SlideShare a Scribd company logo
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Pengertian belajar secara umum adalah suatu aktivitas yang
menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai upaya yang
dilakukan. Perubahan dari yang sebelumnya tidak tahu atau tidak bisa
menjadi tahu dan bisa. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,
belajar adalah berusaha untuk memperoleh ilmu atau menguasai suatu
keterampilan. Winkel (1996:53) dalam bukunya psikologi pengajaran
mengemukakan rumusan sebagai berikut:
Belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan
yangmenghasilkanperubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan-
perubahan itu dapat berupa hasil yang baru atau pula
penyempurnaan terhadap hasil yang diperoleh.
Dari pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah
aktifitas seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan
maupunketerampilan sehingga menimbulkan perubahan dalam sikap
maupun nilai terhadap sesuatu.
7
8
b. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan atau dikuasai
siswa sebagai hasil pembelajaran . Menurut Darsono (2001) Hasil belajar
merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah
mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilku
tersebut tergantung pada pada yang di pelajari oleh pembelajar.
Hasilbelajar yang dicapai oleh siswa di sekolah merupakan tujuan dari
kegiatan belajarnya. Berkenaan dengan tujuan ini, Bloom(1964)
mengemukakan taksonomi yang mencakup tiga kawasan, yaitu kawasan
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pembelajaran ranah kognitif berkaitan dengan hasil pengetahuan,
kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup
beberapa kategori yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,
sintesis dan penilaian.
Krathwohl dalam Anni et al. (2005) menyatakan pembelajaran ranah
afektif merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Tujuan
pembelajaran ini berhubungan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai.
Kategori tujuan pembelajaran afektif yaitu: penerimaan, penilaian,
pengorganisasian dan pembentukan pola hidup.Tujuan pembelajaran ranah
psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan
motorik dan syarat, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Menurut
9
Elizabeth Simpson dalam Anni et al. (2005) kategori jenis perilaku untuk
ranah psikomotorik adalah: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing,
gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian dan kreativitas.
Beberapa pendapat di atas, mengambarkan bahwa hasil belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas belajar yang
ditunjukkan dalam bentuk angka-angka seperti yang dapat dilihat pada
nilai rapor. Hasil belajar juga diartikan sebagai tingkat penguasaan yang
dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan
program pendidikan yang ditetapkan.
Slameto dalam Harminingsih (2008) menyatakan:
hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama
yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang
dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor dalam
terdiri dari: (1) jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), (2)
psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, kesiapan), (3) dan kelelahan. Faktor luar
yaitu: (1) keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, latar belakang
kebudayaan), (2) sekolah (metode mengajar, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar
pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar,
tugas rumah), (3) dan masyarakat (kegiatan siswa dalam
masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk
kehidupan masyarakat).
Sekolah merupakan salah satu faktor luar dalam mempengaruhi hasil
belajar siswa, sehingga guru sebagai anggota sekolah memiliki peran
10
penting dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk itu, Guru harus
memiliki kompetensi dibidangnya, selain itu agar pembelajaran tidak
monoton maka guru sebaiknya mampu memvariasikan metode
pembelajaran misalkan diskusi inkuiri, praktikum, game dan jigsaw.
Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi juga dapat
mempengaruhi hasil belajar karena siswa merasa senang dalam belajar,
motivasi tinggi dan hasil belajarnya dapat maksimal.
Sadiman et al. (2007) menyatakan bahwa hasil belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut
menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap
(afektif). Oleh karena itu, apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang
konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah tidak hanya
berupa penguasaan konsep tetapi juga keterampilan dan sikap.
Ada 3 aspek atau ranah belajar yang dinilai dalam kegiatan belajar
mengajar (Anni et al. 2006) yaitu:
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar berupa
pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual.
Beberapa kategori yang mencakup yaitu pengetahuan
(knowlegde), pemahaman (comprehension), penerapan
(application), analisis (analysis), sintesis (syntesis) dan
penilaian (evaluation).
b. Ranah afektif
Ranah afektif terkait dengan perasaan, sikap, minat, dan
nilai. Kategori dalam ranah afektif yaitu penerimaan
11
(receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing),
pengorganisasian (organization), dan pembentukan pola
hidup.
c. Ranah psikomotorik
Ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan
fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi
objek dan koordinasi syaraf. Kategori dalam ranah
psikomotorik yaitu persepsi (perception), kesiapan (set),
gerakan terbimbing (guided respons), penyesuaian
(adaption), dan kreativitas.
Hasil belajar siswa dapat diketahui melalui penilaian kelas.
Penilaian kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan
informasi untuk pemberian keputusan terhadap hasil belajar siswa,
berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret
atau profil kemampuan siswa sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan
dalam kurikulum. Bentuk penilaian kelas yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu penilaian kinerja (perfomance), penilaian tes tertulis
(paper and pen), dan penilaian sikap.faktor-faktor yang mempengaruhi
proses pembelajaran dan hasilnya adalah sebagai berikut :
1) Kesiapan Belajar
Faktor kesiapan belajar baik fisik maupun psikologis, sikap guru
yang penuh pehatian dn manpu menciptakan situasi kelas yang
menyenangkan merupakan implikasi dari prinsip kesiapan ini.
2) Perhatian
12
Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis bertujuan pada suatu
obyek. Perhatian ini timbul karena adanya sesuatu yang menarik
sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
3) Motivasi
Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif saat orang
melakukan suatu aktivitas. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam
diri seseorang yang mendorong orang melakukan kegiatan tertentu
yang mencapai tujuan.
4) Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa dapat dilihat dari suasana belajar yang tercipta
dalam proses pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa terlihat
aktif berpean.
5) Mengalami sendiri
Dalam melakukan sesuatu sendiri akan memberikan hasil belajar
yang lebih mendalam.
6) Pengulangan
Adanya latihan-latihan akan berarti bagi siswa untuk lebih
meningkatkan kemampuan dan pemahaman materi.
7) Balikan dan Penguatan
13
Balikan adalah masukan yang sangat penting bagi siswa maupun
guru. Penguatan adalah tindakan yang menyenangkan dari guru
terhadap siswa yang telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar.
8) Perbedaan individual
Karakteristik yang berbeda baik fisik maupun pebedaan tingkat
kemampuan dan minat belajar memerlukan perhatian khusus agar
perkembangan siswa tetap berlangsung baik sesuai dengan
kemampuan masing-masing siswa.
2. Indikator Hasil Belajar
Indikator hasil belajar siswa dalam penelitian ini akan diperoleh dari
penilaian yang ditinjau dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, yang
dirangkum dalam nilai raport siswa. Seseorang dapat dikatakan berhasil
dalam belajar apabila telah terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya.
Menurut Djamarah (2000:96) indikator dari proses belajar mengajar itu
dianggap berhasil adalah:
a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarakan
mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun
kelompok.
b. Prilaku yang digariskan dalam Tujuan Belajar Khusus
(TPK) telah dicapai oleh anak didik baik secara individual
maupun kelompok
Dalam hal ini Djamarah juga menjelaskan beberapa
tingkat keberhasilan dari suatu proses belajar mengajar
yaitu:
14
a. Istimewa atau maksimal. Apabila seluruh bahan pelajaran
dapat dikuasai oleh seluruh anak didik
b. Baik sekali (optimal). Apabila sebagian besar (76%-94%)
bahan pelajaran dikuasai anak didik.
c. Baik (minimal). Apabila bahan pelajaran dikuasai anak
didik hanya 66%-75%
d. Kurang. Apabila bahan pelajaran dikuasai anak didik
kurang dari 65%.
Kriteria penilaian hasil belajar:
10,0 : istimewa
7,6-9,9 : baik sekali
6,6-7,5 : baik
0-6,5 : kurang
Sementara itu Ahmadi (1991:130) menyebutkan bahwa :
―prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh
seorang individu,merupakan proses hasil interaksi antara
berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari
merupakan proses hasil interaksi antara berbagai faktor
yang mempengaruhinya baik dari dalam diri maupun dari
luar individu, yangtergolong faktor internal adalah:
a. Faktor jasmani (fisiologis) baik yang bersifat bawaan
maupun yang diperoleh di lapangan yang termasuk faktor
ini misalnya penglihatan, pendengaran dan struktur tubuh
b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh di lapangan.
c. Faktor kematangan fisik maupun psikis.
Yang tergolong faktor eksternal adalah:
a. Faktor sosial yang terdiri dari:
- Lingkungan keluarga
15
- Lingkungan sekolah
- Lingkungan masyarakat
- Lingkungan kelompok
b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan,
teknologi dan kesenian
c. Faktar lingkungan fisik seperti fasilitas rumah dan
fasilitas belajar
d. Faktor lingkungan spritual dan keagamaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Munadi (2008:24)
dalam blog (http://ilmu-matematika.blogspot.com/2013/03/faktor-faktor-
yang-mempengaruhi-hasil.html)antara lain meliputi faktor internal dan faktor
eksternal:
Faktor Internal
Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis,
seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan
lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani
dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi
peserta didik dalam menerima materi pelajaran.
Faktor Psikologis. Setiap indivudu dalam hal ini
peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi
psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut
mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor
psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat,
bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar peserta
didik.
Faktor Eksternal
Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan dapat
mempengurhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini
16
meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan
lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruangan yang
kurang akan sirkulasi udara akan sangat berpengaruh
dan akan sangat berbeda pada pembelajaran pada pagi
hari yang kondisinya masih segar dan dengan ruangan
yang cukup untuk bernafas lega.
Faktor Instrumental. Faktor-faktor instrumental adalah
faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang
sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-
faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana
untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang
direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa
kurikulum, sarana dan guru
Menurut Sunarto (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain:
• Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Diantara
faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
seseorang antara lain:
• Kecerdasan/intelegensi
• Bakat
• Minat
• Motivasi
• Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri
seseorang tersebut. Yang termasuk faktor-faktor eksternal antara
lain:
• Keadaan lingkungan keluarga
• Keadaan lingkungan sekolah
• Keadaan lingkungan masyarakat.
17
3. Berkreasi
Berkreasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
menghasilkan sesuatu sbg hasil buah pikiran; mencipta (v). Pengungkapan
atau proses mencipta yaitu menghasilkan suatu bentuk karya yang
mengandung maksud,gagasan,perasaan, dsb dari sipencipta.
Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena
budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran
Seni Budaya, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi
dengan seni. Karena itu, mata pelajaran Seni Budaya pada dasarnya
merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya.
Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan diberikan di sekolah
karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap
kebutuhanperkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian
pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan
berapresiasi melalui pendekatan: ―belajar dengan seni,‖ ―belajar melalui seni‖
dan ―belajar tentang seni.‖ Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata
pelajaran lain.
Pendidikan Seni Budaya memiliki sifat
multilingual,multidimensional, dan multikultural. Multilingual bermakna
18
pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan
berbagaicara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai
perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan beragam
kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi),
apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika,
logika, kinestetika, dan etika. Sifat multikultural mengandung makna
pendidikan seni menumbuh-kembangkankesadaran dan kemampuan apresiasi
terhadap beragam budaya nusantara dan mancanegara. Hal ini merupakan
wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan seseorang hidup
secara beradab serta toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk.
Pembelajaran berekspresi/berkreasi seni rupa adalah standar
kompetensi pembelajaran seni rupa sesuai kurikulum mencipta karya seni
rupa terapan sangat berkaitan erat dengan Pendidikan Kecakapan Hidup.
Karena itu harus menjadi perhatian bagi siswa dan guru. Tentang pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan dasar diselenggarakan dengan menciptakan
kondisi yang memungkinkan peserta didik memiliki pengalaman belajar yang
sesuai dengan 4 pilar pendidikan yang ditetapkan oleh UNESCO, yaitu: 1)
Learning to know (belajar untuk memahami dan memperoleh pengetahuan).
Belajar untuk membangun pemahaman dan pengetahuan terhadap lingkungan
sekitar; 2). Learning to do (belajar untuk berbuat kreatif). Belajar dengan
pengalaman/ berbuat kreatif/melakukan/berekspresi; 3). Learning to live
19
together (belajar hidup dalam kebersamaan ). Belajar dalam kebersamaan/
berinteraksi dengan individu mapun kelompok secara bervariasi; Dan 4).
Learning to be (belajar menjadi diri sendiri/belajar mengekspresikan diri
berdasarkan: potensi, pemahaman, kreativitas dan kebersamaan). Belajar
untuk memiliki kemampuan mengekspresikan diri berdasarkan pemahaman,
kreativitas dalam kebersamaan/memahami diri sendiri dan membangun
kepercayaan diri/menjadi diri sendiri. Dari kempat pilar pendidikan tersebut,
lebih diarahkan memfasilitasi peserta didik berkembang menjadi diri sendiri
(learning to be). Yaitu peserta didik berkembang sesuai dengan potensi dan
minatnya yang pada akhirnya mampu secara mandiri bereksistensi dalam
memenuhi kebutuhan hidup dan perkembangannya dalam kehidupan
bermasyarakat.
4. Seni Rupa
Perkembangan keilmuan seni rupa dalam beberapa tahun terakhir ini
mengalami perluasan ke arah wahana besar yang kita kenal sebagai budaya
rupa (visual culture). Lingkup sesungguhnya tidak hanya cabang-cabang seni
rupa yang kita kenal saja, seperti lukis, patung, keramik, grafis dan kriya, tapi
juga meliputi kegiatan luas dunia desain dan kriya (kerajinan), multimedia,
fotografi. Kamus Modern Bahasa Indonesia oleh Zain (1950), menerangkan
bahwa yang masuk senirupa ialah seni lukis, seni pahat dan seni patung.
Memang hingga kini dalam pemakaian populer, istilah ―senirupa‖ sering
20
digunakan dengan lingkup pengertian yang terbatas pada seni lukis, dan seni
pahat atau seni patung. Akan tetapi pendidikan formal senirupa di Indonesia
dalam perkembangannya telah memperluas lingkup pengertian istilah itu.
Pendidikan tinggi seni rupa dapat menyelenggarakan sejumlah keahlian
seperti seni grafis atau desain grafis atau komunikasi visual, desain industri
atau desain produk,desain interior atau arsitektur interior, desain tekstil, seni
keramik, seni lukis, seni patung dan seni kriya (kriya seni) kayu-logam-kulit-
keramik dan sebagainya.
Seni rupa di dalam Bahasa Inggris adalah fine art. Namun sesuai
perkembangan dunia seni modern, istilah fine art menjadi lebih spesifik
kepada pengertian seni rupa murni untuk kemudian menggabungkannya
dengan desain dan kriya ke dalam bahasan visual arts.
Seni rupa terapan dalam Bahasa Inggris adalah applied art. Artinya
seni pakai atau seni rupa yang memiliki fungsi.Teknik yang digunakan dalam
pembuatan karya seni rupa terapan kebanyakan masih tradisional dan dibuat
dengan keterampilan tangan. Misalnya, untuk membuat keramik, seorang
pengrajin keramik cukup menggunakan teknik putar dengan menggunakan
alat yang terbuat dari kayu. Pengrajin ukir kayu cukup menggunakan alat
pahat sederhana untuk mengukir. Teknik pembuatan karya seni rupa terapan
terdiri atas karya seni rupa terapan dua dimensi dan tiga dimensi. Kita batasi
pembahasan ini pada karya seni rupa terapan tiga dimensi.
21
5. Jenis-Jenis Karya Seni Rupa Terapan / seni kriya
Hasil karya seni rupa terapan setiap daerah tidak sama. Setiap daerah
memiliki ciri khas masing-masing. Benda-benda seni rupa terapan yang
dihasilkan di berbagai daerah, di antaranya sebagai berikut.
1. Kerajinan batik
Sejarah batik di Nusantara berkaitan dengan perkembangan
Kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Kain batik dibuat dengan
cara melukis dengan menggunakan canting dan kuas diatas kain dengan
bahan lilin yangdipanaskan. Hasil proses membatik tersebut dinamakan
batik tulis.
2. Kerajinan ukir
Kerajinan ukir di Nusantara, antara lain berupa seni ukir kayu dan
seni ukir logam. Daerah-daerah penghasil kerajinan ukir kayu di
Nusantara, diantaranya adalah Jepara, Cirebon, Bali, Kalimantan, Papua,
Madura, dan Sumatera. Kerajinan ukir logam terbuat dari perak,
tembaga, emas, dan kuningan. Proses pembuatan kerajinan logam banyak
menggunakan teknik cetak atau cor, tempa, toreh, dan penyepuhan.
Daerah penghasil kerajinan logam di Nusantara, antara lain Jawa Tengah
dan Yogyakarta.
3. Kerajinan anyaman
22
Anyaman banyak kita jumpai, baik berupa benda pakai maupun
benda hias. Anyaman dibuat dari bahan alami dan bahan sintetis. Bahan-
bahan alami yang digunakan, antara lain bambu, rotan, daun mendong,
dan janur. Bahan-bahan sintetis yang digunakan, antara lain plastik, pita,
dan kertas. Daerah penghasil kerajinan anyaman, antara lain Bali, Kudus,
Kedu, Tasikmalaya, dan Tangerang.
4. Kerajinan tenun
Tenun merupakan hasil kerajinan tradisional yang dibuatdengan
teknik dan alat khusus. Kerajinan tenun banyak terdapat di Kalimantan,
Minangkabau, Sumatra Utara, NTT, NTB, Lampung, Flores, Sulawesi,
dan Palembang. Motif yang dibuat pun berlainan di setiap daerah.
Berbagai motif tenun dari Palembang, antara lain mawar Jepang, cantik
manis, bintang berantai, nago besaung, dan bunga cino. Ada dua jenis
tenun, yaitu tenun ikat dan tenun songket. Keduanya berbeda dalam
teknik dan bahan yangdigunakan. Berbeda dengan tenun ikat, pada
songket mendapat tambahan benang emas yang diletakkan dengan teknik
tusuk dan cukit.
5. Kerajinan wayang
Wayang merupakan budaya asli Nusantara, yangceritanya berasal
dari budaya Hindu India. Wayang dibuat untuk seni pertunjukan
23
sekaligus sebagai hiasan.Jenis wayang terdiri atas wayang kulit yang
terbuat dari kulit kerbau dan wayang golek yang terbuat dari kayu.
Daerah penghasil kerajinan wayang, di antaranya Bali, Yogyakarta, dan
Surakarta.
6. Kerajinan keramik
Keramik merupakan hasil karya seni kerajinan yang ber-bahan
dasar dari tanah. Hasil kerajinan keramik sangatberagam, seperti vas
bunga, guci, mangkuk, cangkir, dan lain-lain. Daerah penghasil kerajinan
keramik yang terkenal di Nusantara, di antaranya Kasongan
(Yogyakarta), Sompok, dan Mayong (Jepara).
7. Kerajinan topeng
Topeng merupakan hasil karya seni kerajinan yangbisa digunakan
untuk keperluan perlengkapan tari dan hiasan. Kerajinan topeng
umumnya dibuat dari bahan kayu. Daerah penghasil kerajinan topeng di
Nusantara,antara lain Yogyakarta, Cirebon, Bali, Surakarta, dan
Bandung. Setiap daerah memiliki ciri khas topeng yang berbeda.
Dalam Blog Media Budaya Nusantara Kata ‗Topeng‘, dalam
bahasa yang lain adalah tapel, atapukan, tapuk, atau kedhok. Umumnya
diartikan sebagai penutup muka. Arti tersebut sekaligus menunjukkan
fungsinya yang sangat luas, menyangkut berbagai fungsi dalam
kehidupan manusia. Berkaitan dengan seni, topeng biasanya
24
dipergunakan untuk kepentingan menari, bermain teater, film, dan seni
pertunjukan lainnya. Akan tetapi juga bisa difungsikan untuk hal-hal
yang tidak berkaitan dengan seni pertunjukan. Ia bisa berfungsi sebagai
hiasan, souvenir, dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari, topeng
(bukan sebagai benda seni) dipergunakan untuk berbagai kepentingan,
misalnya sebagai pelindung, keamanan, kesehatan, mainan, dan
sebagainya. Topeng, juga tidak hanya dipakai oleh manusia, akan tetapi
juga sering dipakaikan pada binatang, seperti kera (dalam
barangantopeng monyet), kuda (dalam seni Kuda Renggong), misalnya.
Kata topeng, di daerah Cirebon dan sekitarnya–khususnya di
daerah pantai utara Jawa Barat–mempunyai konotasi yang beragam.
Makna semantiknya berbeda. Kata topeng, bukan berarti sebuah benda
sebagai penutup muka, melainkan sebutan untuk berbagai identitas.
Makna leksikalnya sebagai penutup muka, sebagaimana kamus bahasa
Indonesia, disebut dengan istilah kedok. Oleh sebab itu, kata topeng di
Cirebon dan sekitarnya, paling tidak mempunyai tiga pengertian:Pertama,
berarti sebagai pertunjukan tari-tarian yang menggunakan kedok(Panji,
Pamindo/Samba, Rumyang, Tumenggung, dan Klana) dan berlatar
belakang cerita Panji. Pertunjukan topeng yang tidak berlatar belakang
cerita Panji namun pemainnya mengenakan kedok, tidaklah lazim disebut
‗topeng‘ karena pertunjukan itu memiliki nama masing-masing, misalnya
25
wayang wong kedok atau wayang topeng, dan berokan.Kedua, artinya
sama dengan penari, jika kata topeng itu dikaitkan dengan nama
seseorang, misalnya menjadi ‗Topeng Rasinah‘, ‗Topeng Sujana‘,
‗Topeng Sawitri‘, ‗Topeng Menor‖, dan lain-lain. Oleh sebab itu, jika
mereka bertanya: ―topenge sinten?‖, artinya mereka menanyakan: ―siapa
penarinya?‖ Jika mereka berkata: ―ana topeng ning Slangit”, artinya ada
pertunjukan tari topeng di Slangit.Ketiga, artinya menunjukkan
gayataritopeng, jika kata tersebut dikaitkan dengan nama daerah tempat
asal penari topeng itu. Misalnya: topeng Cirebon, topeng Indramayu,
topeng Subang, topeng Slangit, topeng Losari, topeng Pekandangan,
topeng Jati, topeng Beber, dan sebagainya.Dalam bahasa Inggris, istilah
topeng sama dengan ‖personality (kepribadian) yang berasal dari bahasa
Latin persona, aslinya berarti topeng yang dipakai seorang aktor
sandiwara sewaktu ia naik ke pentas untuk memainkan perannya. Topeng
membawakan ciri atau wajah peran tersebut, ciri seseorang (laki-laki atau
perempuan), pembantu atau majikan, sedangkan aktor yang berada di
balik topeng tetap tidak dikenal, pada dasarnya terpisah dari drama yang
dimainkannya.Pada awalnya, istilah pesona dalam pengertian
―kepribadian‖ berarti orang-orang yang hanya menirukan apa yang
menampakkan diri mereka di atas panggung. Kata tersebut berkonotasi,
bahwa kepribadian adalah topeng dari peran seseorang dalam komedi
26
atau tragedi hidup dan tidak identik dengan sang aktor. Pesonabukan
sebuah manifestasi sifat yang sebenarnya, tetapi merupakan tirai.Topeng
itu memperlihatkan watak peran yang dimainkan, sedangkan si aktor di
belakang topeng tetap tersembunyi dan tak dikenal, jauh dari emosi yang
diperlihatkan topeng tersebut. Peran-peran itu seperti tutup luar, atau
‖topeng-topeng‖,yang menyembunyikan atau melindungi proses pikiran
sadar internal kita dari tatapan orang lain. Persona bisa dianggap sebagai
lapisan luar (atau beberapa lapisan pertama) bawang merah yang kering
yang harus dikupas sebelum kita bisa sampai pada bagian bawang yang
pada kenyataannya dapat kita makan.Dengan demikian, kata topeng
sebagai representasi dan kata topeng sebagai objek, bagi orang Cirebon
menghasilkan interpretasi yang dalam pengertian umum dapat dikatakan
kurang lazim. Ketidak-laziman ini dapat diterima jika mengacu pada
proses semiosis sebagai signifikasi. Jika interpretasi dari kata topeng itu
jauh melenceng dari makna leksikalnya—yakni sebagai penutup muka
untuk menyembunyikan, atau melindungi diri—juga mudah dipahami,
karena orang Cirebon dan Indramayu misalnya, juga berhak merumuskan
sendiri arti kata tersebut. Dengan demikian, maka sebutan topeng di
daerah Cirebon khususnya, dan disekitar pantai utara Jawa Barat,
tidaklah denotatif melainkan konotatif. Bahkan di daerah Subang,
Karawang, Bekasi, sampai ke daerah Banten, pertunjukan tari yang tidak
27
memakai kedok pun disebut juga topeng, misalnya Topeng Ubrug,
Topeng Banjet, dan lain-lain.
Penelitian Tindakan Kelas ini dibatasi pada berkreasi seni rupa membuat
topeng berbahan kertas. Membuat topeng dipilih karena lebih mudah
pembuatannya dan mudah mendapatkan bahannya. Kertas adalah bahan relatif
baru (produk pabrik), yang digunakan untuk membuat topeng. Topeng kertas
bukan hanya dipakai untuk topeng-topeng modern, atau topeng-topeng mainan
anak, melainkan juga untuk topeng-topeng tradisional atau ―betulan‖. Topeng-
topeng besar seperti ondel-ondel, liong, barongsay umumnya dibuat dari kertas
dalam rangka bambu atau rotan sehingga kuat dan ringan. Suanda (2004)
mengatakan bahwa topeng kertas bukanlah merupakan topeng-topeng mainan,
melainkan digunakan pula oleh seniman-seniman profesional, jika
pembuatannya dilakukan dengan teliti, topeng kertas bisa tampak seperti kayu,
bahkan jika topeng tersebut tidak terkena air, dapat tahan puluhan tahun.
a. Membuat Topeng Kertas
Membuat topeng kertas termasuk ke dalam pokok bahasan
membentuk. Topeng dapat dibuat dengan cara: (1) memakai cetakan, dan
(2) tidak memakai cetakan.
1) Membuat topeng yang memakai cetakan.Tentu saja tahap pertama
ialah membuat model cetakan (dari bahan lunak, misalnya tanah liat,
atau plastisin). Setelah itu barulah menempeli cetakan itu dengan
28
lembaran kecil-kecil kertas koran bekas yang dibasahi terlebih dulu.
Selanjutnya dibalur lem putih/kanji untuk kemudian ditempeli lagi
potongan kecil kertas koran secara berulang-ulang hingga tebal.
Lapisan tempelan itu bisa 7 atau 8 lapisan. Setiap lapisan dibubuhi
lem putih. Setelah sehari kering, barulah kita lepaskan topeng itu dari
cetakan. Perlu diperhatikan, agar topeng mudah dibuka dari cetakan,
maka cetakan terlebih dahulu harus dibalur oleh minyak (stempet,
mentega, atau oli). Jika topeng ingin lebih menarik, tentu saja
memerlukan pengecatan. Di sinilah siswa juga melakukan kegiatan
menggambar dekoratif pada permukaan topeng. Jadi dua pokok
bahasan dapat diterapkan pada satu topik kegiatan yaitu membuat
topeng.
2) Cara membuat topeng yang kedua lebih mudah karena tanpa harus
membuat cetakan. Pertama, siapkan bahan karton tebal (jenis dupleks
atau karton dus bekas) seukuran kuarto/A4 atu selebar wajah. Setelah
itu ukurkanlah kertas itu dengan lebar wajah anak (yang
membuatnya). Jiplak dan guntinglah bentuk dasar wajah it u. Kini
karton tersebut tinggal digambari dengan spidol atau cat untuk bentuk
mata, hidung dan mulut. Letak bagian -bagian wajah ini harus tepat
sesuai wajah yang membuatnya. Untuk membuat hidung, perlu
ditambah dengan menempelkan bagian karton lain yang dibentuk
29
limas segi-3 (seperti bentuk hidung). Jangan lupa mata dan hidung
dilubangi dengan pisau/gunting. Sebagai langkah terakhir ialah
pengecatan topeng. Proses terakhir ini merupakan kegiatan
menggambar dekoratif, sebab tujuannya untuk menghiasi topeng
wajah dengan spidol warna, cat air, cat poster, atau krayon.
6. Metode Eksperimen (Eksperimental)
a. Pengertian Metode Eksperimen
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode
eksperimen siswa diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri atau
melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek,
menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai
suatu objek keadaan atau proses tertentu.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1995) metode eksperimen adalah
cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan
mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.Metode
eksperimen berbeda dengan metode demonstrasi. Kalau metode
demonstrasi hanya menekankan pada proses terjadinya dan mengabaikan
hasil, sedangkan pada metode eksperimen penekanannya adalah kepada
proses sampai kepada hasil.
b. Ketentuan Pemakaian metode Eksperimen.
30
Menggunakan metode eksperimen dalam proses
pembelajarandikatakan tepat bila:
1) Ingin memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat mengalami
sendiri, mengikutisuatu proses, mengamati suatu objek,
menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri
tentang suatu objek keadaan atau proses tertentu.
2) Menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir rasional dan
ilmiah siswa dalam proses pembelajaran.
3) Guru menginginkan agar siswa mencoba mengerjakan sesuatu,
mengamati proses dan hasil percobaan.
c. Kelebihan metode Eksperimen
Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas
kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada
hanya menerima kata guru atau buku.
1) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi
eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
2) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa
terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil
percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan
hidup manusia.
31
3) Anak didik memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam
melakukan eksperimen.
4) Siswa terlibat aktif mengumpulkan fakta dan informasi yang
diperlukan untuk percobaan.
5) Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah
dan berfikir ilmiah.
6) Dapat memperkaya pengalaman dan berpikir siswa dengan hal-hal
yang bersifat objektif, realitas dan menghilangkan verbalisme
d. Kekurangan Metode Eksperimen.
1) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkantidak setiap anak didik
berkesempatan mengadakan ekperimen.
2) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik
harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
3) Kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru
dalam bereksperimen berakibat siswa keliru dalam mengambil
kesimpulan
4) Sering mengalami kesulitan dalam melaksanakan eksperimen
karena guru dan siswa kurang berpengalaman melakukan
eksperimen.
32
5) Kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru
dalam bereksperimen berakibat siswa keliru dalam mengambil
keputusan.
e. Hal yang perlu diperhatikan.
Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan,
maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup
bagi tiap siswa.
2) Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti
yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan,
maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan
harus baik dan bersih.
3) Dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam
mengamati proses percobaan , maka perlu adanya waktu yang
cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran
dari teori yang dipelajari itu.
4) Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih ,
maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping
memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga
33
kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam
memilih obyek eksperimen itu.
5) Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah
mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan social dan
keyakinan manusia.
6) Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga
masalah itu tidak bisa diadakan percobaan karena alatnya belum
ada.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Skripsi ini di landasi dan di ilhami dari penelitian terdahulu yang telah
dilakukan oleh Asim Sulistyo, S.Pd, guru SMP Negeri 3 Bayat Kabupaten
Klaten dengan judul PTK “Meningkatkan Prestasi Belajar Seni Rupa Terapan
Melalui Seni Mencetak Pot Bunga Siswa Kelas Viii Smp Negeri 3 Bayat
Tahun Pelajaran 2011/2012‖ dan hasil penelitian menunjukkan ada
peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran
seni mencetak pot bunga. Tapi disini penulis menitik beratkan dalam
penggunaan metode eksperimental.
C. Kerangka Konseptual
Selama ini hasil belajar siswa belum sesuai dengan yang diharapkan. Untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran berkreasi seni rupa maka
pembelajaran dilaksanakan dengan memakai metode yang berbeda dari
34
sebelumnya, yaitu metode eksperimental. Agar penggunaan metode
eksperimental ini dapat berjalan dengan baik maka dapat dilaksanakan melalui
Penelitian Tindakan Kelas. Langkah langkah penelitian tindakan kelas adalah :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Pengamatan
4. Refleksi
Kerangka Konseptual
Refleksi Tindakan
Penggunaan metode
eksperimental
perencanaan
Pengamatan
Hasil Belajar siswa
Mata Pelajaran Seni Budaya
Pembelajaran berkreasi seni rupa
35
5. Hipotesis Tindakan
Menurut Muhammad Nazir(1988 : 182) dalam bukunya berjudul
Methode Penelitian menyatakan Hipotesa tidak lain dari jawaban sementara
terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris,
hipotesa adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu
kebenaran sebagaimana adanya pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar
kerja serta perpaduan dari verifikasi. Hipotesa adalah keterangan sementara dari
fenomena-fenomena yang komplek. Trelease(dalam Nazir : 1988) memberikan
definisi hipotesa sebagai suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang dapat
diamati.
Dalam penelitian ini peneliti mengajukan hipotesis tindakan yaitu :
1. Ada peningkatan kreatifitas siswa dalam pembelajaran berkreasi seni rupa
menggunakan metode eksperimental.
2. Ada peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran berkreasi seni
rupa menggunakan metode eksperimental.

More Related Content

What's hot

faktor faktor yg mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar
faktor faktor yg mempengaruhi keberhasilan belajar mengajarfaktor faktor yg mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar
faktor faktor yg mempengaruhi keberhasilan belajar mengajarYuli Yanti
 
Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E
Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7EBab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E
Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7EMariz Cha Cha
 
Bahan bahan skripsi
Bahan bahan skripsiBahan bahan skripsi
Bahan bahan skripsiDae Zhun
 
Konsep belajar dan pembelajaran
Konsep belajar dan pembelajaranKonsep belajar dan pembelajaran
Konsep belajar dan pembelajaran
universitas negeri yogyakarta
 
Belajar Dan Pembelajaran Matematika
Belajar Dan Pembelajaran MatematikaBelajar Dan Pembelajaran Matematika
Belajar Dan Pembelajaran Matematika
Ikak Waysta
 
Pertemuan ke2 pengantar psikologi belajar
Pertemuan ke2 pengantar psikologi belajarPertemuan ke2 pengantar psikologi belajar
Pertemuan ke2 pengantar psikologi belajar
FPsiA
 
Kualifikasi 14 juni 2013
Kualifikasi 14 juni 2013Kualifikasi 14 juni 2013
Kualifikasi 14 juni 2013
Rizka Ahsan
 
Asesmen literasi
Asesmen literasiAsesmen literasi
Asesmen literasi
lositadewi
 
Bab ii kajian pustaka penelitian eksperimen murni
Bab ii kajian pustaka penelitian eksperimen murniBab ii kajian pustaka penelitian eksperimen murni
Bab ii kajian pustaka penelitian eksperimen murni
safran hasibuan
 
MATERI 4 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Model Pembelajaran
MATERI 4 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Model PembelajaranMATERI 4 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Model Pembelajaran
MATERI 4 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Model PembelajaranSTKIP Bina Bangsa Getsempena
 
Konsep Belajar Mengajar
Konsep Belajar MengajarKonsep Belajar Mengajar
Konsep Belajar Mengajar
EVI PAULINA SIMAREMARE
 
Makalah faktor faktor yang mempengaruhi belajar (kelompok 10)
Makalah faktor faktor yang mempengaruhi belajar (kelompok 10)Makalah faktor faktor yang mempengaruhi belajar (kelompok 10)
Makalah faktor faktor yang mempengaruhi belajar (kelompok 10)Winda010293
 
Resume UAS - Pembelajaran Inovatif smst V thn 2019
Resume UAS - Pembelajaran Inovatif smst V thn 2019Resume UAS - Pembelajaran Inovatif smst V thn 2019
Resume UAS - Pembelajaran Inovatif smst V thn 2019
Qonita Aliyatunnuha
 

What's hot (17)

Aktivitas belajar siswa
Aktivitas belajar siswaAktivitas belajar siswa
Aktivitas belajar siswa
 
faktor faktor yg mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar
faktor faktor yg mempengaruhi keberhasilan belajar mengajarfaktor faktor yg mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar
faktor faktor yg mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar
 
Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E
Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7EBab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E
Bab 2 proposal PTK/wahyu mariska j/08141197/PGSD/7E
 
Bahan bahan skripsi
Bahan bahan skripsiBahan bahan skripsi
Bahan bahan skripsi
 
Sogol tugas ptk
Sogol tugas ptkSogol tugas ptk
Sogol tugas ptk
 
Konsep belajar dan pembelajaran
Konsep belajar dan pembelajaranKonsep belajar dan pembelajaran
Konsep belajar dan pembelajaran
 
Belajar Dan Pembelajaran Matematika
Belajar Dan Pembelajaran MatematikaBelajar Dan Pembelajaran Matematika
Belajar Dan Pembelajaran Matematika
 
Pertemuan ke2 pengantar psikologi belajar
Pertemuan ke2 pengantar psikologi belajarPertemuan ke2 pengantar psikologi belajar
Pertemuan ke2 pengantar psikologi belajar
 
Tik 2
Tik 2Tik 2
Tik 2
 
Kualifikasi 14 juni 2013
Kualifikasi 14 juni 2013Kualifikasi 14 juni 2013
Kualifikasi 14 juni 2013
 
Asesmen literasi
Asesmen literasiAsesmen literasi
Asesmen literasi
 
Makalah evaluasi
Makalah evaluasiMakalah evaluasi
Makalah evaluasi
 
Bab ii kajian pustaka penelitian eksperimen murni
Bab ii kajian pustaka penelitian eksperimen murniBab ii kajian pustaka penelitian eksperimen murni
Bab ii kajian pustaka penelitian eksperimen murni
 
MATERI 4 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Model Pembelajaran
MATERI 4 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Model PembelajaranMATERI 4 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Model Pembelajaran
MATERI 4 - Prinsip-Prinsip Belajar dan Model Pembelajaran
 
Konsep Belajar Mengajar
Konsep Belajar MengajarKonsep Belajar Mengajar
Konsep Belajar Mengajar
 
Makalah faktor faktor yang mempengaruhi belajar (kelompok 10)
Makalah faktor faktor yang mempengaruhi belajar (kelompok 10)Makalah faktor faktor yang mempengaruhi belajar (kelompok 10)
Makalah faktor faktor yang mempengaruhi belajar (kelompok 10)
 
Resume UAS - Pembelajaran Inovatif smst V thn 2019
Resume UAS - Pembelajaran Inovatif smst V thn 2019Resume UAS - Pembelajaran Inovatif smst V thn 2019
Resume UAS - Pembelajaran Inovatif smst V thn 2019
 

Similar to Bab ii

Bab ii
Bab ii Bab ii
Bab ii
riskemifta
 
Bab ii
Bab ii Bab ii
Kuis spte
Kuis spteKuis spte
Kuis spte
Ibrohim Ibrohim
 
Proposal bab ii
Proposal bab iiProposal bab ii
Proposal bab ii
Iwan Hariyanto
 
Makalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikanMakalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikan
Narendra
 
Makalah psikologi pendidikan 3
Makalah psikologi pendidikan 3Makalah psikologi pendidikan 3
Makalah psikologi pendidikan 3
Narendra
 
Bab i ptk 3
Bab i ptk 3Bab i ptk 3
Bab i ptk 3
warhanie
 
Tugas kuis spte
Tugas kuis spteTugas kuis spte
Tugas kuis spte
Ibrohim Ibrohim
 
Modul i belajar
Modul i belajarModul i belajar
Modul i belajar
Hij S
 
PTK (BAB I)
PTK (BAB I)PTK (BAB I)
PTK (BAB I)
Iqbal Kholiq
 
Proses belajar mengajar sebagai sistem
Proses belajar mengajar sebagai sistemProses belajar mengajar sebagai sistem
Proses belajar mengajar sebagai sistemaisyahfiver
 
Laporan wawancara smpn 1 patia
Laporan wawancara smpn 1 patiaLaporan wawancara smpn 1 patia
Laporan wawancara smpn 1 patia
Fatmawati Khodijah
 
konsep dasar pembelajaran ppt.ppt
konsep dasar pembelajaran ppt.pptkonsep dasar pembelajaran ppt.ppt
konsep dasar pembelajaran ppt.ppt
UlaNEFauziah
 
Makalah Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Siswa
Makalah Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar SiswaMakalah Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Siswa
Makalah Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Siswa
Warman Tateuteu
 
Konsep Penilaian
Konsep PenilaianKonsep Penilaian
Konsep Penilaianlichuen2885
 
Skripsi pembelajaran Inquiry biologi
Skripsi pembelajaran Inquiry biologiSkripsi pembelajaran Inquiry biologi
Skripsi pembelajaran Inquiry biologiarif mutawalli
 
konsep dasar sbm.pdf
konsep dasar sbm.pdfkonsep dasar sbm.pdf
konsep dasar sbm.pdf
EnangCuhendi1
 
PENGERTIAN BELAJAR.pptx
PENGERTIAN BELAJAR.pptxPENGERTIAN BELAJAR.pptx
PENGERTIAN BELAJAR.pptx
ernaarlita1
 

Similar to Bab ii (20)

Bab ii
Bab ii Bab ii
Bab ii
 
Bab ii
Bab ii Bab ii
Bab ii
 
Kuis spte
Kuis spteKuis spte
Kuis spte
 
Proposal bab ii
Proposal bab iiProposal bab ii
Proposal bab ii
 
Makalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikanMakalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikan
 
Makalah psikologi pendidikan 3
Makalah psikologi pendidikan 3Makalah psikologi pendidikan 3
Makalah psikologi pendidikan 3
 
Ptk kelas 1 ips
Ptk kelas 1 ipsPtk kelas 1 ips
Ptk kelas 1 ips
 
Bab i ptk 3
Bab i ptk 3Bab i ptk 3
Bab i ptk 3
 
Tugas kuis spte
Tugas kuis spteTugas kuis spte
Tugas kuis spte
 
Modul i belajar
Modul i belajarModul i belajar
Modul i belajar
 
PTK (BAB I)
PTK (BAB I)PTK (BAB I)
PTK (BAB I)
 
Proses belajar mengajar sebagai sistem
Proses belajar mengajar sebagai sistemProses belajar mengajar sebagai sistem
Proses belajar mengajar sebagai sistem
 
Laporan wawancara smpn 1 patia
Laporan wawancara smpn 1 patiaLaporan wawancara smpn 1 patia
Laporan wawancara smpn 1 patia
 
konsep dasar pembelajaran ppt.ppt
konsep dasar pembelajaran ppt.pptkonsep dasar pembelajaran ppt.ppt
konsep dasar pembelajaran ppt.ppt
 
Makalah Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Siswa
Makalah Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar SiswaMakalah Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Siswa
Makalah Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Siswa
 
Tugas seminar proposal .1
Tugas seminar proposal .1Tugas seminar proposal .1
Tugas seminar proposal .1
 
Konsep Penilaian
Konsep PenilaianKonsep Penilaian
Konsep Penilaian
 
Skripsi pembelajaran Inquiry biologi
Skripsi pembelajaran Inquiry biologiSkripsi pembelajaran Inquiry biologi
Skripsi pembelajaran Inquiry biologi
 
konsep dasar sbm.pdf
konsep dasar sbm.pdfkonsep dasar sbm.pdf
konsep dasar sbm.pdf
 
PENGERTIAN BELAJAR.pptx
PENGERTIAN BELAJAR.pptxPENGERTIAN BELAJAR.pptx
PENGERTIAN BELAJAR.pptx
 

Bab ii

  • 1. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Belajar a. Pengertian Belajar Pengertian belajar secara umum adalah suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai upaya yang dilakukan. Perubahan dari yang sebelumnya tidak tahu atau tidak bisa menjadi tahu dan bisa. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha untuk memperoleh ilmu atau menguasai suatu keterampilan. Winkel (1996:53) dalam bukunya psikologi pengajaran mengemukakan rumusan sebagai berikut: Belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yangmenghasilkanperubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan- perubahan itu dapat berupa hasil yang baru atau pula penyempurnaan terhadap hasil yang diperoleh. Dari pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa belajar adalah aktifitas seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan maupunketerampilan sehingga menimbulkan perubahan dalam sikap maupun nilai terhadap sesuatu. 7
  • 2. 8 b. Hasil Belajar Hasil belajar adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan atau dikuasai siswa sebagai hasil pembelajaran . Menurut Darsono (2001) Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilku tersebut tergantung pada pada yang di pelajari oleh pembelajar. Hasilbelajar yang dicapai oleh siswa di sekolah merupakan tujuan dari kegiatan belajarnya. Berkenaan dengan tujuan ini, Bloom(1964) mengemukakan taksonomi yang mencakup tiga kawasan, yaitu kawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pembelajaran ranah kognitif berkaitan dengan hasil pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup beberapa kategori yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Krathwohl dalam Anni et al. (2005) menyatakan pembelajaran ranah afektif merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran afektif yaitu: penerimaan, penilaian, pengorganisasian dan pembentukan pola hidup.Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syarat, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Menurut
  • 3. 9 Elizabeth Simpson dalam Anni et al. (2005) kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik adalah: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian dan kreativitas. Beberapa pendapat di atas, mengambarkan bahwa hasil belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka-angka seperti yang dapat dilihat pada nilai rapor. Hasil belajar juga diartikan sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan program pendidikan yang ditetapkan. Slameto dalam Harminingsih (2008) menyatakan: hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor dalam terdiri dari: (1) jasmaniah (kesehatan, cacat tubuh), (2) psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), (3) dan kelelahan. Faktor luar yaitu: (1) keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), (2) sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah), (3) dan masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat). Sekolah merupakan salah satu faktor luar dalam mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga guru sebagai anggota sekolah memiliki peran
  • 4. 10 penting dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Untuk itu, Guru harus memiliki kompetensi dibidangnya, selain itu agar pembelajaran tidak monoton maka guru sebaiknya mampu memvariasikan metode pembelajaran misalkan diskusi inkuiri, praktikum, game dan jigsaw. Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi juga dapat mempengaruhi hasil belajar karena siswa merasa senang dalam belajar, motivasi tinggi dan hasil belajarnya dapat maksimal. Sadiman et al. (2007) menyatakan bahwa hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Oleh karena itu, apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah tidak hanya berupa penguasaan konsep tetapi juga keterampilan dan sikap. Ada 3 aspek atau ranah belajar yang dinilai dalam kegiatan belajar mengajar (Anni et al. 2006) yaitu: a. Ranah kognitif Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Beberapa kategori yang mencakup yaitu pengetahuan (knowlegde), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (syntesis) dan penilaian (evaluation). b. Ranah afektif Ranah afektif terkait dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori dalam ranah afektif yaitu penerimaan
  • 5. 11 (receiving), penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organization), dan pembentukan pola hidup. c. Ranah psikomotorik Ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek dan koordinasi syaraf. Kategori dalam ranah psikomotorik yaitu persepsi (perception), kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided respons), penyesuaian (adaption), dan kreativitas. Hasil belajar siswa dapat diketahui melalui penilaian kelas. Penilaian kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi untuk pemberian keputusan terhadap hasil belajar siswa, berdasarkan tahapan kemajuan belajarnya sehingga didapatkan potret atau profil kemampuan siswa sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Bentuk penilaian kelas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penilaian kinerja (perfomance), penilaian tes tertulis (paper and pen), dan penilaian sikap.faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan hasilnya adalah sebagai berikut : 1) Kesiapan Belajar Faktor kesiapan belajar baik fisik maupun psikologis, sikap guru yang penuh pehatian dn manpu menciptakan situasi kelas yang menyenangkan merupakan implikasi dari prinsip kesiapan ini. 2) Perhatian
  • 6. 12 Perhatian adalah pemusatan tenaga psikis bertujuan pada suatu obyek. Perhatian ini timbul karena adanya sesuatu yang menarik sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. 3) Motivasi Motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif saat orang melakukan suatu aktivitas. Motif adalah kekuatan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorong orang melakukan kegiatan tertentu yang mencapai tujuan. 4) Aktivitas Siswa Aktivitas siswa dapat dilihat dari suasana belajar yang tercipta dalam proses pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa terlihat aktif berpean. 5) Mengalami sendiri Dalam melakukan sesuatu sendiri akan memberikan hasil belajar yang lebih mendalam. 6) Pengulangan Adanya latihan-latihan akan berarti bagi siswa untuk lebih meningkatkan kemampuan dan pemahaman materi. 7) Balikan dan Penguatan
  • 7. 13 Balikan adalah masukan yang sangat penting bagi siswa maupun guru. Penguatan adalah tindakan yang menyenangkan dari guru terhadap siswa yang telah berhasil melakukan suatu perbuatan belajar. 8) Perbedaan individual Karakteristik yang berbeda baik fisik maupun pebedaan tingkat kemampuan dan minat belajar memerlukan perhatian khusus agar perkembangan siswa tetap berlangsung baik sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. 2. Indikator Hasil Belajar Indikator hasil belajar siswa dalam penelitian ini akan diperoleh dari penilaian yang ditinjau dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, yang dirangkum dalam nilai raport siswa. Seseorang dapat dikatakan berhasil dalam belajar apabila telah terjadi perubahan tingkah laku dalam dirinya. Menurut Djamarah (2000:96) indikator dari proses belajar mengajar itu dianggap berhasil adalah: a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarakan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok. b. Prilaku yang digariskan dalam Tujuan Belajar Khusus (TPK) telah dicapai oleh anak didik baik secara individual maupun kelompok Dalam hal ini Djamarah juga menjelaskan beberapa tingkat keberhasilan dari suatu proses belajar mengajar yaitu:
  • 8. 14 a. Istimewa atau maksimal. Apabila seluruh bahan pelajaran dapat dikuasai oleh seluruh anak didik b. Baik sekali (optimal). Apabila sebagian besar (76%-94%) bahan pelajaran dikuasai anak didik. c. Baik (minimal). Apabila bahan pelajaran dikuasai anak didik hanya 66%-75% d. Kurang. Apabila bahan pelajaran dikuasai anak didik kurang dari 65%. Kriteria penilaian hasil belajar: 10,0 : istimewa 7,6-9,9 : baik sekali 6,6-7,5 : baik 0-6,5 : kurang Sementara itu Ahmadi (1991:130) menyebutkan bahwa : ―prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh seorang individu,merupakan proses hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari merupakan proses hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri maupun dari luar individu, yangtergolong faktor internal adalah: a. Faktor jasmani (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh di lapangan yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran dan struktur tubuh b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh di lapangan. c. Faktor kematangan fisik maupun psikis. Yang tergolong faktor eksternal adalah: a. Faktor sosial yang terdiri dari: - Lingkungan keluarga
  • 9. 15 - Lingkungan sekolah - Lingkungan masyarakat - Lingkungan kelompok b. Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian c. Faktar lingkungan fisik seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar d. Faktor lingkungan spritual dan keagamaan Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Munadi (2008:24) dalam blog (http://ilmu-matematika.blogspot.com/2013/03/faktor-faktor- yang-mempengaruhi-hasil.html)antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal: Faktor Internal Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran. Faktor Psikologis. Setiap indivudu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar peserta didik. Faktor Eksternal Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengurhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini
  • 10. 16 meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi udara akan sangat berpengaruh dan akan sangat berbeda pada pembelajaran pada pagi hari yang kondisinya masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega. Faktor Instrumental. Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor- faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana dan guru Menurut Sunarto (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain: • Faktor Internal Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Diantara faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang antara lain: • Kecerdasan/intelegensi • Bakat • Minat • Motivasi • Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang tersebut. Yang termasuk faktor-faktor eksternal antara lain: • Keadaan lingkungan keluarga • Keadaan lingkungan sekolah • Keadaan lingkungan masyarakat.
  • 11. 17 3. Berkreasi Berkreasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti menghasilkan sesuatu sbg hasil buah pikiran; mencipta (v). Pengungkapan atau proses mencipta yaitu menghasilkan suatu bentuk karya yang mengandung maksud,gagasan,perasaan, dsb dari sipencipta. Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran Seni Budaya, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata pelajaran Seni Budaya pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya. Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhanperkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan: ―belajar dengan seni,‖ ―belajar melalui seni‖ dan ―belajar tentang seni.‖ Peran ini tidak dapat diberikan oleh mata pelajaran lain. Pendidikan Seni Budaya memiliki sifat multilingual,multidimensional, dan multikultural. Multilingual bermakna
  • 12. 18 pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagaicara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika. Sifat multikultural mengandung makna pendidikan seni menumbuh-kembangkankesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya nusantara dan mancanegara. Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan seseorang hidup secara beradab serta toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk. Pembelajaran berekspresi/berkreasi seni rupa adalah standar kompetensi pembelajaran seni rupa sesuai kurikulum mencipta karya seni rupa terapan sangat berkaitan erat dengan Pendidikan Kecakapan Hidup. Karena itu harus menjadi perhatian bagi siswa dan guru. Tentang pendidikan kecakapan hidup, pendidikan dasar diselenggarakan dengan menciptakan kondisi yang memungkinkan peserta didik memiliki pengalaman belajar yang sesuai dengan 4 pilar pendidikan yang ditetapkan oleh UNESCO, yaitu: 1) Learning to know (belajar untuk memahami dan memperoleh pengetahuan). Belajar untuk membangun pemahaman dan pengetahuan terhadap lingkungan sekitar; 2). Learning to do (belajar untuk berbuat kreatif). Belajar dengan pengalaman/ berbuat kreatif/melakukan/berekspresi; 3). Learning to live
  • 13. 19 together (belajar hidup dalam kebersamaan ). Belajar dalam kebersamaan/ berinteraksi dengan individu mapun kelompok secara bervariasi; Dan 4). Learning to be (belajar menjadi diri sendiri/belajar mengekspresikan diri berdasarkan: potensi, pemahaman, kreativitas dan kebersamaan). Belajar untuk memiliki kemampuan mengekspresikan diri berdasarkan pemahaman, kreativitas dalam kebersamaan/memahami diri sendiri dan membangun kepercayaan diri/menjadi diri sendiri. Dari kempat pilar pendidikan tersebut, lebih diarahkan memfasilitasi peserta didik berkembang menjadi diri sendiri (learning to be). Yaitu peserta didik berkembang sesuai dengan potensi dan minatnya yang pada akhirnya mampu secara mandiri bereksistensi dalam memenuhi kebutuhan hidup dan perkembangannya dalam kehidupan bermasyarakat. 4. Seni Rupa Perkembangan keilmuan seni rupa dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami perluasan ke arah wahana besar yang kita kenal sebagai budaya rupa (visual culture). Lingkup sesungguhnya tidak hanya cabang-cabang seni rupa yang kita kenal saja, seperti lukis, patung, keramik, grafis dan kriya, tapi juga meliputi kegiatan luas dunia desain dan kriya (kerajinan), multimedia, fotografi. Kamus Modern Bahasa Indonesia oleh Zain (1950), menerangkan bahwa yang masuk senirupa ialah seni lukis, seni pahat dan seni patung. Memang hingga kini dalam pemakaian populer, istilah ―senirupa‖ sering
  • 14. 20 digunakan dengan lingkup pengertian yang terbatas pada seni lukis, dan seni pahat atau seni patung. Akan tetapi pendidikan formal senirupa di Indonesia dalam perkembangannya telah memperluas lingkup pengertian istilah itu. Pendidikan tinggi seni rupa dapat menyelenggarakan sejumlah keahlian seperti seni grafis atau desain grafis atau komunikasi visual, desain industri atau desain produk,desain interior atau arsitektur interior, desain tekstil, seni keramik, seni lukis, seni patung dan seni kriya (kriya seni) kayu-logam-kulit- keramik dan sebagainya. Seni rupa di dalam Bahasa Inggris adalah fine art. Namun sesuai perkembangan dunia seni modern, istilah fine art menjadi lebih spesifik kepada pengertian seni rupa murni untuk kemudian menggabungkannya dengan desain dan kriya ke dalam bahasan visual arts. Seni rupa terapan dalam Bahasa Inggris adalah applied art. Artinya seni pakai atau seni rupa yang memiliki fungsi.Teknik yang digunakan dalam pembuatan karya seni rupa terapan kebanyakan masih tradisional dan dibuat dengan keterampilan tangan. Misalnya, untuk membuat keramik, seorang pengrajin keramik cukup menggunakan teknik putar dengan menggunakan alat yang terbuat dari kayu. Pengrajin ukir kayu cukup menggunakan alat pahat sederhana untuk mengukir. Teknik pembuatan karya seni rupa terapan terdiri atas karya seni rupa terapan dua dimensi dan tiga dimensi. Kita batasi pembahasan ini pada karya seni rupa terapan tiga dimensi.
  • 15. 21 5. Jenis-Jenis Karya Seni Rupa Terapan / seni kriya Hasil karya seni rupa terapan setiap daerah tidak sama. Setiap daerah memiliki ciri khas masing-masing. Benda-benda seni rupa terapan yang dihasilkan di berbagai daerah, di antaranya sebagai berikut. 1. Kerajinan batik Sejarah batik di Nusantara berkaitan dengan perkembangan Kerajaan Majapahit dan kerajaan sesudahnya. Kain batik dibuat dengan cara melukis dengan menggunakan canting dan kuas diatas kain dengan bahan lilin yangdipanaskan. Hasil proses membatik tersebut dinamakan batik tulis. 2. Kerajinan ukir Kerajinan ukir di Nusantara, antara lain berupa seni ukir kayu dan seni ukir logam. Daerah-daerah penghasil kerajinan ukir kayu di Nusantara, diantaranya adalah Jepara, Cirebon, Bali, Kalimantan, Papua, Madura, dan Sumatera. Kerajinan ukir logam terbuat dari perak, tembaga, emas, dan kuningan. Proses pembuatan kerajinan logam banyak menggunakan teknik cetak atau cor, tempa, toreh, dan penyepuhan. Daerah penghasil kerajinan logam di Nusantara, antara lain Jawa Tengah dan Yogyakarta. 3. Kerajinan anyaman
  • 16. 22 Anyaman banyak kita jumpai, baik berupa benda pakai maupun benda hias. Anyaman dibuat dari bahan alami dan bahan sintetis. Bahan- bahan alami yang digunakan, antara lain bambu, rotan, daun mendong, dan janur. Bahan-bahan sintetis yang digunakan, antara lain plastik, pita, dan kertas. Daerah penghasil kerajinan anyaman, antara lain Bali, Kudus, Kedu, Tasikmalaya, dan Tangerang. 4. Kerajinan tenun Tenun merupakan hasil kerajinan tradisional yang dibuatdengan teknik dan alat khusus. Kerajinan tenun banyak terdapat di Kalimantan, Minangkabau, Sumatra Utara, NTT, NTB, Lampung, Flores, Sulawesi, dan Palembang. Motif yang dibuat pun berlainan di setiap daerah. Berbagai motif tenun dari Palembang, antara lain mawar Jepang, cantik manis, bintang berantai, nago besaung, dan bunga cino. Ada dua jenis tenun, yaitu tenun ikat dan tenun songket. Keduanya berbeda dalam teknik dan bahan yangdigunakan. Berbeda dengan tenun ikat, pada songket mendapat tambahan benang emas yang diletakkan dengan teknik tusuk dan cukit. 5. Kerajinan wayang Wayang merupakan budaya asli Nusantara, yangceritanya berasal dari budaya Hindu India. Wayang dibuat untuk seni pertunjukan
  • 17. 23 sekaligus sebagai hiasan.Jenis wayang terdiri atas wayang kulit yang terbuat dari kulit kerbau dan wayang golek yang terbuat dari kayu. Daerah penghasil kerajinan wayang, di antaranya Bali, Yogyakarta, dan Surakarta. 6. Kerajinan keramik Keramik merupakan hasil karya seni kerajinan yang ber-bahan dasar dari tanah. Hasil kerajinan keramik sangatberagam, seperti vas bunga, guci, mangkuk, cangkir, dan lain-lain. Daerah penghasil kerajinan keramik yang terkenal di Nusantara, di antaranya Kasongan (Yogyakarta), Sompok, dan Mayong (Jepara). 7. Kerajinan topeng Topeng merupakan hasil karya seni kerajinan yangbisa digunakan untuk keperluan perlengkapan tari dan hiasan. Kerajinan topeng umumnya dibuat dari bahan kayu. Daerah penghasil kerajinan topeng di Nusantara,antara lain Yogyakarta, Cirebon, Bali, Surakarta, dan Bandung. Setiap daerah memiliki ciri khas topeng yang berbeda. Dalam Blog Media Budaya Nusantara Kata ‗Topeng‘, dalam bahasa yang lain adalah tapel, atapukan, tapuk, atau kedhok. Umumnya diartikan sebagai penutup muka. Arti tersebut sekaligus menunjukkan fungsinya yang sangat luas, menyangkut berbagai fungsi dalam kehidupan manusia. Berkaitan dengan seni, topeng biasanya
  • 18. 24 dipergunakan untuk kepentingan menari, bermain teater, film, dan seni pertunjukan lainnya. Akan tetapi juga bisa difungsikan untuk hal-hal yang tidak berkaitan dengan seni pertunjukan. Ia bisa berfungsi sebagai hiasan, souvenir, dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari, topeng (bukan sebagai benda seni) dipergunakan untuk berbagai kepentingan, misalnya sebagai pelindung, keamanan, kesehatan, mainan, dan sebagainya. Topeng, juga tidak hanya dipakai oleh manusia, akan tetapi juga sering dipakaikan pada binatang, seperti kera (dalam barangantopeng monyet), kuda (dalam seni Kuda Renggong), misalnya. Kata topeng, di daerah Cirebon dan sekitarnya–khususnya di daerah pantai utara Jawa Barat–mempunyai konotasi yang beragam. Makna semantiknya berbeda. Kata topeng, bukan berarti sebuah benda sebagai penutup muka, melainkan sebutan untuk berbagai identitas. Makna leksikalnya sebagai penutup muka, sebagaimana kamus bahasa Indonesia, disebut dengan istilah kedok. Oleh sebab itu, kata topeng di Cirebon dan sekitarnya, paling tidak mempunyai tiga pengertian:Pertama, berarti sebagai pertunjukan tari-tarian yang menggunakan kedok(Panji, Pamindo/Samba, Rumyang, Tumenggung, dan Klana) dan berlatar belakang cerita Panji. Pertunjukan topeng yang tidak berlatar belakang cerita Panji namun pemainnya mengenakan kedok, tidaklah lazim disebut ‗topeng‘ karena pertunjukan itu memiliki nama masing-masing, misalnya
  • 19. 25 wayang wong kedok atau wayang topeng, dan berokan.Kedua, artinya sama dengan penari, jika kata topeng itu dikaitkan dengan nama seseorang, misalnya menjadi ‗Topeng Rasinah‘, ‗Topeng Sujana‘, ‗Topeng Sawitri‘, ‗Topeng Menor‖, dan lain-lain. Oleh sebab itu, jika mereka bertanya: ―topenge sinten?‖, artinya mereka menanyakan: ―siapa penarinya?‖ Jika mereka berkata: ―ana topeng ning Slangit”, artinya ada pertunjukan tari topeng di Slangit.Ketiga, artinya menunjukkan gayataritopeng, jika kata tersebut dikaitkan dengan nama daerah tempat asal penari topeng itu. Misalnya: topeng Cirebon, topeng Indramayu, topeng Subang, topeng Slangit, topeng Losari, topeng Pekandangan, topeng Jati, topeng Beber, dan sebagainya.Dalam bahasa Inggris, istilah topeng sama dengan ‖personality (kepribadian) yang berasal dari bahasa Latin persona, aslinya berarti topeng yang dipakai seorang aktor sandiwara sewaktu ia naik ke pentas untuk memainkan perannya. Topeng membawakan ciri atau wajah peran tersebut, ciri seseorang (laki-laki atau perempuan), pembantu atau majikan, sedangkan aktor yang berada di balik topeng tetap tidak dikenal, pada dasarnya terpisah dari drama yang dimainkannya.Pada awalnya, istilah pesona dalam pengertian ―kepribadian‖ berarti orang-orang yang hanya menirukan apa yang menampakkan diri mereka di atas panggung. Kata tersebut berkonotasi, bahwa kepribadian adalah topeng dari peran seseorang dalam komedi
  • 20. 26 atau tragedi hidup dan tidak identik dengan sang aktor. Pesonabukan sebuah manifestasi sifat yang sebenarnya, tetapi merupakan tirai.Topeng itu memperlihatkan watak peran yang dimainkan, sedangkan si aktor di belakang topeng tetap tersembunyi dan tak dikenal, jauh dari emosi yang diperlihatkan topeng tersebut. Peran-peran itu seperti tutup luar, atau ‖topeng-topeng‖,yang menyembunyikan atau melindungi proses pikiran sadar internal kita dari tatapan orang lain. Persona bisa dianggap sebagai lapisan luar (atau beberapa lapisan pertama) bawang merah yang kering yang harus dikupas sebelum kita bisa sampai pada bagian bawang yang pada kenyataannya dapat kita makan.Dengan demikian, kata topeng sebagai representasi dan kata topeng sebagai objek, bagi orang Cirebon menghasilkan interpretasi yang dalam pengertian umum dapat dikatakan kurang lazim. Ketidak-laziman ini dapat diterima jika mengacu pada proses semiosis sebagai signifikasi. Jika interpretasi dari kata topeng itu jauh melenceng dari makna leksikalnya—yakni sebagai penutup muka untuk menyembunyikan, atau melindungi diri—juga mudah dipahami, karena orang Cirebon dan Indramayu misalnya, juga berhak merumuskan sendiri arti kata tersebut. Dengan demikian, maka sebutan topeng di daerah Cirebon khususnya, dan disekitar pantai utara Jawa Barat, tidaklah denotatif melainkan konotatif. Bahkan di daerah Subang, Karawang, Bekasi, sampai ke daerah Banten, pertunjukan tari yang tidak
  • 21. 27 memakai kedok pun disebut juga topeng, misalnya Topeng Ubrug, Topeng Banjet, dan lain-lain. Penelitian Tindakan Kelas ini dibatasi pada berkreasi seni rupa membuat topeng berbahan kertas. Membuat topeng dipilih karena lebih mudah pembuatannya dan mudah mendapatkan bahannya. Kertas adalah bahan relatif baru (produk pabrik), yang digunakan untuk membuat topeng. Topeng kertas bukan hanya dipakai untuk topeng-topeng modern, atau topeng-topeng mainan anak, melainkan juga untuk topeng-topeng tradisional atau ―betulan‖. Topeng- topeng besar seperti ondel-ondel, liong, barongsay umumnya dibuat dari kertas dalam rangka bambu atau rotan sehingga kuat dan ringan. Suanda (2004) mengatakan bahwa topeng kertas bukanlah merupakan topeng-topeng mainan, melainkan digunakan pula oleh seniman-seniman profesional, jika pembuatannya dilakukan dengan teliti, topeng kertas bisa tampak seperti kayu, bahkan jika topeng tersebut tidak terkena air, dapat tahan puluhan tahun. a. Membuat Topeng Kertas Membuat topeng kertas termasuk ke dalam pokok bahasan membentuk. Topeng dapat dibuat dengan cara: (1) memakai cetakan, dan (2) tidak memakai cetakan. 1) Membuat topeng yang memakai cetakan.Tentu saja tahap pertama ialah membuat model cetakan (dari bahan lunak, misalnya tanah liat, atau plastisin). Setelah itu barulah menempeli cetakan itu dengan
  • 22. 28 lembaran kecil-kecil kertas koran bekas yang dibasahi terlebih dulu. Selanjutnya dibalur lem putih/kanji untuk kemudian ditempeli lagi potongan kecil kertas koran secara berulang-ulang hingga tebal. Lapisan tempelan itu bisa 7 atau 8 lapisan. Setiap lapisan dibubuhi lem putih. Setelah sehari kering, barulah kita lepaskan topeng itu dari cetakan. Perlu diperhatikan, agar topeng mudah dibuka dari cetakan, maka cetakan terlebih dahulu harus dibalur oleh minyak (stempet, mentega, atau oli). Jika topeng ingin lebih menarik, tentu saja memerlukan pengecatan. Di sinilah siswa juga melakukan kegiatan menggambar dekoratif pada permukaan topeng. Jadi dua pokok bahasan dapat diterapkan pada satu topik kegiatan yaitu membuat topeng. 2) Cara membuat topeng yang kedua lebih mudah karena tanpa harus membuat cetakan. Pertama, siapkan bahan karton tebal (jenis dupleks atau karton dus bekas) seukuran kuarto/A4 atu selebar wajah. Setelah itu ukurkanlah kertas itu dengan lebar wajah anak (yang membuatnya). Jiplak dan guntinglah bentuk dasar wajah it u. Kini karton tersebut tinggal digambari dengan spidol atau cat untuk bentuk mata, hidung dan mulut. Letak bagian -bagian wajah ini harus tepat sesuai wajah yang membuatnya. Untuk membuat hidung, perlu ditambah dengan menempelkan bagian karton lain yang dibentuk
  • 23. 29 limas segi-3 (seperti bentuk hidung). Jangan lupa mata dan hidung dilubangi dengan pisau/gunting. Sebagai langkah terakhir ialah pengecatan topeng. Proses terakhir ini merupakan kegiatan menggambar dekoratif, sebab tujuannya untuk menghiasi topeng wajah dengan spidol warna, cat air, cat poster, atau krayon. 6. Metode Eksperimen (Eksperimental) a. Pengertian Metode Eksperimen Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen siswa diberikan kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek keadaan atau proses tertentu. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1995) metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari.Metode eksperimen berbeda dengan metode demonstrasi. Kalau metode demonstrasi hanya menekankan pada proses terjadinya dan mengabaikan hasil, sedangkan pada metode eksperimen penekanannya adalah kepada proses sampai kepada hasil. b. Ketentuan Pemakaian metode Eksperimen.
  • 24. 30 Menggunakan metode eksperimen dalam proses pembelajarandikatakan tepat bila: 1) Ingin memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat mengalami sendiri, mengikutisuatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek keadaan atau proses tertentu. 2) Menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir rasional dan ilmiah siswa dalam proses pembelajaran. 3) Guru menginginkan agar siswa mencoba mengerjakan sesuatu, mengamati proses dan hasil percobaan. c. Kelebihan metode Eksperimen Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku. 1) Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi. 2) Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
  • 25. 31 3) Anak didik memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam melakukan eksperimen. 4) Siswa terlibat aktif mengumpulkan fakta dan informasi yang diperlukan untuk percobaan. 5) Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir ilmiah. 6) Dapat memperkaya pengalaman dan berpikir siswa dengan hal-hal yang bersifat objektif, realitas dan menghilangkan verbalisme d. Kekurangan Metode Eksperimen. 1) Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkantidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen. 2) Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran. 3) Kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru dalam bereksperimen berakibat siswa keliru dalam mengambil kesimpulan 4) Sering mengalami kesulitan dalam melaksanakan eksperimen karena guru dan siswa kurang berpengalaman melakukan eksperimen.
  • 26. 32 5) Kesalahan dan kegagalan siswa yang tidak terdeteksi oleh guru dalam bereksperimen berakibat siswa keliru dalam mengambil keputusan. e. Hal yang perlu diperhatikan. Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa. 2) Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih. 3) Dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu. 4) Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga
  • 27. 33 kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu. 5) Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan social dan keyakinan manusia. 6) Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bisa diadakan percobaan karena alatnya belum ada. B. Hasil Penelitian yang Relevan Skripsi ini di landasi dan di ilhami dari penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Asim Sulistyo, S.Pd, guru SMP Negeri 3 Bayat Kabupaten Klaten dengan judul PTK “Meningkatkan Prestasi Belajar Seni Rupa Terapan Melalui Seni Mencetak Pot Bunga Siswa Kelas Viii Smp Negeri 3 Bayat Tahun Pelajaran 2011/2012‖ dan hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran seni mencetak pot bunga. Tapi disini penulis menitik beratkan dalam penggunaan metode eksperimental. C. Kerangka Konseptual Selama ini hasil belajar siswa belum sesuai dengan yang diharapkan. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran berkreasi seni rupa maka pembelajaran dilaksanakan dengan memakai metode yang berbeda dari
  • 28. 34 sebelumnya, yaitu metode eksperimental. Agar penggunaan metode eksperimental ini dapat berjalan dengan baik maka dapat dilaksanakan melalui Penelitian Tindakan Kelas. Langkah langkah penelitian tindakan kelas adalah : 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Pengamatan 4. Refleksi Kerangka Konseptual Refleksi Tindakan Penggunaan metode eksperimental perencanaan Pengamatan Hasil Belajar siswa Mata Pelajaran Seni Budaya Pembelajaran berkreasi seni rupa
  • 29. 35 5. Hipotesis Tindakan Menurut Muhammad Nazir(1988 : 182) dalam bukunya berjudul Methode Penelitian menyatakan Hipotesa tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris, hipotesa adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta perpaduan dari verifikasi. Hipotesa adalah keterangan sementara dari fenomena-fenomena yang komplek. Trelease(dalam Nazir : 1988) memberikan definisi hipotesa sebagai suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang dapat diamati. Dalam penelitian ini peneliti mengajukan hipotesis tindakan yaitu : 1. Ada peningkatan kreatifitas siswa dalam pembelajaran berkreasi seni rupa menggunakan metode eksperimental. 2. Ada peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran berkreasi seni rupa menggunakan metode eksperimental.