SlideShare a Scribd company logo
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi tidak akan lepas dari perkembangan dalam
bidang IPA. Perkembangan dari bidang IPA tidak mungkin terjadi bila tidak
disertai dengan peningkatan mutu pendidikan IPA, sedangkan selama ini
pelajaran IPA dianggap sebagai pelajaran yang sulit. Hal ini dapat dilihat dari
Nilai mata pelajaran IPA yang rata-rata masih rendah bila dibandingkan dengan
pelajaran lainnya. Ini Menunjukkan masih rendahnya mutu pelajaran IPA.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau
cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi
belajar siswa khususnya pelajaran IPA. Misalnya dengan membimbing siswa
untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu
membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih
menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan.
Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat
menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu,
guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan
itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar.
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar
rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar.
Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya
membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa
untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang
berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep IPA.
Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan akademik,
motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari
suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh menyerap informasi yang
disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan
menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu,
sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapan materi itu dengan lebih baik.
Tugas penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi
siswa (Nur, 2001: 3). Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai
materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian materi
yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan penguasaan
materi yang optimal bagi siswa.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah
satu model pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan terbimbing untuk
mengungkapkan apakah dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing
dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar IPA. Penulis memilih
metode pembelajaran ini mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan,
mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran (Siadari, 2001:
4). Dalam metode pembelajaran penemuan terbimbingn siswa lebih aktif dalam
memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau
memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang membuktikan
bahwa hasil belajar siswa dengan menerapkan metode pembelajaran penemuan
terbimbing lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajar dengan metode
pembelajaran konvensional. (Siadari, 2001:68). Menurut hasil penelitian Arif
Kurniawan (2002) menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
metode pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa, yang ditandai dengan peningkatan prestasi belajar siswa setiap putaran.
Serta dengan menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing terjadi
peningkatan pola berpikir kritis dan kreatif pada kelas yang berdampak positif
terhadap hasil belajar yang dicapai lebih baik daripada tanpa diberi metode
pembelajaran serupa (Lestari, 2002). Dari beberapa hasil penelitian tersebut
membuktikan bahwa metode pembelajaran penemuan terbimbing sangat erat
digunakan dalam kegiatan pembelajaran terutama kegiatan pembelajaran IPA.
Dari latar belakang di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil
judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Dengan Metode Pembelajaran
Penemuan Terbimbing Pada Siswa Kelas IV SDN ABC Jakarta Pusat Tahun
Pelajaran 2008/2009”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya
metode pembelajaran penemuan terbimbing pada siswa Kelas IV SDN ABC
Jakarta Pusat tahun pelajaran 2008/2009?
2. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran penemuan terbimbing terhadap
motivasi belajar siswa pada siswa Kelas IV SDN ABC Jakarta Pusat tahun
pelajaran 2008/2009?
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak kabur, maka diperlukan
pembatasan masalah yang meliputi:
1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas IV SDN ABC Jakarta Pusat
tahun pelajaran 2008/2009.
2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Okotober semester ganjil tahun
palajaran 2008/2009.
3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan bagian-bagian tumbuhan.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya
metode pembelajaran penemuan terbimbing pada siswa Kelas IV SDN ABC
Jakarta Pusat tahun pelajaran 2008/2009
2. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode
pembelajaran penemuan terbimbing pada siswa Kelas IV SDN ABC Jakarta
Pusat tahun pelajaran 2008/2009
E. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat:
1. Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan
materi pelajaran IPA.
2. Meningkatkan motivasi pada pelajaran IPA
3. Mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi IPA.
F. Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu
didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Metode penemuan terbimbing adalah:
Suatu metode pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar guru
memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi-informasi
yang secara tradisional bisa diberitahukan atau diceramahkan saja.
2. Motivasi belajar adalah:
Daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan
kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. Motivasi
mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.
3. Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,
setelah siswa mengikuti pelajaran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat IPA
IPA didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi
juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan
ilmiah menekankan pada hakikat IPA.
Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2001:7)
adalah sebagai berikut:
1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam
bentuk angka-angka.
2. Observasi dan eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami
konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.
3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa
misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan
asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam
yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.
4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang
lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari
penemuan sebelumnya.
Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan
metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.
5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA, dimana
konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan
metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil
(produk).
B. Proses Belajar Mengajar IPA
Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau
unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling
berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman,
2000:5).
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu
berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai
dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses
belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya,
keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa,
dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000:5).
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab
moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam
kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan
anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.
Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar
mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru
dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik
antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses
belajar mengajar (Usman, 2000:4).
Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam, proses
belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan kegiatan
perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program tindak
lanjut (dalam Suryabrata, 1997:18).
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar
mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,
pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu
pengajaran IPA.
C. Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Metode pembelajaran penemuan adalah suatu metode pembelajaran
dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya
menemukan sendiri informasi-informasi yang secara tradisional bisa
diberitahukan atau diceramahkan saja (Suryabrata, 1997:1972). Metode
pembelajaran ini merupakan suatu cara untuk menyampaikan ide/gagasan melalui
proses menemukan. Fungsi pengajar disini bukan untuk menyelesaikan masalah
bagi peserta didiknya, melainkan membuat peserta didik mampu menyelesaikan
masalah itu sendiri (Hudojo, 1988, 114). Metode pembelajaran yang ekstrim
seperti ini sangat sulit dilaksanakan karena peserta didik belum sebagai ilmuwan,
tetapi mereka masih calon ilmuwan. Peserta didik masih memerlukan bantuan
dari pengajar sedikit demi sedikit sebelum menjadi penemu yang murni. Jadi
metode pembelajaran yang mungkin dilaksanakan adalah metode pembelajaran
penemuan terbimbing dengan demikian kegiatan belajar mengajar melibatkan
secara maksimum baik pengajar maupun pesertra didik.
Seperti uraian di atas bahwa penemuan terbimbing (Guided Discovery)
merupakan salah satu dari jenis metode pembelajaran penemuan. Oleh Howe
(dalam Hariyono, 2001:3) menyatakan bahwa penemuan terbimbing tidak hanya
sekedar keterampilan tangan karena pengalaman, kegiatan pembelajaran dengan
model in tidak sepenuhnya diserahkan pada siswa, namum guru masih tetap ambil
bagian sebagai pembimbing. Penemuan terbimbing merupakan suatu metode
pembelajaran yang tidak langsung (Indirect Instuction). Siswa tetap memiliki
porsi besar dalam proses penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.
Menurut Soedjadi (dalam Purwaningsari, 2001:1) metode pembelajaran
penemuan terbimbing adalah metode pembelajaran yang sengaja dirancang
dengan menggunakan pendekatan penemuan. Para siswa diajak atau didorong
untuk melakukan kegiatan eksperimental, sedemikian sehingga pada akhirnya
siswa dapat menemukan sesuatu yang diharapkan.
Dalam pembelajaran penemuan terbimbing tugas guru cenderung menjadi
fasilitator. Tugas ini tidaklah mudah, lebih-lebih kalau menghadapi kelas besar
atau siswa yang lambat atau sebaliknya amat cerdas. Karena itu sebelum
melaksanakan metode pembelajaran dengan penemuan ini guru perlu benar-benar
mempersiapkan diri dengan baik. Baik dalam tiap hal pemahaman konsep-konsep
yang akan diajarkan maupun memikirkan kemungkinan yang akan terjadi di kelas
sewaktu pembelajaran tersebut berjalan. Dengan kata lain guru perlu
mempersiapkan pembelajaran dengan cermat, Soedjadi (dalam Purwaningsari,
2001:18).
Keuntungan dan kelemahan metode pembelajaran penemuan terbimbing.
1. Keuntungan metode pembelajaran penemuan terbimbing
Menurut Siadari (2001:26) keuntungan dari pembelajaran metode
pembelajaran penemuan terbimbing adalah:
a. Pengetahuan ini dapat bertahan lama, mudah diingat dan mudah
diterapkan pada situasi baru.
b. Meningkatkan penalaran, analisis dan keterampilan siswa
memecahkan masalaha tanpa pertolongan orang lain.
c. Meningkatkan kreatifitas siswa untuk terus belajar dan tidak hanya
menerima saja.
d. Terampil dalam menemukan konsep atau memecahkan masalah.
2. Kelemahan dalam penemuan konsep atau memecahkan masalah.
Adapun kelemahan metode pembelajaran penemuan terbimbing menurut
Ruseffendi (dalam Siadari, 2001:26) adalah sebagai berikut:
a. Tidak semua materi dapat disajikan dengan mudah, menggunakan
metode pembelajaran penemuan terbimbing.
b. Proses pembelajaran memerlukan waktu yang relatif lebih banyak.
c. Bukan merupakan metode pembelajaran murni, maksudnya tidak
dapat berdiri sendiri (hanya dapat digunakan jika ada keterlibatan metode
lain misal ekspositori, ceramah, dan lain sebagainya).
Sintak penemuan terbimbing menurut Arends (dalam Haryono, 2001:25),
dapat ditabelkan sebagai berikut:
Tabel 2.1. Sintaks Penemuan Terbimbing Model Arends
No Fase-fase Kegiatan Guru
1 Menyampaikan tujuan,
mengelompokkan dan menjelaskan
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
serta guru menjelaskan aturan dalam metode
prosedur discovery pembelajaran dengan penemuan terbimbing
2 Guru menyampaikan suatu
masalah
Guru mejelaskan masalah secara sederhana
3 Siswa memperoleh data
eksperimen
Guru mengulangi pertanyaan pada siswa
tentang masalah dengan mengarahkan siswa
untuk mendapat informsi yang membantu
proses inquiry dan penemuan
4 Siswa membuat hipotesis dan
penjelasan
Guru membantu siswa dlam membuat prediksi
dan mempersiapkan penjelasan masalah
5 Analisis proses penemuan Guru membimbing siswa berfikir tentang
proses intelektual dn proses penemuan dan
menghubungkan dengan pelajaran lain.
Dari tabel di atas terlihat jelas bahwa guru dalam metode pembelajaran
penemuan terbimbing adalah sebagai pembimbing siswa dalam nenemukan
konsep.
D. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan sesuatu, atau keadaan seserang atau organisme yang menyebabkan
kesiapan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau
perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-
motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang
mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan
tertentu (Usman, 2000:28).
Sedangkan menurut Djamarah (2002:114) motivasi adalah suatu
pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk
aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi
sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam
belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan
yang diungkapkan oleh Nur (2001:3) bahwa siswa yang termotivasi dalam
belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam
mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan
mateti itu dengan lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
2. Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu,
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan
sesuatu atau belajar (Usman, 2000:29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002:115), motivasi instrinsik
adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994:105) ada beberapa strategi
dalam mengajar untuk membangun motivasi intrinsik. Strategi tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.
2) Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas
yang pokok.
3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas
dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah.
4) Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.
5) Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik
adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik
dalam dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang
tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang
lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan
sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh
oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya (Usman,
2000:29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002:117), motivasi ekstrinsik
adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-
motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam
menumbuhkan motivasi instrinsik antata lain:
1) Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan
diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha
memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan
mengatasi prestasi orang lain.
2) Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal
kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu
menyampaikan kepada siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan
demikian siswa berusaha untuk mencapai TIK tersebut.
3) Tujaun yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan.
Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang
bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakuakan
sesuatu perbuatan.
4) Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa
puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan
kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian,
guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk
meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan
guru.
5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat
yang besar.
6) Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau
belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti
dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada
ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan
ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia
mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan
motivasi yang kuat bagi siswa.
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi ekstrinsik adalah
motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya
perangsang dari laur, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai
yang tinggi, dan lain sebagainya.
E. Prestasi Belajar IPA
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.
Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik
menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang
dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah.
Menurut Poerwodarminto (1991:768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai
(dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan,
hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta
perjuangan yang membutuhkan pikiran.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang
dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah
siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat
diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk
mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan
oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru
dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi
belajar IPA adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melibatkan secara
langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif
(pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses
belajar mengajar IPA.
F. Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap Metode Pembelajaran
Penemuan Terbimbing
Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat
sesuatu dalam mencapai tujuan tertetntu. Siswa yang termotivasi untuk belajar
sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari
materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu
dengan lebih baik (Nur, 2001:3). Sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah
siswa itu melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan metode pembelajaran penemuan terbimbing adalah suatu
metode pembelajaran yang memberikan kesempatan dan menuntut siswa terlibat
secara aktif di dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan memberikan
informasi singkat (Siadari, 2001:7). Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar
penemuan terbimbing akan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih
baik dan meningkatkan siswa dan kemampuan berfikir secara bebas. Secara
umum belajar penemuan terbimbing ini melatih keterampilan kognitif untuk
menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Selain itu,
belajar penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk
bekerja sampai menemukan jawaban (Syafi’udin, 2002:19).
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya
motivasi dalam pembelajaran metode pembelajaran penemuan terbimbing
tersebut maka hasil-hasil belajar akan menjadi optimal. Makin tepat motivasi
yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan motivasi yang
tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan tingi pula. Jadi motivasi akan
senantiasa menentukan intesitas usaha belajar siswa. Hasil ini akan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
G. Kerangka Teori
1. Metode penemuan terbimbing adalah:
Suatu metode pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar guru
memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi-informasi
yang secara tradisional bisa diberitahukan atau diceramahkan saja.
2. Motivasi belajar adalah:
Daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan
kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. Motivasi
mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan.
3. Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,
setelah siswa mengikuti pelajaran.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena
penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian
ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu
teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Sukidin dkk. (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan,
yaitu:(1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif,
(3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4) penelitian tindakan sosial
eksperimental.
Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan
perbedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbolah,
(dalam Sukidin, dkk. 2002:55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada:(1)
tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti
dan peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan dalam melakukan penelitian, dan (4)
hubungan antara proyek dengan sekolah.
Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru
sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini,
tujuan utama penelitian tindakan Kelas IValah untuk meningkatkan praktik-praktik
pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam
proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam
penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat kecil.
Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang
berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model
penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu
siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini
berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.
A. Rancangan Penelitian
Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-
hal yang terjadi dimasyarakat atau sekolompok sasaran, dan hasilnya langsung
dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, 2002:82). Ciri
atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan
kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tidakan
adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata
dalam bentuk proses pengembangan invovatif yang dicoba sambil jalan dalam
mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang
terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.
Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip
sebagai berikut:
1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-
benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam
jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.
2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak
boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.
3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih
dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga.
4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah dari
tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap
penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.
5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang
berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan
terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi
tantangan sepanjang waktu. (Arikunto, 2002:82-83).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan,
maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan
Taggart (dalam Arikunto, 2002: 83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu
ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action
(tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada
siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direfisi, tindakan, pengamatan,
dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian
tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3.1 Alur PTK
Refleksi
Tindakan/
Observasi
Refleksi
Refleksi
Tindakan/
Observasi
Tindakan/
Observasi
Rencana yang
direfisi/Siklus 3
Rencana
awal/Siklus 1
Rencana yang
direfisi/Siklus 2
Penjelasan alur di atas adalah:
1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun
rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di
dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil
atau dampak dari diterapkannya metode pengajaran berbasis tugas proyek.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang
diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direfisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat
membuat rangcangan yang direfisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2, dan 3, dimana
masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahasa satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir
masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki
sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di
SDN ABC Jakarta Pusat tahun pelajaran 2008/2009.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober
semester ganjil 2008/2009.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas IV SDN ABC Jakarta Pusat
tahun pelajaran 2008/2009 pokok bahasan bagian-bagian tumbuhan.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan Kelas ini terdiri dari tiga siklus.
Masing-masing siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai,
seperti yang telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Untuk mengetahui
permasalahan efektivitas pembelajaran ilmu pengetahuan alam di SDN ABC
Jakarta Pusat dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan
guru selain itu diadakan diskusi antara guru sebagai peneliti dengan para
pengamat sebagai kolaborator dalam penelitian ini. Melalui langkah-langkah
tersebut akan diapat ditentukan bersama-sama antara guru dan pengamat untuk
menetapkan tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan efektivitas
pembelajaran ilmu pengetahuan alam.
Berdasarkan hasil diskusi dengan para kolabotor, maka langkah yang
paling tepat untuk meningkatkan pembelajaran adalah dengan meningkatkan
motivasi, aktivitas dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka tindakan yang paling tepat adalah dengan
mengembangkan keterampilan intelektual siswa.
Dengan berpedoman pada refleksi awal tersebut, maka prosedur
pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi: (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi dalam setiap siklus.
Secara rinci prosedur penelitian tindakan ini dijabarban dalam uraian
berikut ini.
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini kegiatannya meliputi:
a. Peneliti dan pengamat menetapkan alternatif peningkatan efektivitas
pembelajaran ilmu pengetahuan alam.
b. Peneliti bersama-sama kolaborator membuat perencanaan pengajaran yang
mengembangkan keterampilan intelektual.
c. Mendiskusikan tentang pembelajaran ilmu pengetahuan alam yang
mengembangkan keterampilan intelektual siswa.
d. Menginventarisir media pembelajaran.
e. Membuat lembar observasi.
f. Mendesain alat evaluasi
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini kegiatanyaan adalah melaksanakan
kegiatan pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan.
3. Tahap Observasi
Pada tahap observasi ini kegiatan yang dilaksanakan yaitu mengobservasi
terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang
telah dipersiapkan.
4. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi ini kegiatannya yaitu meliputi analisis data yang diperoleh
melalui observasi pengamatan. Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru
dapat merefleksikan diri tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Dengan demikian, guru akan dapat mengetahui efektivitas kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat
diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus
selanjutnya.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Rencana Pelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-
masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan
pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
2. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
a. Lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif,
untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati
aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran.
3. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep ilmu
pengetahuan alam pada pokok bahasan operasi hitung pecahan. Tes formatif
ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan
ganda (objektif).
F. Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran
perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk
mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon
siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses
pembelajaran.
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan
siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu.
1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
∑
∑=
N
X
X
Dengan : X = Nilai rata-rata
Σ X = Jumlah semua nilai siswa
Σ N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan
secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar
kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar
bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar
bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari
atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar
digunakan rumus sebagai berikut.
%100
...
x
Siswa
belajartuntasyangSiswa
P
∑
∑=
3. Untuk lembar observasi
a. Lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif.
Untuk menghitung lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran
kooperatif digunakan rumus sebagai berikut:
2
21 PP
X
+
=
Dimana: P1 = pengamat 1
P2 = pengamat 2
b. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa
Untuk menghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan
rumus sebagai berikut.
%100% x
X
X
∑
= dengan
2.
tan.. 21 PP
pengamatjumlah
pengamahasiljumlah
X
+
==
Dimana: % = Persentase pengamatan
X = Rata-rata
∑X = Jumlah rata-rata
P1 = Pengamat 1
P2 = Pengamat 2
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data Penelitian Persiklus
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan alat-
alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan
pada tanggal 5 Oktober 2008 di Kelas IV dengan jumlah siswa 23 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan
belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada
siklus I adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Pengelolan Pembelajaran Pada Siklus I
No Aspek yang diamati
Penilaian Rata
-rataP1 P2
I
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
3
1
2
2
2,5
1,5
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama
siswa
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan
dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk
mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar
5. Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi
3
3
3
3
3
3
II Pengelolaan Waktu 2 2 2
III
Antusiasme Kelas
1. Siswa Antusias
2. Guru Antusias
3
3
3
3
3
3
Jumlah 31 31 31
Keterangan : Nilai : Kriteria
1. : Tidak Baik
2. : Kurang Baik
3. : Cukup Baik
4. : Baik
Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek yang mendapatkan kriteria
kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan
pembelajaran, pengelolaan waktu. Ketiga aspek yang mendapat penilaian
kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus
I. Dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan
dilakukan pada siklus II.
Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti
pada tabel berikut.
Tabel 4.2. Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus I
No Aktivitas Guru yang diamati Persentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa/merumuskan masalah
Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya
Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran
10.00
10.00
6.67
8.33
13.33
15.00
10.00
18.33
8.33
No Aktivitas Siswa yang diamati Persentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku siswa
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru
Menyajikan hasil pembelajaran
Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi
19.16
11.86
18.13
14.38
5.83
5.63
9.17
6.86
8.96
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling
dominan pada siklus I adalah memberi umpan balik dan membimbing dan
mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu masing-masing 18,33
dan 15,00%. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah
menjelaskan materi yang sulit dan menjelaskan materi yang sulit yaitu
13,33%. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah
mengerjakan/memperhatikan penjelasan guru yaitu 19,16%. Aktivitas lain
yang persentasenya cukup besar adalah bekerja dengan sesama anggota
kelompok, diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru, dan membaca
buku yaitu masing-masing 18,13%, 14,38 dan 11,86%.
Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan
metode penemuan terbimbing sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun
peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan
arahan karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa.
Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti
terlihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I
No Uraian Hasil Siklus I
1
2
3
4
Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswa belum tuntas
Nilai rata-rata tes formatif
Persentase ketuntasan belajar
15
8
67,82
65,22
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan
metode pembelajaran penemuan terbimbing diperoleh nilai rata-rata
prestasi belajar siswa adalah 67,82 dan ketuntasan belajar mencapai
65,22% atau ada 15 siswa dari 23 siswa sudah tuntas belajar. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa
belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya
sebesar 65,22% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki
yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru
dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan
menerapkan metode pembelajaran penemuan terbimbing.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan alat-
alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II
dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober 2008 di Kelas IV dengan jumlah
siswa 23 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan
pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah
tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.4. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II
No Aspek yang diamati
Penilaian Rata
-rataP1 P2
I
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
3
3
3
3
3
3
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan
bersama siswa
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil
kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk
mempresentasikan hasil kegiatan belajar
mengajar
5. Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep
3
4
4
4
3
3
4
4
4
3
3
4
4
4
3
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi
3
4
4
4
3,5
4
II Pengelolaan Waktu 3 3 2
III
Antusiasme Kelas
1. Siswa Antusias
2. Guru Antusias
4
4
3
4
3,5
4
Jumlah 42 42 42
Keterangan : Nilai : Kriteria
1 : Tidak Baik
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Baik
Dari tabel diatas, tampak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan
belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru dengan
menerapkan strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir
mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat. Maksudnya dari
seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namum demikian penilaian
tersebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa
aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan
penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah
memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/
menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas dalam penerapan
strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir diharapkan siswa
dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan
pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa yang
telah mereka lakukan.
Berikut disajikan hasil observasi aktivitas guru dan siswa:
Tabel 4.5 Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II
No Aktivitas Guru yang diamati Persentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa/merumuskan masalah
Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya
Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam menentukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran
3,33
10,00
6,67
11,67
18,33
15,00
8,33
18,33
8,33
No Aktivitas Siswa yang diamati Persentase
1 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 18,12
2
3
4
5
6
7
8
9
Membaca buku siswa
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru
Menyajikanhasil pembelajaran
Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi/latihan
15,63
20,21
14,76
3,33
6,67
7,91
6,67
6,67
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling
dominan pada siklus II adalah menjelaskan materi yang sulit dan
memberikan umpan balik yaitu masing-masing 18,33%, kemudian
menyampaikan langkah-langkah strategis yaitu 11,67%. Sedangkan untuk
aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus II adalah Bekerja dengan
sesama anggota kelompok, mendengarkan penjelasan guru, membaca
buku, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru yaitu 20,21%,
18,12%, 15,63% dan 14,76%.
Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa terlihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.6. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II
No Uraian Hasil Siklus II
1
2
3
4
Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswa belum tuntas
Nilai rata-rata tes formatif
Persentase ketuntasan belajar
18
5
73,48
78,26
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa
adalah 73,48 dan ketuntasan belajar mencapai 78,26% atau ada 18 siswa
dari 23 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada
siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami
peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil
belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap
akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan
berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga
sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan
menerapkan metode pembelajaran penemuan terbimbing.
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3, dan alat-
alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III
dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2008 di Kelas IV dengan jumlah
siswa 23 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan
pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah
tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.7 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II
No Aspek yang diamati
Penilaian Rata
-rataP1 P2
I
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Memotivasi siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
4
4
4
4
4
4
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan
bersama siswa
2. Membimbing siswa melakukan kegiatan
3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil
kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk
mempresentasikan hasil kegiatan belajar
mengajar
5. Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat rangkuman
2. Memberikan evaluasi
3
4
4
4
3,5
4
II Pengelolaan Waktu 3 3 3
III
Antusiasme Kelas
1. Siswa Antusias
2. Guru Antusias
4
4
3
4
3,5
4
Jumlah 45 45 45
Keterangan : Nilai : Kriteria
1 : Tidak Baik
2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik
4 : Baik
Dari tabel di atas, dapat dilihat aspek-aspek yang diamati pada
kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru dengan
menerapkan metode penemuan terbimbing mendapatkan penilaian cukup
baik dari pengamat adalah memotivasi siswa, membimbing siswa
merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, dan pengelolaan waktu.
Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan metode
penemuan terbimbing diharapkan dapat berhasil semaksimal mungkin.
Berikut disajikan hasil observasi aktivitas guru dan siswa.
Tabel 4.8 Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II
No Aktivitas Guru yang diamati Persentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Menyampaikan tujuan
Memotivasi siswa/merumuskan masalah
Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya
Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi
Menjelaskan materi yang sulit
Membimbing dan mengamati siswa dalam menentukan konsep
Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan
Memberikan umpan balik
Membimbing siswa merangkum pelajaran
8.33
10.00
6.67
13.33
11.67
15.00
8.33
16.67
10.00
No Aktivitas Siswa yang diamati Persentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru
Membaca buku siswa
Bekerja dengan sesama anggota kelompok
Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru
Menyajikan hasil pembelajaran
Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide
Menulis yang relevan dengan KBM
Merangkum pembelajaran
Mengerjakan tes evaluasi/latihan
9.38
8.96
11.67
11.46
12.08
10.63
14.57
12.29
8.96
Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang
paling dominan pada siklus II adalah memberi umpan balik yaitu 16,67%,
membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu
15.00%. Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami
penurunan. Aktivitas guru yang mengalami peningkatan adalah
menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi dan memberi umpan
balik/evaluasi/tanya jawab yaitu 13.33% dan 16,67%.
Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus
II adalah menulis yang relevan dengan KBM yaitu 14,57%, merangkum
pembelajaran 12,29% dan menyajikan hasil pembelajaran yaitu (12,08%).
Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti
terlihat pada tabel berikut
Tabel 4.9. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III
No Uraian Hasil Siklus III
1
2
3
5
Jumlah siswa yang tuntas
Jumlah siswa belum tuntas
Nilai rata-rata tes formatif
Persentase ketuntasan belajar
21
2
77,39
91,30
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif
sebesar 77,39 dan dari 23 siswa yang telah tuntas sebanyak 21 siswa dan 2
siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal
ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 91,30% (termasuk kategori
tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari
siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi
oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan
pembelajaran penemuan terbimbing sehingga siswa menjadi lebih terbiasa
dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam
memahami materi yang telah diberikan.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
penerapan pembelajaran penemuan terbimbing. Dari data-data yang telah
diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek cukup besar.
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
selama proses belajar berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran penemuan
terbimbing dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar
siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.
Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu
diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan
mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan
proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran penemuan
terbimbing dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
B. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran
penemuan terbimbing memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari
sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing 65,22%, 78,26%, dan 91,30%. Pada
siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran penemuan terbimbing dalam setiap siklus mengalami
peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu
dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap
siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran IPA pada pokok bahasan bagian-bagian tumbuhan dengan
metode pembelajaran penemuan terbimbing yang paling dominan adalah
bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/ memperhatikan
penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat
dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah
melaksanakan langah-langkah pembelajaran penemuan terbimbing dengan
baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas
membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan
LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi
umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas
cukup besar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus,
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan penemuan terbimbing memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (65,22%), siklus II
(78,26%), siklus III (91,30%).
1. Penerapan metode pembelajaran penemuan terbimbing mempunyai pengaruh
positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan
dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan
berminat dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing sehingga
mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar IPA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi
siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan metode pembelajaran penemuan terbimbing
memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu
menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan
metode pembelajaran penemuan terbimbing dalam proses belajar mengajar
sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf
yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru,
memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian inihanya
dilakukan di SDN ABC Jakarta Pusat tahun pelajaran 2008/2009.
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar
diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineksa Cipta.
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses
Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria
Dearcin University Press.
Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press.
Universitas Negeri Surabaya.
Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung.
Remaja Rosda Karya.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina
Aksara.
Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar
Baru.
Sudjana. 1996. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito.
Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa
Cipta.
Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Lampiran 1
LEMBAR PENGAMATAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : ………………. Nama Guru : ………………………
Mata Pelajaran : ………………. Hari/tanggal : ………………………
Sub Konsep : ………………. Pukul : ………………………
Petunjuk
Berikan penilan anda dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai.
No Aspek yang diamati
Penilaian
Ya Tidak 1 2 3 4
I Pelaksanaan
A. Pendahuluan
1. Memotivasi Siswa
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan Inti
1. Mendiskusikan langkah kegiatan
bersama siswa.
2. Membimbing siswa melakukan
kegiatan.
3. Membimbinga siswa mendiskusikan
hasil kegiatan dalam kelompok
4. Memberikan kesempatan pada siswa
untuk mempresentasikan hasil
penyelidikan.
5. Membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep.
C. Penutup
1. Membimbing siswa membuat
rangkuman.
2. Memberikan evaluasi.
II Pengelolaan waktu
III Antusiasme kelas
1. Siswa antusias
2. Guru Antusias.
Keterangan Jakarta, ……….2008
1. Kurang baik Pengamat
2. Cukup baik
3. Baik
4. Sangat baik
(…………………………..)
Lampiran 2
LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA DAN GURU DALAM KBM
Nama Sekolah : Tanggal :
Kelas/semester : Waktu :
Bahan Kajian : Nama Guru :
Petunjuk Pengisian
Amatilah aktivitas gurudan siswa dalam kelompok sampel selama kegiatan belajar berlangsung kemudian isilah
lembar observasi dengan prosedur sebagai berikut:
1. Pengamat dalam melakukan pengamatan duduk di tempat yang memungkinkan dapat melihat semua
aktivitas siswa yang diamati.
2. Setiap 2 menit pengamat melakukan pengamatan aktivitas guru dan siswa yang dominan, kemudian 1 menit
pengamat menuliskan kode kategori pengamatan.
3. Pengamatan ditujukan untuk kedua kelompok yang melakukan secara bergantian setiap periode waktu tiga
menit.
4. Kode-kode kategori dituliskan secara berurutan sesuai dengan kejadian pada baris dan kolom yang tersedia.
5. Pengamatan dilakukan sejak guru memulai pelajaran dan dilakukan secara serempak.
Aktivitas guru Aktivitas siswa
1. Menyampaikan tujuan
2. Memotivasi siswa/merumusan masalah.
3. Mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya.
4. Menyampaikan langkah-langkah/strategi
5. Menjelaskan materi yang sulit
6. Memebimbing menemukan konsep.
7. Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil
kegiatan.
8. Memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab.
9. Membimbing siswa merangkum pelajaran.
1. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru.
2. Membaca buku.
3. Bekerja dengan sesama anggota kelompok
4. Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru.
5. Menyajikan hasil pembelajaran
6. Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide.
7. Menulis yang relevan dengan KBM.
8. Merangkum pembelajaran.
9. Mengerjakan tes evaluasi.
Nama Guru:
Nama Murid: Nama Murid:
Nama Murid: Nama Murid:
Nama Murid: Nama Murid:
Nama Murid: Nama Murid:
Jakarta, 2008
Pengamat
(…………………….)
Lampiran 3
Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran I
No.
Nama (Guru-Siswa)
P
RP I (90 menit)
Jumlah
Nama Guru
1 2 3 4 5 6 7 8 9
P1 2 3 3 2 6 5 3 4 2 30
P2 2 3 2 1 5 7 3 5 2 30
Rata-rata X 2 3 2,5 1,5 5,5 6 3 4,5 2 30
Prosentase
% 6,67 10.0
0
8,33 5.00 18,3
3
20.0
0
10.0
0
15.0
0
6,67 100
Sampel siswa 1
P1 4 4 6 4 2 2 3 2 3 30
P2 7 3 5 5 1 2 3 2 2 30
Sampel siswa 2
P1 6 4 6 4 1 2 2 2 3 30
P2 7 3 6 5 0 2 3 2 2 30
Sampel siswa 3
P1 5 3 7 5 1 2 2 2 3 30
P2 8 4 4 4 0 3 3 2 2 30
Sampel siswa 4
P1 4 4 7 5 1 2 2 3 2 30
P2 4 4 3 0 2 4 2 2 30
Sampel siswa 5
P1 5 3 8 4 3 0 2 2 3 30
P2 7 3 5 5 2 2 2 2 2 30
Sampel siswa 6
P1 6 4 6 4 1 2 2 2 3 30
P2 8 4 3 5 0 2 4 2 2 30
Sampel siswa 7
P1 5 4 6 3 2 3 2 2 3 30
P2 5 4 4 5 3 2 3 2 2 30
Sampel siswa 8
P1 5 4 8 4 2 0 2 2 3 30
P2 8 4 5 4 0 2 3 2 2 30
Jumlah
P1 40 30 54 33 13 13 17 17 23 240
P2 59 29 36 36 6 17 25 16 16 240
Rata-rata X 49.5 29.5 45 34.5 9.5 15 21 16.5 19.5 240
Prosentase rata-rata % 20.6
3
12.2
9
18.7
5
14.3
8
3.96 6.25 8.75 6.88 8.13 100
Keterangan:
Rata-rata (x) %100
tan
x
pengamatjumlah
pengamahasilJumlah
Prosentase rata-rata (%) %100x
rataratajumlah
ratarata
−
−
=
Lampiran 4
Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran II
No. Nama (Guru-Siswa)
P
RP I (90 menit) Jumlah
Nama Guru
1 2 3 4 5 6 7 8 9
P1 2 2 2 4 4 7 2 5 2 30
P2 2 2 2 3 3 8 3 5 2 30
Rata-rata X 2 2 2 3,5 3,5 7,5 2,5 5 2 30
Prosentase
% 6,67 6,67 6,67 11,6
7
11,6
7
25.0
0
8.33 16,6
7
6,67 100
Sampel siswa 1
P1 5 4 5 4 2 2 2 2 4 30
P2 5 5 5 5 2 2 2 2 2 30
Sampel siswa 2
P1 5 5 6 5 1 2 2 2 2 30
P2 6 4 5 5 2 2 2 2 2 30
Sampel siswa 3
P1 5 4 5 4 2 2 2 2 4 30
P2 5 5 6 4 2 2 2 2 2 30
Sampel siswa 4
P1 6 6 6 2 2 2 2 2 2 30
P2 5 4 6 4 1 2 3 2 3 30
Sampel siswa 5
P1 5 4 6 4 2 2 2 2 3 30
P2 7 4 6 4 1 2 2 2 2 30
Sampel siswa 6
P1 6 4 6 6 0 1 3 2 2 30
P2 6 3 7 6 0 1 2 2 3 30
Sampel siswa 7
P1 6 4 6 2 2 2 2 2 4 30
P2 4 3 9 4 1 0 4 2 3 30
Sampel siswa 8
P1 4 4 6 4 2 2 2 2 4 30
P2 6 5 5 4 2 1 2 2 3 30
Jumlah
P1 42 35 46 31 13 15 17 16 25 240
P2 44 33 49 36 11 12 19 16 20 240
Rata-rata X 43 34 47.5 33.5 12 13.5 18 16 22.5 240
Prosentase rata-rata % 17.9
1
14.1
6
19.7
9
13.9
6
5.00 5.63 7.50 6.67 9.38 100
Keterangan:
Rata-rata (x) %100
tan
x
pengamatjumlah
pengamahasilJumlah
Prosentase rata-rata (%) %100x
rataratajumlah
ratarata
−
−
=
Lampiran 5
Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran III
No.
Nama (Guru-
Siswa) P
RP I (90 menit) Jumlah
Nama Guru
1 2 3 4 5 6 7 8 9
P1 2 2 4 4 2 7 2 4 3 30
P2 2 2 2 4 4 6 4 3 3 30
Rata-rata X 2 2 3 4 3 6,5 3 3,5 3 30
Prosentase % 6,67 6,67 10.0
0
13,3
3
10.0
0
21,6
7
10.0
0
11,6
7
10.0
0
100
Sampel siswa 1
P1 5 3 6 5 2 2 2 2 3 30
P2 5 4 6 5 1 2 3 2 2 30
Sampel siswa 2
P1 5 5 6 4 2 2 2 2 2 30
P2 6 5 4 6 2 0 2 3 2 30
Sampel siswa 3
P1 5 4 8 3 2 3 1 2 2 30
P2 5 3 6 5 2 3 1 3 2 30
Sampel siswa 4
P1 6 4 5 5 2 2 2 2 2 30
P2 7 5 4 6 1 2 1 2 2 30
Sampel siswa 5
P1 6 5 6 4 2 1 2 2 2 30
P2 8 5 6 4 1 2 0 2 2 30
Sampel siswa 6
P1 6 4 8 4 1 1 2 2 2 30
P2 7 3 6 4 1 1 3 2 3 30
Sampel siswa 7
P1 4 5 7 3 2 2 2 2 3 30
P2 7 3 6 6 0 0 3 3 2 30
Sampel siswa 8
P1 5 5 6 2 2 2 2 2 4 30
P2 6 4 7 4 2 1 2 2 2 30
Jumlah
P1 42 35 52 30 15 15 15 16 20 240
P2 51 32 45 40 10 11 15 19 17 240
Rata-rata X 46.5 33.5 48.5 35 12.5 13 15 17.5 18.5 240
Prosentase rata-rata % 19.3
8
13.9
6
20.2
1
14.5
8
5.21 5.42 6.25 7.29 7.71 100
Keterangan:
Rata-rata (x) %100
tan
x
pengamatjumlah
pengamahasilJumlah
Prosentase rata-rata (%) %100x
rataratajumlah
ratarata
−
−
=
Lampiran 6
Hasil Tes Formatif Pada Siklus I
No. Absensi Nilai
Keterangan
T TT
1 50 √
2 80 √
3 60 √
4 80 √
5 70 √
6 80 √
7 50 √
8 40 √
9 70 √
10 70 √
11 60 √
12 80 √
13 70 √
14 80 √
15 70 √
16 50 √
17 70 √
18 60 √
19 80 √
20 70 √
21 70 √
22 60 √
23 90 √
Jumlah 1560 15 8
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 15
Jumlah siswa yang belum tuntas : 8
Jumlah Skor Maksimal Ideal : 2300
Jumlah Skor : 1560
Skor Tercapai : 67,82
Persentase Ketuntasn : 65,22%
Klasikal : Belum tuntas
Lampiran 7
Hasil Tes Formatif Pada Siklus II
No. Absensi Nilai
Keterangan
T TT
1 70 √
2 60 √
3 80 √
4 80 √
5 80 √
6 70 √
7 60 √
8 60 √
9 90 √
10 90 √
11 80 √
12 80 √
13 80 √
14 80 √
15 70 √
16 60 √
17 60 √
18 70 √
19 80 √
20 70 √
21 70 √
22 70 √
23 80 √
Jumlah 1690 18 5
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 18
Jumlah siswa yang belum tuntas : 5
Jumlah Skor Maksimal Ideal : 2300
Jumlah Skor : 1690
Skor Tercapai : 73,48
Persentase Ketuntasan : 78,26
Klasikal : Belum tuntas
Lampiran 8
Hasil Tes Formatif Pada Siklus III
No. Absensi Nilai
Keterangan
T TT
1 90 √
2 90 √
3 80 √
4 80 √
5 90 √
6 80 √
7 70 √
8 80 √
9 60 √
10 80 √
11 90 √
12 90 √
13 90 √
14 80 √
15 70 √
16 70 √
17 70 √
18 70 √
19 80 √
20 70 √
21 60 √
22 70 √
23 80 √
Jumlah 1790 21 2
Keterangan:
T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 21
Jumlah siswa yang belum tuntas : 2
Jumlah Skor Maksimal Ideal : 2300
Jumlah Skor : 1790
Skor Tercapai : 77,39
Persentase Ketuntasan : 91,30
Klasikal : Tuntas
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA
DENGAN METODE PEMBELAJARAN
PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS IV
SDN ABC JAKARTA PUSAT
TAHUN PELAJARAN 2008/2009
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh
NAMA GURU
NIP: 130 000 000
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SDN ABC JAKARTA PUSAT
2008
ABSTRAK
Nama Guru, 2008. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Dengan Metode
Pembelajaran Penemuan Terbimbing Pada Siswa Kelas IV SDN ABC
Jakarta Pusat Tahun Pelajaran 2008/2009
Kata Kunci: prestasi belajar IPA, metode penemuan terbimbing
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar rata-
rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar. Untuk itu
dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan
motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk terlibat langsung
dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing
untuk menemukan konsep IPA.
Penelitian ini berdasarkan permasalahan: (a) Bagaimanakah peningkatan
prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran penemuan terbimbing? (b)
Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran penemuan terbimbing terhadap
motivasi belajar siswa?
Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan prestasi
belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran penemuan terbimbing. (b) Ingin
mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran
penemuan terbimbing.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak
tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan
pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas IV SDN
ABC Jakarta Pusat. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi
kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (65,22%), siklus II (78,26%),
siklus III (91,30%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran penemuan
terbimbing dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa SDN ABC
Jakarta Pusat, serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif pembelajaran IPA.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .............................................................................................. i
Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii
Abstrak.............................................................................................................. iii
Kata Pengantar.................................................................................................. iv
Daftar Isi .......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 4
C. Batasan Masalah ................................................................ 4
D. Tujuan Penelitian ............................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ............................................................ 5
F. Definisi Operasional Variabel ........................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat IPA ....................................................................... 7
B. Proses Belajar Mengajar IPA ........................................... 8
C. Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing ................... 9
D. Motivasi Belajar.................................................................. 13
E. Prestasi Belajar IPA ........................................................... 17
F. Hubungan Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar
Terhadap Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing ... 18
G. Kerangka Teori .................................................................. 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian.......................................................... 21
B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 24
C. Subyek Penelitian .............................................................. 25
D. Prosedur Penelitian ............................................................ 25
E. Instrumen Penelitian ........................................................ 27
F. Analisis Data ...................................................................... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data Penelitian Persiklus ..................................... 31
B. Pembahasan ....................................................................... 44
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 46
B. Saran................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 48
Ipa penemuan terbimbing

More Related Content

What's hot

makalah PAIKEM
makalah PAIKEMmakalah PAIKEM
makalah PAIKEM
Fathimah Sari
 
Tugas uas teknologi pendidikan
Tugas uas teknologi pendidikanTugas uas teknologi pendidikan
Tugas uas teknologi pendidikanNana Ponanda
 
Makalah Strategi Pembelajaran inkuiri
Makalah Strategi Pembelajaran inkuiriMakalah Strategi Pembelajaran inkuiri
Makalah Strategi Pembelajaran inkuiriChi'onk Pemimpin
 
Best 1
Best 1Best 1
Best 1
Narendra
 
Butet Kurikulum
Butet KurikulumButet Kurikulum
Butet Kurikulum45678912
 
HAL-HAL POKOK DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
HAL-HAL POKOK DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJARHAL-HAL POKOK DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
HAL-HAL POKOK DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
Blog Malaikat Iblis di Bulan Maret
 
Makalah pendekatan pembelajaran
Makalah pendekatan pembelajaranMakalah pendekatan pembelajaran
Makalah pendekatan pembelajaranDhiah Febri
 
Tugas uas teknologi pendidikan
Tugas uas teknologi pendidikanTugas uas teknologi pendidikan
Tugas uas teknologi pendidikanNana Ponanda
 
Makalah prinsip prinsip pengajaran
Makalah prinsip prinsip pengajaranMakalah prinsip prinsip pengajaran
Makalah prinsip prinsip pengajaran
Firman Anz
 
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discoveryProposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discoveryMuhammad Syafrullah
 
Makalah pembelajaran-pengajaran
Makalah pembelajaran-pengajaranMakalah pembelajaran-pengajaran
Makalah pembelajaran-pengajaran
Rock Holik
 
Resum sbm i
Resum sbm iResum sbm i
Resum sbm i
JihanFuraidaa
 

What's hot (14)

makalah PAIKEM
makalah PAIKEMmakalah PAIKEM
makalah PAIKEM
 
Tugas uas teknologi pendidikan
Tugas uas teknologi pendidikanTugas uas teknologi pendidikan
Tugas uas teknologi pendidikan
 
Makalah Strategi Pembelajaran inkuiri
Makalah Strategi Pembelajaran inkuiriMakalah Strategi Pembelajaran inkuiri
Makalah Strategi Pembelajaran inkuiri
 
Best 1
Best 1Best 1
Best 1
 
Butet Kurikulum
Butet KurikulumButet Kurikulum
Butet Kurikulum
 
HAL-HAL POKOK DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
HAL-HAL POKOK DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJARHAL-HAL POKOK DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
HAL-HAL POKOK DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR
 
Makalah pendekatan pembelajaran
Makalah pendekatan pembelajaranMakalah pendekatan pembelajaran
Makalah pendekatan pembelajaran
 
Tugas uas teknologi pendidikan
Tugas uas teknologi pendidikanTugas uas teknologi pendidikan
Tugas uas teknologi pendidikan
 
Bab i
Bab  iBab  i
Bab i
 
Makalah prinsip prinsip pengajaran
Makalah prinsip prinsip pengajaranMakalah prinsip prinsip pengajaran
Makalah prinsip prinsip pengajaran
 
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discoveryProposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
Proposal skripsi metode inquiry dengan metode discovery
 
Karya ilmiah nur sabaniah
Karya ilmiah nur sabaniahKarya ilmiah nur sabaniah
Karya ilmiah nur sabaniah
 
Makalah pembelajaran-pengajaran
Makalah pembelajaran-pengajaranMakalah pembelajaran-pengajaran
Makalah pembelajaran-pengajaran
 
Resum sbm i
Resum sbm iResum sbm i
Resum sbm i
 

Similar to Ipa penemuan terbimbing

Bab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusno
Bab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusnoBab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusno
Bab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusno
Sojunghan Dilectus
 
Pkp ipa
Pkp ipaPkp ipa
Pkp ipa
Asep Cell
 
Ptk pai sma
Ptk pai smaPtk pai sma
Skripsi pembelajaran Inquiry biologi
Skripsi pembelajaran Inquiry biologiSkripsi pembelajaran Inquiry biologi
Skripsi pembelajaran Inquiry biologiarif mutawalli
 
Peningkatan keaktifan belajar anak pada mata pelajaran ipa materi hubungan a...
Peningkatan keaktifan belajar anak pada mata pelajaran ipa  materi hubungan a...Peningkatan keaktifan belajar anak pada mata pelajaran ipa  materi hubungan a...
Peningkatan keaktifan belajar anak pada mata pelajaran ipa materi hubungan a...Operator Warnet Vast Raha
 
LPKP UT BAB I - BAB V
LPKP UT BAB I - BAB V LPKP UT BAB I - BAB V
LPKP UT BAB I - BAB V
Eman Syukur
 
Prposal ptk ipa sd
Prposal ptk ipa sdPrposal ptk ipa sd
Prposal ptk ipa sd
MTs Darul Ulum Waru
 
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah (2).pdf
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah (2).pdfLK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah (2).pdf
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah (2).pdf
NuryaniMakmur
 
PKP IBU NURNELI BARU.docx
PKP IBU NURNELI BARU.docxPKP IBU NURNELI BARU.docx
PKP IBU NURNELI BARU.docx
zuryatiarmi1
 
PKP IBU NURNELI BARU.docx
PKP IBU NURNELI BARU.docxPKP IBU NURNELI BARU.docx
PKP IBU NURNELI BARU.docx
zuryatiarmi1
 
Isi karya tulis ilmiah
Isi karya tulis ilmiahIsi karya tulis ilmiah
Isi karya tulis ilmiah
Hesal Sutika
 
28456564 laporan-pkp-ipa-kelas-5-a-1
28456564 laporan-pkp-ipa-kelas-5-a-128456564 laporan-pkp-ipa-kelas-5-a-1
28456564 laporan-pkp-ipa-kelas-5-a-1
Mairiza Nopia
 

Similar to Ipa penemuan terbimbing (20)

Proposal
ProposalProposal
Proposal
 
Bab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusno
Bab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusnoBab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusno
Bab i s d bab iv, lampiran - pkp rino kusno
 
Pkp ipa
Pkp ipaPkp ipa
Pkp ipa
 
Ptk pai sma
Ptk pai smaPtk pai sma
Ptk pai sma
 
Skripsi pembelajaran Inquiry biologi
Skripsi pembelajaran Inquiry biologiSkripsi pembelajaran Inquiry biologi
Skripsi pembelajaran Inquiry biologi
 
PTK IPA SMP
PTK IPA SMP PTK IPA SMP
PTK IPA SMP
 
Bab i
Bab  iBab  i
Bab i
 
Contoh proposal ptk
Contoh proposal ptkContoh proposal ptk
Contoh proposal ptk
 
Peningkatan keaktifan belajar anak pada mata pelajaran ipa materi hubungan a...
Peningkatan keaktifan belajar anak pada mata pelajaran ipa  materi hubungan a...Peningkatan keaktifan belajar anak pada mata pelajaran ipa  materi hubungan a...
Peningkatan keaktifan belajar anak pada mata pelajaran ipa materi hubungan a...
 
LPKP UT BAB I - BAB V
LPKP UT BAB I - BAB V LPKP UT BAB I - BAB V
LPKP UT BAB I - BAB V
 
Prposal ptk ipa sd
Prposal ptk ipa sdPrposal ptk ipa sd
Prposal ptk ipa sd
 
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah (2).pdf
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah (2).pdfLK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah (2).pdf
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah (2).pdf
 
PKP IBU NURNELI BARU.docx
PKP IBU NURNELI BARU.docxPKP IBU NURNELI BARU.docx
PKP IBU NURNELI BARU.docx
 
PKP IBU NURNELI BARU.docx
PKP IBU NURNELI BARU.docxPKP IBU NURNELI BARU.docx
PKP IBU NURNELI BARU.docx
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Isi karya tulis ilmiah
Isi karya tulis ilmiahIsi karya tulis ilmiah
Isi karya tulis ilmiah
 
Ptk kelas 1 ips
Ptk kelas 1 ipsPtk kelas 1 ips
Ptk kelas 1 ips
 
28456564 laporan-pkp-ipa-kelas-5-a-1
28456564 laporan-pkp-ipa-kelas-5-a-128456564 laporan-pkp-ipa-kelas-5-a-1
28456564 laporan-pkp-ipa-kelas-5-a-1
 
Ptk ips
Ptk ipsPtk ips
Ptk ips
 

More from Merah Putih Community (MPC) sumenep (16)

Adwal makan bayi 6
Adwal makan bayi 6Adwal makan bayi 6
Adwal makan bayi 6
 
Konsep dasar bermain 1
Konsep dasar bermain 1Konsep dasar bermain 1
Konsep dasar bermain 1
 
Evaluasi perkembangan anak 2011
Evaluasi perkembangan anak 2011Evaluasi perkembangan anak 2011
Evaluasi perkembangan anak 2011
 
Evaluasi kinestik
Evaluasi kinestikEvaluasi kinestik
Evaluasi kinestik
 
Evaluasi aud 2011
Evaluasi aud 2011Evaluasi aud 2011
Evaluasi aud 2011
 
Agresivitas anak
Agresivitas anakAgresivitas anak
Agresivitas anak
 
Adhd
AdhdAdhd
Adhd
 
Format penilaian-diri-siswa
Format penilaian-diri-siswaFormat penilaian-diri-siswa
Format penilaian-diri-siswa
 
Format penilaian-antar-teman
Format penilaian-antar-temanFormat penilaian-antar-teman
Format penilaian-antar-teman
 
Soal ukk matematika kelas 4
Soal ukk matematika kelas 4Soal ukk matematika kelas 4
Soal ukk matematika kelas 4
 
Skp (halifah)
Skp (halifah)Skp (halifah)
Skp (halifah)
 
Huruf carakan
Huruf carakanHuruf carakan
Huruf carakan
 
Dp3 (halifah)
Dp3 (halifah)Dp3 (halifah)
Dp3 (halifah)
 
Sk pengangkatan guru sdn manding (halifah) 2006
Sk pengangkatan guru sdn manding (halifah) 2006Sk pengangkatan guru sdn manding (halifah) 2006
Sk pengangkatan guru sdn manding (halifah) 2006
 
Permenpan2013 047
Permenpan2013 047Permenpan2013 047
Permenpan2013 047
 
Permenpan2009 016
Permenpan2009 016Permenpan2009 016
Permenpan2009 016
 

Recently uploaded

Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdfEVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
Rismawati408268
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdfTabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
ppgpriyosetiawan43
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 

Recently uploaded (20)

Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdfEVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdfTabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 

Ipa penemuan terbimbing

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi tidak akan lepas dari perkembangan dalam bidang IPA. Perkembangan dari bidang IPA tidak mungkin terjadi bila tidak disertai dengan peningkatan mutu pendidikan IPA, sedangkan selama ini pelajaran IPA dianggap sebagai pelajaran yang sulit. Hal ini dapat dilihat dari Nilai mata pelajaran IPA yang rata-rata masih rendah bila dibandingkan dengan pelajaran lainnya. Ini Menunjukkan masih rendahnya mutu pelajaran IPA. Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran IPA. Misalnya dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar.
  • 2. Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar. Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep IPA. Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan akademik, motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh menyerap informasi yang disajikan kepada mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapan materi itu dengan lebih baik. Tugas penting guru adalah merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi siswa (Nur, 2001: 3). Untuk itu sebagai seorang guru disamping menguasai materi, juga diharapkan dapat menetapkan dan melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan kesiapan anak, sehingga menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa. Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu model pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan terbimbing untuk mengungkapkan apakah dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar IPA. Penulis memilih
  • 3. metode pembelajaran ini mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu yang berkaitan dengan pengajaran (Siadari, 2001: 4). Dalam metode pembelajaran penemuan terbimbingn siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara memecahkan masalah itu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang membuktikan bahwa hasil belajar siswa dengan menerapkan metode pembelajaran penemuan terbimbing lebih baik dari hasil belajar siswa yang diajar dengan metode pembelajaran konvensional. (Siadari, 2001:68). Menurut hasil penelitian Arif Kurniawan (2002) menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, yang ditandai dengan peningkatan prestasi belajar siswa setiap putaran. Serta dengan menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing terjadi peningkatan pola berpikir kritis dan kreatif pada kelas yang berdampak positif terhadap hasil belajar yang dicapai lebih baik daripada tanpa diberi metode pembelajaran serupa (Lestari, 2002). Dari beberapa hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa metode pembelajaran penemuan terbimbing sangat erat digunakan dalam kegiatan pembelajaran terutama kegiatan pembelajaran IPA. Dari latar belakang di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Dengan Metode Pembelajaran
  • 4. Penemuan Terbimbing Pada Siswa Kelas IV SDN ABC Jakarta Pusat Tahun Pelajaran 2008/2009”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya metode pembelajaran penemuan terbimbing pada siswa Kelas IV SDN ABC Jakarta Pusat tahun pelajaran 2008/2009? 2. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran penemuan terbimbing terhadap motivasi belajar siswa pada siswa Kelas IV SDN ABC Jakarta Pusat tahun pelajaran 2008/2009? C. Batasan Masalah Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak kabur, maka diperlukan pembatasan masalah yang meliputi: 1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas IV SDN ABC Jakarta Pusat tahun pelajaran 2008/2009. 2. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Okotober semester ganjil tahun palajaran 2008/2009. 3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan bagian-bagian tumbuhan. D. Tujuan Penelitian
  • 5. Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode pembelajaran penemuan terbimbing pada siswa Kelas IV SDN ABC Jakarta Pusat tahun pelajaran 2008/2009 2. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran penemuan terbimbing pada siswa Kelas IV SDN ABC Jakarta Pusat tahun pelajaran 2008/2009 E. Manfaat Penelitian Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat: 1. Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran IPA. 2. Meningkatkan motivasi pada pelajaran IPA 3. Mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi IPA. F. Definisi Operasional Variabel Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut: 1. Metode penemuan terbimbing adalah: Suatu metode pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi-informasi yang secara tradisional bisa diberitahukan atau diceramahkan saja. 2. Motivasi belajar adalah:
  • 6. Daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan. 3. Prestasi belajar adalah: Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.
  • 7.
  • 8. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat IPA IPA didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat IPA. Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2001:7) adalah sebagai berikut: 1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka. 2. Observasi dan eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya. 3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat. 4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya.
  • 9. Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran. 5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil (produk). B. Proses Belajar Mengajar IPA Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman, 2000:5). Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000:5). Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam
  • 10. kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar. Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar (Usman, 2000:4). Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam, proses belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan kegiatan perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program tindak lanjut (dalam Suryabrata, 1997:18). Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA. C. Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Metode pembelajaran penemuan adalah suatu metode pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya
  • 11. menemukan sendiri informasi-informasi yang secara tradisional bisa diberitahukan atau diceramahkan saja (Suryabrata, 1997:1972). Metode pembelajaran ini merupakan suatu cara untuk menyampaikan ide/gagasan melalui proses menemukan. Fungsi pengajar disini bukan untuk menyelesaikan masalah bagi peserta didiknya, melainkan membuat peserta didik mampu menyelesaikan masalah itu sendiri (Hudojo, 1988, 114). Metode pembelajaran yang ekstrim seperti ini sangat sulit dilaksanakan karena peserta didik belum sebagai ilmuwan, tetapi mereka masih calon ilmuwan. Peserta didik masih memerlukan bantuan dari pengajar sedikit demi sedikit sebelum menjadi penemu yang murni. Jadi metode pembelajaran yang mungkin dilaksanakan adalah metode pembelajaran penemuan terbimbing dengan demikian kegiatan belajar mengajar melibatkan secara maksimum baik pengajar maupun pesertra didik. Seperti uraian di atas bahwa penemuan terbimbing (Guided Discovery) merupakan salah satu dari jenis metode pembelajaran penemuan. Oleh Howe (dalam Hariyono, 2001:3) menyatakan bahwa penemuan terbimbing tidak hanya sekedar keterampilan tangan karena pengalaman, kegiatan pembelajaran dengan model in tidak sepenuhnya diserahkan pada siswa, namum guru masih tetap ambil bagian sebagai pembimbing. Penemuan terbimbing merupakan suatu metode pembelajaran yang tidak langsung (Indirect Instuction). Siswa tetap memiliki porsi besar dalam proses penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.
  • 12. Menurut Soedjadi (dalam Purwaningsari, 2001:1) metode pembelajaran penemuan terbimbing adalah metode pembelajaran yang sengaja dirancang dengan menggunakan pendekatan penemuan. Para siswa diajak atau didorong untuk melakukan kegiatan eksperimental, sedemikian sehingga pada akhirnya siswa dapat menemukan sesuatu yang diharapkan. Dalam pembelajaran penemuan terbimbing tugas guru cenderung menjadi fasilitator. Tugas ini tidaklah mudah, lebih-lebih kalau menghadapi kelas besar atau siswa yang lambat atau sebaliknya amat cerdas. Karena itu sebelum melaksanakan metode pembelajaran dengan penemuan ini guru perlu benar-benar mempersiapkan diri dengan baik. Baik dalam tiap hal pemahaman konsep-konsep yang akan diajarkan maupun memikirkan kemungkinan yang akan terjadi di kelas sewaktu pembelajaran tersebut berjalan. Dengan kata lain guru perlu mempersiapkan pembelajaran dengan cermat, Soedjadi (dalam Purwaningsari, 2001:18). Keuntungan dan kelemahan metode pembelajaran penemuan terbimbing. 1. Keuntungan metode pembelajaran penemuan terbimbing Menurut Siadari (2001:26) keuntungan dari pembelajaran metode pembelajaran penemuan terbimbing adalah: a. Pengetahuan ini dapat bertahan lama, mudah diingat dan mudah diterapkan pada situasi baru.
  • 13. b. Meningkatkan penalaran, analisis dan keterampilan siswa memecahkan masalaha tanpa pertolongan orang lain. c. Meningkatkan kreatifitas siswa untuk terus belajar dan tidak hanya menerima saja. d. Terampil dalam menemukan konsep atau memecahkan masalah. 2. Kelemahan dalam penemuan konsep atau memecahkan masalah. Adapun kelemahan metode pembelajaran penemuan terbimbing menurut Ruseffendi (dalam Siadari, 2001:26) adalah sebagai berikut: a. Tidak semua materi dapat disajikan dengan mudah, menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing. b. Proses pembelajaran memerlukan waktu yang relatif lebih banyak. c. Bukan merupakan metode pembelajaran murni, maksudnya tidak dapat berdiri sendiri (hanya dapat digunakan jika ada keterlibatan metode lain misal ekspositori, ceramah, dan lain sebagainya). Sintak penemuan terbimbing menurut Arends (dalam Haryono, 2001:25), dapat ditabelkan sebagai berikut: Tabel 2.1. Sintaks Penemuan Terbimbing Model Arends No Fase-fase Kegiatan Guru 1 Menyampaikan tujuan, mengelompokkan dan menjelaskan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta guru menjelaskan aturan dalam metode
  • 14. prosedur discovery pembelajaran dengan penemuan terbimbing 2 Guru menyampaikan suatu masalah Guru mejelaskan masalah secara sederhana 3 Siswa memperoleh data eksperimen Guru mengulangi pertanyaan pada siswa tentang masalah dengan mengarahkan siswa untuk mendapat informsi yang membantu proses inquiry dan penemuan 4 Siswa membuat hipotesis dan penjelasan Guru membantu siswa dlam membuat prediksi dan mempersiapkan penjelasan masalah 5 Analisis proses penemuan Guru membimbing siswa berfikir tentang proses intelektual dn proses penemuan dan menghubungkan dengan pelajaran lain. Dari tabel di atas terlihat jelas bahwa guru dalam metode pembelajaran penemuan terbimbing adalah sebagai pembimbing siswa dalam nenemukan konsep. D. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seserang atau organisme yang menyebabkan kesiapan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif- motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000:28). Sedangkan menurut Djamarah (2002:114) motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi
  • 15. sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001:3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan mateti itu dengan lebih baik. Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. 2. Macam-macam Motivasi Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Motivasi Intrinsik Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar (Usman, 2000:29). Sedangkan menurut Djamarah (2002:115), motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
  • 16. Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994:105) ada beberapa strategi dalam mengajar untuk membangun motivasi intrinsik. Strategi tersebut adalah sebagai berikut: 1) Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa. 2) Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas yang pokok. 3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah. 4) Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya. 5) Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. b. Motivasi Ekstrinsik Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh
  • 17. oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya (Usman, 2000:29). Sedangkan menurut Djamarah (2002:117), motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif- motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi instrinsik antata lain: 1) Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain. 2) Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai TIK tersebut. 3) Tujaun yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakuakan sesuatu perbuatan. 4) Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan
  • 18. kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru. 5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar. 6) Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa. Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari laur, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya. E. Prestasi Belajar IPA Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang
  • 19. dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991:768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran. Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar IPA adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar IPA. F. Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertetntu. Siswa yang termotivasi untuk belajar
  • 20. sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik (Nur, 2001:3). Sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Sedangkan metode pembelajaran penemuan terbimbing adalah suatu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan dan menuntut siswa terlibat secara aktif di dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan memberikan informasi singkat (Siadari, 2001:7). Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan terbimbing akan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih baik dan meningkatkan siswa dan kemampuan berfikir secara bebas. Secara umum belajar penemuan terbimbing ini melatih keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. Selain itu, belajar penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja sampai menemukan jawaban (Syafi’udin, 2002:19). Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya motivasi dalam pembelajaran metode pembelajaran penemuan terbimbing tersebut maka hasil-hasil belajar akan menjadi optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Dengan motivasi yang tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan tingi pula. Jadi motivasi akan
  • 21. senantiasa menentukan intesitas usaha belajar siswa. Hasil ini akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. G. Kerangka Teori 1. Metode penemuan terbimbing adalah: Suatu metode pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi-informasi yang secara tradisional bisa diberitahukan atau diceramahkan saja. 2. Motivasi belajar adalah: Daya penggerak psikis dari dalam diri seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. Motivasi mendorong dan mengarah minat belajar untuk tercapai suatu tujuan. 3. Prestasi belajar adalah: Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.
  • 22. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Menurut Sukidin dkk. (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan, yaitu:(1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4) penelitian tindakan sosial eksperimental. Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan perbedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbolah, (dalam Sukidin, dkk. 2002:55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung pada:(1) tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat kolaborasi antara pelaku peneliti dan peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan dalam melakukan penelitian, dan (4) hubungan antara proyek dengan sekolah. Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama penelitian tindakan Kelas IValah untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam
  • 23. proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat kecil. Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup. A. Rancangan Penelitian Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal- hal yang terjadi dimasyarakat atau sekolompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, 2002:82). Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tidakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan invovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain. Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:
  • 24. 1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar- benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan. 2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama. 3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih dengan tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga. 4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah dari tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya. 5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan sepanjang waktu. (Arikunto, 2002:82-83). Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, 2002: 83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direfisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang
  • 25. berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 3.1 Alur PTK Refleksi Tindakan/ Observasi Refleksi Refleksi Tindakan/ Observasi Tindakan/ Observasi Rencana yang direfisi/Siklus 3 Rencana awal/Siklus 1 Rencana yang direfisi/Siklus 2
  • 26. Penjelasan alur di atas adalah: 1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran. 2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pengajaran berbasis tugas proyek. 3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. 4. Rancangan/rencana yang direfisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rangcangan yang direfisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2, dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahasa satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
  • 27. Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SDN ABC Jakarta Pusat tahun pelajaran 2008/2009. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober semester ganjil 2008/2009. C. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas IV SDN ABC Jakarta Pusat tahun pelajaran 2008/2009 pokok bahasan bagian-bagian tumbuhan. D. Prosedur Penelitian Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan Kelas ini terdiri dari tiga siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Untuk mengetahui permasalahan efektivitas pembelajaran ilmu pengetahuan alam di SDN ABC Jakarta Pusat dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru selain itu diadakan diskusi antara guru sebagai peneliti dengan para pengamat sebagai kolaborator dalam penelitian ini. Melalui langkah-langkah tersebut akan diapat ditentukan bersama-sama antara guru dan pengamat untuk menetapkan tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan efektivitas pembelajaran ilmu pengetahuan alam.
  • 28. Berdasarkan hasil diskusi dengan para kolabotor, maka langkah yang paling tepat untuk meningkatkan pembelajaran adalah dengan meningkatkan motivasi, aktivitas dan peran serta siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut, maka tindakan yang paling tepat adalah dengan mengembangkan keterampilan intelektual siswa. Dengan berpedoman pada refleksi awal tersebut, maka prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi dalam setiap siklus. Secara rinci prosedur penelitian tindakan ini dijabarban dalam uraian berikut ini. 1. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan ini kegiatannya meliputi: a. Peneliti dan pengamat menetapkan alternatif peningkatan efektivitas pembelajaran ilmu pengetahuan alam. b. Peneliti bersama-sama kolaborator membuat perencanaan pengajaran yang mengembangkan keterampilan intelektual. c. Mendiskusikan tentang pembelajaran ilmu pengetahuan alam yang mengembangkan keterampilan intelektual siswa. d. Menginventarisir media pembelajaran. e. Membuat lembar observasi. f. Mendesain alat evaluasi
  • 29. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pada tahap pelaksanaan tindakan ini kegiatanyaan adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan. 3. Tahap Observasi Pada tahap observasi ini kegiatan yang dilaksanakan yaitu mengobservasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. 4. Tahap Refleksi Pada tahap refleksi ini kegiatannya yaitu meliputi analisis data yang diperoleh melalui observasi pengamatan. Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru dapat merefleksikan diri tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan demikian, guru akan dapat mengetahui efektivitas kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi ini akan dapat diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga dapat digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus selanjutnya. E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Rencana Pelajaran (RP)
  • 30. Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing- masing RP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar. 2. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar a. Lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. 3. Tes formatif Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep ilmu pengetahuan alam pada pokok bahasan operasi hitung pecahan. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif). F. Analisis Data Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon
  • 31. siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu. 1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan: ∑ ∑= N X X Dengan : X = Nilai rata-rata Σ X = Jumlah semua nilai siswa Σ N = Jumlah siswa 2. Untuk ketuntasan belajar Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari
  • 32. atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut. %100 ... x Siswa belajartuntasyangSiswa P ∑ ∑= 3. Untuk lembar observasi a. Lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif. Untuk menghitung lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif digunakan rumus sebagai berikut: 2 21 PP X + = Dimana: P1 = pengamat 1 P2 = pengamat 2 b. Lembar observasi aktivitas guru dan siswa Untuk menghitung lembar observasi aktivitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut. %100% x X X ∑ = dengan 2. tan.. 21 PP pengamatjumlah pengamahasiljumlah X + == Dimana: % = Persentase pengamatan X = Rata-rata ∑X = Jumlah rata-rata
  • 33. P1 = Pengamat 1 P2 = Pengamat 2
  • 34. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Penelitian Persiklus 1. Siklus I a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan alat- alat pengajaran yang mendukung. b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 5 Oktober 2008 di Kelas IV dengan jumlah siswa 23 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
  • 35. Tabel 4.1 Pengelolan Pembelajaran Pada Siklus I No Aspek yang diamati Penilaian Rata -rataP1 P2 I Pengamatan KBM A. Pendahuluan 1. Memotivasi siswa 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3 1 2 2 2,5 1,5 B. Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa 2. Membimbing siswa melakukan kegiatan 3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok 4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar 5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 C. Penutup 1. Membimbing siswa membuat rangkuman 2. Memberikan evaluasi 3 3 3 3 3 3 II Pengelolaan Waktu 2 2 2 III Antusiasme Kelas 1. Siswa Antusias 2. Guru Antusias 3 3 3 3 3 3 Jumlah 31 31 31 Keterangan : Nilai : Kriteria 1. : Tidak Baik 2. : Kurang Baik 3. : Cukup Baik 4. : Baik Berdasarkan tabel di atas aspek-aspek yang mendapatkan kriteria kurang baik adalah memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, pengelolaan waktu. Ketiga aspek yang mendapat penilaian kurang baik di atas, merupakan suatu kelemahan yang terjadi pada siklus
  • 36. I. Dan akan dijadikan bahan kajian untuk refleksi dan revisi yang akan dilakukan pada siklus II. Hasil observasi berikutnya adalah aktivitas guru dan siswa seperti pada tabel berikut. Tabel 4.2. Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus I No Aktivitas Guru yang diamati Persentase 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Menyampaikan tujuan Memotivasi siswa/merumuskan masalah Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi Menjelaskan materi yang sulit Membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan Memberikan umpan balik Membimbing siswa merangkum pelajaran 10.00 10.00 6.67 8.33 13.33 15.00 10.00 18.33 8.33 No Aktivitas Siswa yang diamati Persentase 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru Membaca buku siswa Bekerja dengan sesama anggota kelompok Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru Menyajikan hasil pembelajaran Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide Menulis yang relevan dengan KBM Merangkum pembelajaran Mengerjakan tes evaluasi 19.16 11.86 18.13 14.38 5.83 5.63 9.17 6.86 8.96 Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus I adalah memberi umpan balik dan membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu masing-masing 18,33 dan 15,00%. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah menjelaskan materi yang sulit dan menjelaskan materi yang sulit yaitu 13,33%. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah
  • 37. mengerjakan/memperhatikan penjelasan guru yaitu 19,16%. Aktivitas lain yang persentasenya cukup besar adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok, diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru, dan membaca buku yaitu masing-masing 18,13%, 14,38 dan 11,86%. Pada siklus I, secara garis besar kegiatan belajar mengajar dengan metode penemuan terbimbing sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun peran guru masih cukup dominan untuk memberikan penjelasan dan arahan karena model tersebut masih dirasakan baru oleh siswa. Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I No Uraian Hasil Siklus I 1 2 3 4 Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa belum tuntas Nilai rata-rata tes formatif Persentase ketuntasan belajar 15 8 67,82 65,22 Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran penemuan terbimbing diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 67,82 dan ketuntasan belajar mencapai 65,22% atau ada 15 siswa dari 23 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya
  • 38. sebesar 65,22% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode pembelajaran penemuan terbimbing. 2. Siklus II a. Tahap perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan alat- alat pengajaran yang mendukung. b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober 2008 di Kelas IV dengan jumlah siswa 23 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah
  • 39. tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut. Tabel 4.4. Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II No Aspek yang diamati Penilaian Rata -rataP1 P2 I Pengamatan KBM A. Pendahuluan 1. Memotivasi siswa 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3 3 3 3 3 3 B. Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa 2. Membimbing siswa melakukan kegiatan 3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok 4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar 5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 C. Penutup 1. Membimbing siswa membuat rangkuman 2. Memberikan evaluasi 3 4 4 4 3,5 4 II Pengelolaan Waktu 3 3 2 III Antusiasme Kelas 1. Siswa Antusias 2. Guru Antusias 4 4 3 4 3,5 4 Jumlah 42 42 42 Keterangan : Nilai : Kriteria 1 : Tidak Baik 2 : Kurang Baik 3 : Cukup Baik 4 : Baik Dari tabel diatas, tampak aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru dengan
  • 40. menerapkan strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir mendapatkan penilaian yang cukup baik dari pengamat. Maksudnya dari seluruh penilaian tidak terdapat nilai kurang. Namum demikian penilaian tersebut belum merupakan hasil yang optimal, untuk itu ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian untuk penyempurnaan penerapan pembelajaran selanjutnya. Aspek-aspek tersebut adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/ menemukan konsep, dan pengelolaan waktu. Dengan penyempurnaan aspek-aspek di atas dalam penerapan strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir diharapkan siswa dapat menyimpulkan apa yang telah mereka pelajari dan mengemukakan pendapatnya sehingga mereka akan lebih memahami tentang apa yang telah mereka lakukan. Berikut disajikan hasil observasi aktivitas guru dan siswa: Tabel 4.5 Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II No Aktivitas Guru yang diamati Persentase 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Menyampaikan tujuan Memotivasi siswa/merumuskan masalah Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi Menjelaskan materi yang sulit Membimbing dan mengamati siswa dalam menentukan konsep Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan Memberikan umpan balik Membimbing siswa merangkum pelajaran 3,33 10,00 6,67 11,67 18,33 15,00 8,33 18,33 8,33 No Aktivitas Siswa yang diamati Persentase 1 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru 18,12
  • 41. 2 3 4 5 6 7 8 9 Membaca buku siswa Bekerja dengan sesama anggota kelompok Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru Menyajikanhasil pembelajaran Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide Menulis yang relevan dengan KBM Merangkum pembelajaran Mengerjakan tes evaluasi/latihan 15,63 20,21 14,76 3,33 6,67 7,91 6,67 6,67 Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus II adalah menjelaskan materi yang sulit dan memberikan umpan balik yaitu masing-masing 18,33%, kemudian menyampaikan langkah-langkah strategis yaitu 11,67%. Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus II adalah Bekerja dengan sesama anggota kelompok, mendengarkan penjelasan guru, membaca buku, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru yaitu 20,21%, 18,12%, 15,63% dan 14,76%. Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa terlihat pada tabel berikut. Tabel 4.6. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II No Uraian Hasil Siklus II 1 2 3 4 Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa belum tuntas Nilai rata-rata tes formatif Persentase ketuntasan belajar 18 5 73,48 78,26 Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 73,48 dan ketuntasan belajar mencapai 78,26% atau ada 18 siswa
  • 42. dari 23 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan menerapkan metode pembelajaran penemuan terbimbing. 3. Siklus III a. Tahap Perencanaan Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3, dan alat- alat pengajaran yang mendukung. b. Tahap kegiatan dan pengamatan Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2008 di Kelas IV dengan jumlah siswa 23 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
  • 43. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut: Tabel 4.7 Pengelolaan Pembelajaran Pada Siklus II No Aspek yang diamati Penilaian Rata -rataP1 P2 I Pengamatan KBM A. Pendahuluan 1. Memotivasi siswa 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 4 4 4 4 4 4 B. Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa 2. Membimbing siswa melakukan kegiatan 3. Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok 4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar 5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 C. Penutup 1. Membimbing siswa membuat rangkuman 2. Memberikan evaluasi 3 4 4 4 3,5 4 II Pengelolaan Waktu 3 3 3 III Antusiasme Kelas 1. Siswa Antusias 2. Guru Antusias 4 4 3 4 3,5 4 Jumlah 45 45 45 Keterangan : Nilai : Kriteria 1 : Tidak Baik 2 : Kurang Baik 3 : Cukup Baik 4 : Baik
  • 44. Dari tabel di atas, dapat dilihat aspek-aspek yang diamati pada kegiatan belajar mengajar (siklus II) yang dilaksanakan oleh guru dengan menerapkan metode penemuan terbimbing mendapatkan penilaian cukup baik dari pengamat adalah memotivasi siswa, membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep, dan pengelolaan waktu. Penyempurnaan aspek-aspek diatas dalam menerapkan metode penemuan terbimbing diharapkan dapat berhasil semaksimal mungkin. Berikut disajikan hasil observasi aktivitas guru dan siswa. Tabel 4.8 Aktivitas Guru Dan Siswa Pada Siklus II No Aktivitas Guru yang diamati Persentase 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Menyampaikan tujuan Memotivasi siswa/merumuskan masalah Mengkaitkan dengan pelajaran berikutnya Menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi Menjelaskan materi yang sulit Membimbing dan mengamati siswa dalam menentukan konsep Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan Memberikan umpan balik Membimbing siswa merangkum pelajaran 8.33 10.00 6.67 13.33 11.67 15.00 8.33 16.67 10.00 No Aktivitas Siswa yang diamati Persentase 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru Membaca buku siswa Bekerja dengan sesama anggota kelompok Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru Menyajikan hasil pembelajaran Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide Menulis yang relevan dengan KBM Merangkum pembelajaran Mengerjakan tes evaluasi/latihan 9.38 8.96 11.67 11.46 12.08 10.63 14.57 12.29 8.96 Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa aktivitas guru yang paling dominan pada siklus II adalah memberi umpan balik yaitu 16,67%, membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep yaitu
  • 45. 15.00%. Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas ini mengalami penurunan. Aktivitas guru yang mengalami peningkatan adalah menyampaikan materi/langkah-langkah/strategi dan memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab yaitu 13.33% dan 16,67%. Sedangkan untuk aktivitas siswa yang paling dominan pada siklus II adalah menulis yang relevan dengan KBM yaitu 14,57%, merangkum pembelajaran 12,29% dan menyajikan hasil pembelajaran yaitu (12,08%). Berikutnya adalah rekapitulasi hasil tes formatif siswa seperti terlihat pada tabel berikut Tabel 4.9. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III No Uraian Hasil Siklus III 1 2 3 5 Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa belum tuntas Nilai rata-rata tes formatif Persentase ketuntasan belajar 21 2 77,39 91,30 Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 77,39 dan dari 23 siswa yang telah tuntas sebanyak 21 siswa dan 2 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 91,30% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan
  • 46. pembelajaran penemuan terbimbing sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. c. Refleksi Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pembelajaran penemuan terbimbing. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. 2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. 3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. 4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan. d. Revisi Pelaksanaan Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran penemuan terbimbing dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik.
  • 47. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran penemuan terbimbing dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. B. Pembahasan 1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran penemuan terbimbing memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan II) yaitu masing-masing 65,22%, 78,26%, dan 91,30%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. 2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran penemuan terbimbing dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
  • 48. 3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPA pada pokok bahasan bagian-bagian tumbuhan dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langah-langkah pembelajaran penemuan terbimbing dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
  • 49. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan penemuan terbimbing memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (65,22%), siklus II (78,26%), siklus III (91,30%). 1. Penerapan metode pembelajaran penemuan terbimbing mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan
  • 50. dengan rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar. B. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar IPA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1. Untuk melaksanakan metode pembelajaran penemuan terbimbing memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode pembelajaran penemuan terbimbing dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian inihanya dilakukan di SDN ABC Jakarta Pusat tahun pelajaran 2008/2009. 4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.
  • 51. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta. Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta. Hamalik, Oemar. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Citra Aditya Bakti. KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka. Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria Dearcin University Press. Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya. Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung. Remaja Rosda Karya. Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru. Sudjana. 1996. Metoda Statistik. Bandung: Tarsito. Surakhmad, Winarno. 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars. Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta. Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
  • 52. Lampiran 1 LEMBAR PENGAMATAN PENGELOLAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : ………………. Nama Guru : ……………………… Mata Pelajaran : ………………. Hari/tanggal : ……………………… Sub Konsep : ………………. Pukul : ……………………… Petunjuk Berikan penilan anda dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai. No Aspek yang diamati Penilaian Ya Tidak 1 2 3 4 I Pelaksanaan A. Pendahuluan 1. Memotivasi Siswa 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran B. Kegiatan Inti 1. Mendiskusikan langkah kegiatan bersama siswa. 2. Membimbing siswa melakukan kegiatan. 3. Membimbinga siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok 4. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil penyelidikan. 5. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep. C. Penutup 1. Membimbing siswa membuat rangkuman. 2. Memberikan evaluasi. II Pengelolaan waktu III Antusiasme kelas 1. Siswa antusias 2. Guru Antusias. Keterangan Jakarta, ……….2008 1. Kurang baik Pengamat 2. Cukup baik 3. Baik 4. Sangat baik (…………………………..)
  • 53. Lampiran 2 LEMBAR PENGAMATAN AKTIVITAS SISWA DAN GURU DALAM KBM Nama Sekolah : Tanggal : Kelas/semester : Waktu : Bahan Kajian : Nama Guru : Petunjuk Pengisian Amatilah aktivitas gurudan siswa dalam kelompok sampel selama kegiatan belajar berlangsung kemudian isilah lembar observasi dengan prosedur sebagai berikut: 1. Pengamat dalam melakukan pengamatan duduk di tempat yang memungkinkan dapat melihat semua aktivitas siswa yang diamati. 2. Setiap 2 menit pengamat melakukan pengamatan aktivitas guru dan siswa yang dominan, kemudian 1 menit pengamat menuliskan kode kategori pengamatan. 3. Pengamatan ditujukan untuk kedua kelompok yang melakukan secara bergantian setiap periode waktu tiga menit. 4. Kode-kode kategori dituliskan secara berurutan sesuai dengan kejadian pada baris dan kolom yang tersedia. 5. Pengamatan dilakukan sejak guru memulai pelajaran dan dilakukan secara serempak. Aktivitas guru Aktivitas siswa 1. Menyampaikan tujuan 2. Memotivasi siswa/merumusan masalah. 3. Mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya. 4. Menyampaikan langkah-langkah/strategi 5. Menjelaskan materi yang sulit 6. Memebimbing menemukan konsep. 7. Meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan. 8. Memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab. 9. Membimbing siswa merangkum pelajaran. 1. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru. 2. Membaca buku. 3. Bekerja dengan sesama anggota kelompok 4. Diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. 5. Menyajikan hasil pembelajaran 6. Mengajukan/menanggapi pertanyaan/ide. 7. Menulis yang relevan dengan KBM. 8. Merangkum pembelajaran. 9. Mengerjakan tes evaluasi. Nama Guru: Nama Murid: Nama Murid: Nama Murid: Nama Murid: Nama Murid: Nama Murid: Nama Murid: Nama Murid: Jakarta, 2008 Pengamat
  • 54. (…………………….) Lampiran 3 Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran I No. Nama (Guru-Siswa) P RP I (90 menit) Jumlah Nama Guru 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P1 2 3 3 2 6 5 3 4 2 30 P2 2 3 2 1 5 7 3 5 2 30 Rata-rata X 2 3 2,5 1,5 5,5 6 3 4,5 2 30 Prosentase % 6,67 10.0 0 8,33 5.00 18,3 3 20.0 0 10.0 0 15.0 0 6,67 100 Sampel siswa 1 P1 4 4 6 4 2 2 3 2 3 30 P2 7 3 5 5 1 2 3 2 2 30 Sampel siswa 2 P1 6 4 6 4 1 2 2 2 3 30 P2 7 3 6 5 0 2 3 2 2 30 Sampel siswa 3 P1 5 3 7 5 1 2 2 2 3 30 P2 8 4 4 4 0 3 3 2 2 30 Sampel siswa 4 P1 4 4 7 5 1 2 2 3 2 30 P2 4 4 3 0 2 4 2 2 30 Sampel siswa 5 P1 5 3 8 4 3 0 2 2 3 30 P2 7 3 5 5 2 2 2 2 2 30 Sampel siswa 6 P1 6 4 6 4 1 2 2 2 3 30 P2 8 4 3 5 0 2 4 2 2 30 Sampel siswa 7 P1 5 4 6 3 2 3 2 2 3 30 P2 5 4 4 5 3 2 3 2 2 30 Sampel siswa 8 P1 5 4 8 4 2 0 2 2 3 30 P2 8 4 5 4 0 2 3 2 2 30 Jumlah P1 40 30 54 33 13 13 17 17 23 240 P2 59 29 36 36 6 17 25 16 16 240 Rata-rata X 49.5 29.5 45 34.5 9.5 15 21 16.5 19.5 240 Prosentase rata-rata % 20.6 3 12.2 9 18.7 5 14.3 8 3.96 6.25 8.75 6.88 8.13 100 Keterangan: Rata-rata (x) %100 tan x pengamatjumlah pengamahasilJumlah Prosentase rata-rata (%) %100x rataratajumlah ratarata − − =
  • 55. Lampiran 4 Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran II No. Nama (Guru-Siswa) P RP I (90 menit) Jumlah Nama Guru 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P1 2 2 2 4 4 7 2 5 2 30 P2 2 2 2 3 3 8 3 5 2 30 Rata-rata X 2 2 2 3,5 3,5 7,5 2,5 5 2 30 Prosentase % 6,67 6,67 6,67 11,6 7 11,6 7 25.0 0 8.33 16,6 7 6,67 100 Sampel siswa 1 P1 5 4 5 4 2 2 2 2 4 30 P2 5 5 5 5 2 2 2 2 2 30 Sampel siswa 2 P1 5 5 6 5 1 2 2 2 2 30 P2 6 4 5 5 2 2 2 2 2 30 Sampel siswa 3 P1 5 4 5 4 2 2 2 2 4 30 P2 5 5 6 4 2 2 2 2 2 30 Sampel siswa 4 P1 6 6 6 2 2 2 2 2 2 30 P2 5 4 6 4 1 2 3 2 3 30 Sampel siswa 5 P1 5 4 6 4 2 2 2 2 3 30 P2 7 4 6 4 1 2 2 2 2 30 Sampel siswa 6 P1 6 4 6 6 0 1 3 2 2 30 P2 6 3 7 6 0 1 2 2 3 30 Sampel siswa 7 P1 6 4 6 2 2 2 2 2 4 30 P2 4 3 9 4 1 0 4 2 3 30 Sampel siswa 8 P1 4 4 6 4 2 2 2 2 4 30 P2 6 5 5 4 2 1 2 2 3 30 Jumlah P1 42 35 46 31 13 15 17 16 25 240 P2 44 33 49 36 11 12 19 16 20 240 Rata-rata X 43 34 47.5 33.5 12 13.5 18 16 22.5 240 Prosentase rata-rata % 17.9 1 14.1 6 19.7 9 13.9 6 5.00 5.63 7.50 6.67 9.38 100 Keterangan: Rata-rata (x) %100 tan x pengamatjumlah pengamahasilJumlah Prosentase rata-rata (%) %100x rataratajumlah ratarata − − =
  • 56. Lampiran 5 Data Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Putaran III No. Nama (Guru- Siswa) P RP I (90 menit) Jumlah Nama Guru 1 2 3 4 5 6 7 8 9 P1 2 2 4 4 2 7 2 4 3 30 P2 2 2 2 4 4 6 4 3 3 30 Rata-rata X 2 2 3 4 3 6,5 3 3,5 3 30 Prosentase % 6,67 6,67 10.0 0 13,3 3 10.0 0 21,6 7 10.0 0 11,6 7 10.0 0 100 Sampel siswa 1 P1 5 3 6 5 2 2 2 2 3 30 P2 5 4 6 5 1 2 3 2 2 30 Sampel siswa 2 P1 5 5 6 4 2 2 2 2 2 30 P2 6 5 4 6 2 0 2 3 2 30 Sampel siswa 3 P1 5 4 8 3 2 3 1 2 2 30 P2 5 3 6 5 2 3 1 3 2 30 Sampel siswa 4 P1 6 4 5 5 2 2 2 2 2 30 P2 7 5 4 6 1 2 1 2 2 30 Sampel siswa 5 P1 6 5 6 4 2 1 2 2 2 30 P2 8 5 6 4 1 2 0 2 2 30 Sampel siswa 6 P1 6 4 8 4 1 1 2 2 2 30 P2 7 3 6 4 1 1 3 2 3 30 Sampel siswa 7 P1 4 5 7 3 2 2 2 2 3 30 P2 7 3 6 6 0 0 3 3 2 30 Sampel siswa 8 P1 5 5 6 2 2 2 2 2 4 30 P2 6 4 7 4 2 1 2 2 2 30 Jumlah P1 42 35 52 30 15 15 15 16 20 240 P2 51 32 45 40 10 11 15 19 17 240 Rata-rata X 46.5 33.5 48.5 35 12.5 13 15 17.5 18.5 240 Prosentase rata-rata % 19.3 8 13.9 6 20.2 1 14.5 8 5.21 5.42 6.25 7.29 7.71 100 Keterangan: Rata-rata (x) %100 tan x pengamatjumlah pengamahasilJumlah Prosentase rata-rata (%) %100x rataratajumlah ratarata − − =
  • 57. Lampiran 6 Hasil Tes Formatif Pada Siklus I No. Absensi Nilai Keterangan T TT 1 50 √ 2 80 √ 3 60 √ 4 80 √ 5 70 √ 6 80 √ 7 50 √ 8 40 √ 9 70 √ 10 70 √ 11 60 √ 12 80 √ 13 70 √ 14 80 √ 15 70 √ 16 50 √ 17 70 √ 18 60 √ 19 80 √ 20 70 √ 21 70 √ 22 60 √ 23 90 √ Jumlah 1560 15 8 Keterangan: T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Jumlah siswa yang tuntas : 15 Jumlah siswa yang belum tuntas : 8 Jumlah Skor Maksimal Ideal : 2300 Jumlah Skor : 1560 Skor Tercapai : 67,82 Persentase Ketuntasn : 65,22% Klasikal : Belum tuntas
  • 58. Lampiran 7 Hasil Tes Formatif Pada Siklus II No. Absensi Nilai Keterangan T TT 1 70 √ 2 60 √ 3 80 √ 4 80 √ 5 80 √ 6 70 √ 7 60 √ 8 60 √ 9 90 √ 10 90 √ 11 80 √ 12 80 √ 13 80 √ 14 80 √ 15 70 √ 16 60 √ 17 60 √ 18 70 √ 19 80 √ 20 70 √ 21 70 √ 22 70 √ 23 80 √ Jumlah 1690 18 5 Keterangan: T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Jumlah siswa yang tuntas : 18 Jumlah siswa yang belum tuntas : 5 Jumlah Skor Maksimal Ideal : 2300 Jumlah Skor : 1690 Skor Tercapai : 73,48 Persentase Ketuntasan : 78,26 Klasikal : Belum tuntas
  • 59. Lampiran 8 Hasil Tes Formatif Pada Siklus III No. Absensi Nilai Keterangan T TT 1 90 √ 2 90 √ 3 80 √ 4 80 √ 5 90 √ 6 80 √ 7 70 √ 8 80 √ 9 60 √ 10 80 √ 11 90 √ 12 90 √ 13 90 √ 14 80 √ 15 70 √ 16 70 √ 17 70 √ 18 70 √ 19 80 √ 20 70 √ 21 60 √ 22 70 √ 23 80 √ Jumlah 1790 21 2 Keterangan: T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Jumlah siswa yang tuntas : 21 Jumlah siswa yang belum tuntas : 2 Jumlah Skor Maksimal Ideal : 2300 Jumlah Skor : 1790 Skor Tercapai : 77,39 Persentase Ketuntasan : 91,30 Klasikal : Tuntas
  • 60. UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS IV SDN ABC JAKARTA PUSAT TAHUN PELAJARAN 2008/2009 KARYA TULIS ILMIAH Oleh NAMA GURU NIP: 130 000 000 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN SDN ABC JAKARTA PUSAT
  • 61. 2008 ABSTRAK Nama Guru, 2008. Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Dengan Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing Pada Siswa Kelas IV SDN ABC Jakarta Pusat Tahun Pelajaran 2008/2009 Kata Kunci: prestasi belajar IPA, metode penemuan terbimbing Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar rata- rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar. Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep IPA. Penelitian ini berdasarkan permasalahan: (a) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran penemuan terbimbing? (b) Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran penemuan terbimbing terhadap motivasi belajar siswa? Tujuan dari penelitian ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran penemuan terbimbing. (b) Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran penemuan terbimbing. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas IV SDN ABC Jakarta Pusat. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (65,22%), siklus II (78,26%), siklus III (91,30%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode pembelajaran penemuan terbimbing dapat berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa SDN ABC Jakarta Pusat, serta model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran IPA.
  • 62. DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul .............................................................................................. i Halaman Pengesahan ....................................................................................... ii Abstrak.............................................................................................................. iii Kata Pengantar.................................................................................................. iv Daftar Isi .......................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.................................................... 1 B. Rumusan Masalah .............................................................. 4 C. Batasan Masalah ................................................................ 4 D. Tujuan Penelitian ............................................................... 4 E. Manfaat Penelitian ............................................................ 5 F. Definisi Operasional Variabel ........................................... 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat IPA ....................................................................... 7 B. Proses Belajar Mengajar IPA ........................................... 8 C. Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing ................... 9 D. Motivasi Belajar.................................................................. 13
  • 63. E. Prestasi Belajar IPA ........................................................... 17 F. Hubungan Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Terhadap Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing ... 18 G. Kerangka Teori .................................................................. 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian.......................................................... 21 B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................... 24 C. Subyek Penelitian .............................................................. 25 D. Prosedur Penelitian ............................................................ 25 E. Instrumen Penelitian ........................................................ 27 F. Analisis Data ...................................................................... 28 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Penelitian Persiklus ..................................... 31 B. Pembahasan ....................................................................... 44 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................ 46 B. Saran................................................................................... 46 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 48