1. Nama : Ardiyansyah
NIM : I11108077
1. Anatomi Leher
Pada daerah leher terdapat beberapa ruang potensial yang dibatasi oleh fasia servikal. Fasia
servikal dibagi menjadi dua yaitu fasia superfisial dan fasia profunda. Kedua fasia ini
dipisahkan oleh otot platisma yang tipis dan meluas ke anterior leher. Otot platisma
sebelah inferior berasal dari fasia servikal profunda dan klavikula serta meluas ke superior
untuk berinsersi di bagian inferior mandibula.
Gambar. Potongan aksial leher setinggi orofaring
2. Gambar . Potongan oblik leher
Fasia superfisial terletak dibawah dermis. Ini termasuk sistem muskuloapenouretik, yang
meluas mulai dari epikranium sampai ke aksila dan dada, dan tidak termasuk bagian dari
daerah leher dalam. Fasia profunda mengelilingi daerah leher dalam dan terdiri dari 3
lapisan, yaitu:5,6
- lapisan superfisial
- lapisan tengah
- lapisan dalam.
Ruang potensial leher dalam
Ruang potensial leher dalam dibagi menjadi ruang yang melibatkan daerah sepanjang leher,
ruang suprahioid dan ruang infrahioid.6,8
Ruang yang melibatkan sepanjang leher terdiri dari:
ruang retrofaring
ruang bahaya (danger space)
ruang prevertebra.
3. Ruang suprahioid terdiri dari:
ruang submandibula
ruang parafaring
ruang parotis
ruang mastikor
ruang peritonsil
ruang temporalis.
Ruang infrahioid:
ruang pretrakeal.
Gambar. Potongan Sagital Leher
5. 2. Jenis Abses di Leher
- Jenis abses dileher ada yang Abses Leher Superfisialis dan Abses Leher Dalam
a. Abses leher superfisialis biasa sering disebabkan oleh infeksi pada kelenjar getah
bening. Bakteri pnyebab paling sering adalah Staphylococcus dan Streptococcus.
b. Abses leher dalam
Abses leher dalam adalah terkumpulnya nanah (pus) di dalam ruang potensial di antara
fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran dari berbagai sumber infeksi, seperti gigi,
mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga dan leher. Jenis abses leher dalah adalah:
1) Abses peritonsil merupakan terkumpulnya material purulen yang terbentuk di luar
kapsul tonsil dekat kutub atas tonsil
6. 2) Abses Retrofaring Merupakan abses leher dalam yang jarang terjadi, terutama
terjadi pada bayi atau anak di bawah dua tahun dan merupakan abses leher dalam
yang terbanyak pada anak. Kelenjar getah bening ini biasanya mengalami atropi
pada usia 3-4 tahun. Pada anak biasanya abses terjadi mengikuti infeksi saluran
nafas atas dengan supurasi pada kelenjar getah bening yang terdapat pada daerah
retrofaring. Pada orang dewasa abses retrofaring sering terjadi akibat adanya
trauma tumpul pada mukosa faring, perluasan abses dari struktur yang berdekatan
3) Abses Parafaring dapat terjadi setelah infeksi faring, tonsil, adenoid, gigi, parotis,
atau kelenjar limfatik. Pada banyak kasus abses parafaring merupakan perluasan
dari abses leher dalam yang berdekatan seperti; abses peritonsil, abses
submandibula, abses retrofaring maupun mastikator
4) Abses Submandibular Dapat bersumber dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar
liur atau kelenjar limfe submandibula. Mungkin juga sebagian kelanjutan infeksi
infeksi ruang leher dalam lain.
5) Angina Ludovici merupakan peradangan selulitis atau flegmon dari bagian
superior ruang suprahioid atau di daerah sub mandibula, dengan tidak ada fokal
abses. Ruang potensial ini berada antara otot-otot yang melekatkan lidah pada
tulang hioid dan ototmilohioideus.
3. Pemilihan Anestesi abses di leher
Evakuasi abses dapat dilakukan dalam anastesi lokal untuk abses yang dangkal dan
terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkose umum bila letak abses dalam dan luas karena
pada leher terdapat pembuluh darah besar seperti arteri karotis dan vena jugularis.
Operasi sekitar kepala, leher, dada, dan abdomen sangat baik dilakukan dengan anestesi
umum inhalasi dengan pemasangan pipa endotrakheal, sejak diketahui bahwa dengan
metode ini jalan nafas dapat dikontrol dengan baik sepanjang waktu.
4. Golongan Antibiotik
Dosis Amoxicillin : 500 mg per 12 jam, 250 mg per 8 jam
Dosis Metronidazole : 7,5 mg/kg selama 7-10 hari