Dokumen tersebut membahas tentang konsep ridha dalam Islam. Ridha adalah menerima semua kejadian dengan lapang dada dan tidak merasa kesal atau putus asa. Terdapat tiga jenis ridha yakni wajib, sunnah, dan haram untuk direlakan. Ridha membawa berbagai manfaat seperti optimisme dan mendekatkan diri kepada Allah.
1. Ridha
Nama kelompok :
Alfin renaldi
Indah puspita
Indri lesmana
Sriyana
Kelas : XII IPS 1
SMA MUHAMMADIYAH
KEDAWUNG
2. Ridho
Ridho berasal dari kata radhiya-yardha
yang berarti menerima suatu perkara
dengan lapang dada tanpa merasa
kecewa ataupun tertekan.
Sedangkan menurut istilah, ridho
adalah menerima semua kejadian yang
menimpa dirinya dengan lapang dada,
menghadapinya dengan tabah, tidak
merasa kesal dan tidak berputus asa.
3. Bersikap ridha berarti sebuah
penerimaan secara sungguh-sungguh dari
hati atas pemberian Allah swt. melalui
nalar pikiran yang positif, bahwa ia telah
memberikan kenikmatan sesuai ukuran
kebutuhan kita.
Artinya : dan Allah melebihkan sebagian kamu atas sebagian
yang lain dalam hal rezeki ...... (Q.S. an-Nahl (16): 71)
4. Orang yang berhati ridha pada Allah memiliki sikap
optimis, lapang dada, kosong hatinya dari dengki, selalu
berprasangka baik, bahkan lebih dari itu; memandang
baik, sempurna, penuh hikmah, semua yang terjadi semua
sudah ada dalam rancangan, ketentuan, dan perbulatan
Tuhan. Berbeda dengan orang-orang yang selalu
membuat kerusakan di muka bumi ini, mereka selalu
ridha apabila melakukan
perbuatan yang Allah haramkan, dalam hatinya selalu
merasa kurang apabila meninggalkan kebiasaan buruk
yang selama ini mereka perbuat, bermakna merasa puas
hati apabila aktivitas hidupnya bisa membuat risau,
khawatir, dan selalu mengganggu terhadap sesamanya.
Semuanya itu ia lakukan karena mengikut hawa nafsu
yang tanpa ia sadari bahwa sebenarnya syaitan telah
menjerat dirinya dalam kubangan dosa.
5. Orang-orang yang seperti inilah dengan
indahnya Allah telah menjelaskan dalam surat
At-Taubah ayat 96:
“Mereka akan bersumpah kepadamu, agar
kamu ridha kepada mereka, tetapi jika
sekiranya kamu ridha kepada mereka,
Sesungguhnya Allah tidak ridha kepada
orang-orang yang berbuat fasik.”
6. Macam-macam ridha
Menurut Syeikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, ridho terhadap takdir Allah
terbagi menjadi tiga macam:
1. Wajib direlakan, yaitu kewajiban syariat yang harus dijalankan oleh umat Islam
dan segala sesuatu yang telah ditetapkan-Nya. Seluruh perintah-Nya haruslah
mutlak dilaksanakan dan seluruh larangan-Nya haruslah dijauhkan tanpa ada
perasaan bimbang sedikitpun. Yakinlah bahwa seluruhnya adalah untuk
kepentingan kita sebagai umat-Nya.
2. Disunnahkan untuk direlakan, yaitu musibah berupa bencana. Para ulama
mengatakan ridho kepada musibah berupa bencana tidak wajib untuk direlakan
namun jauh lebih baik untuk direlakan, sesuai dengan tingkan keridhoan seorang
hamba. Namun rela atau tidak, mereka wajib bersabar karenanya. Manusia bisa
saja tidak rela terhadap sebuah musibah buruk yang terjadi, tapi wajib bersabar
agar tidak menyalahi syariat. Perbuatan putus asa, hingga marah kepada Yang
Maha Pencipta adalah hal-hal yang sangat diharamkan oleh syariat.
7. 3. Haram direlakan, yaitu perbuatan maksiat. Sekalipun hal tersebut
terjadi atas qodha Allah, namun perbuatan tersebut wajib tidak
direlakan dan wajib untuk dihilangkan. Sebagaimana para nabi
terdahulu berjuang menghilangkan kemaksiatan dan kemungkaran
di muka bumi.
“Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Bukan termasuk golongan kami, orang
yang menampar pipi (ketika tertimpa musibah), merobek-robek baju
atau berdoa dengan doa Jahiliyah (meratapi kematian mayit seraya
mengharap-harap celaka).” Menampar pipi atau menyakiti diri
sendiri saat terjadi musibah adalah perbuatan yang dilarang,
apalagi bila sampai melakukan bunuh diri. Na’udzubillah
mindzalik.
Bila seorang muslim ditimpa suatu musibah atau bencana,
ucapkan inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Dan janganlah berkata, “oh
andaikata aku tadinya melakukan itu tentu berakibat begini dan
begitu”, tetapi katakanlah, “ini takdir Allah dan apa yang
dikehendaki Allah pasti dikerjakan-Nya.” Ketahuilah, sesungguhnya
ucapan: “andaikata” dan “jikalau” membuka peluang bagi
(masuknya) karya (kerjaan) setan.” (HR. Muslim)
8. Manfaat ridha
Dengan ridho umat manusia akan menimbulkan rasa optimis yang
kuat dalam menjalani dan menatap kehidupan di masa depan
dengan mengambil hikmah dari kehidupan masa lampau.
Orang yang berhati ridho atas keputusan-keputusan Allah SWT,
hatinya menjadi lapang, dan jauh dari sifat iri hati, dengki hasat
dan bahkan tamak atau rakus.
Ridho akan menumbuhkan sikap husnazzann, terhadap ketentuan-
ketentuan Allah, sehingga manusia tetap teguh iman dan amal
shalehahnya.
Dengan ridho setiap kesulitan yang kita hadapi akan ada jalan
keluarnya, di tiap satu kesulitan ada dua kemudahan.
Dengan ridho akan menumbuhkan rasa cinta kasih terhadap sesama
makhluk Allah SWT, dan akan lebih dekat dengan Allah SWT.
9. Hikmah ridha
Membersihkan dan memilih mana orang
mukmin sejati dan orang munafiq;
Mengangkat derajat dan menghapus dosa;
Mengungkapkan hakikat manusia itu sendiri,
sehingga Nampak jelas kesabarannya dan
ketaatannya;
Membentuk dan menempa kepribadiannya
menjadi pribadi yang benar-benar tahan
menderita dan tahan uji;
Latihan dan pembiasaan dalam berprinsip.
(Hajjudin Alwi: 200: 43).
10. Contoh Perilaku Ridho
Δ Dalam suatu kisah Abu Darda’, pernah melayat pada sebuah keluarga, yang
salah satu anggota keluarganya meninggal dunia. Keluarga itu ridha dan tabah
serta memuji Allah swt. Maka Abu Darda’ berkata kepada mereka. “Engkau
benar, sesungguhnya Allah swt. apabila memutuskan suatu perkara, maka dia
senang jika taqdirnya itu diterima dengan rela atau ridha.
Begitu tingginya keutamaan ridha, hingga ulama salaf mengatakan, tidak akan
tampak di akhirat derajat yang tertinggi daripada orang-orang yang senantiasa
ridha kepada Allah swt. dalam situasi apapun.
Δ Dalam riwayat dikisahkan sebagai berikut ; pada suatu hari Ali bin Abi
Thalib r.a. melihat Ady bin Hatim bermuram durja, maka Ali bertanya ;
“Mengapa engkau tampak bersedih hati ?”. Ady menjawab ; “Bagaimana aku
tidak bersedih hati, dua orang anakku terbunuh dan mataku tercongkel dalam
pertempuran”. Ali terdiam haru, kemudian berkata, “Wahai Ady, barang siapa
ridha terhadap taqdir Allah swt. maka taqdir itu tetap berlaku atasnya dan dia
mendapatkan pahalaNya, dan barang siapa tidak ridha terhadap taqdirNya
maka hal itupun tetap berlaku atasnya, dan terhapus amalnya”.