Teks tersebut membahas tentang produk bersama dan produk sampingan. Produk bersama adalah dua produk atau lebih yang dihasilkan secara bersama-sama dengan proses yang sama, sedangkan produk sampingan adalah produk sekunder yang dihasilkan dari proses produksi utama. Teks tersebut juga menjelaskan beberapa metode untuk mengalokasi biaya bersama ke produk-produk dan metode untuk menghitung harga pokok produk sampingan.
4. Produk Bersama (Joint Product) adalah dua macam produkatau lebih yang
dihasilkan secara bersama-sama denganserangkaian proses atau dengan proses
gabungan denganmenggunakan bahan baku, tenaga kerja dan fasilitas pabrikyang
sama.Nilai jual (kwantitas kali hargajual per satuan)masing- masing produk
bersama ini relatif sama, sehingga tidakada di antăra produk-produk yang
dihasilkan tersebut dianggapsebagai produk utama (main product) ataupun
produksampingan (by-product).
Produk Bersama (Joint Product)
5. a. Produk bersama dan produk sekutu merupakan tujuanutama kegiatan produksi.
b.Harga jual produk bersama atau produk sekutu relatif tinggi bila dibandingkan dengan produk
sampingan yangdihasilkan sama.
C. Dalam mengolah produk bersama tertentu, produsen tidakdapat menghindarkan diri untuk
menghasilkan semua jenisproduk bersama, jika ia ingin memproduksi hanya salah satu diantara produk
bersama tersebut. Dalam perusahaan dagingkaleng misalnya, setiap kali memotong sapi,
akanmemperolehdaging, kulit dan lemak. Jadi kalau produsen hanya inginmengolah daging saja, tidak
bisa tidak ia harus memanfaatkankulitnya (dibuat makanan atau dijual dalam bentuk kulit).
Karakteristik Produk Bersama
6. Biaya bersama dapat dialokasikan kepada tiap tiap
produkbersama dengan menggunakan salah satu dari
empatmetode di bawah ini :
1. Metode Nilai Jual Relatif.
2. Metode Satuan Fisik.
3. Metode Rata-Rata Biaya per Satuan.
4. Metode Rata-Rata Tertimbang.
Alokasi Biaya Bersama
7. a) Metode Nilai Pasar / Nilai Jual Relatif
Metode ini adalah metode yang sangat populer karena dengan
argumennya bahwa harga produk merupakan manifestasi dari biaya
produksinya. Metode ini mengasumsikan bahwa setiap produk yang
dihasilkan dalam proses produksi bersama memilki nilai jual atau nilai pasar
yang berbeda. Perbedaan nilai pasar disebabkan tingkat pemakaian biaya
yang berbeda.
Metode ini berpendapat bahwa jika salah satu produk terjual lebih tinggi
daripada yang lainnya, hal itu terjadi karena biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksinya juga lebih tinggi dibandingkan produk lain. Jadi dalam
metode ini kelangkaan tidak mempunyai pengaruh dalam menentukan harga
jual. Karena asumsi itulah, cara yang logis untuk mengalokasikan biaya
bersama adalah berdasarkan pada nilai jual relatif masing-masing produk
bersama.
8. Terdapat dua metode dalam metode nilai jual relatif, yaitu:
1. Metode nilai pasar saat split-off point
Metode ini digunakan ketika setelah split-off point tidak ada proses produksi lanjutan dan harga jual
sudah diketahui pada saat itu. Biaya bersama (joint cost) dialokasikan ke masing-masing produk
sesuai dengan perbandingan nilai jualnya terhadap nilai jual keseluruhan produk bersama.
Contoh :
PT “ABC” memproduksi 3 macam produk yaitu alfa, beta dan gamma. Biaya bersama yang
dikeluarkan selama satu periode adalah sebsar Rp 20.000.000,00. Jumlah produksi dan harga jual
masing-masing produk tertera pada table berikut:
Produk Jumlah unit Harga unit
Alfa 5.000 Rp 1000
Beta 10.000 Rp 1500
Gamma 7.000 Rp 1300
9. Produk
Jumlah
unit
Harga
unit
Nilai jual Rasio Alokasi HPP/ unit
Alfa 5.000 1000 5.000.000 22,62% 4.524.000 904,8
Beta 10.000 800 8.000.000 36,20% 7.240.000 724
Gamma 7.000 1300 9.100.000 41,18% 8.236.000 1.176,5
Jumlah 22.100.000 100% 20.000.000
Penyelesaian :
Lanjutan
10. 2. Metode nilai jual hipotesis
Apabila suatu produk tidak bisa dijual pada saat titik pisah, maka harga tidak dapat diketahui
pada saat titik pisah. Produk tersebut memerlukan proses tambahan sehingga harga jual tidak dapat
dikethui sebelum dijual (setelah titk pisah). Dasar yang dapat digunakan dalam mengalokasikan
biaya bersama adalah harga pasar hipotesis.
Harga pasar hipotesis adalah nilai jual suatu produk setelah diproses lebih lanjut dikurangi
dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproses lanjutan setelah pemisahan.
Keterangan Produk Alfa Produk Beta Produk Gamma
Unit Produksi 5.000 10.000 7.000
Harga Jual/unit Rp1.000 Rp800 Rp1.300
Biaya Proses lanjutan/unit Rp400 Rp300 Rp500
Contoh :
Dengan menggunakan data perusahaan PT. ABC pada contoh soal metode nilai pasar, diketahui
biaya proses lanjutan masing-masing produk adalah sebagai berikut:
11. Produk
bersama
Hrg
jual/
kg
Biaya
Tmbhan
Nilai jual
Hipotesis*
Jmlh
Prduk
Nilai jual Rasio
Alokasi**
(20.000.000)
HPP
/kg
Alfa 1.000 400 600 5.000 3.000.000 22,06% 4.412.000 882,4
Beta 800 300 500 10.000 5.000.000 36,76% 7.352.000 735,2
Gamma 1.300 500 800 7.000 5.600.000 41,18% 8.236.000 1.176,6
13.600.000 100% 20.000.000
Penyelesaian :
*(Harga jual – biaya tambahan)
**(rasio x 20.000.000)
12. b) Metode rata-rata biaya per satuan
Metode ini berupaya untuk mendistribusikan total biaya produksi
gabungan ke berbagai produk atas dasar biaya per unit. Metode ini
digunakan jika dari satu proses produksi bersama dihasilkan beberapa
produk yang bisa diukur dalam satuan yang sama meskipun dalam
kualitas yang berbeda-beda. Perusahaan yang menggunakan metode ini
berpendapat bahwa semua produk yang dikerjakan dengan proses yang
sama harus menerima bagian yang sebanding dengan total biaya
gabungan berdasarkan unit yang diprosuksi. Penentuan biaya untuk setiap
produk dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas masing-masing produk
yang dihasilkan.
Contoh :
Suatu perusahaan menghabiskan biaya Rp 2.000.000 untuk memproduksi 1000
liter produk dari minyak mentah. Rata-rata biaya produksi per unit adalah Rp
2.000 (Rp 2.000.000/1000)
13. Produk Kuantitas
Rata-rata biaya per
satuan
Alokasi biaya bersama
Bensin 350 Rp 2.000 Rp 700.000
Pelumas 250 Rp 2.000 Rp 500.000
Minyak Tanah 300 Rp 2.000 Rp 600.000
Solar 100 Rp 2.000 Rp 200.000
Jumlah 1000 Rp 2.000.000
Lanjutan :
c) Metode rata-rata tertimbang
Pada banyak industri, metode-metode yang telah dibahas diatas tidak dapat
memberika solusi yang memuaskan dalam mengalokasikan biaya bersama karena
tidak mempertimbangkan segi kualitas dari suatu produk. Sehingga mucullah metode
yang menggunakan bobot sebagai presentasi dari ukuran besarnya unit, kesulitan
pembuatan, waktu yang dibutuhkan dan sebagainya sebagai dasar untuk
mengalokasikan biaya bersama. Penentuan alokasi biaya bersama pada setiap produk
didasarkan atas perkalian jumlah unit produk dengan angka penimbang, dan hasilnya
digunakan sebagai dasar untuk alokasi.
14. Produk
Jumlah
produk
Angka
penimbang
Jumlah produk x
angka penimbang
Alokasi biaya
bersama (2.000.000)
Bensin 350 4 1400 Rp 965.517
Pelumas 250 2 500 Rp344.826
Minyak
tanah 300 3 900 Rp620.689
Solar 100 1 100 Rp. 68.966
Total 1000 2.900 Rp 2.000.000
Contoh :
Dari soal pada metode kedua (metode rata-rata biaya per satuan), diketahui bobot
untuk bensin 4, pelumas 2, minyak tanah 3 dan solar 1. Alokasi biaya bersamanya
sebagai berikut :
15. d) Metode unit kuantitatif / satuan fisik
Metode kuantitatif berupaya mendistribusikan total biaya gabungan berdasarkan satuan ukuran
tertentu seperti kilogram, ton, liter, meter dan sebagainya. Jika produk bersama mempunyai
ukuran yang berbeda maka harus ditentukan koefisien ekuivalesinya yang digunakan untuk
mengubah satuan yang berbeda kedalam satuan yang sama. Metode ini beranggapan bahwa
setiap produk dapat diidentifikasi sesuai dengan tingkat pemanfaatan bahan baku dalam ukuran
satuan yang sama.
Contoh :
Berikut adalah data produk yang dihasilkan dari satu ton batu bara yang menghabiskan
biaya sebesar Rp 1.000.000 :
Produk
Kuantitas
(pon)
Presentase (%) Alokasi Biaya Bersama
Kokas 1.200 60% Rp 600.000
Ter Batu Bara 300 15% Rp 150.000
Gas 500 25% Rp 250.000
Jumlah 2.000 100% Rp 1.000.000
17. B. Perhitungan Harga Pokok Produk Sampingan
Produk sampingan (by-product), atau hasil tambahan, adalah produk sekunder yang
berasal dari suatu proses produksi atau reaksi kimia. Produk ini bukanlah layanan atau
produk utama yang dihasilkan oleh proses tersebut. Dalam konteks produksi, sebuah produk
sampingan atau hasil tambahan dapat didefinisikan sebagai "hasil dari suatu proses produksi
bersama yang kecil dalam hal kuantitas dan/atau nilai realisasi bersih (net realizable value,
NVR) jika dibandingkan dengan produk utama".
a. Metode Tanpa Harga Pokok (Non-Cost Methods)
Metode tanpa harga pokok adalah suatu metode dalam perhitungan produk
sampingan tidak memperoleh alokasi biaya bersama dari pengolahan
produk sebelum dipisah. Metode tanpa harga pokok dibagi menjadi 2
macam:
18. Dalam metode ini penjualan atau pendapatan produk sampingan dalam laporan laba
rugi dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Produk sampingan dapat langsung dijual pada saat saat titik pisah (split-
off point) atau pengakuan atas pendapatan kotor.
a) Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai penghasilan diluar usaha.
Dalam metode ini pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk sampingan dikurangi
dengan returnya, dicatat dalam rekening “Pendapatan Penjualan Produk Sampingan” dan
pada akhir periode akuntansi ditutup ke rekening Rugi-Laba. Rekening pendapatan
penjualan produk sampingan dicantumkan dalam laporan Laba-Rugi pada kelompok
penghasilan di luar usaha (other income).
19. Contoh : Diketahui data dari kegiatan operasional perusahaan “ABC” sebagai berikut:
Unit Produksi Produk Utama 16.200 unit
Unit Penjualan Produk Utama 13.500 unit
Unit Persediaan Awal Produk Utama 500 unit
Harga Jual per Unit Rp750
Biaya produksi/unit produk utama Rp500
Hasil Penjualan Produk Sampingan (2.000xRp300) Rp600.000
Beban Pemasaran dan Administrasi Produk Utama Rp2.925.000
20. Laporan laba-rugi sebagai berikut:
Penjualan produk utama Rp 10.125.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500xRp 500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x Rp 500) Rp 8.100.000 +
Tersedia dijual Rp 8.350.000
Persediaan akhir (3.200 x Rp 500) Rp 1.600.000 -
Rp 6.750.000-
Laba Kotor Rp 3.375.000
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000-
Laba operasi Rp 450.000
Pendapatan lain-lain :
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 600.000+
Laba sebelum pajak Rp 1.050.000
21. b) Pendapatan penjualan produk sampingan dicatat sebagai tambahan pendapatan
penjualan produk utama.
Pada metode ini, hasil penjualan produk sampingan sebesar
Rp600.000 dikurangkan pada total biaya produksi sebesar Rp
8.100.000 sehingga menghasilkan biaya produksi netto sebesar
Rp7.500.000. Pegurangan ini menyebabkan biaya per unit rata-
rata menjadi Rp464,07 (7.500.000+250.000 : 16.700)
Konsekuansinya persediaan akhir sebesar Rp 1.600.000,00
menjadi Rp1.485.024,00
Laporan laba rugi akan tampak sebagai berikut :
Penjualan Rp 10.125.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (500x500) Rp 250.000
Total biaya produksi (16.200 x 500) Rp 8.100.000
Pendapatan penjualan PS Rp 600.000-
Rp 7.500.000+
22. Tersedia dijual Rp 7.750.000
Persediaan akhir (3.200 x 464,07) Rp 1.485.024 -
Rp 6.264.976 -
Laba Kotor Rp 3.860.024
Beban pemasaran dan administrasi Rp 2.925.000 -
Laba operasi Rp 935.024
2. Produk sampingan memerlukan proses lanjutan setelah dipisah dari
produk utama atau pengakuan atas pendapatan bersih.
Dalam metode ini disadari kebutuhan untuk membebankan sebagian biaya ke
produksi sampingan. Tetapi bukan berarti mengalokasikan biaya produk utama ke
produk sampingan. Biaya pemrosesan dan pemasaran produk sampingan setelah
pemisahan dicatat dalam perkiraan yang berbeda dengan produk utama. Angka-angka
yang ada tetap akan diperhitungkan didalam laporan laba-rugi sesuai dengan metode
yang ada pada metode pertama.
23. Dalam metode ini hasil penjualan bersih produk sampingan dapat dihitung, yaitu :
Penjualan/pendapatan produk sampingan Rp xxxxxx
Biaya proses lanjutan produk sampingan Rp xxxxxx
Biaya pemasaran dan biaya administrasi Rp xxxxxx +
Rp xxxxxx +
Penjualan/ Pendapatan Bersih Produk Sampingan Rp xxxxxx
Pendapatan bersih produk sampingan inilah yang nantinya akan dimaksukkan pada perhitungan laporan laba-
rugi.
Seperti metode pertama, dalam menghitung harga pokok produk sampingan metode kedua juga bisa dilkaukan
dengan metode-metode yang ada pada metode pertama, yaitu:
1. Diperlakukan sebagai penghasilan diluar usaha atau pendapatan lain-lain.
2. Diperlakukan sebagai penambah penjualan atau pendapatan produk utama.
3. Diperlakukan sebagai pengurang harga pokok penjualan.
4. Diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi.
24. Lebih baik tidak usah bertanya karena barang siapa
yang mempersulit teman-nya maka ALLAH akan
mempersulit hari akhir-nya.
“ SEKIAN & TERIMAKASIH ”