Dokumen tersebut membahas tentang kesiapan kamar operasi dan anestesi pada masa pandemi COVID-19, mencakup enam sasaran keselamatan pasien, prinsip pelayanan anestesi dan bedah untuk pasien COVID-19, serta adaptasi kebiasaan baru seperti skrining, perlindungan tenaga kesehatan, pencegahan infeksi, dan peningkatan kompetensi staf."
2. COVID-19
Pandemi Covid-19 adalah peristiwa menyebarnya Penyakit
koronavirus 2019 (Coronavirus disease 2019, disingkat Covid-19)
di seluruh dunia untuk semua negara.
Penyebab: virus korona jenis baru yang diberi nama SARS-CoV-
2.[3] Wabah Covid-19 pertama kali dideteksi di
Kota Wuhan, Hubei, Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019,
Ditetapkan sebagai pandemi oleh (WHO) pada tanggal 11 Maret
2020.[
10. Sistematika
1. Enam Sasaran Keselamatan
Pasien
2. Prinsip Pelayanan Anestesi
dan Bedah pada covid-19
3. Adaptasi Kebiasaan baru
11. ENAM SASARAN
KESELAMATAN
PASIEN
1. Ketepatan identifikasi pasien
2. Peningkatan Komunikasi efektif
3. Peningkatan Keamanan Obat atau High
Alert yang harus dihadapi
4. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur,
tepat pasien operasi
5. Pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan Kesehatan
6. Pengurangan risiko pasien jatuh
12. Prinsip
pelayanan
anestesi dan
bedah pada
masa
pandemi
Covid-19
1. Keselamatan Tenaga Kesehatan
2. Keselamatan Pasien
3. Risiko prosedur yang dapat menginfeksi
tenaga kesehatan
4. Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD)
5. Risiko melakukan tindakan pada pasien
covid-19
6. Akses kepada pemeriksaan
laboratorium
13. Forrester, et.al., Precaution for Operating Room
Members During The Covid-19 Pandemic, J Am Col
Surg, Vol. 230, No. 6, June 2020
14. Skrining Sars-Cov2 Perioperatif
• ASA and APSF Joint Statement on Perioperative Testing for the COVID-19 Virus
a. Untuk wilayah dengan transmisi tinggi
1. Seluruh pasien harus diskrining adanya gejala-gejala covid-19
2. Seluruh pasien harus menjalani pemeriksaan PCR (tes antibody tidak “reliable” digunakan)
3. Jika pasien yang akan menjalani operasi elektif, maka operasi ditunda hingga pasien sembuh
b. Untuk wilayah dengan transmisi rendah
1. Seluruh pasien harus diskrining gejala covid-19
2. Seluruh pasien yang memiliki gejala, dirujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut
ASA and APSF Joint Statement on Perioperative Testing for the COVID-19 Virus, https://www.apsf.org/news-updates/asa-and-apsf-joint-statement-on-perioperative-
testing-for-the-covid-19-virus/
15. Perlindungan
bagi Tenaga
Kesehatan
• Prosedur pembedahan dan anestesi
dapat menimbulkan aerosol –
kewaspadaan transmisi kontak,
droplet, air-borne
1. Seluruh petugas menggunakaakan
APD level 3 (masker N95/PAPR,
gown, faceshield/google, sarung
tangan)
2. Memiliki ruangan khusus untuk
donning dan doffing
3. Staf terlatih menggunakan APD dan
selalu ada buddy untuk memastikan
pemakaian APD yang tepat.
4. Kamar mandi tersedia bagi staff yang
terlibat dalam pembedahan
16. APD Level 3
• Donning: hand hygiene
masker N95
google/face shield
sarung tangan
• Doffing: lepaskan sarung
tangan lepaskan gaun
hand hygiene pindah
ruangan lepaskan
facesheld/google
lepaskan masker hand
hygiene
CDC – PPE
Note: sesuaikan dengan
kebijakan PPI setempat
17.
18. Pencegahan
infeksi pada
pelayanan
anestesi dan
bedah
• Kamar Operasi yang didedikasi khusus untuk
pasien Covid-19
- Memiliki tekanan negatif yang dibentuk dari
sumber udara bersih, filtrasi, exhaust dan tertutup.
Tekanan negatif berfungsi untuk mencegah
kontaminasi pada area di luar kamar operasi. Tidak
melindungi staf di dalam kamar operasi
- Terpisah dengan kamar operasi bersih lainnya.
- ACH lebih dari 25 diharapkan mampu mendilusi
partikel droplet di kamar operasi.
- Memastikan tekanan udara di wilayah pasien lebih
positif dari lingkungan sekitar untuk mencegah
infeksi daerah operasi (diperoleh dari laminar flow).
- Protokol pembersihan kamar operasi.
• Terdapat alat kesehatan yang didedikasikan
khusus untuk pelayanan bedah dan anestesi
pasien covid-19, dibersihkan dan dibungkus setiap
kali selesai pembedahan
19. Park, Jiyeon, et.al, Infection Prevention Measures for Surgical Procedures
during a Middle East Respiratory Syndrome Outbreak in a Tertiary Care Hospital
in South Korea, Scientific Reports, Vol.10 2020
20. Ruang Donning dan Doffing terpisah
WongJ,GohQY,TanZ,etal.PreparingforaCOVID-19pandemic:a reviewof
operatingroomoutbreakresponsemeasuresinalargetertiaryhospitalin
Singapore..CanJAnaesth.2020;67(6):732-745.doi:10.1007/s12630-020-01620-9
21. Pencegahan
infeksi pada
pelayanan
anestesi
• Peralatan anestesi yang didedikasikan
khusus untuk pasien covid-19,
dibersihkan dan dibungkus dengan
plastik.
• Merencanakan teknik anestesi yang
mengurangi risiko penularan kepada
nakes (intubasi, ventilasi positif sungkup
muka, suctioning, RJP merupakan AGP)
• Membatasi staf saat intubasi dan
ekstubasi. Kamar operasi tertutup
selama kurang lebih 10 menit, pada
ACH 25
• Menggunakan filter antibacterial pada
sirkuit pernafasan (3buah)
• Minimalisasi penggunaan alkes
reusable.
• Hand Hygiene
• Komunikasi dengan staf : briefing dan
debriefing
Z. Tan et al. / Journal of Cardiothoracic
and Vascular Anesthesia00 (2020) 17
22. Mesin anestesi
dibersihkan dan
dibungkus dengan
menggunakan plastik
Plastik dibuang dan
mesin anestesi
dibersihkan
Sebelum
operasi Sesudah
operasi
WongJ,GohQY,TanZ,etal.PreparingforaCOVID-19
pandem
ic:areviewofoperatingroomoutbreak
responsem
easures inalargetertiaryhospitalin
Singapore..CanJAnaesth.2020;67(6):732-745.
doi:10.1007/s12630-020-01620-9
23.
24.
25. Komunikasi = transfer informasi
• Meminimalisasi kontak dengan pasien. Memerlukan perubahan cara
berkomunikasi antar nakes maupun dengan pasien
• Menggunakan berbagai moda alat komunikasi , seperti: IT, Handy Talkie,
Handphone, dsb.
• Terdapat staf yang bertugas sebagai “Runner” yang berada di luar kamar
operasi untuk membantu staf yang melakukan pembedahan.
• Menggunakan checklist sebagai alat bantu staf dalam menghadapi situasi
yang tidak familiar dan mencegah lupa (Peter M Odor, dkk,Anesthesia and Covid-19: Infection Control,
BJA 125(1): 2020)
29. Peningkatan
kompetensi
staff
• Perubahan pola pendidikan dan pelatihan pada
pandemi covid-19 ini dikarenakan harus
dilakukan dalam waktu cepat.
• Melatih staf untuk siap sedia dalam berbagai
situasi pekerjaan. Staf harus siap menggantikan
staff di suatu unit jika terjadi kekurangan tenaga
akibat overload atau staff yang terinfeksi.
• Peningkatan non-technical skill staff (situation
awareness, pengambilan keputusan, dsb)
• Media dilakukan melalui kuliah, hands-on,
webinar, simulasi dan sebagainya
31. Adaptasi
Kebiasan Baru
pada pelayanan
Bedah dan
Anestesi
• Protokol Pencegahan infeksi rumah sakit:
mencegah cross contamination dan
memberikan perlindungan tenaga kesehatan
dan pasien
• Metode skrining Sars-Cov2 untuk memisahkan
pasien Covid-19 dengan non-covid-19
Menggunakan PCR (RT-PCR atau TCM)
• Penyediaan APD level 3 bagi nakes yang
melakukan pembedahan. Perhatikan
lama.
rekomendasi untuk pembedahan dalam waktu
• Unit kamar operasi yang terpisah antara kamar
operasi infeksius dan non infeksius
32. • Modifikasi sistem komunikasi
antar staf untuk mencegah
cedera pada pasien.
Menggunakan ceklis sebagai
alat bantu
• Peningkatan situation
awareness/non-technical skill
dan kompetensi staf melalui ,
diskusi dan simulasi.
Adaptasi
Kebiasan
Baru pada
pelayanan
Bedah dan
Anestesi
33. Optimalisasi pasien terkonfirmasi COVID–19
Untuk pasien terkonfirmasi COVID–19, penilaian praoperasi harus fokus pada
mengoptimalkan kondisi pernapasan pasien:
• Menilai jalan napas dengan cermat dan merancang rencana jalan napas.
• Menentukan tingkat keparahan gangguan pernapasan.
• Perhatikan kebutuhan oksigen, x–foto dada, gas darah arteri.
• Mencari tanda kegagalan organ, terutama tanda-tanda syok, gagal hepar,
gagal ginjal
• Tinjau antivirus saat ini untuk menghindari interaksi obat dengan obat
anestesi. Menentukan disposisi pasca operasi pasien, termasuk kebutuhan
akan dukungan perawatan intensif.
34.
35.
36. General Anestesi
Sebelum induksi
• Memastikan semua staf di teater mengenakan APD yang sesuai sesuai dengan
protokol departemen. Integritas respirator N95 harus diuji dengan uji tekanan positif
dan negatif.
• Menilai ulang risiko infeksi pada pasien dan tingkat tindakan pencegahan yang
diperlukan untuk semua anggota yang terlibat tindakan.
• Berkomunikasi dengan jelas dengan perawat atau asisten anestesi mengenai rencana
jalan napas karena berbicara dan mendengar melalui respirator N95 dan pelindung
wajah mungkin sulit dilakukan.
• Menggunakan laringoskop video dengan disposable bladesuntuk mengoptimalkan
upaya pertama yang terbaik (best first attempt).
• Masukkan filter virus bakteri ke lengan ekspirasi dari 24sirkuit pernapasan terpisah
dari HME.
• Mempertimbangkan penutup disposable pada permukaan guna mengurangi tetesan
dan kontaminasi kontak
37. General Anestesi
Induksi
Minimalkan jumlah orang di kamar selama induksi dengan melakukan rangkaian
tindakan berikut:
• Intubasi dilakukan oleh praktisi berpengalaman untuk mengurangi upaya dan waktu,
pertimbangkan gloving ganda.
• Pre oksigenasi dengan aliran gas seminimal mungkin yaitu kurang dari 6L/menit,
pastikan seal baik dengan sungkup muka.
• Fentanyl diberikan secara perlahan, dalam alikuot kecil jika diperlukan untuk
mengurangi batuk.
• Manfaatkan induksi urutan cepat untuk mengurangi kebutuhan ventilasi-masker.
• Mempertahakan patensi jalan napas, memastikan onset kelumpuhan sebelum
melakukan intubasi, untuk menghindari batuk.
38. General Anestesi
Induksi
• Menggunakan pegangan dua tangan untuk mengoptimalkan seal jika ventilasi–
masker menjadi perlu.Minta bantuan dengan bagging, sambil memanfaatkan aliran
terendah. Berikan volume tidal kecil
• Memulai ventilasi tekanan positif hanya setelah manset tabung endotrakeal terinflasi.
• Sarung tangan luar dilepas setelah intubasi jika menggunakan teknik sarung tangan
ganda untuk mengurangi kontaminasi lingkungan.
• Menggunakan pita pre–cut untuk mengamankan tabung endotrakeal.
• Mengofirmasi posisi tube dengan mengamati peningkatan dada bilateral atau
ultrasonografi, karena auskultasi mungkin sulit karena alat pelindung diri.
• Melakukan kebersihan tangan
39. General Anestesi
Maintenance
Maintenance dilakukan dengan minimalkan pemutusan tabung dan sirkuit.
• Gunakan sistem closed–suctioning jika tersedia.
• Letakkan ventilator dalam keadaan siaga setiap kali pemutusan sirkuit diperlukan,
seperti reposisi tabung. Nyalakan kembali ventilasi mekanis hanya setelah sirkuit
dihubungkan kembali/ditutup.
• Gunakan strategi ventilasi mekanis pelindung paru dengan mempertahankan volume
tidal 5–6 mL/kg. Laju pernapasan ditingkatkan untuk mempertahankan ventilasi
menit, jaga agar tekanan udara puncak tetap di bawah 30 mmHg
40. General Anestesi
Emergence
• Berikan anti-emetik untuk meminimalkan muntah.
• Memastikan emergence yang halus dan meminimalkan batuk.
• Pasien terkonfirmasi ditempatkan di ruang operasi isolasi untuk perawatan pasca–
anestesi.
• Mengatur penyerahan kasus dengan tim penerima di ruang operasi.
• Ketaatan ketat pada pakaian yang layak di lokasi yang ditentukan, lakukan
kebersihan tangan
41. Anestesi regional
• Pada beberapa peneliti memperingatkan agar tidak melakukan anestesi
neuraksial karena kekhawatiran risiko teoretis terjadinya infeksi seeding ke
sistem saraf pusat pada pasien viraemik.
• Namun, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa anestesi spinal
mengakibatkan keterlibatan sistem saraf pusat pada pasien dengan human–
immunodeficiency virus(HIV) atau varicella.
• Anestesi spinal dan patches darah epidural telah dilakukan pada pasien
obstetri dengan HIV. Meskipun risiko infeksi SSP masuk akal, tindakan ini
harus dipertimbangkan kembali terhadap risiko melakukan anestesi umum
pada pasien dengan COVID–19.
42. Anestesi regional
Gunakan kewaspadaan tingkat droplet dan kontak,mengingat kemungkinan
konversi ke anestesi umum jika anestesi regional gagal. Tindakan pencegahan
airborne diperlukan jika pasien membutuhkan oksigen aliran tinggi.
• Masker bedah harus dikenakan oleh pasien selama prosedur.
• Jarum spinal pencil–point digunakan untuk anestesi spinal. Tindakan ini dapat
mengurangi risiko memasukkan material virus kedalam SSP karena terdapat
lebih sedikit coring jaringan dibandingkan dengan jarum spinal cutting tip.
• Pelindung/penutup penuh untuk probe ultrasound untuk meminimalkan
kontaminasi.
• Kebersihan tangan sebelum dan sesudah prosedur
43. CPR PADA PENDERITA COVID–19
CPR melibatkan serangkaian peristiwa yang meningkatkan risiko
pembentukan aerosol, termasuk suction, ventilasi masker, dan intubasi.
Meskipun risiko penularan penyakit dari kompresi dada dan defibrilasi saja
kurang pasti, setiap upaya resusitasi harus dianggap sebagai pemicu aerosol.
• Pertimbangkan oksigenasi apnoeic daripada memberikan napas melalui bag
valve mask untuk mempertahankan patensi dan ventilasi jalan napas.
• Intubasi awal pada resusitasi untuk mengamankan dan mengisolasi jalan
napas dan kemungkinan pembentukan aerosol.
• Tahan kompresi dada untuk sementara selama intubasi untuk mengurangi
risiko menghirup aerosol infektif oleh klinisi intubasi.
• Mempertimbangkan untuk menggunakan sistem kompresi dada LUCAS
untuk memberikan kompresi otomatis jika tersedia. Ini mengurangi jumlah
tenaga kesehatanyang dibutuhkan berada dekat dengan pasien