1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi, pesatnya perkembangan sains dan teknologi
dalam kehidupan masyarakat dewasa ini menuntut manusia untuk semakin
bekerja keras menyesuaikan diri dalam segala aspek kehidupan. Salah
satunya adalah aspek pendidikan yang sangat menentukan maju
mundurnya suatu kehidupan bangsa ditengah ketatnya persaingan jaman.
Aspek pendidikan yang koheren dengan perkembangan jaman adalah
pendidikan sains. Pendidikan sains memiliki peran yang penting dalam
menyiapkan anak memasuki dunia kehidupannya.
Mudzakir (dalam Marta, 2013) mengungkapkan bahwa pendidikan
sains memiliki potensi yang besar dan berperan strategis dalam
menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi era
industrialisasi dan globalisasi. Potensi ini akan dapat terwujud jika
pendidikan sains mampu melahirkan siswa yang cakap dalam bidangnya
dan berhasil menumbuhkan kemampuan berfikir logis, berfikir kreatif,
kemampuan memecahkan masalah, bersifat kritis, menguasai teknologi
serta adaptif terhadap perubahan dan perkembangan jaman. Dengan
demikian proses pendidikan sains diharapkan mampu membentuk manusia
yang melek sains (literasi sains) dan teknologi seutuhnya.
Istilah literasi sains pertama kali diperkenalkan oleh Paul de Hurt
dari Stanford University. Hurt mendefinisikan literasi sains dan
mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarakat (Fitriyanti, 2007). Secara
harfiah literasi berasal dari kata literacy yang berarti melek huruf atau
gerakan pemberantasan buta huruf (Nurkhoti’ah, 2005). Kata sains berasal
dari science yang berarti ilmu pengetahuan.
2. 2
Literasi sains didefinisikan dalam PISA (Program for International
Student Assesment), (2009) sebagai pengetahuan sains seseorang untuk
mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan
fenomena sains dan menarik kesimpulan tentang sains yang berhubungan
dengan isu-isu, pemahaman tentang ciri karakteristik dari ilmu sebagai
bentuk pengetahuan manusia dan penyelidikan, kesadaran bagaimana sains
dan teknologi membentuk intelektual, lingkungan budaya, dan
kesediaanya untuk terlibat dengan masalah yang terkait dengan sains serta
dengan ide-ide pengetahuan tersebut menjadi warga negara yang tanggap.
Literasi sains dianggap suatu hasil belajar kunci dalam pendidikan pada
usia 15 tahun bagi semua siswa, karena anak usia 15 tahun sudah
seyogyanya menentukan pilihan karier dan ikut serta mengambil peran
dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Rahmawati, 2012).
Pengukuran literasi sains tidak hanya digunakan untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman siswa terhadap pengetahuan sains, tetapi juga
pemahaman terhadap berbagai aspek proses sains, serta kemampuan
mengaplikasikan pengetahuan dan proses sains dalam situasi nyata.
Pengukuran literasi sains pertama kali dilakukan pada tahun 2000 oleh
PISA yang diteruskan secara berkala setiap 3 tahun sekali. Hasil
pengukuran literasi sains terakhir PISA pada tahun 2009 yang
publikasikan oleh OECD (Organization For Economic Cooperation and
Development) menunjukkan bahwa tingkat literasi sains siswa Indonesia
masih rendah. Dimana Indonesia menduduki peringkat ke-66 dari 74
negara anggota OECD dengan skor rata-rata 383. Pada tahun berikutnya,
berdasarkan Trends in International Matematics and Science Study
(TIMSS) tahun 2012 Indonesia berada di posisi 38 dari 42 negara, dan
peringkat Programme for International Study Assessment (PISA)
Indonesia berada di urutan 64 dari 65 negara.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa mutu pendidikan bangsa
Indonesia masih sangat rendah di dunia bahkan di ASEAN sekalipun.
Sehingga pengukuran literasi sains penting untuk mengetahui sejauh mana
3. 3
kemelekan siswa terhadap konsep-konsep sains yang telah dipelajari. Oleh
karena itu pendidikan sains disekolah diharapkan mampu memfasilitasi
masyarakat yang berliterasi sains. Dalam hal ini peneliti akan
mengidentifikasi literasi sains siswa khususnya di Kabupaten Pati.
Kabupaten Pati merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa
Tengah secara geografis terletak di 110º,15-111º,15’BT dan 6º,25-7º,00’
LS dengan luas wilayah keseluruhan 150.368 ha yang terbagi menjadi 21
Kecamatan dan 405 Desa, 5 Kelurahan, 1106 Dukuh serta 1474 RW dan
7524 RT yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Jepara dan Laut
Jawa di sebelah utara, Kabupaten Grobogan, dan Kabupaten Blora di
sebelah selatan, Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara di sebelah barat,
serta Kabupaten Rembang dan Laut Jawa di sebelah timur (Perda Pati).
Dari segi letaknya Kabupaten Pati merupakan daerah yang strategis di
bidang ekonomi, sosial, budaya dan memiliki potensi sumber daya alam
serta sumber daya manusia yang dapat dikembangkan dalam semua aspek
kehidupan masyarakat.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara (Risnawati, 2010).
Kualitas pendidikan SMP di Kabupaten Pati cukup memiliki
potensi yang luar biasa dalam mencetak generasi bangsa dalam hal
pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan prestasi yang membanggakan
bahwa UN 2014/2015 mampu menempatkan Kabupaten Pati di peringkat
atas dengan hasil terbaik, yaitu dengan urutan peringkat ke-9 se-Jawa
Tengah. Tetapi dilansir dalam media online (Koran Muria pada hari Jumat
13/11/2015) angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten
Pati menurun drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Angka Indeks
4. 4
Pembangunan Manusia (IPM) yaitu angka pengukuran perbandingan dari
harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup untuk semua
wilayah seluruh Indonesia. Angka IPM di Kabupaten Pati pada tahun 2014
tercatat 22, sedangkan tahun sebelumnya berada di posisi 12. Anjloknya
IPM tersebut sedikit banyak merupakan imbas dari kualitas pendidikan di
Pati Bumi Mina Tani. Untuk itu Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten
Pati dimintai untuk dapat meningkatkan kualitas peserta didik yang pada
akhirnya meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sehingga
tidak akan memberikan dampak yang buruk terhadap kualitas pendidikan
di Kabupaten Pati.
Berdasarkan latar belakang tersebut, diperlukanlah pengkajian
terhadap kualitas pendidikan siswa SMP se-Kabupaten Pati untuk
mengidentifikasi seberapa besar tingkat pengetahuan yang dimiliki siswa
dalam mengkaji fenomena ilmiah. Maka disusunlah studi tentang “Profil
Kualitas Literasi Sains Siswa SMP Se-Kabupaten Pati.” Dengan
permasalahan yang ada Penulis ingin menganalisis agar didapatkan Profil
Kualitas Literasi Sains Siswa SMP Se-Kabupaten Pati dengan cara
melakukan pengambilan data yang bertujuan untuk mendapatkan
informasi. Selain itu, Penulis mencoba memberi masukan terhadap
masing-masing SMP di Se-Kabupaten Pati agar dapat turut berperan
dalam meningkatkan kompetensi siswa khususnya dalam mengkaji
fenomena ilmiah dengan menggunakan fakta-fakta ilmiah. Karena pada
dasarnya persiapan siswa sebagai generasi yang unggul dalam percaturan
abad ke-21 memerlukan kerjasama berbagai pihak yang saling terintegrasi.
Sehingga persoalan pendidikan dapat diselesaikan sesuai dengan visi, misi,
dan program untuk membangun masyarakat dan bangsa kita menjadi lebih
maju dan berkualitas.
5. 5
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang
akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah profil kualitas
literasi sains siswa SMP Se-Kabupaten Pati?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui profil kualitas
literasi sains siswa SMP Se-Kabupaten Pati.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dan kegunaan secara
langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan terutama
pada peningkatan kemampuan dalam mengidentifikasi masalah ilmiah.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi peneliti, dapat memberikan wawasan baru atas pengetahuan
dan penerapan ilmu yang dimiliki sehingga dapat memahami
bagaimana kemampuan siswa berkaitan dengan literasi sains.
2. Bagi siswa, diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk
meningkatkan kemampuan berfikir ilmiah dalam mengidentifikasi
masalah ilmiah dan juga dapat membantu siswa mengembangkan
potensi yang dimiliki.
3. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat membantu guru dalam
meningkatkan kemampuan siswa berkaitan dengan literasi sains.
4. Bagi sekolah, dapat memberikan sumbangan ide sehingga
membantu memperbaiki proses pembelajaran IPA yang lebih
berkualitas, trampil dan kreatif.
6. 6
5. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat memberi dan menambah
wawasan pengetahuan serta sebagai acuan untuk melakukan
penelitian yang berkaitan dengan literasi sains.
E. Definisi Istilah
Istilah dalam penelitian ini digunakan untuk mempermudah
pemahaman dan menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka
penulis memberikan batasan suatu definisi istilah yang dijelaskan:
1. Literasi
Istilah literasi sains atau literacy pertama kali diperkenalkan
oleh Paul de Hurt dari Stanford University. Hurt mendefinisikan
literasi sains sebagai tindakan memahami sains dan
mengaplikasikannya bagi kebutuhan masyarakat (Fitriyanti, 2007).
Secara harfiah literasi berasal dari kata literacy yang berarti melek
huruf atau gerakan pemberantasan buta huruf (Nurkhoti’ah, 2005).
Bukhori (2005) menyatakan bahwa literasi berarti kemampuan
membaca dan menulis atau melek aksara.
2. Sains
Kata sains berasal dari science yang berarti ilmu pengetahuan.
Sains merupakan ilmu pengetahuan pada umumnya yang bersifat
sistematis yang diperoleh dari suatu observasi, penelitian, dan uji coba
yang mengarah pada penentuan sifat dasar atau prinsip sesuatu yang
sedang diselidiki atau dipelajari. Sains juga merupakan pengetahuan
hasil kegiatan manusia yang diperoleh melalui metode tertentu.
3. Literasi Sains
Literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan
pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik
kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta
membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang
dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (Firman, 2007).