Teks ini menceritakan kisah seorang mantan petugas bea cukai yang meninggalkan pekerjaannya karena menyadari perbuatannya yang haram. Ia kemudian mengalami berbagai cobaan seperti kemiskinan dan kehilangan anaknya. Suatu malam ia mengutarakan kekesalannya karena doanya selama ini tidak dikabulkan Allah dan berniat berhenti beribadah. Ia kemudian bermimpi bertemu dengan Allah yang mengungkap
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Ampuni aku ya robbi, maafkan kata kataku
1. Ummi Frizz /120189
Ampuni Aku Ya Robbi, Maafkan Kata-kataku
Ada seorang hamba Allah, ia rajin sholat malam dan bermunajat, berkhalwat dengan Al-
Kholiq. Setiap malam dari kedua matanya yang memerah karena menangis, mengalir air
yang membasahi mukenahnya, ia berbisik-bisik lirih memohon beberapa permintaan dan
pengharapan. Dari waktu ke waktu, tak kunjung jua permintaannya dikabulkan oleh Allah.
Permintaannya (diantaranya) adalah agar segera diangkat kemiskinan yang menjadi selimut
kehidupannya selama ini, keluarganya sering sakit-sakitan, setiap hari ia keluar untuk
berusaha memperoleh rizki Allah tapi tidak tampaklah dilapangkan rizqi itu untuknya.
Padahal dahulu, ketika ia masih bekerja menjadi petugas bea cukai,uang dan
kesenangan adalah kawan akrab. Hingga suatu saat ia mendengarkan ceramah yang
menjelaskan bahwa penyelewengan yang sering ia lakukan selama ini adalah haram dan
tidak membawa keberkahan, kelak penyelewengan ini akan berhadapan dengan hukum
Allah yang tidak bisa dibantah lagi di akhirat. Bergetar hatinya, masuk hidayah Allah
atasnya. Sejak itu tidak pernah lagi ia melakukan perbuatan tersebut, semakin rajin ia
melakukan sholatul Lail mengadukan nasibnya hanya kepada Allah, agar diberikan harta
yang halal dan rizqi yang lapang dalam menghidupi hidup ini.
Namun berangsur-angsur seakan terkena kualat (karena meninggalkan perbuatan haram
itu) penghasilannya semakin menurun, beliau sekeluarga sering sakit dan menjadikan
badannya yang sehat menjadi kurus, anak satu-satunya meninggal setelah menjalani
perawatan selama beberapa minggu di rumah sakit.
Sampai saat itu ia masih bersabar, tak pernah terucap dari mulutnya kata-kata keluhan dan
makian atas apa yang menimpa hidupnya. Malah menjadikannya semakin sering dan
khusyuk ia mendekatkan diri kepada Allah. Dan malang yang tidak kunjung padam
terhadapnya, korupsi yang dahulu ia lakukan bertahun silam terungkap, maka ia dan
beberapa orang rekannya terkena pemecatan dengan tidak hormat. Subhanallah, semakin
berat rasanya hidup ini baginya. Tambah satu kalimat panjang di malam harinya ia mengadu
kehadapan Rabbnya,menangis dan perih rasa batinnya. Setiap dalam sedihnya ia berdoa,
selalu ada bisikan lirih di hatinya, "Apa yang engkau harapkan itu dekat sekali, bila
engkau bertaqwa!". Setiap mendengar bisikan itu, timbul semangatnya. Kini setelah ia
dipecat, ia berdagang. Baginya dagang yang tidak pernah untung, hutang yang semakin
bertumpuk, musibah yang seakan tidak berujung.
Setelah puluhan tahun ke depan sejak ia dekat dengan Allah setiap malamnya,tidak juga
merobah hidupnya. Sejak puluhan tahun ia mendengar bisikan di atas, tidak juga tampak
2. Ummi Frizz /120189
yang dijanjikanNya. Mulailah timbul pemikiran yang tidak baik dari syaithon. Hingga beliau
berkesimpulan, tampaknya Allah tidak ridho terhadap doanya selama ini.Maka pada malam
harinya, ia berdoa kepada Allah : "Wahai Allah yang menciptakan malam dan siang,
yang dengan mudah menciptakan diri yang sempurna ini karena Engkau tidak
mengabulkan permintaanku hingga saat ini, mulai besok aku tidak akan meminta dan
sholat lagi kepadaMu, aku akan lebih rajin berusaha agar tidaklah harus beralasan
bahwa semua tergantung dariMu. Maafkan aku selama ini,ampuni aku selama ini
menganggap bahwa diriku sudah dekat denganmu !"
Beliau tutup doa dengan perasaan berat yang semakin dalam dari awal ia berniat seperti itu
('mengkhatamkan' ibadah sholat lailnya). Beliau berbaring dengan pemikiran menerawang
hingga ia tak mengetahui kapan ia tertidur. Dalam tidurnya, ia bermimpi, mimpi yang
membuatnya semakin merasa bersalah. Seakan ia melihat suatu Padang luas bermandikan
cahaya yang menakjubkan, dan puluhan ribu, atau mungkin jutaan makhluk cahaya duduk
di atas betisnya sendiri dengan kepala tertunduk takut. Ketika beliau mencoba mengangkat
wajahnya untuk melihat kepada siapa mereka bersimpuh, tidak mampu... kepalanya dan
matanya tidak mampu memandang dengan menengadah. Beliau hanya dapat melihat para
makhluk yang duduk di hadapan Sesuatu Yang Dahsyat. Terdengar olehnya suara
pertanyaan, "Bagaimana hambaku si fulana, hai malaikatku ?" nama yang tidak
dikenalnya. Seorang berdiri dengan tubuh gemetar karena takut, dan bersuara dengan lirih,
"Subhanaka yaa Maalikul Quddus, Engkau lebih tahu keadaan hambaMu itu. Dia
mengatakan demikian : "Wahai Allah yang menciptakan malam dan siang, yang dengan
mudah menciptakan diri yang sempurna ini. Karena Engkau tidak mengabulkan
permintaanku hingga saat ini, mulai besok aku tidak akan meminta dan sholat lagi
kepadaMu, aku akan lebih rajin berusaha agar tidaklah terus beralasan bahwa semua
tergantung dariMu. Maafkan aku selama ini, ampuni aku selama ini menganggap
bahwa diriku sudah dekat denganMu !" Ampuni dia yaa Al 'Aziiz, yaa Al Ghofuurur
Rohiim!"
Tersentak beliau, itu kata-kataku semalam..celaka, pikirnya. Kemudian terdengar suara lagi
: "Sayang sekali, padahal Aku sangat menyukainya, sangat mencintainya, dan Aku
paling suka melihat wajahnya yang terpendam menangis, bersimpuh dengan
menengadahkan tangannya yang gemetar kepadaKu, dengan bisikan-bisikan
permohonannya kepadaKu, dengan pemintaan-permintaannya kepadaKu, sehingga
tak ingin cepat-cepat Kukabulkan apa yang hendak Aku berikan kepadanya agar lebih
lama dan sering Aku memandang wajahnya, Aku percepat cintaKu padanya dengan
Aku bersihkan ia dari daging-daging haram badannya dengan sakit yang ringan. Aku
3. Ummi Frizz /120189
sangat menyukai keikhlasan hatinya di saat Aku ambil putranya, di saat Ku beri ia
cobaan tak pernah Ku dengar keluhan kesal dan menyesal di mulutnya. Aku rindu
kepadanya... rindukah ia kepadaKu, hai malaikat-malaikatKu ?"
Suasana hening, tak ada jawaban. Menyesallah beliau atas pernyataannya semalam, ingin
ia berteriak untuk menjawab dan minta ampun tapi suara tak terdengar, bising dalam hatinya
karenanya. "Ini aku Yaa Robbi, ini aku. Ampuni aku Ya Robbi, maafkan kata-kataku !"
semakin takut rasanya ketika tidak tampak mereka mendengar, mengalirlah air matanya
terasa hangat di pipinya. Astaghfirullah !! Terbangun ia, mimpii.
Segeralah ia berwudhu, dan kembali bersujud dengan bertambah khusyu', kembali ia sholat
dengan bertambah panjang dari biasanya, kembali ia bermunajat dan berbisik-bisik dengan
Al-Kholiq dan berjanji tak akan lagi ia ulangi sikapnya malam tadi selama-lamanya. "...Yaa
Allah, Yaa Robbi jangan engkau ungkit-ungkit kebodohanku yang lalu, ini aku
hambaMu yang tidak pintar berkata manis, datang dengan berlumuran dosa dan
segunung masalah dan harapan, apapun dariMu asal Engkau tidak membenciku aku
rela...Yaa Allah, aku rindu padaMu..."
Semoga menambah keimanan dan ketekunan kita dalam mengerjakan sholat lail, senantiasa sabar &
ikhlas dengan apa yang ditetapkan olehNya.