Dokumen tersebut membahas berbagai tradisi upacara adat yang ada di Indonesia, mulai dari ritual Tiwah di Kalimantan Tengah, Kebo-Keboan di Banyuwangi, Adu Kerbau di Toraja, Rambu Solo juga di Toraja, Pasola di Sumba, Tabuik di Sumatra Barat, hingga Ngaben di Bali. Berbagai upacara tersebut mencerminkan budaya dan kepercayaan masyarakat setempat.
Budaya, adat Jawa Tengah_Kelompok 1.pptxMirawati64
Ini di dapat dari kegiatan wawancara dengan mahasiswa di kampus sekitar daerah Jawa tengah, serta beberapa referensi dari jurnal penelitian yang beredar di google
2. TRADISI UPACARA ADAT ADALAH….
Suatu upacara yang dilakukan secara turun-temurun yang berlaku di suatu daerah.
Dengan demikian, setiap daerah memiliki upacara adat sendiri-sendiri
Upacara adat yang dilakukan di daerah, sebenar- nya juga tidak lepas dari unsur
sejarah. Umumnya, upacara adat terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya:
upacara kelahiran, upacara penguburan, upacara perkawinan, upacara
pengukuhan kepala suku, upacara yang berhubungan dengan keagamaan atau
kepercayaan, dan lain sebagainya.
4. TIWAH
Upacara Tiwah merupakan upacara kedua
dalam rangkaian upacara penguburan
pemeluk
Hindu
Kaharingan
yang
dilaksanakan setahun setelah upacara yang
pertama. Rangkaian upacara memakan
waktu 19 hari, dan diadakan secara terus
menerus, siang dan malam
Ritual Tiwah yaitu prosesi menghantarkan
roh leluhur sanak saudara yang telah
meninggal dunia ke alam baka dengan cara
menyucikan dan memindahkan sisa jasad
dari liang kubur menuju sebuah tempat yang
bernama
sandung.
Upacara
Tiwah
bermaksud mengantar roh dari negeri
bawah yang diyakini fana dan material
(panungkop) ke negeri atas yang abadi dan
spiritual (tungkop).
Upacara ini tergolong upacara yang mahal,
menghabiskan biaya puluhan juta rupiah
untuk
imbalan
bagi
tenaga-tenaga
penyelenggara dan jamuan bagi para
undangan.
Ritual Tiwah dijadikan objek wisata karen
unik dan khas banyak para wisatawan
mancanegara tertarik pada upacara ini yang
hanya di lakukan oleh warga Dayak Kalteng
5. KEBO-KEBOAN
Prosesi upacara adat Kebo-keboan yang
dilaksanakan setiap tahun oleh warga Desa
Alasmalang, Banyuwangi. Awalnya upacara adat ini
dilaksanakan untuk memohon turunya hujan saat
kemarau panjang, dengan turunnya hujan ini berarti
petani dapat segera bercocok tanam.
Puncaknya prosesinya adalah membajak
sawah dan menanam bibit padi di persawahan.
Orang-orang yang bertingkah seperti kerbau tadi
dapat kesurupan dan mengejar siapa saja yang
mencoba mengambil bibit padi yang ditanam. Warga
masyarakat Desa Alasmalang berusaha berebut bibit
padi tersebut, karena dipercaya dapat digunakan
sebagai tolak-balak maupununtuk keuntungan
6. ADU KERBAU (Mapasilaga Tedong)
Adu kerbau diawali dengan kerbau bule.
Partai adu kerbau diselingi dengan prosesi pemotongan kerbau ala Toraja, Ma’tinggoro
tedong, yaitu menebas kerbau dengan parang dan hanya dengan sekali tebas. Semakin
sore, pesta adu kerbau semakin ramai karena yang diadu adalah kerbau jantan yang sudah
memiliki pengalaman berkelahi puluhan kali.
7. Sebelum diadu, dilakukan parade kerbau. Ada kerbau bule atau albino, ada pula yang
memiliki bercak-bercak hitam di punggung yang disebut salepo dan hitam di punggung
(lontong boke). Jenis yang terakhir ini harganya paling mahal, bisa di atas Rp 100 juta. Juga
terdapat kerbau jantan yang sudah dikebiri—konon cita rasa dagingnya lebih gurih.
8. RAMBU SOLO
Rambu Solo adalah pesta atau upacara kedukaan
/kematian. Adat istiadat yang telah diwarisi oleh
masyarakat Toraja secara turun temurun. Bagi
keluarga yang ditinggal wajib membuat sebuah pesta
sebagai tanda penghormatan terakhir pada
mendiang yang telah pergi.
Setelah melewati serangkaian acara, si mendiang di
usung menggunakan Tongkonan (sejenis rumah adat
khas Toraja) menuju makam yang berada di tebingtebing dalam goa. Nama makamnya adalah
pekuburan Londa.
Yang unik dari upacara rambu solo adalah
pembuatan boneka kayu yang dibuat sangat mirip
dengan yang meninggal dan diletakkan di
tebing.Uniknya lagi… konon katanya, wajah boneka
itu kian hari kian mirip dengan orang yang telah
meninggal
9. PASOLA SUMBA
Ini adalah bagian dari serangkaian upacara tradisionil yang dilakukan oleh orang Sumba.
Setiap tahun pada bulan Februari atau Maret serangkaian upacara adat dilakukan dalam
rangka memohon restu para dewa agar supaya panen tahun tersebut berhasil dengan baik.
Puncak dari serangkaian upacara adat yang dilakukan beberapa hari sebelumnya adalah apa
yang disebut pasola. Pasola adalah ‘perang-perangan’ yang dilakukan oleh dua kelompok
berkuda. Setiap kelompok teridiri atas lebih dari 100 pemuda bersenjakan tombak yang
dibuat dari kayu berdiameter kira-kira1,5 cm yang ujungnya dibiarkan tumpul
10. TABUIK
Berasal dari kata ‘tabut’, dari bahasa Arab yang berarti mengarak, upacara Tabuik
merupakan sebuah tradisi masyarakat di pantai barat, Sumatera Barat, yang
diselenggarakan secara turun menurun. Upacara ini digelar di hari Asura yang
jatuh pada tanggal 10 Muharram, dalam kalender Islam.
11. Pada hari yang telah ditentukan, sejak pukul 06.00, seluruh peserta dan
kelengkapan upacara bersiap di alun-alun kota.Para pejabat
pemerintahan pun turut hadir dalam pelaksanaan upacara paling
kolosal di Sumatera Barat ini.
Satu Tabuik diangkat oleh para pemikul yang jumlahnya mencapai 40
orang. Di belakang Tabuik, rombongan orang berbusana tradisional
yang membawa alat musik perkusi berupa aneka gendang, turut
mengisi barisan. Sesekali arak-arakan berhenti dan puluhan orang yang
memainkan silat khas Minang mulai beraksi sambil diiringi tetabuhan.
Saat matahari terbenam, arak-arakan pun berakhir. Kedua Tabuik
dibawa ke pantai dan selanjutnya dilarung ke laut. Hal ini dilakukan
karena ada kepercayaan bahwa dibuangnya Tabuik ini ke laut, dapat
membuang sial. Di samping itu, momen ini juga dipercaya sebagai
waktunya Buraq terbang ke langit, dengan membawa segala jenis
arakannya
12. NGABEN
Ngaben adalah upacara pembakaran
atau kremasi jenazah umat Hindu Bali.
Dalam prosesi Ngaben, ketika api mulai
disulut, perlahan-lahan kobaran api
akan membesar dan mulai berkobar
menyulut sosok jenazah. Lamakelamaan
kobaran
api
mulai
menghanguskan
jazadnya
yang
dipercaya akan melepaskan segala
ikatan keduniawian dari orang yang
meninggal itu. Bila ikatan keduniawian
telah
terlepas,
maka
semakin
terbukalah kesempatan untuk melihat
kebenaran dan keabadian kesucian
Illahi di alam sana.
13. Beberapa hari sebelum upacara Ngaben dilaksanakan, keluarga dari orang yang
meninggal dibantu oleh masyarakat membuat “Bade dan Lembu” yang sangat megah
terbuat dari kayu, kertas warna-warni dan bahan lainnya. “Bade dan Lembu” ini
merupakan tempat jenazah yang nantinya dibakar