SlideShare a Scribd company logo
REFORMASI MANAJEMEN KEUANGAN PEMERINTAH :
SEBUAH TINJAUAN
Awan Setiawan *)

Pengantar
Tulisan ini diharapakan dapat menjadi input bagi para perencana di
Bappenas khususnya dalam pelaksanaan 3 (tiga) agenda Repenas Transisi, yang
salah satunya adalah “mempercepat reformasi”, yang dalam tulisan ini fokus pada
manajemen keuangan pemerintah. Walapun informasi yang disampaikan tidak
cukup komprehensif, namun menurut hemat kami isu tersebut masih cukup aktual,
terutama mendorong Reposisi Bappenas dan kembali kepada track yang benar.

Pendahuluan
Manajemen keuangan pemerintah merupakan salah satu kunci penentu
keberhasilan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan dalam kerangka
nation and state building. Adanya manajemen keuangan pemerintah yang baik akan
menjamin tercapainya tujuan pembangunan secara khusus, dan tujuan berbangsa
dan bernegara secara umum. Karenanya, langkah-langkah strategis dalam konteks
penciptaan, pengembangan, dan penegakan sistem manajemen keuangan yang baik
merupakan tuntutan sekaligus kebutuhan yang semakin tak terelakkan dalam
dinamika pemerintahan dan pembangunan.
Munculnya perhatian yang besar akan pentingnya manajemen keuangan
pemerintah dilatarbelakangi oleh banyaknya tuntutan, kebutuhan atau aspirasi yang
harus diakomodasi di satu sisi, dan terbatasnya sumberdaya keuangan pemerintah di
sisi lain. Dengan demikian, pencapaian efektivitas dan efisiensi keuangan
pemerintah semakin mengemuka untuk diperjuangkan perwujudnya.
Dalam upaya perwujudan manajemen keuangan pemerintah yang baik,
terdapat pula tuntutan yang semakin aksentuatif untuk mengakomodasi,
menginkorporasi, bahkan mengedepankan nilai-nilai good governance. Beberapa
nilai yang relevan dan urgen untuk diperjuangkan adalah antara lain transparansi,
akuntabilitas, serta partisipasi masyarakat dalam proses pengelolaan keuangan
dimaksud, disamping nilai-nilai efektivitas dan efisiensi tentu saja. Dalam konteks
yang lebih visioner, manajemen keuangan pemerintah tidak saja harus didasarkan
pada prinsip-prinsip good governance, tetapi harus diarahkan untuk mewujudkan
nilai-nilai dimaksud.

*

)

Awan Setiawan, SE, MM adalah Kepala Seksi di Direktorat Kerjasama Pembangunan Sektoral
dan Daerah Kantor Meneg PPN/Bapppenas & Mahasiswa Program Pasca Sarjana MPKP Universitas
Indonesia (UI)-red
Sebagaimana dibahas dalam artikel Mulia P. Nasution berjudul “Reformasi
Manajemen Keuangan Pemerintah” (Jurnal Forum Inovasi, Desember – Februari
2003), pemerintah Indonesia sebenarnya sudah memberi perhatian yang sungguhsungguh untuk mengakomodasi dan mewujudkan harapan dan tuntutan di atas.
Upaya mewujudkan manajemen keuangan pemerintah yang baik, antara lain,
diperjuangkan dengan memperhatikan prinsip dan nilai-nilai good governance.
Yang selama ini sudah dilakukan adalah dengan membahas RUU Keuangan Negara
yang sudah diundangkan DPR pada tanggal 9 Maret 2003 lalu (jadi setelah artikel
ini ditulis) menjadi UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Terdapat
4 prinsip dasar pengelolaan keuangan negara yang menjadi fokus perhatian utama
dalam UU ini, yaitu (1) akuntabilitas berdasarkan hasil atau kinerja, sehingga
muncul kerangka kerja baru dengan nama “Anggaran Berbasis Kinerja
(Performance Budget)” yang pada saat ini sedang diujicobakan pelaksasanaannya
dan diharapkan dimulai pada tahun anggaran 2005; (2) keterbukaan dan setiap
transaksi keuangan pemerintah; (3) pemberdayaan manajer profesional; dan (4)
adanya lembaga pemeriksa eksternal yang kuat, profesional, dan mandiri serta
dihindarinya duplikasi dalam pelaksanaan pemeriksaan (double accounting).
Berdasarkan keempat prinsip tersebut, maka artikel ini menempatkan reformasi
perbendaharaan dan reformasi di bidang auditing sebagai agenda yang mendesak.

Urgensi
Pentingnya reformasi keuangan pemerintah dengan beberapa bidang di atas
sebagai fokusnya, dalam penilaian penulis ini, dilatarbelakangi oleh beberapa
pertimbangan strategis yang terutama diwakili oleh luasnya skala persoalan yang
harus diatasi. Persoalan-persoalan dimaksud antara lain :
Pertama, rendahnya efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan
pemerintah akibat maraknya irasionalitas pembiayaan kegiatan negara. Kondisi ini
disertai oleh rendahnya akuntabilitas para pejabat pemerintah dalam mengelola
keuangan publik. Karenanya, muncul tuntutan yang meluas untuk menerapkan
sistem anggaran berbasis kinerja.
Kedua, tidak adanya skala prioritas yang terumuskan secara tegas dalam
proses pengelolaan keuangan negara yang menimbulkan pemborosan sumber daya
publik. Selama ini, hampir tidak ada upaya untuk menetapkan skala prioritas
anggaran di mana ada keterpaduan antara rencana kegiatan dengan kapasitas
sumber daya yang dimiliki. Juga harus dilakukan analisis biaya-manfaat (cost and
benefit analysis) sehingga kegiatan yang dijalankan tidak saja sesuai dengan skala
prioritas tetapi juga mendatangkan tingkat keuntungan atau manfaat tertentu bagi
publik.
Persoalan ketiga yang menuntut dilakukannya reformasi manajemen
keuangan pemerintah adalah terjadinya begitu banyak kebocoran dan
penyimpangan, misalnya sebagai akibat adanya praktek KKN.
Keempat dan terakhir adalah rendahnya profesionalisme aparat pemerintah
dalam mengelola anggaran publik. Inilah merupakan sindrom klasik yang
senantiasa menggerogoti negara-negara yang ditandai oleh superioritas pemerintah.
Dinamika pemerintah, termasuk pengelolaan keuangan di dalamnya, tidak dikelola
secara profesional sebagaimana dijumpai dalam manajemen sektor swasta. Jarang
ditemukan ada manajer yang profesional dalam sektor publik. Bahkan terdapat
negasi yang tegas untuk memasukkan kerangka kerja sektor swasta ke dalam sektor
publik di mana nilai-nilai akuntabilitas, profesionalisme, transparansi, dan
economic of scale menjadi kerangka kerja utamanya.
Dengan memperhatikan beberapa patologi tersebut, artikel ini sampai pada
beberapa rekomendasi strategis yang pada intinya ingin mengembalikan manajemen
keuangan pemerintah dalam bentuk anggaran sebagai alat akuntabilitas, manajemen
dan kebijakan ekonomi yang sehat.
Menarik dari pembahasan penulis ini adalah adanya upaya untuk
memisahkan secara tegas antara kewenangan administratif dan kewenangan
kebendaharaan. Dalam penilaian penulis ini kewenangan administratif seyogyanya
berada dan diatur oleh masing-masing departemen/lembaga pemerintah, sementara
kewenangan kebendaharaan berada di tangan Menteri Keuangan. Kewenangan
administratif meliputi otoritas untuk melakukan perikatan (kontrak) atau tindakantindakan lain yang mengakibatkan terjadinya penerimaan atau pengeluaran negara
serta perintah untuk melakukan pembayaran atau menagih penerimaan yang timbul
sebagai konsekuensi dari suatu perikatan. Sedangkan kewenangan kebendaharaan
meliputi tidak boleh secara sempit ditafsirkan sebagai sekedar fungsi kasir untuk
membayarkan tagihan atau mengelola penerimaan, tetapi juga meliputi otoritas
untuk meneliti kebenaran penerimaan dan pengeluaran tersebut. Dalam konteks ini,
Menteri Keuangan bertindak sebagai kasir, pengawas, sekaligus sebagai fund
manager.
Pembagian yang demikian sangat menarik untuk dibahas sejalan dengan
munculnya kontroversi yang luas pasca diundangkannya UU Nomor 17 Tahun
2003. Bagi mereka yang pro dengan UU tersebut, Menteri Keuangan dan
Departemen Keuangan sudah saaatnya diberi kewenangan yang lebih luas, tidak
saja untuk mengelola keuangan negara an sich tetapi juga melakukan verifikasi atas
penerimaan dan pengeluaran tersebut serta otoritas di bidang perencanaan yang
secara langsung maupun tidak langsung akan menghapus – atau tepatnya
mengurangi – peran dan fungsi Bappenas serta keberadaan BUMN lainnya
(Kontan, 24 Maret 2003, Republika, 15 April 2003, Koran Tempo 27 Maret 2003).
Argumentasi yang demikian dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa badan yang
mengelola anggaran seharusnya dilibatkan secara aktif untuk turut menentukan
perencanaan pembangunan. Dengan demikian, ada sinergi dan rasionalitas yang
tinggi antara rencana kegiatan yang diusulkan dengan kapasitas anggaran yang
tersedia.
Sementara itu muncul juga kelompok kedua yang menentang
diberlakukannya UU ini. Bagi mereka, mendelegasikan wewenang penganggaran
dan perencanaan yang begitu besar kepada Departemen Keuangan sama halnya
dengan memberi “cek kosong” kepada lembaga tersebut. Argumentasi ini
dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa, pertama, penyerahan mandat absolut
kepada Departemen Keuangan jelas sangat bertentangan dengan prinsip
pemerintahan yang baik (good governance), terutama transparansi dan
akuntabilitas. Adanya wewenang perencanaan dan penganggaran pada satu lembaga
akan menyebabkan tidak bekerjanya mekanisme check and balance, dan kedua, UU
tersebut secara langsung telah mempreteli hak prerogatif presiden dalam
melakukan reorganisasi dan restrukturisasi Kementerian Negara; dan ketiga,
Departemen Keuangan diidentifikasi sebagai salah satu pusat masalah dalam
pengelolaan anggaran di Indonesia sehingga sangat tidak bijak untuk
mendelegasikan wewenang yang besar kepada sebuah lembaga yang memang
bermasalah (Forum Indonesia Raya, 2003).
Terlepas dari pro dan kontra di atas, UU tersebut sebenarnya ingin
mengintroduksi sebuah kerangka kerja baru yang bersemangatkan nilai-nilai good
governance, terutama efektivitas dan efisiensi walaupun kurang memberikan
garansi bagi terwujudnya akuntabilitas dan transparansi karena absennya
mekanisme check and balance. UU ini berusaha mendorong terwujudnya suatu
kerangka hukum yang jelas tentang tata cara pengelolaan keuangan negara yang
bersih dari korupsi, penyelewengan, atau penyimpangan. Misalnya ada ketentuan
untuk membatasi defisit anggaran sebesar maksimum 60% dari PDB dan dalam
penyusunan APBD, defisit anggaran tidak boleh melebihi 3% dan utang tidak boleh
melebihi 60% dari PDRB. UU tersebut sekaligus mengganti pedoman pelaksanaan
keuangan negara yang masih merupakan warisan Hindia Belanda, yaitu ICW Stbl
1925 Nomor 448.
Semangat baru yang dikedepankan oleh UU ini adalah adanya pengawasan
yang semakin meningkat dimana diamanatkan bahwa laporan kepada badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) harus diajukan selambat-lambatnya 6 bulan setelah
tahun anggaran berakhir. Demikian juga, para pejabat maupun publik yang terbukti
merugikan keuangan negara diwajibkan untuk mengganti kerugian dimaksud (Pasal
35 Ayat 1). Demikian halnya dengan kemungkinan untuk menuntut bendahara
negara secara pribadi yang terbukti melakukan kelalaian, penyelewengan, atau
korupsi termasuk kewajiban untuk mengganti kerugian atas keuangan negara (Sinar
Harapan, 6 Mei 2003).
Selain nilai-nilai yang diperjuangkan melalui UU di atas, ada juga langkah
maju – walaupun masih pada tataran wacana – yang sedang diupayakan dan
menjadi kesepakatan semua pihak, yaitu perlunya upaya untuk mengefektifkan
fungsi pengawasan dan pemeriksaan pengelolaan keuangan negara. Selama ini,
fungsi tersebut dijalankan oleh BPKP sebagai state auditor. Lembaga ini diberi
kewenangan untuk melakukan verifikasi atas semua pos penerimaan dan
pengeluaran pembangunan negara yang dilakukan setiap akhir tahun anggaran.
Banyak temuan yang berhasil menyelamatkan sumberdaya negara, walaupun tidak
sedikit juga yang luput dari pengawasan. Pembenahan internal dalam tubuh BPKP
mutlak dilakukan karena lembaga yang dianggapa sebagai benteng terakhir dalam
manajemen keuangan negara ini juga tidak lepas dari masalah. Muncul penilaian
bahwa BPKP adalah bagian dari masalah (a part of the problem). Lembaga itu tidak
jarang terlibat dalam konspirasi dengan pihak kedua yang sangat merugikan
keuangan negara.
Jika BPKP sebagai state auditor masih terbelit pada berbagai masalah,
maka salah satu alternatif yang bisa ditempuh adalah dengan mendayagunakan
independent external auditor. Ini merupakan lembaga pemeriksa independen yang
berasal dari luar pemerintah semisal konsultan-konsultan akuntansi publik yang kini
banyak berkembang. Banyak contoh yang memperlihatkan bagaimana kiprah dan
kontribusi positif lembaga-lembaga tersebut dalam menyelematkan keuangan
negara. Sebut saja apa yang dilakukan Anderson Counsultant, sebuah perusahaan
konsultan internasional, yang berhasil membongkar kroni Soeharto. Lembagalembaga semacam itu bisa dipekerjakan untuk menopangan kinerja keuangan
pemerintah.
Apa yang telah dipaparkan di atas tidak hanya menjadi pekerjaan rumah
pemerintah pusat. Bersamaan implementasi otonomi daerah, reformasi manajemen
keuangan pemerintah perlu juga dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Bahkan
reformasi keuangan pemerintah daerah semakin mendesak dilakukan mengingat
masih terbatasnya kemampuan manajemen keuangan di kalangan pemerintah
daerah di satu sisi, dan semakin banyaknya anggaran pembangunan dan pelayanan
publik yang mengalir ke daerah menyusul implementasi otonomi daerah di sisi lain.
Gejala-gejala KKN dalam manajemen keuangan daerah, proses tender yang tidak
terbuka, dan parktek-praktek manipulatif lainnya kini sudah semakin merebak di
daerah. Muncul pula keluhan bahwa implementasi otonomi daerah hanya
memindahkan borok permasalah dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
justru ketika masyaraklat semakin mengharapkan kondisi kehidupan dan
kesejahteraan yang semakin baik. Fasilitasi yang dilakukan oleh World Bank
bekerjasama dengan Bappenas, Departemen Dalam Negeri, dan Departemen
Keuangan RI dalam skema program Initiatives for Local Governance Reform
(ILGR) adalah dalam kerangka penegakan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara itu.
Di atas semua itu, tulisan singkat ini juga memberikan perhatian khusus
pada penegakan integritas dan profesionalisme SDM aparat pelaksana.
Bagaimanapun idealnya sebuah aransemen kebijakan, jika tidak didukung oleh
kapasitas dan moral pejabat yang baik maka kebijakan tersebut tidak akan banyak
bermanfaat. Langkah-langkah capacity building untuk peningkatan profesionalisme
aparat pelaksana, baik yang berwenang mengelola keuangan negara maupun pejabat
yang menggunakannya, sangat mendesak dilakukan karena diidentifikasi bahwa
salah satu persoalan yang menimbulkan kesemrawutan pengelolaan keuangan
pemerintah terletak pada rendahnya kapasitas aparat. Pemberdayaan kapasitas
aparat tersebut, sekali lagi, tidak hanya terbatas pada aparat di pusat tetapi juga
aparat daerah. Hanya jika terdapat SDM yang memiliki integritas dan moral yang
tinggi serta kemampuan manajerial dan operasional yang tinggi baru langkahlangkah reformasi keuangan pemerintah yang telah dirumuskan dalam berbagai
paket kebijakan tersebut berhasil diimplementasikan.

Kesimpulan
Dari beberapa poin yang disampaikan di atas, dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut.
Pertama, langkah-langkah reformasi keuangan pemerintah sangat
diperlukan mengingat banyaknya persoalan yang berkembang pada sektor itu
seperti rendahnya tingkat efektivitas dan efisiensi pemanfaatan anggaran,
irasionalitas dalam pengelolaan, serta banyaknya penyimpangan atau
penyalahgunaan.
Kedua, langkah-langkah reformasi keuangan pemerintah harus dituntun oleh
dan diarahkan menuju terwujudnya nilai-nilai good governance yang dilakukan
secara serentak baik di pusat maupun daerah.
Ketiga, mengingat masalah kebendaharaan dan auditing dilihat sebagai dua
titik terlemah dalam manajemen keuangan pemerintah, maka langkah-langkah
reformasi harus diarahkan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Untuk masalah
kebendaharaan, langkah reformasi bisa dilakukan dengan menegakkan sistem check
and balance di mana ada pembagian peran yang jelas antara Departemen Keuangan
dan departemen teknis lainnya. Pembagian kerja dimaksud tetap harus diarahkan
pada perwujudan efisiensi dan efektivitas pengelolaan anggaran di samping adanya
jaminan transparansi dan akuntabilitas.
Keempat, di luar berbagai paket kebijakan yang sudah bagus, diperlukan
satu langkah lagi yang sangat menentukan yaitu peningkatan kapasitas aparat, baik
yang berhubungan langsung dengan pengelolaan anggaran maupun tidak langsung.
Kunci keberhasilan reformasi manajemen keuangan daerah tidak hanya terletak
pada kebijakan yang didesain dengan baik tetapi juga pada SDM yang akan
mengimplementasikan•

More Related Content

What's hot

Jenis jenis anggaran pemerintah
Jenis jenis anggaran pemerintahJenis jenis anggaran pemerintah
Jenis jenis anggaran pemerintah
Aditya Arisandi
 
Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik Fitran Zain
 
Kerangka konseptual akuntansi sektor publik
Kerangka konseptual akuntansi sektor publikKerangka konseptual akuntansi sektor publik
Kerangka konseptual akuntansi sektor publik
Elsita Fransisca Mokodompit
 
Akuntabilitas ptgjwbn keu instansi pemerintah
Akuntabilitas ptgjwbn keu instansi pemerintahAkuntabilitas ptgjwbn keu instansi pemerintah
Akuntabilitas ptgjwbn keu instansi pemerintah
Ary Efendi
 
Standar akuntansi keuangan sektor publik
Standar akuntansi keuangan sektor publikStandar akuntansi keuangan sektor publik
Standar akuntansi keuangan sektor publik
Junianto Junianto
 
Makalah analisis laporan keuangan daerah manado
Makalah analisis laporan keuangan daerah manadoMakalah analisis laporan keuangan daerah manado
Makalah analisis laporan keuangan daerah manadoYudi Pratama
 
Resume administrasi keuangan daearah
Resume administrasi keuangan daearahResume administrasi keuangan daearah
Resume administrasi keuangan daearahEka Arif
 
Peran Auditor Internal Pemerintah
Peran Auditor Internal PemerintahPeran Auditor Internal Pemerintah
Peran Auditor Internal Pemerintah
Sujatmiko Wibowo
 
Kelompok 4
Kelompok 4Kelompok 4
Kelompok 4
Rahmi Maya
 
Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...
Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...
Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...
ghiyats dewantara
 
Makalah Tugas Pelaporan Keuangan Sektor Publik
Makalah Tugas Pelaporan Keuangan Sektor PublikMakalah Tugas Pelaporan Keuangan Sektor Publik
Makalah Tugas Pelaporan Keuangan Sektor Publik
MiRuu Resty
 
Tugas asp 4 c akt (1)
Tugas asp 4 c akt (1)Tugas asp 4 c akt (1)
Tugas asp 4 c akt (1)
AyuCahyaNingsih
 
Transparan akuntansi 2 by diahandani.blogspot.com
Transparan akuntansi 2 by diahandani.blogspot.comTransparan akuntansi 2 by diahandani.blogspot.com
Transparan akuntansi 2 by diahandani.blogspot.comAndani Abayz
 
Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor PublikAkuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik
HikmahTussaAdah
 
01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara
01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara
01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negaraS'yah Barus
 
REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN
REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN
REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN Kementerian Dalam Negeri
 
penganggaran sektor publik
penganggaran sektor publikpenganggaran sektor publik
penganggaran sektor publik
Ary Efendi
 
Pelaporan Keuangan
Pelaporan KeuanganPelaporan Keuangan
Pelaporan Keuangan
Endy Agustina
 
bab.1 (1).pdf
bab.1 (1).pdfbab.1 (1).pdf
bab.1 (1).pdf
HaniRainn
 

What's hot (20)

Jenis jenis anggaran pemerintah
Jenis jenis anggaran pemerintahJenis jenis anggaran pemerintah
Jenis jenis anggaran pemerintah
 
Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik
 
Kerangka konseptual akuntansi sektor publik
Kerangka konseptual akuntansi sektor publikKerangka konseptual akuntansi sektor publik
Kerangka konseptual akuntansi sektor publik
 
Akuntabilitas ptgjwbn keu instansi pemerintah
Akuntabilitas ptgjwbn keu instansi pemerintahAkuntabilitas ptgjwbn keu instansi pemerintah
Akuntabilitas ptgjwbn keu instansi pemerintah
 
Standar akuntansi keuangan sektor publik
Standar akuntansi keuangan sektor publikStandar akuntansi keuangan sektor publik
Standar akuntansi keuangan sektor publik
 
Sistem Anggaran
Sistem AnggaranSistem Anggaran
Sistem Anggaran
 
Makalah analisis laporan keuangan daerah manado
Makalah analisis laporan keuangan daerah manadoMakalah analisis laporan keuangan daerah manado
Makalah analisis laporan keuangan daerah manado
 
Resume administrasi keuangan daearah
Resume administrasi keuangan daearahResume administrasi keuangan daearah
Resume administrasi keuangan daearah
 
Peran Auditor Internal Pemerintah
Peran Auditor Internal PemerintahPeran Auditor Internal Pemerintah
Peran Auditor Internal Pemerintah
 
Kelompok 4
Kelompok 4Kelompok 4
Kelompok 4
 
Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...
Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...
Makalah analisis kinerja keuangan kab. kulon progo tahun anggaran 2012 sampai...
 
Makalah Tugas Pelaporan Keuangan Sektor Publik
Makalah Tugas Pelaporan Keuangan Sektor PublikMakalah Tugas Pelaporan Keuangan Sektor Publik
Makalah Tugas Pelaporan Keuangan Sektor Publik
 
Tugas asp 4 c akt (1)
Tugas asp 4 c akt (1)Tugas asp 4 c akt (1)
Tugas asp 4 c akt (1)
 
Transparan akuntansi 2 by diahandani.blogspot.com
Transparan akuntansi 2 by diahandani.blogspot.comTransparan akuntansi 2 by diahandani.blogspot.com
Transparan akuntansi 2 by diahandani.blogspot.com
 
Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor PublikAkuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik
 
01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara
01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara
01 tinjauan umum governance & pengelolaan keuangan negara
 
REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN
REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN
REFORMASI KEUANGAN NEGARA DAN AKUNTANSI PEMERINTHAN
 
penganggaran sektor publik
penganggaran sektor publikpenganggaran sektor publik
penganggaran sektor publik
 
Pelaporan Keuangan
Pelaporan KeuanganPelaporan Keuangan
Pelaporan Keuangan
 
bab.1 (1).pdf
bab.1 (1).pdfbab.1 (1).pdf
bab.1 (1).pdf
 

Viewers also liked

Penjara semu
Penjara semuPenjara semu
Penjara semu
nugroho nugroho
 
Bahaya rokok dalam kehidupan
Bahaya rokok dalam kehidupan Bahaya rokok dalam kehidupan
Bahaya rokok dalam kehidupan
Alyssa Melani Savira
 
Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulutPemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
wahyuni majid
 
Pentingnya cuci tangan pakai sabun
Pentingnya cuci tangan pakai sabunPentingnya cuci tangan pakai sabun
Pentingnya cuci tangan pakai sabunBella Nur Andani
 
Ppt jajanan sehat
Ppt jajanan sehatPpt jajanan sehat
Ppt jajanan sehat
resa_mardiana
 

Viewers also liked (8)

Penjara semu
Penjara semuPenjara semu
Penjara semu
 
Bahaya rokok dalam kehidupan
Bahaya rokok dalam kehidupan Bahaya rokok dalam kehidupan
Bahaya rokok dalam kehidupan
 
Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulutPemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
 
Pentingnya cuci tangan pakai sabun
Pentingnya cuci tangan pakai sabunPentingnya cuci tangan pakai sabun
Pentingnya cuci tangan pakai sabun
 
Power Point PHBS
Power Point PHBSPower Point PHBS
Power Point PHBS
 
penyuluhan kesehatan SD
penyuluhan kesehatan SDpenyuluhan kesehatan SD
penyuluhan kesehatan SD
 
PHBS DI SEKOLAH DASAR
PHBS DI SEKOLAH DASARPHBS DI SEKOLAH DASAR
PHBS DI SEKOLAH DASAR
 
Ppt jajanan sehat
Ppt jajanan sehatPpt jajanan sehat
Ppt jajanan sehat
 

Similar to 96574220 manajemen-keuangan-pemerintah

Badan layanan umum
Badan layanan umumBadan layanan umum
Badan layanan umum
Indah Maya Safitri
 
Keuangan negara
Keuangan negaraKeuangan negara
Keuangan negaraBen Alvaro
 
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor 4 a akuntansi
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor 4 a akuntansiPenerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor 4 a akuntansi
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor 4 a akuntansi
TiaApriani3
 
Penguatan pengawasan internal
Penguatan pengawasan internalPenguatan pengawasan internal
Penguatan pengawasan internal
Sujatmiko Wibowo
 
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunmakalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
safiq1
 
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunmakalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
safiq1
 
Policy brief launching arsitektur kabinet (pusat inovasi kelembagaan dan sda ...
Policy brief launching arsitektur kabinet (pusat inovasi kelembagaan dan sda ...Policy brief launching arsitektur kabinet (pusat inovasi kelembagaan dan sda ...
Policy brief launching arsitektur kabinet (pusat inovasi kelembagaan dan sda ...
Researcher Syndicate68
 
Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor PublikAkuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik
Pakuan University
 
MAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERINTAHAN_S.docx
MAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERINTAHAN_S.docxMAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERINTAHAN_S.docx
MAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERINTAHAN_S.docx
AlfaTreisya
 
ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGOR
ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGORANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGOR
ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGOR
gitamelania1
 
Modul keuangan negara
Modul keuangan negaraModul keuangan negara
Modul keuangan negarakppnpelaihari
 
Bentuk laporan keuangan
Bentuk laporan keuanganBentuk laporan keuangan
Bentuk laporan keuangan
phatar_augrah
 
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan NegaraImplikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Muhammad Rafi Kambara
 
Grand Design RB
Grand Design RBGrand Design RB
Grand Design RBrbpkalbar
 
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARAREVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARAMas CR
 
BADAN LAYANAN UMUM-AKNT SEKTOR PUBLIK
BADAN LAYANAN UMUM-AKNT SEKTOR PUBLIKBADAN LAYANAN UMUM-AKNT SEKTOR PUBLIK
BADAN LAYANAN UMUM-AKNT SEKTOR PUBLIK
rohima _yesung
 

Similar to 96574220 manajemen-keuangan-pemerintah (20)

Badan layanan umum
Badan layanan umumBadan layanan umum
Badan layanan umum
 
62548551 administrasi-pemerintah-daerah
62548551 administrasi-pemerintah-daerah62548551 administrasi-pemerintah-daerah
62548551 administrasi-pemerintah-daerah
 
62548551 administrasi-pemerintah-daerah
62548551 administrasi-pemerintah-daerah62548551 administrasi-pemerintah-daerah
62548551 administrasi-pemerintah-daerah
 
62548551 administrasi-pemerintah-daerah
62548551 administrasi-pemerintah-daerah62548551 administrasi-pemerintah-daerah
62548551 administrasi-pemerintah-daerah
 
Keuangan negara
Keuangan negaraKeuangan negara
Keuangan negara
 
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor 4 a akuntansi
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor 4 a akuntansiPenerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor 4 a akuntansi
Penerapan akuntansi berbasis akrual pada osp di kota bogor 4 a akuntansi
 
Penguatan pengawasan internal
Penguatan pengawasan internalPenguatan pengawasan internal
Penguatan pengawasan internal
 
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunmakalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
 
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimunmakalah desentralisasi fiskal kab. karimun
makalah desentralisasi fiskal kab. karimun
 
Policy brief launching arsitektur kabinet (pusat inovasi kelembagaan dan sda ...
Policy brief launching arsitektur kabinet (pusat inovasi kelembagaan dan sda ...Policy brief launching arsitektur kabinet (pusat inovasi kelembagaan dan sda ...
Policy brief launching arsitektur kabinet (pusat inovasi kelembagaan dan sda ...
 
Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor PublikAkuntansi Sektor Publik
Akuntansi Sektor Publik
 
MAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERINTAHAN_S.docx
MAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERINTAHAN_S.docxMAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERINTAHAN_S.docx
MAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERINTAHAN_S.docx
 
ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGOR
ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGORANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGOR
ANALISIS EFESIENSI DAN EFEKTIVITAS BASIS AKRUAL PADA SEKTOR PUBLIK DI KOTA BOGOR
 
Modul keuangan negara
Modul keuangan negaraModul keuangan negara
Modul keuangan negara
 
Bentuk laporan keuangan
Bentuk laporan keuanganBentuk laporan keuangan
Bentuk laporan keuangan
 
Reformasi birokrasi
Reformasi birokrasiReformasi birokrasi
Reformasi birokrasi
 
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan NegaraImplikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
Implikasi Adanya Paket Undang Undang Keuangan Negara
 
Grand Design RB
Grand Design RBGrand Design RB
Grand Design RB
 
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARAREVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
REVIEW EKONOMI PUBLIK DAN KEUANGAN NEGARA
 
BADAN LAYANAN UMUM-AKNT SEKTOR PUBLIK
BADAN LAYANAN UMUM-AKNT SEKTOR PUBLIKBADAN LAYANAN UMUM-AKNT SEKTOR PUBLIK
BADAN LAYANAN UMUM-AKNT SEKTOR PUBLIK
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Operator Warnet Vast Raha
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
Operator Warnet Vast Raha
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
Operator Warnet Vast Raha
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
Operator Warnet Vast Raha
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
Operator Warnet Vast Raha
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
Operator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

96574220 manajemen-keuangan-pemerintah

  • 1. REFORMASI MANAJEMEN KEUANGAN PEMERINTAH : SEBUAH TINJAUAN Awan Setiawan *) Pengantar Tulisan ini diharapakan dapat menjadi input bagi para perencana di Bappenas khususnya dalam pelaksanaan 3 (tiga) agenda Repenas Transisi, yang salah satunya adalah “mempercepat reformasi”, yang dalam tulisan ini fokus pada manajemen keuangan pemerintah. Walapun informasi yang disampaikan tidak cukup komprehensif, namun menurut hemat kami isu tersebut masih cukup aktual, terutama mendorong Reposisi Bappenas dan kembali kepada track yang benar. Pendahuluan Manajemen keuangan pemerintah merupakan salah satu kunci penentu keberhasilan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan dalam kerangka nation and state building. Adanya manajemen keuangan pemerintah yang baik akan menjamin tercapainya tujuan pembangunan secara khusus, dan tujuan berbangsa dan bernegara secara umum. Karenanya, langkah-langkah strategis dalam konteks penciptaan, pengembangan, dan penegakan sistem manajemen keuangan yang baik merupakan tuntutan sekaligus kebutuhan yang semakin tak terelakkan dalam dinamika pemerintahan dan pembangunan. Munculnya perhatian yang besar akan pentingnya manajemen keuangan pemerintah dilatarbelakangi oleh banyaknya tuntutan, kebutuhan atau aspirasi yang harus diakomodasi di satu sisi, dan terbatasnya sumberdaya keuangan pemerintah di sisi lain. Dengan demikian, pencapaian efektivitas dan efisiensi keuangan pemerintah semakin mengemuka untuk diperjuangkan perwujudnya. Dalam upaya perwujudan manajemen keuangan pemerintah yang baik, terdapat pula tuntutan yang semakin aksentuatif untuk mengakomodasi, menginkorporasi, bahkan mengedepankan nilai-nilai good governance. Beberapa nilai yang relevan dan urgen untuk diperjuangkan adalah antara lain transparansi, akuntabilitas, serta partisipasi masyarakat dalam proses pengelolaan keuangan dimaksud, disamping nilai-nilai efektivitas dan efisiensi tentu saja. Dalam konteks yang lebih visioner, manajemen keuangan pemerintah tidak saja harus didasarkan pada prinsip-prinsip good governance, tetapi harus diarahkan untuk mewujudkan nilai-nilai dimaksud. * ) Awan Setiawan, SE, MM adalah Kepala Seksi di Direktorat Kerjasama Pembangunan Sektoral dan Daerah Kantor Meneg PPN/Bapppenas & Mahasiswa Program Pasca Sarjana MPKP Universitas Indonesia (UI)-red
  • 2. Sebagaimana dibahas dalam artikel Mulia P. Nasution berjudul “Reformasi Manajemen Keuangan Pemerintah” (Jurnal Forum Inovasi, Desember – Februari 2003), pemerintah Indonesia sebenarnya sudah memberi perhatian yang sungguhsungguh untuk mengakomodasi dan mewujudkan harapan dan tuntutan di atas. Upaya mewujudkan manajemen keuangan pemerintah yang baik, antara lain, diperjuangkan dengan memperhatikan prinsip dan nilai-nilai good governance. Yang selama ini sudah dilakukan adalah dengan membahas RUU Keuangan Negara yang sudah diundangkan DPR pada tanggal 9 Maret 2003 lalu (jadi setelah artikel ini ditulis) menjadi UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Terdapat 4 prinsip dasar pengelolaan keuangan negara yang menjadi fokus perhatian utama dalam UU ini, yaitu (1) akuntabilitas berdasarkan hasil atau kinerja, sehingga muncul kerangka kerja baru dengan nama “Anggaran Berbasis Kinerja (Performance Budget)” yang pada saat ini sedang diujicobakan pelaksasanaannya dan diharapkan dimulai pada tahun anggaran 2005; (2) keterbukaan dan setiap transaksi keuangan pemerintah; (3) pemberdayaan manajer profesional; dan (4) adanya lembaga pemeriksa eksternal yang kuat, profesional, dan mandiri serta dihindarinya duplikasi dalam pelaksanaan pemeriksaan (double accounting). Berdasarkan keempat prinsip tersebut, maka artikel ini menempatkan reformasi perbendaharaan dan reformasi di bidang auditing sebagai agenda yang mendesak. Urgensi Pentingnya reformasi keuangan pemerintah dengan beberapa bidang di atas sebagai fokusnya, dalam penilaian penulis ini, dilatarbelakangi oleh beberapa pertimbangan strategis yang terutama diwakili oleh luasnya skala persoalan yang harus diatasi. Persoalan-persoalan dimaksud antara lain : Pertama, rendahnya efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan pemerintah akibat maraknya irasionalitas pembiayaan kegiatan negara. Kondisi ini disertai oleh rendahnya akuntabilitas para pejabat pemerintah dalam mengelola keuangan publik. Karenanya, muncul tuntutan yang meluas untuk menerapkan sistem anggaran berbasis kinerja. Kedua, tidak adanya skala prioritas yang terumuskan secara tegas dalam proses pengelolaan keuangan negara yang menimbulkan pemborosan sumber daya publik. Selama ini, hampir tidak ada upaya untuk menetapkan skala prioritas anggaran di mana ada keterpaduan antara rencana kegiatan dengan kapasitas sumber daya yang dimiliki. Juga harus dilakukan analisis biaya-manfaat (cost and benefit analysis) sehingga kegiatan yang dijalankan tidak saja sesuai dengan skala prioritas tetapi juga mendatangkan tingkat keuntungan atau manfaat tertentu bagi publik. Persoalan ketiga yang menuntut dilakukannya reformasi manajemen keuangan pemerintah adalah terjadinya begitu banyak kebocoran dan penyimpangan, misalnya sebagai akibat adanya praktek KKN.
  • 3. Keempat dan terakhir adalah rendahnya profesionalisme aparat pemerintah dalam mengelola anggaran publik. Inilah merupakan sindrom klasik yang senantiasa menggerogoti negara-negara yang ditandai oleh superioritas pemerintah. Dinamika pemerintah, termasuk pengelolaan keuangan di dalamnya, tidak dikelola secara profesional sebagaimana dijumpai dalam manajemen sektor swasta. Jarang ditemukan ada manajer yang profesional dalam sektor publik. Bahkan terdapat negasi yang tegas untuk memasukkan kerangka kerja sektor swasta ke dalam sektor publik di mana nilai-nilai akuntabilitas, profesionalisme, transparansi, dan economic of scale menjadi kerangka kerja utamanya. Dengan memperhatikan beberapa patologi tersebut, artikel ini sampai pada beberapa rekomendasi strategis yang pada intinya ingin mengembalikan manajemen keuangan pemerintah dalam bentuk anggaran sebagai alat akuntabilitas, manajemen dan kebijakan ekonomi yang sehat. Menarik dari pembahasan penulis ini adalah adanya upaya untuk memisahkan secara tegas antara kewenangan administratif dan kewenangan kebendaharaan. Dalam penilaian penulis ini kewenangan administratif seyogyanya berada dan diatur oleh masing-masing departemen/lembaga pemerintah, sementara kewenangan kebendaharaan berada di tangan Menteri Keuangan. Kewenangan administratif meliputi otoritas untuk melakukan perikatan (kontrak) atau tindakantindakan lain yang mengakibatkan terjadinya penerimaan atau pengeluaran negara serta perintah untuk melakukan pembayaran atau menagih penerimaan yang timbul sebagai konsekuensi dari suatu perikatan. Sedangkan kewenangan kebendaharaan meliputi tidak boleh secara sempit ditafsirkan sebagai sekedar fungsi kasir untuk membayarkan tagihan atau mengelola penerimaan, tetapi juga meliputi otoritas untuk meneliti kebenaran penerimaan dan pengeluaran tersebut. Dalam konteks ini, Menteri Keuangan bertindak sebagai kasir, pengawas, sekaligus sebagai fund manager. Pembagian yang demikian sangat menarik untuk dibahas sejalan dengan munculnya kontroversi yang luas pasca diundangkannya UU Nomor 17 Tahun 2003. Bagi mereka yang pro dengan UU tersebut, Menteri Keuangan dan Departemen Keuangan sudah saaatnya diberi kewenangan yang lebih luas, tidak saja untuk mengelola keuangan negara an sich tetapi juga melakukan verifikasi atas penerimaan dan pengeluaran tersebut serta otoritas di bidang perencanaan yang secara langsung maupun tidak langsung akan menghapus – atau tepatnya mengurangi – peran dan fungsi Bappenas serta keberadaan BUMN lainnya (Kontan, 24 Maret 2003, Republika, 15 April 2003, Koran Tempo 27 Maret 2003). Argumentasi yang demikian dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa badan yang mengelola anggaran seharusnya dilibatkan secara aktif untuk turut menentukan perencanaan pembangunan. Dengan demikian, ada sinergi dan rasionalitas yang tinggi antara rencana kegiatan yang diusulkan dengan kapasitas anggaran yang tersedia.
  • 4. Sementara itu muncul juga kelompok kedua yang menentang diberlakukannya UU ini. Bagi mereka, mendelegasikan wewenang penganggaran dan perencanaan yang begitu besar kepada Departemen Keuangan sama halnya dengan memberi “cek kosong” kepada lembaga tersebut. Argumentasi ini dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa, pertama, penyerahan mandat absolut kepada Departemen Keuangan jelas sangat bertentangan dengan prinsip pemerintahan yang baik (good governance), terutama transparansi dan akuntabilitas. Adanya wewenang perencanaan dan penganggaran pada satu lembaga akan menyebabkan tidak bekerjanya mekanisme check and balance, dan kedua, UU tersebut secara langsung telah mempreteli hak prerogatif presiden dalam melakukan reorganisasi dan restrukturisasi Kementerian Negara; dan ketiga, Departemen Keuangan diidentifikasi sebagai salah satu pusat masalah dalam pengelolaan anggaran di Indonesia sehingga sangat tidak bijak untuk mendelegasikan wewenang yang besar kepada sebuah lembaga yang memang bermasalah (Forum Indonesia Raya, 2003). Terlepas dari pro dan kontra di atas, UU tersebut sebenarnya ingin mengintroduksi sebuah kerangka kerja baru yang bersemangatkan nilai-nilai good governance, terutama efektivitas dan efisiensi walaupun kurang memberikan garansi bagi terwujudnya akuntabilitas dan transparansi karena absennya mekanisme check and balance. UU ini berusaha mendorong terwujudnya suatu kerangka hukum yang jelas tentang tata cara pengelolaan keuangan negara yang bersih dari korupsi, penyelewengan, atau penyimpangan. Misalnya ada ketentuan untuk membatasi defisit anggaran sebesar maksimum 60% dari PDB dan dalam penyusunan APBD, defisit anggaran tidak boleh melebihi 3% dan utang tidak boleh melebihi 60% dari PDRB. UU tersebut sekaligus mengganti pedoman pelaksanaan keuangan negara yang masih merupakan warisan Hindia Belanda, yaitu ICW Stbl 1925 Nomor 448. Semangat baru yang dikedepankan oleh UU ini adalah adanya pengawasan yang semakin meningkat dimana diamanatkan bahwa laporan kepada badan Pemeriksa Keuangan (BPK) harus diajukan selambat-lambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir. Demikian juga, para pejabat maupun publik yang terbukti merugikan keuangan negara diwajibkan untuk mengganti kerugian dimaksud (Pasal 35 Ayat 1). Demikian halnya dengan kemungkinan untuk menuntut bendahara negara secara pribadi yang terbukti melakukan kelalaian, penyelewengan, atau korupsi termasuk kewajiban untuk mengganti kerugian atas keuangan negara (Sinar Harapan, 6 Mei 2003). Selain nilai-nilai yang diperjuangkan melalui UU di atas, ada juga langkah maju – walaupun masih pada tataran wacana – yang sedang diupayakan dan menjadi kesepakatan semua pihak, yaitu perlunya upaya untuk mengefektifkan fungsi pengawasan dan pemeriksaan pengelolaan keuangan negara. Selama ini, fungsi tersebut dijalankan oleh BPKP sebagai state auditor. Lembaga ini diberi kewenangan untuk melakukan verifikasi atas semua pos penerimaan dan pengeluaran pembangunan negara yang dilakukan setiap akhir tahun anggaran.
  • 5. Banyak temuan yang berhasil menyelamatkan sumberdaya negara, walaupun tidak sedikit juga yang luput dari pengawasan. Pembenahan internal dalam tubuh BPKP mutlak dilakukan karena lembaga yang dianggapa sebagai benteng terakhir dalam manajemen keuangan negara ini juga tidak lepas dari masalah. Muncul penilaian bahwa BPKP adalah bagian dari masalah (a part of the problem). Lembaga itu tidak jarang terlibat dalam konspirasi dengan pihak kedua yang sangat merugikan keuangan negara. Jika BPKP sebagai state auditor masih terbelit pada berbagai masalah, maka salah satu alternatif yang bisa ditempuh adalah dengan mendayagunakan independent external auditor. Ini merupakan lembaga pemeriksa independen yang berasal dari luar pemerintah semisal konsultan-konsultan akuntansi publik yang kini banyak berkembang. Banyak contoh yang memperlihatkan bagaimana kiprah dan kontribusi positif lembaga-lembaga tersebut dalam menyelematkan keuangan negara. Sebut saja apa yang dilakukan Anderson Counsultant, sebuah perusahaan konsultan internasional, yang berhasil membongkar kroni Soeharto. Lembagalembaga semacam itu bisa dipekerjakan untuk menopangan kinerja keuangan pemerintah. Apa yang telah dipaparkan di atas tidak hanya menjadi pekerjaan rumah pemerintah pusat. Bersamaan implementasi otonomi daerah, reformasi manajemen keuangan pemerintah perlu juga dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Bahkan reformasi keuangan pemerintah daerah semakin mendesak dilakukan mengingat masih terbatasnya kemampuan manajemen keuangan di kalangan pemerintah daerah di satu sisi, dan semakin banyaknya anggaran pembangunan dan pelayanan publik yang mengalir ke daerah menyusul implementasi otonomi daerah di sisi lain. Gejala-gejala KKN dalam manajemen keuangan daerah, proses tender yang tidak terbuka, dan parktek-praktek manipulatif lainnya kini sudah semakin merebak di daerah. Muncul pula keluhan bahwa implementasi otonomi daerah hanya memindahkan borok permasalah dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah justru ketika masyaraklat semakin mengharapkan kondisi kehidupan dan kesejahteraan yang semakin baik. Fasilitasi yang dilakukan oleh World Bank bekerjasama dengan Bappenas, Departemen Dalam Negeri, dan Departemen Keuangan RI dalam skema program Initiatives for Local Governance Reform (ILGR) adalah dalam kerangka penegakan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara itu. Di atas semua itu, tulisan singkat ini juga memberikan perhatian khusus pada penegakan integritas dan profesionalisme SDM aparat pelaksana. Bagaimanapun idealnya sebuah aransemen kebijakan, jika tidak didukung oleh kapasitas dan moral pejabat yang baik maka kebijakan tersebut tidak akan banyak bermanfaat. Langkah-langkah capacity building untuk peningkatan profesionalisme aparat pelaksana, baik yang berwenang mengelola keuangan negara maupun pejabat yang menggunakannya, sangat mendesak dilakukan karena diidentifikasi bahwa salah satu persoalan yang menimbulkan kesemrawutan pengelolaan keuangan pemerintah terletak pada rendahnya kapasitas aparat. Pemberdayaan kapasitas
  • 6. aparat tersebut, sekali lagi, tidak hanya terbatas pada aparat di pusat tetapi juga aparat daerah. Hanya jika terdapat SDM yang memiliki integritas dan moral yang tinggi serta kemampuan manajerial dan operasional yang tinggi baru langkahlangkah reformasi keuangan pemerintah yang telah dirumuskan dalam berbagai paket kebijakan tersebut berhasil diimplementasikan. Kesimpulan Dari beberapa poin yang disampaikan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. Pertama, langkah-langkah reformasi keuangan pemerintah sangat diperlukan mengingat banyaknya persoalan yang berkembang pada sektor itu seperti rendahnya tingkat efektivitas dan efisiensi pemanfaatan anggaran, irasionalitas dalam pengelolaan, serta banyaknya penyimpangan atau penyalahgunaan. Kedua, langkah-langkah reformasi keuangan pemerintah harus dituntun oleh dan diarahkan menuju terwujudnya nilai-nilai good governance yang dilakukan secara serentak baik di pusat maupun daerah. Ketiga, mengingat masalah kebendaharaan dan auditing dilihat sebagai dua titik terlemah dalam manajemen keuangan pemerintah, maka langkah-langkah reformasi harus diarahkan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Untuk masalah kebendaharaan, langkah reformasi bisa dilakukan dengan menegakkan sistem check and balance di mana ada pembagian peran yang jelas antara Departemen Keuangan dan departemen teknis lainnya. Pembagian kerja dimaksud tetap harus diarahkan pada perwujudan efisiensi dan efektivitas pengelolaan anggaran di samping adanya jaminan transparansi dan akuntabilitas. Keempat, di luar berbagai paket kebijakan yang sudah bagus, diperlukan satu langkah lagi yang sangat menentukan yaitu peningkatan kapasitas aparat, baik yang berhubungan langsung dengan pengelolaan anggaran maupun tidak langsung. Kunci keberhasilan reformasi manajemen keuangan daerah tidak hanya terletak pada kebijakan yang didesain dengan baik tetapi juga pada SDM yang akan mengimplementasikan•