pengantar muamalah ini saya presentasikan untuk mahasiswa universitas muhadi setiabudi brebes jawa tengah dalam mata kuliah dasar pendidikan agama islam II semester 2
pengantar muamalah ini saya presentasikan untuk mahasiswa universitas muhadi setiabudi brebes jawa tengah dalam mata kuliah dasar pendidikan agama islam II semester 2
HALAL BI HALAL, A FESTIVAL OF IDUL FITRI AND IT’S RELATION WITH THE HISTORY O...Episteme IAIN Tulungagung
Dalam artikel ini saya akan membahas tiga topik: Idul Fitri, tradisi halal bi halal dan sejarah islamisasi di Jawa. Berdasarkan gagasan Robert Redfied tentang tradisi besar dan kecil, saya ingin mengatakan bahwa festival Idul Fitri di Jawa lebih menyenangkan, ceria dan menggembirakan daripada di negara asal karena di masa lalu para intelektual yang menyebarkan Islam tidak mencoba untuk mengubah secara radikal tradisi lokal, namun mereka memilih untuk melanjutkan-tradisi kuno dengan agama baru dari tradisi besar Islam. Itu adalah gerakan yang sangat halus dan pintar sebab mereka menghidupkan kembali tradisi kuno dengan memadukannya dengan Islam.
MENEGUHKAN ISLAM NUSANTARA UNTUK ISLAM BERKEMAJUAN: Melacak Akar Epistemologi...Episteme IAIN Tulungagung
Sejatinya, Islam Nusantara bukanlah sesuatu yang baru. Penebalan kata “Nusantara” yang dikawinkan dengan “Islam” bukan hanya menegaskan nama, melainkan juga karakter untuk menunjukkan corak atau warna dari sebuah entitas yang heterogen. Keragaman sebagai salah satu tipologi Islam Nusantara adalah buah dari pergumulan panjang antara agama dan budaya; antara teks dengan konteks yang saling melengkapi satu sama lain sehingga menelurkan Islam yang ramah, inklusif dan fleksibel. Berangkat dari pijakan epistemologis dan historis, artikel ini coba menyuguhkan diskursus lama yang kembali mencuat di seputaran pertengahan tahun 2015 seiring dengan dihelatnya Muktamar dua ormas besar: NU dan Muhammadiyah. Hadirnya artikel ini sebetulnya juga ingin menjawab kasak-kusuk yang menuding bahwa Islam Nusantara hanya identik dengan kaum Nahdliyin. Sehingga term Islam Nusantara tidak lain dianggap sebagai nama baru dari Islam tradisionalis.
Mata kuliah Agama Islam tentang Jual beli. Cari mata kuliah lain lebih banyak di: http://muhammadhabibielecture.blogspot.com/2014/12/kuliah-semester-1-thp-ftp-ub.html
Apa itu SP2DK Pajak?
SP2DK adalah singkatan dari Surat Permintaan Penjelasan atas Data dan/atau Keterangan yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pajak (KPP) kepada Wajib Pajak (WP). SP2DK juga sering disebut sebagai surat cinta pajak.
Apa yang harus dilakukan jika mendapatkan SP2DK?
Biasanya, setelah mengirimkan SPT PPh Badan, DJP akan mengirimkan SP2DK. Namun, jangan khawatir, dalam webinar ini, enforce A akan membahasnya. Kami akan memberikan tips tentang bagaimana cara menanggapi SP2DK dengan tepat agar kewajiban pajak dapat diselesaikan dengan baik dan perusahaan tetap efisien dalam biaya pajak. Kami juga akan memberikan tips tentang bagaimana mencegah diterbitkannya SP2DK.
Daftar isi enforce A webinar:
https://enforcea.com/
Dapat SP2DK,Harus Apa? enforce A
Apa Itu SP2DK? How It Works?
How to Response SP2DK?
SP2DK Risk Management & Planning
SP2DK? Surat Cinta DJP? Apa itu SP2DK?
How It Works?
Garis Waktu Kewajiban Pajak
Indikator Risiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak
SP2DK adalah bagian dari kegiatan Pengawasan Kepatuhan Pajak
Penelitian Kepatuhan Formal
Penelitian Kepatuhan Material
Jenis Penelitian Kepatuhan Material
Penelitian Komprehensif WP Strategis
Data dan/atau Keterangan dalam Penelitian Kepatuhan Material
Simpulan Hasil Penelitian Kepatuhan Material Umum di KPP
Pelaksanaan SP2DK
Penelitian atas Penjelasan Wajib Pajak
Penerbitan dan Penyampaian SP2DK
Kunjungan Dalam Rangka SP2DK
Pembahasan dan Penyelesaian SP2DK
How DJP Get Data?
Peta Kepatuhan dan Daftar Sasaran Prioritas Penggalian Potensi (DSP3)
Sumber Data SP2DK Ekualisasi
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Penghasilan PPh Badan vs DPP PPN
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Gaji , Bonus dll vs PPh Pasal 21
Sumber Data SP2DK Ekualisasi Biaya Jasa, Sewa & Bunga vs PPh Pasal 23/2 & 4 Ayat (2)/15
Sumber Data SP2DK Mirroring
Sumber Data SP2DK Benchmark
Laporan Hasil P2DK (LHP2DK)
Simpulan dan Rekomendasi Tindak Lanjut LHP2DK
Tindak lanjut SP2DK
Kaidah utama SP2DK
How to Response SP2DK?
Bagaimana Menyusun Tanggapan SP2DK yang Baik
SP2DK Risk Management & Planning
Bagaimana menghindari adanya SP2DK?
Kaidah Manajemen Perpajakan yang Baik
Tax Risk Management enforce A APPTIMA
Tax Efficiency : How to Achieve It?
Tax Diagnostic enforce A Discon 20 % Free 1 month retainer advisory (worth IDR 15 million)
Corporate Tax Obligations Review (Tax Diagnostic) 2023 enforce A
Last but Important…
Bertanya atau konsultasi Tax Help via chat consulting Apps enforce A
Materi ini telah dibahas di channel youtube EnforceA Konsultan Pajak https://youtu.be/pbV7Y8y2wFE?si=SBEiNYL24pMPccLe
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Perdagangan online dalam islam
1. 1
PERDAGANGAN ONLINE DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas UAS
Dalam Mata Kuliah Studi Al-Qur'an dan Hadis tentang Ekonomi
Dosen:
Dr. H. Abdul Mustaqim, M.Ag
Disusun Oleh:
M. Azmi
1520311043
Kelas: KPSNONREG-B
KEUANGAN DAN PERBANKAN SYARIAH
MAGISTER HUKUM DAN SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
2. 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbisnis merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan dalam ajaran Islam.
Bahkan, Rasulullah SAW sendiri pun telah menyatakan bahwa 9 dari 10 pintu
rezeki adalah melalui pintu berdagang (al-hadits). Artinya, melalui jalan
perdagangan inilah, pintu-pintu rezeki akan dapat dibuka sehingga karunia Allah
terpancar daripadanya. Jual beli merupakan sesuatu yang diperbolehkan (QS 2 :
275), dengan catatan selama dilakukan dengan benar sesuai dengan tuntunan
ajaran Islam.
Dalil di atas dimaksudkan untuk transaksi offline. Sekarang bagaimana
dengan transaksi online di akhirzaman ini? Kalau kita bicara tentang bisnis online,
banyak sekali macam dan jenisnya. Namun demikian secara garis besar bisa di
artikan sebagai jual beli barang dan jasa melalui media elektronik, khususnya
melalui internet atau secara online.
Salah satu contoh adalah penjualan produk secara online melalui internet
seperti yang dilakukan Amazon.com, Clickbank.com, Kutubuku.com, Kompas
Cyber Media, dll. Dalam bisnis ini, dukungan dan pelayanan terhadap konsumen
menggunakan website, e-mail sebagai alat bantu, mengirimkan kontrak melalui
mail dan sebagainya.
Mungkin ada definisi lain untuk bisnis online, ada istilah e-commerce.
Tetapi yang pasti, setiap kali orang berbicara tentang e-commerce, mereka
memahaminya sebagai bisnis yang berhubungan dengan internet, Dan dewasa ini,
kita tak dapat mengelak bahwa fenomena jual beli online telah tumbuh dan
menjamur ditengah-tengah kehidupan kita sehari-hari. Mulai dari penjualan
pakaian jadi, sepatu, tas, buku, dll. Lantas bagaimanakah hukum jual beli online
dalam perspektif Islam? Dan bagaimanakah jual beli online yang diperbolehkan
(halal) dalam perspektif Islam? Jawaban-jawaban atas pertanyaan tersebut akan
kami ulas satu persatu dalam makalah ini sehingga nantinya memunculkan suatu
kesimpulan yang tepat dan dapat diterima oleh para pembaca dengan bahasa yang
3. 3
mudah dipahami. Sehingga pengetahuan pembaca akan hukum jual beli online
dalam perspektif Islam lebih jelas.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hukum jual beli secara online menurut syariat agama Islam?
2. Langkah-langkah apa saja yang dapat kita lakukan agar jual beli secara
online dikatakan halal dan sah menurut syariat agama Islam?
C. Tujuan
1. Memberikan informasi kepada pembaca agar mengetahui hukum jual beli
secara online menurut syariat agama Islam.
2. Memperoleh pengetahuan tentang bagaimana jual beli secara online yang
diperbolehkan dalam perspektif Islam.
3. Menambah keimanan dan keilmuan kita mengenai syariat-syariat agama
Islam, khususnya dalam bidang jual beli.
4. 4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jual Beli
Jual beli menurut bahasa artinya menukar sesuatu dengan sesuatu,
sedang menurut syara’ artinya menukar harta dengan harta menurut cara-cara
tertentu (‘aqad).1
Jual beli secara lughawi adalah saling menukar. Jual beli dalam
bahasa Arab dikenal dengan istilah al-bay’. Secara terminology jual beli
adalah suatu transaksi yang dilakukan oleh pihak penjual dengan pihak
pembeli terhadap sesuatu barang dengan harga yang disepakatinya. Menurut
syari’at islam jual beli adalah pertukaran harta atas dasar saling merelakan
atau memindahkan hak milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.
Jual-beli atau bay’u adalah suatu kegiatan tukar-menukar barang
dengan barang yang lain dengan cara tertentu baik dilakukan dengan
menggunakan akad maupun tidak menggunakan akad.2 Intinya, antara penjual
dan pembeli telah mengetahui masing-masing bahwa transaksi jual-beli telah
berlangsung dengan sempurna.
B. Landasan Hukum Jual Beli
Landasan Syara’: Jual beli di syariatkan berdasarkan Al-Qur’an,
Sunnah, dan Ijma’. Yakni:3
1. Berdasarkan Al-Qur’an diantaranya:
ََمَّرَح َو ََمَّرَح َو ََعْيَبْلا َه َّاَلل ََّلَحَأ َو
Artinya: “ Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.
(Al- Baqarah : 275)
1Moh Rifa’i,Ilmu Fiqih Islam Lengkap,(Toha Putra,Semarang:1978), hlm 402
2Ali Imran,Fikih Taharah, Ibadah Muamalah, (Cipta Pustaka Media
Perintis, Bandung:2011)
3Rahmat Syafe’i,Fiqih Muamalah untuk UIN,STAIN, PTANIS, dan Umum, (Pustaka Setia,
Bandung:2006), hlm: 74-75
5. 5
اًماَيِق َْمهكَل َه َّاَلل ََلَعَج يِتَّلا َهمهكَلا َوْمَأ واهتْؤهتَءاَهَفُّسال ال َو
Artinya: “ dan janganlah kamu berikan hartamu itu kepada orang
yang bodoh dan harta itu dijadikan Allah untukmu sebagai pokok
penghidupan”. (An-Nisa:5).
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”. (An-Nisa: 29).
2. Berdasarkan Sunnah
Rasulullah Saw. Bersabda:
“dari Rifa’ah bin Rafi’ ra.: bahwasannya Nabi Saw. Ditanya:
pencarian apakah yangpaling baik? Beliau menjawab: “Ialah orang yang
bekerja dengan tangannya dan tiap-tiap jual beli yang bersih”. (H.R Al-
Bazzar dan disahkan Hakim).
Rasulullah Saw, bersabda:
“sesungguhnya jual beli itu hanya sah jika suka sama suka (saling
meridhoi) (HR. Ibnu Hibban dan Ibnu Majah).
3. Bardasarkan Ijma’
Ulama telah sepakat bahwa jual-beli diperbolehkan dengan alasan
bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa
bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau harta milik orang lain
yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai.
C. Rukun dan Pelaksanaan Jual Beli
Dalam menetapkan rukun jual-beli, diantara para ulama terjadi
perbedaan pendapat. Menurut Ulama Hanafiyah, rukun jual-beli adalah ijab
dan qabul yang menunjukkanpertukaran barang secara rida, baik dengan
ucapan maupun perbuatan.
6. 6
Adapun rukun jual-beli menurut Jumhur Ulama ada empat, yaitu:4
1. Bai’ (penjual)
2. Mustari (pembeli)
3. Shighat (ijab dan qabul)
4. Ma’qud ‘alaih (benda atau barang).
D. Syarat Jual-beli
Transaksi jual-beli baru dinyatakan terjadi apabila terpenuhi tiga syarat
jual-beli, yaitu5:
1. Adanya dua pihak yang melakukan transaksi jual-beli
2. Adanya sesuatu atau barang yang dipindahtangankan dari penjual kepada
pembeli
3. Adanya kalimat yang menyatakan terjadinya transaksi jual-beli (sighat ijab
qabul).
Syarat yang harus dipenuhi oleh penjual dan pembeli adalah:
1. Agar tidak terjai penipuan, maka keduanya harus berakal sehat dan dapat
membedakan (memilih).
2. Dengan kehendaknya sendiri, keduanya saling merelakan, bukan karena
terpaksa.
3. Dewasa atau baligh.
Syarat benda dan uang yang diperjual belikan sebagai berikut:
1. Bersih atau suci barangnya
Tidak syah menjual barang yang najis seperti anjing, babi, khomar dan
lain-lain yang najis.
2. Ada manfaatnya: jual beli yang ada manfaatnya sah, sedangkan yang tidak
ada manfaatnya tidak sah, seperti jual beli lalat, nyamuk, dan sebagainya.
4
Ibid, hlm: 765
5Mahmud Yunus, dan Nadlrah Naimi,Fiqih Muamalah, (CP. Ratu Jaya, Medan: 2011),
hlm 104-105
7. 7
3. Dapat dikuasai: tidak sah menjual barang yang sedang lari, misalnya jual
beli kuda yang sedang lari yang belum diketahui kapan dapat ditangkap
lagi, atau barang yang sudah hilang atau barang yang sulit
mendapatkannya.
4. Milik sendiri: tidak sah menjual barang orang lain dengan tidak seizinnya,
atau barang yang hanya baru akan dimilikinya atau baru akan menjadi
miliknya.
5. Mestilah diketahui kadar barang atau benda dan harga itu, begitu juga jenis
dan sifatnya. Jual beli benda yang disebutkan sifatnya saja dalam janji
(tanggungan), maka hukumnya boleh.
E. Hukum Jual Beli
Secara asalnya, jua-beli itu merupakan hal yang hukumnya mubah
atau dibolehkan. Sebagaimana ungkapan Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah :
dasarnya hukum jual-beli itu seluruhnya adalah mubah, yaitu apabila dengan
keridhaan dari kedua-belah pihak. Kecuali apabila jual-beli itu dilarang oleh
Rasulullah SAW. Atau yang maknanya termasuk yang dilarang beliau SAW.6
F. Macam – macam Jual Beli
Menurut para jumhur ulama jual beli dapat ditinjau dari beberapa
segi, di lihat dari segi hukumnya, jual beli ada dua macam yaitu :
1. Jual beli yang sah,adalah jual beli yang telah memenuhi ketentuan syara’,
baik rukun maupun syaratnya, syarat jual beli antara lain :
a. Barangnya suci
b. Bermanfaat
c. Milik penjual (dikuasainya )
d. Bisa di serahkan
e. Di ketahui keadaannya
6Lihat al-Fqihul Islami wa Adillatuhu oleh Dr. Wahbah Az-zuhaili jilid 4 hlm 364
8. 8
2. Jual beli yang batal, adalah jual beli yang tidak memenuhi salah satu syarat
dan rukun sehingga jual beli menjadi rusak (fasid). Dengan kata lain,
menurut jumhur ulama, rusak dan batal memiliki arti yang sama. Adapun
ulama hanafiyah membagi hukum dan sifat jual beli menjadi sah, batal,
dan rusak.
3. Jual beli yang di larang dalam Islam
Jual beli yang dilarang dalam islam sangatlah banyak menurut
jumhur ulama. Berkenaan dengan jual beli yang di larang dalam Islam,
Wahbah Al-Juhalili meringkasnya sebagai berikut :
a. Terlarang Sebab Ahliah (Ahli Akad )
Ulama telah sepakat bahwa jual beli dikategorikan sahih
apabila dilakukan oleh orang yang baligh, berakal, dan dapat memilih,
dan mampu ber-tasharruf secara bebas dan baik. Mereka yang di
pandang tidak sah jual belinya adalah berikut ini :
1) Jual beli orang gila
Ulama fiqih sepakat bahwa jual beli orang gila tidak sah. Begitu
pula sejenisnya, seperti orang mabuk, sakalor, dan lain-lain.
2) Jual beli anak kecil
Menurut ulama fiqih jual beli anak kecil di pandang tidak sah,
kecuali dalam perkara – perkara yang ringan atau sepele. Menurut
ulama Syafi’iyah, jual beli anak mimayyiz yang belum baligh,
tidak sah sebab tidak ada ahliyah.
Adapun menurut ulama Malikiyyah, Hanafiyyah, dan
Hanabilah, jual beli anak-anak kecil dianggap sah jika diizinkan
walinya. Mereka antara lain beralasan, salah satu cara untuk melatih
kedewasaan adalah dengan cara memberikan keleluasaan untuk jual
beli, juga pengamalan atas firman Allah, yang artinya:َ
“dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk
kawin. Kemudian jika menurut pendapat mereka telah cerdas (pandai
9. 9
memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka hartanya. (Q.S.
An-Nisa’ :6)
3) Jual beli orang buta
Jual beli orang buta di kategorikan sahih munurut jumhur ulama
jika barang yang dibelinya diberi sifat ( diterangkan sifat-sifatnya ).
Menurut Safi’iyah, jual beli orang buta tidak sah sebab ia tidak
dapat membedakan barang yang jelek dan yang baik.
4) Jual beli terpaksa
Menurut ulama Safi’iyah dan Hanabilah, jual beli ini tidak sah ,
sebab tidak ada keridaan ketika akad.
5) Jual beli fudhul
Adalah jual beli milik orang tanpa seizinnya. Munurut Hanafiyah
dan Malikiyah, jual beli di tangguhkan sampai ada izin pemilik.
Menurut Safi’iyah dan Hanabilah, jual beli fudhul tidak sah.
6) Jual beli orang yang terhalang
Maksudnya adalah terhalang karena kebodohan, bangkrut ataupun
sakit.
b. Terlarang Sebab Ma’qud Alaih ( barang jualan )
Secara umum, ma’qud alaih adalah harta yang di jadikan alat
pertukaran olah orang yang akad, yang biasa di sebut mabi’ (barang
jualan) dan harga.
1) Jual-beli benda yang tidak ada atau di khawatirkan tidak ada
2) Jual-beli barang yang tidak dapat di serahkan
3) Jual-beli gharar ataui di sebut juga dengan jual beli yang tidak jelas
(majhul)
4) Jual-beli barang yang najis dan yang terkena najis.
5) Jual-beli barang yang tidak ada ditempat akad (ghaib), tidak dapat
dilihat.
c. Terlarang sebab syara’
1) Jual-beli riba
2) Jual-beli barang yang najis
10. 10
Barang yang diperjual belikan harus suci dan bermanfaat
untuk manusia. Tidak boleh (haram) berjual beli barang yang najis
atau tidak bermanfaat seperti: arak, bangkai, babi, anjing, berhala,
dan lain-lain.
Nabi saw. Bersabda ;
7)َ.َ(رواهَالشيغانَِامنْصَألا ََو ِْري ِزْن ِخْلا ََوِةَتْيَمْلا ََو ِرْمَخلْاََعْيَبَمَّرَحََتعالىَهللََا ِّنا
Artinya : “ Nabi bersabda : Allah ta’ala melarang jual beli
arak, bangkai, babi, anjing, dan berhala.”(bukhari dan muslim)
3) Jual-beli dengan uang dari barang yang diharamkan
4) Jual-beli barang dari hasil pencegatan barang
5) Jual-beli waktu ibadah sholat jum’at, berdasarkan Q.S. Al Jumu’ah
ayat 9, yaitu:
Artinya :
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat
Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan
tinggalkanlah jual beli[1475]. yang demikian itu lebih baik bagimu
jika kamu mengetahui.
6) Jual-beli anggur untuk dijadikan khamar
7) Jual-beli induk tanpa anaknya yang masih kecil
8) Jual-beli barang yang sedang dibeli oleh orang lain
9) Jual-beli memakai syarat.
G. Jual Beli Dengan Akad Salam Secara Online (E-Commerce)
Transaksi secara online merupakan transakasi pesanan dalam model
bisnis era global yang non face, dengan hanya melakukan transfer data lewat
maya (data intercange) via internet, yang mana kedua belah pihak, antara
originator dan adresse (penjual dan pembeli), atau menembus batas system
7Moh. Rifa’i,dkk, Terjamah khulasah kifayatul akhyar, (CV.Toha Putra ,Semarang,
1978), hlm 184
11. 11
pemasaran dan Bisnis-Online dengan menggunakan Sentral shop, Sentral Shop
merupakan sebuah Rancangan Web Ecommerce smart dan sekaligus sebagai
Bussiness Intelligent yang sangat stabil untuk diguakan dalam memulai,
menjalankan, mengembangkan, dan mengontrol Bisnis.
Perkembangan teknologi inilah yang bisa memudahkan transaksi jarak
jauh, dimana manusia bisa dapat berinteraksi secara singkat walaupun tanpa
face to face, akan tetapi didalam bisnis adalah yang terpenting memberikan
informasi dan mencari keuntungan.
Adapun mengenai definisi mengenai E-Commerce secara umumnya
adalah dengan merujuk pada semua bentuk transaksikomersial, yang
menyangkut organisasi dan transmisi data yang digeneralisasikan dalam bentuk
teks, suara, dan gambar secara lengkap. Sedangkan pihak-pihak yang terlibat
sebagaiman yang telah diungkapkan dalam akad salam diatas, mungkin tidak
beda jauh, hanya saja persyaratan tempat yang berbeda.
Jual beli secara online ini sejenis dengan jual beli salam (pesanan). Kata
salam ataupun salaf memiliki makna satu, yaitu “pesanan”. Adapun secara
terminologi ialah menjual suatu barang yang telah ditetapkan dengan sifat
dalam suatu tanggungan.
Akad salam itu pada hakikatnya adalah jual-beli dengan hutang. Tapi
bedanya, yang dihutang bukan uang pembayarannya, melainkan barangnya.
Sedangkan uang pembayarannya justru diserahkan tunai. Jadi akad salam ini
kebalikan dari kredit. Kalau jual-beli kredit, barangnya diserahkan terlebih
dahulu dan uang pembayarannya jadi hutang. Sedangkan akad salam, uangnya
diserahkan terlebih dahulu sedangkan barangnya belum diserahkan dan
menjadi hutang.
Akad salam di tetapkan kebolehannya di dalam Al-Qur’an, As-Sunnah
dan Ijma’. Dalil Al-Qur’an yang memperbolehkan akad salam terdapat dalam
surah Al-Baqarah (2) ayat 282 :
تحرمه لى ع ل ل ي دل يدالل تى احةح لةاإلب عام م يال ف ل ص األ
12. 12
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak
secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya”.
Adapun dalil As-Sunnah, dalil dengan salam ini di sebutkan dalam hadist
riwayat Ibnu Abbas RA. berkata bahwa ketika Nabi SAW baru tiba di
Madinah, orang-orang madinah biasa meminjamkan buah kurma satu tahun
dan dua tahun. Maka Nabi SAW bersabda : “Siapa yang meminjamkan buah
kurma maka harus meminjamkan dengan timbangan yang tertentu dan sampai
pada masa yang tertentu”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Sedangkan dalil ijma’, Ibnu Al-Munzir menyebutkan bahwa semua
orang yang kami kenal sebagai ahli ilmu telah bersepakat bahwa akad salam itu
merupakan akad yang dibolehkan.8
Dalam transaksi salam ini diperlukan syarat-syarat ijab qabul,
Pernyataan dalam ijab qabul ini bisa disampaikan secara lisan, tulisan (surat
menyurat, isyarat yang dapat memberi pengertian yang jelas), hingga perbuatan
atau kebiasaan dalam melakukan ijab qabul. Adapun syarat-syaratnya adalah:
1. Dilakukan dalam satu tempo.
2. Antara ijab dan qabul sejalan.
3. Menggunakan kata assalam atau assalaf.
4. Tidak ada khiyar syarat (hak bagi pemesan untuk menerima pesanan atau
tidak).
H. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Secara Online9
Sebagaimana keterangan dan penjelasan mengenai dasar hokum hingga
persyaratan transaksi salam dalam hukum islam, kalau dilihat secara sepintas
mungkin mengarah pada ketidak dibolehkannya transaksi secara online (E-
commerce), disebabkan ketidak jelasan tempat dan tidak hadirnya kedua pihak
yang terlibat dalam tempat.
8Ibnu Qudamah, Al-Mughni, Beirut : Dar Al-Fikr, Juz IV, hlm. 304.
9https://rumahmakalah.wordpress.com/2008/11/08/transaksi-jual-beli-secara-online-akad-
salam-secara-e-commerce/ (Di Akses Tanggal 01 Januari 2015)
13. 13
Tetapi kalau kita mencoba menelaah kembali dengan mencoba
mengkolaborasikan antara ungkapan al-Qur’an, hadits dan ijmma’, dengan
sebuah landasan :
“Pada awalnya semua Muamalah diperbolehkan sehingga ada dalil yang
menunjukkan keharamannya”.
Dengan melihat keterangan diatas, maka hal tersebut bisa dijadikan
sebagai pemula dan pembuka cenel keterlibatan hukum Islam terhadap
permasalahan kontemporer. Karena dalam Al-Qur’an permasalahan transaksi
online masih bersifat global, selanjutnya hanya mengarahkan kepada
peluncuran teks hadits yang dikolaborasikan dalam permasalahan sekarang
dengan menarik sebuah pengkiyasan.
Sebagaimana ungkapan Abdullah bin Mas’ud : Bahwa apa yang telah
dipandang baik oleh muslim maka baiklah dihadapan Allah, akan tetapi
sebaliknya. Dan yang paling penting adalah kejujuran, keadilan, dan kejelasan
dengan memberikan data secara lengkap, dan tidak ada niatan untuk menipu
atau merugikan orang lain, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah
ayat 282 diatas.
Langkah-langkah yang dapat kita tempuh agar jual beli secara online ini
di perbolehkan, halal, dan sah menurut syari’at Islam diantaranya :
1. Produk yang di jual maupun yang di beli Halal.
Kewajiban menjaga hukum halal-haram dalam objek perniagaan tetap
berlaku, termasuk dalam perniagaan secara online, mengingat Islam
mengharamkan hasil perniagaan barang atau layanan jasa yang haram,
sebagaimana ditegaskan dalam hadis: “Sesungguhnya bila Allah telah
mengharamkan atas suatu kaum untuk memakan sesuatu, pasti Ia
mengharamkan pula hasil penjualannya.” (HR Ahmad, dan lainnya).
Boleh jadi ketika berniaga secara online, rasa sungkan atau segan kepada
orang lain sirna atau berkurang. Namun kita pasti menyadari bahwa Allah
‘Azza wa Jalla tetap mencatat halal atau haram perniagaan kita.
14. 14
2. Kejelasan status.
Di antara poin penting yang harus kita perhatikan dalam setiap
perniagaan adalah kejelasan status. Apakah sebagai pemilik, atau paling
kurang sebagai perwakilan dari pemilik barang, sehingga berwenang
menjual barang. Ataukah kita hanya menawaran jasa pengadaan barang, dan
atas jasa ini kita mensyaratkan imbalan tertentu. Ataukah sekedar seorang
pedagang yang tidak memiliki barang namun bisa mendatangkan barang
yang kita tawarkan.
3. Kesesuaian harga dengan kualitas barang.
Dalam jual beli online, kerap kali kita jumpai banyak pembeli merasa
kecewa setelah melihat pakaian yang telah dibeli secara online. Entah itu
kualitas barangnya, ataukah ukuran yang ternyata tidak pas dengan yang
dikehendaki. Sebelum hal ini terjadi kembali pada kita, patutnya kita
mempertimbangkan apakah harga yang ditawarkan telah sesuai dengan
kualitas barang yang akan dibeli. Sebaiknya juga kita meminta foto real dari
keadaan barang yang akan dijual.
4. Kejujuran dalam jual beli online
Berniaga secara online, walaupun memiliki banyak keunggulan dan
kemudahan, namun bukan berarti tanpa masalah. Berbagai masalah dapat
saja muncul pada perniagaan secara online. Terutama masalah yang
berkaitan dengan tingkat amanah kedua belah pihak.
Bisa jadi ada orang yang melakukan pembelian atau pemesanan.
Namun setelah barang kita kirim kepadanya, ia tidak melakukan
pembayaran atau tidak melunasi sisa pembayarannya. Bila kita sebagai
pembeli, bisa jadi setelah kita melakukan pembayaran, atau paling kurang
mengirim uang muka, ternyata penjual berkhianat, dan tidak mengirimkan
barang. Bisa jadi barang yang dikirim ternyata tidak sesuai dengan apa yang
ia gambarkan di situsnya atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. kita
bisa bayangkan betapa susah dan repotnya bila mengalami kejadian seperti
itu. Karena itu, walaupun kejujuran ditekankan dalam setiap perniagaan,
pada perniagan secara online tentu lebih ditekankan lagi.
15. 15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bisnis online sama seperti bisnis offline. Ada yang halal ada yang haram,
ada yang legal ada yang ilegal. Hukum dasar bisnis online sama seperti akad jual
beli dan akad as-salam, ini diperbolehkan dalam Islam. Adapun keharaman bisnis
online karena beberapa sebab :
1. Sistemnya haram, seperti money gambling. Judi itu haram baik di darat
maupun di udara (online).
2. Barang/jasa yang menjadi objek transaksi adalah barang yang diharamkan,
seperti narkoba, video porno, online sex, pelanggaran hak cipta, situs-situs
yang bisa membawa pengunjung ke dalam perzinaan.
3. Karena melanggar perjanjian (TOS) atau mengandung unsur penipuan.
4. Tidak membawa kemanfaatan tapi justru mengakibatkan kemudharatan.
Sebagaima telah disebutkan diatas, hukum asal mu’amalah adalah al-
ibaahah (boleh) selama tidak ada dalil yang melarangnya. Namun demikian,
bukan berarti tidak ada rambu-rambu yang mengaturnya.
Transaksi online diperbolehkan menurut Islam selama tidak mengandung
unsur-unsur yang dapat merusaknya seperti riba, kezhaliman, penipuan,
kecurangan dan yang sejenisnya serta memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat
didalam jual belinya.
Hal yang perlu juga diperhatikan oleh konsumen dalam bertransaksi
adalah memastikan bahwa barang/jasa yang akan dibelinya sesuai dengan yang
disifatkan oleh si penjual sehingga tidak menimbulkan perselisihan di kemudian
hari.
B. Saran
Ketika kita terjun ke bisnis online, banyak sekali godaan dan tantangan
bagaimana kita harus berbisnis sesuai dengan koridor Islam. Maka dari itu kita
16. 16
harus lebih berhati-hati. Jangan karena ingin mendapat uang yang banyak lalu
menghalalkan segala macam cara. Selama kita berbisnis online sesuai dengan
prinsip-prinsip Islam dan bermanfaat bagi orang lain, insya Allah uang yang
didapat akan berkah.
17. 17
DAFTAR PUSTAKA
Al-Fqihul Islami wa Adillatuhu oleh Dr. Wahbah Az-zuhaili jilid 4
Ali Imran, 2001. Fikih Taharah, Ibadah Muamalah, Cipta Pustaka Media
Perintis, Bandung.
Asnawi, Haris Faulidi, Transaksi Bisnis E-Commerce Perspektif Islam,
Yogyakarta : Laskar Press, 2008.
Azzuracie, Hukum Jual Beli Online,
http://azzuracie.wordpress.com/2013/04/25/hukum-jual-beli-online/ , di
akses tanggal 01 Januari 2015.
Daud, Ali Mahmud, Hukum Islam Di Indonesia : Pengantar Hukum Islam dan
Tata Hukum Islam di Indonesia, Jakarta : PT. Grafindo, 1993
Ibn Abidin, Radd Al-Mukhtar Syarh Tanwir Al-Abshal, Mesir : Al-Munirah.
Ibn Qudamah, Al-Mughni, Beirut : Dar al-Fikr.
Muhammad ibn Qosim Al-Ghazy, Alih Bahasa Sunarto Achmad, Terjemah Fathul
Qorib,Surabaya : Al-Hidayah, 1991.
Mahmud Yunus, dan Nadlrah Naimi, 2011. Fiqih Muamalah, CP. Ratu Jaya,
Medan.
Moh Rifa’i, 1978. Ilmu Fiqih Islam Lengkap, Toha Putra,Semarang.
Syafei Rachmat, Fiqih Muamalah, Bandung : Pustaka Setia, 2000.
Rumah Makalah, Transaksi Jual Beli Secara Online (Akad Salam Secara e-
Commerce) http://rumahmakalah.wordpress.com/2008/11/08/transaksi-jual-
beli-secara-online-akad-salam-secara-e-commerce/ , di akses 01 Januari
2015.
Rahmat Syafe’i, 2006. Fiqih Muamalah untuk UIN,STAIN, PTANIS, dan
Umum, Pustaka Setia, Bandung:2006.