SlideShare a Scribd company logo
Resume Manajemen
Disusun Oleh:
Resti Purnika Sari
Nim 1416131977
Kelas 2A Ekis
Dosen Pembimbing
John Hendri, S.Kom., M.M
Prodi Ekonomi Syari’ah
Fakultas Syari’ah & Ekonomi Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Bengkulu
2015
Bab 1. Konsep Dasar Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Kata manajemen sudah begitu sering kita dengar. Kata manajemen
sangat erat sekali hubungannya dengan organisasi, oleh karena itu sebelum
kita mengetahui apa itu manajemen ada baiknya kita memahami terlebih
dahulu apa itu organisasi. Menurut Griffin (2002), organisasi adalah
sekelompok orang yang bekerja sama dalam struktur dan koordinasi tertentu
dalam mencapai serangkaian tujuan tertentu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
organisasi itu sebagai sekumpulan orang atau kelompok yang memiliki
tujuan tertentu dan berupaya untuk mewujudkan tujuannya tersebut melalui
kerja sama.
Lain dengan organisasi, manajemen mempunyai definisi yang sangat
luas, hal inilah yang menyebabkan tidak adanya definisi yang secara
konsisten yang diberikan oleh setiap orang. Banyak ahli yang berbeda
pendapat tentang ini, diantaranya Mary Parker Follet, mendefiniskan
manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer dalam mencapai tujuan
organisasi itu melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan
berbagai tugas yang mungkin diperlukan, atau dengan tidak melakukan
tugas-tugas itu sendiri. Sedangkan menurut Stoner, manajemen adalah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-
usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Definisi yang disampaikan oleh Stoner menunjukan adanya perbedaan
dengan definisi yang disampaiakan oleh Mary Parker Follet. Jika Mary
Parker Follet menggunakan kata seni untuk mendefinisikan manajemen, lain
halnya dengan Stoner yang menekankan penggunaan kata proses. Menurut
Stoner, manajemen didefinisikan sebagai proses karena semua manajer tanpa
memperdulikan kecakapan atau keterampilan khusus mereka harus
melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang saling berkaitan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang mereka inginkan. Berdasarkan pendapat dari
para ahli diatas, dapat disimpulan bahwa manajemen itu adalah bekerja
dengan orang-orang untuk menetukan, menginterpretasikan dan mencapai
tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau
kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan
pengawasan (controlling).
Dari penjelasan Mary Parker Follet dan Stoner tentang manajemen
diatas, dapat kita bagi manajemen itu kedalam dua kategori, yaitu :
a. Manajemen sebagai ilmu dan seni
Menurut Gulick manajemen telah memenuhi persyaratan untuk
disebut bidang ilmu pengetahuan, karena telah dipelajari untuk waktu
yang lama dan telah diorganisasi menjadi suatu rangkaian teori.
Manajemen bukan hanya merupakan ilmu atau seni tetapi kombinasi dari
keduanya, karena manajemen tidak hanya memerlukan disiplin ilmu-
ilmu pengetahuan seperti ilmu ekonomi, statistik, akuntansi dan
sebagainya tetapi juga menggunakan pendekatan artistik (seni).
b. Manajemen sebagai profesi
Edgar H. Schein menguraikan karakteristik-karakteristik atau
kriteria-kriteria untuk menentukan sesuatu dapat dikatakan sebagai
profesi, yaitu :
1) Para profesional membuat keputusan atas dasar prinsip-prinsip
umum. Adanya pendidikan, kursus-kursus dan program-program
latihan formal menunjukan bahwa ada prinsip-prinsip manajemen
tertentu yang dapat diandalkan.
2) Para profesional mendapatkan status mereka karena mencapai
standar prestasi kerja tertentu, bukan karena favoritisme atau karena
suku bangsa atau agamanya dan kriteria politik atau sosial lainnya.
3) Para profesional harus ditentukan oleh suatu kode etik yang kuat,
dengan disiplin untuk mereka yang menjadi kliennya.
Dalam sebuah organisasi, manajemen sangat dibutuhkan, karena
tanpa manajemen semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan
sulit diwujudkan. Oleh karena itu, ada tiga alasan utama manajemen
dibutuhkan, yaitu :
1) Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan sebuah organisasi
dan pribadi
2) Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-
tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling
bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam
organisasi, seperti pemilik dan karyawan, maupun kreditur,
pelanggan, konsumen, supplier, serikat kerja, assosiasi perdagangan,
masyarakat dan pemerintah.
3) Manajemen dibutuhkan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas,
karena efisiensi itu sendiri adalah kemampuan untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan dengan benar, sedangkan efektivitas adalah
kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang
tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
2. Fungsi Manajemen
Berdasarkan tiga alasan utama manajemen dibutuhkan dalam organisasi
yang disebutkan diatas, maka manajemen memiliki fungsi seperti yang
diterangkan oleh Nickels, dan McHugh (1997), yaitu:
1) Perencanaan atau Planning, yaitu proses yang menyangkut upaya yang
dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan
datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan
target dan tujuan organisasi.
2) Pengorganisasian atau Organizing, yaitu proses yang menyangkut
bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan
didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem
dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan bisa memastikan bahwa
semua pihak dalam organisasi bisa bekerja secara efektif dan efisien guna
pencapaian tujuan organisasi.
3) Pengimplementasian atau Directing, yaitu proses implementasi program
agar bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses
memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung
jawabnya dengan penuh kesadaran dan prosuktivitas yang tinggi.
George
Robert Terry:
a. Planning
b. Organizing
c. Actuating
d. controlling
Henry Fayol:
a. Planning
b. Organizing
c. Commanding
d. Coordinating
e. controlling
James A.F Stoner:
a. Planning
b. Organizing
c. Leading
d. controlling
Prajudi Atmosudirjo:
a. Planning
b. Organizing
c. Directing
d. controlling
Horald Kontz:
e. Planning
f. Organizing
g. Commanding
h. coordinating
i. controlling
4) Pengendalian dan pengawasan atau Controlling, yaitu proses yang
dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah
direncanakan, diorganisasikan, dan diimplementasikan bisa berjalan
sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan
terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi.
Selain Nickels dan McHugh, ada juga beberapa tokoh yang
mengemukakan pendapat mereka tentang fungsi manajemen, yaitu:
Jika dilihat dari gambar diatas, memang beberapa tokoh memiliki
perbedaan tentang fungsi manajemen, tetapi dari perbedaan pendapat
tersebut esensinya tetap sama, yaitu:
1) Manajemen terdiri dari berbagai proses yang terdiri dari tahapan-tahapan
tertentu yang berfungsi untuk mencapai tujuan organisasi.
2) Setiap tahapan memiliki keterkaitan satu sama lain dalam pencapaian
tujuan organisasi.
Bab 2. Perkembangan Ilmu Manajemen
1. Perkembangan Teori Ilmu Manajemen
Pada dasarnya manajemen telah digunakan oleh orang-orang terdahulu
dalam kehidupan mereka, sebagai contoh yaitu, Alexander The Great yang
telah menerapkan konsep manajemen dalam melakukan kampanye
militernya, pembuatan menara Pissa di Italia, pembuatan Candi Borobudur di
Indonesia dan masih banyak lagi contoh yang menunjukan bahwa manajemen
telah digunakan sejak dahulu. Berdasarkan perkembangan ilmu manajemen
inilah, maka ada tiga aliran pemikiran manajemen yang digunakan, yaitu:
1. Manajemen Klasik
a. Manajemen Ilmiah
Ada dua tokoh yang mengawali lahirnya manajemen klasik
(ilmiah), yaitu:
a) Robert Owen (1771-1858)
Dia menekankan pentingnya unsur manusia dalam prosuksi,
juga membuat perbaikan-perbaikan dalam kondisi kerja, seperti
pengurangan hari kerja standar, pembatasan anak-anak di bawah
umur yang bekerja, membangun perumahan yang lebih baik bagi
karyawan dan mengoperasikan toko perusahaan yang menjual
barang-barang dengan murah. Menurut Robert perbaikan kondisi
karyawanlah yang akan menaikkan produksi dan keuntungan
(laba), dan investasi yang paling menguntungkan adalah pada
karyawan atau “vital machmes”.
b) Charles Babbage (1792-1871)
Dia adalah pencetus pertama prinsip pembagian kerja melalui
spesialisai, di mana menurut dia setiap tenaga kerja harus diberi
latihan keterampilan yang sesuai dengan setiap operasi pabrik.
Babbage juga menganjurkan harus ada kerjasama yang saling
menguntungkan antara kepentingan karyawan dan pemilik pabrik,
serta merencanakan skema pembagian keuntungan.
Selain dari dua tokoh di atas, ada juga beberapa tokoh yang telah
memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan
manajemen ilmiah, yaitu:
a) Frederick W. Taylor (1856-1915)
Dia disebut sebagai bapak manajemen ilmiah, gagasan-
gagasannya tentang manajemen ilmiah dituangkan dalam tiga
judul makalah, yaitu Shop Management, The Principle of
Scientific Management, dan Testimony Before the Special House
Committee, yang kemudian dirangkum dalam sebuah buku
berjudul Scientific Management. Taylor telah memberikan
prinsip-prinsip dasar (filsafat) penerapan pendekatan ilmiah pada
manajemen, empat prinsip dasar tersebut adalah:
1) Pengembangan metode-metode ilmiah dalam manajemen,
metode yang paling baik untuk pelaksanaan setiap pekerjaan
dapat ditentukan.
2) Seleksi ilmiah untuk karyawan, agar setiap karyawan dapat
diberikan tanggung jawab atas sesuatu tugas sesuai dengan
kemampuannya.
3) Pendidikan dan pengembangan ilmiah para karyawan.
4) Kerjasama yang baik antara manajemen dan tenaga kerja.
b) Frank Bunker Gilbreth dan Lillian Gilbreth.
Frank Gilbreth, seorang pelopor pengembangan studi gerak
dan waktu, menciptakan berbagai teknik manajemen yang
diilhami Taylor. Dia sangat tertarik terhadap masalah efisiensi,
terutama untuk menemukan cara terbaik pengerjaan suatu tugas.
Sedangkan Lillian Gilbreth lebih tertarik pada aspek-aspek
manusia dalam kerja, seperti seleksi, penempatan, dan latihan
personalia, yang mana gagasannya ini dia kemukakan dalam buku
berjudul The Psychology of Management. Bagi Lillian,
manajemen ilmiah mempunyai satu tujuan akhir, yaitu membantu
para karyawan mencapai seluruh potensinya sebagai makhluk
hidup.
c) Hemy L. Gantt (1861-1919)
Adapun gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh Hemy,
yaitu:
1) Kerjasama yang saling menguntungkan antara tenaga kerja
dan manajemen
2) Seleksi ilmiah tenaga kerja
3) Sistem insentif (bonus) untuk merangsang produktivitas
4) Penggunaan instruksi-instruksi kerja yang terperinci
Kontribusi terbesarnya adalah penggunaan metode grafik,
yang dikenal sebagai “bagan Gantt” (Gantt Chart), untuk
perencanaan, koordinasi dan pengawasan produksi.
d) Harrington Emerson (1853-1931)
Bagi Emerson penyakit sistem industri disebabkan oleh
pemborosan dan ketidak-efisienan. Oleh sebab itu, Emerson
mengemukakan 12 belas prinsip-prinsip efisiensi yang sangat
terkenal, yaitu:
1) Tujuan-tujuan dirumuskan dengan jelas.
2) Kegiatan yang dilakukan masuk akal.
3) Adanya staf yang cakap.
4) Disiplin.
5) Balas jasa yang adil.
6) Laporan-laporan terpercaya, segera, akurat, sistem informasi
dan akuntansi.
7) Pemberian perintah, perencanaan, dan pengurutan kerja.
8) Adanya standar-standar, skedul-skedul, metoda dan waktu
setiap kegiatan.
9) Kondisi yang distandarisasikan.
10) Operasi yang distandarisasikan.
11) Instruksi-instruksi praktis tertulis yang standar
12) Balas jasa efisiensi, rencana insentif.
b. Teori Organisasi Klasik
Di dalam manajemen klasik, tidak hanya membahas tentang
manajemen ilmiah tetapi juga membahas tentang teori organisasinya
juga. Berikut beberapa tokoh yang mengemukakan gagasan tentang
teori organisasi klasik, yaitu:
a) Hemi Fayol(1841-1925)
Dia mengemukakan teori dan teknik-teknik administrasi
sebagai pedoman bagi pengelolaan organisasi-organisasi yang
komplek. Dalam teori administrasinya, Fayol memerinci
manajemen menjadi lima unsur, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pemberian perintah, pengkoordinasian dan
pengawasan. Pembagian administrasi ini pun dikenal sebagai
fungsionalisme Fayol. Selain itu, Fayol juga membagi operasi-
operasi perusahaan menjadi enam kegiatan, yaitu:
1) Teknik, terdiri dari produksi dan manufacturing produk.
2) Komersial, terdiri dari pembelian bahan baku dan penjualan
produk.
3) Keuangan (finansial),
4) Keamanan
5) Akuntansi, terdiri dari pelaporan dan pencatatan biaya, laba
dan hutang, pembuatan neraca, dan pengumpulan data
statistik.
6) Manajerial.
Fayol juga mengemukakan empat belas prinsip-prinsip
manajemen, yaitu:
1) Pembagian kerja, yaitu spesialisasi akan meningkatkan
efisiensi pelaksanaan kerja.
2) Wewenang, yaitu hak untuk memberi perintah dan dipatuhi.
3) Disiplin, yaitu respek dan ketaatan pada peranan-peranan dan
tujuan-tujuan organisasi.
4) Kesatuan perintah, yaitu setiap karyawan hanya menerima
instruksi tentang kegiatan tertentu dari hanya seorang atasan.
5) Kesatuan pengarahan, yaitu operasi-operasi dalam organisasi
yang mempunyai tujuan yang sama harus diarahkan oleh
seorang manajer dengan penggunaan satu rencana.
6) Meletakkan kepentingan perseorangan di bawah kepentingan
umum, yaitu kepentingan perseorangan harus tunduk pada
kepentingan organisasi.
7) Balas jasa, yaitu kompensasi untuk pekerjaan yang
dilaksanakan harus adil baik bagi karyawan maupun pemilik.
8) Sentralisasi, yaitu adanya keseimbangan yang tepat antara
sentralisasi dan desentralisasi.
9) Rantai saklar (garis wewenang), yaitu garis wewenang dan
perintah yang jelas.
10) Order, yaitu bahan-bahan (material) dan orang-orang harus
ada pada tempat dan waktu yang tepat.
11) Keadilan, yaitu harus ada kesamaan perlakuan dalam
organisasi.
12) Stabilitas stay organisasi, yaitu tingkat perputaran tenaga
kerja yang tinggi tidak baik bagi pelaksanaan fungsi-fungsi
organisasi.
13) Inisiatif, yaitu bawahan harus diberi kebebasan untuk
menjalankan dan menyelesaikan rencananya, walaupun
beberapa kesalahan mungkin terjadi.
14) Esprit de Corps (semangat korps), yaitu kesatuan adalah
kekuatan, pelaksanaan operasi organisasi perlu memiliki
kebanggaan, kesetiaan dan rasa memiliki dari para anggota
yang tercermin pada semangat korps.
b) James D. Mooney
Menurut Mooney, untuk merancang organisasi perlu
diperhatikan empat kaidah dasar, yaitu:
1) Koordinasi, yaitu syarat-syarat adanya koordinasi meliputi
wewenang, saling melayani, doktriri (perumusan tujuan) dan
disiplin.
2) Prinsip skalar, yaitu proses skalar mempunyai prinsip,
prospek dan pengaruh sendiri yang tercermin dari
kepemimpinan, delegasi dan definisi fungsional.
3) Prinsip fungsional, yaitu adanya fungsionalisme bermacam-
macam tugas yang berbeda.
4) Prinsip staf, yaitu kejelasan perbedaan antara staf dan lini.
c) Mary Parker Follet (1868-1933)
Follet dan Barnard bertindak sebagai jembatan antara teori
klasik dan hubungan manusiawi, karena pemikiran mereka
berdasarkan kerangka klasik, tetapi memperkenalkan beberapa
unsur-unsur baru tentang aspek-aspek hubungan manusiawi.
Follet adalah ahli ilmu pengetahuan sosial pertama yang
menerapkan psikologi pada perusahaan, industri dan pemerintah.
Hal yang dia berikan pada manajemen adalah aplikasi praktik
ilmu-ilmu sosial dalam administrasi perusahaan, selain itu dia
juga menulis tentang kreativitas, kerjasama antara manajer dan
bawahan, koordinasi dan pemecahan konflik. Dia juga
menguraikan pola organisasi yang ideal di mana manajer
mencapai koordinasi melalui komunikasi yang terkendali dengan
para karyawan.
d) Chaster L. Barnard (1886-1961)
Barnard memandang organisasi sebagai sistem kegiatan yang
diarahkan pada tujuan. Menurut dia, fungsi-fungsi utama
manajemen adalah sebagai perumusan tujuan dan pengadaan
sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan. Dia juga mengemukakan teori penerimaan pada
wewenang, yaitu teori bahwa bawahan akan menerima perintah
hanya bila mereka memahami dan mampu serta berkeinginan
untuk menuruti atasan. Barnard adalah pelopor dalam penggunaan
pendekatan sistem untuk pengelolaan organisasi.
Gagasan-gagasan yang disampaikan oleh tokoh-tokoh di atas
tentang manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik telah
memberikan banyak manfaat terhadap bermacam-macam kegiatan
organisasi, terutama dalam usaha peningkatan produktivitas. Selain
itu, manajemen ilmiahlah yang telah mengemukakan pentingnya
desain kerja, mendorong manajer untuk mencari cara terbaik
pelaksanaan tugas. Oleh karena itu, manajemen ilmiah tidak hanya
mengembangkan pendekatan rasional untuk pemecahan masalah-
masalah organisasi tetapi juga meletakkan dasar profesionalisasi
manajemen.
Akan tetapi gagasan yang disampaikan oleh tokoh-tokoh tersebut,
tidak hanya menimbulkan kebaikan dalam organisasi tetapi
menimbulkan keburukkan juga. Hal ini terjadi pada gagasan yang
disampaikan oleh Taylor tentang revolusi mental. Setelah gagasan
tersebut dipraktekan terjadi masalah-masalah sebagai keterbatasan
penerapan manajemen ilmiah, hal ini disebabkan oleh perilaku
manusia yang bermacam-macam. Sebagai contoh, yaitu kenaikan
produktivitas tidak diikuti dengan kenaikan pendapatan, dan
pendekatan rasional hanya memuaskan kebutuhan-kebutuhan
ekonomis dan fisik, dan tidak memuaskan kebutuhan-kebutuhan sosial
karyawan. Selain itu, manajemen ilmiah juga mengabaikan keinginan
manusia untuk kepuasan kerja. Hal inilah yang menimbulkan usaha-
usaha para ahli manajemen berikutnya untuk melengkapi model
manajemen ilmiah.
2. Aliran Hubungan Manusia
Aliran hubunga manusia (perilaku manusia atau neoklasik) muncul
karena ketidakpuasan terhadap pendekatan aliran klasik. Para manajer masih
menghadapi kesulitan-kesulitan dan frustasi karena karyawan tidak selalu
mengikuti pola-pola perilaku yang rasional, sehingga menurut mereka
permasalaha tentang sisi perilaku manusia menjdi sangat penting dalam
organisasi. Berikut beberapa ahli yang mencoba melengkapi teori organisasi
klasik dengan pandangan sosiologi dan psikologi, yaitu:
a) Huga Munsterberg (1863-1916)
Seorang pencetus psikologi industri atau sering disebut bapak
psikologi industri. Dia mengemukakan bahwa untuk mencapai
peningkatan prodiktivitas dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu:
1) Penemuan best possible person.
2) Penciptaan best possible work.
3) Penggunaan best possible effect untuk memotivasi karyawan.
Selian itu, Musterberg juga mengingatkan bahwa di dalam
organisasi ada pengaruh faktor-faktor sosial dan budaya.
b) Elton Mayo(1880-1949) dan percobaan Hawthorne
Dia dan asisten risernya Fritz J. Roethlisberger serta William J.
Dickson, mengadakan suatu studi tentang prilaku manusia dalam
bermacam situasi tahun 1927-1932. Mereka membagi karyawan ke
dalam kelompok penelitian, di mana percobaan pertama dilakukan untuk
meneliti pengaruh kondisi penerangan terhadap kenaikkan produktivitas.
Saat kondisi penerangan dinaikka, produktivitas juga naik, dan saat
kondisi penerangan diturunkan, ternyata produktivitas tetap naik.
Percobaan selanjutnya, yaitu menempatkan dua kelompok yang terdiri
dari enam karyawan ke dalam ruangan yang terpisah. Ruangan satu
kondisinya diubah secara periodik, seperti upah dinaikka, periode
istirahat dan jam makan siang lamanya di ubah-ubah, dan hari kerja dan
minggu kerja di perpendek. Sedangkan ruangan yang lainnya tidak
mengalami perubahan, hanya saja pada ruangan ini diikuti seorang
peneliti yang bertindak sebagai atasan.
Pada percobaan yang kedua ini pun menunjukan hasilnya sama,
yaitu kedua ruangan ini menunjukkan kenaikkan produktivitas yang
sama. Hal ini membuat Mayo dan kawan-kawan menyimpulkan bahwa
kenaikkan upah bukanlah penyebab kenaikkan produktivitas, tetapi
hubungan manusiawi antara karyawan dan atasanlah yang lebih penting.
Percobaan ini mengarahkan Mayo pada penemuan penting, yaitu
perhatian khusus yang diberikan atasan kepada bawahan sangat
mempengaruhi usaha-usaha kerja mereka, dan fenomena ini dikenal
sebagai Hawthorne effect.
Aliran hubungan manusiawi mengutarakan bahwa perhatian
terhadap karyawan akan memberikan keuntungan. Akan tetapi, setelah
dipraktekan konsep makhluk sosial tidak menggambarkan secara lengkap
individu-individu dalam tempatnya bekerja. Selain itu, perbaikan-
perbaikan kondisi kerja dan kepuasan karyawan tidak menghasilkan
peningkatan produktivitas yang dramatik seperti yang diharapkan.
3. Aliran Manajemen Modern
Aliran ini berkembang melalui dua jalur, yaitu:
a. Jalur aliran hubungan manusia yang dikenal sebagai perilaku organisasi.
Adapun tokoh-tokohnya, yaitu:
1) Abraham Maslow, mengemukakan adanya hirarki kebutuhan dalam
perilaku manusia dan dinamika proses motivasi.
2) Douglas McGregor dengan teori X dan Y.
3) Frederick Herzberg, menguraikan teori motivasi higienis atau teori
dua faktor.
4) Robert Blake dan Jane Mouton, membahas lima gaya kepemimpinan
dengan kisi-kisi manajerial.
5) Rensis Likert, mengidentifikasi dan melakukan penelitiannya secara
ekstensif mengenai empat sistem manajemen, dari sistem exploit-
otoritatif sampai sistem partisipasi kelompok.
6) Fred Fiedler, menyarankan pendekatan contingency pada studi
kepemimpinan.
7) Chris A.
8) Edgar Schein
Adapun yang menjadi prinsip dasar pendapat para tokoh manajemen
modern, yaitu:
1) Manajemen tidak dapat dipandang sebagai suatu proses teknik secara
ketat (peranan, prosedur, dan prinsip).
2) Manajemen harus sistematik, dan pendekatan yang digunakan harus
dengan pertimbangan secara hati-hati.
3) Organisasi sebagai suatu keseluruhan dan pendekatan manajer
individual untuk pengawasan harus sesuai dengan situasi.
4) Pendekatan motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja
terhadap tujuan organisasi sangat dibutuhkan.
Sebagai tambahan gagasan yang lebih khusus tentang riset perilaku,
yaitu:
1) Unsur manusia adalah faktor kunci utama penentu sukses atau
kegagalan pencapaian tujuan organisasi.
2) Manajer masa kini harus diberi latihan dalam pemahaman prinsip-
prinsip dan konsep-konsep manajemen.
3) Organisasi harus meyediakan iklim yang mendatangkan kesempatan
bagi karyawan untuk memuaskan seluruh kebutuhan mereka.
4) Komitmen dapat dikembangkan melalui partisipasi dan keterlibatan
para karyawan.
5) Pekerjaan setiap karyawan harus disusun yang memungkinkan
mereka mencapai kepuasan diri dari pekerjaan tersebut.
6) Pola-pola pengawasan dan manajemen pengawasan harus dibangun
atas dasar pengertian positif yang menyeluruh mengenai karyawan
dan reaksi mereka terhadap pekerjaan.
b. Jalur manajemen ilmiah yang dikenal sebagai aliran kuantitatif.
Teknik aliran ini digunakan dalam kegiatan penganggaran modal,
manajemen aliran kas, scheduling produksi, pengembangan strategi
produk, perencanaan program pengembangan sumber daya manusia,
penjagaan tingkat persediaan yang optimal dan sebagainya. Adapun
langkah-langkah pendekatan aliran kuantitatif ini, yaitu:
1) Perumusan masalah
2) Penyusunan suatu model sistematis
3) Mendapatkan penyelesaian dari model
4) Pengujian model dan hasil yang didapatkan dari model
5) Penetapan pengawasan atas hasil-hasil
6) Pelaksanaan hasil dalam kegiatan implementasi.
Bab 3. Manajer dan Manajemen
1. Pengertian Manajer
Jika pada pembahasan Bab 1 kita telah membahasa tentang pengertian
manajemen, maka pada bab ini kita akan membahas tentang pengertian
manajer. Manajer pada dasarnya adalah subjek dari kegiatan manajemen,
yang artinya manajer itu adalah orang yang melakukan kegiatan manajemen.
Lebih lengkapnya lagi, manajer adalah individu yang bertanggung jawab
secara langsung untuk memastikan kegiatan dalam sebuah organisasi
dijalankan bersama para anggota dari organisasi. Oleh karena itu, tugas
manajer adalah untuk memastikan dan mewujudkan agar tujuan organisasi
dapat tercapai secara efektif dan efisien melalui serangkaian kegiatan
manajemen secara fungsional maupun operasional.
Selain itu, untuk dapat mengimplementasikan kegiatan manajemen sesuai
fungsinya, maka dalam suatu organisasi dibutuhkan keahlian-keahlian khusus
yang harus dimiliki oleh setiap orang yang terlibat dalam kegiatan organisasi
tersebut. Adapun keahlian-keahlian tersebut, yaitu:
1) Keahlian teknis (technical skill), seperti keahlian mengoperasikan
komputer, mendesain bangunan, membuat layout perusahaan, dan lain
sebagainya.
2) Keahlian berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat (human
relation skill), seperti keahlian dalam bernegosiasi, memotivasi,
menyakinkan orang, dan lain sebagainya.
3) Keahlian konseptual (conceptual skill), seperti keahlian dalam
mendiagnosa dan menganalisi berbagai masalah dalam situasi yang
berbeda-beda, dan keahlian untuk memprediksi masa yang akan datang.
4) Keahlian dalam pengambilan keputusan (decision making skill), seperti
keahlian untuk mengidentifikasi masalah sekaligus menawarkan berbagai
alternatif solusi atas permasalahan yang dihadapi.
5) Keahlian dalam mengelola waktu (time management skill), seperti
keahlian dalam memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien.
6) Keahlian dalam manajemen global dan keahlian dalam hal teknologi.
Akan tetapi, pada praktiknya sangat jarang sekali seseorang dapat
menguasai semua keahlian yang disebut di atas padahal keahlian-keahlian
tersebut sangat dibutuhkan dalam kegiatan organisasai bisnis sesuai dengan
peran dan tugas masing-masing orang dalam suatu organisasi. Peran dan
tugas dari setiap orang tersebut secara organisasional dibagi menjadi beberapa
tingkatan atau yang disebut sebagai tingkatan-tingkatan manajemen. Berikut
beberapa tingkatan-tingkatan manajemen yang dikemukakan oleh Nickels
McHugh and McHugh (1997), yaitu:
1) Manajemen tingkat puncak atau Top Management, terdiri dari direktur
utama, presiden direktur, atau wakil direktur. Pada tingkat ini, keahlian
yang dibutuhkan adalah keahlian konseptual, komunikasi, pengambilan
keputusan, manajemen global, dan manajemen waktu.
2) Manajemen tingkat menengah atau Middle Management, terdiri dari para
manajer, kepala devisi atau departemen atau kepala cabang. Keahlian
yang dibutuhkan adalah keahlian konseptual, komunikasi, pengambilan
keputusan, manajemen waktu, dan teknikal.
3) Manajemen supervisi atau tingkat pertama atau Supervisory or First Line
Management, terdiri dari para supervisi, ketua kelompok, dan lain
sebagainya. Keahlian yang dibutuhkan adalah keahlian komunikasi,
pengambilan keputusan, manajemen waktu dan teknikal.
4) Manajemen nonsupervisi atau Non-Supervisory Management, terdiri dari
para pekerja tingkat bawah seperti buruh, pekerja bangunan, dan lain-
lain. Keahlian yang dibutuhkan adalah keahlian teknikal, komunikasi,
dan manajemen waktu.
Tingkatan-tingkatan manajemen dapat digambarkan menggunakan bagan
seperti gamabar berikut:
Manajemen Tingkat Puncak
Manajemen Tingkat
Menengah
Manajemen Tingkat
Pertama/Supervisi
Manajemen Tingkat
Nonsupervisi/Pelaksana
Teknis
Direktur
Wakil Direktur
Manajer
Produksi
Manajer
Personalia
Manajer
Pemasaran
Manajer
Keuangan
Supervisi
Kelompok B
Pegawai
Teknis/Buruh
Supervisi
Kelompok A
Pegawai
Teknis/Buruh
Dalam sebuahn organisasi, posisi setiap tingkatan memiliki tanggung
jawab masing-masing. Contoh pada tingkat puncak bertanggunag jawab atas
keseluruhan jalannya organisasi. Pada tingkat menengah bertanggunag jawab
atas keseluruh kegiatan perusahaan yang terkait dengan bagian operasional,
seperti pemasaran, personalia, produsi, dan keuangan. Untuk manajemen
tingkat pertama atau Supervisi biasanya bertugas sebagai pembantu manajer
operasional untuk mengawasi para tenaga teknisi atau buruh. Sedangkan
manajemen tingkat Nonsupervisi bertugas menjalankan kegiatan-kegiatan
implementatif.
2. Tanggung Jawab Sosial Manajer
Selain itu seorang manajer juga harus mempunyai tanggung jawab sosial,
tanggung jawab sosial disini berarti bahwa manajemen mempertimbangkan
dampak sosial dan ekonomi di dalam pembuatan keputusan. Bagi manajer
tanggung jawab sosial ini merupakan tugas yang penting, karena tanggung
jawab sosial ini merupakan aspek yang penting bagi keberhasilan perusahaan.
Tanggung jawab sosial ini sangat erat sekali hubungannya dengan etika, oleh
karena itu, manajer dituntut untuk mengimplementasika etika berusaha (the
ethics of managers). Bagaimanapun juga, etika manajer akan sangat
mempengaruhi keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatan organisasi.
Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan-keputusan pada
masalah etika, yaitu:
1) Hukum
2) Peraturan-peraturan pemerintah
3) Kode etik industri dan perusahaan
4) Tekanan-tekanan sosial
5) Tegangan antara standar perorangan dan kebutuhan organisasi
Pada dekade yang sekarang ini, manajer semakin dituntut untuk
mengikuti atau mentaati hukum dan standar-standar etika masyarakat.
Bab 4. Fungsi Perencanaan
1. Pengertian Perencanaan
Menurut Robbins dan Coulter (2002), perencanaan diartikan sebagai
sebuah proses yang ditandai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan
strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, serta
merumuskan sistem perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan
dan mengoordinasikan seluruh pekerjaan organisasi hingga tercapainya tujuan
organisasi. Hampir setiap orang memiliki perencanaan, baik perencanaan
untuk kehidupan pribadi maupun untuk kepentingan organisasi. Selain
pengertian perencanaan yang disampaikan oleh Robbins dan Coulter di atas,
kita akan melihat pengertian perencanaan dari tiga hal, yaitu dari sisi proses,
fungsi manajemen, dan pengambilan keputusan. Dari sisi proses, perencanaan
adalah proses dasar yang digunakan untuk memilih tujuan dan menentukan
bagaimana tujuan tersebut akan dicapai. Dari fungsi manajemen, perencanaan
adalah fungsi di mana pimpinan menggunakan pengaruh atas wewenangnya
untuk menentukan atau mengubah tujuan dan kegiatan organisasi.
Sedangkan dari sisi pengambilan keputusan, perenncanaan adalah
pengambilan keputusan untuk jangka waktu yang panjang atau yang akan
datang mengenai apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya,
bilamana dan siapa yang akan melakukannya. Walaupun perencanaan
memiliki pengertian yang berbeda-beda, tetapi pada intinya tetap sama, yaitu
perencanaan dibuat sebagai upaya untuk merumuskan apa yang
sesungguhnya ingin dicapai oleh sebuah organisasi atau perusahaan serta
bagaimana sesuatu yang ingin dicapai tersebut dapat diwujudkan melalui
serangkaian rumusan rencana kegiatan tertentu.
Menurut George R. Terry, untuk mengetahu apakah perencanaan itu baik
atau buruk dapat dijawab melalui pertanyaan-pertanyaan dasar megenai
perencanaan, seperti What (apa), yaitu apa yang sesungguhnya menjadi tujuan
perusahaan dan apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut,
Why (mengapa), yaitu mengapa tujuan tersebut harus dicapai dan mengapa
kegiatan yang terumuskan perlu dilakukan untuk mencapai tujuan, Where (di
mana), yaitu, di mana kegiatan tersebut akan dilaksanakan, When (kapan),
yaitu kapan kegiatan tersebut akan dilaksanakan dan kapan kegiatan tersebut
harus dimulai dan diakhiri, Who (siapa), yaitu siapa yang akan
melaksanakannya, dan yang terakhir How (bagaimana), yaitu bagaimana cara
yang harus dilakukan untuk melakukan kegiatan tersebut. Jika semua
pertanyaan tersebut terjawab, maka kita bisa menentukan apakah perencanaan
itu baik atau tidak.
2. Fungsi Perencanaan
Dari beberapa pengertian tentang perencanaan yang disampaikan di atas,
membawa kita kepada fungsi perencanaan dalam manajemen. Robbins dan
Coulter menjelaskan bahwa ada empat fungsi dari manajemen, yaitu:
1) Perencanaan sebagai pengarah
Perencanaan akan menghasilkan upaya untuk meraih sesuatu dengan
cara yang lebih terkoordinasi. Oleh karena itu, perusahaan yang tidak
memiliki perencanaan akan mengalami konflik kepentingan, pemborosan
sumber daya, dan ketidakberhasilan dalam pencapaian tujuan, karena
bagian-bagian dalam organisasi bekerja secara sendiri-sendiri tanpa ada
koordinasi yang jelas dan terarah.
2) Perencanaan sebagai minimalisasi ketidakpastian
Pada dasarnya segala sesuatu akan mengalami perubahan, dan
perubahan ini terkadang sering sekali sesuai dengan perkiraan kita, tetapi
sering juga tidak sesuai dengan perkiraan kita. Hal inilah yang
menyebabkan ketidakpastian pada perusahaan, oleh karena itu,
ketidakpastian inilah yang dicoba untuk di minimalisasikan oleh
perencanaan.
3) Perencanaan sebagai minimalisasi pemborosan sumber daya
Jika perencanaan dilakukan dengan baik, maka sumber daya yang
diperlukan, dengan cara bagaimana penggunaannya, dan untuk
penggunaan apa saja dapat diminimalisasikan dengan baik sehingga
tingkat efisiensi dari perusahaan menjadi meningkat.
4) Perencanaan sebagai penetapan standar dalam pengawasan kualitas
Dalam perencanaan, perusahaan menentukan tujuan dan rencana-
rencana untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan dalam pengawasan,
perusahaan membandingkan antara tujuan yang ingin dicapai dengan
realisasi di lapangan, membandingkan antara standar yang ingin dicapai
dengan realisasi dilapangan, mengevaluasi penyimpangan-penyimpangan
yang mungkin terjadi, hingga mengambil tindakan yang dianggap perlu
untuk meperbaiki kinerja perusahaan.
Dalam merumuskan perencanaan dibutuhkan persyaratan-persyaratan
yang harus dipenuhi, persyaratan-persyaratan tersebut, yaitu:
1) Faktual atau Realistis, yaitu apa yang dirumuskan oleh perusahaan harus
sesuai dengan fakta dan wajar untuk dicapai dalam kondisi tertentu yang
dihadapi perusahaan.
2) Logis dan Rasional, yaitu apa yang dirumuskan dapat diterima oleh akal,
sehingga perencanaan tersebut bisa dijalankan.
3) Fleksibel, yaitu perencanaan yang dibuat dapat beradaptasi dengan
perubahan dimasa yang akan datang.
4) Komitmen, yaitu perencanaan yang dibuat harus melahirkan komitmen
terhadap seluruh anggota organisasi untuk bersama-sama berupaya
mewujudkan tujuan organisasi.
5) Komprehensif, yaitu perencanaan yang dibuat harus menyeluruh dan
mengakomodasi aspek-aspek yang terkait langsung maupun tak langsung
terhadap perusahaan.
3. Tahap Perencanaan
Dalam melakukan kegiatan perencanaan, ada beberapa tahap yang harus
dilakukan, tahapan tersebut, yaitu:
1) Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan
2) Merumuskan keadaan saat ini.
3) Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan
4) Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian
tujuan.
4. Alat Bantu Perencanaan
Dalam melakukan perencanaan, ada beberapa analisis atau model yang
dapat digunakan, yaitu:
1) Perencanaan dengan Flow Chart, di mana Flow Chart ini adalah model
grafis yang menunjukka model sistem yang menggambarkan kejadian
yang berkesinambungan dan keputusan ya-tidak.
2) Penjadwalan Melalui Gantt Chart
Gantt Chart pada dasarnya membantu manajer untuk dapat mengatur
kegiatan organisasi yang begitu banyak dan berkesinambungan satu
dengan yang lain melalui proses penjadwalan. Secara sederhana, Gantt
Chart adalah teknik penjadwalan secara grafis atas berbagai rencana
kegiatan.
3) Perencanaan dengan jaringan Pert (Pert Network)
Pert merupakan alat bantu perencanaan melalui penjadwalan dan
penggambaran rencana kerja secara kronologis dan berkelanjutan bagi
pekerjaan yang sifatnya tidak rutin, berskala besar, maupun kompleks.
Ada empat konsep yang harus dipahami dalam Pert, yaitu: Event atau
kejadian, Activity atau kegiatan, Time atau waktu, dan Critical Path.
Mulai
Perlu
buku
bacaan?
Tidak Berhenti
Beli
buku
bacaan?
Ya
Tidak Berhenti
Ya
Membeli buku bacaan
yang diinginkan
Membaca buku bacaan
yang diinginkan Selesai
Bab 5. Pengorganisasian dan Struktur Organisasi
1. Pengertian Pengorganisasian
Istilah pengorganisasian mempunyai bermacam-macam pengertian.
Istilah tersebut dapat digunakan untuk menunjukkan hal-hal berikut ini:
a. Istilah pengorganisasian diartikan sebagai cara manajemen
merancang struktur formal untuk penggunaan yang paling efektif
dari sumber daya-sumber daya keuangan, fisik, bahan baku, dan
tenaga kerja organisasi.
b. Istilah pengorganisasian diartikan bagaimana sebuah organisasi
mengelompokkan kegiatan-kegiatannya, di mana setiap
pengelompokka diikuti dengan penugasan seorang manajer yang
diberi wewenagn untuk mengawasi anggota-anggota kelompoknya.
c. Istilah pengorganisasian diartikan sebagai hubungan-hubungan antara
fungsi-fungsi, jabatan-jabatan, tugas-tugas dan para karyawan.
d. Istilah pengorganisasian diartikan sebagai cara para manajer membagi
lebih lanjut tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam departemen
mereka dan mendelegasikan wewenang yang diperlukan untuk
mengerjakan tugas tersebut.
Jadi dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian
adalah suatu proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan
dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan di antara para
anggota organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien.
Ada tiga langkah yang harus dilakukan dalam proses pengorganisasian,
yaitu:
1) Pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk
mencapai tujuan organisasi.
2) Pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang
secara logik dapat dilaksanakan oleh satu orang.
3) Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk meng-
koordinasikan pekerjaan para anggota organisasi menjadi kesatu-
an yang terpadu dan harmonis.
Proses ini akan tercermin pada struktur organisasi yang mencakup
aspek-aspek penting organisasi dan proses pengorganisasian. Adapun
asapek-aspek penting dalam proses pengorganisasian, yaitu :
1) Pembagian kerja.
2) Departementalisasi (iepartementasi)
3) Bagan organisasi formal.
4) Rantai perintah dan kesatuan perintah.
5) Tingkat-tingkat hierarki manajemen.
6) Saluran komunikasi.
7) Penggunaan komite.
8) Rentang manajemen dan kelompok-kelompok informal yang tak
dapat dihindarkan.
2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi diartikan sebagai mekanisme-mekanisme formal
dengan mana organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukkan
kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan di antara
fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang
menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang
berbeda-beda dalam suatu organisasi. Beberapa faktor utama yang
menentukan perancangan struktur organisasi adalah sebagai berikut:
1) Strategi organisasi untuk mencapai tujuannya.
Strategi akan menjelaskan bagaimana aliran wewenang dan
saluran komunikasi dapat disusun di antara para manajer dan
bawahan. Aliran kerja sangat dipengaruhi strategi, sehingga bila
strategi berubah maka struktur organisasi juga berubah.
2) Teknologi yang digunakan.
Teknologi yang digunakan untuk memproduksi barang atau jasa
akan membedakan bentuk struktur organisasi. Sebagai contoh,
perusahaan mobil yang mempergunakan teknologi industri masal
memerlukan tingkat standardisasi dan spesialisasi yang lebih tinggi
dibanding perusahaan industri pakaian jadi yang mengutamakan per-
ubahan mode.
3) Anggota (karyawan) dan orang-orang yang terlibat dalam organisasi.
Dalam merancang struktur organisasi kemampuan dan cara
berpikir para anggota, serta kebutuhan mereka untuk bekerjasama
harus diperhatikan.
4) Ukuran organisasi.
Semakin besar ukuran organisasi, struktur organisasi akan
semakin kompleks dan harus dipilih bentuk struktur yang tepat.
Adapun yang menjadi unsur-unsur dalam struktur organisasi, yaitu:
1) Spesialisasi kegiatan, seperti spesifikasi tugas-tugas individual dan
kelompok kerja dalam organisasi (pembagian kerja) dan penyatuan
tugas-tugas individu dan kelompok tersebut menjadi satuan-satuan
kerja (departementalisasi).
2) Standardisasi kegiatan, seperti prosedur-prosedur yang digunakan
organisasi untuk menjamin terlaksananya kegiatan seperti yang
direncanakan.
3) Koordinasi kegiatan, seperti prosedur-prosedur yang mengintegrasikan
fungsi-fungsi satuan-satuan kerja dalam organisasi.
4) Sentralisasi dan desentralisai pembuatan keputusan, seperti lokasi
(letak) kekuasaan pembuatan keputusan.
5) Ukuran satuan kerja, seperti jumlah karyawan dalam suatu kelompok
kerja.
3. Bagan Organisasi Formal
Bagan organisasi memperlihatkan susunan fungsi-fungsi, departemen-
departemen, atau posisi-posisi organisasi dan menunjukkan bagaimana
hubungan di antaranya. Bagan organisasi menggambarkan lima aspek
utama suatu struktur organisasi, yaitu:
1) Pembagian kerja.
Menunjukkan individu atau satuan organisasi mana yang
bertanggung jawab untuk kegiatan organisasi tertentu, dan tingkat
spesialisasi yang digunakan.
2) Manajer dan bawahan atau rantai perintah.
Menunjukkan hubungan wewenang dan tanggung jawab yang
menghubungkan atasan dan bawahan dalam keseluruhan organisasi.
Aliran ini dimulai dari jenjang organisasi yang tertinggi sampai
karyawan terendah dalam organisasi.
3) Tipe pekerjaan yang dilaksanakan.
Menunjukkan pekerjaan organisasional atau tanggung jawab yang
berbeda.
4) Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan.
Keseluruhan bagan menunjukkan atas dasar apa kegiatan-kegiatan
organisasi dibagi apakah dasar fungsional, divisional atau dasar
lainnya (departementalisasi).
5) Tingkatan manajemen.
Suatu bagan tidak hanya menunjukkan manajer dan bawahan
tetapi juga keseluruhan hierarki manajemen.
Menurut Hemy G. Hodges, bagan organisasi mempunyai empat bentuk,
yaitu bentuk pyramid, bentuk vertical, bentuk horizontal, dan bentuk
lingkaran.
4. Departementalisasi
Dalam mendesain organisasi khususnya dalam proses
departementalisai, ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan oleh
organisasi, yaitu:
a. Pendekatan Fungsional
Proses departementalisasi dilakukan berdasarkan fungsi-fungsi
tertentu yang mesti dijalankan dalam sebuah organisasi, misalnya yang
ditunjukkan oleh gambar dibawah ini.
.
Functional Departmentalization
b. Pendekatan Produk
Penentuan bagian-bagian dalam organisasi ditentukan berdasarkan
jenisk produk yang dibuat oleh organisasi, misalnya yang ditunjukan
oleh gambar di bawah ini.
Product Departmentalization
Direktur Utama
PT ABC
Manajer
Keuangan
Manajer
Produksi
Bagian
Produksi
Manajer
Pemasaran
Bagian
Promosi
Bagian
Pergudangan
Manajer
SDM
Bagian
Penjualan
Rekuitmen &
Seleksi
Pelatihan &
Pengembangan
Direktur Utama
PT ABC
Manajer
Keuangan
Manajer
Produksi
Manajer
Pemasaran
Manajer
SDM
Bagian
Produksi
Bagian
Pergudangan
Rekuitmen &
Seleksi
Pelatihan &
Pengembangan
Bagian
Penjualan
Bagian
Promosi
Susu Sabun Mandi Pasta Gigi Mie Instan
c. Pendekatan Pelanggan
Penentuan bagian-bagian dalam organisasi ditentukan berdasarkan
karakteristik pelanggan yang menjadi sasaran pelanggan dari
organisasi, misalnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Customer Departmentalization
d. Pendekatan Geografis
Penentuan bagian-bagian dalam organisasi ditentukan berdasarkan
wilayah geografis di dalam organisasi beroperasi, contohnya dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Geographic Departmentalization
e. Pendekatan Matriks
Proses departementalisasi yang menggabungkan antara pendekatan
fungsional dengan pendekatan lain, contohnya dapat dilihat pada
gambar dibawah yang digambarkan melalui lingkaran atau bentuk
lonjong.
Bagian Produksi
PT ABC
Susu Sabun Mandi Pasta Gigi
Anak-anak
Mie Instan
DewasaRemajaBayi
Manajer Pemasaran
PT ABC
Medan
Bagian Promosi
BandungJakarta
Bagian Penjualan
Makassar
Bab 6. Kekuasaan, Kewenangan, Tanggung Jawab dan Delegasi
1. Kekuasaan (Power)
Kekuasaan merupakan salah satu dari empat konsep penting dalam
struktur organisasi, karena kekuasaan itu sendiri adalah suatu kemampuan
untuk mempengaruhi orang atau merubah orang atau situasi. Menurut
French dan Raven, yang dikutip oleh Stoner, Freeman dan Gilbert (1995), ada
lima faktor yang mendasari lahirnya sebuah kekuasaan, yaitu:
1) Reward Power atau kekuasaan untuk memberikan penghargaan.
Kekuasaan yang muncul sebagai akibat dari seseorang yang posisinya
memungkinkan dirinya untuk memberikan penghargaan terhadap orang-
orang yang berada di bawahnya. Contohnya, kekuasaan yang dimiliki
oleh seorang manajer personalia atau manajer SDM, karena bagian
yang lebih tinggi dari manajer personalia akan menanyakan kinerja
tenaga kerja kepada manajer personalia sehingga manajer personalia
memiliki semacam kekuasaan yang disebut Reward Power.
2) Coercive Power atau kekuasaan untuk memberikan hukuman.
kekuasaan seseorang untuk memberikan hukuman atas kinerja
yang buruk yang ditunjukkan oleh SDM atau tenaga kerja dalam sebuah
organisasi. Ini merupakan kebalikan dari Reward Power.
3) Legitimate Power atau kekuasaan yang sah.
Direktur Utama
PT ABC
Manajer
Keuangan
Manajer
Pemasaran
Manajer
SDM
Manajer Riset &
Pengembangan
Susu
Mie Instan
Pasta Gigi
Sabun Mandi
Kekuasaan yang muncul sebagai akibat dari suatu legitimasi
tertentu. Misalnya, seseorang yang diangkat menjadi pemimpin,
otomatis dia memiliki kekuasaan yang sah atau terlegitimasi.
4) Expert Power atau kekuasaan yang berdasarkan keahlian.
Kekuasaan yang muncul sebagai akibat dari keahlian yang dimiliki
oleh seseorang. Contohnya, seorang dokter memiliki keahlian dalam
mendiagnosa suatu penyakit, maka secara sadar maupun tidak sadar
seorang pasien yang berkonsultasi kepada dokter akan mengikuti apa
saja yang diusulkan atau dianjurkan oleh sang dokter sejauh hal
tersebut bisa membantu sang pasien untuk sembuh dari penyakitnya.
5) Referent Power
Kekuasaan yang muncul akibat adanya karakteristik yang
diharapkan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap seseorang
yang memiliki pengaruh terhadap seseorang atau sekelompok orang
tersebut. Contohnya, seorang presiden yang memiliki karakteristik
jujur.
2. Kewenangan (Authority)
Pada dasarnya kewenangan merupakan bentuk lain dari kekuasaan,
karena kewenangan merupakan kekuasaan formal atau terlegitimasi.
Sebagai contoh, seseorang yang ditunjuk untuk menjadi manajer personalia
dengan sendirinya terlegitimasi untuk memiliki kewenangan dalam mengatur
berbagai hal yang terkait dengan sumber daya manusia atau orang-orang yang
terdapat di dalam organisasi. Ada dua pandangan mengenai kewenangan
formal, yaitu:
1) Pandangan klasik (Classical View)
Menurut pandangan klasik, kewenangan formal pada dasarnya
terlahir sebagai akibat adanya kewenangan yang lebih tinggi dari
kewenangan yang diberikan. Misalnya saja, seorang manajer mendapatkan
kewenangan formal akibat adanya pemberian kewenangan dari pihak yang
memiliki kewenangan yang lebih tinggi.
2) Pandangan Berdasarkan Penerimaan (Acceptance View)
Pandangan kedua cenderung berbeda dengan pandangan yang
pertama, karena pada pandangan yang berdasarkan penerimaan
(acceptance view) memandang bahwa kewenangan formal akan
cenderung dijalankan atau diterima oleh bawahan tergantung dari
beberapa persyaratan. Persyaratan tersebut menurut Chester Barnard
terdiri dari empat hal, yaitu:
a. Bawahan dapat memahami apa yang diinginkan atau
dikomunikasikan oleh pimpinan atau atasan.
b. Pada saat bawahan memutuskan untuk menjalankan apa yang
diperintahkan oleh atasannya, dia menyakini bahwa apa yang
diperintahkan konsisten atau tidak bertentangan dengan rencana
pencapaian tujuan organisasi.
c. Pada saat bawahan memutuskan untuk menjalankan apa yang
diperintahkan oleh atasanya, dia menyakini bahwa apa yang
diperintakan konsisten dalam mendukung nilai, misi, maupun motif
pribadi atau kelompoknya.
d. Bawahan mampu secara mental maupun fisik menjalankan apa yang
diperintahkan kepadanya.
Setiap bagian mempunyai wewenangnya tersendiri, berikut
pembagian wewenang, yaitu:
1) Wewenang Lini
Wewenang di mana atasan melakukannya atas bawahannya secara
langsung.
2) Wewenang Staf
Hak yang dipunyai oleh satuan-satuan staf atau para spesialis
untuk menyarankan, memberi rekomendasi, atau konsultasi kepada
personalia lini.
3) Wewenang Staf Fungsional
Hubungan terkuat yang dapat dimiliki staf dengan satuan-satuan
lini.
Dari pembagian wewenang ini, biasanya sering menimbulkan
konflik. Berikut beberapa faktor yang dapat menimbulkan konflik
antara Lini dan staf.
1) Perbedaan umur dan pendidikan.
2) Perbedaan tugas.
3) Perbedaan sikap.
4) Perbedaan posisi
3. Tanggung Jawab (Responsibility) dan Akuntabilitas (Accountability)
Tanggung jawab (responsibility) adalah kewajiban untuk melakukan
sesuatu yang timbul bila seorang bawahan menerima wewenang manajer
untuk mendelegasikan tugas atau fungsi tertentu. Istilah lain yang sering
digunakan adalah akuntabilitas (accountability) yang berkenaan dengan
kenyataan bahwa bawahan akan selalu diminta pertanggungjawabannya
atas pemenuhan tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya. Dalam
jangka panjang tanggung jawab dan wewenang memiliki persamaan,
sedangkan dalam jangka pendek tanggung jawab seorang manajer hampir
selalu lebih besar dari wewenangnya, karena ini merupakan ciri delegasi.
4. Delegasi Wewenang
Delegasi adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal
kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Sedangkan
delegasi wewenang adalah proses di mana para manajer mengalokasikan
wewenang ke bawah kepada orang-orang yang melapor kepadanya. Ada
empat kegiatan yang akan terjadi jika delegasi dilakukan, yaitu:
1) Pendelegasi menetapkan dan memberikan tujuan dan tugas kepada
bawahan.
2) Pendelegasi melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk
mencapai tujuan atau tugas.
3) Penerimaan delegasi baik implisit atau eksplisit menimbulkan
kewajiban atau tanggung jawab.
4) Pendelegasi menerima pertanggungjawaban bawahan untuk hasil-hasil
yang dicapai.
Ada beberapa alasan mengapa perlu pendelegasian, yaitu:
1) Pendelegasian memungkinkan manajer dapat mencapai lebih dari bila
mereka menangani setiap tugas sendiri.
2) Pendelegasian memungkinkan manajer memusatkan tenaganya pada
tugas-tugas prioritas yang lebih penting.
3) Pendelegasian memungkinkan bawahan untuk turmbuh dan
berkembang, bahkan dapat digunakan sebagai alat untuk belajar dari
kesalahan.
4) Pendelegasian dibutuhkan karena manajer tidak selalu mempunyai
semua pengetahuan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan.
Mereka mungkin menguasai "the big picture" tetapi tidak cukup
mengerti tentang masalah lebih terperinci. Sehingga, agar organisasi
dapat menggunakan sumber daya-sumber dayanya lebih efisien maka
pelaksanaan tugas-tugas tertentu didelegasikan kepada tingkatan
organisasi yang serendah mungkin di mana terdapat cukup
kemampuan dan informasi untuk menyelesaikannya.
Ada beberepa prinsip-prinsip klasik yang bisa dijadikan dasar untuk
delegasi yang lebih efektif, yaitu:
1) Prinsip Skalar. Harus ada garis wewenang yang jelas dari tingkatan
organisasi paling atas ke tingkatan paling bawah. Hal ini akan
membuat anggota lebih mudah mengetahui kepada siapa dia dapat
mendelegasikan, dari siapa dia akan menerima delegasi, dan kepada
siapa dia harus memberikan pertanggungjawaban.
2) Prinsip Kesatuan Perintah. Bahwa setiap bawahan dalam organisasi
seharusnya melapor hanya kepada seorang atasan, hal ini dikarenakan
pelaporan kepada lebih dari satu atasan akan membuat individu
mengalami kesulitan untuk mengetahui kepada siapa pertanggung
jawaban diberikan dan instruksi mana yang harus diikuti.
3) Tanggung jawab, wewenang, dan akuntabilitas. Agar organisasi dapat
menggunakan sumber daya-sumber dayanya lebih efisien, maka
tanggung jawab untuk tugas-tugas tertentu diberikan ke tingkatan
organisasi yang paling bawah di mana ada cukup kemampuan dan
informasi untuk menyelesaikannya. Selain itu, agar setiap individu
dalam organisasi melaksanakan tugas yang dilimpahkan kepadanya
dengan efektif, dia harus diberi wewenang secukupnya, dan
penerimaan tanggung jawab dan wewenang berarti individu juga
setuju untuk menerima tuntutan pertanggungjawaban pelaksanaan
tugas.
Menurut Louis Allen, ada beberapa teknik khusus untuk membantu
manajer melakukan delegasi yang efektif, yaitu:
1) Tetapkan tujuan.
2) Tegaskan tanggung jawab dan wewenang.
3) Berikan motivasi kepada bawahan.
4) Meminta penyelesaian kerja.
5) Berikan latihan.
6) Adakan pengawasan yang memadai.
5. Sentralisasi dan Desentralisasi
Sentralisasi adalah pemusatan kekuasaan dan wewenang pada
tingkatan atas suatu organisasi. Sedangkan desentralisasi adalah penyebaran
atau pelimpahan secara meluas kekuasaan dan pembuatan keputusan ke-
tingkatan-tingkatan organisasi yang lebih rendah. Keuntungan-keuntungan
yang dimiliki oleh desentralisasi adalah sama dengan keuntungan-
keuntungan delegasi, yaitu mengurangi beban manajer puncak,
memperbaiki pembuatan keputusan karena dilakukan dekat dengan
permasalahan, meningkatkan latihan, moral dan inisiatif manajemen
bawah, dan membuat lebih fleksibel dan lebih cepat dalam pembuatan
keputusan. Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat desentralisasi,
yaitu:
1) Filsafat Manajemen.
2) Ukuran dan tingkat pertumbuhan organisasi.
3) Strategi dan lingkungan organisasi.
4) Penyebaran geografis organisasi.
5) Tersedianya peralatan pengawasan yang efektif.
6) Kualitas manajer.
7) Keanekaragaman produk dan jasa.
8) Karakteristik-karakteristik organisasi lainnya.
Bab 7. Manajemen Sumber Daya Manusia
1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia adalah proses serta upaya untuk
merekrut, mengembangkan, memotivasi, serta mengevaluasi keseluruhan
sumber daya manusia yang diperlukan perusahaan dalamn pencapaian
tujuannya. Penempatan sumber daya manusia ke dalam setiap bagian yang
telah ditentukan dalam organisasi merupakan langkah terakhir dalam
fungsi pengorganisasian, dikarenakan manajemen sumber daya manusia
sebagai sebuah cara untuk mendapatkan orang-orang yang tepat untuk
menjalankan kegiatan organisasi. Ada beberapa alasan mengapa
manajemen sumber daya manusia ditempatkan pada bagian fungsi
pengorganisasian, yaitu:
1) Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam manajemen SDM terkait
erat dengan kegiatan pengalokasian sumber daya yang dimiliki
organisasi (dalam hal ini sumber daya manusia) ke dalam bagian-
bagian dalam organisasi.
2) Fungsi pengarahan dan pelaksanaan hanya akan dapat dijalankan jika
alokasi sumber daya manusia telah dilakukan dalam fungsi
pengorganisasian.
3) Kegiatan memotivasi dan mengarahkan.
4) Dikarenakan ilmu sosial, khususnya ilmu manajemen tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya dan saling berkaitan dengan
pengorganisasian.
Peranan sumber daya manusia dalam perusahaan memiliki peran
serta fungsi yang penting bagi tercapainya tujuan organisasi perusahaan.
Pengabaian terhadap salah satu bagian dari sumber daya manusia akan
beimplikasi serius terhadap terhambatnya pencapaian tujuan perusahaan.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peran sumber daya manusia ini
sangat vital bagi terwujudnya tenaga kerja yang produktif, efektif, dan
efisien.
Dalam struktur organisasi, bagian yang bertanggung jawab dan
berfungsi mengelola urusan sumber daya manusia adalah bagian
personalia, karena pada dasarnya fungsi bagian personalia adalah
merencanakan konsep perekrutan, pengembangan, dan peningkatan
kualitas sumber daya manusia yang diperlukan oleh perusahaan.
2. Proses Manajemen Sumber Daya Manusia
Secara garis besar proses manajemen SDM dibagi ke dalam lima
bagian fungsi utama yaitu:
a. Human Resource Planning.
Setiap aktivitas manajemen biasanya diawali dengan planning
atau perencanaan. Sekalipun sebuah perusahaan telah memiliki
sumber daya manusia yang memadai dan andal, namun perusahaan
juga perlu memastikan akan keterpeliharaan dan ketersediaannya di
masa yang akan datang. Menurut Cesto Husted dan Douglas, ada
beberapa langkah strategis sehubungan dengan perencanaan sumber
daya manusia, yaitu:
1) Representasi dan refleksi dari rencana strategis perusahaan.
Artinya, kualifikasi sumber daya manusia yang nantinya
dirumuskan semestinya memenuhi kriteria sebagaimana yang
disyaratkan dalam perencanaan strategis perusahaan secara
keseluruhan, serta terintegrasi dengan bagian-bagian perusahaan
lainnya seperti bagian produksi, pemasaran, dan lain sebagainya.
Misalnya, perusahaan dalam lima tahun ke depan bermaksud
mempertahankan tingkat keuntungan pada tingkat 10 persen,
maka bagian personalia harus memastikan bahwa sumber daya
manusia yang direkrut dan dikembangkan mampu menunjang
rencana perusahaan tersebut.
2) Analisa dari kualifikasi tugas yang akan diemban oleh tenaga
kerja.
Pada tahap ini, ada tiga hal yang biasanya dilakukan,
yaitu:
a. Analisis jabatan, yaitu persyaratan detail tentang jenis
pekerjaan yang diperlukan serta kualifikasi tenaga kerja yang
diperlukan untuk mampu menjalankannya. Misalnya, tugas
yang diperlukan adalah penjaga gudang, maka tenaga kerja
yang diperlukan adalah seorang purnawirawan militer, atau
lulusan SMA yang memiliki kualifikasi tertentu.
b. Deskripsi jabatan, meliputi rincian pekerjaan yang akan
menjadi tugas tenaga kerja tersebut. Misalnya, tugas dari
penjaga gudang adalah menjaga keluar masuknya barang yang
masuk ke gudang, melakukan monitoring terhadap
keseluruhan gudang yang ada, bertanggung jawab kepada
manajer personalia, dan lain-lain.
c. Spesifikasi jabatan, yaitu rincian karakteristik atau
kualifikasi yang diperlukan bagi tenaga kerja yang
dipersyaratkan. Misalnya, pendidikan SMU, memiliki sertifikat
dari kepolisian, memiliki kemampuan untuk berjaga di waktu
malam, tidak memiliki catatan negatif dari kantor kepolisian,
dan lain-lain.
3) Analisa ketersediaan tenaga kerja.
Sebuah perkiraan tentang jumlah tenaga kerja beserta
kualifikasinya yang ada dan diperlukan bagi perencanaan
perusahaan di masa yang akan datang, termasuk berapa jumlah
tenaga kerja yang perlu dipromosikan, ditransfer, dan lain
sebagainya.
4) Melakukan tindakan inisiatif.
Sekiranya tenaga kerja yang ada sudah memadai bagi
operasionalisasi perusahaan di masa yang akan datang, maka
tidak perlu ada tindakan inisiatif yang dilakukan seperti
rekrutmen, transfer, dan lain sebagainya, tetapi sekiranya tenaga
kerja yang tersedia perlu dilakukan perombakan, maka
barangkali perlu dilakukan rasionalisasi, perekrutan, dan lain
sebagainya.
5) Evaluasi dan modifikasi tindakan.
Apa yang telah direncanakan dalam manajemen sumber
daya manusia juga harus senantiasa dievaluasi dan dilakukan
tindakan korektif sekiranya ada ketidaksesuaian atau terjadi
perubahan seiring dengan perkembangan yang terjadi di
perusahaan.
b. Personnel Procurement
Setelah perencanaan sumber daya manusia dibuat, maka langkah
selanjutnya dalam pelaksanaannya adalah penyediaan sumber daya
manusia atau penyediaan tenaga kerja. Ada beberapa aktivitas yang
masuk dalam kategori penyediaan tenaga kerja ini, diantarnya:
1) Rekrutmen, yaitu upaya perusahaan untuk mendapatkan tenaga
kerja yang diperlukan sesuai dengan kualifikasi yang telah
diterapkan dalam perencanaan tenaga kerja. Ada dua jenis
rekuitmen yang dapat dilakukan oleh perusahaan, yang pertama
rekuitmen internal yang merupakan proses untuk mendapatkan
tenaga kerja yang dibutuhkan dengan mempertimbangkan tenaga
kerja yang sudah ada atau yang sudah dimiliki oleh perusahaan.
Bentuknya berupa rotasi maupun promosi. Rekrutmen yang
kedua yaitu rekrutmen eksternal di mana perusahaan
mendapatkan tenaga kerja atau SDM yang akan ditempatkan
pada suatu jabatan tertentu yang diperolehnya dari luar
perusahaan, atau sering kali dinarnakan sebagai outsourcing.
Biasanya dilakukan dengan memasang iklan, interview di kampus-
kampus dan lain sebgainya.
2) Seleksi tenaga kerja, yaitu upaya untuk memperoleh tenaga kerja
yang memenuhi syarat kualifikasi dari sekian banyak pendaftar
atau calon tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan dari proses
rekrutmen tadi. Ada beberapa hal yang biasa dilakukan perusahaan
dalam proses seleksi tenaga kerja, yaitu seleksi administrasi,
meliputi riwayat hidup, ijazah pendidikan dan lain sebagainya,
seleksi kualifikasi, meliputi ujian tertulis dan tidak tertulis, serta
seleksi sikap dan perilaku, meliputi sikap secara pribadi, tenaga
kerja maupun ketika bekerja secara tim.
3) Penempatan tenaga kerja, yaitu proses pemilihan tenaga kerja
yang disesuaikan dengan kualifikasi yang dipersyaratkan serta
menempatkannya pada tugas yang telah ditetapkan. Para tenaga
kerja baru juga dihadapkan pada proses adaptasi. Beberapa
perusahaan besar mencoba mengantisipasi proses adaptasi ini
dengan membuat departemen atau posisi khusus yang dinamakan
sebagai management tranning. Mereka yang ditempatkan di
bagian ini akan dilatih oleh perusahaan untuk ditempatkan di
berbagai departemen yang berbeda-beda menurut periode tertentu,
yang bertujuan selain memberikan proses internalisasi kepada
tenaga kerja dengan perusahaan, juga untuk mendapatkan
informasi yang lebih akurat kesiapan tenaga kerja pada bagian
tertentu di perusahaan.
3. Penarikan dan Seleksi Karyawan
1) Penarikan personalia, berkenaan dengan pencarian dan penarikan
sejumlah karyawan potensial yang akan diseleksi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan organisasi. Adapun metode-metode penarikan
yang biasa digunakan, yaitu pengiklanan, leasing (penggunaan tenaga
honorer), rekomendasi dari karyawan yang sedang bekerja, penarikan
lewat lembaga-lembaga pendidikan, dan lain sebgainya.
2) Seleksi personalia, yaitu proses pemilihan seseorang tertentu dari
sekelompok karyawan-karyawan potensial untuk melaksanakan suatu
jabatan tertentu. Pemilihan karyawan yang tepat untuk jabatan yang
tepat akan sangat membantu kemajuan organisasi. Ada beberapa
prosedur seleksi yang biasa digunakan, yaitu:
a. Wawancara pendahuluan.
b. Pengumpulan data-data pribadi (biografis).
c. Pengujian (testing).
d. Wawancara yang lebih mendalam.
e. Pemeriksaan referensi-referensi prestasi.
f. Pemeriksaan kesehatan.
g. Keputusan pribadi.
h. Orientasi jabatan.
Biasanya proses seleksi ini lebih menitik beratkan pada prestasi, dan
biasanya ada beberapa faktor yang cenderung mempengaruhi prestasi
karyawam, yaitu:
a. Latar belakang pribadi, mencakup pendidikan dan pengalaman kerja.
b. Bakat dan minat.
c. Sikap dan kebutuhan
d. Kemampuan-kemampuan analisis dan manipulatif.
e. Keterampilan dan kemampuan teknik.
f. Kesehatan, tenaga, dan stamina.
Setelah melalui proses seleksi, karyawan ditempatkan pada suatu
pekerjaan dan diperkenalkan dengan organisasi melalui berbagai bentuk
orientasi. Proses orientasi ini dapat merupakan pengenalan sederhana dengan
para karyawan lama, tetapi juga dapat merupakan proses panjang yang
meliputi pemberian informasi mengenai kebijaksanaan-kebijaksanaan
personalia, prosedur-prosedur kerja, gambaran umum sejarah dan sifat
perusahaan, dan manfaat-manfaat yang diperoleh karyawan baru.
4. Latihan dan Pengembangan Karyawan
Tujuan dari latihan dan pengembangan karyawan adalah untuk
memperbaiki efektivitas kerja karyawan dalam mencapai hasil-hasil kerja
yang telah ditetapkan. Peningkatan efektivitas kerja dapat dilakukan dengan
latihan (training), yaitu untuk memperbaiki penguasaan keterampilan-
keterampilan dan teknik-teknik pelaksanaan pekerjaan tertentu, terperinci
dan rutin, dan juga pengembangan (development), yaitu pengembangan dan
peningkatan dalam hal kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian.
Pengembangan dibutuhkan untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan
teknologi. Sebagai contoh, bahwa setiap akuntan sekarang memerlukan
pemahaman kemampuan dan programasi komputer.
Ada dua metode yang bisa digunakan bagi pengembangan karyawan,
yaitu:
a. Metode On The Job, meliputi:
1) Coaching, di mana setiap atasan memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada bawahan dalam pelaksanaan pekerjaan rutin
mereka.
2) Planned progression atau pemindahan karyawan dalam saluran-
saluran yang ditentukan melalui tingkatan-tingkatan organisasi
yang berbeda.
3) Rotasi jabatan atau pemindahan karyawan melalui jabatan- jabatan
yang bermacam-macam dan berbeda-beda.
4) Penugasan sementara, di mana bawahan ditempatkan pada posisi
manajemen tertentu untuk jangka waktu yang ditetapkan.
5) Sistem-sistem penilaian prestasi formal.
b. Metode Off The Job, meliputi:
1) Program-program pengembangan eksekutif di universitas-universitas
atau lembaga-lembaga pendidikan lainnya, di mana para manajer
berpartisipasi dalam program-program yang dibuka untuk umum
melalui penggunaan analisa kasus, simulasi dan metodae-metode
pengajaran lainnya.
2) Latihan laboratorium, di mana seseorang belajar menjadi lebih
sensitif (peka) terhadap orang lain, lingkungan, dan sebagainya.
3) Pengembangan organisasi, yang menekankan perubahan,
pertumbuhan, dan pengembangan keseluruhan organisasi.
5. Pemberian Kompensasi Kepada Karyawan
Kompensasi adalah pemberian kepada karyawan dengan pembayaran
finansial sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan dan sebagai
motivator untuk pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan datang.
Kompensasi merupakan hal yang sangat penting bagi karyawan sebagai
individu karena upah merupakan suatu ukuran nilai atau karya mereka di
antara para karyawan itu sendiri, keluarga dan masyarakat. Tidak hanya bagi
karyawan saja, tetapi kompensasi juga penting bagi organisasi, karena jumlah
pembayaran kepada karyawan dalam bentuk pengupahan dan balas jasa
lainnya sering merupakan komponen-komponen biaya yang paling besar
dan penting. Penentuan kompensasi ditentukan oleh kebijaksanaan-
kebijaksanaan dan praktek-praktek manajemen berikut ini, yaitu:
1) Kesediaan membayar.
2) Kemampuan membayar.
3) Persyaratan-persyaratan pembayaran.
Setiap karyawan dalam menerima kompensasi tidaklah sama, ada
karyawan yang dibayar setiap akhir hari kerja berdasarkan jumlah jam kerja
yang disebut upah harian, ada juga karyawan yang dibayar dengan bentuk
gaji tetap setiap minggu, bulan, atau tahun.
Bab 8. Komunikasi Dalam Organisasi
1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan
atau informasi dari seseorang ke orang lain. Sedangkan menurut Stoner
Freman dan Gilbert (1995), komunikasi adalah proses di mana seseorang
berusaha untuk memberikan pengertian atau pesan kepada orang lain melalui
pesan simbolis. Berdasarkan pengertian tentang komunikasi, maka
komunikasi memiliki beberapa elemen penting, yaitu:
a. Komunikasi melibatkan orang-orang.
b. Komunikas berarti terjadinya berbagi informasi atau pemberian informasi
maupun pengertian (sharing meaning).
c. Komunikasi melibatkan simbol-simbol, seperti bahasa tubuh, suara,
huruf, angka dan lain sebagainya.
Komunikasi dapat berjalan dengan efektif, apabila melalui proses yang
baik. Adapun proses terjadinya komunikasi tersebut, yaitu:
a. Sumber, merupakan pihak yang mempunyai kebutuhan dan keinginan
utnuk mengkomunikasikan sesuatu gagasan, pemikiran, informasi, dan
lain sebagainya kepada pihak lain.
b. Pengubahan berita ke dalam sandi atau kode, yaitu mengubah berita ke
dalam berbagai bentuk simbol-simbol verbal atau nonverbal yang mampu
memindahkan pengertian. Akan tetapi simbol-simbol tersebut harus
diseleksi atas dasar pemahaman yang akan diperoleh dari pendengar atau
pembaca, karena jika simbol yang digunakan tidak sesuai dengan
pemahaman pendengar, maka akan menimbulkan salah komunikasi.
c. Pengiriman berita, yaitu saluran apa yang akan digunakan untuk
menyampaikan informasi kepada pihak lain.
d. Pengertian atau penterjemahan kembali berita, yaitu selalu ada
kemungkinan bahwa berita dari sumber ketika diartikan oleh penerima
akan menghasilkan pengertian yang jauh berbeda dengan yang dimaksud
oleh pengirim. Oleh karena itu, penerima mempunyai tanggung jawab
besar untuk efektivitas komunikasi.
e. Umpan balik, yaitu setelah berita diterima, penerima mungkin akan
menyampaikan berita balasan kepada pihak pengirim.
2. Komunikasi Organisasi
Menurut Raymond V. Lesikar, ada lima faktor yang mempengaruhi
efektivitas komunikasi, yaitu:
1) Saluran komunikasi formal.
2) Struktur wewenang organisasi.
3) Spesialisasi jabatan.
4) Pemilikan informasi
5) Jaringan komunikasi.
3. Saluran komunikasi dalam organisasi
Pemahaman yang lebih baik tentang komunikasi organisasi dapat
diperoleh dengan mempelajari arah-arah dasar gerakkannya yang tampak
dengan terbentuknya saluran-saluran komunikasi. Adapun yang menjadi tipe
saluran-saluran dasar komunikasi, yaitu:
1) Komunikasi vertikal
Terdiri atas komunikasi ke atas dan ke bawah sesuai rantai perintah.
Komunikasi ke bawah ini dimulai dari manajemen puncak kemudian
mengalir ke bawah melalui tingkatan-tingkatan manajemen sampai ke
karyawan lini dan personalia paling bawah. Sedangkan komunikasi ke
atas lebih berfungsi untuk mensuplai informasi kepada tingkatan
manajemen atas tentang apa yang terjadi pada tingkatan bawah, biasanya
meliputi laporan-laporan periodik, penjelasan, gagasan, dan permintaan
untuk diberikan keputusan.
2) Komunikasi lateral atau horizontal
Meliputi hal-hal seperti berikut ini:
a. Komunikasi diantara para anggota dalam kelompok kerja yang sama.
b. Komunikasi yang terjadi antara dan diantara departemen-departemen
pada tingkatan organisasi yang sama.
Komunikasi ini dirancang guna mempermudah koordinasi dan
penanganan masalah.
3) Komunikasi diagonal
Komunikasi yang memotong secara menyilang diagonal rantai
perintah organisasi. Hal ini terjadi sebagai hasil hubungan-hubungan
departemen lini dan staf.
4. Pedoman komunikasi yang baik
American Management Associations (AMA) telah menyusun sejumlah
prinsip-prinsip komunikasi yang disebut The Ten Commandments of Good
Communication, dan pedoman ini disusun untuk meningkatkan efektivitas
komunikasi organisasi, pedoman tersebut terdiri dari:
1) Cari dahulu kejelasan-kejelasan gagasan sebelum dikomunikasikan.
2) Teliti tujuan sebenarnya dari setiap komunikasi.
3) Pertimbangkan keadaan fisik dan manusia keseluruhan kapan saja
komunikasi akan dilakukan.
4) Konsultasikan dengan pihak-pihak lain, bila perlu dalam perencanaan
komunikasi.
5) Perhatikan tekanan nada dan ekspresi lainnya sesuai isi dasar berita
selama berkomunikasi.
6) Ambil kesempatan untuk mendapatkan segala sesuatu yang membantu
atau umpan balik.
7) Ikut lebih lanjut komunikasi yang telah dilakukan.
8) Perhatikan konsistensi komunikasi.
9) Tindakan atau perbuatan harus mendorong komunikasi.
10) Jadilah pendengar yang baik, berkomunikasi tidak hanya untuk
dimengerti tetapi untuk mengerti.
5. Efektivitas komunikasi
Ada beberapa teknik yang bisa digunakan untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi, yaitu :
1) Kesadaran akan kebutuhan komunikasi efektif
Manajer harus memainkan peranan penting dalam proses
komunikasi, di mana hanya dengan cara itu kemudian dapat diambil
langkah-langkah untuk meningkatkan efektivitas komunikasi.
2) Penggunaan umpan balik
Cara manajer berkomunikasi dengan para bawahannya dapat
menentukan jumlah umpan balik yang akan mereka terima. Dalam hal ini
manajer perlu memainkan peranan penting aktif dalam pengadaan umpan
balik tersebut.
Selain dari komunikasi formal yang dijelaskan di atas, ada juga peranan
komunikasi informal atau yang lebih dikenal dengan nama Grapevme
(mendengarkan sesuatu bukan dari sumber resmi, tetapi dari desas-desus,
kabar angin, dan lain sebagainya). Sisitem komunikasi ini memang
cenderung dianggap merusak atau merugikan, akan tetapi menurut
penelitian sistem komunikasi ini lebih cepat, lebih akurat dan lebih efektif
dalam menyalurkan informasi.
Bab 9. Kepemimpinan Dalam Organisasi
1. Pengertian Kepemimpinan
Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk
memengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan, sehingga
orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak
memimpin mereka. Sedangkan kepemimpinan adalah proses
mernpenngaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam melakukan
pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka. Menurut Stoner,
Freeman, dan Gilbert (1995), kepemimpinan adalah proses dalam
mengarahkan dan memengaruhi para anggota dalam berbagai aktivitas
yang harus dilakukan. Sedangkan menurut Griffin (2000) kepemimpinan
itu tebagi menjadi 2 konsep, yaitu:
1) Proses, yaitu proses di mana para pemimpin menggunakan
pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai,
bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai
tujuan tersebut, serta membantu menciptakan suatu budaya produktif
dalam organisasi.
2) Atribut, yaitu kumpulan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin.
2. Pendekatan-pendekatan studi kepemimpinan
Penelitian-penelitian dan teori-teori kepemimpinan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1) Pendekatan kesifatan
Memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat
(traits) yang tampak.
2) Pendekatan perilaku kepemimpinan
Pendekatan-pendekatan kesifatan kenyataannya tidak dapat
menjelaskan apa yang menyebabkan kepemimpinan efektif. Oleh
sebab itu pendekatan perilaku mencoba untuk menentukan apa yang
dilakukan oleh para pemimpin efektif, bagaimana mereka
mendelegasikan tugas, bagaimana mereka berkomunikasi dan memotivasi
bawahan mereka, bagaimana mereka menjalankan tugas-tugas, dan
sebagainya. Pendekatan perilaku memusatkan perhatiannya pada dua
aspek perilaku kepemimpinan, yaitu:
a. Fungsi-fungsi kepemimpinan
Aspek pertama pendekatan perilaku kepemimpinan menekankan
pada fungsi-fungsi yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya.
Agar kelompok berjalan dengan efektif, seseorang harus
melaksanakan dua fungsi utama, yaitu fungsi-fungsi yang
berhubungan dengan tugas (task related) atau pemecahan masalah,
seperti pemberian saran penyelesaian, informasi dan pendapat dan
fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok (group maintenance) atau
sosial, mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok
berjalan lebih lancar, persetujuan dengan kelompok lain, penengahan
perbedaan pendapat, dan sebagainya.
b. Gaya-gaya kepemimpinan
Para peneliti telah mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan,
yaitu: gaya dengan orientasi tugas (task oriented), yaitu manajer
mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk
menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkannya, dan
gaya dengan orientasi karyawan (employee oriented), yaitu manajer
mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi
mereka.
Selain dari dua aspek di atas, ada juga dua teori yang paling terkenal
dalam membahas kepemimpian, yaitu:
a. Teori X dan Teori Y dariMcGregor
Douglas McGregor mengemukakan strategi kepemimpinan efektif
yang mempergunakan manajemen partisipatif, di mana konsepnya
yang paling terkenal adalah bahwa strategi kepemimpinan
dipengaruhi anggapan-anggapan seorang pemimpin tentang sifat dasar
manusia dan anggapan ini dia sebut sebagai teori X dan teori Y.
Adapun beberapa anggapan teori X dan teori Y dari Mc Gregor, yaitu:
1) Rata-rata pembawaan manusia malas atau tidak menyukai
pekerjaan dan akan menghindarinya bila mungkin.
2) Karena karakteristik manusia tersebut, orang harus dipaksa,
diawasi, diarahkan, atau diancam dengan hukuman agar mereka
menjalankan tugas untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
3) Rata-rata manusia lebih menyukai diarahkan, ingin menghindari
tanggung jawab, mempunyai ambisi relatif kecil, dan
menginginkan keamanan/jaminan hidup di atas segalanya.
Anggapan teori Y:
1) Penggunaan usaha fisik dan mental dalam bekerja adalah kodrat
manusia, seperti bermain atau istirahat.
2) Pengawasan dan ancaman hukuman eksternal bukanlah satu-
satunya cara untuk mengarahkan usaha pencapaian tujuan
organisasi. Orang akan melakukan pengendalian diri dan penga-
rahan diri untuk mencapai tujuan yang telah disetujuinya.
3) Keterikatan pada tujuan merupakan fungsi dari penghargaan yang
berhubungan dengan prestasi mereka.
4) Rata-rata manusia dalam kondisi yang layak, belajar tidak hanya
untuk menerima tetapi mencari tanggung jawab.
5) Ada kapasitas besar untuk melakukan imajinasi, kecerdikan dan
kreativitas dalam penyelesaian masalah-masalah organisasi yang
secara luas tersebar pada seluruh karyawan.
6) Potensi intelektual rata-rata manusia hanya digunakan sebagian
saja dalam kondisi kehidupan industri modern.
b. Sistem Manajemen dari Likert
Dalam menyusun tingkatan efektivitas manajemen, Likert
menggunakan dua kategori gaya orientasi karyawan dan orientasi
tugas, yaitu sistem 1, manajer membuat semua keputusan yang
berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan untuk
melaksanakannya dan sistem 2, di mana manajer tetap menentukan
perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk
memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut.
3) Pendekatan situasional "contingency"
Pendekatan situasional “contingency” manggambarkan bahwa gaya
yang digunakan adalah bergantung pada faktor-faktor seperti situasi,
karyawan, tugas, organisasi dan variabel-variabel lingkungan lainnya.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Mary Parker Follett, mengatakan bahwa ada tiga variabel kritis yang
mempengaruhi gaya pemimpin, yaitu pemimpin, pengikut atau bawahan, dan
situasi, seperti yang ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.
Sedangkan menurut Robert Tannenbaum dan Warren H ada tiga
kekuatan yang harus dilakukan seorang manajer sebelum melakukan
pemilihan gaya kepemimpinan, yaitu:
Kemampuan dan
kualitas pemimpin
Kemampuan dan
kualitas bawahan
Situasi
1) Kekuatan-kekuatan dalam diri manajer yang mencakup sistern nilai,
kepercayaan terhadap bawahan, kecenderungan kepemimpinannya
sendiri, perasaan aman dan tidak aman.
2) Kekuatan-kekuatan dalam diri para bawahan, meliputi kebutuhan mereka
akan kebebasan, kebutuhan mereka akan peningkatan tanggung jawab,
apakah mereka tertarik dan mempunyai keahlian untuk penanganan
masalah, dan harapan mereka mengenai keterlibatan dalam pembuatan
keputusan.
3) Kekuatan-kekuatan dari situasi, mencakup tipe organisasi, efektivitas
kelompok, desakan waktu, dan sifat masalah itu sendiri.
Bab 10. Fungsi Pengawasan dan Pengendalian
1. Pengertian pengawasan
Schermerhorn mendefinisikan pengawasan sebagai proses dalam
menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat
mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang
telah ditetapkan. Sedangkan menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert (2000)
pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktivitas yang
terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Lebih lengkapnya
lagi, Mockler, Stoner, Freeman, dan Gilbert (2000) mengemukakan fungsi
pengawasan sebagai sistematis upaya dalam menetapkan standar kinerja
dan berbagai tujuan yang direncanakan, mendesain sistem informasi
umpan balik, membandingkan antara kinerja yang dicapai dengan standar
yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan apakah terdapat
penyimpangan dan tingkat signifikansi dari setiap penyimpangan
tersebut, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan
bahwa seluruh sumber daya perusahaan dipergunakan secara efektif dan
efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Fungsi pengawasan pada dasarnya merupakan proses yang dilakukan
untuk memastikan agar apa yang telah direncanakan berjalan
sebagaimana mestinya.
2. Tujuan dari fungsi pengawasan
Menurut Griffin (2000) fungsi pengawasan memiliki empat tujuan,
yaitu:
1) Adaptasi lingkungan
Dimaksudkan agar perusahaan dapat terus beradaptasi dengan
perubahan yang terjadi di lingkungan perusahaan, baik lingkungan
yang bersifat internal maupun lingkungan eksternal. Sebagai contoh,
perubahan yang terjadi pada penggunaan teknologi informasi dan
komputer. Di mana dulu perusahaan tidak terlalu mensyaratkan untuk
bisa menguasi teknologi informasi dan komputer, akan tetapi ketika
teknologi informasi dan komputer sudah menajdi hal pokok yang
harus dikuasai oleh karyawan, maka perusahaan pun membuat syarat
untuk setiap karyawan baru harus menguasai teknologi informasi dan
komputer.
2) Meminimumkan kegagalan
Setiap perusahaan pasti berharap dalam kegiatan produksi, mereka
dapat meminimumkan kegagalan seminal mungkin. Misalnya, ketika
bagian produksi ternyata hanya mampu menghasilkan 9.000 unit yang
memenuhi standar, dan 1.000 unit yang tidak memenuhi standar, maka
perusahaan mengalami 1.000 unit kegagalan dalam produksi, dan hal
tersebut akan sangat merugikan perusahaan karena target tidak
tercapai. Oleh karena itu perusahaan perlu menjalankan fungsi
pengawasan agar kegagalan-kegagalan tersebut dapat diminimumkan.
3) Meminimumkan biaya
Sebagai mana pada kasus yang sudah disebutkan di atas, ketika
perusahaan mengalami kegagalan sebanyak 1.000 unit, maka akan ada
pemborosan biaya sebanyak 1.000 unit yang tidak memberikan
keuntungan bagi perusahaan. Oleh karena itu, fungsi pengawasan
melalui penetapan standar tertentu dalam meminimumkan kegagalan
dalam produksi, akan dapat meminimumkan biaya yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan.
4) Antisipasi kompleksitas organisasi
Tujuan terakhir dari fungsi pengawasan adalah agar perusahaan
dapat mengantisipasi berbagai kegiatan organisasi yang kompleks.
Kompleksitas tersebut mulai dari pengelolaan terhadap produk, tenaga
kerja, hingga berbagai prosedur yang terkait dengan manajemen
organisasi.
3. Perancangan Proses Pengawasan
William H.Newman telah mengemukakan prosedur untuk penetapan
sistem pengawasan, yaitu:
1) Merumuskan hasil yang diiginkan
2) Menetapkan penunjuk (predictors) hasil
Newman telah mengidentifikasikan beberapa "early warning
predictors" yang dapat membantu manajer memperkirakan apakah hasil yang
diinginkan tercapai atau tidak, yaitu:
a. Pengukuran masukan, sebagai contoh, pesanan-pesanan yang masuk
akan menunjukkan volume produksi, atau biaya bahan baku akan
mempengaruhi harga produk.
b. Hasil-hasil pada tahap-tahap permulaan. Bila hasil dari tahap permulaan
lebih baik atau jelek daripada yang diperkirakan, maka perlu
dilakukan penilaian kembali.
c. Gejala-gejala (symptoms), sebagai contoh, bila agen penjualan
terlambat menyampaikan laporan, manajer penjualan dapat menduga
bahwa kuota belum tercapai.
d. Perubahan dalam kondisi yang diasumsikan.
3) Menetapkan standar penunjuk dan hasil.
4) Menetapkan jaringan informasi dan umpan balik
5) Menilai informasi dan mengambil -tindakan koreksi.
4. Langkah-langkah dalam proses pengawasan
Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam fungsi
pengawasan, yaitu:
1) Penetapan standar dan metode penilaian kinerja
Tujuan yang ingin dicapai organisasi bisnis atau perusahaan
sebaiknya ditetapkan dengan jelas dan lengkap pada saat
perencanaan dilakukan. Hal ini dikarenakan, pertama adalah bahwa
sering kali tujuan terlalu bersifat umum sehingga sulit untuk dinilai
pada saat implementasi dilakukan. Misalnya, penjualan tahun ini
sebanyak 2.001 unit jika dibandingkan dengan penjualan tahun lalu
sebanyak 2000 unit. Ini menunjukan ada peningkatan 1 unit, lalu
apakah ini yang diinginkan?. Kedua, berdasarkan alasan pertama
tersebut, sebaiknya tujuan yang ditetapkan memuat standar yang lebih
jelas. Misalnya saja, meningkatkan penjualan sebesar 50%.
Dengan rumusan tujuan seperti ini, maka tujuan lebih jelas dan
lebih lengkap sehingga mudah untuk dinilai pada saat implementasi
apakah tercapai ataukah tidak.
2) Penilaian kinerja
Merupakan upaya untuk membandingkan kinerja yang dicapai
dengan tujuan dan standar yang telah ditetapkan semula. Misalnya
saja sebuah proses produksi dari sepasang sepatu, di mana perusahaan
mengharapkan adanya peningkatan penjualan sebesar 50%, maka
dalam tahap ini kita tetapkan bahwa penilaian akan dilakukan oleh
manajer penjualan misalnya setiap 1 tahun sekali dengan menilai
tingkat penjualan yang dicapai selama satu tahun tersebut melalui
jumlah penjualan pada tahun itu.
3) Membandingkan kinerja dengan standar
Kita akan menggunakan kasus di atas, di mana standar yang akan
kita capai adalah peningkatan penjualan sebesar 50% dari tahun
sebelumnya, maka manajer penjualan kemudian melakukan
pengecekan dari data penjualan tingkat penjualan yang telah dicapai
pada tahun ini, dan kemudian juga data penjualan pada tahun yang
lalu. Dari penegcekan tersebut, didapatlah data sebagai berikut:
Penjualan tahun ini: 10.000 unit
Penjualan tahun lalu: 9.000 unit
Standar yang perlu dicapai adalah 150% (100% jika sama dengan
tahun lalu ditambah 50% sebagai target standar pencapaian). Dengan
menggunakan data tersebut, maka kita dapatkan kinerja dan standar
sebagai berikut:
Standar yang ditetapkan = 150%
Kinerja yang diperolah = Penjualan tahun ini x 100%
Penjualan tahun lalu
= 10.000 x 100% = 111,1%
9.000
Kita dapatkan bahwa Kinerja yang dicapai (111,1%) ternyata di
bawah standar yang telah ditetapkan (150%), maka dapat disimpulkan
kinerja yang dicapai tidak memenuhi standar.
4) Melakukan tindakan koreksi jika terdapat masalah
Melalui perbandingan antara kinerja dengan standar, kita dapat
informasi dari proses pengawasan yang kita lakukan apakah kinerja
berada di atas standar, sama dengan standar, atau di bawah standar.
Ketika Kinerja berada di bawah standar berarti perusahaan mendapatkan
masalah. Oleh karena itu perusahaan kemudian perlu melakukan
pengendalian, yaitu dengan mencari jawaban mengapa masalah tersebut
terjadi.
5. Beberapa Gejala yang Memerlukan Pengawasan dan Pengendalian
Kreitner (1992) mengemukakan bahwa ada beberapa gejala yang
biasanya menunjukkan perlu adanya kontrol atau pengawasan dan
pengendalian perusahaan, yaitu:
1) Terjadi penurunan pendapatan atau profit, namun tidak begitu jelas
faktor penyebabnya
2) Penurunan kualitas pelayanan (teridentifikasi dari adanya keluhan
pelanggan)
3) Ketidakpuasan pegawai (teridentifikasi dari adanya keluhan pegawai,
produktivitas kerja yang menurun, dan lain sebagainya)
4) Berkurangnya kas perusahaan
5) Banyaknya pegawai atau pekerja yang menganggur
6) Tidak terorganisasinya setiap pekerjaan dengan baik
7) Biaya yang melebihi anggaran
8) Adanya penghamburan dan mefisiensi
6. Tipe-tipe pengawasan
Ada tiga tipe dasar pengawasan, yaitu
1) Pengawasan pendahuluan (feedforward control)
Pengawasan pendahuluan, dirancang untuk mengantisipasi
masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar atau
tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap
kegiatan tertentu diselesaikan.
2) Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan
(concurrent control).
Tipe pengawasan ini merupakan proses di mana aspek tertentu
dari suatu prosedur harus disetujui dulu, atau syarat tertentu harus
dipenuhi dulu sebelum kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan. Dengan
kata lain pengawasan ini, sering disebut pengawasan “Ya-Tidak” atau
“Berhenti-Terus”.
3) Pengawasan umpan balik (feedback control)
Pengawasan umpan balik, juga dikenal sebagai past action controls,
yaitu mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan.
7. Pentingnya pengawasan
Ada berbagai faktor yang membuat pengawasan semakin diperlukan
oleh setiap organisasi, yaitu:
1) Perubahan lingkungan organisasi, yaitu munculnya inovasi produk dan
pesaing baru, ditemukannya bahan baku baru, adanya peraturan
pemerintah baru, dan sebagainya. Melalui fungsi pengawasan, manajer
dapat mendeteksi perubahan-perubahan yang berpengaruh pada barang
dan jasa organisasi, sehingga mampu menghadapi tantangan atau
memanfaatkan kesempatan yang diciptakan perubahan-perubahan
yang terjadi.
2) Peningkatan kompleksitas Organisasi
3) Kesalahan-kesalahan, dengan adanya sistem pengawasan memungkinkan
manajer mendeteksi kesalahan-kesalahan sebelum menjadi kritis.
4) Kebutuhan Manajer untuk mendelegasikan Wewenang, yaitu dengan
mengimplementasikan sistem pengawasan manajer dapat menentukan
apakah bawahan telah melakukan tugas-tugas yang telah dilimpahkan
kepadanya.
8. Alat Bantu Pengawasan Manajerial
Ada dua teknik yang paling terkenal yang dapat membantu manajer
agar pelaksanaan pengawasan menjadi lebih efektif, yaitu:
1) Management ByException ( MBE ) atau prinsip pengecualian
Memungkinkan manajer untuk mengarahkan perhatiannya pada
bidang-bidang pengawasan yang paling kritis dan mempersilahkan para
karyawan atau tingkatan manajemen rendah untuk menangani variasi-
variasi rutin. Biasanya pengawasan ini dipergunakan untuk operasi-
operasi organisasi yang bersifat otomatis dan rutin.
2) Management Information System ( MIS)
MIS didefinisikan sebagai suatu metode formal pengadaan dan
penyediaan informasi bagi manajemen yang diperlukan dengan akurat
dan tepat waktu untuk membantu proses pembuatan keputusan dan
memungkinkan fungsi-fungsi perencanaan, pengawasan dan
operasional organisasi dilaksanakan secara efektif. MIS dirancang
melalui beberapa tahap utama, yaitu :
a. Tahap survei pendahuluan dan perumusan masalah.
b. Tahap disain konsepsual.
c. Tahap disain terperinci
d. Tahap implementasi akhir.
Agar perancangan MIS berjalan efektif, manajemen perlu
memperhatikan lima pedoman berikut, yaitu:
a. Mengikut sertakan unsur ke dalam tim perancang.
b. Mempertimbangkan secara hati-hati biaya sistem.
c. Memperlakukan informasi yang relevan dan terseleksi lebih dari
pada pertimbangan kuantitas belaka.
d. Pengujian pendahuluan sebelum diterapkan.
e. Menyediakan latihan dan dokumentasi tertulis yang mencukupi
bagi para operator dan pemakai sistem.
9. Karakteristik-Karakteristik Pengawasan Yang Efektif
Karakteristik-karakteristik pengawasan yang efektif dapat lebih
diperinci sebagai berikut:
1) Akurat, yaitu informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat.
2) Tepat waktu, yaitu informasi harus dikumpulkan, disampaikan dan
dievaluasi secepatnya bila kegiatan perbaikan harus dilakukan segera.
3) Obyektif dan menyeluruh, artinya informasi harus mudah dipahami
dan bersifat obyektif serta lengkap.
4) Terpusat pada titik-titik pengawasan strategik, artinya sistem
pengawasan harus memusatkan perhatian pada bidang-bidang di
mana penyimpangan-penyimpangan dari standar paling sering
terjadi atau yang akan mengakibatkan kerusakan paling fatal.
5) Realistik secara ekonomis, artinya biaya pelaksanaan sistem
pengawasan harus lebih rendah atau paling tidak sama dengan
kegunaan yang diperoleh dari sistem tersebut.
6) Realistik secara organisasional, artinya sistem pengawasan harus
cocok atau harmonis dengan kenyataan-kenyataan organisasi.
7) Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, artinya informasi peng-
awasan harus terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, karena
setiap tahap dari proses pekerjaan dapat mempengaruhi sukses atau
kegagalan keseluruhan operasi, dan informasi pengawasan harus
sampai pada seluruh personalia yang memerlukannya.
8) Fleksibel, artinya pengawasan harus mempunyai fleksibilitas untuk
memberikan tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun
kesempatan dari lingkungan.
9) Bersifat sebagai petunjuk dan operasional, artinya sistem pengawasan
efektif harus menunjukkan, baik deteksi atau deviasi dari standar,
tindakan koreksi apa yang seharusnya diambil.
10) Diterima para anggota organisasi, artinya sistem pengawasan harus
mampu mengarahkan pelaksanaan kerja para anggota organisasi
dengan mendorong perasaan otonomi, tanggung jawab dan ber-
prestasi.
Bab 11. Lingkungan dan Budaya Organisasi
1. Lingkungan dan Organisasi Bisnis
Organisasi tidak dapat dilepaskan dari lingkungan, karena pada
dasarnya organisasi juga merupakan bagian dari lingkungan dan
masyarakat. Oleh karena itu, sebuah organisasi perlu memahami
lingkungan apa saja yang terkait secara langsung maupun tak langsung
dengan kegiatan organisasi. Misalnya, ketika sebuah perusahaan beroperasi
di daerah di mana masyarakatnya mengalami tingkat pengangguran yang
tinggi, maka organisasi tersebut perlu memikirkan kenyataan tersebut dan
kaitannya dengan pencapaian tujuan organisasi. Apabila tingkat
pengangguran tinggi di daerah tersebut, maka bisa dipastikan bahwa tingkat
pendapatan juga akan rendah. Akibatnya, penjualan barang atau jasa yang
ditawarkan oleh organisasi akan mengalami hambatan.
Selain itu, salah satu yang selalu menjadi persoalan pada sebuah
organisasi adalah pengelolaan limbahnya. Jika pengolahan limbahnya
diabaikan, dampak limbah akan menimbulkan bahaya pada masyarakat.
Masyarakat yang menyadari ini akan mengajukan keberatan dan mungkin
gugatan terhadap perusahaan. Akibatnyn, kegiatan perusahaan terancam
akan terganggu, dan lebih buruk lagi terancam ditutup. Oleh karena itu
kegiatan manajemen yang akan dilakukan semestinya mempertitnbangkan
faktor-faktor lingkungan yang terkait dengan organisasi, baik yang bersifat
langsung maupun tidak langsung. Adapun lingkungan organisasi dapat
dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Lingkungan internal organisasi
Lingkungan internal organisasi adalah berbagai hal atau berbagai
pihak yang terkait langsung dengan kegiatan sehari-hari organisasi,
dan memengaruhi langsung terhadap setiap program, kebijakan,
hingga "denyut nadi" nya organisasi. Adapun bagian dari lingkungan
internal organisasi, yaitu:
a. Pemilik organisasi (owners)
Mereka yang secara historis maupun hukum dinyatakan
sebagai pemilik akibat adanya penyertaan modal, ide, ataupun
berdasarkan ketentuan lainnya. Dalam organisasi perusahaan para
pemilik organisasi misalnya adalah para pemegang saham,
anggota jika dia bersifat koperasi, atau juga individu jika
perusahaan tersebut bersifat individu dari segi kepemilikan.
b. Pengelola organisasi (board of managers or directors)
Orang-orang yang menurut para pemilik organisasi
perusahaan dinyatakan atau ditunjuk sebagai pengelola organisasi
dalam aktivitasnya sehari-hari untuk suatu periode tertentu. Orang-
orang ini bekerja secara profesional berdasarkan tugasnya masing-
masing, dan dalam periode tertentu harus melaporkat setiap
kegiatannya kepada para pemilik perusahaan.
c. Para anggota atau para pekerja (employees)
Para pekerja inilah yang sehari-hari bergelut dengan aktivitas
operasional perusahaan dan menjalankan tugas-tugas keseharian,
berdasarkan apa yang telah ditetapkan oleh tim manajemen
perusahaan.
d. Lingkungan fisik organisasi (physical work environment)
Sumber daya manusia, sumber daya uang, sumber daya alam,
maupun sumber daya informasi merupakan bagian dari
lingkungan fisik organisasi.
2) Lingkungan eksternal organisasi
Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang terkait dengan
kegiatan operasional organisasi dan bagaimana kegiatan
operasional ini dapat bertahan. Lingkungan ini dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. Lingkungan yang terkait langsung dengan kegiatan operasional
organisasi (lingkungan mikro)
Bagian yang termasuk kedalam lingkungan makro, yaitu:
1) Pesaing (Competitor), yaitu organisasi bisnis lain yang
menjalankan bisnis yang sama dengan organisasi yang kita
jalankan.
2) Pemasok (Supplier), yaitu pihak yang terkait langsung dalam
kegiatan bisnis dari sebuah organisasi, khususnya organisasi
bisnis yang melakukan kegiatan produksi barang jadi dari
berbagai jenis bahan baku.
3) Partner Strategis (Strategic Partner), yaitu perusahaan lain yang
menjalankan bisnis berbeda dengan perusahaan kita, tetapi
secara bersama-sama bisa menjadi mitra kita dalam menjalankan
bisnis yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
b. Lingkungan yang tidak terkait langsung dengan kegiatan
operasional organisasi (lingkungan makro)
Lingkunag ini terdiri dari:
1) Lingkungan lokal, berupa:
a. Pembuat peraturan (Regulators), yaitu pihak-pihak yang
berkepentingan dalam menciptakan keadaan dari kegiatan
bisnis yang fair dan aman bagi semua pihak yang ingin
menjalankan bisnis.
b. Pemerintah (Government), yaitu pihak yang atas legitimasi
politik tertentu di suatu negara diangkat dan bertugas untuk
mewujudkan masyarakat ke arah yang lebih baik dalan
pembangunan di segala bidang.
c. Masyarakat luas pada umumnya (society).
d. Lembaga-lembaga yang terkait dengan kegiatan perusahaan
seperti organisasi nonpemerintah.
2) Lingkungan internasional
Ada beberapa bentuk kegiatan bisnis internasional yang dapat
dipilih oleh organisasi bisnis, diantaranya:
a. Kegiatan Ekspor-Impor
Banyaknya mobil bermerek seperti Toyota, Mazda,
BMW, atau Mercedes, menunjukkan adanya aktivitas impor
yang dilakukan di negara kita untuk waktu yang sudah cukup
lama. Sebaliknya, adanya pengiriman Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) ke Arab Saudi, Malaysia, Singapura, atau negara
lainnya, contoh bentuk kegiatan ekspor yang dilakukan oleh
perusahaan di negara kita.
b. Lisensi (Licencing)
Sebuah kesepakatan atau perjanjian di mana sebuah
perusahaan memperbolehkan perusahaan lain untuk
menggunakan merek, teknologi, hak paten, atau aset
lainnya. Sebagai kompensasinya, perusahaan yang
menggunakan hak perusahaan lain biasanya diharuskan
membayar hak lisensinya berupa sejumlah uang tertentu
sebagaimana kesepakatan yang dibuat.
c. Partner Strategis (International Strategic Alliance)
Salah satu bentuk kerja sama antara perusahaan secara
internasional untuk dapat melakukan kegiatan bisnis yang
saling menguntungkan kedua belah pihak.
d. Investasi Langsung (Direct investment)
Ada tiga faktor terkait yang perlu diperhatikan dalam
hubungan internasional, diantaranya kontrol dalam
perdagangan internasional, eksistensi komunitas dan institusi
ekonomi secara internasional, serta perbedaan budaya
antarnegara.
2. Budaya Organisasi dan Kegiatan Bisnis
Budaya organisasi pada dasarnya merupakan nilai-nilai dan norma
yang dianut dan dijalankan oleh sebuah organisasi terkait dengan
lingkungan di mana organisasi tersebut menjalankan kegiatannya. Biasanya
menyangkut apa yang dirasakan, diyakini, dan dijalani oleh sebuah
organisasi. Budaya organisasi akan sangat berbeda dari satu perusahaan
dengan perusahaan lain. Namun, pada intinya apa yang dianut oleh sebuah
perusahaan akan menentukan bagaimana kesuksesan dapat mereka raih.
Berdasarkan pemahaman di atas, kita akan mengetahui faktor yang
menentukan terbentuknya budaya organisasi adalah pengalaman yang
dijalani oleh organisasi itu sendiri. Pengalaman itu bisa berupa kesuksesan
maupun kegagalan. Fase-fase kesuksesan dan kegagalan inilah yang pada
dasarnya menentukan bagaimana budaya organisasi terbentuk dan diyakini,
kemudian oleh organisasi tersebut dijadikan sebuah konsep norma dan nilai
yang akan mempengaruhi keseluruhan cara kerja perusahaan.
Ban 12. Etika Manajemen dan Tanggung Jawab Sosial dalam Organisasi
1. Mengukur Etika Manajemen
Berikut adalah sebuah model yang digunakan untuk menilai etik yang
diperkenalkan oleh Griffin (2000).
Sekalipun model penilaian etika di atas tidak secara sempurna
menjelaskan kriteria dan panduan untuk menilai tindakan yang etis maupun
tidak, namun setidaknya dapat memberikan sedikit penjelasan bagaimana
Gathering Pengumpula data
mengenai tindakan atau
kegiatab yang dilakukan
Apakah tindakan atau kegiatan yang dilakukan memenuhi 4
kriteria dalam etika:
 Manfaat: Apakah tindakan tersebut memberikan manfaat
dan kepuasan bagi semua pihak?
 Pemebuhan hak: Apakah tindakan yang dilakukan menjamin
terpenuhinya dan terpeliharanya hak-hak dari semua pihak?
 Keadilan: Apakah tindakan yang dilakukan adil bagi semua
pihak?
 Pemeliharaan: Apakah tindakan yang dilakukan konsisten
dengan tanggunga jawab pemeliharaan dalam berbagai hal?
Analisis
Ya, dalam
seluruh kriteria
Tidak dalam satu
atau beberapa
kriteria
Tidak dalam
seluruh kriteria
 Apakah ada faktor yang menyebabkan kriteria tidak
terpenuhi sehingga dapat dimaklumi?
 Apakh kriteria yang terpenuhi lebih penting
dibandingkan kriteria lain?
 Apakah ada faktor diluar kemampuan organisasi yang
menyebabkan sebagian kriteria tidak terpenuhi?
Penilaian YaTidak
Tidak etis Etis
sebuah tindakan atau kegiatan bisa dinilai dari kriteria etikanya. Adapun
upaya lain yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan
menetapkan standar aturan mengenai etika yang harus dijalankan oleh
perusahaan atau sering kali dinamakan sebagai code of ethics. Implementasi
dari code of ethics ini akan sangat efektif jika memenuhi dua syarat, yaitu
pertama, perusahaan perlu menyatakan secara spesifik kepada publik
mengenai code of ethics yang mereka jalankan. Sebagai contoh, Perusahaan
Xerox menyatakan dalam berbagai kesempatan di depan khalayak ramai
dan publisitas yang mereka lakukan bahwa perusahaan mereka akan
melakukan kejujuran terhadap pelanggan, tidak akan memberikan sogokan,
tidak akan merahasiakan sesuatu terhadap konsumen, maupun tidak akan
melakukan penipuan yang terkait dengan harga. Syarat kedua agar code of
ethics ini bisa berjalan secara efektif adalah perlu adanya dukungan dari tim
manajemen puncak melalui sistem pengawasan tertentu seperti reward and
punishment system dan lain sebagainya.
2. lsu Seputar Etika
Kreitner (1992) memberikan uraian dari beberapa isu seputar etika
yang sering kali dihadapi oleh perusahaan, yaitu:
1) Penggunaan obat-obatan terlarang
2) Pencurian oleh para pekerja atau korupsi
3) Konflik kepentingan
4) Pengawasan kualitas atau quality control
5) Penyalahgunaan informasi yang bersifat rahasia
6) Penyelewengan dalam pencatatan keuangan
7) Penyalahgunaan penggunaan aset perusahaan
8) Pemecatan tenaga kerja
9) Polusi lingkungan
10) Cara bersaing dari perusahaan yang dianggap tidak etis
11) Penggunaan pekerja atau tenaga kerja di bawah umur
12) Pemberian hadiah kepada pihak-pihak tertentu yang terkait dengan
pemegang kebijakan
Bab 1 13
Bab 1 13
Bab 1 13
Bab 1 13
Bab 1 13
Bab 1 13
Bab 1 13
Bab 1 13
Bab 1 13

More Related Content

What's hot

Filsafat Ilmu Manajemen
Filsafat Ilmu ManajemenFilsafat Ilmu Manajemen
Filsafat Ilmu Manajemen
yy rahmat
 
konsep dasar manajemen
konsep dasar manajemenkonsep dasar manajemen
konsep dasar manajemen
NonoSugiono1
 
Konsep konsep manajemen
Konsep konsep manajemenKonsep konsep manajemen
Konsep konsep manajemenAlvadoc
 
perkembangan ilmu manajemen
perkembangan ilmu manajemenperkembangan ilmu manajemen
perkembangan ilmu manajemen
NonoSugiono1
 
Makalah pengantar manajemen
Makalah pengantar manajemenMakalah pengantar manajemen
Makalah pengantar manajemen
evi hermawati
 
Evolusi teori manajemen
Evolusi teori manajemenEvolusi teori manajemen
Evolusi teori manajemen
Sintya M
 
minggu 9 dasar manajemen dan fungsi manajemen dalam organisasi bisnis
minggu 9 dasar manajemen dan fungsi manajemen dalam organisasi bisnisminggu 9 dasar manajemen dan fungsi manajemen dalam organisasi bisnis
minggu 9 dasar manajemen dan fungsi manajemen dalam organisasi bisnis
rivayanto
 
Evolusi teori manajemen
Evolusi teori manajemenEvolusi teori manajemen
Evolusi teori manajemen
indipras
 
PENGANTAR MANAJEMEN -- PRIYONO
PENGANTAR MANAJEMEN -- PRIYONOPENGANTAR MANAJEMEN -- PRIYONO
PENGANTAR MANAJEMEN -- PRIYONO
primagraphology consulting
 
05. manajemen umum bab v pengorganisasian
05. manajemen umum bab v pengorganisasian05. manajemen umum bab v pengorganisasian
05. manajemen umum bab v pengorganisasianWEST NUSA TENGGARA
 
Pengantar Manajemen : Evolusi Teori Manajemen
Pengantar Manajemen : Evolusi Teori ManajemenPengantar Manajemen : Evolusi Teori Manajemen
Pengantar Manajemen : Evolusi Teori Manajemen
Esterina Danar Puja
 
Makalah Pendahuluan dan Evolusi Teori Manajemen Umum
Makalah Pendahuluan dan Evolusi Teori Manajemen UmumMakalah Pendahuluan dan Evolusi Teori Manajemen Umum
Makalah Pendahuluan dan Evolusi Teori Manajemen Umum
Fajar Jabrik
 
Pendekatan Klasik dalam Manajemen
Pendekatan Klasik dalam ManajemenPendekatan Klasik dalam Manajemen
Pendekatan Klasik dalam Manajemen
Hana Septiana
 
Evolusi Teori Manajemen
Evolusi Teori ManajemenEvolusi Teori Manajemen
Evolusi Teori Manajemen
Radyastuti
 
Evolusi Teori Manajemen
Evolusi Teori ManajemenEvolusi Teori Manajemen
Evolusi Teori ManajemenYudita Eka
 
03. manajemen umum bab iii proses perencanaan
03. manajemen umum bab iii proses perencanaan03. manajemen umum bab iii proses perencanaan
03. manajemen umum bab iii proses perencanaanWEST NUSA TENGGARA
 
Pengantar manajemen syariah
Pengantar manajemen syariahPengantar manajemen syariah
Pengantar manajemen syariah
Nadia Rahmatul Ummah
 

What's hot (19)

Filsafat Ilmu Manajemen
Filsafat Ilmu ManajemenFilsafat Ilmu Manajemen
Filsafat Ilmu Manajemen
 
konsep dasar manajemen
konsep dasar manajemenkonsep dasar manajemen
konsep dasar manajemen
 
Konsep konsep manajemen
Konsep konsep manajemenKonsep konsep manajemen
Konsep konsep manajemen
 
Modul 5 KB 1
Modul 5 KB 1Modul 5 KB 1
Modul 5 KB 1
 
perkembangan ilmu manajemen
perkembangan ilmu manajemenperkembangan ilmu manajemen
perkembangan ilmu manajemen
 
Makalah pengantar manajemen
Makalah pengantar manajemenMakalah pengantar manajemen
Makalah pengantar manajemen
 
Evolusi teori manajemen
Evolusi teori manajemenEvolusi teori manajemen
Evolusi teori manajemen
 
minggu 9 dasar manajemen dan fungsi manajemen dalam organisasi bisnis
minggu 9 dasar manajemen dan fungsi manajemen dalam organisasi bisnisminggu 9 dasar manajemen dan fungsi manajemen dalam organisasi bisnis
minggu 9 dasar manajemen dan fungsi manajemen dalam organisasi bisnis
 
Evolusi teori manajemen
Evolusi teori manajemenEvolusi teori manajemen
Evolusi teori manajemen
 
PENGANTAR MANAJEMEN -- PRIYONO
PENGANTAR MANAJEMEN -- PRIYONOPENGANTAR MANAJEMEN -- PRIYONO
PENGANTAR MANAJEMEN -- PRIYONO
 
05. manajemen umum bab v pengorganisasian
05. manajemen umum bab v pengorganisasian05. manajemen umum bab v pengorganisasian
05. manajemen umum bab v pengorganisasian
 
Pengantar Manajemen : Evolusi Teori Manajemen
Pengantar Manajemen : Evolusi Teori ManajemenPengantar Manajemen : Evolusi Teori Manajemen
Pengantar Manajemen : Evolusi Teori Manajemen
 
Makalah Pendahuluan dan Evolusi Teori Manajemen Umum
Makalah Pendahuluan dan Evolusi Teori Manajemen UmumMakalah Pendahuluan dan Evolusi Teori Manajemen Umum
Makalah Pendahuluan dan Evolusi Teori Manajemen Umum
 
Modul 8 11
Modul 8 11Modul 8 11
Modul 8 11
 
Pendekatan Klasik dalam Manajemen
Pendekatan Klasik dalam ManajemenPendekatan Klasik dalam Manajemen
Pendekatan Klasik dalam Manajemen
 
Evolusi Teori Manajemen
Evolusi Teori ManajemenEvolusi Teori Manajemen
Evolusi Teori Manajemen
 
Evolusi Teori Manajemen
Evolusi Teori ManajemenEvolusi Teori Manajemen
Evolusi Teori Manajemen
 
03. manajemen umum bab iii proses perencanaan
03. manajemen umum bab iii proses perencanaan03. manajemen umum bab iii proses perencanaan
03. manajemen umum bab iii proses perencanaan
 
Pengantar manajemen syariah
Pengantar manajemen syariahPengantar manajemen syariah
Pengantar manajemen syariah
 

Viewers also liked

Ppt prinsip prinsip organisasi.
Ppt prinsip prinsip organisasi.Ppt prinsip prinsip organisasi.
Ppt prinsip prinsip organisasi.
Sri Siswaty Tahir
 
Bedah ISO 9000 14000
Bedah ISO 9000 14000Bedah ISO 9000 14000
Bedah ISO 9000 14000dian Paramita
 
PPT Prinsip-Prinsip Organisasi
PPT Prinsip-Prinsip OrganisasiPPT Prinsip-Prinsip Organisasi
PPT Prinsip-Prinsip Organisasi
Sri Siswaty Tahir
 
Manajemen
ManajemenManajemen
Tugas perencanaan
Tugas perencanaanTugas perencanaan
Tugas perencanaan
Rosita Dewi
 
01. manajemen umum bab i pengertian
01. manajemen umum bab i pengertian01. manajemen umum bab i pengertian
01. manajemen umum bab i pengertianWEST NUSA TENGGARA
 
Fungsi manajemen menurut luther gullick
Fungsi manajemen menurut luther gullickFungsi manajemen menurut luther gullick
Fungsi manajemen menurut luther gullick
Andiana Kanendyah
 
Peran, Fungsi, dan Tugas Manajer
Peran, Fungsi, dan Tugas ManajerPeran, Fungsi, dan Tugas Manajer
Peran, Fungsi, dan Tugas Manajer
Elita Yuliana
 

Viewers also liked (9)

Ppt prinsip prinsip organisasi.
Ppt prinsip prinsip organisasi.Ppt prinsip prinsip organisasi.
Ppt prinsip prinsip organisasi.
 
Bedah ISO 9000 14000
Bedah ISO 9000 14000Bedah ISO 9000 14000
Bedah ISO 9000 14000
 
PPT Prinsip-Prinsip Organisasi
PPT Prinsip-Prinsip OrganisasiPPT Prinsip-Prinsip Organisasi
PPT Prinsip-Prinsip Organisasi
 
Manajemen
ManajemenManajemen
Manajemen
 
Tugas perencanaan
Tugas perencanaanTugas perencanaan
Tugas perencanaan
 
01. manajemen umum bab i pengertian
01. manajemen umum bab i pengertian01. manajemen umum bab i pengertian
01. manajemen umum bab i pengertian
 
Fungsi manajemen menurut luther gullick
Fungsi manajemen menurut luther gullickFungsi manajemen menurut luther gullick
Fungsi manajemen menurut luther gullick
 
Ringkasan pengajaran manajemen operasional
Ringkasan pengajaran manajemen operasionalRingkasan pengajaran manajemen operasional
Ringkasan pengajaran manajemen operasional
 
Peran, Fungsi, dan Tugas Manajer
Peran, Fungsi, dan Tugas ManajerPeran, Fungsi, dan Tugas Manajer
Peran, Fungsi, dan Tugas Manajer
 

Similar to Bab 1 13

Makalah konsep dasar manajemen
Makalah konsep dasar manajemenMakalah konsep dasar manajemen
Makalah konsep dasar manajemen
Operator Warnet Vast Raha
 
Queen Rinjani, Dasar-Dasar Manajemen, Sosiologi, Dr. Taufik Ramdani, S.Th.I.,...
Queen Rinjani, Dasar-Dasar Manajemen, Sosiologi, Dr. Taufik Ramdani, S.Th.I.,...Queen Rinjani, Dasar-Dasar Manajemen, Sosiologi, Dr. Taufik Ramdani, S.Th.I.,...
Queen Rinjani, Dasar-Dasar Manajemen, Sosiologi, Dr. Taufik Ramdani, S.Th.I.,...
Queen Rinjani
 
Pengertian manajemen
Pengertian manajemenPengertian manajemen
Pengertian manajemen
Irawan_d
 
pengantar manajemen
pengantar manajemenpengantar manajemen
pengantar manajemen
Yan'z Lesmana
 
Konsep dasar administrasi organisasi dan manajemen
Konsep dasar administrasi organisasi dan manajemenKonsep dasar administrasi organisasi dan manajemen
Konsep dasar administrasi organisasi dan manajemen
Faizal Rahman
 
Pengantar manajemen
Pengantar manajemenPengantar manajemen
Pengantar manajemen
MuhammadMa'ruf Rabbani
 
Manajemenumum
ManajemenumumManajemenumum
Manajemenumum
Si Rihenz
 
TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR MANAJEMEN
TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR MANAJEMENTUGAS MATA KULIAH PENGANTAR MANAJEMEN
TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR MANAJEMEN
Aisha Safira
 
Makalah manajemen
Makalah manajemenMakalah manajemen
Makalah manajemen
Operator Warnet Vast Raha
 
12 usaha, mayriana, hapzi ali, manajemen, universitas mercu buana,2018
12 usaha, mayriana, hapzi ali, manajemen, universitas mercu buana,201812 usaha, mayriana, hapzi ali, manajemen, universitas mercu buana,2018
12 usaha, mayriana, hapzi ali, manajemen, universitas mercu buana,2018
may riana
 
PERILAKU MANAJEMEN
PERILAKU MANAJEMENPERILAKU MANAJEMEN
PERILAKU MANAJEMEN
Eirene Grace
 
Dasar dasar manajemen (elaborasi) jadi
Dasar dasar manajemen (elaborasi) jadiDasar dasar manajemen (elaborasi) jadi
Dasar dasar manajemen (elaborasi) jadi
Dani Rusdani
 
Manajemen Kelas X
Manajemen Kelas XManajemen Kelas X
Manajemen Kelas X
ernyoctaa
 
Ekma4116 manajemen
Ekma4116 manajemenEkma4116 manajemen
Ekma4116 manajemen
Ratzman III
 
Usaha, widya ayunda putri, hapzi ali, dasar manajemen dan fungsi manajemen da...
Usaha, widya ayunda putri, hapzi ali, dasar manajemen dan fungsi manajemen da...Usaha, widya ayunda putri, hapzi ali, dasar manajemen dan fungsi manajemen da...
Usaha, widya ayunda putri, hapzi ali, dasar manajemen dan fungsi manajemen da...
WidyaAyundaPutri
 
Dasar dasar manajemen-edit for 2011
Dasar dasar manajemen-edit for 2011Dasar dasar manajemen-edit for 2011
Dasar dasar manajemen-edit for 2011
Nesty Indrawati
 
Modul manajemen
Modul manajemenModul manajemen
Modul manajemen
Kasmadi Rais
 
Mikratul jannah baru
Mikratul jannah baruMikratul jannah baru
Mikratul jannah baru
Paarief Udin
 
Mikratul jannah baru
Mikratul jannah baruMikratul jannah baru
Mikratul jannah baru
Paarief Udin
 

Similar to Bab 1 13 (20)

Makalah konsep dasar manajemen
Makalah konsep dasar manajemenMakalah konsep dasar manajemen
Makalah konsep dasar manajemen
 
Queen Rinjani, Dasar-Dasar Manajemen, Sosiologi, Dr. Taufik Ramdani, S.Th.I.,...
Queen Rinjani, Dasar-Dasar Manajemen, Sosiologi, Dr. Taufik Ramdani, S.Th.I.,...Queen Rinjani, Dasar-Dasar Manajemen, Sosiologi, Dr. Taufik Ramdani, S.Th.I.,...
Queen Rinjani, Dasar-Dasar Manajemen, Sosiologi, Dr. Taufik Ramdani, S.Th.I.,...
 
Pengertian manajemen
Pengertian manajemenPengertian manajemen
Pengertian manajemen
 
pengantar manajemen
pengantar manajemenpengantar manajemen
pengantar manajemen
 
Konsep dasar administrasi organisasi dan manajemen
Konsep dasar administrasi organisasi dan manajemenKonsep dasar administrasi organisasi dan manajemen
Konsep dasar administrasi organisasi dan manajemen
 
Pengantar manajemen
Pengantar manajemenPengantar manajemen
Pengantar manajemen
 
Manajemenumum
ManajemenumumManajemenumum
Manajemenumum
 
TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR MANAJEMEN
TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR MANAJEMENTUGAS MATA KULIAH PENGANTAR MANAJEMEN
TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR MANAJEMEN
 
Makalah manajemen
Makalah manajemenMakalah manajemen
Makalah manajemen
 
12 usaha, mayriana, hapzi ali, manajemen, universitas mercu buana,2018
12 usaha, mayriana, hapzi ali, manajemen, universitas mercu buana,201812 usaha, mayriana, hapzi ali, manajemen, universitas mercu buana,2018
12 usaha, mayriana, hapzi ali, manajemen, universitas mercu buana,2018
 
PERILAKU MANAJEMEN
PERILAKU MANAJEMENPERILAKU MANAJEMEN
PERILAKU MANAJEMEN
 
Login.hospot.bsi
Login.hospot.bsiLogin.hospot.bsi
Login.hospot.bsi
 
Dasar dasar manajemen (elaborasi) jadi
Dasar dasar manajemen (elaborasi) jadiDasar dasar manajemen (elaborasi) jadi
Dasar dasar manajemen (elaborasi) jadi
 
Manajemen Kelas X
Manajemen Kelas XManajemen Kelas X
Manajemen Kelas X
 
Ekma4116 manajemen
Ekma4116 manajemenEkma4116 manajemen
Ekma4116 manajemen
 
Usaha, widya ayunda putri, hapzi ali, dasar manajemen dan fungsi manajemen da...
Usaha, widya ayunda putri, hapzi ali, dasar manajemen dan fungsi manajemen da...Usaha, widya ayunda putri, hapzi ali, dasar manajemen dan fungsi manajemen da...
Usaha, widya ayunda putri, hapzi ali, dasar manajemen dan fungsi manajemen da...
 
Dasar dasar manajemen-edit for 2011
Dasar dasar manajemen-edit for 2011Dasar dasar manajemen-edit for 2011
Dasar dasar manajemen-edit for 2011
 
Modul manajemen
Modul manajemenModul manajemen
Modul manajemen
 
Mikratul jannah baru
Mikratul jannah baruMikratul jannah baru
Mikratul jannah baru
 
Mikratul jannah baru
Mikratul jannah baruMikratul jannah baru
Mikratul jannah baru
 

Bab 1 13

  • 1. Resume Manajemen Disusun Oleh: Resti Purnika Sari Nim 1416131977 Kelas 2A Ekis Dosen Pembimbing John Hendri, S.Kom., M.M Prodi Ekonomi Syari’ah Fakultas Syari’ah & Ekonomi Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu 2015
  • 2. Bab 1. Konsep Dasar Manajemen 1. Pengertian Manajemen Kata manajemen sudah begitu sering kita dengar. Kata manajemen sangat erat sekali hubungannya dengan organisasi, oleh karena itu sebelum kita mengetahui apa itu manajemen ada baiknya kita memahami terlebih dahulu apa itu organisasi. Menurut Griffin (2002), organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja sama dalam struktur dan koordinasi tertentu dalam mencapai serangkaian tujuan tertentu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa organisasi itu sebagai sekumpulan orang atau kelompok yang memiliki tujuan tertentu dan berupaya untuk mewujudkan tujuannya tersebut melalui kerja sama. Lain dengan organisasi, manajemen mempunyai definisi yang sangat luas, hal inilah yang menyebabkan tidak adanya definisi yang secara konsisten yang diberikan oleh setiap orang. Banyak ahli yang berbeda pendapat tentang ini, diantaranya Mary Parker Follet, mendefiniskan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer dalam mencapai tujuan organisasi itu melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan, atau dengan tidak melakukan tugas-tugas itu sendiri. Sedangkan menurut Stoner, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha- usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Definisi yang disampaikan oleh Stoner menunjukan adanya perbedaan dengan definisi yang disampaiakan oleh Mary Parker Follet. Jika Mary Parker Follet menggunakan kata seni untuk mendefinisikan manajemen, lain halnya dengan Stoner yang menekankan penggunaan kata proses. Menurut Stoner, manajemen didefinisikan sebagai proses karena semua manajer tanpa memperdulikan kecakapan atau keterampilan khusus mereka harus melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan-tujuan yang mereka inginkan. Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas, dapat disimpulan bahwa manajemen itu adalah bekerja
  • 3. dengan orang-orang untuk menetukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling). Dari penjelasan Mary Parker Follet dan Stoner tentang manajemen diatas, dapat kita bagi manajemen itu kedalam dua kategori, yaitu : a. Manajemen sebagai ilmu dan seni Menurut Gulick manajemen telah memenuhi persyaratan untuk disebut bidang ilmu pengetahuan, karena telah dipelajari untuk waktu yang lama dan telah diorganisasi menjadi suatu rangkaian teori. Manajemen bukan hanya merupakan ilmu atau seni tetapi kombinasi dari keduanya, karena manajemen tidak hanya memerlukan disiplin ilmu- ilmu pengetahuan seperti ilmu ekonomi, statistik, akuntansi dan sebagainya tetapi juga menggunakan pendekatan artistik (seni). b. Manajemen sebagai profesi Edgar H. Schein menguraikan karakteristik-karakteristik atau kriteria-kriteria untuk menentukan sesuatu dapat dikatakan sebagai profesi, yaitu : 1) Para profesional membuat keputusan atas dasar prinsip-prinsip umum. Adanya pendidikan, kursus-kursus dan program-program latihan formal menunjukan bahwa ada prinsip-prinsip manajemen tertentu yang dapat diandalkan. 2) Para profesional mendapatkan status mereka karena mencapai standar prestasi kerja tertentu, bukan karena favoritisme atau karena suku bangsa atau agamanya dan kriteria politik atau sosial lainnya. 3) Para profesional harus ditentukan oleh suatu kode etik yang kuat, dengan disiplin untuk mereka yang menjadi kliennya. Dalam sebuah organisasi, manajemen sangat dibutuhkan, karena tanpa manajemen semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan sulit diwujudkan. Oleh karena itu, ada tiga alasan utama manajemen dibutuhkan, yaitu :
  • 4. 1) Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan sebuah organisasi dan pribadi 2) Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan- tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi, seperti pemilik dan karyawan, maupun kreditur, pelanggan, konsumen, supplier, serikat kerja, assosiasi perdagangan, masyarakat dan pemerintah. 3) Manajemen dibutuhkan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas, karena efisiensi itu sendiri adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar, sedangkan efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. 2. Fungsi Manajemen Berdasarkan tiga alasan utama manajemen dibutuhkan dalam organisasi yang disebutkan diatas, maka manajemen memiliki fungsi seperti yang diterangkan oleh Nickels, dan McHugh (1997), yaitu: 1) Perencanaan atau Planning, yaitu proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi. 2) Pengorganisasian atau Organizing, yaitu proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan bisa memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi bisa bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi. 3) Pengimplementasian atau Directing, yaitu proses implementasi program agar bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan prosuktivitas yang tinggi.
  • 5. George Robert Terry: a. Planning b. Organizing c. Actuating d. controlling Henry Fayol: a. Planning b. Organizing c. Commanding d. Coordinating e. controlling James A.F Stoner: a. Planning b. Organizing c. Leading d. controlling Prajudi Atmosudirjo: a. Planning b. Organizing c. Directing d. controlling Horald Kontz: e. Planning f. Organizing g. Commanding h. coordinating i. controlling 4) Pengendalian dan pengawasan atau Controlling, yaitu proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, dan diimplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang dihadapi. Selain Nickels dan McHugh, ada juga beberapa tokoh yang mengemukakan pendapat mereka tentang fungsi manajemen, yaitu: Jika dilihat dari gambar diatas, memang beberapa tokoh memiliki perbedaan tentang fungsi manajemen, tetapi dari perbedaan pendapat tersebut esensinya tetap sama, yaitu: 1) Manajemen terdiri dari berbagai proses yang terdiri dari tahapan-tahapan tertentu yang berfungsi untuk mencapai tujuan organisasi. 2) Setiap tahapan memiliki keterkaitan satu sama lain dalam pencapaian tujuan organisasi. Bab 2. Perkembangan Ilmu Manajemen 1. Perkembangan Teori Ilmu Manajemen Pada dasarnya manajemen telah digunakan oleh orang-orang terdahulu dalam kehidupan mereka, sebagai contoh yaitu, Alexander The Great yang telah menerapkan konsep manajemen dalam melakukan kampanye
  • 6. militernya, pembuatan menara Pissa di Italia, pembuatan Candi Borobudur di Indonesia dan masih banyak lagi contoh yang menunjukan bahwa manajemen telah digunakan sejak dahulu. Berdasarkan perkembangan ilmu manajemen inilah, maka ada tiga aliran pemikiran manajemen yang digunakan, yaitu: 1. Manajemen Klasik a. Manajemen Ilmiah Ada dua tokoh yang mengawali lahirnya manajemen klasik (ilmiah), yaitu: a) Robert Owen (1771-1858) Dia menekankan pentingnya unsur manusia dalam prosuksi, juga membuat perbaikan-perbaikan dalam kondisi kerja, seperti pengurangan hari kerja standar, pembatasan anak-anak di bawah umur yang bekerja, membangun perumahan yang lebih baik bagi karyawan dan mengoperasikan toko perusahaan yang menjual barang-barang dengan murah. Menurut Robert perbaikan kondisi karyawanlah yang akan menaikkan produksi dan keuntungan (laba), dan investasi yang paling menguntungkan adalah pada karyawan atau “vital machmes”. b) Charles Babbage (1792-1871) Dia adalah pencetus pertama prinsip pembagian kerja melalui spesialisai, di mana menurut dia setiap tenaga kerja harus diberi latihan keterampilan yang sesuai dengan setiap operasi pabrik. Babbage juga menganjurkan harus ada kerjasama yang saling menguntungkan antara kepentingan karyawan dan pemilik pabrik, serta merencanakan skema pembagian keuntungan. Selain dari dua tokoh di atas, ada juga beberapa tokoh yang telah memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan manajemen ilmiah, yaitu: a) Frederick W. Taylor (1856-1915) Dia disebut sebagai bapak manajemen ilmiah, gagasan- gagasannya tentang manajemen ilmiah dituangkan dalam tiga judul makalah, yaitu Shop Management, The Principle of
  • 7. Scientific Management, dan Testimony Before the Special House Committee, yang kemudian dirangkum dalam sebuah buku berjudul Scientific Management. Taylor telah memberikan prinsip-prinsip dasar (filsafat) penerapan pendekatan ilmiah pada manajemen, empat prinsip dasar tersebut adalah: 1) Pengembangan metode-metode ilmiah dalam manajemen, metode yang paling baik untuk pelaksanaan setiap pekerjaan dapat ditentukan. 2) Seleksi ilmiah untuk karyawan, agar setiap karyawan dapat diberikan tanggung jawab atas sesuatu tugas sesuai dengan kemampuannya. 3) Pendidikan dan pengembangan ilmiah para karyawan. 4) Kerjasama yang baik antara manajemen dan tenaga kerja. b) Frank Bunker Gilbreth dan Lillian Gilbreth. Frank Gilbreth, seorang pelopor pengembangan studi gerak dan waktu, menciptakan berbagai teknik manajemen yang diilhami Taylor. Dia sangat tertarik terhadap masalah efisiensi, terutama untuk menemukan cara terbaik pengerjaan suatu tugas. Sedangkan Lillian Gilbreth lebih tertarik pada aspek-aspek manusia dalam kerja, seperti seleksi, penempatan, dan latihan personalia, yang mana gagasannya ini dia kemukakan dalam buku berjudul The Psychology of Management. Bagi Lillian, manajemen ilmiah mempunyai satu tujuan akhir, yaitu membantu para karyawan mencapai seluruh potensinya sebagai makhluk hidup. c) Hemy L. Gantt (1861-1919) Adapun gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh Hemy, yaitu: 1) Kerjasama yang saling menguntungkan antara tenaga kerja dan manajemen 2) Seleksi ilmiah tenaga kerja 3) Sistem insentif (bonus) untuk merangsang produktivitas
  • 8. 4) Penggunaan instruksi-instruksi kerja yang terperinci Kontribusi terbesarnya adalah penggunaan metode grafik, yang dikenal sebagai “bagan Gantt” (Gantt Chart), untuk perencanaan, koordinasi dan pengawasan produksi. d) Harrington Emerson (1853-1931) Bagi Emerson penyakit sistem industri disebabkan oleh pemborosan dan ketidak-efisienan. Oleh sebab itu, Emerson mengemukakan 12 belas prinsip-prinsip efisiensi yang sangat terkenal, yaitu: 1) Tujuan-tujuan dirumuskan dengan jelas. 2) Kegiatan yang dilakukan masuk akal. 3) Adanya staf yang cakap. 4) Disiplin. 5) Balas jasa yang adil. 6) Laporan-laporan terpercaya, segera, akurat, sistem informasi dan akuntansi. 7) Pemberian perintah, perencanaan, dan pengurutan kerja. 8) Adanya standar-standar, skedul-skedul, metoda dan waktu setiap kegiatan. 9) Kondisi yang distandarisasikan. 10) Operasi yang distandarisasikan. 11) Instruksi-instruksi praktis tertulis yang standar 12) Balas jasa efisiensi, rencana insentif. b. Teori Organisasi Klasik Di dalam manajemen klasik, tidak hanya membahas tentang manajemen ilmiah tetapi juga membahas tentang teori organisasinya juga. Berikut beberapa tokoh yang mengemukakan gagasan tentang teori organisasi klasik, yaitu: a) Hemi Fayol(1841-1925) Dia mengemukakan teori dan teknik-teknik administrasi sebagai pedoman bagi pengelolaan organisasi-organisasi yang komplek. Dalam teori administrasinya, Fayol memerinci
  • 9. manajemen menjadi lima unsur, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemberian perintah, pengkoordinasian dan pengawasan. Pembagian administrasi ini pun dikenal sebagai fungsionalisme Fayol. Selain itu, Fayol juga membagi operasi- operasi perusahaan menjadi enam kegiatan, yaitu: 1) Teknik, terdiri dari produksi dan manufacturing produk. 2) Komersial, terdiri dari pembelian bahan baku dan penjualan produk. 3) Keuangan (finansial), 4) Keamanan 5) Akuntansi, terdiri dari pelaporan dan pencatatan biaya, laba dan hutang, pembuatan neraca, dan pengumpulan data statistik. 6) Manajerial. Fayol juga mengemukakan empat belas prinsip-prinsip manajemen, yaitu: 1) Pembagian kerja, yaitu spesialisasi akan meningkatkan efisiensi pelaksanaan kerja. 2) Wewenang, yaitu hak untuk memberi perintah dan dipatuhi. 3) Disiplin, yaitu respek dan ketaatan pada peranan-peranan dan tujuan-tujuan organisasi. 4) Kesatuan perintah, yaitu setiap karyawan hanya menerima instruksi tentang kegiatan tertentu dari hanya seorang atasan. 5) Kesatuan pengarahan, yaitu operasi-operasi dalam organisasi yang mempunyai tujuan yang sama harus diarahkan oleh seorang manajer dengan penggunaan satu rencana. 6) Meletakkan kepentingan perseorangan di bawah kepentingan umum, yaitu kepentingan perseorangan harus tunduk pada kepentingan organisasi. 7) Balas jasa, yaitu kompensasi untuk pekerjaan yang dilaksanakan harus adil baik bagi karyawan maupun pemilik.
  • 10. 8) Sentralisasi, yaitu adanya keseimbangan yang tepat antara sentralisasi dan desentralisasi. 9) Rantai saklar (garis wewenang), yaitu garis wewenang dan perintah yang jelas. 10) Order, yaitu bahan-bahan (material) dan orang-orang harus ada pada tempat dan waktu yang tepat. 11) Keadilan, yaitu harus ada kesamaan perlakuan dalam organisasi. 12) Stabilitas stay organisasi, yaitu tingkat perputaran tenaga kerja yang tinggi tidak baik bagi pelaksanaan fungsi-fungsi organisasi. 13) Inisiatif, yaitu bawahan harus diberi kebebasan untuk menjalankan dan menyelesaikan rencananya, walaupun beberapa kesalahan mungkin terjadi. 14) Esprit de Corps (semangat korps), yaitu kesatuan adalah kekuatan, pelaksanaan operasi organisasi perlu memiliki kebanggaan, kesetiaan dan rasa memiliki dari para anggota yang tercermin pada semangat korps. b) James D. Mooney Menurut Mooney, untuk merancang organisasi perlu diperhatikan empat kaidah dasar, yaitu: 1) Koordinasi, yaitu syarat-syarat adanya koordinasi meliputi wewenang, saling melayani, doktriri (perumusan tujuan) dan disiplin. 2) Prinsip skalar, yaitu proses skalar mempunyai prinsip, prospek dan pengaruh sendiri yang tercermin dari kepemimpinan, delegasi dan definisi fungsional. 3) Prinsip fungsional, yaitu adanya fungsionalisme bermacam- macam tugas yang berbeda. 4) Prinsip staf, yaitu kejelasan perbedaan antara staf dan lini.
  • 11. c) Mary Parker Follet (1868-1933) Follet dan Barnard bertindak sebagai jembatan antara teori klasik dan hubungan manusiawi, karena pemikiran mereka berdasarkan kerangka klasik, tetapi memperkenalkan beberapa unsur-unsur baru tentang aspek-aspek hubungan manusiawi. Follet adalah ahli ilmu pengetahuan sosial pertama yang menerapkan psikologi pada perusahaan, industri dan pemerintah. Hal yang dia berikan pada manajemen adalah aplikasi praktik ilmu-ilmu sosial dalam administrasi perusahaan, selain itu dia juga menulis tentang kreativitas, kerjasama antara manajer dan bawahan, koordinasi dan pemecahan konflik. Dia juga menguraikan pola organisasi yang ideal di mana manajer mencapai koordinasi melalui komunikasi yang terkendali dengan para karyawan. d) Chaster L. Barnard (1886-1961) Barnard memandang organisasi sebagai sistem kegiatan yang diarahkan pada tujuan. Menurut dia, fungsi-fungsi utama manajemen adalah sebagai perumusan tujuan dan pengadaan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Dia juga mengemukakan teori penerimaan pada wewenang, yaitu teori bahwa bawahan akan menerima perintah hanya bila mereka memahami dan mampu serta berkeinginan untuk menuruti atasan. Barnard adalah pelopor dalam penggunaan pendekatan sistem untuk pengelolaan organisasi. Gagasan-gagasan yang disampaikan oleh tokoh-tokoh di atas tentang manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik telah memberikan banyak manfaat terhadap bermacam-macam kegiatan organisasi, terutama dalam usaha peningkatan produktivitas. Selain itu, manajemen ilmiahlah yang telah mengemukakan pentingnya desain kerja, mendorong manajer untuk mencari cara terbaik pelaksanaan tugas. Oleh karena itu, manajemen ilmiah tidak hanya mengembangkan pendekatan rasional untuk pemecahan masalah-
  • 12. masalah organisasi tetapi juga meletakkan dasar profesionalisasi manajemen. Akan tetapi gagasan yang disampaikan oleh tokoh-tokoh tersebut, tidak hanya menimbulkan kebaikan dalam organisasi tetapi menimbulkan keburukkan juga. Hal ini terjadi pada gagasan yang disampaikan oleh Taylor tentang revolusi mental. Setelah gagasan tersebut dipraktekan terjadi masalah-masalah sebagai keterbatasan penerapan manajemen ilmiah, hal ini disebabkan oleh perilaku manusia yang bermacam-macam. Sebagai contoh, yaitu kenaikan produktivitas tidak diikuti dengan kenaikan pendapatan, dan pendekatan rasional hanya memuaskan kebutuhan-kebutuhan ekonomis dan fisik, dan tidak memuaskan kebutuhan-kebutuhan sosial karyawan. Selain itu, manajemen ilmiah juga mengabaikan keinginan manusia untuk kepuasan kerja. Hal inilah yang menimbulkan usaha- usaha para ahli manajemen berikutnya untuk melengkapi model manajemen ilmiah. 2. Aliran Hubungan Manusia Aliran hubunga manusia (perilaku manusia atau neoklasik) muncul karena ketidakpuasan terhadap pendekatan aliran klasik. Para manajer masih menghadapi kesulitan-kesulitan dan frustasi karena karyawan tidak selalu mengikuti pola-pola perilaku yang rasional, sehingga menurut mereka permasalaha tentang sisi perilaku manusia menjdi sangat penting dalam organisasi. Berikut beberapa ahli yang mencoba melengkapi teori organisasi klasik dengan pandangan sosiologi dan psikologi, yaitu: a) Huga Munsterberg (1863-1916) Seorang pencetus psikologi industri atau sering disebut bapak psikologi industri. Dia mengemukakan bahwa untuk mencapai peningkatan prodiktivitas dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu: 1) Penemuan best possible person. 2) Penciptaan best possible work. 3) Penggunaan best possible effect untuk memotivasi karyawan.
  • 13. Selian itu, Musterberg juga mengingatkan bahwa di dalam organisasi ada pengaruh faktor-faktor sosial dan budaya. b) Elton Mayo(1880-1949) dan percobaan Hawthorne Dia dan asisten risernya Fritz J. Roethlisberger serta William J. Dickson, mengadakan suatu studi tentang prilaku manusia dalam bermacam situasi tahun 1927-1932. Mereka membagi karyawan ke dalam kelompok penelitian, di mana percobaan pertama dilakukan untuk meneliti pengaruh kondisi penerangan terhadap kenaikkan produktivitas. Saat kondisi penerangan dinaikka, produktivitas juga naik, dan saat kondisi penerangan diturunkan, ternyata produktivitas tetap naik. Percobaan selanjutnya, yaitu menempatkan dua kelompok yang terdiri dari enam karyawan ke dalam ruangan yang terpisah. Ruangan satu kondisinya diubah secara periodik, seperti upah dinaikka, periode istirahat dan jam makan siang lamanya di ubah-ubah, dan hari kerja dan minggu kerja di perpendek. Sedangkan ruangan yang lainnya tidak mengalami perubahan, hanya saja pada ruangan ini diikuti seorang peneliti yang bertindak sebagai atasan. Pada percobaan yang kedua ini pun menunjukan hasilnya sama, yaitu kedua ruangan ini menunjukkan kenaikkan produktivitas yang sama. Hal ini membuat Mayo dan kawan-kawan menyimpulkan bahwa kenaikkan upah bukanlah penyebab kenaikkan produktivitas, tetapi hubungan manusiawi antara karyawan dan atasanlah yang lebih penting. Percobaan ini mengarahkan Mayo pada penemuan penting, yaitu perhatian khusus yang diberikan atasan kepada bawahan sangat mempengaruhi usaha-usaha kerja mereka, dan fenomena ini dikenal sebagai Hawthorne effect. Aliran hubungan manusiawi mengutarakan bahwa perhatian terhadap karyawan akan memberikan keuntungan. Akan tetapi, setelah dipraktekan konsep makhluk sosial tidak menggambarkan secara lengkap individu-individu dalam tempatnya bekerja. Selain itu, perbaikan- perbaikan kondisi kerja dan kepuasan karyawan tidak menghasilkan peningkatan produktivitas yang dramatik seperti yang diharapkan.
  • 14. 3. Aliran Manajemen Modern Aliran ini berkembang melalui dua jalur, yaitu: a. Jalur aliran hubungan manusia yang dikenal sebagai perilaku organisasi. Adapun tokoh-tokohnya, yaitu: 1) Abraham Maslow, mengemukakan adanya hirarki kebutuhan dalam perilaku manusia dan dinamika proses motivasi. 2) Douglas McGregor dengan teori X dan Y. 3) Frederick Herzberg, menguraikan teori motivasi higienis atau teori dua faktor. 4) Robert Blake dan Jane Mouton, membahas lima gaya kepemimpinan dengan kisi-kisi manajerial. 5) Rensis Likert, mengidentifikasi dan melakukan penelitiannya secara ekstensif mengenai empat sistem manajemen, dari sistem exploit- otoritatif sampai sistem partisipasi kelompok. 6) Fred Fiedler, menyarankan pendekatan contingency pada studi kepemimpinan. 7) Chris A. 8) Edgar Schein Adapun yang menjadi prinsip dasar pendapat para tokoh manajemen modern, yaitu: 1) Manajemen tidak dapat dipandang sebagai suatu proses teknik secara ketat (peranan, prosedur, dan prinsip). 2) Manajemen harus sistematik, dan pendekatan yang digunakan harus dengan pertimbangan secara hati-hati. 3) Organisasi sebagai suatu keseluruhan dan pendekatan manajer individual untuk pengawasan harus sesuai dengan situasi. 4) Pendekatan motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja terhadap tujuan organisasi sangat dibutuhkan. Sebagai tambahan gagasan yang lebih khusus tentang riset perilaku, yaitu: 1) Unsur manusia adalah faktor kunci utama penentu sukses atau kegagalan pencapaian tujuan organisasi.
  • 15. 2) Manajer masa kini harus diberi latihan dalam pemahaman prinsip- prinsip dan konsep-konsep manajemen. 3) Organisasi harus meyediakan iklim yang mendatangkan kesempatan bagi karyawan untuk memuaskan seluruh kebutuhan mereka. 4) Komitmen dapat dikembangkan melalui partisipasi dan keterlibatan para karyawan. 5) Pekerjaan setiap karyawan harus disusun yang memungkinkan mereka mencapai kepuasan diri dari pekerjaan tersebut. 6) Pola-pola pengawasan dan manajemen pengawasan harus dibangun atas dasar pengertian positif yang menyeluruh mengenai karyawan dan reaksi mereka terhadap pekerjaan. b. Jalur manajemen ilmiah yang dikenal sebagai aliran kuantitatif. Teknik aliran ini digunakan dalam kegiatan penganggaran modal, manajemen aliran kas, scheduling produksi, pengembangan strategi produk, perencanaan program pengembangan sumber daya manusia, penjagaan tingkat persediaan yang optimal dan sebagainya. Adapun langkah-langkah pendekatan aliran kuantitatif ini, yaitu: 1) Perumusan masalah 2) Penyusunan suatu model sistematis 3) Mendapatkan penyelesaian dari model 4) Pengujian model dan hasil yang didapatkan dari model 5) Penetapan pengawasan atas hasil-hasil 6) Pelaksanaan hasil dalam kegiatan implementasi. Bab 3. Manajer dan Manajemen 1. Pengertian Manajer Jika pada pembahasan Bab 1 kita telah membahasa tentang pengertian manajemen, maka pada bab ini kita akan membahas tentang pengertian manajer. Manajer pada dasarnya adalah subjek dari kegiatan manajemen, yang artinya manajer itu adalah orang yang melakukan kegiatan manajemen. Lebih lengkapnya lagi, manajer adalah individu yang bertanggung jawab secara langsung untuk memastikan kegiatan dalam sebuah organisasi dijalankan bersama para anggota dari organisasi. Oleh karena itu, tugas
  • 16. manajer adalah untuk memastikan dan mewujudkan agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien melalui serangkaian kegiatan manajemen secara fungsional maupun operasional. Selain itu, untuk dapat mengimplementasikan kegiatan manajemen sesuai fungsinya, maka dalam suatu organisasi dibutuhkan keahlian-keahlian khusus yang harus dimiliki oleh setiap orang yang terlibat dalam kegiatan organisasi tersebut. Adapun keahlian-keahlian tersebut, yaitu: 1) Keahlian teknis (technical skill), seperti keahlian mengoperasikan komputer, mendesain bangunan, membuat layout perusahaan, dan lain sebagainya. 2) Keahlian berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat (human relation skill), seperti keahlian dalam bernegosiasi, memotivasi, menyakinkan orang, dan lain sebagainya. 3) Keahlian konseptual (conceptual skill), seperti keahlian dalam mendiagnosa dan menganalisi berbagai masalah dalam situasi yang berbeda-beda, dan keahlian untuk memprediksi masa yang akan datang. 4) Keahlian dalam pengambilan keputusan (decision making skill), seperti keahlian untuk mengidentifikasi masalah sekaligus menawarkan berbagai alternatif solusi atas permasalahan yang dihadapi. 5) Keahlian dalam mengelola waktu (time management skill), seperti keahlian dalam memanfaatkan waktu secara efektif dan efisien. 6) Keahlian dalam manajemen global dan keahlian dalam hal teknologi. Akan tetapi, pada praktiknya sangat jarang sekali seseorang dapat menguasai semua keahlian yang disebut di atas padahal keahlian-keahlian tersebut sangat dibutuhkan dalam kegiatan organisasai bisnis sesuai dengan peran dan tugas masing-masing orang dalam suatu organisasi. Peran dan tugas dari setiap orang tersebut secara organisasional dibagi menjadi beberapa tingkatan atau yang disebut sebagai tingkatan-tingkatan manajemen. Berikut beberapa tingkatan-tingkatan manajemen yang dikemukakan oleh Nickels McHugh and McHugh (1997), yaitu: 1) Manajemen tingkat puncak atau Top Management, terdiri dari direktur utama, presiden direktur, atau wakil direktur. Pada tingkat ini, keahlian
  • 17. yang dibutuhkan adalah keahlian konseptual, komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen global, dan manajemen waktu. 2) Manajemen tingkat menengah atau Middle Management, terdiri dari para manajer, kepala devisi atau departemen atau kepala cabang. Keahlian yang dibutuhkan adalah keahlian konseptual, komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen waktu, dan teknikal. 3) Manajemen supervisi atau tingkat pertama atau Supervisory or First Line Management, terdiri dari para supervisi, ketua kelompok, dan lain sebagainya. Keahlian yang dibutuhkan adalah keahlian komunikasi, pengambilan keputusan, manajemen waktu dan teknikal. 4) Manajemen nonsupervisi atau Non-Supervisory Management, terdiri dari para pekerja tingkat bawah seperti buruh, pekerja bangunan, dan lain- lain. Keahlian yang dibutuhkan adalah keahlian teknikal, komunikasi, dan manajemen waktu. Tingkatan-tingkatan manajemen dapat digambarkan menggunakan bagan seperti gamabar berikut: Manajemen Tingkat Puncak Manajemen Tingkat Menengah Manajemen Tingkat Pertama/Supervisi Manajemen Tingkat Nonsupervisi/Pelaksana Teknis Direktur Wakil Direktur Manajer Produksi Manajer Personalia Manajer Pemasaran Manajer Keuangan Supervisi Kelompok B Pegawai Teknis/Buruh Supervisi Kelompok A Pegawai Teknis/Buruh
  • 18. Dalam sebuahn organisasi, posisi setiap tingkatan memiliki tanggung jawab masing-masing. Contoh pada tingkat puncak bertanggunag jawab atas keseluruhan jalannya organisasi. Pada tingkat menengah bertanggunag jawab atas keseluruh kegiatan perusahaan yang terkait dengan bagian operasional, seperti pemasaran, personalia, produsi, dan keuangan. Untuk manajemen tingkat pertama atau Supervisi biasanya bertugas sebagai pembantu manajer operasional untuk mengawasi para tenaga teknisi atau buruh. Sedangkan manajemen tingkat Nonsupervisi bertugas menjalankan kegiatan-kegiatan implementatif. 2. Tanggung Jawab Sosial Manajer Selain itu seorang manajer juga harus mempunyai tanggung jawab sosial, tanggung jawab sosial disini berarti bahwa manajemen mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi di dalam pembuatan keputusan. Bagi manajer tanggung jawab sosial ini merupakan tugas yang penting, karena tanggung jawab sosial ini merupakan aspek yang penting bagi keberhasilan perusahaan. Tanggung jawab sosial ini sangat erat sekali hubungannya dengan etika, oleh karena itu, manajer dituntut untuk mengimplementasika etika berusaha (the ethics of managers). Bagaimanapun juga, etika manajer akan sangat mempengaruhi keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatan organisasi. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan-keputusan pada masalah etika, yaitu: 1) Hukum 2) Peraturan-peraturan pemerintah 3) Kode etik industri dan perusahaan 4) Tekanan-tekanan sosial 5) Tegangan antara standar perorangan dan kebutuhan organisasi Pada dekade yang sekarang ini, manajer semakin dituntut untuk mengikuti atau mentaati hukum dan standar-standar etika masyarakat. Bab 4. Fungsi Perencanaan 1. Pengertian Perencanaan Menurut Robbins dan Coulter (2002), perencanaan diartikan sebagai sebuah proses yang ditandai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan
  • 19. strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, serta merumuskan sistem perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan seluruh pekerjaan organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi. Hampir setiap orang memiliki perencanaan, baik perencanaan untuk kehidupan pribadi maupun untuk kepentingan organisasi. Selain pengertian perencanaan yang disampaikan oleh Robbins dan Coulter di atas, kita akan melihat pengertian perencanaan dari tiga hal, yaitu dari sisi proses, fungsi manajemen, dan pengambilan keputusan. Dari sisi proses, perencanaan adalah proses dasar yang digunakan untuk memilih tujuan dan menentukan bagaimana tujuan tersebut akan dicapai. Dari fungsi manajemen, perencanaan adalah fungsi di mana pimpinan menggunakan pengaruh atas wewenangnya untuk menentukan atau mengubah tujuan dan kegiatan organisasi. Sedangkan dari sisi pengambilan keputusan, perenncanaan adalah pengambilan keputusan untuk jangka waktu yang panjang atau yang akan datang mengenai apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya, bilamana dan siapa yang akan melakukannya. Walaupun perencanaan memiliki pengertian yang berbeda-beda, tetapi pada intinya tetap sama, yaitu perencanaan dibuat sebagai upaya untuk merumuskan apa yang sesungguhnya ingin dicapai oleh sebuah organisasi atau perusahaan serta bagaimana sesuatu yang ingin dicapai tersebut dapat diwujudkan melalui serangkaian rumusan rencana kegiatan tertentu. Menurut George R. Terry, untuk mengetahu apakah perencanaan itu baik atau buruk dapat dijawab melalui pertanyaan-pertanyaan dasar megenai perencanaan, seperti What (apa), yaitu apa yang sesungguhnya menjadi tujuan perusahaan dan apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, Why (mengapa), yaitu mengapa tujuan tersebut harus dicapai dan mengapa kegiatan yang terumuskan perlu dilakukan untuk mencapai tujuan, Where (di mana), yaitu, di mana kegiatan tersebut akan dilaksanakan, When (kapan), yaitu kapan kegiatan tersebut akan dilaksanakan dan kapan kegiatan tersebut harus dimulai dan diakhiri, Who (siapa), yaitu siapa yang akan melaksanakannya, dan yang terakhir How (bagaimana), yaitu bagaimana cara yang harus dilakukan untuk melakukan kegiatan tersebut. Jika semua
  • 20. pertanyaan tersebut terjawab, maka kita bisa menentukan apakah perencanaan itu baik atau tidak. 2. Fungsi Perencanaan Dari beberapa pengertian tentang perencanaan yang disampaikan di atas, membawa kita kepada fungsi perencanaan dalam manajemen. Robbins dan Coulter menjelaskan bahwa ada empat fungsi dari manajemen, yaitu: 1) Perencanaan sebagai pengarah Perencanaan akan menghasilkan upaya untuk meraih sesuatu dengan cara yang lebih terkoordinasi. Oleh karena itu, perusahaan yang tidak memiliki perencanaan akan mengalami konflik kepentingan, pemborosan sumber daya, dan ketidakberhasilan dalam pencapaian tujuan, karena bagian-bagian dalam organisasi bekerja secara sendiri-sendiri tanpa ada koordinasi yang jelas dan terarah. 2) Perencanaan sebagai minimalisasi ketidakpastian Pada dasarnya segala sesuatu akan mengalami perubahan, dan perubahan ini terkadang sering sekali sesuai dengan perkiraan kita, tetapi sering juga tidak sesuai dengan perkiraan kita. Hal inilah yang menyebabkan ketidakpastian pada perusahaan, oleh karena itu, ketidakpastian inilah yang dicoba untuk di minimalisasikan oleh perencanaan. 3) Perencanaan sebagai minimalisasi pemborosan sumber daya Jika perencanaan dilakukan dengan baik, maka sumber daya yang diperlukan, dengan cara bagaimana penggunaannya, dan untuk penggunaan apa saja dapat diminimalisasikan dengan baik sehingga tingkat efisiensi dari perusahaan menjadi meningkat. 4) Perencanaan sebagai penetapan standar dalam pengawasan kualitas Dalam perencanaan, perusahaan menentukan tujuan dan rencana- rencana untuk mencapai tujuan tersebut. Sedangkan dalam pengawasan, perusahaan membandingkan antara tujuan yang ingin dicapai dengan realisasi di lapangan, membandingkan antara standar yang ingin dicapai dengan realisasi dilapangan, mengevaluasi penyimpangan-penyimpangan
  • 21. yang mungkin terjadi, hingga mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk meperbaiki kinerja perusahaan. Dalam merumuskan perencanaan dibutuhkan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi, persyaratan-persyaratan tersebut, yaitu: 1) Faktual atau Realistis, yaitu apa yang dirumuskan oleh perusahaan harus sesuai dengan fakta dan wajar untuk dicapai dalam kondisi tertentu yang dihadapi perusahaan. 2) Logis dan Rasional, yaitu apa yang dirumuskan dapat diterima oleh akal, sehingga perencanaan tersebut bisa dijalankan. 3) Fleksibel, yaitu perencanaan yang dibuat dapat beradaptasi dengan perubahan dimasa yang akan datang. 4) Komitmen, yaitu perencanaan yang dibuat harus melahirkan komitmen terhadap seluruh anggota organisasi untuk bersama-sama berupaya mewujudkan tujuan organisasi. 5) Komprehensif, yaitu perencanaan yang dibuat harus menyeluruh dan mengakomodasi aspek-aspek yang terkait langsung maupun tak langsung terhadap perusahaan. 3. Tahap Perencanaan Dalam melakukan kegiatan perencanaan, ada beberapa tahap yang harus dilakukan, tahapan tersebut, yaitu: 1) Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan 2) Merumuskan keadaan saat ini. 3) Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan 4) Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan. 4. Alat Bantu Perencanaan Dalam melakukan perencanaan, ada beberapa analisis atau model yang dapat digunakan, yaitu: 1) Perencanaan dengan Flow Chart, di mana Flow Chart ini adalah model grafis yang menunjukka model sistem yang menggambarkan kejadian yang berkesinambungan dan keputusan ya-tidak.
  • 22. 2) Penjadwalan Melalui Gantt Chart Gantt Chart pada dasarnya membantu manajer untuk dapat mengatur kegiatan organisasi yang begitu banyak dan berkesinambungan satu dengan yang lain melalui proses penjadwalan. Secara sederhana, Gantt Chart adalah teknik penjadwalan secara grafis atas berbagai rencana kegiatan. 3) Perencanaan dengan jaringan Pert (Pert Network) Pert merupakan alat bantu perencanaan melalui penjadwalan dan penggambaran rencana kerja secara kronologis dan berkelanjutan bagi pekerjaan yang sifatnya tidak rutin, berskala besar, maupun kompleks. Ada empat konsep yang harus dipahami dalam Pert, yaitu: Event atau kejadian, Activity atau kegiatan, Time atau waktu, dan Critical Path. Mulai Perlu buku bacaan? Tidak Berhenti Beli buku bacaan? Ya Tidak Berhenti Ya Membeli buku bacaan yang diinginkan Membaca buku bacaan yang diinginkan Selesai
  • 23. Bab 5. Pengorganisasian dan Struktur Organisasi 1. Pengertian Pengorganisasian Istilah pengorganisasian mempunyai bermacam-macam pengertian. Istilah tersebut dapat digunakan untuk menunjukkan hal-hal berikut ini: a. Istilah pengorganisasian diartikan sebagai cara manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan yang paling efektif dari sumber daya-sumber daya keuangan, fisik, bahan baku, dan tenaga kerja organisasi. b. Istilah pengorganisasian diartikan bagaimana sebuah organisasi mengelompokkan kegiatan-kegiatannya, di mana setiap pengelompokka diikuti dengan penugasan seorang manajer yang diberi wewenagn untuk mengawasi anggota-anggota kelompoknya. c. Istilah pengorganisasian diartikan sebagai hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi, jabatan-jabatan, tugas-tugas dan para karyawan. d. Istilah pengorganisasian diartikan sebagai cara para manajer membagi lebih lanjut tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam departemen mereka dan mendelegasikan wewenang yang diperlukan untuk mengerjakan tugas tersebut. Jadi dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian adalah suatu proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan di antara para anggota organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien. Ada tiga langkah yang harus dilakukan dalam proses pengorganisasian, yaitu: 1) Pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi. 2) Pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logik dapat dilaksanakan oleh satu orang.
  • 24. 3) Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk meng- koordinasikan pekerjaan para anggota organisasi menjadi kesatu- an yang terpadu dan harmonis. Proses ini akan tercermin pada struktur organisasi yang mencakup aspek-aspek penting organisasi dan proses pengorganisasian. Adapun asapek-aspek penting dalam proses pengorganisasian, yaitu : 1) Pembagian kerja. 2) Departementalisasi (iepartementasi) 3) Bagan organisasi formal. 4) Rantai perintah dan kesatuan perintah. 5) Tingkat-tingkat hierarki manajemen. 6) Saluran komunikasi. 7) Penggunaan komite. 8) Rentang manajemen dan kelompok-kelompok informal yang tak dapat dihindarkan. 2. Struktur Organisasi Struktur organisasi diartikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dengan mana organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Beberapa faktor utama yang menentukan perancangan struktur organisasi adalah sebagai berikut: 1) Strategi organisasi untuk mencapai tujuannya. Strategi akan menjelaskan bagaimana aliran wewenang dan saluran komunikasi dapat disusun di antara para manajer dan bawahan. Aliran kerja sangat dipengaruhi strategi, sehingga bila strategi berubah maka struktur organisasi juga berubah. 2) Teknologi yang digunakan. Teknologi yang digunakan untuk memproduksi barang atau jasa akan membedakan bentuk struktur organisasi. Sebagai contoh, perusahaan mobil yang mempergunakan teknologi industri masal
  • 25. memerlukan tingkat standardisasi dan spesialisasi yang lebih tinggi dibanding perusahaan industri pakaian jadi yang mengutamakan per- ubahan mode. 3) Anggota (karyawan) dan orang-orang yang terlibat dalam organisasi. Dalam merancang struktur organisasi kemampuan dan cara berpikir para anggota, serta kebutuhan mereka untuk bekerjasama harus diperhatikan. 4) Ukuran organisasi. Semakin besar ukuran organisasi, struktur organisasi akan semakin kompleks dan harus dipilih bentuk struktur yang tepat. Adapun yang menjadi unsur-unsur dalam struktur organisasi, yaitu: 1) Spesialisasi kegiatan, seperti spesifikasi tugas-tugas individual dan kelompok kerja dalam organisasi (pembagian kerja) dan penyatuan tugas-tugas individu dan kelompok tersebut menjadi satuan-satuan kerja (departementalisasi). 2) Standardisasi kegiatan, seperti prosedur-prosedur yang digunakan organisasi untuk menjamin terlaksananya kegiatan seperti yang direncanakan. 3) Koordinasi kegiatan, seperti prosedur-prosedur yang mengintegrasikan fungsi-fungsi satuan-satuan kerja dalam organisasi. 4) Sentralisasi dan desentralisai pembuatan keputusan, seperti lokasi (letak) kekuasaan pembuatan keputusan. 5) Ukuran satuan kerja, seperti jumlah karyawan dalam suatu kelompok kerja. 3. Bagan Organisasi Formal Bagan organisasi memperlihatkan susunan fungsi-fungsi, departemen- departemen, atau posisi-posisi organisasi dan menunjukkan bagaimana hubungan di antaranya. Bagan organisasi menggambarkan lima aspek utama suatu struktur organisasi, yaitu: 1) Pembagian kerja.
  • 26. Menunjukkan individu atau satuan organisasi mana yang bertanggung jawab untuk kegiatan organisasi tertentu, dan tingkat spesialisasi yang digunakan. 2) Manajer dan bawahan atau rantai perintah. Menunjukkan hubungan wewenang dan tanggung jawab yang menghubungkan atasan dan bawahan dalam keseluruhan organisasi. Aliran ini dimulai dari jenjang organisasi yang tertinggi sampai karyawan terendah dalam organisasi. 3) Tipe pekerjaan yang dilaksanakan. Menunjukkan pekerjaan organisasional atau tanggung jawab yang berbeda. 4) Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan. Keseluruhan bagan menunjukkan atas dasar apa kegiatan-kegiatan organisasi dibagi apakah dasar fungsional, divisional atau dasar lainnya (departementalisasi). 5) Tingkatan manajemen. Suatu bagan tidak hanya menunjukkan manajer dan bawahan tetapi juga keseluruhan hierarki manajemen. Menurut Hemy G. Hodges, bagan organisasi mempunyai empat bentuk, yaitu bentuk pyramid, bentuk vertical, bentuk horizontal, dan bentuk lingkaran. 4. Departementalisasi Dalam mendesain organisasi khususnya dalam proses departementalisai, ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan oleh organisasi, yaitu: a. Pendekatan Fungsional Proses departementalisasi dilakukan berdasarkan fungsi-fungsi tertentu yang mesti dijalankan dalam sebuah organisasi, misalnya yang ditunjukkan oleh gambar dibawah ini.
  • 27. . Functional Departmentalization b. Pendekatan Produk Penentuan bagian-bagian dalam organisasi ditentukan berdasarkan jenisk produk yang dibuat oleh organisasi, misalnya yang ditunjukan oleh gambar di bawah ini. Product Departmentalization Direktur Utama PT ABC Manajer Keuangan Manajer Produksi Bagian Produksi Manajer Pemasaran Bagian Promosi Bagian Pergudangan Manajer SDM Bagian Penjualan Rekuitmen & Seleksi Pelatihan & Pengembangan Direktur Utama PT ABC Manajer Keuangan Manajer Produksi Manajer Pemasaran Manajer SDM Bagian Produksi Bagian Pergudangan Rekuitmen & Seleksi Pelatihan & Pengembangan Bagian Penjualan Bagian Promosi Susu Sabun Mandi Pasta Gigi Mie Instan
  • 28. c. Pendekatan Pelanggan Penentuan bagian-bagian dalam organisasi ditentukan berdasarkan karakteristik pelanggan yang menjadi sasaran pelanggan dari organisasi, misalnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Customer Departmentalization d. Pendekatan Geografis Penentuan bagian-bagian dalam organisasi ditentukan berdasarkan wilayah geografis di dalam organisasi beroperasi, contohnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Geographic Departmentalization e. Pendekatan Matriks Proses departementalisasi yang menggabungkan antara pendekatan fungsional dengan pendekatan lain, contohnya dapat dilihat pada gambar dibawah yang digambarkan melalui lingkaran atau bentuk lonjong. Bagian Produksi PT ABC Susu Sabun Mandi Pasta Gigi Anak-anak Mie Instan DewasaRemajaBayi Manajer Pemasaran PT ABC Medan Bagian Promosi BandungJakarta Bagian Penjualan Makassar
  • 29. Bab 6. Kekuasaan, Kewenangan, Tanggung Jawab dan Delegasi 1. Kekuasaan (Power) Kekuasaan merupakan salah satu dari empat konsep penting dalam struktur organisasi, karena kekuasaan itu sendiri adalah suatu kemampuan untuk mempengaruhi orang atau merubah orang atau situasi. Menurut French dan Raven, yang dikutip oleh Stoner, Freeman dan Gilbert (1995), ada lima faktor yang mendasari lahirnya sebuah kekuasaan, yaitu: 1) Reward Power atau kekuasaan untuk memberikan penghargaan. Kekuasaan yang muncul sebagai akibat dari seseorang yang posisinya memungkinkan dirinya untuk memberikan penghargaan terhadap orang- orang yang berada di bawahnya. Contohnya, kekuasaan yang dimiliki oleh seorang manajer personalia atau manajer SDM, karena bagian yang lebih tinggi dari manajer personalia akan menanyakan kinerja tenaga kerja kepada manajer personalia sehingga manajer personalia memiliki semacam kekuasaan yang disebut Reward Power. 2) Coercive Power atau kekuasaan untuk memberikan hukuman. kekuasaan seseorang untuk memberikan hukuman atas kinerja yang buruk yang ditunjukkan oleh SDM atau tenaga kerja dalam sebuah organisasi. Ini merupakan kebalikan dari Reward Power. 3) Legitimate Power atau kekuasaan yang sah. Direktur Utama PT ABC Manajer Keuangan Manajer Pemasaran Manajer SDM Manajer Riset & Pengembangan Susu Mie Instan Pasta Gigi Sabun Mandi
  • 30. Kekuasaan yang muncul sebagai akibat dari suatu legitimasi tertentu. Misalnya, seseorang yang diangkat menjadi pemimpin, otomatis dia memiliki kekuasaan yang sah atau terlegitimasi. 4) Expert Power atau kekuasaan yang berdasarkan keahlian. Kekuasaan yang muncul sebagai akibat dari keahlian yang dimiliki oleh seseorang. Contohnya, seorang dokter memiliki keahlian dalam mendiagnosa suatu penyakit, maka secara sadar maupun tidak sadar seorang pasien yang berkonsultasi kepada dokter akan mengikuti apa saja yang diusulkan atau dianjurkan oleh sang dokter sejauh hal tersebut bisa membantu sang pasien untuk sembuh dari penyakitnya. 5) Referent Power Kekuasaan yang muncul akibat adanya karakteristik yang diharapkan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki pengaruh terhadap seseorang atau sekelompok orang tersebut. Contohnya, seorang presiden yang memiliki karakteristik jujur. 2. Kewenangan (Authority) Pada dasarnya kewenangan merupakan bentuk lain dari kekuasaan, karena kewenangan merupakan kekuasaan formal atau terlegitimasi. Sebagai contoh, seseorang yang ditunjuk untuk menjadi manajer personalia dengan sendirinya terlegitimasi untuk memiliki kewenangan dalam mengatur berbagai hal yang terkait dengan sumber daya manusia atau orang-orang yang terdapat di dalam organisasi. Ada dua pandangan mengenai kewenangan formal, yaitu: 1) Pandangan klasik (Classical View) Menurut pandangan klasik, kewenangan formal pada dasarnya terlahir sebagai akibat adanya kewenangan yang lebih tinggi dari kewenangan yang diberikan. Misalnya saja, seorang manajer mendapatkan kewenangan formal akibat adanya pemberian kewenangan dari pihak yang memiliki kewenangan yang lebih tinggi. 2) Pandangan Berdasarkan Penerimaan (Acceptance View)
  • 31. Pandangan kedua cenderung berbeda dengan pandangan yang pertama, karena pada pandangan yang berdasarkan penerimaan (acceptance view) memandang bahwa kewenangan formal akan cenderung dijalankan atau diterima oleh bawahan tergantung dari beberapa persyaratan. Persyaratan tersebut menurut Chester Barnard terdiri dari empat hal, yaitu: a. Bawahan dapat memahami apa yang diinginkan atau dikomunikasikan oleh pimpinan atau atasan. b. Pada saat bawahan memutuskan untuk menjalankan apa yang diperintahkan oleh atasannya, dia menyakini bahwa apa yang diperintahkan konsisten atau tidak bertentangan dengan rencana pencapaian tujuan organisasi. c. Pada saat bawahan memutuskan untuk menjalankan apa yang diperintahkan oleh atasanya, dia menyakini bahwa apa yang diperintakan konsisten dalam mendukung nilai, misi, maupun motif pribadi atau kelompoknya. d. Bawahan mampu secara mental maupun fisik menjalankan apa yang diperintahkan kepadanya. Setiap bagian mempunyai wewenangnya tersendiri, berikut pembagian wewenang, yaitu: 1) Wewenang Lini Wewenang di mana atasan melakukannya atas bawahannya secara langsung. 2) Wewenang Staf Hak yang dipunyai oleh satuan-satuan staf atau para spesialis untuk menyarankan, memberi rekomendasi, atau konsultasi kepada personalia lini. 3) Wewenang Staf Fungsional Hubungan terkuat yang dapat dimiliki staf dengan satuan-satuan lini.
  • 32. Dari pembagian wewenang ini, biasanya sering menimbulkan konflik. Berikut beberapa faktor yang dapat menimbulkan konflik antara Lini dan staf. 1) Perbedaan umur dan pendidikan. 2) Perbedaan tugas. 3) Perbedaan sikap. 4) Perbedaan posisi 3. Tanggung Jawab (Responsibility) dan Akuntabilitas (Accountability) Tanggung jawab (responsibility) adalah kewajiban untuk melakukan sesuatu yang timbul bila seorang bawahan menerima wewenang manajer untuk mendelegasikan tugas atau fungsi tertentu. Istilah lain yang sering digunakan adalah akuntabilitas (accountability) yang berkenaan dengan kenyataan bahwa bawahan akan selalu diminta pertanggungjawabannya atas pemenuhan tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya. Dalam jangka panjang tanggung jawab dan wewenang memiliki persamaan, sedangkan dalam jangka pendek tanggung jawab seorang manajer hampir selalu lebih besar dari wewenangnya, karena ini merupakan ciri delegasi. 4. Delegasi Wewenang Delegasi adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Sedangkan delegasi wewenang adalah proses di mana para manajer mengalokasikan wewenang ke bawah kepada orang-orang yang melapor kepadanya. Ada empat kegiatan yang akan terjadi jika delegasi dilakukan, yaitu: 1) Pendelegasi menetapkan dan memberikan tujuan dan tugas kepada bawahan. 2) Pendelegasi melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai tujuan atau tugas. 3) Penerimaan delegasi baik implisit atau eksplisit menimbulkan kewajiban atau tanggung jawab. 4) Pendelegasi menerima pertanggungjawaban bawahan untuk hasil-hasil yang dicapai. Ada beberapa alasan mengapa perlu pendelegasian, yaitu:
  • 33. 1) Pendelegasian memungkinkan manajer dapat mencapai lebih dari bila mereka menangani setiap tugas sendiri. 2) Pendelegasian memungkinkan manajer memusatkan tenaganya pada tugas-tugas prioritas yang lebih penting. 3) Pendelegasian memungkinkan bawahan untuk turmbuh dan berkembang, bahkan dapat digunakan sebagai alat untuk belajar dari kesalahan. 4) Pendelegasian dibutuhkan karena manajer tidak selalu mempunyai semua pengetahuan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan. Mereka mungkin menguasai "the big picture" tetapi tidak cukup mengerti tentang masalah lebih terperinci. Sehingga, agar organisasi dapat menggunakan sumber daya-sumber dayanya lebih efisien maka pelaksanaan tugas-tugas tertentu didelegasikan kepada tingkatan organisasi yang serendah mungkin di mana terdapat cukup kemampuan dan informasi untuk menyelesaikannya. Ada beberepa prinsip-prinsip klasik yang bisa dijadikan dasar untuk delegasi yang lebih efektif, yaitu: 1) Prinsip Skalar. Harus ada garis wewenang yang jelas dari tingkatan organisasi paling atas ke tingkatan paling bawah. Hal ini akan membuat anggota lebih mudah mengetahui kepada siapa dia dapat mendelegasikan, dari siapa dia akan menerima delegasi, dan kepada siapa dia harus memberikan pertanggungjawaban. 2) Prinsip Kesatuan Perintah. Bahwa setiap bawahan dalam organisasi seharusnya melapor hanya kepada seorang atasan, hal ini dikarenakan pelaporan kepada lebih dari satu atasan akan membuat individu mengalami kesulitan untuk mengetahui kepada siapa pertanggung jawaban diberikan dan instruksi mana yang harus diikuti. 3) Tanggung jawab, wewenang, dan akuntabilitas. Agar organisasi dapat menggunakan sumber daya-sumber dayanya lebih efisien, maka tanggung jawab untuk tugas-tugas tertentu diberikan ke tingkatan organisasi yang paling bawah di mana ada cukup kemampuan dan informasi untuk menyelesaikannya. Selain itu, agar setiap individu
  • 34. dalam organisasi melaksanakan tugas yang dilimpahkan kepadanya dengan efektif, dia harus diberi wewenang secukupnya, dan penerimaan tanggung jawab dan wewenang berarti individu juga setuju untuk menerima tuntutan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas. Menurut Louis Allen, ada beberapa teknik khusus untuk membantu manajer melakukan delegasi yang efektif, yaitu: 1) Tetapkan tujuan. 2) Tegaskan tanggung jawab dan wewenang. 3) Berikan motivasi kepada bawahan. 4) Meminta penyelesaian kerja. 5) Berikan latihan. 6) Adakan pengawasan yang memadai. 5. Sentralisasi dan Desentralisasi Sentralisasi adalah pemusatan kekuasaan dan wewenang pada tingkatan atas suatu organisasi. Sedangkan desentralisasi adalah penyebaran atau pelimpahan secara meluas kekuasaan dan pembuatan keputusan ke- tingkatan-tingkatan organisasi yang lebih rendah. Keuntungan-keuntungan yang dimiliki oleh desentralisasi adalah sama dengan keuntungan- keuntungan delegasi, yaitu mengurangi beban manajer puncak, memperbaiki pembuatan keputusan karena dilakukan dekat dengan permasalahan, meningkatkan latihan, moral dan inisiatif manajemen bawah, dan membuat lebih fleksibel dan lebih cepat dalam pembuatan keputusan. Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat desentralisasi, yaitu: 1) Filsafat Manajemen. 2) Ukuran dan tingkat pertumbuhan organisasi. 3) Strategi dan lingkungan organisasi. 4) Penyebaran geografis organisasi. 5) Tersedianya peralatan pengawasan yang efektif. 6) Kualitas manajer. 7) Keanekaragaman produk dan jasa.
  • 35. 8) Karakteristik-karakteristik organisasi lainnya. Bab 7. Manajemen Sumber Daya Manusia 1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia adalah proses serta upaya untuk merekrut, mengembangkan, memotivasi, serta mengevaluasi keseluruhan sumber daya manusia yang diperlukan perusahaan dalamn pencapaian tujuannya. Penempatan sumber daya manusia ke dalam setiap bagian yang telah ditentukan dalam organisasi merupakan langkah terakhir dalam fungsi pengorganisasian, dikarenakan manajemen sumber daya manusia sebagai sebuah cara untuk mendapatkan orang-orang yang tepat untuk menjalankan kegiatan organisasi. Ada beberapa alasan mengapa manajemen sumber daya manusia ditempatkan pada bagian fungsi pengorganisasian, yaitu: 1) Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam manajemen SDM terkait erat dengan kegiatan pengalokasian sumber daya yang dimiliki organisasi (dalam hal ini sumber daya manusia) ke dalam bagian- bagian dalam organisasi. 2) Fungsi pengarahan dan pelaksanaan hanya akan dapat dijalankan jika alokasi sumber daya manusia telah dilakukan dalam fungsi pengorganisasian. 3) Kegiatan memotivasi dan mengarahkan. 4) Dikarenakan ilmu sosial, khususnya ilmu manajemen tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya dan saling berkaitan dengan pengorganisasian. Peranan sumber daya manusia dalam perusahaan memiliki peran serta fungsi yang penting bagi tercapainya tujuan organisasi perusahaan. Pengabaian terhadap salah satu bagian dari sumber daya manusia akan beimplikasi serius terhadap terhambatnya pencapaian tujuan perusahaan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peran sumber daya manusia ini sangat vital bagi terwujudnya tenaga kerja yang produktif, efektif, dan efisien. Dalam struktur organisasi, bagian yang bertanggung jawab dan
  • 36. berfungsi mengelola urusan sumber daya manusia adalah bagian personalia, karena pada dasarnya fungsi bagian personalia adalah merencanakan konsep perekrutan, pengembangan, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang diperlukan oleh perusahaan. 2. Proses Manajemen Sumber Daya Manusia Secara garis besar proses manajemen SDM dibagi ke dalam lima bagian fungsi utama yaitu: a. Human Resource Planning. Setiap aktivitas manajemen biasanya diawali dengan planning atau perencanaan. Sekalipun sebuah perusahaan telah memiliki sumber daya manusia yang memadai dan andal, namun perusahaan juga perlu memastikan akan keterpeliharaan dan ketersediaannya di masa yang akan datang. Menurut Cesto Husted dan Douglas, ada beberapa langkah strategis sehubungan dengan perencanaan sumber daya manusia, yaitu: 1) Representasi dan refleksi dari rencana strategis perusahaan. Artinya, kualifikasi sumber daya manusia yang nantinya dirumuskan semestinya memenuhi kriteria sebagaimana yang disyaratkan dalam perencanaan strategis perusahaan secara keseluruhan, serta terintegrasi dengan bagian-bagian perusahaan lainnya seperti bagian produksi, pemasaran, dan lain sebagainya. Misalnya, perusahaan dalam lima tahun ke depan bermaksud mempertahankan tingkat keuntungan pada tingkat 10 persen, maka bagian personalia harus memastikan bahwa sumber daya manusia yang direkrut dan dikembangkan mampu menunjang rencana perusahaan tersebut. 2) Analisa dari kualifikasi tugas yang akan diemban oleh tenaga kerja. Pada tahap ini, ada tiga hal yang biasanya dilakukan, yaitu: a. Analisis jabatan, yaitu persyaratan detail tentang jenis pekerjaan yang diperlukan serta kualifikasi tenaga kerja yang
  • 37. diperlukan untuk mampu menjalankannya. Misalnya, tugas yang diperlukan adalah penjaga gudang, maka tenaga kerja yang diperlukan adalah seorang purnawirawan militer, atau lulusan SMA yang memiliki kualifikasi tertentu. b. Deskripsi jabatan, meliputi rincian pekerjaan yang akan menjadi tugas tenaga kerja tersebut. Misalnya, tugas dari penjaga gudang adalah menjaga keluar masuknya barang yang masuk ke gudang, melakukan monitoring terhadap keseluruhan gudang yang ada, bertanggung jawab kepada manajer personalia, dan lain-lain. c. Spesifikasi jabatan, yaitu rincian karakteristik atau kualifikasi yang diperlukan bagi tenaga kerja yang dipersyaratkan. Misalnya, pendidikan SMU, memiliki sertifikat dari kepolisian, memiliki kemampuan untuk berjaga di waktu malam, tidak memiliki catatan negatif dari kantor kepolisian, dan lain-lain. 3) Analisa ketersediaan tenaga kerja. Sebuah perkiraan tentang jumlah tenaga kerja beserta kualifikasinya yang ada dan diperlukan bagi perencanaan perusahaan di masa yang akan datang, termasuk berapa jumlah tenaga kerja yang perlu dipromosikan, ditransfer, dan lain sebagainya. 4) Melakukan tindakan inisiatif. Sekiranya tenaga kerja yang ada sudah memadai bagi operasionalisasi perusahaan di masa yang akan datang, maka tidak perlu ada tindakan inisiatif yang dilakukan seperti rekrutmen, transfer, dan lain sebagainya, tetapi sekiranya tenaga kerja yang tersedia perlu dilakukan perombakan, maka barangkali perlu dilakukan rasionalisasi, perekrutan, dan lain sebagainya. 5) Evaluasi dan modifikasi tindakan. Apa yang telah direncanakan dalam manajemen sumber
  • 38. daya manusia juga harus senantiasa dievaluasi dan dilakukan tindakan korektif sekiranya ada ketidaksesuaian atau terjadi perubahan seiring dengan perkembangan yang terjadi di perusahaan. b. Personnel Procurement Setelah perencanaan sumber daya manusia dibuat, maka langkah selanjutnya dalam pelaksanaannya adalah penyediaan sumber daya manusia atau penyediaan tenaga kerja. Ada beberapa aktivitas yang masuk dalam kategori penyediaan tenaga kerja ini, diantarnya: 1) Rekrutmen, yaitu upaya perusahaan untuk mendapatkan tenaga kerja yang diperlukan sesuai dengan kualifikasi yang telah diterapkan dalam perencanaan tenaga kerja. Ada dua jenis rekuitmen yang dapat dilakukan oleh perusahaan, yang pertama rekuitmen internal yang merupakan proses untuk mendapatkan tenaga kerja yang dibutuhkan dengan mempertimbangkan tenaga kerja yang sudah ada atau yang sudah dimiliki oleh perusahaan. Bentuknya berupa rotasi maupun promosi. Rekrutmen yang kedua yaitu rekrutmen eksternal di mana perusahaan mendapatkan tenaga kerja atau SDM yang akan ditempatkan pada suatu jabatan tertentu yang diperolehnya dari luar perusahaan, atau sering kali dinarnakan sebagai outsourcing. Biasanya dilakukan dengan memasang iklan, interview di kampus- kampus dan lain sebgainya. 2) Seleksi tenaga kerja, yaitu upaya untuk memperoleh tenaga kerja yang memenuhi syarat kualifikasi dari sekian banyak pendaftar atau calon tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan dari proses rekrutmen tadi. Ada beberapa hal yang biasa dilakukan perusahaan dalam proses seleksi tenaga kerja, yaitu seleksi administrasi, meliputi riwayat hidup, ijazah pendidikan dan lain sebagainya, seleksi kualifikasi, meliputi ujian tertulis dan tidak tertulis, serta seleksi sikap dan perilaku, meliputi sikap secara pribadi, tenaga kerja maupun ketika bekerja secara tim.
  • 39. 3) Penempatan tenaga kerja, yaitu proses pemilihan tenaga kerja yang disesuaikan dengan kualifikasi yang dipersyaratkan serta menempatkannya pada tugas yang telah ditetapkan. Para tenaga kerja baru juga dihadapkan pada proses adaptasi. Beberapa perusahaan besar mencoba mengantisipasi proses adaptasi ini dengan membuat departemen atau posisi khusus yang dinamakan sebagai management tranning. Mereka yang ditempatkan di bagian ini akan dilatih oleh perusahaan untuk ditempatkan di berbagai departemen yang berbeda-beda menurut periode tertentu, yang bertujuan selain memberikan proses internalisasi kepada tenaga kerja dengan perusahaan, juga untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat kesiapan tenaga kerja pada bagian tertentu di perusahaan. 3. Penarikan dan Seleksi Karyawan 1) Penarikan personalia, berkenaan dengan pencarian dan penarikan sejumlah karyawan potensial yang akan diseleksi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi. Adapun metode-metode penarikan yang biasa digunakan, yaitu pengiklanan, leasing (penggunaan tenaga honorer), rekomendasi dari karyawan yang sedang bekerja, penarikan lewat lembaga-lembaga pendidikan, dan lain sebgainya. 2) Seleksi personalia, yaitu proses pemilihan seseorang tertentu dari sekelompok karyawan-karyawan potensial untuk melaksanakan suatu jabatan tertentu. Pemilihan karyawan yang tepat untuk jabatan yang tepat akan sangat membantu kemajuan organisasi. Ada beberapa prosedur seleksi yang biasa digunakan, yaitu: a. Wawancara pendahuluan. b. Pengumpulan data-data pribadi (biografis). c. Pengujian (testing). d. Wawancara yang lebih mendalam. e. Pemeriksaan referensi-referensi prestasi. f. Pemeriksaan kesehatan. g. Keputusan pribadi.
  • 40. h. Orientasi jabatan. Biasanya proses seleksi ini lebih menitik beratkan pada prestasi, dan biasanya ada beberapa faktor yang cenderung mempengaruhi prestasi karyawam, yaitu: a. Latar belakang pribadi, mencakup pendidikan dan pengalaman kerja. b. Bakat dan minat. c. Sikap dan kebutuhan d. Kemampuan-kemampuan analisis dan manipulatif. e. Keterampilan dan kemampuan teknik. f. Kesehatan, tenaga, dan stamina. Setelah melalui proses seleksi, karyawan ditempatkan pada suatu pekerjaan dan diperkenalkan dengan organisasi melalui berbagai bentuk orientasi. Proses orientasi ini dapat merupakan pengenalan sederhana dengan para karyawan lama, tetapi juga dapat merupakan proses panjang yang meliputi pemberian informasi mengenai kebijaksanaan-kebijaksanaan personalia, prosedur-prosedur kerja, gambaran umum sejarah dan sifat perusahaan, dan manfaat-manfaat yang diperoleh karyawan baru. 4. Latihan dan Pengembangan Karyawan Tujuan dari latihan dan pengembangan karyawan adalah untuk memperbaiki efektivitas kerja karyawan dalam mencapai hasil-hasil kerja yang telah ditetapkan. Peningkatan efektivitas kerja dapat dilakukan dengan latihan (training), yaitu untuk memperbaiki penguasaan keterampilan- keterampilan dan teknik-teknik pelaksanaan pekerjaan tertentu, terperinci dan rutin, dan juga pengembangan (development), yaitu pengembangan dan peningkatan dalam hal kemampuan, sikap dan sifat-sifat kepribadian. Pengembangan dibutuhkan untuk menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi. Sebagai contoh, bahwa setiap akuntan sekarang memerlukan pemahaman kemampuan dan programasi komputer. Ada dua metode yang bisa digunakan bagi pengembangan karyawan, yaitu: a. Metode On The Job, meliputi: 1) Coaching, di mana setiap atasan memberikan bimbingan dan
  • 41. pengarahan kepada bawahan dalam pelaksanaan pekerjaan rutin mereka. 2) Planned progression atau pemindahan karyawan dalam saluran- saluran yang ditentukan melalui tingkatan-tingkatan organisasi yang berbeda. 3) Rotasi jabatan atau pemindahan karyawan melalui jabatan- jabatan yang bermacam-macam dan berbeda-beda. 4) Penugasan sementara, di mana bawahan ditempatkan pada posisi manajemen tertentu untuk jangka waktu yang ditetapkan. 5) Sistem-sistem penilaian prestasi formal. b. Metode Off The Job, meliputi: 1) Program-program pengembangan eksekutif di universitas-universitas atau lembaga-lembaga pendidikan lainnya, di mana para manajer berpartisipasi dalam program-program yang dibuka untuk umum melalui penggunaan analisa kasus, simulasi dan metodae-metode pengajaran lainnya. 2) Latihan laboratorium, di mana seseorang belajar menjadi lebih sensitif (peka) terhadap orang lain, lingkungan, dan sebagainya. 3) Pengembangan organisasi, yang menekankan perubahan, pertumbuhan, dan pengembangan keseluruhan organisasi. 5. Pemberian Kompensasi Kepada Karyawan Kompensasi adalah pemberian kepada karyawan dengan pembayaran finansial sebagai balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan dan sebagai motivator untuk pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan datang. Kompensasi merupakan hal yang sangat penting bagi karyawan sebagai individu karena upah merupakan suatu ukuran nilai atau karya mereka di antara para karyawan itu sendiri, keluarga dan masyarakat. Tidak hanya bagi karyawan saja, tetapi kompensasi juga penting bagi organisasi, karena jumlah pembayaran kepada karyawan dalam bentuk pengupahan dan balas jasa lainnya sering merupakan komponen-komponen biaya yang paling besar dan penting. Penentuan kompensasi ditentukan oleh kebijaksanaan- kebijaksanaan dan praktek-praktek manajemen berikut ini, yaitu:
  • 42. 1) Kesediaan membayar. 2) Kemampuan membayar. 3) Persyaratan-persyaratan pembayaran. Setiap karyawan dalam menerima kompensasi tidaklah sama, ada karyawan yang dibayar setiap akhir hari kerja berdasarkan jumlah jam kerja yang disebut upah harian, ada juga karyawan yang dibayar dengan bentuk gaji tetap setiap minggu, bulan, atau tahun. Bab 8. Komunikasi Dalam Organisasi 1. Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Sedangkan menurut Stoner Freman dan Gilbert (1995), komunikasi adalah proses di mana seseorang berusaha untuk memberikan pengertian atau pesan kepada orang lain melalui pesan simbolis. Berdasarkan pengertian tentang komunikasi, maka komunikasi memiliki beberapa elemen penting, yaitu: a. Komunikasi melibatkan orang-orang. b. Komunikas berarti terjadinya berbagi informasi atau pemberian informasi maupun pengertian (sharing meaning). c. Komunikasi melibatkan simbol-simbol, seperti bahasa tubuh, suara, huruf, angka dan lain sebagainya. Komunikasi dapat berjalan dengan efektif, apabila melalui proses yang baik. Adapun proses terjadinya komunikasi tersebut, yaitu: a. Sumber, merupakan pihak yang mempunyai kebutuhan dan keinginan utnuk mengkomunikasikan sesuatu gagasan, pemikiran, informasi, dan lain sebagainya kepada pihak lain. b. Pengubahan berita ke dalam sandi atau kode, yaitu mengubah berita ke dalam berbagai bentuk simbol-simbol verbal atau nonverbal yang mampu memindahkan pengertian. Akan tetapi simbol-simbol tersebut harus diseleksi atas dasar pemahaman yang akan diperoleh dari pendengar atau pembaca, karena jika simbol yang digunakan tidak sesuai dengan pemahaman pendengar, maka akan menimbulkan salah komunikasi. c. Pengiriman berita, yaitu saluran apa yang akan digunakan untuk
  • 43. menyampaikan informasi kepada pihak lain. d. Pengertian atau penterjemahan kembali berita, yaitu selalu ada kemungkinan bahwa berita dari sumber ketika diartikan oleh penerima akan menghasilkan pengertian yang jauh berbeda dengan yang dimaksud oleh pengirim. Oleh karena itu, penerima mempunyai tanggung jawab besar untuk efektivitas komunikasi. e. Umpan balik, yaitu setelah berita diterima, penerima mungkin akan menyampaikan berita balasan kepada pihak pengirim. 2. Komunikasi Organisasi Menurut Raymond V. Lesikar, ada lima faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi, yaitu: 1) Saluran komunikasi formal. 2) Struktur wewenang organisasi. 3) Spesialisasi jabatan. 4) Pemilikan informasi 5) Jaringan komunikasi. 3. Saluran komunikasi dalam organisasi Pemahaman yang lebih baik tentang komunikasi organisasi dapat diperoleh dengan mempelajari arah-arah dasar gerakkannya yang tampak dengan terbentuknya saluran-saluran komunikasi. Adapun yang menjadi tipe saluran-saluran dasar komunikasi, yaitu: 1) Komunikasi vertikal Terdiri atas komunikasi ke atas dan ke bawah sesuai rantai perintah. Komunikasi ke bawah ini dimulai dari manajemen puncak kemudian mengalir ke bawah melalui tingkatan-tingkatan manajemen sampai ke karyawan lini dan personalia paling bawah. Sedangkan komunikasi ke atas lebih berfungsi untuk mensuplai informasi kepada tingkatan manajemen atas tentang apa yang terjadi pada tingkatan bawah, biasanya meliputi laporan-laporan periodik, penjelasan, gagasan, dan permintaan untuk diberikan keputusan. 2) Komunikasi lateral atau horizontal Meliputi hal-hal seperti berikut ini:
  • 44. a. Komunikasi diantara para anggota dalam kelompok kerja yang sama. b. Komunikasi yang terjadi antara dan diantara departemen-departemen pada tingkatan organisasi yang sama. Komunikasi ini dirancang guna mempermudah koordinasi dan penanganan masalah. 3) Komunikasi diagonal Komunikasi yang memotong secara menyilang diagonal rantai perintah organisasi. Hal ini terjadi sebagai hasil hubungan-hubungan departemen lini dan staf. 4. Pedoman komunikasi yang baik American Management Associations (AMA) telah menyusun sejumlah prinsip-prinsip komunikasi yang disebut The Ten Commandments of Good Communication, dan pedoman ini disusun untuk meningkatkan efektivitas komunikasi organisasi, pedoman tersebut terdiri dari: 1) Cari dahulu kejelasan-kejelasan gagasan sebelum dikomunikasikan. 2) Teliti tujuan sebenarnya dari setiap komunikasi. 3) Pertimbangkan keadaan fisik dan manusia keseluruhan kapan saja komunikasi akan dilakukan. 4) Konsultasikan dengan pihak-pihak lain, bila perlu dalam perencanaan komunikasi. 5) Perhatikan tekanan nada dan ekspresi lainnya sesuai isi dasar berita selama berkomunikasi. 6) Ambil kesempatan untuk mendapatkan segala sesuatu yang membantu atau umpan balik. 7) Ikut lebih lanjut komunikasi yang telah dilakukan. 8) Perhatikan konsistensi komunikasi. 9) Tindakan atau perbuatan harus mendorong komunikasi. 10) Jadilah pendengar yang baik, berkomunikasi tidak hanya untuk dimengerti tetapi untuk mengerti. 5. Efektivitas komunikasi Ada beberapa teknik yang bisa digunakan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi, yaitu :
  • 45. 1) Kesadaran akan kebutuhan komunikasi efektif Manajer harus memainkan peranan penting dalam proses komunikasi, di mana hanya dengan cara itu kemudian dapat diambil langkah-langkah untuk meningkatkan efektivitas komunikasi. 2) Penggunaan umpan balik Cara manajer berkomunikasi dengan para bawahannya dapat menentukan jumlah umpan balik yang akan mereka terima. Dalam hal ini manajer perlu memainkan peranan penting aktif dalam pengadaan umpan balik tersebut. Selain dari komunikasi formal yang dijelaskan di atas, ada juga peranan komunikasi informal atau yang lebih dikenal dengan nama Grapevme (mendengarkan sesuatu bukan dari sumber resmi, tetapi dari desas-desus, kabar angin, dan lain sebagainya). Sisitem komunikasi ini memang cenderung dianggap merusak atau merugikan, akan tetapi menurut penelitian sistem komunikasi ini lebih cepat, lebih akurat dan lebih efektif dalam menyalurkan informasi. Bab 9. Kepemimpinan Dalam Organisasi 1. Pengertian Kepemimpinan Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk memengaruhi perilaku orang lain tanpa menggunakan kekuatan, sehingga orang-orang yang dipimpinnya menerima dirinya sebagai sosok yang layak memimpin mereka. Sedangkan kepemimpinan adalah proses mernpenngaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka. Menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995), kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan memengaruhi para anggota dalam berbagai aktivitas yang harus dilakukan. Sedangkan menurut Griffin (2000) kepemimpinan itu tebagi menjadi 2 konsep, yaitu: 1) Proses, yaitu proses di mana para pemimpin menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai, bawahan, atau yang dipimpinnya, memotivasi mereka untuk mencapai tujuan tersebut, serta membantu menciptakan suatu budaya produktif
  • 46. dalam organisasi. 2) Atribut, yaitu kumpulan karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. 2. Pendekatan-pendekatan studi kepemimpinan Penelitian-penelitian dan teori-teori kepemimpinan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Pendekatan kesifatan Memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat (traits) yang tampak. 2) Pendekatan perilaku kepemimpinan Pendekatan-pendekatan kesifatan kenyataannya tidak dapat menjelaskan apa yang menyebabkan kepemimpinan efektif. Oleh sebab itu pendekatan perilaku mencoba untuk menentukan apa yang dilakukan oleh para pemimpin efektif, bagaimana mereka mendelegasikan tugas, bagaimana mereka berkomunikasi dan memotivasi bawahan mereka, bagaimana mereka menjalankan tugas-tugas, dan sebagainya. Pendekatan perilaku memusatkan perhatiannya pada dua aspek perilaku kepemimpinan, yaitu: a. Fungsi-fungsi kepemimpinan Aspek pertama pendekatan perilaku kepemimpinan menekankan pada fungsi-fungsi yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya. Agar kelompok berjalan dengan efektif, seseorang harus melaksanakan dua fungsi utama, yaitu fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (task related) atau pemecahan masalah, seperti pemberian saran penyelesaian, informasi dan pendapat dan fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok (group maintenance) atau sosial, mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar, persetujuan dengan kelompok lain, penengahan perbedaan pendapat, dan sebagainya. b. Gaya-gaya kepemimpinan Para peneliti telah mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan, yaitu: gaya dengan orientasi tugas (task oriented), yaitu manajer
  • 47. mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkannya, dan gaya dengan orientasi karyawan (employee oriented), yaitu manajer mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibanding mengawasi mereka. Selain dari dua aspek di atas, ada juga dua teori yang paling terkenal dalam membahas kepemimpian, yaitu: a. Teori X dan Teori Y dariMcGregor Douglas McGregor mengemukakan strategi kepemimpinan efektif yang mempergunakan manajemen partisipatif, di mana konsepnya yang paling terkenal adalah bahwa strategi kepemimpinan dipengaruhi anggapan-anggapan seorang pemimpin tentang sifat dasar manusia dan anggapan ini dia sebut sebagai teori X dan teori Y. Adapun beberapa anggapan teori X dan teori Y dari Mc Gregor, yaitu: 1) Rata-rata pembawaan manusia malas atau tidak menyukai pekerjaan dan akan menghindarinya bila mungkin. 2) Karena karakteristik manusia tersebut, orang harus dipaksa, diawasi, diarahkan, atau diancam dengan hukuman agar mereka menjalankan tugas untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. 3) Rata-rata manusia lebih menyukai diarahkan, ingin menghindari tanggung jawab, mempunyai ambisi relatif kecil, dan menginginkan keamanan/jaminan hidup di atas segalanya. Anggapan teori Y: 1) Penggunaan usaha fisik dan mental dalam bekerja adalah kodrat manusia, seperti bermain atau istirahat. 2) Pengawasan dan ancaman hukuman eksternal bukanlah satu- satunya cara untuk mengarahkan usaha pencapaian tujuan organisasi. Orang akan melakukan pengendalian diri dan penga- rahan diri untuk mencapai tujuan yang telah disetujuinya. 3) Keterikatan pada tujuan merupakan fungsi dari penghargaan yang berhubungan dengan prestasi mereka. 4) Rata-rata manusia dalam kondisi yang layak, belajar tidak hanya
  • 48. untuk menerima tetapi mencari tanggung jawab. 5) Ada kapasitas besar untuk melakukan imajinasi, kecerdikan dan kreativitas dalam penyelesaian masalah-masalah organisasi yang secara luas tersebar pada seluruh karyawan. 6) Potensi intelektual rata-rata manusia hanya digunakan sebagian saja dalam kondisi kehidupan industri modern. b. Sistem Manajemen dari Likert Dalam menyusun tingkatan efektivitas manajemen, Likert menggunakan dua kategori gaya orientasi karyawan dan orientasi tugas, yaitu sistem 1, manajer membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan untuk melaksanakannya dan sistem 2, di mana manajer tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut. 3) Pendekatan situasional "contingency" Pendekatan situasional “contingency” manggambarkan bahwa gaya yang digunakan adalah bergantung pada faktor-faktor seperti situasi, karyawan, tugas, organisasi dan variabel-variabel lingkungan lainnya. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan Mary Parker Follett, mengatakan bahwa ada tiga variabel kritis yang mempengaruhi gaya pemimpin, yaitu pemimpin, pengikut atau bawahan, dan situasi, seperti yang ditunjukkan oleh gambar di bawah ini. Sedangkan menurut Robert Tannenbaum dan Warren H ada tiga kekuatan yang harus dilakukan seorang manajer sebelum melakukan pemilihan gaya kepemimpinan, yaitu: Kemampuan dan kualitas pemimpin Kemampuan dan kualitas bawahan Situasi
  • 49. 1) Kekuatan-kekuatan dalam diri manajer yang mencakup sistern nilai, kepercayaan terhadap bawahan, kecenderungan kepemimpinannya sendiri, perasaan aman dan tidak aman. 2) Kekuatan-kekuatan dalam diri para bawahan, meliputi kebutuhan mereka akan kebebasan, kebutuhan mereka akan peningkatan tanggung jawab, apakah mereka tertarik dan mempunyai keahlian untuk penanganan masalah, dan harapan mereka mengenai keterlibatan dalam pembuatan keputusan. 3) Kekuatan-kekuatan dari situasi, mencakup tipe organisasi, efektivitas kelompok, desakan waktu, dan sifat masalah itu sendiri. Bab 10. Fungsi Pengawasan dan Pengendalian 1. Pengertian pengawasan Schermerhorn mendefinisikan pengawasan sebagai proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Stoner, Freeman, dan Gilbert (2000) pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktivitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Lebih lengkapnya lagi, Mockler, Stoner, Freeman, dan Gilbert (2000) mengemukakan fungsi pengawasan sebagai sistematis upaya dalam menetapkan standar kinerja dan berbagai tujuan yang direncanakan, mendesain sistem informasi umpan balik, membandingkan antara kinerja yang dicapai dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan apakah terdapat penyimpangan dan tingkat signifikansi dari setiap penyimpangan tersebut, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh sumber daya perusahaan dipergunakan secara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan. Fungsi pengawasan pada dasarnya merupakan proses yang dilakukan untuk memastikan agar apa yang telah direncanakan berjalan sebagaimana mestinya. 2. Tujuan dari fungsi pengawasan Menurut Griffin (2000) fungsi pengawasan memiliki empat tujuan,
  • 50. yaitu: 1) Adaptasi lingkungan Dimaksudkan agar perusahaan dapat terus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan perusahaan, baik lingkungan yang bersifat internal maupun lingkungan eksternal. Sebagai contoh, perubahan yang terjadi pada penggunaan teknologi informasi dan komputer. Di mana dulu perusahaan tidak terlalu mensyaratkan untuk bisa menguasi teknologi informasi dan komputer, akan tetapi ketika teknologi informasi dan komputer sudah menajdi hal pokok yang harus dikuasai oleh karyawan, maka perusahaan pun membuat syarat untuk setiap karyawan baru harus menguasai teknologi informasi dan komputer. 2) Meminimumkan kegagalan Setiap perusahaan pasti berharap dalam kegiatan produksi, mereka dapat meminimumkan kegagalan seminal mungkin. Misalnya, ketika bagian produksi ternyata hanya mampu menghasilkan 9.000 unit yang memenuhi standar, dan 1.000 unit yang tidak memenuhi standar, maka perusahaan mengalami 1.000 unit kegagalan dalam produksi, dan hal tersebut akan sangat merugikan perusahaan karena target tidak tercapai. Oleh karena itu perusahaan perlu menjalankan fungsi pengawasan agar kegagalan-kegagalan tersebut dapat diminimumkan. 3) Meminimumkan biaya Sebagai mana pada kasus yang sudah disebutkan di atas, ketika perusahaan mengalami kegagalan sebanyak 1.000 unit, maka akan ada pemborosan biaya sebanyak 1.000 unit yang tidak memberikan keuntungan bagi perusahaan. Oleh karena itu, fungsi pengawasan melalui penetapan standar tertentu dalam meminimumkan kegagalan dalam produksi, akan dapat meminimumkan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. 4) Antisipasi kompleksitas organisasi Tujuan terakhir dari fungsi pengawasan adalah agar perusahaan dapat mengantisipasi berbagai kegiatan organisasi yang kompleks.
  • 51. Kompleksitas tersebut mulai dari pengelolaan terhadap produk, tenaga kerja, hingga berbagai prosedur yang terkait dengan manajemen organisasi. 3. Perancangan Proses Pengawasan William H.Newman telah mengemukakan prosedur untuk penetapan sistem pengawasan, yaitu: 1) Merumuskan hasil yang diiginkan 2) Menetapkan penunjuk (predictors) hasil Newman telah mengidentifikasikan beberapa "early warning predictors" yang dapat membantu manajer memperkirakan apakah hasil yang diinginkan tercapai atau tidak, yaitu: a. Pengukuran masukan, sebagai contoh, pesanan-pesanan yang masuk akan menunjukkan volume produksi, atau biaya bahan baku akan mempengaruhi harga produk. b. Hasil-hasil pada tahap-tahap permulaan. Bila hasil dari tahap permulaan lebih baik atau jelek daripada yang diperkirakan, maka perlu dilakukan penilaian kembali. c. Gejala-gejala (symptoms), sebagai contoh, bila agen penjualan terlambat menyampaikan laporan, manajer penjualan dapat menduga bahwa kuota belum tercapai. d. Perubahan dalam kondisi yang diasumsikan. 3) Menetapkan standar penunjuk dan hasil. 4) Menetapkan jaringan informasi dan umpan balik 5) Menilai informasi dan mengambil -tindakan koreksi. 4. Langkah-langkah dalam proses pengawasan Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam fungsi pengawasan, yaitu: 1) Penetapan standar dan metode penilaian kinerja Tujuan yang ingin dicapai organisasi bisnis atau perusahaan sebaiknya ditetapkan dengan jelas dan lengkap pada saat perencanaan dilakukan. Hal ini dikarenakan, pertama adalah bahwa sering kali tujuan terlalu bersifat umum sehingga sulit untuk dinilai
  • 52. pada saat implementasi dilakukan. Misalnya, penjualan tahun ini sebanyak 2.001 unit jika dibandingkan dengan penjualan tahun lalu sebanyak 2000 unit. Ini menunjukan ada peningkatan 1 unit, lalu apakah ini yang diinginkan?. Kedua, berdasarkan alasan pertama tersebut, sebaiknya tujuan yang ditetapkan memuat standar yang lebih jelas. Misalnya saja, meningkatkan penjualan sebesar 50%. Dengan rumusan tujuan seperti ini, maka tujuan lebih jelas dan lebih lengkap sehingga mudah untuk dinilai pada saat implementasi apakah tercapai ataukah tidak. 2) Penilaian kinerja Merupakan upaya untuk membandingkan kinerja yang dicapai dengan tujuan dan standar yang telah ditetapkan semula. Misalnya saja sebuah proses produksi dari sepasang sepatu, di mana perusahaan mengharapkan adanya peningkatan penjualan sebesar 50%, maka dalam tahap ini kita tetapkan bahwa penilaian akan dilakukan oleh manajer penjualan misalnya setiap 1 tahun sekali dengan menilai tingkat penjualan yang dicapai selama satu tahun tersebut melalui jumlah penjualan pada tahun itu. 3) Membandingkan kinerja dengan standar Kita akan menggunakan kasus di atas, di mana standar yang akan kita capai adalah peningkatan penjualan sebesar 50% dari tahun sebelumnya, maka manajer penjualan kemudian melakukan pengecekan dari data penjualan tingkat penjualan yang telah dicapai pada tahun ini, dan kemudian juga data penjualan pada tahun yang lalu. Dari penegcekan tersebut, didapatlah data sebagai berikut: Penjualan tahun ini: 10.000 unit Penjualan tahun lalu: 9.000 unit Standar yang perlu dicapai adalah 150% (100% jika sama dengan tahun lalu ditambah 50% sebagai target standar pencapaian). Dengan menggunakan data tersebut, maka kita dapatkan kinerja dan standar sebagai berikut: Standar yang ditetapkan = 150%
  • 53. Kinerja yang diperolah = Penjualan tahun ini x 100% Penjualan tahun lalu = 10.000 x 100% = 111,1% 9.000 Kita dapatkan bahwa Kinerja yang dicapai (111,1%) ternyata di bawah standar yang telah ditetapkan (150%), maka dapat disimpulkan kinerja yang dicapai tidak memenuhi standar. 4) Melakukan tindakan koreksi jika terdapat masalah Melalui perbandingan antara kinerja dengan standar, kita dapat informasi dari proses pengawasan yang kita lakukan apakah kinerja berada di atas standar, sama dengan standar, atau di bawah standar. Ketika Kinerja berada di bawah standar berarti perusahaan mendapatkan masalah. Oleh karena itu perusahaan kemudian perlu melakukan pengendalian, yaitu dengan mencari jawaban mengapa masalah tersebut terjadi. 5. Beberapa Gejala yang Memerlukan Pengawasan dan Pengendalian Kreitner (1992) mengemukakan bahwa ada beberapa gejala yang biasanya menunjukkan perlu adanya kontrol atau pengawasan dan pengendalian perusahaan, yaitu: 1) Terjadi penurunan pendapatan atau profit, namun tidak begitu jelas faktor penyebabnya 2) Penurunan kualitas pelayanan (teridentifikasi dari adanya keluhan pelanggan) 3) Ketidakpuasan pegawai (teridentifikasi dari adanya keluhan pegawai, produktivitas kerja yang menurun, dan lain sebagainya) 4) Berkurangnya kas perusahaan 5) Banyaknya pegawai atau pekerja yang menganggur 6) Tidak terorganisasinya setiap pekerjaan dengan baik 7) Biaya yang melebihi anggaran 8) Adanya penghamburan dan mefisiensi 6. Tipe-tipe pengawasan Ada tiga tipe dasar pengawasan, yaitu
  • 54. 1) Pengawasan pendahuluan (feedforward control) Pengawasan pendahuluan, dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan. 2) Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan (concurrent control). Tipe pengawasan ini merupakan proses di mana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan. Dengan kata lain pengawasan ini, sering disebut pengawasan “Ya-Tidak” atau “Berhenti-Terus”. 3) Pengawasan umpan balik (feedback control) Pengawasan umpan balik, juga dikenal sebagai past action controls, yaitu mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan. 7. Pentingnya pengawasan Ada berbagai faktor yang membuat pengawasan semakin diperlukan oleh setiap organisasi, yaitu: 1) Perubahan lingkungan organisasi, yaitu munculnya inovasi produk dan pesaing baru, ditemukannya bahan baku baru, adanya peraturan pemerintah baru, dan sebagainya. Melalui fungsi pengawasan, manajer dapat mendeteksi perubahan-perubahan yang berpengaruh pada barang dan jasa organisasi, sehingga mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan yang diciptakan perubahan-perubahan yang terjadi. 2) Peningkatan kompleksitas Organisasi 3) Kesalahan-kesalahan, dengan adanya sistem pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan-kesalahan sebelum menjadi kritis. 4) Kebutuhan Manajer untuk mendelegasikan Wewenang, yaitu dengan mengimplementasikan sistem pengawasan manajer dapat menentukan apakah bawahan telah melakukan tugas-tugas yang telah dilimpahkan kepadanya.
  • 55. 8. Alat Bantu Pengawasan Manajerial Ada dua teknik yang paling terkenal yang dapat membantu manajer agar pelaksanaan pengawasan menjadi lebih efektif, yaitu: 1) Management ByException ( MBE ) atau prinsip pengecualian Memungkinkan manajer untuk mengarahkan perhatiannya pada bidang-bidang pengawasan yang paling kritis dan mempersilahkan para karyawan atau tingkatan manajemen rendah untuk menangani variasi- variasi rutin. Biasanya pengawasan ini dipergunakan untuk operasi- operasi organisasi yang bersifat otomatis dan rutin. 2) Management Information System ( MIS) MIS didefinisikan sebagai suatu metode formal pengadaan dan penyediaan informasi bagi manajemen yang diperlukan dengan akurat dan tepat waktu untuk membantu proses pembuatan keputusan dan memungkinkan fungsi-fungsi perencanaan, pengawasan dan operasional organisasi dilaksanakan secara efektif. MIS dirancang melalui beberapa tahap utama, yaitu : a. Tahap survei pendahuluan dan perumusan masalah. b. Tahap disain konsepsual. c. Tahap disain terperinci d. Tahap implementasi akhir. Agar perancangan MIS berjalan efektif, manajemen perlu memperhatikan lima pedoman berikut, yaitu: a. Mengikut sertakan unsur ke dalam tim perancang. b. Mempertimbangkan secara hati-hati biaya sistem. c. Memperlakukan informasi yang relevan dan terseleksi lebih dari pada pertimbangan kuantitas belaka. d. Pengujian pendahuluan sebelum diterapkan. e. Menyediakan latihan dan dokumentasi tertulis yang mencukupi bagi para operator dan pemakai sistem. 9. Karakteristik-Karakteristik Pengawasan Yang Efektif Karakteristik-karakteristik pengawasan yang efektif dapat lebih diperinci sebagai berikut:
  • 56. 1) Akurat, yaitu informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat. 2) Tepat waktu, yaitu informasi harus dikumpulkan, disampaikan dan dievaluasi secepatnya bila kegiatan perbaikan harus dilakukan segera. 3) Obyektif dan menyeluruh, artinya informasi harus mudah dipahami dan bersifat obyektif serta lengkap. 4) Terpusat pada titik-titik pengawasan strategik, artinya sistem pengawasan harus memusatkan perhatian pada bidang-bidang di mana penyimpangan-penyimpangan dari standar paling sering terjadi atau yang akan mengakibatkan kerusakan paling fatal. 5) Realistik secara ekonomis, artinya biaya pelaksanaan sistem pengawasan harus lebih rendah atau paling tidak sama dengan kegunaan yang diperoleh dari sistem tersebut. 6) Realistik secara organisasional, artinya sistem pengawasan harus cocok atau harmonis dengan kenyataan-kenyataan organisasi. 7) Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, artinya informasi peng- awasan harus terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, karena setiap tahap dari proses pekerjaan dapat mempengaruhi sukses atau kegagalan keseluruhan operasi, dan informasi pengawasan harus sampai pada seluruh personalia yang memerlukannya. 8) Fleksibel, artinya pengawasan harus mempunyai fleksibilitas untuk memberikan tanggapan atau reaksi terhadap ancaman ataupun kesempatan dari lingkungan. 9) Bersifat sebagai petunjuk dan operasional, artinya sistem pengawasan efektif harus menunjukkan, baik deteksi atau deviasi dari standar, tindakan koreksi apa yang seharusnya diambil. 10) Diterima para anggota organisasi, artinya sistem pengawasan harus mampu mengarahkan pelaksanaan kerja para anggota organisasi dengan mendorong perasaan otonomi, tanggung jawab dan ber- prestasi. Bab 11. Lingkungan dan Budaya Organisasi 1. Lingkungan dan Organisasi Bisnis Organisasi tidak dapat dilepaskan dari lingkungan, karena pada
  • 57. dasarnya organisasi juga merupakan bagian dari lingkungan dan masyarakat. Oleh karena itu, sebuah organisasi perlu memahami lingkungan apa saja yang terkait secara langsung maupun tak langsung dengan kegiatan organisasi. Misalnya, ketika sebuah perusahaan beroperasi di daerah di mana masyarakatnya mengalami tingkat pengangguran yang tinggi, maka organisasi tersebut perlu memikirkan kenyataan tersebut dan kaitannya dengan pencapaian tujuan organisasi. Apabila tingkat pengangguran tinggi di daerah tersebut, maka bisa dipastikan bahwa tingkat pendapatan juga akan rendah. Akibatnya, penjualan barang atau jasa yang ditawarkan oleh organisasi akan mengalami hambatan. Selain itu, salah satu yang selalu menjadi persoalan pada sebuah organisasi adalah pengelolaan limbahnya. Jika pengolahan limbahnya diabaikan, dampak limbah akan menimbulkan bahaya pada masyarakat. Masyarakat yang menyadari ini akan mengajukan keberatan dan mungkin gugatan terhadap perusahaan. Akibatnyn, kegiatan perusahaan terancam akan terganggu, dan lebih buruk lagi terancam ditutup. Oleh karena itu kegiatan manajemen yang akan dilakukan semestinya mempertitnbangkan faktor-faktor lingkungan yang terkait dengan organisasi, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Adapun lingkungan organisasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Lingkungan internal organisasi Lingkungan internal organisasi adalah berbagai hal atau berbagai pihak yang terkait langsung dengan kegiatan sehari-hari organisasi, dan memengaruhi langsung terhadap setiap program, kebijakan, hingga "denyut nadi" nya organisasi. Adapun bagian dari lingkungan internal organisasi, yaitu: a. Pemilik organisasi (owners) Mereka yang secara historis maupun hukum dinyatakan sebagai pemilik akibat adanya penyertaan modal, ide, ataupun berdasarkan ketentuan lainnya. Dalam organisasi perusahaan para pemilik organisasi misalnya adalah para pemegang saham, anggota jika dia bersifat koperasi, atau juga individu jika
  • 58. perusahaan tersebut bersifat individu dari segi kepemilikan. b. Pengelola organisasi (board of managers or directors) Orang-orang yang menurut para pemilik organisasi perusahaan dinyatakan atau ditunjuk sebagai pengelola organisasi dalam aktivitasnya sehari-hari untuk suatu periode tertentu. Orang- orang ini bekerja secara profesional berdasarkan tugasnya masing- masing, dan dalam periode tertentu harus melaporkat setiap kegiatannya kepada para pemilik perusahaan. c. Para anggota atau para pekerja (employees) Para pekerja inilah yang sehari-hari bergelut dengan aktivitas operasional perusahaan dan menjalankan tugas-tugas keseharian, berdasarkan apa yang telah ditetapkan oleh tim manajemen perusahaan. d. Lingkungan fisik organisasi (physical work environment) Sumber daya manusia, sumber daya uang, sumber daya alam, maupun sumber daya informasi merupakan bagian dari lingkungan fisik organisasi. 2) Lingkungan eksternal organisasi Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang terkait dengan kegiatan operasional organisasi dan bagaimana kegiatan operasional ini dapat bertahan. Lingkungan ini dibagi menjadi dua, yaitu: a. Lingkungan yang terkait langsung dengan kegiatan operasional organisasi (lingkungan mikro) Bagian yang termasuk kedalam lingkungan makro, yaitu: 1) Pesaing (Competitor), yaitu organisasi bisnis lain yang menjalankan bisnis yang sama dengan organisasi yang kita jalankan. 2) Pemasok (Supplier), yaitu pihak yang terkait langsung dalam kegiatan bisnis dari sebuah organisasi, khususnya organisasi bisnis yang melakukan kegiatan produksi barang jadi dari berbagai jenis bahan baku.
  • 59. 3) Partner Strategis (Strategic Partner), yaitu perusahaan lain yang menjalankan bisnis berbeda dengan perusahaan kita, tetapi secara bersama-sama bisa menjadi mitra kita dalam menjalankan bisnis yang saling menguntungkan kedua belah pihak. b. Lingkungan yang tidak terkait langsung dengan kegiatan operasional organisasi (lingkungan makro) Lingkunag ini terdiri dari: 1) Lingkungan lokal, berupa: a. Pembuat peraturan (Regulators), yaitu pihak-pihak yang berkepentingan dalam menciptakan keadaan dari kegiatan bisnis yang fair dan aman bagi semua pihak yang ingin menjalankan bisnis. b. Pemerintah (Government), yaitu pihak yang atas legitimasi politik tertentu di suatu negara diangkat dan bertugas untuk mewujudkan masyarakat ke arah yang lebih baik dalan pembangunan di segala bidang. c. Masyarakat luas pada umumnya (society). d. Lembaga-lembaga yang terkait dengan kegiatan perusahaan seperti organisasi nonpemerintah. 2) Lingkungan internasional Ada beberapa bentuk kegiatan bisnis internasional yang dapat dipilih oleh organisasi bisnis, diantaranya: a. Kegiatan Ekspor-Impor Banyaknya mobil bermerek seperti Toyota, Mazda, BMW, atau Mercedes, menunjukkan adanya aktivitas impor yang dilakukan di negara kita untuk waktu yang sudah cukup lama. Sebaliknya, adanya pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Arab Saudi, Malaysia, Singapura, atau negara lainnya, contoh bentuk kegiatan ekspor yang dilakukan oleh perusahaan di negara kita. b. Lisensi (Licencing) Sebuah kesepakatan atau perjanjian di mana sebuah
  • 60. perusahaan memperbolehkan perusahaan lain untuk menggunakan merek, teknologi, hak paten, atau aset lainnya. Sebagai kompensasinya, perusahaan yang menggunakan hak perusahaan lain biasanya diharuskan membayar hak lisensinya berupa sejumlah uang tertentu sebagaimana kesepakatan yang dibuat. c. Partner Strategis (International Strategic Alliance) Salah satu bentuk kerja sama antara perusahaan secara internasional untuk dapat melakukan kegiatan bisnis yang saling menguntungkan kedua belah pihak. d. Investasi Langsung (Direct investment) Ada tiga faktor terkait yang perlu diperhatikan dalam hubungan internasional, diantaranya kontrol dalam perdagangan internasional, eksistensi komunitas dan institusi ekonomi secara internasional, serta perbedaan budaya antarnegara. 2. Budaya Organisasi dan Kegiatan Bisnis Budaya organisasi pada dasarnya merupakan nilai-nilai dan norma yang dianut dan dijalankan oleh sebuah organisasi terkait dengan lingkungan di mana organisasi tersebut menjalankan kegiatannya. Biasanya menyangkut apa yang dirasakan, diyakini, dan dijalani oleh sebuah organisasi. Budaya organisasi akan sangat berbeda dari satu perusahaan dengan perusahaan lain. Namun, pada intinya apa yang dianut oleh sebuah perusahaan akan menentukan bagaimana kesuksesan dapat mereka raih. Berdasarkan pemahaman di atas, kita akan mengetahui faktor yang menentukan terbentuknya budaya organisasi adalah pengalaman yang dijalani oleh organisasi itu sendiri. Pengalaman itu bisa berupa kesuksesan maupun kegagalan. Fase-fase kesuksesan dan kegagalan inilah yang pada dasarnya menentukan bagaimana budaya organisasi terbentuk dan diyakini, kemudian oleh organisasi tersebut dijadikan sebuah konsep norma dan nilai yang akan mempengaruhi keseluruhan cara kerja perusahaan.
  • 61. Ban 12. Etika Manajemen dan Tanggung Jawab Sosial dalam Organisasi 1. Mengukur Etika Manajemen Berikut adalah sebuah model yang digunakan untuk menilai etik yang diperkenalkan oleh Griffin (2000). Sekalipun model penilaian etika di atas tidak secara sempurna menjelaskan kriteria dan panduan untuk menilai tindakan yang etis maupun tidak, namun setidaknya dapat memberikan sedikit penjelasan bagaimana Gathering Pengumpula data mengenai tindakan atau kegiatab yang dilakukan Apakah tindakan atau kegiatan yang dilakukan memenuhi 4 kriteria dalam etika:  Manfaat: Apakah tindakan tersebut memberikan manfaat dan kepuasan bagi semua pihak?  Pemebuhan hak: Apakah tindakan yang dilakukan menjamin terpenuhinya dan terpeliharanya hak-hak dari semua pihak?  Keadilan: Apakah tindakan yang dilakukan adil bagi semua pihak?  Pemeliharaan: Apakah tindakan yang dilakukan konsisten dengan tanggunga jawab pemeliharaan dalam berbagai hal? Analisis Ya, dalam seluruh kriteria Tidak dalam satu atau beberapa kriteria Tidak dalam seluruh kriteria  Apakah ada faktor yang menyebabkan kriteria tidak terpenuhi sehingga dapat dimaklumi?  Apakh kriteria yang terpenuhi lebih penting dibandingkan kriteria lain?  Apakah ada faktor diluar kemampuan organisasi yang menyebabkan sebagian kriteria tidak terpenuhi? Penilaian YaTidak Tidak etis Etis
  • 62. sebuah tindakan atau kegiatan bisa dinilai dari kriteria etikanya. Adapun upaya lain yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan menetapkan standar aturan mengenai etika yang harus dijalankan oleh perusahaan atau sering kali dinamakan sebagai code of ethics. Implementasi dari code of ethics ini akan sangat efektif jika memenuhi dua syarat, yaitu pertama, perusahaan perlu menyatakan secara spesifik kepada publik mengenai code of ethics yang mereka jalankan. Sebagai contoh, Perusahaan Xerox menyatakan dalam berbagai kesempatan di depan khalayak ramai dan publisitas yang mereka lakukan bahwa perusahaan mereka akan melakukan kejujuran terhadap pelanggan, tidak akan memberikan sogokan, tidak akan merahasiakan sesuatu terhadap konsumen, maupun tidak akan melakukan penipuan yang terkait dengan harga. Syarat kedua agar code of ethics ini bisa berjalan secara efektif adalah perlu adanya dukungan dari tim manajemen puncak melalui sistem pengawasan tertentu seperti reward and punishment system dan lain sebagainya. 2. lsu Seputar Etika Kreitner (1992) memberikan uraian dari beberapa isu seputar etika yang sering kali dihadapi oleh perusahaan, yaitu: 1) Penggunaan obat-obatan terlarang 2) Pencurian oleh para pekerja atau korupsi 3) Konflik kepentingan 4) Pengawasan kualitas atau quality control 5) Penyalahgunaan informasi yang bersifat rahasia 6) Penyelewengan dalam pencatatan keuangan 7) Penyalahgunaan penggunaan aset perusahaan 8) Pemecatan tenaga kerja 9) Polusi lingkungan 10) Cara bersaing dari perusahaan yang dianggap tidak etis 11) Penggunaan pekerja atau tenaga kerja di bawah umur 12) Pemberian hadiah kepada pihak-pihak tertentu yang terkait dengan pemegang kebijakan