Evaluasi pelatihan, Kelompok 12 - Intervensi OrganisasiKhalistaKhalyana
Judul : Evaluasi Pelatihan
Disusun oleh : Kelompok 12 (Ghifari Azhar. F, Khalista Khalyana, Raisya Jihan Vamelya)
Mata Kuliah : Intervensi Organisasi
Dosen Pengampu : Dr. R. A. Fadhallah, S.Psi, M.Si.
Evaluasi pelatihan, Kelompok 12 - Intervensi OrganisasiKhalistaKhalyana
Judul : Evaluasi Pelatihan
Disusun oleh : Kelompok 12 (Ghifari Azhar. F, Khalista Khalyana, Raisya Jihan Vamelya)
Mata Kuliah : Intervensi Organisasi
Dosen Pengampu : Dr. R. A. Fadhallah, S.Psi, M.Si.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Abstrak susiilawati
1. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM
ACHIEVEMENT DIVISON (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA KELAS XII TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN SMK NEGERI 4
LUWU
SUSILAWATY
SMK NEGERI 4 LUWU
susilawatitita2007@gmail.com
Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika khususnya materi
peluang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division
(STAD). Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Pengambilan data dilaksanakan dengan observasi pada
kegiatan pembelajaran matematika dan hasil observasi tersebut dituangkan dalam bentuk deskriptif. Penelitian
dilaksanakan pada siswa kelas XII Teknik Komputer dan Jaringan pada SMK Negeri 4 Luwu, Kabupaten
Luwu. Hasil pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Team Achievement Division (STAD) disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa, hal ini
dapat diketahui dari (1) skor rata-rata yang diperoleh siswa pada tes hasil beajar adalah 79,94 dari skol ideal 100
dengan standar deviasi 5,01; (2) penerapan model pembelajaran koopertif tipe STAD menjadikan siswa lebih
aktif dalam proses pembelajaran; (3) ketuntasan belajar siswa mencapai 88,24%; (4) respon siswa terhadap
komponen pembelajaran seperti suasana pembelajaran, cara guru mengajar dan penampilan guru sebanyak
94,12% siswa menyatakan Senang dan 5,88% siswa menyatakan Tidak Senang, sementara tangggapan siswa
tentang minat untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
sebanyak 88,24% menyatakan Berminat dan 11,76% siswa menyatakan Tidak Berminat.
Kata Kunci: kooperatif, STAD, hasil belajar.