1. Nama
: Sarwo Edi Prasojo
NIM
: 1402408073
Rombel
:4
BAB 7
7 TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK
Bidang studi linguistik yang objek penelitiannya makna bahasa merupakan satu tataran
linguistik. Kalau istilah ini tidak dipakai tentu harus diingat bahwa status tataran semantik
dengan tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis tidak sama. Penamaan tataran untuk semantik
sebenarnya agak kurang tepat, sebab semantik bukan satu tataran (unsur pembangun bahasa),
melainkan unsur yang berada pada semua tataran itu, meskipun mempunyai makna yang berbeda
pada tiap-tiap tataran.
Mungkin karena itu para linguis strukturalis tidak begitu peduli dengan makna ini karena
dianggap tidak termasuk menjadi salah satu tataran yang membangun itu.
Studi semantik menjadi semarak saat Chomsky, Bapak linguistik transformasi
mengeluarkan bukunya yang ke-2 pada tahun 1965, beliau menyatakan bahwa semantik
merupakan salah satu komponen dari tata bahasa dan makna kalimat sangat ditentukan oleh
komponen semantik ini. Sebab semantik tidak lagi menjadi objek periferal (objek semantik tidak
jelas dan tidak dapat diamati secara nyata) melainkan menjadi objek yang setaraf dengan bidang
studi linguistik lainnya.
7.1. HAKIKAT MAKNA
Kalau tanda linguistik itu disamakan identitasnya dengan kata atau leksem, maka
makna adalah pengertian/konsep yang dimiliki oleh setiap kata/ leksem, tetapi kalau
disamakan identitasnya disamakan dengan morfem maka makna adalah pengertian/konsep
yang dimiliki suatu morfem.
Ex: kata meja berupa runtutan fonem m-e-j dan a dan komponen berupa konsep berupa
konsep/makna sejenis perabot kantor atau rumah tangga dan mengacu pada sebuah referen
di luar bahasa, yaitu “sebuah meja”.
7.2. JENIS MAKNA
2. 7.2.1. Makna Leksikal, Gramatikal, dan Kontekstual
Makna leksikal adalah makna sebenarnya, sesuai dengan hasil observasi indra kita,
makna apa adanya dan makna yang ada dalam kamus. Maksud makna dalam kamus
adalah makna dasar atau makna yang konret.
Makna gramatikal adalah makna yang terjadi setelah proses gramatikal (afikasi,
reduplikasi, kalimatisasi).
Perbedaan dari makna leksikal dan gramatikal adalah :
Makna leksikal adalah makna dasar/makna dari kata per kata, sedangkan makna
gramatikal adalah makna baru yang muncul ketika kata-kata tersebut menjadi
sebuah kalimat.
Contoh: kata kuda bermakna leksikal binatang, sedangkan makna gramatikalnya
bisa menjadi alat transportasi atau sejenis.
Makna kontekstual adalah makna kata yang berada dalam satu konteks (dalam suatu
keadaan tertentu), tergantung dalam kalimat masing-masing.
Contoh: 1. Kepala sekolah sedang menegur murid itu
2. Kepala nenek sedang sakit
7.2.2. Makna Referensial dan Non-referensial
Makna referensial adalah sebuah kata yang memiliki referensnya/acuannya,
sedangkan non referensial kebalikannya tidak semua kata memiliki makna
referensial karena ada beberapa kata yang tidak mempunyai acuannya dalam dunia
nyata.
Contoh : dan, atau, karena.
Kata deiktik adalah kata yang acuannya tidak menetap dalam satu wujud saja.
Contoh: - Pronomian (dia, saya, kamu)
- Kata yang menunjukkan ruang dan waktu (di sana, sekarang, besok)
7.2.3. Makna Denotatif dan Makna Konotatif
Makna denotatif adalah leksikal (makna asal/asli), sedangkan makna konotatif
adalah makna yang lain yang ditambahkan. Contoh makna denotatif babi adalah
binatang ternak, babi mempunyai makna konotatif, najis. Kata yang kurang sopan.
Konotasi pada sebuah kata tidak tetap karena konotasi kata berbeda antara
seseorang dengan orang lain, daerah satu dengan daerah lain, masa satu dengan
3. masa lain. Contoh kata babi berkonotasi negatif bagi orang Islam tetapi tidak bagi
orang non Islam. Makna konotasi berbeda dengan makna kias karena makna kias
menurut sapa bertujuan memerintah kata.
7.2.4. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Makna konseptual adalah makna kata yang terlepas dari konteks/ asosiasi apa pun
dan bisa dibilang sama dengan makna denotatif dan leksikal karena makna tersebut
asli dan konkret. Sedangkan makna asosiasi adalah makna kata yang berkenaan
dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa.
Contoh: kata merah berasosiasi berani.
7.2.5. Makna Kata dan Makna Istilah
Makna kata adalah makna yang bersifat umum, kasar dan tidak jelas. Sedangkan
makna istilah adalah makna yang pasti, jelas, tidak meragukan, meskipun tanpa
konteks kalimat dan perlu diingat bahwa makna istilah hamfa dipakai pada bidang
keilmuan/kegiatan tertentu saja.
7.2.6. Makna Idiom dan Peribahasa
Makna idiom adalah makna yang tidak dapat diramalkan secara leksikal maupun
gramatikal. Contoh kata meja hijau bukan meja yang berwarna hijau melainkan kata
lain dari pengadilan. Idiom terdiri dari dua macam yaitu idiom penuh dan idiom
sebagian.
Contoh idiom penuh : meja hijau, membanting tulang
Idiom sebagian : daftar hitam, koran kuning.
7.3. RELASI MAKNA
7.3.1. Sinonim
Adalah kesamaan makna antara satu ujaran dengan satu ujaran lainnya, tetapi
makna dari dua buah kata itu tidak sama persis karena masing-masing kata
memiliki nuansa makna yang tidak sama. Contoh : melirik, melihat, mengintip.
7.3.2. Antonim
Adalah lawan makna, bahwa hubungan antara dua buah satuan ujaran yang
maknanya menyatakan kebalikan, bertentangan, atau kontras.
4. Macam-macam antonim, antara lain:
Antonim yang bersifat mutlak
Ex: hidup mati
Antonim yang bersifat relatif atau bergradasi
Ex: besar kecil
Antonim yang bersifat relasional
Ex: suami istri.
Antonim yang bersifat hierarkial
Ex: tamtama bintara.
7.3.3. Polisemi
Adalah kata yang mempunyai makna lebih dari satu, tetapi makna tersebut relatif
sama.
Contoh : kepalanya luka kena pecahan kaca
Kepala kantor itu bukan paman saya
Kata “kepala” pada kalimat di atas mempunyai makna yang berbeda tetapi samasama berada di atas.
7.3.4. Homonimi
Adalah dua buah kata yang bentuknya “kebetulan” sama tetepi makna tentu jauh
berbeda.
Contoh kata “bisa” ada yang bermakna racun ular dan berarti sanggup
Homofon : kesamaan bunyi antara dua kata tanpa memperhatikan ejaannya.
Contoh: kata “bank” yang berarti lembaga keuangan dengan kata “bang” yang
berarti bentuk singkat dari abang
Homograf : bentuk dari dua kata yang sama tulisan atau ejaannya tetapi ucapan dan
maknanya tidak sama.
Contoh : meréka dengan kata mereka
Meréka artinya dia bersama-sama
Mereka artinya merancang
5. Dalam hal ini perlu diperhatikan perbedaan antara homonim dan polisemi.
Homonim adalah dua kata yang kebetulan sama dan maknanya jauh berbeda.
Sedangkan polisemi adalah kata yang memiliki makna lebih dari satu dan
maknanya pun masih ada kaitannya.
Bahasa inggris bersumber dariu macam-macam bahasa dari seluruh dunia, mungkin
hal itu menjadikan kita sering menemukan homograf/homonimi di dalamnya.
7.3.5. Hiponimi
Hiponimi adalah hubungan antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup
dalam makna bentuk ujaran yang lain.
Hipernim : makna yang tercakup dalam makna bentuk ujaran lain
Contoh : burung berhipernim dengan tekukur, podangm balam.
Kohiponim : hubungan dari makna-makna hipernim
Contoh : tekukur kohiponim dengan podang, jalak, balam, dll.
7.3.6. Ambiquiti atau Ketaksaan
Adalah makna ganda yang terjadi akibat tafsiran gramatikal yang berbeda yang
umumnya terjadi pada bahasa tulis, karena dalam bahasa tulis unsur suprasegmental
tidak dapat digambarkan dengan akurat. Dan perlu diingat bahwa ambiquiti adalah
sebuah bentuk dengan ditafiran makna atau lebih sedangkan homonimi adalah dua
buah bentuk atau lebih yang kebetulan sama.
7.3.7 Redundansi
Adalah berlebih-lebihannya penggunaan unsur segmental dalam suatu bentuk
ujaran.
Contoh: bola itu ditendang oleh Dika tidak akan berbeda maknanya dengan bola
ditendang Dika. Jadi kata oleh dianggap redundans, namun apabila kita libat secara
semantik, menurut saya redundans itu ada karena akan menonjolkan salah satu
peran yang ada dalam unsur kalimat tersebut.
7.4. PERUBAHAN MAKNA
6. Dalam masa yang relatif singkat makna sebuah kata akan tetap sama atau tidak
berubah, tetapi walam waktu yang relatif lama ada kemungkinan makna sebuah kata akan
berubah. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain :
- Perkembangan dalam bidang IPTEK, Ex: kata layar.
- Perkembangan sosial budaya, Ex : kata saudara
- Perkembangan pemakaian kata, Ex : kata menggarap
- Pertukaran tanggapan indra, Ex : kata manis
- Adanya asosiasi (hubungan dengan ujaran lain), Ex : amplop bisa bermakna sampul surat
dan suap.
Macam-macam perubahan makna
- Perubahan meluas
Kalau tadinya makna itu hanya bermakna A kemudian bermakna B juga.
Ex: kata saudara dulu hanya untuk saudara sekandung tapi sekarang meluas menjadi
sesama manusia.
- Perubahan menyempit
Kalau tadinya kata itu memiliki makna yang sangat umum tetapi kini maknanya
menjadi khusus/sangat khusus.
Ex : kata sarana dulu semua orang cerdik adalah sarjana, tapi sekarang bermakna
lulusan perguruan tinggi saja.
- Perubahan total
Makna yang dimiliki sekarang jauh berbeda dengan makna aslinya.
Ex : kata ceramah dulu bermakna cerewet, banyak cakap tapi sekarang bermakna
uraian mengenai suatu hal di muka orang banyak.
7.5. MEDAN MAKNA DAN KOMPONEN MAKNA
7.5.1. Medan Makna
Medan makna adalah seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling
berhubungan karena menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan /realitas
dalam alam semesta tertentu.
Contoh: nama-nama warna, yang termasuk medan warna antara lain :
- merah
- hijau
7. - coklat
- kuning
- biru
- abu-abu
Kata-kata yang mengelompok dalam satu medan makna, berdasarkan sifat
hubungan semantisnya dapat dibedakan atas kelompok medan kolokasi dan medan
set.
Medan kolokasi menunjuk pada hubungan sintagmantik yang terdapat antara
kata-kata itu.
Contoh : cabe, bawang, terasi, garam, merica. Kata-kata tersebut berada dalam
satu kolokasi yaitu berkenaan dengan bumbu dapur.
Medan set menunjuk pada hubungan paradigmatik, karena kata-kata yang berada
dalam satu kelompok set itu saling bisa disubstitusikan, biasanya mempunyai
kelas yang sama dan merupakan satu kesatuan.
Contoh : remaja, kanak-kanak, dewasa. Remaja merupakan perkembangan dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
Semua ini bermanfaat bagi kita dalam memahami konsep-konsep budaya yang
ada dalam suatu masyarakat bahasa.
7.5.2. Komponen Makna
Komponen makna adalah komponen-komponen yang dimiliki oleh setiap kata yang
membentuk keseluruhan makna kata itu.
Contoh : kata ayah dan ibu, apabila kita buat bagannya adalah seperti ini
Komponen Makna
Manusia
Ayah
+
Ibu
+
Dewasa
+
+
Jantan
+
-
Kawin
+
+
Punya anak
+
+
Tanda + : berarti memiliki komponen makna tersebut
Tanda - : berarti tidak memiliki komponen makna itu
Analisis komponen makna ini dapat dimanfaatkan untuk mencari perbedaan dari
bentuk-bentuk yang bersinonim, dapat juga digunakan untuk meramalkan makna
gramatikal. Ada juga yang dinamakan analisis biner yaitu analisis makna dengan
8. mempertentangkan ada (+) atau tidak adanya (-) komponen makna pada sebuah
butir kata.
7.5.3. Kesesuaian Semantik dan Sintaktik
Kesesuaian semantik adalah persesuaian konstituen-konstituen yang membangun
kalimat itu.
Contoh ketidaksesuaian semantik : segelas kambing, karena dua kata tersebut tidak
ada satupun yang cocok antara komponen makna yang satu dengan yang satunya.
Yang sesuai segelas air.
Kesesuaian sintaktik adalah penempatan bersama-sama kata-kata menjadi
kelompok kata atau kalimat.
Contoh ketidaksesuaian sintaktik : kambing membaca, karena kata kambing +
membaca tidak merupakan satu kelompok kata. Yang sesuai saya (manusia)
membaca.
Apabila kata-kata yang tidak sesuai semantik + sintaktiknya dibuat sebuah kalimat
maka kalimat tersebut akan tidak berterima.
Contoh:
- Si Udin makan rumput, karena Si Udin dan rumput tidak mempunyai komponen
makna yang sama, maka apabila kedua kata itu digabungkan akan menjadi tidak
berterima.
Kalimat yang benar adalah : Sapi (hewan) makan rumput.