Teks tersebut membahas industri peternakan kelinci di Indonesia. Ia menjelaskan jenis kelinci yang dibudidayakan secara komersial untuk daging dan hasil ikutannya, serta faktor-faktor yang mendorong perkembangan industri ini seperti potensi ekonomi yang tinggi dan kelinci sebagai sumber protein alternatif. Teks tersebut juga membahas tantangan yang dihadapi industri ini.
Pedoman Teknis Budidaya Ternak Kelinci, Sarana, Pedoman Ternak Ayam petelur, Pembibitan, pemeliharaan, Pengetahuan hama dan penyakit, panen dan Analisa Ekonomi. Untuk Analisa Bisnis dan harga terbaru harus disesuaikan dengan perkembangan harga terkini.
Pedoman Teknis Budidaya Ternak Kelinci, Sarana, Pedoman Ternak Ayam petelur, Pembibitan, pemeliharaan, Pengetahuan hama dan penyakit, panen dan Analisa Ekonomi. Untuk Analisa Bisnis dan harga terbaru harus disesuaikan dengan perkembangan harga terkini.
Pedoman Teknis Budidaya Ternak Kelinci, Sarana, Pembibitan, pemeliharaan, Pengetahuan hama dan penyakit, panen dan Analisa Ekonomi. Untuk update Analisa Bisnis dan harga terbaru indukan kelinci dan Program Investasi Ternak kelinci silakan hubungi kami: info@wartawirausaha.com
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
2. 2
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Kegiatan Belajar (KB) 4 dalam Modul 6 Industri Peternakan akan
membahas mengenai Industri Pakan Ternak. Ruang lingkup dari KB 4 ini yaitu
gambaran peternakan kelinci di Indonesia dan faktor-faktor yang mendorong
perkembangan ke arah industri kelinci. Bab ini juga membahas produk-produk
utama industri kelinci, dan produk-produk turunan industri kelinci yang memiliki
nilai tambah.
2. Relevansi
Dengan mengetahui konsep, prosedur dan prinsip prinsip dalam industri
peternakan kelinci, mulai dari gambaran peternakan kelici di Indonesia dengan
faktor-faktornya yang mendukung berkembangnya industri peternakan kelinci.
Dari produk utama hingga produk ikutan serta limbahnya dijelaskan secara detail
sampai arah diversifikasi dari produk sehingga peserta didik dapat menganalisis
dan menentukan standar industri peternakan kelinci yang baik dan perkembangan
bisnisnya.
3. Panduan Belajar
Modul ini dilengkapi dengan tugas terstrukutur, link-link yang dapat
dikunjungi dan gambar serta infografis yang menambah pengetahuan peserta
didik.
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan peserta didik mampu menguasai
materi ajar bidang agribisnis ternak ruminansia, agribisnis ternak unggas, dan
industri peternakan secara mendalam termasuk advance materials secara
bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi),
3. 3
dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu peserta
didik juga diharapkan mampu menganalisis prinsip industri peternakan dan
aplikasinya dalam pembelajaran bidang studi agribisnis ternak.
2. Sub Capaian Pembelajaran
1. Mampu menganalisis Industri peternakan kelinci.
2. Mampu menganalisis faktor-faktor pendorong pengembangan industri
peternakan kelinci.
3. Mampu menganalisis bentuk produk utama industri kelinci.
4. Mampu menganalisis diversifikasi produk turuan industri kelinci.
3. Uraian Materi
Kelinci merupakan hewan mamalia yang berasal dari Eropa yang mulai
populer dikembangbiakkan pada tahun 1800-an. Terdapat sekitar 50 ras kelinci di
Amerika Utara yang diakui oleh American Rabbit Breeders Association (ARBA)
beberapa ras kelinci yang biasa dikembangbiakkan dikategorikan menjadi tiga
kategori yaitu kelinci komersial, kelinci wol, dan kelinci hias.
Kelinci dalam usaha peternakan merupakan salah satu komoditas yang
menghasilkan protein hewani dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai
alternatif lain dari daging ayam maupun sapi. Konsumsi daging kelinci mulai
digalakkan pada tahun 1982. Sebagai alternatif penghasil daging, kelinci memiliki
daya tumbuh yang cepat serta mampu berkembangbiak dengan sangat baik yaitu 6
- 7 kali beranak dalam setahun dan tergolong sebagai hewan prolifik dengan
jumlah anak 4 - 12 ekor per kelahiran dengan reproduksinya yang cepat dimana
waktu bunting ternak kelinci yaitu 35 - 40 hari.
Daging kelinci memiliki nilai gizi yang lebih baik yaitu kandungan protein
20,8% dan kolesterol yang rendah dengan kandungan lemak 7,4% (Fafarita,
2006). Beternak kelinci merupakan salah satu usaha yang juga cukup
manjanjikan. Ternak kelinci memiliki sifat yang mudah beradaptasi, jinak serta
mudah berkembangbiak. Kelinci terbagi atas dua kelompok yaitu kelinci budidaya
(diambil dagingnya) dan kelinci fancy/hias.
4. 4
Industri Peternakan Kelinci
Ternak kelinci dapat dijadikan pilihan untuk diternakkan secara luas, hal
ini disebabkan daging kelinci memiliki harga yang jauh lebih murah daripada
daging ternak lain seperti kambing, domba maupun sapi. Tidak ada persaingan
pakan antara ternak kelinci dengan industri ternak lain maupun dengan manusia.
Kelinci memiliki efisiensi dalam konsumsi pakan hijauan yang tinggi. Ternak
kelinci juga mampu mengkonsumsi berbagai jenis pakan, sehingga kelinci dapat
dipelihara dengan mudah pada berbagai lokasi dengan memanfaatkan potensi
sumber daya pakan lokal yang ada.
Di Indonesia, peternakan kelinci terbagi atas dua kelompok yaitu
kelompok kelinci pedaging dan kelompok kelinci hias. Namun industri kelinci
pedaging lebih berkembang daripada kelinci hias maupun hasil ikutannya. Jenis
kelinci yang biasa dibudidayakan sebagai kelinci pedaging yaitu flemish giant
(Gambar 53) dan new zealand white (Gambar 54). Sedangkan untuk jenis kelinci
yang diambil kulitnya yaitu rex (Gambar 55) dan satin (Gambar 56) serta yang
diambil bulu atau wollnya yaitu anggora (Gambar 57).
Gambar 1. Kelinci flemish giant
Sumber: https://small-pets.lovetoknow.com/rabbits/flemish-giant-rabbit
5. 5
Gambar 2. Kelinci new zealand white
Sumber: https://pethelpful.com/rabbits/Bunny-Breed-Guide-New-Zealand-White-
Rabbit
Gambar 3. Kelinci rex
Sumber: https://rabbitbreeders.us/mini-rex-rabbits/
Gambar 4. Kelinci satin
Sumber: https://domesticanimalbreeds.com/satin-rabbit-everything-you-need-to-
know/
6. 6
Gambar 5. Kelinci anggora
Sumber: https://www.pets4homes.co.uk/breeds/rabbits/angora/
Tabel 1. Jenis-jenis kelinci pembibitan komersial
Jenis dan ciri-ciri Gambar
Jenis Kelinci Komersial
Californian
Bobot dewasa 3,6 - 4,8 kg
Kelinci ini memiliki warna mata pink dan
punya point hitam, coklat, biru atau lilac pada
bagian telinga, kaki dan ekor.
New zealand
Bobot dewasa 4,1 - 54 kg
Kelinci ini memiliki badan lebar, dalam dan
bulu yang lembut. Dapat digunakan sebagai
kelinci pedaging, kulit, kesayangan maupun
kepentingan laboratorium.
Florida white
Bobot dewasa 1,8 - 2,7 kg
Memiliki tubuh yang kecil dengan bulu
berwarna putih polos dan warna mata
merah/pink.
7. 7
Satin
Bobot dewasa 3,9 - 5 kg
Bulunya bagus dan memiliki rasio karkas
dengan tulang yang paling baik.
Jenis kelinci kesayangan (fancy)
Dutch
Bobot dewasa 1,6 - 2,5 kg
Memiliki bagian/strip putih pada tubuhnya.
warna yang biasa ada yaitu hitam, biru,
coklat, abu-abu, steel dan tortoise.
English spot
Bobot dewasa 2,3 - 3,6 kg
Memiliki warna spot hitam pada hidung,
telinga melingkari mata dan beberapa bagian
pada tubuhnya.
Belgian Hare
Bobot dewasa 2,7 - 4,3 kg
Memiliki badan yang melengkung, telinga
lebar, tempramen dan energic dengan warna
bulu yang merah, tan atau chesnut dengan
warna cenderung hitam pada telinganya.
Rex
Bobot dewasa 3,4 - 4,8 kg
Bulu kelinci rex sangat unik, tebal, padat dan
pendek
Netherland dawrft
Bobot dewasa 1,1 kg
Tipe kelinci ini sangat kecil dan pendek
8. 8
Tipe Kesayangan (Lop)
Holland lop
Bobot dewasa 1,8 kg
Mini lop
Bobot dewasa 2,0 - 2,9 kg
Lebih besar dari holland lop
French lop
Bobot dewasa 4,5 - 5 kg
Badan lebar, besar, dalam dan daging yang
banyak
English lop
Bobot dewasa 4,1 - 4,5 kg
American fuzzy lop
Bobot dewasa 1,8 kg
Badannya kecil dan kepalanya lebar
Jenis Wool
Jersey wooly
Bobot dewasa 1,6 kg
Tubuhnya tertutupi oleh wool yang tebal
dengan panjang 5 - 6,7 cm
9. 9
Anggora
English anggora
Bobot dewasa 2,3 - 3,4 kg
French anggora
Bobot dewasa 3,4 - 4,8 kg
Giant anggora
Bobot dewasa 3,9 - 4,1 kg
Pemroduksi wool terbaik
Satin anggora
Bobot dewasa 2,9 - 4,3 kg
Sumber: Ontario (2009)
Peluang usaha beternak kelinci cukup potensial, dapat dibudidayakan
sebagai usaha utama/pokok maupun usaha tambahan/sampingan. Ternak kelinci
juga berpeluang dala penyediaan sumber protein hewani yang berkualitas dan
sehat serta dapat meningkatkan keuntungan dengan margin pendapatan dari 20 -
200% (Raharjo, 2010).
Jenis kelinci dan karakteristiknya dapat dilihat pada link-link berikut:
a. https://small-pets.lovetoknow.com/rabbits/flemish-giant-rabbit
b. https://duniakelinci.com/kelinci-flemish-giant/
c. https://www.petplan.co.uk/pet-information/rabbit/breed/new-zealand-
white/
d. https://pethelpful.com/rabbits/Bunny-Breed-Guide-New-Zealand-
White-Rabbit
10. 10
e. https://rabbitbreeders.us/mini-rex-rabbits/
f. https://domesticanimalbreeds.com/mini-rex-rabbit-everything-you-
need-to-know/
g. https://rabbitbreeders.us/adoptarabbit/breeds/satin/
h. https://domesticanimalbreeds.com/satin-rabbit-everything-you-need-to-
know/
i. https://www.pets4homes.co.uk/breeds/rabbits/angora/
j. https://www.hobbyfarms.com/raising-rabbits-for-fiber/
Dalam budidaya ternak kelinci, pakan menjadi faktor penunjang dalam
pertumbuhannya yaitu 60% hingga 70% dari total biaya produksi pemeliharaan
berasal dari faktor pakan. Apabila pakan yang diberikan memiliki kualitas yang
baik maka produktivitas ternak juga akan baik sehingga pemilihan pakan yang
memiliki kualitas yang baik sangat dibutuhkan. Industri ternak kelinci diharapkan
dapat meningkatkan pendapatan peternak dan meningkatkan asupan gizi
keluarga/masyarakat.
Dalam sistem produksi yang efisien, kelinci dapat mengubah 20% protein
yang mereka makan menjadi daging yang bisa dikonsumsi oleh manusia. Angka
yang sebanding untuk spesies lain yaitu 22 - 23% untuk ayam broiler, 16 - 18%
untuk babi dan 8 - 12% untuk daging sapi. Kelinci juga dapat dengan mudah
mengkonversi nutrien yang tersedia seperti protein dalam tanaman kaya selulosa.
Faktor Pengembangan Industri Peternakan Kelinci
Potensi ekonomi dari industri peternakan kelinci dapat terlihat dari
seberapa mampu menghasilkan keuntungan (profitabilitas) yang dicapai, tingkat
pendapatan yang diperoleh, dan tingkat kelayakan usahanya. Arah pengembangan
peternakan khususnya industri peternakan kelinci ditujukan guna mewujudkan
kondisi peternakan yang lebih maju, lebih tagguh dan efisien dengan ciri oleh
mampu menyesuaikan pola, sistem dan struktur dari produksi dengan permintaan
pasar. Industri peternakan juga harus mempunyai kemampuan terhadap
pembangunan wilayah, kesempatan kerja, pendapatan, memperbaiki taraf hidup,
11. 11
memperbaiki lingkungan hidup serta memiliki peran dalam pertumbuhan ekonomi
(Dinas Peternakan Jawa Tengah, 2001).
Ternak kelinci memang sangat memiliki potensi biologis dan ekonomi
yang tinggi untuk menghasilkan daging dan kulit/bulu bermutu (Raharjo et al.,
2001). Selain sebagai penghasil daging yang dikonsumsi oleh manusia, kelinci
juga merupakan hewan peliharaan (pet animal) yang memiliki nilai ekonomi
tinggi karena banyak diminati konsumen (hobbies). Para pelaku industri
peternakan kelinci juga dapat menjual bakalan, bibit indukan, pakan, produk kulit,
wol dan limbah hasil ikutannya dalam bentuk pupuk.
Kendala dalam berkembangnya usaha peternakan di Indonesia yaitu
rendahnya pengetahuan dalam hal teknologi, pengembangan maupun dalam sudut
pandang ekonomi seperti permintaan produk, fluktuatifnya harga dan juga tingkat
ketidaksrabilan penawaran. Keadaan yang demikian, bertambah parah dengan
adanya kenyataan mengenai industri peternakan yang selalu diisukan sebagai
penular beberapa penyakit zoonosis (menular pada manusia) tertentu. Jumlah
populasi kelinci berdasarkan data stastistika peternakan, 2018 terdapat pada
Gambar 58.
Gambar 6. Populasi kelinci di Indonesia
Sumber: Statistika Peternakan dan Kesehatan Hewan (2018)
2014 2015 2016
2017
2018
1104 1103
1202
1244 1251
populasi kelinci
jumlah
12. 12
Isu kasus yang sampai saat ini masih teringat yaitu adanya isu penularan
penyakit anthrax, sapi gila dari Eropa, dan kasus flu burung yang masih terdengar
hingga saat ini dan telah menyebabkan beberapa orang meninggal dunia. Kasus
terakhir yang masih terdengar yaitu kasus flu babi dari Mexico. Beberapa kasus
tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan dari usaha di
bidang peternakan utamanya industri kelinci. Dampak pertama dari kasus-kasus
tersebut adalah adanya pola konsumsi masyarakat yang mengalami perubahan
sehingga akan berdampak pula pada berkurangnya permintaan dan fluktuasi harga
produk sehingga akan berdampak pula pada penurunan pendapatan dari usaha di
bidang peternakan.
Usaha pengembangan industri juga didukung oleh usaha manusia dalam
mencari ternak alternatif yang dapat dijadikan sebagai salah satu makanan sumber
protein hewani bagi manusia. Konsumsi daging kelinci mulai menunjukkan
adanya perkembangan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah warung yang
menyediakan olahan daging kelinci pada berbagai kota yang dapat disajikan
dalam berbagai produk olahan yang variatif seperti sate kelinci, rica-rica kelinci,
gule kelinci maupun produk kuliner asal kelinci yang lain. Produk daging kelinci
juga digadang-gadang sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan
kelangkaan pangan dunia (Cheeke, 1980) dengan keuggulan sebagai berikut:
1. Memiliki laju reproduksi yang tinggi,
2. Dewasa tubuhnya dini,
3. Memiliki laju pertumbuhan yang cepat,
4. Nilai potensi seleksi genetisnya tinggi,
5. Penggunaan pakan dengan efisiensi tinggi,
6. Pemanfaatan lahan lebih efisien bagi peternakannya,
7. Tingkat persaingan bahan pakannya dengan manusia rendah,
8. Memiliki nilai gizi pada dagingnya tinggi,
9. Modal investasi per ekor kelinci yang rendah dibandingkan dengan ternak
lain.seperti ayam, sapi, atau lainnya.
Awalnya, produksi kelinci di Indonesia dimulai di pulau Jawa, di mana
penduduknya sebagian besar tinggal di desa dan tersedia banyak hijauan pakan.
13. 13
Sebuah program, ditargetkan untuk konsumsi sendiri daging untuk keluarga
miskin di desa, dimulai dari Lembang (Jawa Barat) dan disebarkan ke provinsi
lain. Tiga pusat pembiakan kelinci dibangun di Jawa Barat, Tengah dan Timur.
Satu paket stok pengembangbiakan yang disediakan oleh pemerintah yaitu
sebanyak 1 jantan dan 3 betina dibagikan dalam program ini sementara petani
menyediakan kandang dan pakan. Pasar untuk kelinci pedaginging hampir tidak
tersedia, kecuali di beberapa daerah wisata.
Daerah yang dikenal sebagai area produksi utama kelinci yaitu
Pengalengan dan Lembang (Jawa Barat), Brebes, Bandungan dan Tawangmangu
(Jawa Tengah), dan Sarangan dan Batu-Malang (Jawa Timur). Semua daerah ini
terletak di daerah ketinggian menengah dan atas secara tradisional merupakan
pusat produksi sayuran, di mana pupuk organik diperlukan. Daerah lain, seperti
Bogor, Sukabumi dan Cianjur (Jawa Barat), Kopeng, Kaliurang dan Kulonprogo
(Jawa Tengah) dan Yogyakarta memang memiliki produksi kelinci tetapi dalam
jumlah yang sangat kecil.
Hampir tidak diketahui apakah produksi kelinci ada di pulau-pulau lain di
Indonesia. Pada tahun 1988 Sastrodihardjo et al. (1988) melaporkan bahwa minat
dalam memelihara kelinci menurun secara signifikan. Hal ini disebabkan tidak
ada insentif ekonomi yang diperoleh petani, seperti:
1. Pasar atau permintaan untuk daging kelinci atau stok berkembang biak
hampir tidak tersedia,
2. Petani selalu mencoba untuk menjual kelinci sebagai stok
pengembangbiakan dengan harga tinggi,
3. efek psikologis negatif untuk mengkonsumsi kelinci daging (mirip dengan
“indrom kelinci”),
4. Sedikit, jika ada, promosi pada potensi daging kelinci atau kelinci
produksi,
5. Pada tingkat yang lebih rendah, beberapa orang menganggap daging itu
tidak 'halal', dan
6. Kesan daging kelinci adalah untuk konsumsi orang miskin.
14. 14
Saat ini produksi kelinci berbeda dengan situasi sebelumnya. Ketertarikan
dalam memelihara kelinci tumbuh sangat pesat, jumlah daerah berkembang
kelinci pertanian tinggi, skala operasi, meskipun sebagian besar masih mikro dan
kecil, meningkat menjadi ukuran kecil dan menengah, dimana peternak bersedia
menghabiskan uang mereka untuk input eksternal dan yang paling penting pasar
daging dan hewan peliharaan terbuka luas dan pasokan selalu pendek. Beberapa
daerah industri kelinci terdapat pada Tabel 20.
Tabel 2. Daerah lokasi produksi kelinci di Indonesia
Gambar 7. Area perkembangan kelinci di Indonesia
Kendala peternak kelinci tradisional adalah biasanya kekurangan modal,
terbatasnya pengetahuan keterampilan teknis, kurangnya kemampuan untuk
memasarkan produk, memiliki daya tawar yang rendah, dan kurangnya kerja sama
di antara para peternak. Koperasi yang dibangun di dalam diri mereka bisa secara
teoritis mendukung sistem manajemen. Dalam banyak kasus, tidak berfungsi
sebagaimana mestinya yang diharapkan. Terutama karena kurangnya
keterampilan manajerial dari manajemen koperasi (biasanya ditunjuk dari
15. 15
kelompok peternak) serta kurang kesadaran peternak tentang pentingnya berada
dalam kelompok. Produksi kelinci saat ini di Indonesia seperti yang ditunjukkan
di atas, menunjukkan tujuan yang kuat untuk komersial meskipun jenis
peternaknya sebagian besar kecil. Oleh karena itu operasi jenis koperasi sangat
disarankan. Konsep strategi untuk pengembangan produksi kelinci untuk tujuan
ini harus melibatkan:
(i) Koperasi/kelompok,
(ii) Ketersediaan pusat pembibitan,
(iii) Pelatihan petani,
(iv) Memperkuat program dan manajemen organisasi,
(v) Menciptakan pasar dan promosi kelinci,
(vi) Konsumsi daging kelinci-sendiri, dan
(vii) Dukungan dari pemerintah.
Pemuliaan desa dibangun untuk meningkatkan stok pemuliaan dan
bertindak sebagai inti untuk memasok kelinci kepada peternak. Ini harus menjadi
kegiatan berbasis komersial. Keuangan bisa dari anggota atau dari yang lain
sumber, termasuk pemerintah, bank, dan lain-lain. Keuntungan yang diperoleh
harus dikembalikan sebagian ke anggota peternak. Penguatan program dan
pengelolaan koperasi biasanya dilakukan melalui pertemuan berkala. Tujuan,
perencanaan, operasi, kontrol, dan keuangan program ini harus ditetapkan oleh
kelompok. Pasar adalah aspek yang sangat kritis. Untuk saat ini, pasar terbuka
lebar. Namun harganya mahal, hewan peliharaan dan daging akan segera
dikompetisikan oleh komoditas lain. Pasar hewan peliharaan sangat fluktuatif dan
dapat menjadi bahaya jika pasar ini menurun secara tiba-tiba, terutama karena
pasar hewan peliharaan saat ini jauh lebih tinggi daripada daging. Pasar untuk
daging lebih stabil. Kelompok peternak di daerah didesak untuk:
(i) Memiliki setidaknya satu restoran daging kelinci di daerah mereka.
Pasokan kelinci berasal dari anggota. Pada tahun 2005, hanya ada tiga
restoran daging kelinci, sekarang ada 13 restoran yang dipantau oleh
kelompok di Magelang. Kelompok ini juga anggota IB-WRSA;
16. 16
(ii) Menciptakan pasar untuk hidup hewan di daerah tertentu pada waktu
tertentu. Pada tahun 2005, pasar kelinci terjadi di satu area setiap lima
hari. Sekarang setiap hari ada pasar untuk kelinci hidup di daerah yang
berbeda;
(iii) Memproduksi dan menjual olahan daging, mis. frankfurters, bakso,
burger, dan lain-lain. Produk ini dijual dengan sangat baik terutama
selama pameran atau perayaan. Namun, pengolahan daging kelinci saat
ini jarang, karena kekurangan stok daging;
(iv) Memiliki tenda pemasaran seluler. Tenda ini harus hadir dalam setiap
pameran atau perayaan dan menjual daging, daging olahan atau daging
yang dimasak. Daging dibeli dari atau dipasok oleh anggota, organisasi
harus mengatur dan/atau memutar penanggung jawab dalam kegiatan ini.
Apa saja keuntungan yang diperoleh sebagian harusnya pergi ke
Koperasi; dan
(v) Melaksanakan kontes berkala dan pameran makanan berbahan daging
kelinci.
Produksi kelinci di Indonesia tumbuh dan berkembang dengan cepat,
tidak hanya di Jawa tetapi juga di pulau-pulau lain. Orientasinya telah bergeser
dari konsumsi daging untuk diri sendiri maupun untuk komersial. Kegiatan ini
dianggap menguntungkan. Namun perhatian harus diberikan pada pasar yang
sedang booming saat ini.
Produk Utama Industri Peternakan Kelinci
Tujuan utama pemeliharaan kelinci pedaging yaitu diambil dagingnya.
Selain itu juga sebagai kelinci fancy atau hias, dan penghasil bulu atau wool
(Masanto dan Agus, 2010). Kelinci hias dipelihara sebagai hewan kesayangan (pet
animal) dengan ciri-ciri yaitu memiliki ukuran dan bentuk tubuh mungil, kecil,
berbulu lembut, indah, tebal, dan lucu. Pemeliharaan kelinci memiliki tujuan
selanjutnya yaitu penghasil. Kelinci ini memiliki kriteria yaitu bulu-bulunya
eksotis dan indah, wool/bulu dan kulitnya bernilai jual tinggi sehingga berpotensi
untuk diekspor dengan kualitas fisik kulit yang tinggi serta menarik. Kulit dan
17. 17
bulu kelinci ini umumnya digunakan sebagai bahan baku kerajinan seperti
pembuatan interior mobil, tas dan jaket seta boneka. Sedangkan kelinci pedaging
memiliki kriteria utama yaitu persentase karkasnya 50 - 60%, memiliki bobot
badan mencapai 2 kg pada umur 8 minggu serta laju pertumbuhannya tinggi yaitu
sekitar 40 g/ekor/hari.
Gambar 8. Skema produksi dan hasil ikutan kelinci
Karakteristik daging kelinci yaitu hampir sama dengan daging ayam, serta
mengandung kolesterol dan lemak yang lebih rendah dan baik akan tetapi
proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan daging ayam, kambing, babi dan
sapi. Kadar lemak pada kelinci hanya sebesar 8%, sedangkan daging sapi 24%,
daging ayam 12%, daging domba 14% dan daging babi 21%. Kandungan
kolesterol daging kelinci sekitar 164 mg/100 gram daging, sedangkan daging
ayam, sapi, domba dan babi berkisar 220 - 250 mg/100 gram. Kadar protein
kelinci mencapai 21%, sementara ternak lain hanya 17 - 20% (Imam, 2006).
Produksi daging kelinci di indonesia menurut statistika peternakan tahun 2018
terdapat pada Gambar 61.
18. 18
Gambar 9. Produksi daging kelinci
Sumber: Ditjenpkh (2018)
Kandungan nilai gizi daging kelinci yang baik membuat kelinci mudah
diterima di pasar secara luas. Daging kelinci dengan prosessing lebih lanjut dapat
di diversifikasi menjadi produk olahan seperti sosis, nugget,dan bakso yang akan
membuat nilai jualnya meningkat. Sama dengan ternak yang lain, ternak kelinci
juga bersifat multi fungsi yaitu selain sebagai penghasil daging, juga sebagai
ternak kesenangan (hobi), penghasil kulit/woll, kotoran dan air kencing dapat
diolah menjadi pupuk organik, serta beberapa penelitian menunjukkan bahwa
enzim pepsin yang dihasilkan dari (caecum) kelinci memiliki aktifitas yang setara
dengan kemampuan enzim renin yang berasal dari lambung pedet. Enzim tersebut
dapat dijadikan sebagai starter yang mampu menggumpalkan protein (casein) susu
dalam proses mengolah curd keju (Valentino et al., 2005).
Daging kelinci memiliki karakteristik yang lebih baik dibandingkan
daging domba, sapi, ayam, atau kambing. Struktur dagingnya halus dengan warna
dan bentuk fisik yang hampir sama dengan daging ayam. Sebagai sumber nutrien
manusia, daging kelinci memiliki kandungan protein lebih tinggi yaitu 21%
dibandingkan dengan daging ayam 19,5%, daging babi 17%, daging
kambing/domba 18% dan daging sapi 20% (Lebas, 1986). Asam lemak esensial
1 2 3 4 5
2014 2015 2016 2017 2018
500 800 500 500 400
Produksi daging kelinci
tahun jumlah (kg)
19. 19
yang terdapat dalam daging kelinci yang diperlukan untuk kesehatan tubuh
manusia juga lebih tinggi. Asam lemak yang tertinggi yang terdapat dalam daging
kelincci yaitu linoleic, palmitic, dan oleic.
Diversifikasi Produk Industri Peternakan Kelinci
Diversifikasi produk industri peternakan kelinci merupakan
penganekaragaman bentuk produk dari industri kelinci yang akan diperjualbelikan
di pasaran dalam usaha meningkatkan hasil produksi dan meningkatkan
kesejahteraan peternak. Tabel 21 di bawah ini mendiskripsikan produk-produk
yang dihasilkan dalam industri peternakan kelinci dan peluang pasarnya.
Tabel 3. Produk-produk kelinci dan peluang pasarnya
Produk Persiapan Peluang pasar
Daging Hewan harus diproses (disembelih,
dibersihkan, dan dikemas).
Meskipun pemrosesan di rumah
dimungkinkan, daging dari hewan
yang akan dikonsumsi oleh
manusia, hewan harus disembelih
dalam rumah jagal yang berlisensi.
Restoran, toko daging,
pasar tradisional,
penjualan pribadi, pet
food.
Kulit bulu
(pelts)
Kulit bulu harus dipotong,
dibersihkan dan disamak.
Pabrik garmen, pabrik
mainan, dan kerajinan.
Wool Wool dapat diambil dengan
dicukur, disisir dan diambil dengan
tangan. Wol yang diambil dengan
tangan memiliki panjang yang
lebih konsisten dan ujung yang
rapi.
Pemintal, penenun dan
perajut.
Kelinci hidup
(hewan
kesayangan,
bibit ternak,
bakalan, kelinci
show)
Kelinci hidup dijual setelah
disapih. Pembelian ternak hidup
memiliki tujuan sebagai hewan
pertunjukan, penelitian dan
pemuliaan. Kelinci yang dijual
sebagai ternak yang akan
dilakukan pemuliaan harus
berumur 6 bulan karena akan lebih
mudah menilai konformasi dan
mempersiapkan silsilahnya.
Toko hewan kesayangan,
peternak pembibitan.
Kotoran ternak Kotoran dapat digunakan secara
langsung dengan pengolahan
maupun tanpa pengolaha. Kotoran
Petani, tukang kebun.
20. 20
Produk Persiapan Peluang pasar
kelinci tidak akan membakar
tanaman.
Media budidaya
cacing tanah
Cacing tanah dapat dibudidayakan
secara langsung dibawah kandang
kelinci. Cacing yang siap panen
kemudian dikumpulkan dalam
wadah kemudian dapat dijual.
Tukang kebun, nelayan,
kebun binatang, tempat
penetasan ikan, produsen
unggas dan peneliti
biologi.
Sumber: Ontario (2009)
Daging kelinci sama seperti produk daging yang lain seperti ayam maupun
sapi dapat diolah menjadi berbagai jenis produk olahan dan dapat dijual di
supermarket. Jenis olahan dari daging kelinci dapat berupa sosis, bakso, nugget,
abon, dan dendeng.
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Kelinci dalam usaha peternakan merupakan salah satu komoditas
penghasil protein hewani yang potensial dikembangkan sebagai alternatif lain dari
daging ayam maupun sapi. Peternakan kelinci di Indonesia terbagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok kelinci pedaging dan kelompok kelinci hias. Contoh
kelinci komersial, yaitu californian, new zealand, florida white, dan satin. Contoh
kelinci kesayangan (fancy) yaitu dutch, english spot, belgian hare, rex dan
netherland dawrft. Contoh kelinci kesayagan lop, yaitu holland lop, mini lop,
french lop, english lop dan american fuzzy lop. Contoh kelinci jenis wool, yaitu
jersey wooly, anggora, english anggora, french anggora, giant anggora, dan satin
anggora. Industri kelinci sangat dapat dikembangkan karena ternak kelinci
memiliki laju reproduksi yang tinggi, dewasa tubuhnya dini, memiliki laju
pertumbuhan yang cepat, nilai potensi seleksi genetisnya tinggi, penggunaan
pakan dengan efisiensi tinggi, pemanfaatan lahan lebih efisien bagi
peternakannya, tingkat persaingan bahan pakannya dengan manusia rendah,
21. 21
memiliki nilai gizi pada dagingnya tinggi, dan modal investasi per ekor kelinci
yang rendah dibandingkan dengan ternak lain seperti ayam, sapi, atau lainnya.
Konsep strategi untuk pengembangan produksi kelinci untuk tujuan ini harus
melibatkan koperasi/kelompok, ketersediaan pusat pembibitan, pelatihan petani,
memperkuat program dan manajemen organisasi, menciptakan pasar dan promosi
kelinci, konsumsi daging kelinci-sendiri, dan dukungan dari pemerintah. Kendala
dalam perkembangan usaha peternakan di Indonesia banyak dialami baik dalam
hal teknologi, pengembangan maupun dalam sudut pandang ekonomi seperti
permintaan produk, harga yang fluktuatif maupun tingkat penawaran yang tidak
stabil. Produk utama industri peternakan kelinci yaitu daging. Daging kelinci
memiliki nilai gizi yang lebih baik yaitu kandungan protein 20,8% dan kolesterol
yang rendah dengan kandungan lemak 7,4%. Kandungan nilai gizi daging kelinci
yang baik membuat kelinci mudah diterima di pasar secara luas. Daging kelinci
dengan processing lebih lanjut dapat di diversifikasi menjadi produk seperti
nugget, sosis dan bakso yang akan meningkatkan nilai jualnya. Sama dengan
ternak yang lain, ternak kelinci juga memiliki multi fungsi yaitu selain sebagai
penghasil daging, juga sebagai ternak kesenangan (hobi), penghasil kulit/woll,
kotoran dan kencingnya sebagai pupuk organik, serta beberapa penelitian
menunjukkan bahwa enzim pepsin yang dihasilkan dari (caecum) kelinci memiliki
aktifitas yang setara dengan kemampuan enzim renin yang berasal dari lambung
pede. Enzim tersebut dapat digunakan sebagai starter penggumpal protein casein
susu pada pembuatan curd keju.
Daftar Pustaka
Bahar S, Bakrie B,Sente U. 2018. Profil peternakan kelinci di wilayah perkotaan
DKI Jakarta serta potensi dan peluang pengembangannya. Jurnal Ilmiah
Respati Pertanian Vol. 2, No. 9 (613 – 617).
Budiraharjo K., Handayani M, dan Setiyawan H. 2009. Potensi ekonomi usaha
ternak kelinci dalam menopang sumber penerimaan keluarga di kabupaten
Semarang. Laporan Hibah Penelitian. Univesitas Diponegoro.
Cheeke P.R. 1983. Rabbit production in Indonesia. J. Appl. Rabbit Res., 6(3), 80-
86.
22. 22
Ditjenpkh. 2018. Statistik peternakan dan kesehatan hewan 2018. Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta
Fafarit, L. 2006. Karakteristik sifat kualitatif dan kuantitatif kelinci Flemish Giant,
English Spot, dan Rex di kabpaten magelang. Skripsi. Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
https://domesticanimalbreeds.com/satin-rabbit-everything-you-need-to-know/
https://duniakelinci.com/kelinci-flemish-giant/
https://pethelpful.com/rabbits/Bunny-Breed-Guide-New-Zealand-White-Rabbit
https://rabbitbreeders.us/adoptarabbit/breeds/satin/
https://rabbitbreeders.us/mini-rex-rabbits/
https://small-pets.lovetoknow.com/rabbits/flemish-giant-rabbit
https://www.hobbyfarms.com/raising-rabbits-for-fiber/
https://www.petplan.co.uk/pet-information/rabbit/breed/new-zealand-white/
https://www.pets4homes.co.uk/breeds/rabbits/angora/
Lebas, F, Coudert P, Rochambeau H., and Thebault RG. 1997. The rabbit
husbandary, health and production. FAO Animal Production and health
series, Rome.
Lestari, D., 2019. The institutional supply chain of rabbit commodities in batu city
of east java. RJOAS 7 (91)
Ode FS. 2012. Analisis tataniaga kelinci pada kampoeng kelinci desa Gunung
Mulya kecamatan Tenjolaya kabupaten Bogor. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor
Ontario. 2009. 4-H Rabbit manual. www.4-hontario.ca
Raharjo Y.C. 2008. Strategy on the development of small- and mediumscale
Rabbit farming based on farmers cooperation. A Case of rabbit production
in indonesia. World Rabbit Congress, Italy 1609-1614
Raharjo, Y. C. 2010. Prospek, Peluang, dan Tantangan Agribisnis Ternak Kelinci.
Prosiding. Disajikan pada Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang
Pengembangan Usaha Kelinci. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
RaharjoYC, Gultom D,Iskandar S, Prasetyo LH. 2001. Peningkatan produktivitas,
mutu produk dan nilai ekonomi kelinci eksotis melalui pemuliaan dan
nutrisi. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Ternak bekerjasama
dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Proyek. Bogor
(ID): Pembinaan Kelembagaan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian/ARMP-II.
Rahmana A. 2013. Strategi pengembangan usaha peternakan kelinci Asep’s
Rabbit Project di Lembang Bandung. Skripsi, Instirut Pertanian Bogor.
23. 23
Sirajuddin SN, Nurlaelah S, dan Abriati R. 2012. Strategi Pengembangan Ternak
Kelinci di Kabupaten Soppeng. JITP vol 2 no 1 (60 – 73)
USDA. 2003. Food Safety of Rabbit. Washington. D.C. 20250-3700. http
://www.fsis.Usda.Gov. 18 Oktober 2019.
Wiradarya TR, Duldjaman M, Rahayu S, Yamin M, Baihaqi M, Mauludin D dan
Asep. 2008. Strategi pembibitan pada peternakan kelinci skala menengah.
Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha kelinci (87
– 92).