan tingkat kepentingan indikator kinerja pada sistem pengukuran kinerja yang telah tervalidasi akan menggunakan metode AHP. Metode AHP dipilih karena memiliki skala penilaian yang khas yaitu 1 hingga 9 yang dapat menyelesaikan masalah terukur (kuantitatif) maupun pendapat (judgement). Selain itu, metode AHP dapat membantu untuk menentukan prioritas indikator untuk mengetahui elemen terpenting yang harus diperhatikan dalam Pengukuran kinerja SCM. Pembobotan AHP pada masing-masing indikatro kinerja dilakukan dengan menggunakan kuisioner pembobotan yang dibagikan kepada expert judgement untuk menentukan bobot masing- masing indikator kinerja yang ada pada sistem pengukuran kinerjaSupply Chain Management. Tahapan pembobotan adalah sebagai berikut: 1. Membuat hierarki: sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahnya menjadi bagian yang lebih kecil, menyusun elemen secara hierarki, lalu menggabungkannya. Pada hierarki tersebut terdiri dari 3 tingkatan, pada tingkatan pertama adalah tujuan dari pemecahan masalah, tingkatan kedua adalah atribut dan tingkatan ketiga adalah indikator kinerja yang dijadikan pilihan. 2. Penilaian indikator: Pada tahap ini dilakukan dengan perbandingan berpasangan. Pengumpulan data perbandingan berpasangan dengan menyebarkan kuesioner. Kuesioner diisi berdasarkan judgement atau pendapat dari para responden yang dianggap sebagai expert yaitu orang yang terlibat dan memahami permasalahan
  • 52. 41 yang dihadapi. Responden yang terpilih pada penelitian ini adalah PSCM Supervisor,
  • 53. 42 3. Material & Logistic Supervisor, Environmental Supervisor, dan Production Supervisor Adapun penyusunan kuesioner pada tahapan ini terdiri dari beberapa bagian, antara lain: a. Pendahuluan, pada bagian ini berisikan mengenai perkenalan diri dari peneliti dan penjelasan mengenai penelitian yang dilakukan b. Profil responden, pada bagian ini berisikan profil responden yang terdiri dari nama, pekerjaan, jabatan, instansi, dan lama bekerja. c. Hierarki keputusan, pada bagian ini berisikan mengenai susunan struktur AHP yang digunakan dalam penelitian ini. d. Petunjuk pengisian kuesioner dan tabel skala perbandingan, pada bagian ini berisikan mengenai petunjuk atau contoh pengisian kusioner beserta penjelasan mengenai arti dari nilai skala pembobotan yang akan digunakan responden dalam melakukan perbandingan. e. Tabel perbandingan berpasangan, pada bagian ini berisikan tabel perbandingan berpasangan yang digunakan responden dalam melakukan pengisian kuesioner. (Setiawan, 2016) sebagai pendekatan untuk mengekspresikan pendapat terhadap berbagai persoalan skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik. Pada tabel 3.3 diperlihatkan tabel analisis nilai dan definisi pendapat dari skala perbandingan Saaty di bawah ini : Tabel 3. 3 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Skala Definisi Keterangan 1 Sama penting Bobot kepentingan elemen matriks yang satu dinilai sama penting dibandingkan elemen yang Lain 3 Sedikit lebih penting Bobot kepentingan elemen matriks yang satu dinilai sedikit lebih penting dibandingkan elemen yangn Lain 5 Lebih penting Bobot kepentingan elemen matriks yang satu dinilai lebih penting dibandingkan elemen yang lain 7 Sangat lebih penting Bobot kepentingan elemen matriks yang satu dinilai sangat lebih penting dibandingkan elemen yang lain
  • 54. 43 9 Mutlak lebih penting Bobot kepentingan elemen matriks yang satu dinilai mutlak lebih penting dibandingkan elemen yang lain 2,4,6,8, Nilai tingkat kepentingan yang mencerminkan suatu kompromi Nilai kompromi diantara dua nilai perbandingan terdekat Sumber: Saaty (2008) 4. Menentukan Prioritas: Pada tahap ini, akan ditentukan prioritas dan bobot kepentingan setiap elemen keputusan (kriteria) dari data matriks berpasangan pada setiap level hierarki. 5. Rasio konsistensi: Tahap ini menunjukkan tingkat akurasi dari pendapat ahli terhadap elemen pada tingkat hierarki. Tingkat konsistensi juga menunjukkan bahwa suatu pendapat mempunyai nilai yang sesuai dengan pengelompokkan elemen pada hierarki. Consistency Index (CI) dari suatu pendapat dapat diketahui dengan formulasi sebagai berikut: L max - n CI = n-1 Keterangan : CI : Consistency Index L max = Eign Value max; n = Jumlah yang dibandingkan / orde matriks Nilai rasio konsistensi merupakan perbandingan antara Consistency Index (CI) dengan Random Index (RI) yang telah ditentukan seperti pada Tabel 3.4. Tabel 3. 4 Nilai Random Index (RI) Rasio konsistensi mengindikasikan tingkat konsistensi pengambil keputusan dalam melakukan perbandingan berpasangan yang juga mengindikasikan kualitas keputusan atau pilihan responden Rasio konsistensi dapat dirumuskan sebagai berikut: CR = CI R Keterangan : CI : Cosistency Index
  • 55. 44 RI : Random Index CR : Cosistency Ratio Jika nilai CR kurang dari sama dengan 0.10 maka perbandingan yang berpasangan yang dilakukan oleh pengambil keputusan dapat dikatakan konsisten dan dapat diterima. Akan tetapi, jika nilai CR lebih besar dari 0.10 maka pengambil keputusan harus mempertimbangkan kembali penilaian yang telah dilakukan (Saaty., 1994) 3.3.4 Pengukuran kinerja SCM dengan IPMS Setelah model sistem pengukuran kinerja SCM dengan Integreted performance measurement syestem sudah tervalidasi dan memiliki bobot pada proses dan indikator kinerja, maka akan dilakukan penilaian kinerja dengan pengumpulan data dari kinerja supply chain management perusahaan pada tahun 2017 melewati studi dokumen pada setiap aktivitas indikator kinerja, Selanjutnya melakukan proses normalisasi pada setiap indikator kinerja yang sudah dinilai. (Nyoman Pujawan, 2014) tingkat pemenuhan performansi didefinisikan oleh normalisasi dari indikator performansi tersebut. Setiap indikator memiliki bobot yang berbeda-beda dengan skala ukuran yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu, diperlukan proses penyamaan parameter yaitu dengan cara normalisasi tersebut. Di sini normalisasi memegang peranan cukup penting demi tercapainya nilai akhir dari pengukuran kinerja. Proses normalisasi dilakukan dengan rumus normalisasi Snorm De Boer, yaitu: Snorm (skor)= (𝑆𝑖−𝑆𝑚𝑖𝑛) (𝑆𝑚𝑎𝑥−𝑆𝑚𝑖𝑛) × 100
  • 56. 45 Keterangan : Si = Nilai indikator aktual yang berhasil dicapai Smin = Nilai pencapaian performansi terburuk dari indikator kinerja Smax = Nilai pencapaian performansi terbaik dari indikator kinerja Pada pengukuran ini, setiap bobot indikator dikonversikan ke dalam interval nilai tertentu yaitu 0 sampai 100. Nol (0) diartikan paling buruk dan seratus (100) diartikan paling baik. Dengan demikian parameter dari setiap indikator adalah sama, setelah itu didapatkan suatu hasil yang dapat dianalisa. Tabel di bawah ini menunjukkan sistem monitoring indikator kinerja. Tabel 3. 5 Sistem Monitoring Indikator Kinerja Selanjutnya pengukuran dilakukan dengan mengkalikan skor normalisasi indikator kinerja dengan bobot masing-masing indikator, lalu diidentifikasi sistem monitoring indikator kinerja dari hasil pengukuran. Hasil pengukuran kinerja supply chain management dari setiap indikator kinerja, selanjutnya dilakukan analisa deskriptif mengenai pencapaian target internal perusahaan maupun Pembandingan (Benchmarking) dengan standar regulasi sejenisnya dari setiap indikator kinerja pada sistem pengukuran kinerja IPMS model SCOR. Dimana hasil yang didapatkan dari pengukuran kinerja tersebut akan menggambarkan kondisi terkini dari setiap aktivitas proses supply chain management perusahaan yang
  • 58. 46 dilakukan analisa lebih lanjut menggunakan Modified House of Quality (HoQ) untuk menentukan arah perbaikan kinerja SCM di Div. Pengembangan Desain. 3.3.5 Perumusan Arah Perbaikan Nilai hasil pencapaian pengukuran kinerja SCM perusahaan akan menjadi dasar dilakukannya evaluasi dalam menentukan arah perbaikan aktivitas supply chain management dengan menggunakan metode Modified House of Quality. Pengambilan data pada tahap ini menggunakan teknik wawancara kepada Supervisor bagian yang memiliki nilai indikator kinerja dibawah rata-rata sehingga dihasilkan prioritas penanganan perbaikan kinerja SCM yang bisa dilakukan perusahaan. Selanjutnya, Berikut tahapan perumusan arah perbaikan matriks House of Quality: 1. Memasukkan daftar indikator kinerja yang ada pada proses supply chain management yang dianggap masih memiliki nilai kurang dari hasil pengukuran kinerja pada matriks Whats sebagai stakeholder requirements. 2. Selanjutnya mencatat seberapa penting/prioritas masing- masing kebutuhan stakeholder atau solusi yang ditawarkan berdasarkan interpretasi perusahaan. Kondisi ini mempengaruhi keseimbangan antara prioritas perusahaan dan kebutuhan stakeholder. Matriks perencanaan atau whys terdiri dari tiga jenis data yaitu: a) Tingkat kepuasan dari tiap kebutuhan stakeholder: merupakan persepsi perusahaan mengenai seberapa baik suatu tindakan/solusi dapat memenuhi kebutuhan stakeholder. b) Tingkat kepuasan stakeholder terhadap tindakan/solusi yang dikomparasi: merupakan persepsi perusahaan mengenai seberapa baik suatu solusi/tindakan competitor dapat memenuhi
  • 60. 47 c) Tujuan strategis solusi/tindakan yang akan dikembangkan: merupakan target kepuasan stakeholder yang ingin dikembangkan atau dicapai perusahaan berdasarkan kondisi tingkat kepuasan yang sebenarnya. Merumuskan rasio kenaikan perbaikan yaitu dengan perkalian faktor tujuan dengan tingkat kepuasan stakeholder. 3. Lalu mengidentifikasikan karakteristik upaya tanggapan perbaikan teknis yang merupakan bagian dimana perusahaan melakukan penerapan tindakan/solusi yang mungkin dapat direalisasikan dalam usaha memenuhi kebutuhan stakeholder dalam hal ini tindakan perbaikan indikator kinerja oleh perusahaan. Pada matriks respon teknis/ Hows, perusahaan menerjemahkan kebutuhan stakeholder menjadi karakteristik teknis. Karakteristik teknis ini diturunkan berdasarkan indikator kinerja yang diperoleh dari pengukuran kinerja sebelumnya serta memiliki nilai kinerja kurang dan dijadikan sebagai kebutuhan stakeholder. 4. Selanjutnya mengidentifikasi hubungan antara kebutuhan stakeholder dengan matriks karakteristik teknis pada relationship matrix dan kemudian menerjemahkannya menjadi suatu nilai yang menyatakan kekuatan hubungan tersebut. Dari hubungan didapat empat kemungkinan yang terjadi seperti pada tabel 2.3 5. Menggambarkan korelasi atau saling ketergantungan antara matriks karakteristik teknis dengan simbol pada Correlation Matrix yang di jelaskan seperti pada tabel 2.4 6. Pada tahap terakhir matriks How Muchs ini, merumuskan technical matrix yaitu spesifikasi teknis yang akan menjawab perbaikan indikator kinerja sebagai kebutuhan stakeholder . Matriks ini berisi informasi tingkat kepentingan (peringkat)
  • 61. 47 tiap respon teknis. Menurut Park (1998) dalam menentukan
  • 62. 48 peringkat atau prioritas, maka tahapan yang dilakukan adalah menentukan absolute score, yang merupakan total dari nilai weighted relationship untuk setiap respon teknis, yang mewakili pentingnya masing-masing respon teknis dalam hubungannya dengan kebutuhan konsumen. Rumus yang digunakan adalah: AI = Σ Ri W Dimana: AI = Bobot absolut untuk respon teknis Ri = Nilai relationship matrix W = Tingkat kepentingan pada kebutuhan konsumen Selanjutnya menentukan relative score, dimana nilai ini mencerminkan peringkat dari masing-masing respon teknis, dimana nilai tertinggi menjadi prioritas utama. Rumus yang digunakan adalah : RI = AI Σ 𝐴𝐼𝑘 Dimana : RI = Bobot Relatif untuk respon teknis AI = Bobot Absolut untuk respon teknis AIk = Bobot Absolut Kumulatif 3.3.6 Analisis dan Perbaikan Setelah melakukan pengolahan data dan pengukuran kinerja Integreted performance measurement IPMS SCOR sehingga mendapatkan kondisi eksisting SCM perusahaan, di lanjutkan dengan melakukan analisis terhadap indikator kinerja yang mendapatkan nilai kurang baik. Dari hasil yang di dapatkan lalu akan melewati penentuan arah perbaikan kinerja dengan menggunakan AHP
  • 63. 49 yang mempertimbangkan kemampuan dari perusahan dalam meningkatkan indikator kinerja yang dianggap masih kurang. Setelah itu dapat ditarik sebuah rekomendasi berupa strategi arah perbaikan kinerja yang sesuai dengan kemampuan PT. Circle Pro Group Jawa Tengah. 3.3.7 Kesimpulan dan Saran Berdasarkan serangkaian tahapan penelitian yang telah dilakukan, selanjutnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian yaitu kondisi kinerja terkini supply chain management dan prioritas penanganan yang bisa dilakukan perusahaan dalam memperbaiki kinerja SCM serta rumusan strategi perbaikan yang sesuai dengan disertai saran- saran yang berguna untuk peningkatan perusahaan serta untuk penelitian berikutnya. 3.4 Jadwal Penelitian Tabel 3.6 Jadwal Penelitian 1 N O Jenis Uraian Tahun 2023 Juli Agustus Sept Oktober Nov Minggu Ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Perencanaan Penelitian 2. Persiapan 3. Pelaksanaan penelitian 4. Pembentukan Data 5. Penyususnan
  • 64. 49 BAB 1 6. Penyusunan BAB 2 7. Penyusunan BAB 3 8. Seminar Proposal TA Tabel 3.7 Jadwal Penelitian 2 N O Jenis Uraian Tahun 2023 Desember Januari Februari Maret April Minggu Ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Revisi Proposal 2. Pengolahan Data 3. Analisis Data 4. Penyususunan BAB 4 5. Penyususnan BAB 5 6. Seminar TA
  • 65. 52 DAFTAR PUSTAKA Doan, T. T. T. (2020). Supply chain management drivers and competitive advantage in manufacturing industry. Uncertain Supply Chain Management, 8(3), 473–800. https://doi.org/10.5267/j.uscm.2020.5.001 Hervani, A. A., Helms, M. M., & Sarkis, J. (2005). Performance measurement for green supply chain management. Benchmarking, 12(4), 330–353. https://doi.org/10.1108/14635770510609015 Maulidia, F. R., Setyanto, N. W., & Rahman, A. (n.d.). PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DENGAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM ( IPMS ) ( Studi Kasus : KPRI Universitas Brawijaya ) PERFORMANCE MEASUREMENT USING INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM ( IPMS ) METHOD ( Case Study : KPRI. 1–10. Mentzer, J. T., DeWitt, W., Keebler, J. S., Min, S., Nix, N. W., Smith, C. D., & Zacharia, Z. G. (2001). Defining Supply Chain Management. Journal of Business Logistics, 22(2), 1–25. https://doi.org/10.1002/j.2158- 1592.2001.tb00001.x Mounkes, P. (2004). Supply chain collaboration. Circuits Assembly, 15(7), 30–35. https://doi.org/10.1108/09600030310492788 Nyoman Pujawan. (2014). Logistics & Supply Chain Management-Sesi 1 by : Nyoman Pujawan. 031. Oliver, W. (1982). Supply Chain Management : theory and practices. The Emerging Science of Chains and Networks: Bridging Theory and Practice, 1–19. Setiawan, S. (2016). Metode Analytical Hierarchy Process Pada Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Program Jaminan Sosial. 1(1), 32–41. Setyadi, A., Ogunmakinde, O. E., Irhoma, A., Strauss, N., Ngan, S. L., How, B. S., Teng, S. Y., Promentilla, M. A. B., Yatim, P., Er, A. C., Lam, H. L., Ozili, P. K., Valeria, S., Petersburg, S., UNDP, IFC, IPIECA, CCSI, Cervigni, R., … Terpou, A. (2019). Developing a circular-economy-based construction waste minimisation framework for Nigeria. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 111(May), 314–331. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-819534-5.00012- X%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.rser.2016.09.067%0Ahttp://www.ipieca.or g/resources/awareness-briefing/mapping-the-oil-and-gas-industry-to-the- sustainable-development-goals-an-atlas/%0Ahttps://nova.newcastle Turban, E., Volonino, L., & Wood, G. R. (2015). Information Technology for Management: Digital Strategies for Insight, Action, and Sustainable Performance. Yin (1994) dan Lee (1989). Nahar (2001). (n.d.). No 主観的健康感を中心とし た在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析Title.
  • 66. 52 BMC Public Health, 5(1), 1–8. https://ejournal.poltektegal.ac.id/index.php/siklus/article/view/298%0Ahttp:// repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.jana. 2015.10.005%0Ahttp://www.biomedcentral.com/1471- 2458/12/58%0Ahttp://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?T=JS&P