SlideShare a Scribd company logo
1
KEGIATAN BELAJAR 4
Industri Peternakan Kelinci
2
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Kegiatan Belajar (KB) 4 dalam Modul 6 Industri Peternakan akan
membahas mengenai Industri Pakan Ternak. Ruang lingkup dari KB 4 ini yaitu
gambaran peternakan kelinci di Indonesia dan faktor-faktor yang mendorong
perkembangan ke arah industri kelinci. Bab ini juga membahas produk-produk
utama industri kelinci, dan produk-produk turunan industri kelinci yang memiliki
nilai tambah.
2. Relevansi
Dengan mengetahui konsep, prosedur dan prinsip prinsip dalam industri
peternakan kelinci, mulai dari gambaran peternakan kelici di Indonesia dengan
faktor-faktornya yang mendukung berkembangnya industri peternakan kelinci.
Dari produk utama hingga produk ikutan serta limbahnya dijelaskan secara detail
sampai arah diversifikasi dari produk sehingga peserta didik dapat menganalisis
dan menentukan standar industri peternakan kelinci yang baik dan perkembangan
bisnisnya.
3. Panduan Belajar
Modul ini dilengkapi dengan tugas terstrukutur, link-link yang dapat
dikunjungi dan gambar serta infografis yang menambah pengetahuan peserta
didik.
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, diharapkan peserta didik mampu menguasai
materi ajar bidang agribisnis ternak ruminansia, agribisnis ternak unggas, dan
industri peternakan secara mendalam termasuk advance materials secara
bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi),
3
dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu peserta
didik juga diharapkan mampu menganalisis prinsip industri peternakan dan
aplikasinya dalam pembelajaran bidang studi agribisnis ternak.
2. Sub Capaian Pembelajaran
1. Mampu menganalisis Industri peternakan kelinci.
2. Mampu menganalisis faktor-faktor pendorong pengembangan industri
peternakan kelinci.
3. Mampu menganalisis bentuk produk utama industri kelinci.
4. Mampu menganalisis diversifikasi produk turuan industri kelinci.
3. Uraian Materi
Kelinci merupakan hewan mamalia yang berasal dari Eropa yang mulai
populer dikembangbiakkan pada tahun 1800-an. Terdapat sekitar 50 ras kelinci di
Amerika Utara yang diakui oleh American Rabbit Breeders Association (ARBA)
beberapa ras kelinci yang biasa dikembangbiakkan dikategorikan menjadi tiga
kategori yaitu kelinci komersial, kelinci wol, dan kelinci hias.
Kelinci dalam usaha peternakan merupakan salah satu komoditas yang
menghasilkan protein hewani dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai
alternatif lain dari daging ayam maupun sapi. Konsumsi daging kelinci mulai
digalakkan pada tahun 1982. Sebagai alternatif penghasil daging, kelinci memiliki
daya tumbuh yang cepat serta mampu berkembangbiak dengan sangat baik yaitu 6
- 7 kali beranak dalam setahun dan tergolong sebagai hewan prolifik dengan
jumlah anak 4 - 12 ekor per kelahiran dengan reproduksinya yang cepat dimana
waktu bunting ternak kelinci yaitu 35 - 40 hari.
Daging kelinci memiliki nilai gizi yang lebih baik yaitu kandungan protein
20,8% dan kolesterol yang rendah dengan kandungan lemak 7,4% (Fafarita,
2006). Beternak kelinci merupakan salah satu usaha yang juga cukup
manjanjikan. Ternak kelinci memiliki sifat yang mudah beradaptasi, jinak serta
mudah berkembangbiak. Kelinci terbagi atas dua kelompok yaitu kelinci budidaya
(diambil dagingnya) dan kelinci fancy/hias.
4
Industri Peternakan Kelinci
Ternak kelinci dapat dijadikan pilihan untuk diternakkan secara luas, hal
ini disebabkan daging kelinci memiliki harga yang jauh lebih murah daripada
daging ternak lain seperti kambing, domba maupun sapi. Tidak ada persaingan
pakan antara ternak kelinci dengan industri ternak lain maupun dengan manusia.
Kelinci memiliki efisiensi dalam konsumsi pakan hijauan yang tinggi. Ternak
kelinci juga mampu mengkonsumsi berbagai jenis pakan, sehingga kelinci dapat
dipelihara dengan mudah pada berbagai lokasi dengan memanfaatkan potensi
sumber daya pakan lokal yang ada.
Di Indonesia, peternakan kelinci terbagi atas dua kelompok yaitu
kelompok kelinci pedaging dan kelompok kelinci hias. Namun industri kelinci
pedaging lebih berkembang daripada kelinci hias maupun hasil ikutannya. Jenis
kelinci yang biasa dibudidayakan sebagai kelinci pedaging yaitu flemish giant
(Gambar 53) dan new zealand white (Gambar 54). Sedangkan untuk jenis kelinci
yang diambil kulitnya yaitu rex (Gambar 55) dan satin (Gambar 56) serta yang
diambil bulu atau wollnya yaitu anggora (Gambar 57).
Gambar 1. Kelinci flemish giant
Sumber: https://small-pets.lovetoknow.com/rabbits/flemish-giant-rabbit
5
Gambar 2. Kelinci new zealand white
Sumber: https://pethelpful.com/rabbits/Bunny-Breed-Guide-New-Zealand-White-
Rabbit
Gambar 3. Kelinci rex
Sumber: https://rabbitbreeders.us/mini-rex-rabbits/
Gambar 4. Kelinci satin
Sumber: https://domesticanimalbreeds.com/satin-rabbit-everything-you-need-to-
know/
6
Gambar 5. Kelinci anggora
Sumber: https://www.pets4homes.co.uk/breeds/rabbits/angora/
Tabel 1. Jenis-jenis kelinci pembibitan komersial
Jenis dan ciri-ciri Gambar
Jenis Kelinci Komersial
Californian
Bobot dewasa 3,6 - 4,8 kg
Kelinci ini memiliki warna mata pink dan
punya point hitam, coklat, biru atau lilac pada
bagian telinga, kaki dan ekor.
New zealand
Bobot dewasa 4,1 - 54 kg
Kelinci ini memiliki badan lebar, dalam dan
bulu yang lembut. Dapat digunakan sebagai
kelinci pedaging, kulit, kesayangan maupun
kepentingan laboratorium.
Florida white
Bobot dewasa 1,8 - 2,7 kg
Memiliki tubuh yang kecil dengan bulu
berwarna putih polos dan warna mata
merah/pink.
7
Satin
Bobot dewasa 3,9 - 5 kg
Bulunya bagus dan memiliki rasio karkas
dengan tulang yang paling baik.
Jenis kelinci kesayangan (fancy)
Dutch
Bobot dewasa 1,6 - 2,5 kg
Memiliki bagian/strip putih pada tubuhnya.
warna yang biasa ada yaitu hitam, biru,
coklat, abu-abu, steel dan tortoise.
English spot
Bobot dewasa 2,3 - 3,6 kg
Memiliki warna spot hitam pada hidung,
telinga melingkari mata dan beberapa bagian
pada tubuhnya.
Belgian Hare
Bobot dewasa 2,7 - 4,3 kg
Memiliki badan yang melengkung, telinga
lebar, tempramen dan energic dengan warna
bulu yang merah, tan atau chesnut dengan
warna cenderung hitam pada telinganya.
Rex
Bobot dewasa 3,4 - 4,8 kg
Bulu kelinci rex sangat unik, tebal, padat dan
pendek
Netherland dawrft
Bobot dewasa 1,1 kg
Tipe kelinci ini sangat kecil dan pendek
8
Tipe Kesayangan (Lop)
Holland lop
Bobot dewasa 1,8 kg
Mini lop
Bobot dewasa 2,0 - 2,9 kg
Lebih besar dari holland lop
French lop
Bobot dewasa 4,5 - 5 kg
Badan lebar, besar, dalam dan daging yang
banyak
English lop
Bobot dewasa 4,1 - 4,5 kg
American fuzzy lop
Bobot dewasa 1,8 kg
Badannya kecil dan kepalanya lebar
Jenis Wool
Jersey wooly
Bobot dewasa 1,6 kg
Tubuhnya tertutupi oleh wool yang tebal
dengan panjang 5 - 6,7 cm
9
Anggora
English anggora
Bobot dewasa 2,3 - 3,4 kg
French anggora
Bobot dewasa 3,4 - 4,8 kg
Giant anggora
Bobot dewasa 3,9 - 4,1 kg
Pemroduksi wool terbaik
Satin anggora
Bobot dewasa 2,9 - 4,3 kg
Sumber: Ontario (2009)
Peluang usaha beternak kelinci cukup potensial, dapat dibudidayakan
sebagai usaha utama/pokok maupun usaha tambahan/sampingan. Ternak kelinci
juga berpeluang dala penyediaan sumber protein hewani yang berkualitas dan
sehat serta dapat meningkatkan keuntungan dengan margin pendapatan dari 20 -
200% (Raharjo, 2010).
Jenis kelinci dan karakteristiknya dapat dilihat pada link-link berikut:
a. https://small-pets.lovetoknow.com/rabbits/flemish-giant-rabbit
b. https://duniakelinci.com/kelinci-flemish-giant/
c. https://www.petplan.co.uk/pet-information/rabbit/breed/new-zealand-
white/
d. https://pethelpful.com/rabbits/Bunny-Breed-Guide-New-Zealand-
White-Rabbit
10
e. https://rabbitbreeders.us/mini-rex-rabbits/
f. https://domesticanimalbreeds.com/mini-rex-rabbit-everything-you-
need-to-know/
g. https://rabbitbreeders.us/adoptarabbit/breeds/satin/
h. https://domesticanimalbreeds.com/satin-rabbit-everything-you-need-to-
know/
i. https://www.pets4homes.co.uk/breeds/rabbits/angora/
j. https://www.hobbyfarms.com/raising-rabbits-for-fiber/
Dalam budidaya ternak kelinci, pakan menjadi faktor penunjang dalam
pertumbuhannya yaitu 60% hingga 70% dari total biaya produksi pemeliharaan
berasal dari faktor pakan. Apabila pakan yang diberikan memiliki kualitas yang
baik maka produktivitas ternak juga akan baik sehingga pemilihan pakan yang
memiliki kualitas yang baik sangat dibutuhkan. Industri ternak kelinci diharapkan
dapat meningkatkan pendapatan peternak dan meningkatkan asupan gizi
keluarga/masyarakat.
Dalam sistem produksi yang efisien, kelinci dapat mengubah 20% protein
yang mereka makan menjadi daging yang bisa dikonsumsi oleh manusia. Angka
yang sebanding untuk spesies lain yaitu 22 - 23% untuk ayam broiler, 16 - 18%
untuk babi dan 8 - 12% untuk daging sapi. Kelinci juga dapat dengan mudah
mengkonversi nutrien yang tersedia seperti protein dalam tanaman kaya selulosa.
Faktor Pengembangan Industri Peternakan Kelinci
Potensi ekonomi dari industri peternakan kelinci dapat terlihat dari
seberapa mampu menghasilkan keuntungan (profitabilitas) yang dicapai, tingkat
pendapatan yang diperoleh, dan tingkat kelayakan usahanya. Arah pengembangan
peternakan khususnya industri peternakan kelinci ditujukan guna mewujudkan
kondisi peternakan yang lebih maju, lebih tagguh dan efisien dengan ciri oleh
mampu menyesuaikan pola, sistem dan struktur dari produksi dengan permintaan
pasar. Industri peternakan juga harus mempunyai kemampuan terhadap
pembangunan wilayah, kesempatan kerja, pendapatan, memperbaiki taraf hidup,
11
memperbaiki lingkungan hidup serta memiliki peran dalam pertumbuhan ekonomi
(Dinas Peternakan Jawa Tengah, 2001).
Ternak kelinci memang sangat memiliki potensi biologis dan ekonomi
yang tinggi untuk menghasilkan daging dan kulit/bulu bermutu (Raharjo et al.,
2001). Selain sebagai penghasil daging yang dikonsumsi oleh manusia, kelinci
juga merupakan hewan peliharaan (pet animal) yang memiliki nilai ekonomi
tinggi karena banyak diminati konsumen (hobbies). Para pelaku industri
peternakan kelinci juga dapat menjual bakalan, bibit indukan, pakan, produk kulit,
wol dan limbah hasil ikutannya dalam bentuk pupuk.
Kendala dalam berkembangnya usaha peternakan di Indonesia yaitu
rendahnya pengetahuan dalam hal teknologi, pengembangan maupun dalam sudut
pandang ekonomi seperti permintaan produk, fluktuatifnya harga dan juga tingkat
ketidaksrabilan penawaran. Keadaan yang demikian, bertambah parah dengan
adanya kenyataan mengenai industri peternakan yang selalu diisukan sebagai
penular beberapa penyakit zoonosis (menular pada manusia) tertentu. Jumlah
populasi kelinci berdasarkan data stastistika peternakan, 2018 terdapat pada
Gambar 58.
Gambar 6. Populasi kelinci di Indonesia
Sumber: Statistika Peternakan dan Kesehatan Hewan (2018)
2014 2015 2016
2017
2018
1104 1103
1202
1244 1251
populasi kelinci
jumlah
12
Isu kasus yang sampai saat ini masih teringat yaitu adanya isu penularan
penyakit anthrax, sapi gila dari Eropa, dan kasus flu burung yang masih terdengar
hingga saat ini dan telah menyebabkan beberapa orang meninggal dunia. Kasus
terakhir yang masih terdengar yaitu kasus flu babi dari Mexico. Beberapa kasus
tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan dari usaha di
bidang peternakan utamanya industri kelinci. Dampak pertama dari kasus-kasus
tersebut adalah adanya pola konsumsi masyarakat yang mengalami perubahan
sehingga akan berdampak pula pada berkurangnya permintaan dan fluktuasi harga
produk sehingga akan berdampak pula pada penurunan pendapatan dari usaha di
bidang peternakan.
Usaha pengembangan industri juga didukung oleh usaha manusia dalam
mencari ternak alternatif yang dapat dijadikan sebagai salah satu makanan sumber
protein hewani bagi manusia. Konsumsi daging kelinci mulai menunjukkan
adanya perkembangan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah warung yang
menyediakan olahan daging kelinci pada berbagai kota yang dapat disajikan
dalam berbagai produk olahan yang variatif seperti sate kelinci, rica-rica kelinci,
gule kelinci maupun produk kuliner asal kelinci yang lain. Produk daging kelinci
juga digadang-gadang sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan
kelangkaan pangan dunia (Cheeke, 1980) dengan keuggulan sebagai berikut:
1. Memiliki laju reproduksi yang tinggi,
2. Dewasa tubuhnya dini,
3. Memiliki laju pertumbuhan yang cepat,
4. Nilai potensi seleksi genetisnya tinggi,
5. Penggunaan pakan dengan efisiensi tinggi,
6. Pemanfaatan lahan lebih efisien bagi peternakannya,
7. Tingkat persaingan bahan pakannya dengan manusia rendah,
8. Memiliki nilai gizi pada dagingnya tinggi,
9. Modal investasi per ekor kelinci yang rendah dibandingkan dengan ternak
lain.seperti ayam, sapi, atau lainnya.
Awalnya, produksi kelinci di Indonesia dimulai di pulau Jawa, di mana
penduduknya sebagian besar tinggal di desa dan tersedia banyak hijauan pakan.
13
Sebuah program, ditargetkan untuk konsumsi sendiri daging untuk keluarga
miskin di desa, dimulai dari Lembang (Jawa Barat) dan disebarkan ke provinsi
lain. Tiga pusat pembiakan kelinci dibangun di Jawa Barat, Tengah dan Timur.
Satu paket stok pengembangbiakan yang disediakan oleh pemerintah yaitu
sebanyak 1 jantan dan 3 betina dibagikan dalam program ini sementara petani
menyediakan kandang dan pakan. Pasar untuk kelinci pedaginging hampir tidak
tersedia, kecuali di beberapa daerah wisata.
Daerah yang dikenal sebagai area produksi utama kelinci yaitu
Pengalengan dan Lembang (Jawa Barat), Brebes, Bandungan dan Tawangmangu
(Jawa Tengah), dan Sarangan dan Batu-Malang (Jawa Timur). Semua daerah ini
terletak di daerah ketinggian menengah dan atas secara tradisional merupakan
pusat produksi sayuran, di mana pupuk organik diperlukan. Daerah lain, seperti
Bogor, Sukabumi dan Cianjur (Jawa Barat), Kopeng, Kaliurang dan Kulonprogo
(Jawa Tengah) dan Yogyakarta memang memiliki produksi kelinci tetapi dalam
jumlah yang sangat kecil.
Hampir tidak diketahui apakah produksi kelinci ada di pulau-pulau lain di
Indonesia. Pada tahun 1988 Sastrodihardjo et al. (1988) melaporkan bahwa minat
dalam memelihara kelinci menurun secara signifikan. Hal ini disebabkan tidak
ada insentif ekonomi yang diperoleh petani, seperti:
1. Pasar atau permintaan untuk daging kelinci atau stok berkembang biak
hampir tidak tersedia,
2. Petani selalu mencoba untuk menjual kelinci sebagai stok
pengembangbiakan dengan harga tinggi,
3. efek psikologis negatif untuk mengkonsumsi kelinci daging (mirip dengan
“indrom kelinci”),
4. Sedikit, jika ada, promosi pada potensi daging kelinci atau kelinci
produksi,
5. Pada tingkat yang lebih rendah, beberapa orang menganggap daging itu
tidak 'halal', dan
6. Kesan daging kelinci adalah untuk konsumsi orang miskin.
14
Saat ini produksi kelinci berbeda dengan situasi sebelumnya. Ketertarikan
dalam memelihara kelinci tumbuh sangat pesat, jumlah daerah berkembang
kelinci pertanian tinggi, skala operasi, meskipun sebagian besar masih mikro dan
kecil, meningkat menjadi ukuran kecil dan menengah, dimana peternak bersedia
menghabiskan uang mereka untuk input eksternal dan yang paling penting pasar
daging dan hewan peliharaan terbuka luas dan pasokan selalu pendek. Beberapa
daerah industri kelinci terdapat pada Tabel 20.
Tabel 2. Daerah lokasi produksi kelinci di Indonesia
Gambar 7. Area perkembangan kelinci di Indonesia
Kendala peternak kelinci tradisional adalah biasanya kekurangan modal,
terbatasnya pengetahuan keterampilan teknis, kurangnya kemampuan untuk
memasarkan produk, memiliki daya tawar yang rendah, dan kurangnya kerja sama
di antara para peternak. Koperasi yang dibangun di dalam diri mereka bisa secara
teoritis mendukung sistem manajemen. Dalam banyak kasus, tidak berfungsi
sebagaimana mestinya yang diharapkan. Terutama karena kurangnya
keterampilan manajerial dari manajemen koperasi (biasanya ditunjuk dari
15
kelompok peternak) serta kurang kesadaran peternak tentang pentingnya berada
dalam kelompok. Produksi kelinci saat ini di Indonesia seperti yang ditunjukkan
di atas, menunjukkan tujuan yang kuat untuk komersial meskipun jenis
peternaknya sebagian besar kecil. Oleh karena itu operasi jenis koperasi sangat
disarankan. Konsep strategi untuk pengembangan produksi kelinci untuk tujuan
ini harus melibatkan:
(i) Koperasi/kelompok,
(ii) Ketersediaan pusat pembibitan,
(iii) Pelatihan petani,
(iv) Memperkuat program dan manajemen organisasi,
(v) Menciptakan pasar dan promosi kelinci,
(vi) Konsumsi daging kelinci-sendiri, dan
(vii) Dukungan dari pemerintah.
Pemuliaan desa dibangun untuk meningkatkan stok pemuliaan dan
bertindak sebagai inti untuk memasok kelinci kepada peternak. Ini harus menjadi
kegiatan berbasis komersial. Keuangan bisa dari anggota atau dari yang lain
sumber, termasuk pemerintah, bank, dan lain-lain. Keuntungan yang diperoleh
harus dikembalikan sebagian ke anggota peternak. Penguatan program dan
pengelolaan koperasi biasanya dilakukan melalui pertemuan berkala. Tujuan,
perencanaan, operasi, kontrol, dan keuangan program ini harus ditetapkan oleh
kelompok. Pasar adalah aspek yang sangat kritis. Untuk saat ini, pasar terbuka
lebar. Namun harganya mahal, hewan peliharaan dan daging akan segera
dikompetisikan oleh komoditas lain. Pasar hewan peliharaan sangat fluktuatif dan
dapat menjadi bahaya jika pasar ini menurun secara tiba-tiba, terutama karena
pasar hewan peliharaan saat ini jauh lebih tinggi daripada daging. Pasar untuk
daging lebih stabil. Kelompok peternak di daerah didesak untuk:
(i) Memiliki setidaknya satu restoran daging kelinci di daerah mereka.
Pasokan kelinci berasal dari anggota. Pada tahun 2005, hanya ada tiga
restoran daging kelinci, sekarang ada 13 restoran yang dipantau oleh
kelompok di Magelang. Kelompok ini juga anggota IB-WRSA;
16
(ii) Menciptakan pasar untuk hidup hewan di daerah tertentu pada waktu
tertentu. Pada tahun 2005, pasar kelinci terjadi di satu area setiap lima
hari. Sekarang setiap hari ada pasar untuk kelinci hidup di daerah yang
berbeda;
(iii) Memproduksi dan menjual olahan daging, mis. frankfurters, bakso,
burger, dan lain-lain. Produk ini dijual dengan sangat baik terutama
selama pameran atau perayaan. Namun, pengolahan daging kelinci saat
ini jarang, karena kekurangan stok daging;
(iv) Memiliki tenda pemasaran seluler. Tenda ini harus hadir dalam setiap
pameran atau perayaan dan menjual daging, daging olahan atau daging
yang dimasak. Daging dibeli dari atau dipasok oleh anggota, organisasi
harus mengatur dan/atau memutar penanggung jawab dalam kegiatan ini.
Apa saja keuntungan yang diperoleh sebagian harusnya pergi ke
Koperasi; dan
(v) Melaksanakan kontes berkala dan pameran makanan berbahan daging
kelinci.
Produksi kelinci di Indonesia tumbuh dan berkembang dengan cepat,
tidak hanya di Jawa tetapi juga di pulau-pulau lain. Orientasinya telah bergeser
dari konsumsi daging untuk diri sendiri maupun untuk komersial. Kegiatan ini
dianggap menguntungkan. Namun perhatian harus diberikan pada pasar yang
sedang booming saat ini.
Produk Utama Industri Peternakan Kelinci
Tujuan utama pemeliharaan kelinci pedaging yaitu diambil dagingnya.
Selain itu juga sebagai kelinci fancy atau hias, dan penghasil bulu atau wool
(Masanto dan Agus, 2010). Kelinci hias dipelihara sebagai hewan kesayangan (pet
animal) dengan ciri-ciri yaitu memiliki ukuran dan bentuk tubuh mungil, kecil,
berbulu lembut, indah, tebal, dan lucu. Pemeliharaan kelinci memiliki tujuan
selanjutnya yaitu penghasil. Kelinci ini memiliki kriteria yaitu bulu-bulunya
eksotis dan indah, wool/bulu dan kulitnya bernilai jual tinggi sehingga berpotensi
untuk diekspor dengan kualitas fisik kulit yang tinggi serta menarik. Kulit dan
17
bulu kelinci ini umumnya digunakan sebagai bahan baku kerajinan seperti
pembuatan interior mobil, tas dan jaket seta boneka. Sedangkan kelinci pedaging
memiliki kriteria utama yaitu persentase karkasnya 50 - 60%, memiliki bobot
badan mencapai 2 kg pada umur 8 minggu serta laju pertumbuhannya tinggi yaitu
sekitar 40 g/ekor/hari.
Gambar 8. Skema produksi dan hasil ikutan kelinci
Karakteristik daging kelinci yaitu hampir sama dengan daging ayam, serta
mengandung kolesterol dan lemak yang lebih rendah dan baik akan tetapi
proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan daging ayam, kambing, babi dan
sapi. Kadar lemak pada kelinci hanya sebesar 8%, sedangkan daging sapi 24%,
daging ayam 12%, daging domba 14% dan daging babi 21%. Kandungan
kolesterol daging kelinci sekitar 164 mg/100 gram daging, sedangkan daging
ayam, sapi, domba dan babi berkisar 220 - 250 mg/100 gram. Kadar protein
kelinci mencapai 21%, sementara ternak lain hanya 17 - 20% (Imam, 2006).
Produksi daging kelinci di indonesia menurut statistika peternakan tahun 2018
terdapat pada Gambar 61.
18
Gambar 9. Produksi daging kelinci
Sumber: Ditjenpkh (2018)
Kandungan nilai gizi daging kelinci yang baik membuat kelinci mudah
diterima di pasar secara luas. Daging kelinci dengan prosessing lebih lanjut dapat
di diversifikasi menjadi produk olahan seperti sosis, nugget,dan bakso yang akan
membuat nilai jualnya meningkat. Sama dengan ternak yang lain, ternak kelinci
juga bersifat multi fungsi yaitu selain sebagai penghasil daging, juga sebagai
ternak kesenangan (hobi), penghasil kulit/woll, kotoran dan air kencing dapat
diolah menjadi pupuk organik, serta beberapa penelitian menunjukkan bahwa
enzim pepsin yang dihasilkan dari (caecum) kelinci memiliki aktifitas yang setara
dengan kemampuan enzim renin yang berasal dari lambung pedet. Enzim tersebut
dapat dijadikan sebagai starter yang mampu menggumpalkan protein (casein) susu
dalam proses mengolah curd keju (Valentino et al., 2005).
Daging kelinci memiliki karakteristik yang lebih baik dibandingkan
daging domba, sapi, ayam, atau kambing. Struktur dagingnya halus dengan warna
dan bentuk fisik yang hampir sama dengan daging ayam. Sebagai sumber nutrien
manusia, daging kelinci memiliki kandungan protein lebih tinggi yaitu 21%
dibandingkan dengan daging ayam 19,5%, daging babi 17%, daging
kambing/domba 18% dan daging sapi 20% (Lebas, 1986). Asam lemak esensial
1 2 3 4 5
2014 2015 2016 2017 2018
500 800 500 500 400
Produksi daging kelinci
tahun jumlah (kg)
19
yang terdapat dalam daging kelinci yang diperlukan untuk kesehatan tubuh
manusia juga lebih tinggi. Asam lemak yang tertinggi yang terdapat dalam daging
kelincci yaitu linoleic, palmitic, dan oleic.
Diversifikasi Produk Industri Peternakan Kelinci
Diversifikasi produk industri peternakan kelinci merupakan
penganekaragaman bentuk produk dari industri kelinci yang akan diperjualbelikan
di pasaran dalam usaha meningkatkan hasil produksi dan meningkatkan
kesejahteraan peternak. Tabel 21 di bawah ini mendiskripsikan produk-produk
yang dihasilkan dalam industri peternakan kelinci dan peluang pasarnya.
Tabel 3. Produk-produk kelinci dan peluang pasarnya
Produk Persiapan Peluang pasar
Daging Hewan harus diproses (disembelih,
dibersihkan, dan dikemas).
Meskipun pemrosesan di rumah
dimungkinkan, daging dari hewan
yang akan dikonsumsi oleh
manusia, hewan harus disembelih
dalam rumah jagal yang berlisensi.
Restoran, toko daging,
pasar tradisional,
penjualan pribadi, pet
food.
Kulit bulu
(pelts)
Kulit bulu harus dipotong,
dibersihkan dan disamak.
Pabrik garmen, pabrik
mainan, dan kerajinan.
Wool Wool dapat diambil dengan
dicukur, disisir dan diambil dengan
tangan. Wol yang diambil dengan
tangan memiliki panjang yang
lebih konsisten dan ujung yang
rapi.
Pemintal, penenun dan
perajut.
Kelinci hidup
(hewan
kesayangan,
bibit ternak,
bakalan, kelinci
show)
Kelinci hidup dijual setelah
disapih. Pembelian ternak hidup
memiliki tujuan sebagai hewan
pertunjukan, penelitian dan
pemuliaan. Kelinci yang dijual
sebagai ternak yang akan
dilakukan pemuliaan harus
berumur 6 bulan karena akan lebih
mudah menilai konformasi dan
mempersiapkan silsilahnya.
Toko hewan kesayangan,
peternak pembibitan.
Kotoran ternak Kotoran dapat digunakan secara
langsung dengan pengolahan
maupun tanpa pengolaha. Kotoran
Petani, tukang kebun.
20
Produk Persiapan Peluang pasar
kelinci tidak akan membakar
tanaman.
Media budidaya
cacing tanah
Cacing tanah dapat dibudidayakan
secara langsung dibawah kandang
kelinci. Cacing yang siap panen
kemudian dikumpulkan dalam
wadah kemudian dapat dijual.
Tukang kebun, nelayan,
kebun binatang, tempat
penetasan ikan, produsen
unggas dan peneliti
biologi.
Sumber: Ontario (2009)
Daging kelinci sama seperti produk daging yang lain seperti ayam maupun
sapi dapat diolah menjadi berbagai jenis produk olahan dan dapat dijual di
supermarket. Jenis olahan dari daging kelinci dapat berupa sosis, bakso, nugget,
abon, dan dendeng.
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Kelinci dalam usaha peternakan merupakan salah satu komoditas
penghasil protein hewani yang potensial dikembangkan sebagai alternatif lain dari
daging ayam maupun sapi. Peternakan kelinci di Indonesia terbagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok kelinci pedaging dan kelompok kelinci hias. Contoh
kelinci komersial, yaitu californian, new zealand, florida white, dan satin. Contoh
kelinci kesayangan (fancy) yaitu dutch, english spot, belgian hare, rex dan
netherland dawrft. Contoh kelinci kesayagan lop, yaitu holland lop, mini lop,
french lop, english lop dan american fuzzy lop. Contoh kelinci jenis wool, yaitu
jersey wooly, anggora, english anggora, french anggora, giant anggora, dan satin
anggora. Industri kelinci sangat dapat dikembangkan karena ternak kelinci
memiliki laju reproduksi yang tinggi, dewasa tubuhnya dini, memiliki laju
pertumbuhan yang cepat, nilai potensi seleksi genetisnya tinggi, penggunaan
pakan dengan efisiensi tinggi, pemanfaatan lahan lebih efisien bagi
peternakannya, tingkat persaingan bahan pakannya dengan manusia rendah,
21
memiliki nilai gizi pada dagingnya tinggi, dan modal investasi per ekor kelinci
yang rendah dibandingkan dengan ternak lain seperti ayam, sapi, atau lainnya.
Konsep strategi untuk pengembangan produksi kelinci untuk tujuan ini harus
melibatkan koperasi/kelompok, ketersediaan pusat pembibitan, pelatihan petani,
memperkuat program dan manajemen organisasi, menciptakan pasar dan promosi
kelinci, konsumsi daging kelinci-sendiri, dan dukungan dari pemerintah. Kendala
dalam perkembangan usaha peternakan di Indonesia banyak dialami baik dalam
hal teknologi, pengembangan maupun dalam sudut pandang ekonomi seperti
permintaan produk, harga yang fluktuatif maupun tingkat penawaran yang tidak
stabil. Produk utama industri peternakan kelinci yaitu daging. Daging kelinci
memiliki nilai gizi yang lebih baik yaitu kandungan protein 20,8% dan kolesterol
yang rendah dengan kandungan lemak 7,4%. Kandungan nilai gizi daging kelinci
yang baik membuat kelinci mudah diterima di pasar secara luas. Daging kelinci
dengan processing lebih lanjut dapat di diversifikasi menjadi produk seperti
nugget, sosis dan bakso yang akan meningkatkan nilai jualnya. Sama dengan
ternak yang lain, ternak kelinci juga memiliki multi fungsi yaitu selain sebagai
penghasil daging, juga sebagai ternak kesenangan (hobi), penghasil kulit/woll,
kotoran dan kencingnya sebagai pupuk organik, serta beberapa penelitian
menunjukkan bahwa enzim pepsin yang dihasilkan dari (caecum) kelinci memiliki
aktifitas yang setara dengan kemampuan enzim renin yang berasal dari lambung
pede. Enzim tersebut dapat digunakan sebagai starter penggumpal protein casein
susu pada pembuatan curd keju.
Daftar Pustaka
Bahar S, Bakrie B,Sente U. 2018. Profil peternakan kelinci di wilayah perkotaan
DKI Jakarta serta potensi dan peluang pengembangannya. Jurnal Ilmiah
Respati Pertanian Vol. 2, No. 9 (613 – 617).
Budiraharjo K., Handayani M, dan Setiyawan H. 2009. Potensi ekonomi usaha
ternak kelinci dalam menopang sumber penerimaan keluarga di kabupaten
Semarang. Laporan Hibah Penelitian. Univesitas Diponegoro.
Cheeke P.R. 1983. Rabbit production in Indonesia. J. Appl. Rabbit Res., 6(3), 80-
86.
22
Ditjenpkh. 2018. Statistik peternakan dan kesehatan hewan 2018. Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta
Fafarit, L. 2006. Karakteristik sifat kualitatif dan kuantitatif kelinci Flemish Giant,
English Spot, dan Rex di kabpaten magelang. Skripsi. Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
https://domesticanimalbreeds.com/satin-rabbit-everything-you-need-to-know/
https://duniakelinci.com/kelinci-flemish-giant/
https://pethelpful.com/rabbits/Bunny-Breed-Guide-New-Zealand-White-Rabbit
https://rabbitbreeders.us/adoptarabbit/breeds/satin/
https://rabbitbreeders.us/mini-rex-rabbits/
https://small-pets.lovetoknow.com/rabbits/flemish-giant-rabbit
https://www.hobbyfarms.com/raising-rabbits-for-fiber/
https://www.petplan.co.uk/pet-information/rabbit/breed/new-zealand-white/
https://www.pets4homes.co.uk/breeds/rabbits/angora/
Lebas, F, Coudert P, Rochambeau H., and Thebault RG. 1997. The rabbit
husbandary, health and production. FAO Animal Production and health
series, Rome.
Lestari, D., 2019. The institutional supply chain of rabbit commodities in batu city
of east java. RJOAS 7 (91)
Ode FS. 2012. Analisis tataniaga kelinci pada kampoeng kelinci desa Gunung
Mulya kecamatan Tenjolaya kabupaten Bogor. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor
Ontario. 2009. 4-H Rabbit manual. www.4-hontario.ca
Raharjo Y.C. 2008. Strategy on the development of small- and mediumscale
Rabbit farming based on farmers cooperation. A Case of rabbit production
in indonesia. World Rabbit Congress, Italy 1609-1614
Raharjo, Y. C. 2010. Prospek, Peluang, dan Tantangan Agribisnis Ternak Kelinci.
Prosiding. Disajikan pada Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang
Pengembangan Usaha Kelinci. Balai Penelitian Ternak. Bogor.
RaharjoYC, Gultom D,Iskandar S, Prasetyo LH. 2001. Peningkatan produktivitas,
mutu produk dan nilai ekonomi kelinci eksotis melalui pemuliaan dan
nutrisi. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Ternak bekerjasama
dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Proyek. Bogor
(ID): Pembinaan Kelembagaan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian/ARMP-II.
Rahmana A. 2013. Strategi pengembangan usaha peternakan kelinci Asep’s
Rabbit Project di Lembang Bandung. Skripsi, Instirut Pertanian Bogor.
23
Sirajuddin SN, Nurlaelah S, dan Abriati R. 2012. Strategi Pengembangan Ternak
Kelinci di Kabupaten Soppeng. JITP vol 2 no 1 (60 – 73)
USDA. 2003. Food Safety of Rabbit. Washington. D.C. 20250-3700. http
://www.fsis.Usda.Gov. 18 Oktober 2019.
Wiradarya TR, Duldjaman M, Rahayu S, Yamin M, Baihaqi M, Mauludin D dan
Asep. 2008. Strategi pembibitan pada peternakan kelinci skala menengah.
Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha kelinci (87
– 92).

More Related Content

What's hot

Kewirausahaan Peternakan ayam pedaging
Kewirausahaan Peternakan ayam pedagingKewirausahaan Peternakan ayam pedaging
Kewirausahaan Peternakan ayam pedaging
Selvhiee Rd
 
Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)
Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)
Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)
Randy Chamzah
 
MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA
MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJAMANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA
MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA
BBPP_Batu
 
Wirausaha ternak ayam
Wirausaha ternak ayamWirausaha ternak ayam
Wirausaha ternak ayam
Muhammad Akmaluddin
 
contoh pendahuluan ayam broiler
contoh pendahuluan ayam broilercontoh pendahuluan ayam broiler
contoh pendahuluan ayam broilerbiehanzie
 
Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II
Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab IIStrategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II
Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II
Randy Chamzah
 
AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1
PPGhybrid3
 
Usaha perunggasan yang terintegrasi hulu hilir
Usaha perunggasan yang terintegrasi hulu hilirUsaha perunggasan yang terintegrasi hulu hilir
Usaha perunggasan yang terintegrasi hulu hilir
Ryan Aprianto
 
AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4
PPGhybrid3
 
Budidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas PetelurBudidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas Petelur
Disty Ridha H
 
Wirausaha produk budidaya unggas pedaging
Wirausaha produk budidaya unggas pedagingWirausaha produk budidaya unggas pedaging
Wirausaha produk budidaya unggas pedaging
iman prasetyo
 
Contoh Proposal Usaha Budidaya Ayam Petelur | KEWIRAUSAHAAN
Contoh Proposal Usaha Budidaya Ayam Petelur | KEWIRAUSAHAANContoh Proposal Usaha Budidaya Ayam Petelur | KEWIRAUSAHAAN
Contoh Proposal Usaha Budidaya Ayam Petelur | KEWIRAUSAHAAN
Kevin Meilina
 
MATERI PRAKARYA KELAS XI SEMESTER 2 (genap) KURIKULUM 2013
MATERI PRAKARYA KELAS XI SEMESTER 2 (genap) KURIKULUM 2013MATERI PRAKARYA KELAS XI SEMESTER 2 (genap) KURIKULUM 2013
MATERI PRAKARYA KELAS XI SEMESTER 2 (genap) KURIKULUM 2013
Gyanti APutry
 
Bab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluanBab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluan
Aizzah Izziyya
 
Budidaya Ayam Petelur
Budidaya Ayam PetelurBudidaya Ayam Petelur
Budidaya Ayam Petelur
Warta Wirausaha
 
bertrnak ayam kampung
bertrnak ayam kampungbertrnak ayam kampung
bertrnak ayam kampung
Azlan Abdurrahman
 
Projek ternakan kambing jbtn veterinar
Projek ternakan kambing jbtn veterinarProjek ternakan kambing jbtn veterinar
Projek ternakan kambing jbtn veterinard2d2d2d2
 
Laporan ayam bangkok
Laporan ayam bangkokLaporan ayam bangkok
Laporan ayam bangkok
Operator Warnet Vast Raha
 
Analisis ekonomi-usaha-ayam-petelur-cv.-santoso-farm-di-desa-kerjen-kecamatan...
Analisis ekonomi-usaha-ayam-petelur-cv.-santoso-farm-di-desa-kerjen-kecamatan...Analisis ekonomi-usaha-ayam-petelur-cv.-santoso-farm-di-desa-kerjen-kecamatan...
Analisis ekonomi-usaha-ayam-petelur-cv.-santoso-farm-di-desa-kerjen-kecamatan...
Iwan Tea
 

What's hot (20)

Kewirausahaan Peternakan ayam pedaging
Kewirausahaan Peternakan ayam pedagingKewirausahaan Peternakan ayam pedaging
Kewirausahaan Peternakan ayam pedaging
 
Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)
Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)
Strategi Pengembangan Peternakan Itik (Bab I)
 
MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA
MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJAMANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA
MANAJEMEN PENGGEMUKAN KAMBING BOER DI PERUSAHAAN PETERNAKAN CV.BOERJA
 
Wirausaha ternak ayam
Wirausaha ternak ayamWirausaha ternak ayam
Wirausaha ternak ayam
 
contoh pendahuluan ayam broiler
contoh pendahuluan ayam broilercontoh pendahuluan ayam broiler
contoh pendahuluan ayam broiler
 
Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II
Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab IIStrategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II
Strategi Pengembangan Peternakan Itik Bab II
 
AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1AT Modul 3 kb 1
AT Modul 3 kb 1
 
Usaha perunggasan yang terintegrasi hulu hilir
Usaha perunggasan yang terintegrasi hulu hilirUsaha perunggasan yang terintegrasi hulu hilir
Usaha perunggasan yang terintegrasi hulu hilir
 
AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4
 
Budidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas PetelurBudidaya Unggas Petelur
Budidaya Unggas Petelur
 
Wirausaha produk budidaya unggas pedaging
Wirausaha produk budidaya unggas pedagingWirausaha produk budidaya unggas pedaging
Wirausaha produk budidaya unggas pedaging
 
Contoh Proposal Usaha Budidaya Ayam Petelur | KEWIRAUSAHAAN
Contoh Proposal Usaha Budidaya Ayam Petelur | KEWIRAUSAHAANContoh Proposal Usaha Budidaya Ayam Petelur | KEWIRAUSAHAAN
Contoh Proposal Usaha Budidaya Ayam Petelur | KEWIRAUSAHAAN
 
MATERI PRAKARYA KELAS XI SEMESTER 2 (genap) KURIKULUM 2013
MATERI PRAKARYA KELAS XI SEMESTER 2 (genap) KURIKULUM 2013MATERI PRAKARYA KELAS XI SEMESTER 2 (genap) KURIKULUM 2013
MATERI PRAKARYA KELAS XI SEMESTER 2 (genap) KURIKULUM 2013
 
Bab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluanBab 1 pendahuluan
Bab 1 pendahuluan
 
Budidaya Ayam Petelur
Budidaya Ayam PetelurBudidaya Ayam Petelur
Budidaya Ayam Petelur
 
bertrnak ayam kampung
bertrnak ayam kampungbertrnak ayam kampung
bertrnak ayam kampung
 
Projek ternakan kambing jbtn veterinar
Projek ternakan kambing jbtn veterinarProjek ternakan kambing jbtn veterinar
Projek ternakan kambing jbtn veterinar
 
Proposal bantuan ternak ayam
Proposal bantuan ternak ayamProposal bantuan ternak ayam
Proposal bantuan ternak ayam
 
Laporan ayam bangkok
Laporan ayam bangkokLaporan ayam bangkok
Laporan ayam bangkok
 
Analisis ekonomi-usaha-ayam-petelur-cv.-santoso-farm-di-desa-kerjen-kecamatan...
Analisis ekonomi-usaha-ayam-petelur-cv.-santoso-farm-di-desa-kerjen-kecamatan...Analisis ekonomi-usaha-ayam-petelur-cv.-santoso-farm-di-desa-kerjen-kecamatan...
Analisis ekonomi-usaha-ayam-petelur-cv.-santoso-farm-di-desa-kerjen-kecamatan...
 

Similar to AT Modul 6 kb 4

Manajemen Agroindustri
Manajemen AgroindustriManajemen Agroindustri
Manajemen AgroindustriMala Wijayanti
 
Makalah bangsa-bangsa ternak itik
Makalah bangsa-bangsa ternak itik Makalah bangsa-bangsa ternak itik
Makalah bangsa-bangsa ternak itik
Laode Syawal Fapet
 
Budidaya Sapi Potong
Budidaya Sapi PotongBudidaya Sapi Potong
Budidaya Sapi Potong
BBPP_Batu
 
AT Modul 1 kb 1
AT Modul 1 kb 1AT Modul 1 kb 1
AT Modul 1 kb 1
PPGhybrid3
 
Memilih bibit k.potong
Memilih bibit k.potongMemilih bibit k.potong
Memilih bibit k.potong
BBPP_Batu
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1
PPGhybrid3
 
7, Wira Usaha, Tri Sutopo, Hapzi Ali, Kuliah Umum Studi Kasus, Universitas Me...
7, Wira Usaha, Tri Sutopo, Hapzi Ali, Kuliah Umum Studi Kasus, Universitas Me...7, Wira Usaha, Tri Sutopo, Hapzi Ali, Kuliah Umum Studi Kasus, Universitas Me...
7, Wira Usaha, Tri Sutopo, Hapzi Ali, Kuliah Umum Studi Kasus, Universitas Me...
Tri Sutopo
 
Pelaksanaan rasa cinta etika lingkungan (budidaya bebek)
Pelaksanaan rasa cinta etika lingkungan (budidaya bebek)Pelaksanaan rasa cinta etika lingkungan (budidaya bebek)
Pelaksanaan rasa cinta etika lingkungan (budidaya bebek)
Alex Susanto
 
WEEK 8 PENGELUARAN RUMINAN VAAA.pptx.pdf
WEEK 8 PENGELUARAN RUMINAN VAAA.pptx.pdfWEEK 8 PENGELUARAN RUMINAN VAAA.pptx.pdf
WEEK 8 PENGELUARAN RUMINAN VAAA.pptx.pdf
d093371
 
Budidaya burung puyuh
Budidaya burung puyuhBudidaya burung puyuh
Budidaya burung puyuhAdop Tambora
 
AT Modul 2 kb 1
AT Modul 2 kb 1AT Modul 2 kb 1
AT Modul 2 kb 1
PPGhybrid3
 
Bakal sapo
Bakal sapoBakal sapo
Bakal sapo
BBPP_Batu
 
Budidaya kelinci lengkap
Budidaya kelinci lengkapBudidaya kelinci lengkap
Budidaya kelinci lengkap
Mef's Rideal
 
Budidayaayampetelur
BudidayaayampetelurBudidayaayampetelur
Budidayaayampetelur
Halid Ahmed
 
Budidaya ternak hias
Budidaya ternak hiasBudidaya ternak hias
Budidaya ternak hias
Ratna Artianingsih
 
Ternak Kambing
Ternak KambingTernak Kambing
Ternak Kambing
Rhati Alfajra
 
Budidaya ternak kelinci
Budidaya ternak kelinciBudidaya ternak kelinci
Budidaya ternak kelinci
Warta Wirausaha
 

Similar to AT Modul 6 kb 4 (20)

Manajemen Agroindustri
Manajemen AgroindustriManajemen Agroindustri
Manajemen Agroindustri
 
Makalah bangsa-bangsa ternak itik
Makalah bangsa-bangsa ternak itik Makalah bangsa-bangsa ternak itik
Makalah bangsa-bangsa ternak itik
 
Budidaya Sapi Potong
Budidaya Sapi PotongBudidaya Sapi Potong
Budidaya Sapi Potong
 
AT Modul 1 kb 1
AT Modul 1 kb 1AT Modul 1 kb 1
AT Modul 1 kb 1
 
Memilih bibit k.potong
Memilih bibit k.potongMemilih bibit k.potong
Memilih bibit k.potong
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1
 
7, Wira Usaha, Tri Sutopo, Hapzi Ali, Kuliah Umum Studi Kasus, Universitas Me...
7, Wira Usaha, Tri Sutopo, Hapzi Ali, Kuliah Umum Studi Kasus, Universitas Me...7, Wira Usaha, Tri Sutopo, Hapzi Ali, Kuliah Umum Studi Kasus, Universitas Me...
7, Wira Usaha, Tri Sutopo, Hapzi Ali, Kuliah Umum Studi Kasus, Universitas Me...
 
Pelaksanaan rasa cinta etika lingkungan (budidaya bebek)
Pelaksanaan rasa cinta etika lingkungan (budidaya bebek)Pelaksanaan rasa cinta etika lingkungan (budidaya bebek)
Pelaksanaan rasa cinta etika lingkungan (budidaya bebek)
 
WEEK 8 PENGELUARAN RUMINAN VAAA.pptx.pdf
WEEK 8 PENGELUARAN RUMINAN VAAA.pptx.pdfWEEK 8 PENGELUARAN RUMINAN VAAA.pptx.pdf
WEEK 8 PENGELUARAN RUMINAN VAAA.pptx.pdf
 
Budidaya burung puyuh
Budidaya burung puyuhBudidaya burung puyuh
Budidaya burung puyuh
 
AT Modul 2 kb 1
AT Modul 2 kb 1AT Modul 2 kb 1
AT Modul 2 kb 1
 
Bakal sapo
Bakal sapoBakal sapo
Bakal sapo
 
Juk domba
Juk dombaJuk domba
Juk domba
 
Budidaya kelinci lengkap
Budidaya kelinci lengkapBudidaya kelinci lengkap
Budidaya kelinci lengkap
 
Budidayaayampetelur
BudidayaayampetelurBudidayaayampetelur
Budidayaayampetelur
 
Budidaya ayam petelur
Budidaya ayam petelurBudidaya ayam petelur
Budidaya ayam petelur
 
Babi
BabiBabi
Babi
 
Budidaya ternak hias
Budidaya ternak hiasBudidaya ternak hias
Budidaya ternak hias
 
Ternak Kambing
Ternak KambingTernak Kambing
Ternak Kambing
 
Budidaya ternak kelinci
Budidaya ternak kelinciBudidaya ternak kelinci
Budidaya ternak kelinci
 

More from PPGhybrid3

Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
PPGhybrid3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
PPGhybrid3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
PPGhybrid3
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
PPGhybrid3
 
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORMODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3
PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2
PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3
PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2
PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1
PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4
PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3
PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2
PPGhybrid3
 
AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2 kb 4AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2 kb 4
PPGhybrid3
 
AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3
PPGhybrid3
 
AT Modul 2 kb 2
AT Modul 2 kb 2AT Modul 2 kb 2
AT Modul 2 kb 2
PPGhybrid3
 
AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4
PPGhybrid3
 
AT Modul 1 kb 3
AT Modul 1 kb 3AT Modul 1 kb 3
AT Modul 1 kb 3
PPGhybrid3
 
AT Modul 1 kb 2
AT Modul 1 kb 2AT Modul 1 kb 2
AT Modul 1 kb 2
PPGhybrid3
 

More from PPGhybrid3 (19)

Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
 
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORMODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3
 
AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4
 
AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3
 
AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2AT Modul 3 kb 2
AT Modul 3 kb 2
 
AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2 kb 4AT Modul 2 kb 4
AT Modul 2 kb 4
 
AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3AT Modul 2 kb 3
AT Modul 2 kb 3
 
AT Modul 2 kb 2
AT Modul 2 kb 2AT Modul 2 kb 2
AT Modul 2 kb 2
 
AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4AT Modul 1 kb 4
AT Modul 1 kb 4
 
AT Modul 1 kb 3
AT Modul 1 kb 3AT Modul 1 kb 3
AT Modul 1 kb 3
 
AT Modul 1 kb 2
AT Modul 1 kb 2AT Modul 1 kb 2
AT Modul 1 kb 2
 

Recently uploaded

PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
EkoPutuKromo
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
TEDYHARTO1
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 

Recently uploaded (20)

PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docxForm B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
Form B8 Rubrik Refleksi Program Pengembangan Kompetensi Guru -1.docx
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawasuntuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
untuk observasi kepala sekolah dengan pengawas
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 

AT Modul 6 kb 4

  • 1. 1 KEGIATAN BELAJAR 4 Industri Peternakan Kelinci
  • 2. 2 A. PENDAHULUAN 1. Deskripsi Singkat Kegiatan Belajar (KB) 4 dalam Modul 6 Industri Peternakan akan membahas mengenai Industri Pakan Ternak. Ruang lingkup dari KB 4 ini yaitu gambaran peternakan kelinci di Indonesia dan faktor-faktor yang mendorong perkembangan ke arah industri kelinci. Bab ini juga membahas produk-produk utama industri kelinci, dan produk-produk turunan industri kelinci yang memiliki nilai tambah. 2. Relevansi Dengan mengetahui konsep, prosedur dan prinsip prinsip dalam industri peternakan kelinci, mulai dari gambaran peternakan kelici di Indonesia dengan faktor-faktornya yang mendukung berkembangnya industri peternakan kelinci. Dari produk utama hingga produk ikutan serta limbahnya dijelaskan secara detail sampai arah diversifikasi dari produk sehingga peserta didik dapat menganalisis dan menentukan standar industri peternakan kelinci yang baik dan perkembangan bisnisnya. 3. Panduan Belajar Modul ini dilengkapi dengan tugas terstrukutur, link-link yang dapat dikunjungi dan gambar serta infografis yang menambah pengetahuan peserta didik. B. INTI 1. Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, diharapkan peserta didik mampu menguasai materi ajar bidang agribisnis ternak ruminansia, agribisnis ternak unggas, dan industri peternakan secara mendalam termasuk advance materials secara bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi),
  • 3. 3 dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu peserta didik juga diharapkan mampu menganalisis prinsip industri peternakan dan aplikasinya dalam pembelajaran bidang studi agribisnis ternak. 2. Sub Capaian Pembelajaran 1. Mampu menganalisis Industri peternakan kelinci. 2. Mampu menganalisis faktor-faktor pendorong pengembangan industri peternakan kelinci. 3. Mampu menganalisis bentuk produk utama industri kelinci. 4. Mampu menganalisis diversifikasi produk turuan industri kelinci. 3. Uraian Materi Kelinci merupakan hewan mamalia yang berasal dari Eropa yang mulai populer dikembangbiakkan pada tahun 1800-an. Terdapat sekitar 50 ras kelinci di Amerika Utara yang diakui oleh American Rabbit Breeders Association (ARBA) beberapa ras kelinci yang biasa dikembangbiakkan dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu kelinci komersial, kelinci wol, dan kelinci hias. Kelinci dalam usaha peternakan merupakan salah satu komoditas yang menghasilkan protein hewani dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai alternatif lain dari daging ayam maupun sapi. Konsumsi daging kelinci mulai digalakkan pada tahun 1982. Sebagai alternatif penghasil daging, kelinci memiliki daya tumbuh yang cepat serta mampu berkembangbiak dengan sangat baik yaitu 6 - 7 kali beranak dalam setahun dan tergolong sebagai hewan prolifik dengan jumlah anak 4 - 12 ekor per kelahiran dengan reproduksinya yang cepat dimana waktu bunting ternak kelinci yaitu 35 - 40 hari. Daging kelinci memiliki nilai gizi yang lebih baik yaitu kandungan protein 20,8% dan kolesterol yang rendah dengan kandungan lemak 7,4% (Fafarita, 2006). Beternak kelinci merupakan salah satu usaha yang juga cukup manjanjikan. Ternak kelinci memiliki sifat yang mudah beradaptasi, jinak serta mudah berkembangbiak. Kelinci terbagi atas dua kelompok yaitu kelinci budidaya (diambil dagingnya) dan kelinci fancy/hias.
  • 4. 4 Industri Peternakan Kelinci Ternak kelinci dapat dijadikan pilihan untuk diternakkan secara luas, hal ini disebabkan daging kelinci memiliki harga yang jauh lebih murah daripada daging ternak lain seperti kambing, domba maupun sapi. Tidak ada persaingan pakan antara ternak kelinci dengan industri ternak lain maupun dengan manusia. Kelinci memiliki efisiensi dalam konsumsi pakan hijauan yang tinggi. Ternak kelinci juga mampu mengkonsumsi berbagai jenis pakan, sehingga kelinci dapat dipelihara dengan mudah pada berbagai lokasi dengan memanfaatkan potensi sumber daya pakan lokal yang ada. Di Indonesia, peternakan kelinci terbagi atas dua kelompok yaitu kelompok kelinci pedaging dan kelompok kelinci hias. Namun industri kelinci pedaging lebih berkembang daripada kelinci hias maupun hasil ikutannya. Jenis kelinci yang biasa dibudidayakan sebagai kelinci pedaging yaitu flemish giant (Gambar 53) dan new zealand white (Gambar 54). Sedangkan untuk jenis kelinci yang diambil kulitnya yaitu rex (Gambar 55) dan satin (Gambar 56) serta yang diambil bulu atau wollnya yaitu anggora (Gambar 57). Gambar 1. Kelinci flemish giant Sumber: https://small-pets.lovetoknow.com/rabbits/flemish-giant-rabbit
  • 5. 5 Gambar 2. Kelinci new zealand white Sumber: https://pethelpful.com/rabbits/Bunny-Breed-Guide-New-Zealand-White- Rabbit Gambar 3. Kelinci rex Sumber: https://rabbitbreeders.us/mini-rex-rabbits/ Gambar 4. Kelinci satin Sumber: https://domesticanimalbreeds.com/satin-rabbit-everything-you-need-to- know/
  • 6. 6 Gambar 5. Kelinci anggora Sumber: https://www.pets4homes.co.uk/breeds/rabbits/angora/ Tabel 1. Jenis-jenis kelinci pembibitan komersial Jenis dan ciri-ciri Gambar Jenis Kelinci Komersial Californian Bobot dewasa 3,6 - 4,8 kg Kelinci ini memiliki warna mata pink dan punya point hitam, coklat, biru atau lilac pada bagian telinga, kaki dan ekor. New zealand Bobot dewasa 4,1 - 54 kg Kelinci ini memiliki badan lebar, dalam dan bulu yang lembut. Dapat digunakan sebagai kelinci pedaging, kulit, kesayangan maupun kepentingan laboratorium. Florida white Bobot dewasa 1,8 - 2,7 kg Memiliki tubuh yang kecil dengan bulu berwarna putih polos dan warna mata merah/pink.
  • 7. 7 Satin Bobot dewasa 3,9 - 5 kg Bulunya bagus dan memiliki rasio karkas dengan tulang yang paling baik. Jenis kelinci kesayangan (fancy) Dutch Bobot dewasa 1,6 - 2,5 kg Memiliki bagian/strip putih pada tubuhnya. warna yang biasa ada yaitu hitam, biru, coklat, abu-abu, steel dan tortoise. English spot Bobot dewasa 2,3 - 3,6 kg Memiliki warna spot hitam pada hidung, telinga melingkari mata dan beberapa bagian pada tubuhnya. Belgian Hare Bobot dewasa 2,7 - 4,3 kg Memiliki badan yang melengkung, telinga lebar, tempramen dan energic dengan warna bulu yang merah, tan atau chesnut dengan warna cenderung hitam pada telinganya. Rex Bobot dewasa 3,4 - 4,8 kg Bulu kelinci rex sangat unik, tebal, padat dan pendek Netherland dawrft Bobot dewasa 1,1 kg Tipe kelinci ini sangat kecil dan pendek
  • 8. 8 Tipe Kesayangan (Lop) Holland lop Bobot dewasa 1,8 kg Mini lop Bobot dewasa 2,0 - 2,9 kg Lebih besar dari holland lop French lop Bobot dewasa 4,5 - 5 kg Badan lebar, besar, dalam dan daging yang banyak English lop Bobot dewasa 4,1 - 4,5 kg American fuzzy lop Bobot dewasa 1,8 kg Badannya kecil dan kepalanya lebar Jenis Wool Jersey wooly Bobot dewasa 1,6 kg Tubuhnya tertutupi oleh wool yang tebal dengan panjang 5 - 6,7 cm
  • 9. 9 Anggora English anggora Bobot dewasa 2,3 - 3,4 kg French anggora Bobot dewasa 3,4 - 4,8 kg Giant anggora Bobot dewasa 3,9 - 4,1 kg Pemroduksi wool terbaik Satin anggora Bobot dewasa 2,9 - 4,3 kg Sumber: Ontario (2009) Peluang usaha beternak kelinci cukup potensial, dapat dibudidayakan sebagai usaha utama/pokok maupun usaha tambahan/sampingan. Ternak kelinci juga berpeluang dala penyediaan sumber protein hewani yang berkualitas dan sehat serta dapat meningkatkan keuntungan dengan margin pendapatan dari 20 - 200% (Raharjo, 2010). Jenis kelinci dan karakteristiknya dapat dilihat pada link-link berikut: a. https://small-pets.lovetoknow.com/rabbits/flemish-giant-rabbit b. https://duniakelinci.com/kelinci-flemish-giant/ c. https://www.petplan.co.uk/pet-information/rabbit/breed/new-zealand- white/ d. https://pethelpful.com/rabbits/Bunny-Breed-Guide-New-Zealand- White-Rabbit
  • 10. 10 e. https://rabbitbreeders.us/mini-rex-rabbits/ f. https://domesticanimalbreeds.com/mini-rex-rabbit-everything-you- need-to-know/ g. https://rabbitbreeders.us/adoptarabbit/breeds/satin/ h. https://domesticanimalbreeds.com/satin-rabbit-everything-you-need-to- know/ i. https://www.pets4homes.co.uk/breeds/rabbits/angora/ j. https://www.hobbyfarms.com/raising-rabbits-for-fiber/ Dalam budidaya ternak kelinci, pakan menjadi faktor penunjang dalam pertumbuhannya yaitu 60% hingga 70% dari total biaya produksi pemeliharaan berasal dari faktor pakan. Apabila pakan yang diberikan memiliki kualitas yang baik maka produktivitas ternak juga akan baik sehingga pemilihan pakan yang memiliki kualitas yang baik sangat dibutuhkan. Industri ternak kelinci diharapkan dapat meningkatkan pendapatan peternak dan meningkatkan asupan gizi keluarga/masyarakat. Dalam sistem produksi yang efisien, kelinci dapat mengubah 20% protein yang mereka makan menjadi daging yang bisa dikonsumsi oleh manusia. Angka yang sebanding untuk spesies lain yaitu 22 - 23% untuk ayam broiler, 16 - 18% untuk babi dan 8 - 12% untuk daging sapi. Kelinci juga dapat dengan mudah mengkonversi nutrien yang tersedia seperti protein dalam tanaman kaya selulosa. Faktor Pengembangan Industri Peternakan Kelinci Potensi ekonomi dari industri peternakan kelinci dapat terlihat dari seberapa mampu menghasilkan keuntungan (profitabilitas) yang dicapai, tingkat pendapatan yang diperoleh, dan tingkat kelayakan usahanya. Arah pengembangan peternakan khususnya industri peternakan kelinci ditujukan guna mewujudkan kondisi peternakan yang lebih maju, lebih tagguh dan efisien dengan ciri oleh mampu menyesuaikan pola, sistem dan struktur dari produksi dengan permintaan pasar. Industri peternakan juga harus mempunyai kemampuan terhadap pembangunan wilayah, kesempatan kerja, pendapatan, memperbaiki taraf hidup,
  • 11. 11 memperbaiki lingkungan hidup serta memiliki peran dalam pertumbuhan ekonomi (Dinas Peternakan Jawa Tengah, 2001). Ternak kelinci memang sangat memiliki potensi biologis dan ekonomi yang tinggi untuk menghasilkan daging dan kulit/bulu bermutu (Raharjo et al., 2001). Selain sebagai penghasil daging yang dikonsumsi oleh manusia, kelinci juga merupakan hewan peliharaan (pet animal) yang memiliki nilai ekonomi tinggi karena banyak diminati konsumen (hobbies). Para pelaku industri peternakan kelinci juga dapat menjual bakalan, bibit indukan, pakan, produk kulit, wol dan limbah hasil ikutannya dalam bentuk pupuk. Kendala dalam berkembangnya usaha peternakan di Indonesia yaitu rendahnya pengetahuan dalam hal teknologi, pengembangan maupun dalam sudut pandang ekonomi seperti permintaan produk, fluktuatifnya harga dan juga tingkat ketidaksrabilan penawaran. Keadaan yang demikian, bertambah parah dengan adanya kenyataan mengenai industri peternakan yang selalu diisukan sebagai penular beberapa penyakit zoonosis (menular pada manusia) tertentu. Jumlah populasi kelinci berdasarkan data stastistika peternakan, 2018 terdapat pada Gambar 58. Gambar 6. Populasi kelinci di Indonesia Sumber: Statistika Peternakan dan Kesehatan Hewan (2018) 2014 2015 2016 2017 2018 1104 1103 1202 1244 1251 populasi kelinci jumlah
  • 12. 12 Isu kasus yang sampai saat ini masih teringat yaitu adanya isu penularan penyakit anthrax, sapi gila dari Eropa, dan kasus flu burung yang masih terdengar hingga saat ini dan telah menyebabkan beberapa orang meninggal dunia. Kasus terakhir yang masih terdengar yaitu kasus flu babi dari Mexico. Beberapa kasus tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan dari usaha di bidang peternakan utamanya industri kelinci. Dampak pertama dari kasus-kasus tersebut adalah adanya pola konsumsi masyarakat yang mengalami perubahan sehingga akan berdampak pula pada berkurangnya permintaan dan fluktuasi harga produk sehingga akan berdampak pula pada penurunan pendapatan dari usaha di bidang peternakan. Usaha pengembangan industri juga didukung oleh usaha manusia dalam mencari ternak alternatif yang dapat dijadikan sebagai salah satu makanan sumber protein hewani bagi manusia. Konsumsi daging kelinci mulai menunjukkan adanya perkembangan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah warung yang menyediakan olahan daging kelinci pada berbagai kota yang dapat disajikan dalam berbagai produk olahan yang variatif seperti sate kelinci, rica-rica kelinci, gule kelinci maupun produk kuliner asal kelinci yang lain. Produk daging kelinci juga digadang-gadang sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan kelangkaan pangan dunia (Cheeke, 1980) dengan keuggulan sebagai berikut: 1. Memiliki laju reproduksi yang tinggi, 2. Dewasa tubuhnya dini, 3. Memiliki laju pertumbuhan yang cepat, 4. Nilai potensi seleksi genetisnya tinggi, 5. Penggunaan pakan dengan efisiensi tinggi, 6. Pemanfaatan lahan lebih efisien bagi peternakannya, 7. Tingkat persaingan bahan pakannya dengan manusia rendah, 8. Memiliki nilai gizi pada dagingnya tinggi, 9. Modal investasi per ekor kelinci yang rendah dibandingkan dengan ternak lain.seperti ayam, sapi, atau lainnya. Awalnya, produksi kelinci di Indonesia dimulai di pulau Jawa, di mana penduduknya sebagian besar tinggal di desa dan tersedia banyak hijauan pakan.
  • 13. 13 Sebuah program, ditargetkan untuk konsumsi sendiri daging untuk keluarga miskin di desa, dimulai dari Lembang (Jawa Barat) dan disebarkan ke provinsi lain. Tiga pusat pembiakan kelinci dibangun di Jawa Barat, Tengah dan Timur. Satu paket stok pengembangbiakan yang disediakan oleh pemerintah yaitu sebanyak 1 jantan dan 3 betina dibagikan dalam program ini sementara petani menyediakan kandang dan pakan. Pasar untuk kelinci pedaginging hampir tidak tersedia, kecuali di beberapa daerah wisata. Daerah yang dikenal sebagai area produksi utama kelinci yaitu Pengalengan dan Lembang (Jawa Barat), Brebes, Bandungan dan Tawangmangu (Jawa Tengah), dan Sarangan dan Batu-Malang (Jawa Timur). Semua daerah ini terletak di daerah ketinggian menengah dan atas secara tradisional merupakan pusat produksi sayuran, di mana pupuk organik diperlukan. Daerah lain, seperti Bogor, Sukabumi dan Cianjur (Jawa Barat), Kopeng, Kaliurang dan Kulonprogo (Jawa Tengah) dan Yogyakarta memang memiliki produksi kelinci tetapi dalam jumlah yang sangat kecil. Hampir tidak diketahui apakah produksi kelinci ada di pulau-pulau lain di Indonesia. Pada tahun 1988 Sastrodihardjo et al. (1988) melaporkan bahwa minat dalam memelihara kelinci menurun secara signifikan. Hal ini disebabkan tidak ada insentif ekonomi yang diperoleh petani, seperti: 1. Pasar atau permintaan untuk daging kelinci atau stok berkembang biak hampir tidak tersedia, 2. Petani selalu mencoba untuk menjual kelinci sebagai stok pengembangbiakan dengan harga tinggi, 3. efek psikologis negatif untuk mengkonsumsi kelinci daging (mirip dengan “indrom kelinci”), 4. Sedikit, jika ada, promosi pada potensi daging kelinci atau kelinci produksi, 5. Pada tingkat yang lebih rendah, beberapa orang menganggap daging itu tidak 'halal', dan 6. Kesan daging kelinci adalah untuk konsumsi orang miskin.
  • 14. 14 Saat ini produksi kelinci berbeda dengan situasi sebelumnya. Ketertarikan dalam memelihara kelinci tumbuh sangat pesat, jumlah daerah berkembang kelinci pertanian tinggi, skala operasi, meskipun sebagian besar masih mikro dan kecil, meningkat menjadi ukuran kecil dan menengah, dimana peternak bersedia menghabiskan uang mereka untuk input eksternal dan yang paling penting pasar daging dan hewan peliharaan terbuka luas dan pasokan selalu pendek. Beberapa daerah industri kelinci terdapat pada Tabel 20. Tabel 2. Daerah lokasi produksi kelinci di Indonesia Gambar 7. Area perkembangan kelinci di Indonesia Kendala peternak kelinci tradisional adalah biasanya kekurangan modal, terbatasnya pengetahuan keterampilan teknis, kurangnya kemampuan untuk memasarkan produk, memiliki daya tawar yang rendah, dan kurangnya kerja sama di antara para peternak. Koperasi yang dibangun di dalam diri mereka bisa secara teoritis mendukung sistem manajemen. Dalam banyak kasus, tidak berfungsi sebagaimana mestinya yang diharapkan. Terutama karena kurangnya keterampilan manajerial dari manajemen koperasi (biasanya ditunjuk dari
  • 15. 15 kelompok peternak) serta kurang kesadaran peternak tentang pentingnya berada dalam kelompok. Produksi kelinci saat ini di Indonesia seperti yang ditunjukkan di atas, menunjukkan tujuan yang kuat untuk komersial meskipun jenis peternaknya sebagian besar kecil. Oleh karena itu operasi jenis koperasi sangat disarankan. Konsep strategi untuk pengembangan produksi kelinci untuk tujuan ini harus melibatkan: (i) Koperasi/kelompok, (ii) Ketersediaan pusat pembibitan, (iii) Pelatihan petani, (iv) Memperkuat program dan manajemen organisasi, (v) Menciptakan pasar dan promosi kelinci, (vi) Konsumsi daging kelinci-sendiri, dan (vii) Dukungan dari pemerintah. Pemuliaan desa dibangun untuk meningkatkan stok pemuliaan dan bertindak sebagai inti untuk memasok kelinci kepada peternak. Ini harus menjadi kegiatan berbasis komersial. Keuangan bisa dari anggota atau dari yang lain sumber, termasuk pemerintah, bank, dan lain-lain. Keuntungan yang diperoleh harus dikembalikan sebagian ke anggota peternak. Penguatan program dan pengelolaan koperasi biasanya dilakukan melalui pertemuan berkala. Tujuan, perencanaan, operasi, kontrol, dan keuangan program ini harus ditetapkan oleh kelompok. Pasar adalah aspek yang sangat kritis. Untuk saat ini, pasar terbuka lebar. Namun harganya mahal, hewan peliharaan dan daging akan segera dikompetisikan oleh komoditas lain. Pasar hewan peliharaan sangat fluktuatif dan dapat menjadi bahaya jika pasar ini menurun secara tiba-tiba, terutama karena pasar hewan peliharaan saat ini jauh lebih tinggi daripada daging. Pasar untuk daging lebih stabil. Kelompok peternak di daerah didesak untuk: (i) Memiliki setidaknya satu restoran daging kelinci di daerah mereka. Pasokan kelinci berasal dari anggota. Pada tahun 2005, hanya ada tiga restoran daging kelinci, sekarang ada 13 restoran yang dipantau oleh kelompok di Magelang. Kelompok ini juga anggota IB-WRSA;
  • 16. 16 (ii) Menciptakan pasar untuk hidup hewan di daerah tertentu pada waktu tertentu. Pada tahun 2005, pasar kelinci terjadi di satu area setiap lima hari. Sekarang setiap hari ada pasar untuk kelinci hidup di daerah yang berbeda; (iii) Memproduksi dan menjual olahan daging, mis. frankfurters, bakso, burger, dan lain-lain. Produk ini dijual dengan sangat baik terutama selama pameran atau perayaan. Namun, pengolahan daging kelinci saat ini jarang, karena kekurangan stok daging; (iv) Memiliki tenda pemasaran seluler. Tenda ini harus hadir dalam setiap pameran atau perayaan dan menjual daging, daging olahan atau daging yang dimasak. Daging dibeli dari atau dipasok oleh anggota, organisasi harus mengatur dan/atau memutar penanggung jawab dalam kegiatan ini. Apa saja keuntungan yang diperoleh sebagian harusnya pergi ke Koperasi; dan (v) Melaksanakan kontes berkala dan pameran makanan berbahan daging kelinci. Produksi kelinci di Indonesia tumbuh dan berkembang dengan cepat, tidak hanya di Jawa tetapi juga di pulau-pulau lain. Orientasinya telah bergeser dari konsumsi daging untuk diri sendiri maupun untuk komersial. Kegiatan ini dianggap menguntungkan. Namun perhatian harus diberikan pada pasar yang sedang booming saat ini. Produk Utama Industri Peternakan Kelinci Tujuan utama pemeliharaan kelinci pedaging yaitu diambil dagingnya. Selain itu juga sebagai kelinci fancy atau hias, dan penghasil bulu atau wool (Masanto dan Agus, 2010). Kelinci hias dipelihara sebagai hewan kesayangan (pet animal) dengan ciri-ciri yaitu memiliki ukuran dan bentuk tubuh mungil, kecil, berbulu lembut, indah, tebal, dan lucu. Pemeliharaan kelinci memiliki tujuan selanjutnya yaitu penghasil. Kelinci ini memiliki kriteria yaitu bulu-bulunya eksotis dan indah, wool/bulu dan kulitnya bernilai jual tinggi sehingga berpotensi untuk diekspor dengan kualitas fisik kulit yang tinggi serta menarik. Kulit dan
  • 17. 17 bulu kelinci ini umumnya digunakan sebagai bahan baku kerajinan seperti pembuatan interior mobil, tas dan jaket seta boneka. Sedangkan kelinci pedaging memiliki kriteria utama yaitu persentase karkasnya 50 - 60%, memiliki bobot badan mencapai 2 kg pada umur 8 minggu serta laju pertumbuhannya tinggi yaitu sekitar 40 g/ekor/hari. Gambar 8. Skema produksi dan hasil ikutan kelinci Karakteristik daging kelinci yaitu hampir sama dengan daging ayam, serta mengandung kolesterol dan lemak yang lebih rendah dan baik akan tetapi proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan daging ayam, kambing, babi dan sapi. Kadar lemak pada kelinci hanya sebesar 8%, sedangkan daging sapi 24%, daging ayam 12%, daging domba 14% dan daging babi 21%. Kandungan kolesterol daging kelinci sekitar 164 mg/100 gram daging, sedangkan daging ayam, sapi, domba dan babi berkisar 220 - 250 mg/100 gram. Kadar protein kelinci mencapai 21%, sementara ternak lain hanya 17 - 20% (Imam, 2006). Produksi daging kelinci di indonesia menurut statistika peternakan tahun 2018 terdapat pada Gambar 61.
  • 18. 18 Gambar 9. Produksi daging kelinci Sumber: Ditjenpkh (2018) Kandungan nilai gizi daging kelinci yang baik membuat kelinci mudah diterima di pasar secara luas. Daging kelinci dengan prosessing lebih lanjut dapat di diversifikasi menjadi produk olahan seperti sosis, nugget,dan bakso yang akan membuat nilai jualnya meningkat. Sama dengan ternak yang lain, ternak kelinci juga bersifat multi fungsi yaitu selain sebagai penghasil daging, juga sebagai ternak kesenangan (hobi), penghasil kulit/woll, kotoran dan air kencing dapat diolah menjadi pupuk organik, serta beberapa penelitian menunjukkan bahwa enzim pepsin yang dihasilkan dari (caecum) kelinci memiliki aktifitas yang setara dengan kemampuan enzim renin yang berasal dari lambung pedet. Enzim tersebut dapat dijadikan sebagai starter yang mampu menggumpalkan protein (casein) susu dalam proses mengolah curd keju (Valentino et al., 2005). Daging kelinci memiliki karakteristik yang lebih baik dibandingkan daging domba, sapi, ayam, atau kambing. Struktur dagingnya halus dengan warna dan bentuk fisik yang hampir sama dengan daging ayam. Sebagai sumber nutrien manusia, daging kelinci memiliki kandungan protein lebih tinggi yaitu 21% dibandingkan dengan daging ayam 19,5%, daging babi 17%, daging kambing/domba 18% dan daging sapi 20% (Lebas, 1986). Asam lemak esensial 1 2 3 4 5 2014 2015 2016 2017 2018 500 800 500 500 400 Produksi daging kelinci tahun jumlah (kg)
  • 19. 19 yang terdapat dalam daging kelinci yang diperlukan untuk kesehatan tubuh manusia juga lebih tinggi. Asam lemak yang tertinggi yang terdapat dalam daging kelincci yaitu linoleic, palmitic, dan oleic. Diversifikasi Produk Industri Peternakan Kelinci Diversifikasi produk industri peternakan kelinci merupakan penganekaragaman bentuk produk dari industri kelinci yang akan diperjualbelikan di pasaran dalam usaha meningkatkan hasil produksi dan meningkatkan kesejahteraan peternak. Tabel 21 di bawah ini mendiskripsikan produk-produk yang dihasilkan dalam industri peternakan kelinci dan peluang pasarnya. Tabel 3. Produk-produk kelinci dan peluang pasarnya Produk Persiapan Peluang pasar Daging Hewan harus diproses (disembelih, dibersihkan, dan dikemas). Meskipun pemrosesan di rumah dimungkinkan, daging dari hewan yang akan dikonsumsi oleh manusia, hewan harus disembelih dalam rumah jagal yang berlisensi. Restoran, toko daging, pasar tradisional, penjualan pribadi, pet food. Kulit bulu (pelts) Kulit bulu harus dipotong, dibersihkan dan disamak. Pabrik garmen, pabrik mainan, dan kerajinan. Wool Wool dapat diambil dengan dicukur, disisir dan diambil dengan tangan. Wol yang diambil dengan tangan memiliki panjang yang lebih konsisten dan ujung yang rapi. Pemintal, penenun dan perajut. Kelinci hidup (hewan kesayangan, bibit ternak, bakalan, kelinci show) Kelinci hidup dijual setelah disapih. Pembelian ternak hidup memiliki tujuan sebagai hewan pertunjukan, penelitian dan pemuliaan. Kelinci yang dijual sebagai ternak yang akan dilakukan pemuliaan harus berumur 6 bulan karena akan lebih mudah menilai konformasi dan mempersiapkan silsilahnya. Toko hewan kesayangan, peternak pembibitan. Kotoran ternak Kotoran dapat digunakan secara langsung dengan pengolahan maupun tanpa pengolaha. Kotoran Petani, tukang kebun.
  • 20. 20 Produk Persiapan Peluang pasar kelinci tidak akan membakar tanaman. Media budidaya cacing tanah Cacing tanah dapat dibudidayakan secara langsung dibawah kandang kelinci. Cacing yang siap panen kemudian dikumpulkan dalam wadah kemudian dapat dijual. Tukang kebun, nelayan, kebun binatang, tempat penetasan ikan, produsen unggas dan peneliti biologi. Sumber: Ontario (2009) Daging kelinci sama seperti produk daging yang lain seperti ayam maupun sapi dapat diolah menjadi berbagai jenis produk olahan dan dapat dijual di supermarket. Jenis olahan dari daging kelinci dapat berupa sosis, bakso, nugget, abon, dan dendeng. C. PENUTUP 1. Rangkuman Kelinci dalam usaha peternakan merupakan salah satu komoditas penghasil protein hewani yang potensial dikembangkan sebagai alternatif lain dari daging ayam maupun sapi. Peternakan kelinci di Indonesia terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kelinci pedaging dan kelompok kelinci hias. Contoh kelinci komersial, yaitu californian, new zealand, florida white, dan satin. Contoh kelinci kesayangan (fancy) yaitu dutch, english spot, belgian hare, rex dan netherland dawrft. Contoh kelinci kesayagan lop, yaitu holland lop, mini lop, french lop, english lop dan american fuzzy lop. Contoh kelinci jenis wool, yaitu jersey wooly, anggora, english anggora, french anggora, giant anggora, dan satin anggora. Industri kelinci sangat dapat dikembangkan karena ternak kelinci memiliki laju reproduksi yang tinggi, dewasa tubuhnya dini, memiliki laju pertumbuhan yang cepat, nilai potensi seleksi genetisnya tinggi, penggunaan pakan dengan efisiensi tinggi, pemanfaatan lahan lebih efisien bagi peternakannya, tingkat persaingan bahan pakannya dengan manusia rendah,
  • 21. 21 memiliki nilai gizi pada dagingnya tinggi, dan modal investasi per ekor kelinci yang rendah dibandingkan dengan ternak lain seperti ayam, sapi, atau lainnya. Konsep strategi untuk pengembangan produksi kelinci untuk tujuan ini harus melibatkan koperasi/kelompok, ketersediaan pusat pembibitan, pelatihan petani, memperkuat program dan manajemen organisasi, menciptakan pasar dan promosi kelinci, konsumsi daging kelinci-sendiri, dan dukungan dari pemerintah. Kendala dalam perkembangan usaha peternakan di Indonesia banyak dialami baik dalam hal teknologi, pengembangan maupun dalam sudut pandang ekonomi seperti permintaan produk, harga yang fluktuatif maupun tingkat penawaran yang tidak stabil. Produk utama industri peternakan kelinci yaitu daging. Daging kelinci memiliki nilai gizi yang lebih baik yaitu kandungan protein 20,8% dan kolesterol yang rendah dengan kandungan lemak 7,4%. Kandungan nilai gizi daging kelinci yang baik membuat kelinci mudah diterima di pasar secara luas. Daging kelinci dengan processing lebih lanjut dapat di diversifikasi menjadi produk seperti nugget, sosis dan bakso yang akan meningkatkan nilai jualnya. Sama dengan ternak yang lain, ternak kelinci juga memiliki multi fungsi yaitu selain sebagai penghasil daging, juga sebagai ternak kesenangan (hobi), penghasil kulit/woll, kotoran dan kencingnya sebagai pupuk organik, serta beberapa penelitian menunjukkan bahwa enzim pepsin yang dihasilkan dari (caecum) kelinci memiliki aktifitas yang setara dengan kemampuan enzim renin yang berasal dari lambung pede. Enzim tersebut dapat digunakan sebagai starter penggumpal protein casein susu pada pembuatan curd keju. Daftar Pustaka Bahar S, Bakrie B,Sente U. 2018. Profil peternakan kelinci di wilayah perkotaan DKI Jakarta serta potensi dan peluang pengembangannya. Jurnal Ilmiah Respati Pertanian Vol. 2, No. 9 (613 – 617). Budiraharjo K., Handayani M, dan Setiyawan H. 2009. Potensi ekonomi usaha ternak kelinci dalam menopang sumber penerimaan keluarga di kabupaten Semarang. Laporan Hibah Penelitian. Univesitas Diponegoro. Cheeke P.R. 1983. Rabbit production in Indonesia. J. Appl. Rabbit Res., 6(3), 80- 86.
  • 22. 22 Ditjenpkh. 2018. Statistik peternakan dan kesehatan hewan 2018. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta Fafarit, L. 2006. Karakteristik sifat kualitatif dan kuantitatif kelinci Flemish Giant, English Spot, dan Rex di kabpaten magelang. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. https://domesticanimalbreeds.com/satin-rabbit-everything-you-need-to-know/ https://duniakelinci.com/kelinci-flemish-giant/ https://pethelpful.com/rabbits/Bunny-Breed-Guide-New-Zealand-White-Rabbit https://rabbitbreeders.us/adoptarabbit/breeds/satin/ https://rabbitbreeders.us/mini-rex-rabbits/ https://small-pets.lovetoknow.com/rabbits/flemish-giant-rabbit https://www.hobbyfarms.com/raising-rabbits-for-fiber/ https://www.petplan.co.uk/pet-information/rabbit/breed/new-zealand-white/ https://www.pets4homes.co.uk/breeds/rabbits/angora/ Lebas, F, Coudert P, Rochambeau H., and Thebault RG. 1997. The rabbit husbandary, health and production. FAO Animal Production and health series, Rome. Lestari, D., 2019. The institutional supply chain of rabbit commodities in batu city of east java. RJOAS 7 (91) Ode FS. 2012. Analisis tataniaga kelinci pada kampoeng kelinci desa Gunung Mulya kecamatan Tenjolaya kabupaten Bogor. Skripsi. Institut Pertanian Bogor Ontario. 2009. 4-H Rabbit manual. www.4-hontario.ca Raharjo Y.C. 2008. Strategy on the development of small- and mediumscale Rabbit farming based on farmers cooperation. A Case of rabbit production in indonesia. World Rabbit Congress, Italy 1609-1614 Raharjo, Y. C. 2010. Prospek, Peluang, dan Tantangan Agribisnis Ternak Kelinci. Prosiding. Disajikan pada Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci. Balai Penelitian Ternak. Bogor. RaharjoYC, Gultom D,Iskandar S, Prasetyo LH. 2001. Peningkatan produktivitas, mutu produk dan nilai ekonomi kelinci eksotis melalui pemuliaan dan nutrisi. Laporan Hasil Penelitian. Balai Penelitian Ternak bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Proyek. Bogor (ID): Pembinaan Kelembagaan Penelitian dan Pengembangan Pertanian/ARMP-II. Rahmana A. 2013. Strategi pengembangan usaha peternakan kelinci Asep’s Rabbit Project di Lembang Bandung. Skripsi, Instirut Pertanian Bogor.
  • 23. 23 Sirajuddin SN, Nurlaelah S, dan Abriati R. 2012. Strategi Pengembangan Ternak Kelinci di Kabupaten Soppeng. JITP vol 2 no 1 (60 – 73) USDA. 2003. Food Safety of Rabbit. Washington. D.C. 20250-3700. http ://www.fsis.Usda.Gov. 18 Oktober 2019. Wiradarya TR, Duldjaman M, Rahayu S, Yamin M, Baihaqi M, Mauludin D dan Asep. 2008. Strategi pembibitan pada peternakan kelinci skala menengah. Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha kelinci (87 – 92).