SlideShare a Scribd company logo
ACARA I
EVALUASI KADAR VITAMIN C SARI BUAH
A. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara I “Evaluasi Kadar Vitamin C Sari Buah”
yaitu :
1. Mahasiswa mampu menentukan besar kadar vitamin C pada buah cabai
segar dan berbagai perlakuan dengan metode titrasi Iodin dan
menggunakan indikator amilum.
2. Mahasiswa mengetahui kadar vitamin C pada buah cabai segar dan
berbagai perlakuan
B. Tinjauan Pustaka
Cabai merupakan salah satu komoditas sayuran penting yang memiliki
peluang bisnis prospektif. Aneka macam cabai yang dijual di pasar tradisional
dapat digolongkan dalam dua kelompok, yakni cabai kecil (Capsicum
frustescens) dan cabai besar (Capsicum annuum). Cabai kecil biasa disebut
cabai rawit, sedangkan yang besar dinamakan cabai merah. Pada buah cabai
terkandung beberapa vitamin. Salah satu vitamin dalam buah cabai adalah
vitamin C (asam askorbat). Vitamin C berperan sebagai antioksidan yang kuat
yang dapat melindungi sel dari agen-agen penyebab kanker, dan secara khusus
mampu meningkatkan daya serap tubuh atas kalsium (mineral untuk
pertumbuhan gigi dan tulang) serta zat besi dari bahan makanan lain.
Menyatakan bahwa vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air dan
esensial untuk biosintesis kolagen (Rachmawati dkk, 2009).
Cabai merah (Capsicum annum L.) merupakan jenis tanaman yang cukup
banyak ditanam di Indonesia. Cabai merah setan mengandung banyak vitamin
C dan kandungannya tertinggi dibandingkan sayuran lain. Cabai merah ini
memiliki daya simpan yang sangat rendah karena mudah mengalami
pembusukan. Penyebab utama kerusakan cabai adalah karena kadar airnya
yang tinggi. Hal ini akan memperbesar terjadinya kerusakan–kerusakan
fisiologis dan meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang banyak
menyebabkan kerusakan/pembusukan pada cabai merah setan terutama oleh
jamur. Suhu dan lama penyimpanan cabai yang tepat perlu dilakukan untuk
memperoleh kandungan vitamin C dan aktivitas antioksidan cabai merah setan
yang maksimum (Budiarti dan Kurnianingrum, 2015).
Menurut Kumala dan Widaningsih (2008), vitamin C tidak dapat disintesis
di dalam tubuh manusia, sehingga diperlukan vitamin C dari luar tubuh.
Vitamin C sering terdapat bersama dengan zat-zat atau vitamin-vitamin lainnya
di dalam makanan. Bahan makanan yang mengandung vitamin C paling utama
adalah buah-buahan dan sayuran dan salah satunya adalah cabai.
Buah dan sayuran merupakan sumber utama vitamin C. Buah yang tinggi
kandungan vitamin C-nya adalah jambu biji, jeruk, mangga, dan sirsak.
Sayuran juga mengandung vitamin C yang cukup tinggi, diantaranya tomat,
brokoli, cabai dan kentang. Vitamin C mempunyai banyak fungsi didalam
tubuh di antaranya sebagai koenzim dan kofaktor. Fungsi vitamin C berkaitan
erat dengan pembentukan kolagen, sintesis karnitin yang berperan dalam
pengangkutan asam lemak rantai panjang kedalam mitokondria sel,
meningkatkan absorpsi dan metabolisme zat besi, meningkatkan absorpsi
kalsium meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, berperan dalam
proses pencegahan kanker, serta sebagai anti oksidan yang sangat penting
untuk kesehatan (Wirakusumah, 2007).
Buah cabe rawit mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap, yakni
kalori, protein, lemak, karbohidrat, mineral (kalsium, fosfor, besi), vitamin dan
zat-zat lain yang berkhasiat obat, misalnya oleoresin, capsaicin, bioflavonoid,
anti-oksidan, abu, dan serat kasar. Pada umumnya, cabai mengandung 0,1%-
1% rasa pedas, yang disebabkan oleh kandungan zat capsaicin dan
dihidrocapsaicin. Dibandingkan dengan jenis cabai besar (termasuk paprika,
kandungan capcaisin dan dihidrocapcaisin pada cabai rawit cukup tinggi. Oleh
karena itu, cabai rawit memiliki rasa lebih pedas daripada jenis-jenis cabai
lainnya (Cahyono, 2003).
Menurut Steskova dkk (2006) vitamin C sering ditambahkan ke makanan
tidak hanya sebagai nutrisi (untuk menebus kerugian pengolahan) dan
antioksidan, tetapi ditambahkan juga untuk mencegah pencoklatan dari buah-
buahan dan sayuran kaleng segar, pengasaman daging untuk menghindari
pembentukan kabut asap di produk diseduh (seperti bir). Vitamin C sering
ditambahkan sebagai fortificant a untuk jus buah, minuman rasa buah,
penambahan pada jus bersoda, koktail kering atau minuman, produk berbasis
sereal, dan susu. Vitamin ini mudah rusak oleh pemasakan atau pengalengan
makanan dan oleh paparan udara dan cahaya (Njoku dkk, 2011).
Menurut Cruz dkk (2004), vitamin C stabil setidaknya dari semua vitamin
dan mudah hancur selama pengolahan dan penyimpanan. Laju kerusakan
meningkat oleh aksi logam, terutama tembaga dan besi, dan enzim.
Ketersediaan oksigen, berkepanjangan pemanasan dan paparan cahaya
merupakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerusakan vitamin C pada
suatu makanan. Ketika oksigen ini berkontribusi dengan mendegradasi secara
anaerobik menyebabkan berkurangnya jumlah kadar vitamin C yang kecil,
dibandingkan dengan degradasi aerobik yang memiliki laju degradasi yang
lebih tinggi. Enzim yang mengandung tembaga atau besi dalam kelompok
prostetik mereka adalah katalis efisien vitamin C dekomposisi. Enzim dari
kelompok ini adalah oksidase asam askorbat, sitokrom oksidase, phenolase dan
peroksidase. Rickman dkk (2007) mengungkapkan perlakuan panas awal
produk olahan dapat menyebabkan hilangnya nutrisi yang larut dalam air dan
oksigen-labil seperti vitamin C dan vitamin B. Namun, nutrisi ini relatif stabil
selama penyimpanan kaleng karena kurangnya oksigen. Pada produk beku
kehilangan nutrisi di awal lebih sedikit karena waktu pemanasan singkat, tapi
kehilangan lebih nutrisi selama penyimpanan karena oksidasi. Senyawa fenolik
juga larut dalam air dan oksigen labil, tetapi perubahan selama pemrosesan,
penyimpanan dan pemasakan tampaknya sangat bervariasi dari masing-masing
komoditas.
Kurangnya vitamin C dalam makanan menyebabkan penyakit kudis
penyakit defisiensi. Hal ini berpotensi Penyakit yang fatal dapat dicegah
dengan menkonsumsi 10 mg vitamin C per hari, jumlah mudah diperoleh
melalui konsumsi buah dan sayuran segar. Gejala lain dari kekurangan nya
juga telah dilaporkan, tetapi pada penelitian ini tidak mendefinisikan secara
detail (Mussa dan Sharaa, 2014).
C. Metodologi
1. Alat
a. Buret 50 ml
b. Erlenmeyer 250 ml
c. Gelas beker 200 m
d. Kertas saring Whatman 41
e. Labu takar 100 ml
f. Pipet 1 ml
g. Pipet 25 ml
h. Timbangan analitik
i. Unit titrasi
2. Bahan
a. Amilum 1%
b. Aquades
c. Cabai rebus 10 menit
d. Cabai refrigator terbuka
e. Cabai refrigator tertutup
f. Cabai segar
g. Cabai suhu ruang terbuka
h. Cabai suhu ruang tertutup
i. I2 0,01 N
3. Cara Kerja
Filtrat
Pengambilan 20 ml
Penambahan Indikator
Pentitrasian I2 0,01 N sampai terbentuk
warna biru selama 30 detik
Penghancuran
Penimbangan 50 gr
Pemasukkan ke dalam labu takar 100 ml
Penambahan sampai tanda tera
Disaring menggunakan kertas saring
Aquades
Cabai berbagai perlakuan
Pengamatan jumlah Iod yang digunakan
sampai warna berubah
Perhitungan kadar vitamin C
1 ml Amilum
1 %
Pemasukan dalam erlenmeyer
D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 1.1 Evaluasi Kadar Vitamin C Sari Buah
Kelompok Sampel ml Iod Kadar vitamin C (%)
1 Cabai segar 4,9 0,216
2 Cabai rebus 10 menit 5,7 0,251
3 Cabai suhu ruang terbuka 3,9 0,172
4 Cabai suhu ruang
tertutup
3,9 0,172
5 Cabai refrigator terbuka
Cabai refrigator terbuka
2,6
2,8
0,114
0,123
6 Cabai refrigator tertutup
Cabai refrigator tertutup
1,3
1,7
0,057
0,075
7 Cabai segar 4,4 0,194
8 Cabai rebus 10 menit 5,8 0,255
9 Cabai suhu ruang terbuka 4,8 0,211
10 Cabai suhu ruang
tertutup
3,8 0,167
Sumber: Laporan Sementara
Menurut Safaryani (2007), vitamin C disebut juga asam askorbat,
merupakan vitamin yang paling sederhana, mudah berubah akibat oksidasi,
tetapi amat berguna bagi manusia. Struktur kimianya terdiri dari rantai 6 atom
C dan kedudukannya tidak stabil (C6H8O6), karena mudah bereaksi dengan O2
di udara menjadi asam dehidroaskorbat. Vitamin ini merupakan fresh food
vitamin karena sumber utamanya adalah buah-buahan dan sayuran segar.
Vitamin C merupakan asam askorbat, senyawa kimia yang larut dalam
air. Ascorbyl palmitate adalah asam askorbat yang berkaitan dengan asam
lemak untuk membuat sistem pengantar yang larut di dalam lemak untuk
vitamin C. Adapun karakteristik dan manfaat vitamin C adalah: a) Larut di
dalam air (asam askorbat-L) atau larut di dalam lemak (Vitamin C ester seperti
ascorbyl palmitate). b) Meningkatkan produksi kolagen. c) Penting untuk
berfungsinya neurotransmitters, termasuk dopamine, serotonin, dan
acetylcholine. d) Berakumulasi di dalam sel darah putih untuk
mempertahankan respons imunitas yang kuat. Dosis vitamin C menurut Dinas
Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya dalam websitenya menyebutkan,
Recommended Daily Allowance (RDA) untuk vitamin C adalah: < 6 bulan : 30
mg 6 bulan - 1 tahun: 35 mg, 1-3 tahun: 15 mg, max. 400 mg/hari, 4-8 tahun:
25 mg, max. 650 mg/hari, 9-13 tahun: 45 mg, max. 1200 mg/hari, 14-18 tahun:
max. 1800 mg/hari; untuk pria 75 mg, untuk wanita 65 mg, Dewasa: max. 2000
mg/hari; untuk pria 90 mg, untuk wanita 75 mg (Aina dkk, 2011).
Menurut Rachmawati dkk (2009), vitamin C berperan sebagai
antioksidan yang kuat yang dapat melindungi sel dari agen-agen penyebab
kanker, dan secara khusus mampu meningkatkan daya serap tubuh atas kalsium
(mineral untuk pertumbuhan gigi dan tulang) serta zat besi dari bahan makanan
lain. Vitamin C mempunyai banyak fungsi didalam tubuh di antaranya sebagai
koenzim dan kofaktor. Fungsi vitamin C berkaitan erat dengan pembentukan
kolagen, sintesis karnitin yang berperan dalam pengangkutan asam lemak
rantai panjang kedalam mitokondria sel, meningkatkan absorpsi dan
metabolisme zat besi, meningkatkan absorpsi kalsium meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap infeksi, berperan dalam proses pencegahan kanker, serta
sebagai anti oksidan yang sangat penting untuk kesehatan.
Pada percobaan yang dilakukan pada acara I “Evaluasi Kadar Vitamin C
Sari Buah” yaitu menggunakan sampel cabai merah segar dan cabai merah
dengan beberapa perlakuan yaitu: perebusan 10 menit, suhu ruang terbuka,
suhu ruang tertutup, refrigrator terbuka dan refrigrator tertutup. Sampel cabai
segar dan beberapa perlakuan di hancurkan dan diambil sebanyak 50 gram
dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, ditambahkan aquades sampai tanda
tera. Di gojog, disaring dan diambil filtrat sebanyak 20 ml kemudian
dimasukkan erlenmyer dan ditambahkan dengan indikator amilum sebanyak 1
ml dengan konsentrasi 1% lalu dilakukan titrasi dengan larutan Iodin sampe
menghasilkan warna biru pada larutan, Iodin akan mengadisi ikatan rangkap
pada C no 3 dari vitamin C. Ini berarti jumlah vitamin C dalam bahan
sebanding dengan iodin yang diperlukan untuk mengadisi ikatan rangkap pada
vitamin C. Jika keseluruhan vitamin C dalam bahan sudah teradisi oleh iod
maka iod akan berikatan dengan indikator amilum membentuk komplek
bewarna biru. Setelah warna biru muncul dan tidak berubah selama 1 menit
titrasi dihentikan dan dilakukan perhitungan ml iod yang digunakan
selanjutnya baru dihitung kadar vitamin C nya.
Dari hasil percobaan yang ditunjukkan pada tabel 1.1 diatas dapat kita
lihat bahwa kadar vitamin C pada dari cabai merah segar pada kelompok 1
yaitu 0,216%, untuk kelompok 7 yaitu 0,194%. Untuk kadar vitamin C cabai
rebus selama 10 menit yang dilakukan kelompok 2 yaitu 0,251% untuk
kelompok 8 yaitu 0,255%. Untuk kadar vitamin C dengan perlakuan pada suhu
ruang terbuka yang dilakukan kelompok 3 mendapatkan 0,172% sedangkan
pada kelompok 9 yaitu 0,211%. Pada perlakuan dengan suhu ruang tertutup
yang dilakukan oleh kelompok 4 yaitu 0,172% dan kelompok 10 yaitu 0,167%.
Perlakuan dengan refrigrator terbuka pada kelompok 5 dilakukan dua kali
pengunlangan yaitu pengulangan pertaman mendapatkan hasil 0,114% dan
kedua 0,123%. Perlakuan yang terakhir dengan refrigrator tertutup pada
kelompok 5 dilakukan dua kali pengunlangan yaitu pengulangan pertaman
mendapatkan hasil 0,057% dan kedua 0,075%.
Dari hasil evaluasi kadar vitamin C pada buah segar yang dilakukan oleh
Cahyono (2003) yaitu 150-200 mg/100g. Sedangkan pada percobaan hanya
mendapatkan hasil 2,16 mg dan 1,94 mg. Hasil tersebut berbeda jauh dengan
teori. Hal tersebut bisa disebabkan karena sampel yang telah disiapkan
teroksidasi terlebih dahulu karena tidak segera di lakukan pengujian setelah di
hancurkan.
Rickman dkk (2007) mengungkapkan perlakuan panas awal produk
olahan dapat menyebabkan hilangnya nutrisi yang larut dalam air dan oksigen-
labil seperti vitamin C dan vitamin B. Pada hasil percobaan evaluasi kadar
vitamin C dengan sampel cabai direbus selama 10 menit mendapatkan jumlah
vitamin C lebih besar dari cabai segar, hasil yang didapatkan yaitu 2,51 mg dan
2,55 mg. Hal tersebut menunjukan bahwa hasil percobaan belum sesuai dengan
teori yang ada.
Untuk percobaan pada sampel yang dibiarkan pada suhu ruang terbuka
masing-masing adalah 1,72 mg dan 2,11 mg, sedangkam percobaan pada
sampel yang dibiarkan pada suhu tertutup masing-masing adalah 1,72 dan 1,67.
Pada percobaan tersebut sudah sesuai dengan teori Cruz dkk (2004). Ketika
oksigen ini berkontribusi dengan mendegradasi secara anaerobik
menyebabkan berkurangnya jumlah kadar vitamin C yang kecil, dibandingkan
dengan degradasi aerobik yang memiliki laju degradasi yang lebih tinggi.
Hasil pada perlakuan dengan refrigrator terbuka masing-masing adalah
1,14 mg dan 1,23 mg. Dan pada perlakuan dengan refrigrator tertutup 0,75 mg
dan 1,94. Safaryani (2007) mengungkapkan kandungan vitamin C bisa
berkurang sampai lebih dari 50% hanya dalam beberapa hari, tetapi kehilangan
ini dapat dicegah dengan penyimpanan pada suhu rendah. Sifat vitamin C
adalah mudah berubah akibat oksidasi namun stabil jika merupakan kristal
(murni). Penyimpanan pada suhu rendah dapat mengurangi kegiatan respirasi
dan metabolisme, memperlambat proses penuaan, mencegah kehilangan air dan
mencegah kelayuan. Walaupun dalam keadaan temperatur rendah dan
kelembaban terpelihara, 50% vitamin C akan hilang dalam 3-5 bulan. Daya
simpan akan lebih tahan lama bila diperlakukan dengan suhu kamar dingin 00C
10-14 hari. Jika tanpa perlakuan tersebut, maksimal daya tahannya 3 hari. Hal
itu berarti penuruunan kadar vitamin C dapat diperlambat dengan adanya
penyimpanan pada suhu refrigrator namun hasil percobaan tidak sesuai karena
hasil penyimpanan pada suhu refrigrator malah lebih kecil kadar vitamin C nya
daripada perlakuan pada suhu ruang dan perebusan 10 menit. Namun untuk
hasil perbandingan antara refrigrator tertutup dan terbuka sudah sesuai, hal
tersebut ditunjukkan pada ulangan kedua yaitu suhu terbuka 1,23 mg dan seuhu
terbuka 1,94 mg. Hal tersebut sesuai karenna pada refrigrator terbuka oksigen
dapat masuk dan dapat mengoksidasi kandungan vitamin C pada cabai merah
tersebut.
Menurut Cruz dkk (2004), vitamin C stabil setidaknya dari semua vitamin
dan mudah hancur selama pengolahan dan penyimpanan. Laju kerusakan
meningkat oleh aksi logam, terutama tembaga dan besi, dan enzim.
Ketersediaan oksigen, berkepanjangan pemanasan dan paparan cahaya
merupakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerusakan vitamin C pada
suatu makanan. Ketika oksigen ini berkontribusi dengan mendegradasi secara
anaerobik menyebabkan berkurangnya jumlah kadar vitamin C yang kecil,
dibandingkan dengan degradasi aerobik yang memiliki laju degradasi yang
lebih tinggi. Enzim yang mengandung tembaga atau besi dalam kelompok
prostetik mereka adalah katalis efisien vitamin C dekomposisi. Enzim dari
kelompok ini adalah oksidase asam askorbat, sitokrom oksidase, phenolase dan
peroksidase. Rickman dkk (2007) mengungkapkan perlakuan panas awal
produk olahan dapat menyebabkan hilangnya nutrisi yang larut dalam air dan
oksigen-labil seperti vitamin C dan vitamin B. Namun, nutrisi ini relatif stabil
selama penyimpanan kaleng karena kurangnya oksigen. Pada produk beku
kehilangan nutrisi di awal lebih sedikit karena waktu pemanasan singkat, tapi
kehilangan lebih nutrisi selama penyimpanan karena oksidasi. Senyawa fenolik
juga larut dalam air dan oksigen labil, tetapi perubahan selama pemrosesan,
penyimpanan dan pemasakan tampaknya sangat bervariasi dari masing-masing
komoditas. Safaryani (2007) mengungkapkan kandungan vitamin C bisa
berkurang sampai lebih dari 50% hanya dalam beberapa hari, tetapi kehilangan
ini dapat dicegah dengan penyimpanan pada suhu rendah. Sifat vitamin C
adalah mudah berubah akibat oksidasi namun stabil jika merupakan kristal
(murni). Penyimpanan pada suhu rendah dapat mengurangi kegiatan respirasi
dan metabolisme, memperlambat proses penuaan, mencegah kehilangan air dan
mencegah kelayuan. Walaupun dalam keadaan temperatur rendah dan
kelembaban terpelihara, 50% vitamin C akan hilang dalam 3-5 bulan. Daya
simpan akan lebih tahan lama bila diperlakukan dengan suhu kamar dingin 00C
10-14 hari. Jika tanpa perlakuan tersebut, maksimal daya tahannya 3 hari.
E. Kesimpulan
Dari hasil praktikum Acara I “Evaluasi Kadar Vitamin C Sari Buah” dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Iodin akan mengadisi ikatan rangkap pada C no 3 dari vitamin C. Ini berarti
jumlah vitamin C dalam bahan sebanding dengan iodin yang diperlukan
untuk mengadisi ikatan rangkap pada vitamin C. Jika keseluruhan vitamin C
dalam bahan sudah teradisi oleh iod maka iod akan berikatan dengan
indikator amilum membentuk komplek bewarna biru.
2. Kadar vitamin C pada dari cabai merah segar pada kelompok 1 yaitu
0,216%, untuk kelompok 7 yaitu 0,194%. Untuk kadar vitamin C cabai
rebus selama 10 menit yang dilakukan kelompok 2 yaitu 0,251% untuk
kelompok 8 yaitu 0,255%. Untuk kadar vitamin C dengan perlakuan pada
suhu ruang terbuka yang dilakukan kelompok 3 mendapatkan 0,172%
sedangkan pada kelompok 9 yaitu 0,211%. Pada perlakuan dengan suhu
ruang tertutup yang dilakukan oleh kelompok 4 yaitu 0,172% dan kelompok
10 yaitu 0,167%. Perlakuan dengan refrigrator terbuka pada kelompok 5
dilakukan dua kali pengunlangan yaitu pengulangan pertaman mendapatkan
hasil 0,114% dan kedua 0,123%. Perlakuan yang terakhir dengan refrigrator
tertutup pada kelompok 5 dilakukan dua kali pengunlangan yaitu
pengulangan pertaman mendapatkan hasil 0,057% dan kedua 0,075%.

More Related Content

What's hot

Kumpulan pertanyaan dan jawaban biokimia
Kumpulan pertanyaan dan jawaban biokimiaKumpulan pertanyaan dan jawaban biokimia
Kumpulan pertanyaan dan jawaban biokimia
arifah fadlilah
 
2021 08-13 buku monograf 36-rudiana
2021 08-13 buku monograf 36-rudiana2021 08-13 buku monograf 36-rudiana
2021 08-13 buku monograf 36-rudiana
VinusKey
 
Konsepdasarilmugizi 110405222553-phpapp02 2
Konsepdasarilmugizi 110405222553-phpapp02 2Konsepdasarilmugizi 110405222553-phpapp02 2
Konsepdasarilmugizi 110405222553-phpapp02 2
Aldi Rahman
 
pembentukan vit D
pembentukan vit Dpembentukan vit D
pembentukan vit Datiniea
 
Vitamin kel 2
Vitamin kel 2Vitamin kel 2
Vitamin kel 2
risyanti ALENTA
 
PPT Biokimia Nutrisi - Metabolisme Vitamin D
PPT Biokimia Nutrisi - Metabolisme Vitamin DPPT Biokimia Nutrisi - Metabolisme Vitamin D
PPT Biokimia Nutrisi - Metabolisme Vitamin D
Agustin Dian Kartikasari
 
Laporan biokimia vitamin dan mineral
Laporan biokimia   vitamin dan mineralLaporan biokimia   vitamin dan mineral
Laporan biokimia vitamin dan mineral
Mifta Rahmat
 
Vitamin
VitaminVitamin
Kimia panga vitamin
Kimia panga  vitaminKimia panga  vitamin
Kimia panga vitamin
Ratnawati Sigamma
 
Uji Vitamin B
Uji Vitamin BUji Vitamin B
Uji Vitamin B
Ernalia Rosita
 
Metabolisme Vitamin A pada Defisiensi Zink
Metabolisme Vitamin A pada Defisiensi ZinkMetabolisme Vitamin A pada Defisiensi Zink
Metabolisme Vitamin A pada Defisiensi ZinkNisa Azzahra
 
Adek bab 1 3
Adek bab 1 3Adek bab 1 3
Adek bab 1 3
atika azmi
 
Presentation1 nutrisi
Presentation1 nutrisiPresentation1 nutrisi
Presentation1 nutrisi
aryana_imam
 
Ppt vitamin larut lemak
Ppt vitamin larut lemakPpt vitamin larut lemak
Ppt vitamin larut lemak
Zulfi Ani
 
Tugas kuliah
Tugas kuliahTugas kuliah
Tugas kuliah
Dewi Fath
 
Lesson 6.2
Lesson 6.2Lesson 6.2
Lesson 6.2
Nur Suhaidah Sukor
 

What's hot (19)

Vitamin
VitaminVitamin
Vitamin
 
Kumpulan pertanyaan dan jawaban biokimia
Kumpulan pertanyaan dan jawaban biokimiaKumpulan pertanyaan dan jawaban biokimia
Kumpulan pertanyaan dan jawaban biokimia
 
2021 08-13 buku monograf 36-rudiana
2021 08-13 buku monograf 36-rudiana2021 08-13 buku monograf 36-rudiana
2021 08-13 buku monograf 36-rudiana
 
Konsepdasarilmugizi 110405222553-phpapp02 2
Konsepdasarilmugizi 110405222553-phpapp02 2Konsepdasarilmugizi 110405222553-phpapp02 2
Konsepdasarilmugizi 110405222553-phpapp02 2
 
pembentukan vit D
pembentukan vit Dpembentukan vit D
pembentukan vit D
 
Vitamin kel 2
Vitamin kel 2Vitamin kel 2
Vitamin kel 2
 
PPT Biokimia Nutrisi - Metabolisme Vitamin D
PPT Biokimia Nutrisi - Metabolisme Vitamin DPPT Biokimia Nutrisi - Metabolisme Vitamin D
PPT Biokimia Nutrisi - Metabolisme Vitamin D
 
Laporan biokimia vitamin dan mineral
Laporan biokimia   vitamin dan mineralLaporan biokimia   vitamin dan mineral
Laporan biokimia vitamin dan mineral
 
Vitamin
VitaminVitamin
Vitamin
 
Kimia panga vitamin
Kimia panga  vitaminKimia panga  vitamin
Kimia panga vitamin
 
Uji Vitamin B
Uji Vitamin BUji Vitamin B
Uji Vitamin B
 
Metabolisme Vitamin A pada Defisiensi Zink
Metabolisme Vitamin A pada Defisiensi ZinkMetabolisme Vitamin A pada Defisiensi Zink
Metabolisme Vitamin A pada Defisiensi Zink
 
vitamin larut air
vitamin larut airvitamin larut air
vitamin larut air
 
Adek bab 1 3
Adek bab 1 3Adek bab 1 3
Adek bab 1 3
 
Nutrisiku
NutrisikuNutrisiku
Nutrisiku
 
Presentation1 nutrisi
Presentation1 nutrisiPresentation1 nutrisi
Presentation1 nutrisi
 
Ppt vitamin larut lemak
Ppt vitamin larut lemakPpt vitamin larut lemak
Ppt vitamin larut lemak
 
Tugas kuliah
Tugas kuliahTugas kuliah
Tugas kuliah
 
Lesson 6.2
Lesson 6.2Lesson 6.2
Lesson 6.2
 

Similar to Acara i egdp

Laporanpraktikumbiokimia vitaminc-100622073831-phpapp02
Laporanpraktikumbiokimia vitaminc-100622073831-phpapp02Laporanpraktikumbiokimia vitaminc-100622073831-phpapp02
Laporanpraktikumbiokimia vitaminc-100622073831-phpapp02Muhammad Khairul Anwar
 
Vitamin larut dalam lemak
Vitamin larut dalam lemakVitamin larut dalam lemak
Vitamin larut dalam lemak
Pendidikan Kimia B unj
 
Nutrisi tepat untuk proses penyembuhan luka
Nutrisi tepat untuk proses penyembuhan lukaNutrisi tepat untuk proses penyembuhan luka
Nutrisi tepat untuk proses penyembuhan luka
jenal sobari
 
Peran Ilmu kimia (kelompok 5 ) X-6-dikompresi - Shafiira 17.pdf
Peran Ilmu kimia (kelompok 5 ) X-6-dikompresi - Shafiira 17.pdfPeran Ilmu kimia (kelompok 5 ) X-6-dikompresi - Shafiira 17.pdf
Peran Ilmu kimia (kelompok 5 ) X-6-dikompresi - Shafiira 17.pdf
BambangFadian
 
VITAMIN LARUT DALAM LEMAK
VITAMIN LARUT DALAM LEMAKVITAMIN LARUT DALAM LEMAK
VITAMIN LARUT DALAM LEMAK
Ibnu Masud
 
Vitamin larut dalam lemak
Vitamin larut dalam lemak Vitamin larut dalam lemak
Vitamin larut dalam lemak
pure chems
 
Vitamin larut dalam lemak
Vitamin larut dalam lemak  Vitamin larut dalam lemak
Vitamin larut dalam lemak
pure chems
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
ProfesorCilikGhadi
 
Uji Vitamin C
Uji Vitamin CUji Vitamin C
Uji Vitamin C
Ernalia Rosita
 
Vitamin a
Vitamin aVitamin a
Vitamin a
ekdssyo
 
Vitamin dalam makanan.pptx
Vitamin dalam makanan.pptxVitamin dalam makanan.pptx
Vitamin dalam makanan.pptx
Khairin8
 
Vitamin dalam makanan.pptx
Vitamin dalam makanan.pptxVitamin dalam makanan.pptx
Vitamin dalam makanan.pptx
Khairin8
 
Laporan Mie Sayur Bayam
Laporan Mie Sayur BayamLaporan Mie Sayur Bayam
Laporan Mie Sayur Bayam
Dea Shofiana Lathifah
 
Haspem vit c urin
Haspem vit c urinHaspem vit c urin
Haspem vit c urin
Ifa Agnes
 
Laporan Praktikum IPA Jenis Zat dalam Makanan.pdf
Laporan Praktikum IPA Jenis Zat dalam Makanan.pdfLaporan Praktikum IPA Jenis Zat dalam Makanan.pdf
Laporan Praktikum IPA Jenis Zat dalam Makanan.pdf
bambangmulyono383
 
VITAMIN.ppt
VITAMIN.pptVITAMIN.ppt
VITAMIN.ppt
syarifahelviza
 

Similar to Acara i egdp (20)

Laporanpraktikumbiokimia vitaminc-100622073831-phpapp02
Laporanpraktikumbiokimia vitaminc-100622073831-phpapp02Laporanpraktikumbiokimia vitaminc-100622073831-phpapp02
Laporanpraktikumbiokimia vitaminc-100622073831-phpapp02
 
Vitamin larut dalam lemak
Vitamin larut dalam lemakVitamin larut dalam lemak
Vitamin larut dalam lemak
 
Nutrisi tepat untuk proses penyembuhan luka
Nutrisi tepat untuk proses penyembuhan lukaNutrisi tepat untuk proses penyembuhan luka
Nutrisi tepat untuk proses penyembuhan luka
 
Manfaat Sayuran
Manfaat SayuranManfaat Sayuran
Manfaat Sayuran
 
Peran Ilmu kimia (kelompok 5 ) X-6-dikompresi - Shafiira 17.pdf
Peran Ilmu kimia (kelompok 5 ) X-6-dikompresi - Shafiira 17.pdfPeran Ilmu kimia (kelompok 5 ) X-6-dikompresi - Shafiira 17.pdf
Peran Ilmu kimia (kelompok 5 ) X-6-dikompresi - Shafiira 17.pdf
 
Ppt kbm vitamin za
Ppt kbm vitamin zaPpt kbm vitamin za
Ppt kbm vitamin za
 
VITAMIN LARUT DALAM LEMAK
VITAMIN LARUT DALAM LEMAKVITAMIN LARUT DALAM LEMAK
VITAMIN LARUT DALAM LEMAK
 
Vitamin larut dalam lemak
Vitamin larut dalam lemak Vitamin larut dalam lemak
Vitamin larut dalam lemak
 
Vitamin larut dalam lemak
Vitamin larut dalam lemak  Vitamin larut dalam lemak
Vitamin larut dalam lemak
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
 
Uji Vitamin C
Uji Vitamin CUji Vitamin C
Uji Vitamin C
 
Vitamin a
Vitamin aVitamin a
Vitamin a
 
Vitamin dalam makanan.pptx
Vitamin dalam makanan.pptxVitamin dalam makanan.pptx
Vitamin dalam makanan.pptx
 
Vitamin dalam makanan.pptx
Vitamin dalam makanan.pptxVitamin dalam makanan.pptx
Vitamin dalam makanan.pptx
 
Laporan Mie Sayur Bayam
Laporan Mie Sayur BayamLaporan Mie Sayur Bayam
Laporan Mie Sayur Bayam
 
Haspem vit c urin
Haspem vit c urinHaspem vit c urin
Haspem vit c urin
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
9 event
9 event9 event
9 event
 
Laporan Praktikum IPA Jenis Zat dalam Makanan.pdf
Laporan Praktikum IPA Jenis Zat dalam Makanan.pdfLaporan Praktikum IPA Jenis Zat dalam Makanan.pdf
Laporan Praktikum IPA Jenis Zat dalam Makanan.pdf
 
VITAMIN.ppt
VITAMIN.pptVITAMIN.ppt
VITAMIN.ppt
 

Recently uploaded

Teknik biakan dan Pewarnaan mikroorganisme
Teknik biakan dan Pewarnaan mikroorganismeTeknik biakan dan Pewarnaan mikroorganisme
Teknik biakan dan Pewarnaan mikroorganisme
Syartiwidya Syariful
 
UNIKBET Link Slot Habanero Deposit Bisa Via Bank Kaltim
UNIKBET Link Slot Habanero Deposit Bisa Via Bank KaltimUNIKBET Link Slot Habanero Deposit Bisa Via Bank Kaltim
UNIKBET Link Slot Habanero Deposit Bisa Via Bank Kaltim
csooyoung073
 
KRISTALISASI DAN PROSES PEMBENTUKAN KRISTAL
KRISTALISASI DAN PROSES PEMBENTUKAN KRISTALKRISTALISASI DAN PROSES PEMBENTUKAN KRISTAL
KRISTALISASI DAN PROSES PEMBENTUKAN KRISTAL
AtikaYahdiyaniIkhsan
 
Angka Kecukupan Gizi dan cara perhitungannya
Angka Kecukupan Gizi dan cara perhitungannyaAngka Kecukupan Gizi dan cara perhitungannya
Angka Kecukupan Gizi dan cara perhitungannya
Syartiwidya Syariful
 
Kebijakan penyediaan pangan dan gizi di Indonesia
Kebijakan penyediaan pangan dan gizi di IndonesiaKebijakan penyediaan pangan dan gizi di Indonesia
Kebijakan penyediaan pangan dan gizi di Indonesia
Syartiwidya Syariful
 
Mikroorganisme pangan : bakteri dan manfaatnya di industri pangan
Mikroorganisme pangan : bakteri dan manfaatnya di industri panganMikroorganisme pangan : bakteri dan manfaatnya di industri pangan
Mikroorganisme pangan : bakteri dan manfaatnya di industri pangan
Syartiwidya Syariful
 
Materi Kuliah Kristalisasi - Teknologi Pangan
Materi Kuliah Kristalisasi - Teknologi PanganMateri Kuliah Kristalisasi - Teknologi Pangan
Materi Kuliah Kristalisasi - Teknologi Pangan
AtikaYahdiyaniIkhsan
 

Recently uploaded (7)

Teknik biakan dan Pewarnaan mikroorganisme
Teknik biakan dan Pewarnaan mikroorganismeTeknik biakan dan Pewarnaan mikroorganisme
Teknik biakan dan Pewarnaan mikroorganisme
 
UNIKBET Link Slot Habanero Deposit Bisa Via Bank Kaltim
UNIKBET Link Slot Habanero Deposit Bisa Via Bank KaltimUNIKBET Link Slot Habanero Deposit Bisa Via Bank Kaltim
UNIKBET Link Slot Habanero Deposit Bisa Via Bank Kaltim
 
KRISTALISASI DAN PROSES PEMBENTUKAN KRISTAL
KRISTALISASI DAN PROSES PEMBENTUKAN KRISTALKRISTALISASI DAN PROSES PEMBENTUKAN KRISTAL
KRISTALISASI DAN PROSES PEMBENTUKAN KRISTAL
 
Angka Kecukupan Gizi dan cara perhitungannya
Angka Kecukupan Gizi dan cara perhitungannyaAngka Kecukupan Gizi dan cara perhitungannya
Angka Kecukupan Gizi dan cara perhitungannya
 
Kebijakan penyediaan pangan dan gizi di Indonesia
Kebijakan penyediaan pangan dan gizi di IndonesiaKebijakan penyediaan pangan dan gizi di Indonesia
Kebijakan penyediaan pangan dan gizi di Indonesia
 
Mikroorganisme pangan : bakteri dan manfaatnya di industri pangan
Mikroorganisme pangan : bakteri dan manfaatnya di industri panganMikroorganisme pangan : bakteri dan manfaatnya di industri pangan
Mikroorganisme pangan : bakteri dan manfaatnya di industri pangan
 
Materi Kuliah Kristalisasi - Teknologi Pangan
Materi Kuliah Kristalisasi - Teknologi PanganMateri Kuliah Kristalisasi - Teknologi Pangan
Materi Kuliah Kristalisasi - Teknologi Pangan
 

Acara i egdp

  • 1. ACARA I EVALUASI KADAR VITAMIN C SARI BUAH A. Tujuan Tujuan dari praktikum acara I “Evaluasi Kadar Vitamin C Sari Buah” yaitu : 1. Mahasiswa mampu menentukan besar kadar vitamin C pada buah cabai segar dan berbagai perlakuan dengan metode titrasi Iodin dan menggunakan indikator amilum. 2. Mahasiswa mengetahui kadar vitamin C pada buah cabai segar dan berbagai perlakuan B. Tinjauan Pustaka Cabai merupakan salah satu komoditas sayuran penting yang memiliki peluang bisnis prospektif. Aneka macam cabai yang dijual di pasar tradisional dapat digolongkan dalam dua kelompok, yakni cabai kecil (Capsicum frustescens) dan cabai besar (Capsicum annuum). Cabai kecil biasa disebut cabai rawit, sedangkan yang besar dinamakan cabai merah. Pada buah cabai terkandung beberapa vitamin. Salah satu vitamin dalam buah cabai adalah vitamin C (asam askorbat). Vitamin C berperan sebagai antioksidan yang kuat yang dapat melindungi sel dari agen-agen penyebab kanker, dan secara khusus mampu meningkatkan daya serap tubuh atas kalsium (mineral untuk pertumbuhan gigi dan tulang) serta zat besi dari bahan makanan lain. Menyatakan bahwa vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air dan esensial untuk biosintesis kolagen (Rachmawati dkk, 2009). Cabai merah (Capsicum annum L.) merupakan jenis tanaman yang cukup banyak ditanam di Indonesia. Cabai merah setan mengandung banyak vitamin C dan kandungannya tertinggi dibandingkan sayuran lain. Cabai merah ini memiliki daya simpan yang sangat rendah karena mudah mengalami pembusukan. Penyebab utama kerusakan cabai adalah karena kadar airnya yang tinggi. Hal ini akan memperbesar terjadinya kerusakan–kerusakan
  • 2. fisiologis dan meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang banyak menyebabkan kerusakan/pembusukan pada cabai merah setan terutama oleh jamur. Suhu dan lama penyimpanan cabai yang tepat perlu dilakukan untuk memperoleh kandungan vitamin C dan aktivitas antioksidan cabai merah setan yang maksimum (Budiarti dan Kurnianingrum, 2015). Menurut Kumala dan Widaningsih (2008), vitamin C tidak dapat disintesis di dalam tubuh manusia, sehingga diperlukan vitamin C dari luar tubuh. Vitamin C sering terdapat bersama dengan zat-zat atau vitamin-vitamin lainnya di dalam makanan. Bahan makanan yang mengandung vitamin C paling utama adalah buah-buahan dan sayuran dan salah satunya adalah cabai. Buah dan sayuran merupakan sumber utama vitamin C. Buah yang tinggi kandungan vitamin C-nya adalah jambu biji, jeruk, mangga, dan sirsak. Sayuran juga mengandung vitamin C yang cukup tinggi, diantaranya tomat, brokoli, cabai dan kentang. Vitamin C mempunyai banyak fungsi didalam tubuh di antaranya sebagai koenzim dan kofaktor. Fungsi vitamin C berkaitan erat dengan pembentukan kolagen, sintesis karnitin yang berperan dalam pengangkutan asam lemak rantai panjang kedalam mitokondria sel, meningkatkan absorpsi dan metabolisme zat besi, meningkatkan absorpsi kalsium meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, berperan dalam proses pencegahan kanker, serta sebagai anti oksidan yang sangat penting untuk kesehatan (Wirakusumah, 2007). Buah cabe rawit mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap, yakni kalori, protein, lemak, karbohidrat, mineral (kalsium, fosfor, besi), vitamin dan zat-zat lain yang berkhasiat obat, misalnya oleoresin, capsaicin, bioflavonoid, anti-oksidan, abu, dan serat kasar. Pada umumnya, cabai mengandung 0,1%- 1% rasa pedas, yang disebabkan oleh kandungan zat capsaicin dan dihidrocapsaicin. Dibandingkan dengan jenis cabai besar (termasuk paprika, kandungan capcaisin dan dihidrocapcaisin pada cabai rawit cukup tinggi. Oleh karena itu, cabai rawit memiliki rasa lebih pedas daripada jenis-jenis cabai lainnya (Cahyono, 2003).
  • 3. Menurut Steskova dkk (2006) vitamin C sering ditambahkan ke makanan tidak hanya sebagai nutrisi (untuk menebus kerugian pengolahan) dan antioksidan, tetapi ditambahkan juga untuk mencegah pencoklatan dari buah- buahan dan sayuran kaleng segar, pengasaman daging untuk menghindari pembentukan kabut asap di produk diseduh (seperti bir). Vitamin C sering ditambahkan sebagai fortificant a untuk jus buah, minuman rasa buah, penambahan pada jus bersoda, koktail kering atau minuman, produk berbasis sereal, dan susu. Vitamin ini mudah rusak oleh pemasakan atau pengalengan makanan dan oleh paparan udara dan cahaya (Njoku dkk, 2011). Menurut Cruz dkk (2004), vitamin C stabil setidaknya dari semua vitamin dan mudah hancur selama pengolahan dan penyimpanan. Laju kerusakan meningkat oleh aksi logam, terutama tembaga dan besi, dan enzim. Ketersediaan oksigen, berkepanjangan pemanasan dan paparan cahaya merupakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerusakan vitamin C pada suatu makanan. Ketika oksigen ini berkontribusi dengan mendegradasi secara anaerobik menyebabkan berkurangnya jumlah kadar vitamin C yang kecil, dibandingkan dengan degradasi aerobik yang memiliki laju degradasi yang lebih tinggi. Enzim yang mengandung tembaga atau besi dalam kelompok prostetik mereka adalah katalis efisien vitamin C dekomposisi. Enzim dari kelompok ini adalah oksidase asam askorbat, sitokrom oksidase, phenolase dan peroksidase. Rickman dkk (2007) mengungkapkan perlakuan panas awal produk olahan dapat menyebabkan hilangnya nutrisi yang larut dalam air dan oksigen-labil seperti vitamin C dan vitamin B. Namun, nutrisi ini relatif stabil selama penyimpanan kaleng karena kurangnya oksigen. Pada produk beku kehilangan nutrisi di awal lebih sedikit karena waktu pemanasan singkat, tapi kehilangan lebih nutrisi selama penyimpanan karena oksidasi. Senyawa fenolik juga larut dalam air dan oksigen labil, tetapi perubahan selama pemrosesan, penyimpanan dan pemasakan tampaknya sangat bervariasi dari masing-masing komoditas. Kurangnya vitamin C dalam makanan menyebabkan penyakit kudis penyakit defisiensi. Hal ini berpotensi Penyakit yang fatal dapat dicegah
  • 4. dengan menkonsumsi 10 mg vitamin C per hari, jumlah mudah diperoleh melalui konsumsi buah dan sayuran segar. Gejala lain dari kekurangan nya juga telah dilaporkan, tetapi pada penelitian ini tidak mendefinisikan secara detail (Mussa dan Sharaa, 2014). C. Metodologi 1. Alat a. Buret 50 ml b. Erlenmeyer 250 ml c. Gelas beker 200 m d. Kertas saring Whatman 41 e. Labu takar 100 ml f. Pipet 1 ml g. Pipet 25 ml h. Timbangan analitik i. Unit titrasi 2. Bahan a. Amilum 1% b. Aquades c. Cabai rebus 10 menit d. Cabai refrigator terbuka e. Cabai refrigator tertutup f. Cabai segar g. Cabai suhu ruang terbuka h. Cabai suhu ruang tertutup i. I2 0,01 N
  • 5. 3. Cara Kerja Filtrat Pengambilan 20 ml Penambahan Indikator Pentitrasian I2 0,01 N sampai terbentuk warna biru selama 30 detik Penghancuran Penimbangan 50 gr Pemasukkan ke dalam labu takar 100 ml Penambahan sampai tanda tera Disaring menggunakan kertas saring Aquades Cabai berbagai perlakuan Pengamatan jumlah Iod yang digunakan sampai warna berubah Perhitungan kadar vitamin C 1 ml Amilum 1 % Pemasukan dalam erlenmeyer
  • 6. D. Hasil dan Pembahasan Tabel 1.1 Evaluasi Kadar Vitamin C Sari Buah Kelompok Sampel ml Iod Kadar vitamin C (%) 1 Cabai segar 4,9 0,216 2 Cabai rebus 10 menit 5,7 0,251 3 Cabai suhu ruang terbuka 3,9 0,172 4 Cabai suhu ruang tertutup 3,9 0,172 5 Cabai refrigator terbuka Cabai refrigator terbuka 2,6 2,8 0,114 0,123 6 Cabai refrigator tertutup Cabai refrigator tertutup 1,3 1,7 0,057 0,075 7 Cabai segar 4,4 0,194 8 Cabai rebus 10 menit 5,8 0,255 9 Cabai suhu ruang terbuka 4,8 0,211 10 Cabai suhu ruang tertutup 3,8 0,167 Sumber: Laporan Sementara Menurut Safaryani (2007), vitamin C disebut juga asam askorbat, merupakan vitamin yang paling sederhana, mudah berubah akibat oksidasi, tetapi amat berguna bagi manusia. Struktur kimianya terdiri dari rantai 6 atom C dan kedudukannya tidak stabil (C6H8O6), karena mudah bereaksi dengan O2 di udara menjadi asam dehidroaskorbat. Vitamin ini merupakan fresh food vitamin karena sumber utamanya adalah buah-buahan dan sayuran segar. Vitamin C merupakan asam askorbat, senyawa kimia yang larut dalam air. Ascorbyl palmitate adalah asam askorbat yang berkaitan dengan asam lemak untuk membuat sistem pengantar yang larut di dalam lemak untuk vitamin C. Adapun karakteristik dan manfaat vitamin C adalah: a) Larut di dalam air (asam askorbat-L) atau larut di dalam lemak (Vitamin C ester seperti ascorbyl palmitate). b) Meningkatkan produksi kolagen. c) Penting untuk berfungsinya neurotransmitters, termasuk dopamine, serotonin, dan acetylcholine. d) Berakumulasi di dalam sel darah putih untuk mempertahankan respons imunitas yang kuat. Dosis vitamin C menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya dalam websitenya menyebutkan, Recommended Daily Allowance (RDA) untuk vitamin C adalah: < 6 bulan : 30 mg 6 bulan - 1 tahun: 35 mg, 1-3 tahun: 15 mg, max. 400 mg/hari, 4-8 tahun: 25 mg, max. 650 mg/hari, 9-13 tahun: 45 mg, max. 1200 mg/hari, 14-18 tahun:
  • 7. max. 1800 mg/hari; untuk pria 75 mg, untuk wanita 65 mg, Dewasa: max. 2000 mg/hari; untuk pria 90 mg, untuk wanita 75 mg (Aina dkk, 2011). Menurut Rachmawati dkk (2009), vitamin C berperan sebagai antioksidan yang kuat yang dapat melindungi sel dari agen-agen penyebab kanker, dan secara khusus mampu meningkatkan daya serap tubuh atas kalsium (mineral untuk pertumbuhan gigi dan tulang) serta zat besi dari bahan makanan lain. Vitamin C mempunyai banyak fungsi didalam tubuh di antaranya sebagai koenzim dan kofaktor. Fungsi vitamin C berkaitan erat dengan pembentukan kolagen, sintesis karnitin yang berperan dalam pengangkutan asam lemak rantai panjang kedalam mitokondria sel, meningkatkan absorpsi dan metabolisme zat besi, meningkatkan absorpsi kalsium meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, berperan dalam proses pencegahan kanker, serta sebagai anti oksidan yang sangat penting untuk kesehatan. Pada percobaan yang dilakukan pada acara I “Evaluasi Kadar Vitamin C Sari Buah” yaitu menggunakan sampel cabai merah segar dan cabai merah dengan beberapa perlakuan yaitu: perebusan 10 menit, suhu ruang terbuka, suhu ruang tertutup, refrigrator terbuka dan refrigrator tertutup. Sampel cabai segar dan beberapa perlakuan di hancurkan dan diambil sebanyak 50 gram dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, ditambahkan aquades sampai tanda tera. Di gojog, disaring dan diambil filtrat sebanyak 20 ml kemudian dimasukkan erlenmyer dan ditambahkan dengan indikator amilum sebanyak 1 ml dengan konsentrasi 1% lalu dilakukan titrasi dengan larutan Iodin sampe menghasilkan warna biru pada larutan, Iodin akan mengadisi ikatan rangkap pada C no 3 dari vitamin C. Ini berarti jumlah vitamin C dalam bahan sebanding dengan iodin yang diperlukan untuk mengadisi ikatan rangkap pada vitamin C. Jika keseluruhan vitamin C dalam bahan sudah teradisi oleh iod maka iod akan berikatan dengan indikator amilum membentuk komplek bewarna biru. Setelah warna biru muncul dan tidak berubah selama 1 menit titrasi dihentikan dan dilakukan perhitungan ml iod yang digunakan selanjutnya baru dihitung kadar vitamin C nya.
  • 8. Dari hasil percobaan yang ditunjukkan pada tabel 1.1 diatas dapat kita lihat bahwa kadar vitamin C pada dari cabai merah segar pada kelompok 1 yaitu 0,216%, untuk kelompok 7 yaitu 0,194%. Untuk kadar vitamin C cabai rebus selama 10 menit yang dilakukan kelompok 2 yaitu 0,251% untuk kelompok 8 yaitu 0,255%. Untuk kadar vitamin C dengan perlakuan pada suhu ruang terbuka yang dilakukan kelompok 3 mendapatkan 0,172% sedangkan pada kelompok 9 yaitu 0,211%. Pada perlakuan dengan suhu ruang tertutup yang dilakukan oleh kelompok 4 yaitu 0,172% dan kelompok 10 yaitu 0,167%. Perlakuan dengan refrigrator terbuka pada kelompok 5 dilakukan dua kali pengunlangan yaitu pengulangan pertaman mendapatkan hasil 0,114% dan kedua 0,123%. Perlakuan yang terakhir dengan refrigrator tertutup pada kelompok 5 dilakukan dua kali pengunlangan yaitu pengulangan pertaman mendapatkan hasil 0,057% dan kedua 0,075%. Dari hasil evaluasi kadar vitamin C pada buah segar yang dilakukan oleh Cahyono (2003) yaitu 150-200 mg/100g. Sedangkan pada percobaan hanya mendapatkan hasil 2,16 mg dan 1,94 mg. Hasil tersebut berbeda jauh dengan teori. Hal tersebut bisa disebabkan karena sampel yang telah disiapkan teroksidasi terlebih dahulu karena tidak segera di lakukan pengujian setelah di hancurkan. Rickman dkk (2007) mengungkapkan perlakuan panas awal produk olahan dapat menyebabkan hilangnya nutrisi yang larut dalam air dan oksigen- labil seperti vitamin C dan vitamin B. Pada hasil percobaan evaluasi kadar vitamin C dengan sampel cabai direbus selama 10 menit mendapatkan jumlah vitamin C lebih besar dari cabai segar, hasil yang didapatkan yaitu 2,51 mg dan 2,55 mg. Hal tersebut menunjukan bahwa hasil percobaan belum sesuai dengan teori yang ada. Untuk percobaan pada sampel yang dibiarkan pada suhu ruang terbuka masing-masing adalah 1,72 mg dan 2,11 mg, sedangkam percobaan pada sampel yang dibiarkan pada suhu tertutup masing-masing adalah 1,72 dan 1,67. Pada percobaan tersebut sudah sesuai dengan teori Cruz dkk (2004). Ketika oksigen ini berkontribusi dengan mendegradasi secara anaerobik
  • 9. menyebabkan berkurangnya jumlah kadar vitamin C yang kecil, dibandingkan dengan degradasi aerobik yang memiliki laju degradasi yang lebih tinggi. Hasil pada perlakuan dengan refrigrator terbuka masing-masing adalah 1,14 mg dan 1,23 mg. Dan pada perlakuan dengan refrigrator tertutup 0,75 mg dan 1,94. Safaryani (2007) mengungkapkan kandungan vitamin C bisa berkurang sampai lebih dari 50% hanya dalam beberapa hari, tetapi kehilangan ini dapat dicegah dengan penyimpanan pada suhu rendah. Sifat vitamin C adalah mudah berubah akibat oksidasi namun stabil jika merupakan kristal (murni). Penyimpanan pada suhu rendah dapat mengurangi kegiatan respirasi dan metabolisme, memperlambat proses penuaan, mencegah kehilangan air dan mencegah kelayuan. Walaupun dalam keadaan temperatur rendah dan kelembaban terpelihara, 50% vitamin C akan hilang dalam 3-5 bulan. Daya simpan akan lebih tahan lama bila diperlakukan dengan suhu kamar dingin 00C 10-14 hari. Jika tanpa perlakuan tersebut, maksimal daya tahannya 3 hari. Hal itu berarti penuruunan kadar vitamin C dapat diperlambat dengan adanya penyimpanan pada suhu refrigrator namun hasil percobaan tidak sesuai karena hasil penyimpanan pada suhu refrigrator malah lebih kecil kadar vitamin C nya daripada perlakuan pada suhu ruang dan perebusan 10 menit. Namun untuk hasil perbandingan antara refrigrator tertutup dan terbuka sudah sesuai, hal tersebut ditunjukkan pada ulangan kedua yaitu suhu terbuka 1,23 mg dan seuhu terbuka 1,94 mg. Hal tersebut sesuai karenna pada refrigrator terbuka oksigen dapat masuk dan dapat mengoksidasi kandungan vitamin C pada cabai merah tersebut. Menurut Cruz dkk (2004), vitamin C stabil setidaknya dari semua vitamin dan mudah hancur selama pengolahan dan penyimpanan. Laju kerusakan meningkat oleh aksi logam, terutama tembaga dan besi, dan enzim. Ketersediaan oksigen, berkepanjangan pemanasan dan paparan cahaya merupakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerusakan vitamin C pada suatu makanan. Ketika oksigen ini berkontribusi dengan mendegradasi secara anaerobik menyebabkan berkurangnya jumlah kadar vitamin C yang kecil, dibandingkan dengan degradasi aerobik yang memiliki laju degradasi yang
  • 10. lebih tinggi. Enzim yang mengandung tembaga atau besi dalam kelompok prostetik mereka adalah katalis efisien vitamin C dekomposisi. Enzim dari kelompok ini adalah oksidase asam askorbat, sitokrom oksidase, phenolase dan peroksidase. Rickman dkk (2007) mengungkapkan perlakuan panas awal produk olahan dapat menyebabkan hilangnya nutrisi yang larut dalam air dan oksigen-labil seperti vitamin C dan vitamin B. Namun, nutrisi ini relatif stabil selama penyimpanan kaleng karena kurangnya oksigen. Pada produk beku kehilangan nutrisi di awal lebih sedikit karena waktu pemanasan singkat, tapi kehilangan lebih nutrisi selama penyimpanan karena oksidasi. Senyawa fenolik juga larut dalam air dan oksigen labil, tetapi perubahan selama pemrosesan, penyimpanan dan pemasakan tampaknya sangat bervariasi dari masing-masing komoditas. Safaryani (2007) mengungkapkan kandungan vitamin C bisa berkurang sampai lebih dari 50% hanya dalam beberapa hari, tetapi kehilangan ini dapat dicegah dengan penyimpanan pada suhu rendah. Sifat vitamin C adalah mudah berubah akibat oksidasi namun stabil jika merupakan kristal (murni). Penyimpanan pada suhu rendah dapat mengurangi kegiatan respirasi dan metabolisme, memperlambat proses penuaan, mencegah kehilangan air dan mencegah kelayuan. Walaupun dalam keadaan temperatur rendah dan kelembaban terpelihara, 50% vitamin C akan hilang dalam 3-5 bulan. Daya simpan akan lebih tahan lama bila diperlakukan dengan suhu kamar dingin 00C 10-14 hari. Jika tanpa perlakuan tersebut, maksimal daya tahannya 3 hari. E. Kesimpulan Dari hasil praktikum Acara I “Evaluasi Kadar Vitamin C Sari Buah” dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Iodin akan mengadisi ikatan rangkap pada C no 3 dari vitamin C. Ini berarti jumlah vitamin C dalam bahan sebanding dengan iodin yang diperlukan untuk mengadisi ikatan rangkap pada vitamin C. Jika keseluruhan vitamin C dalam bahan sudah teradisi oleh iod maka iod akan berikatan dengan indikator amilum membentuk komplek bewarna biru. 2. Kadar vitamin C pada dari cabai merah segar pada kelompok 1 yaitu 0,216%, untuk kelompok 7 yaitu 0,194%. Untuk kadar vitamin C cabai
  • 11. rebus selama 10 menit yang dilakukan kelompok 2 yaitu 0,251% untuk kelompok 8 yaitu 0,255%. Untuk kadar vitamin C dengan perlakuan pada suhu ruang terbuka yang dilakukan kelompok 3 mendapatkan 0,172% sedangkan pada kelompok 9 yaitu 0,211%. Pada perlakuan dengan suhu ruang tertutup yang dilakukan oleh kelompok 4 yaitu 0,172% dan kelompok 10 yaitu 0,167%. Perlakuan dengan refrigrator terbuka pada kelompok 5 dilakukan dua kali pengunlangan yaitu pengulangan pertaman mendapatkan hasil 0,114% dan kedua 0,123%. Perlakuan yang terakhir dengan refrigrator tertutup pada kelompok 5 dilakukan dua kali pengunlangan yaitu pengulangan pertaman mendapatkan hasil 0,057% dan kedua 0,075%.