SlideShare a Scribd company logo
1
INTEGRASI FIQH JINÂYAH KE DALAM
HUKUM PIDANA NASIONAL
Wima Yanuar Ristya
33020210057
Hukum Ekonomi Syariah
ABSTRAK
Isu integrasi hukum fiqh jinayah dalam hukum nasional selalu menjadi tema yang
kontroversial. Agenda tentang legislasi fiqh jinayah pun menuai badai pro dan kontra.
Mengantagoniskan dua pandangan yang berbeda bukanlah langkah yang bijak. Sebab,
fakta reformasi atas hukum pidana warisan Hindia Belanda saat ini menjadi kebutuhan
yang mutlak. Di sisi lain penerapan fiqh jinayah secara literal dan simbolis juga membawa
resistensi. Dengan demikian, maka rekonstruksi epistemologi fiqh jinayah Indonesia
menjadi poin utama. Paper ini bertujuan mencari faktor penyebab mengapa upaya
integrasi fiqh jinayah dan hukum pidana nasional sangat sulit dilakukan. Sisi lainnya juga
mengkaji aspek aplikasi dan model integrasi fiqh jinayah ke dalam hukum pidana
nasional. Melalui pendekatan sosio-filosofis dan metode studi dokumentasi serta pisau
bedah analisis isi (content analysis), paper ini menghasilkan simpulan bahwa terdapat
banyak faktor yang mempengaruhi kesulitan fiqh jinayah menjadi bagian hukum
nasional. Karenanya, integrasi maqashidi berbasis epistemologi ke-Indonesiaan sebagai
model integrasi.
Kata Kunci: integrasi, epistimologi, fiqh jinayah, hukum pidana nasional
PENDAHULUAN
Legislasi hukum Islam dalam bidang pidana (jinâyah) menjadi hukum nasional
Indonesia tidak semudah dalam bidang ahwâl al-syakhsyiyyah, mu’âmalah dan lain-
lainnya.1
Padahal, kebijakan hukum pemerintah telah menetapkan hukum Islam termasuk
fiqh jinâyah menjadi bahan baku bagi pembangunan hukum pidana nasional yang dapat
1
Ibnu Burdah (ed.), Membumikan Hukum Langit: Nasionalisasi Hukum Islam dan Islamisasi Hukum
Nasional Pasca Reformasi, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), hal. 114.
2
menggantikan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang dipandang sudah
tidak relevan lagi dengan semangat zaman. Namun demikian, sampai saat ini, upaya
transformasi dan legislasi fiqh jinâyah sebagai pengganti KUHP masih sebatas cita-cita.
Hukum Islam dalam bidang non-pidana misalnya, telah tersirat dalam Undang-
Undang No.5 tahun 1960 tentang Pokok-pokok agraria, di mana perwakafan tanah milik
memperoleh perlindungan hukum dan akan diatur dalam Peraturan Pemerintah. Peraturan
pemerintah dimaksud telah terbit pada tahun 1977, yaitu P.P.No.28 tahun 1977 tentang
Perwakafan Hak Milik. Di dalam Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974, hukum
Islam pun mendapat tempat yang kuat dalam menentukan sahnya perkawinan.
Pemberlakuan Kompilasi Hukum Islam (yang berisi aturan-aturan mengenai perkawinan,
warisan, wasiat, hibah dan wakaf) melalui Inpres No.1 tahun 1991, merupakan hasil dari
upaya yang berkesinambungan dari pemikir-pemikir Islam. Bahkan pada masa
pemerintahan B.J. Habibie yang relatif singkat, telah ditetapkan pula Undang-Undang
No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, yang disahkan pada tanggal 23 September
1999. Puncaknya adalah dengan diresmikannya Mahkamah Syari’ah di wilayah
Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 4 Maret 2003, yang bertepatan dengan 1
Muharram 1424 H. Sebelumnya pemerintah telah memberikan hak istimewa dan otonomi
daerah bagi Nanggroe Aceh Darussalam untuk menjadikan syari’at Islam sebagai hukum
yang berlaku di sana.
Dalam konteks inilah, muncul problema serius yang dirumuskan dalam
pertanyaan mendasar, bagaimana kita memahami dan melaksanakan fiqh jinâyah sebagai
bagian hukum Islam dalam konteks ke-Indonesia-an? Atau dengan bahasa yang lebih
lugas, bagaimana memasukkan (mengintegrasikan) fiqh jinâyah sebagai bagian dari
sistem tata hukum nasional bangsa Indonesia?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak mudah. Sebab, banyak
asumsi yang berkembang di masyarakat baik dari kalangan umat Islam sendiri maupun
non-muslim terkait fiqh jinâyah itu sendiri. Pertama, dari kalangan umat Islam terutama
dari golongan kulturalistik memandang formalisasi hukum Islam (termasuk fiqh jinâyah)
akan membuka peluang intervensi negara terhadap agama. Negara dalam hal ini tidak
diperkenankan campur tangan, apalagi melakukan pembatasan dan mendorong wilayah
“hukum Islam yang resmi” dan “hukum Islam yang tidak resmi”. Terlebih formalisasi
3
hukum Islam yang dikhawatirkan akan dijadikan alat penguasa untuk menindas umat
Islam sendiri.2
Pada sisi lain, ada sebagian kelompok umat Islam yang “ngotot” bahwa hukum
Islam termasuk fiqh jinayah harus menjadi bagian dari hukum nasional baik simbol
maupun substansinya, termasuk sepenuhnya mengadopsi sepenuhnya bentuk-bentuk
hukuman yang secara literal tercantum dalam Alqur’an.3
Sebab dengan formalisasi
(positivisasi) tersebut, maka hukum Islam dapat berjalan efektif, bersifat memaksa dan
mempunyai kekuatan hukum. Sebab dalam taqnin mempunyai dua unsur yaitu al-ilzam
(memaksa) dan al-ijaz wal al-ijmal (singkat dan global).4
Kedua, kekhawatiran dari umat non-muslim jika fiqh jinayah diadopsi menjadi
hukum nasional. Ketakutan mereka bisa dimaklumi, sebab jika bentuk-bentuk hukum
dalam fiqh jinayah diadaptasi dan diterapkan sepenuhnya, maka akan banyak dijumpai di
jalanan orang yang dipotong tangannya, atau orang yang ditanam kemudian dilempari
batu oleh massa hingga mati karena terbukti berzina, dan bentuk-bentuk lainnya.
Berangkat dari uraian di atas, tampak untuk melakukan formalisasi fiqh jinayah
sebagai hukum nasional di Indonesia, bukanlah persoalan yang mudah. Paling tidak
dilihat dari dua aspek. Pertama, realitas bangsa Indonesia yang plural harus
dipertimbangkan. Kedua, pembenahan dari aspek konsepsi, strategi dan metode
perumusan fiqh jinayah, sehingga hukum pidana Islam yang dihasilkan tidak
bertentangan dengan kesadaran hukum masyarakat Indonesia dan kompatibel dengan
karakteristik tatanan hukum nasional yang didambakan.
PEMBAHASAN
Sejarah Sosial pelaksanaan Pidana Islam di Indonesia
Merupakan fakta dan sejarah bahwa jauh sebelum pemerintahan kolonial Belanda
menginjakkan kakinya di Indonesia, telah terbentuk masyarakat Islam yang kuat. Di
beberapa daerah di Indonesia, Islam itu bukan saja menjadi agama yang resmi, tetapi juga
merupakan hukum yang berlaku di daerah tersebut. Beberapa kerajaan di Indonesia
2
Selengkapnya baca dalam buku karya Abdul Ghofur, Demokratisasi dan Prospek Hukum Islam di
Indonesia: Studi atas Pemikiran Gus Dur (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002).
3
Saiful Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca
Orde Baru, (Jakarta: Gramedia, 2007) hal. 26-27.
4
Nuruddin Hidayat, Ibnu al-Muqaffa’ dan Gagasannya tentang Taqnin, dalam Jurnal Mimbar Studi
(Bandung: IAIN SGD, 1991) No. 37-38/XII 1991, hal. 36
4
seperti kerajaan Sultan Pasai di Aceh, kerajaan Pagar Ruyung yang terkenal dengan
rajanya Dang Tuangku dan Bundo Kanduang, kerajaan Paderi dengan Tuanku Imam
Bonjol di Minangkabau, kerajaan Demak, Pajang Mataram dan Sultang Ageng di Banten,
bahkan Malaka serta Brunai (sekarang Brunai Darussalam) di semenanjung Melayu dan
Hassanuddin di Makasar, telah mempergunakan hukum Islam di wilayah kerajaannya.5
Sejumlah konsep tindak pidana dan sanksinya telah diterapkan di wilayah-
wilayah Indonesia saat itu. Hukuman rajam misalnya pernah diterapkan di Aceh,
hukuman potong-tangan dan sebagainya pernah menghiasi lembaran sejarah masa silam
bangsa Indonesia.
Ketika Belanda telah merasa lebih kuat, politik hukum Belanda mulai menerapkan
apa yang dikenal dengan politik “belah bambu”, yang secara padu hendak menyingkirkan
hukum Islam dari masyarakat Indonesia. Diciptakanlah teori resepsi dan “ditemukanlah”
hukum adat. Hukum Islam yang telah mentradisi saat itu diberlakukan sebagai hukum
adat, bukan sebagai hukum Islam.6
Pemerintah Hindia Belanda sejak awal abad ke-19 memberlakukan kodifikasi
hukum pidana, yang pada mulanya masih pluralistis. Ada kitab Undang-undang Hukum
Pidana untuk orang-orang Eropa, dan ada Kitab Undang-undang Hukum Pidana untuk
orang-orang Bumiputra dan yang dipersamakan (inlanders). Akan tetapi, mulai tahun
1918 diberlakukan satu Kitab Undang-undang Hukum Pidana untuk seluruh golongan
yang ada di Hindia Belanda (unifikasi hukum pidana). Itulah hukum yang berlaku sampai
sekarang. Sejak kemerdekaan Indonesia, kitab tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dan menjadi Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Unifikasi tersebut
nampaknya telah “melenyapkan” penerapan hukum pidana Islam di bumi persada
Indonesia.7
Model Integrasi
Membahas agenda integrasi fiqh jinayah dengan hukum pidana nasional, maka
terdapat beberapa kendala. Pertama, kendala historisitas. Berbeda dengan hukum-hukum
Islam yang lainnya, bidang hukum publik (jinayah), hukum Islam tidak diakui
5
Bustanul Arifin, “Hukum Pidana (Islam) dalam Lintasan Sejarah”, dalam Jaenal Aripin dan M.Arskal
Slaim GP, Pidana Islam di Indonesia: Peluang, Prospek dan Tantangannya (Jakarta: Pustaka Firdaus,
2001), hlm 45-56
6
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2002)
7
ibid
5
keberadaannya secara formal oleh Hindia Belanda. Pemberlakuan hukum pidana Islam
secara formal, akan berpotensi konflik dengan kepentingan penjajah Belanda. Dalam
beberapa hal, hukum Islam di bidang hukum publik yang telah mentradisi dalam
masyarakat, diberlakukan sebagai hukum adat, bukan hukum Islam.8
Kedua, faktor sosial-budaya yang plural. Pemaksaan penerapan hukum pidana
Islam yang “kaku” akan menimbulkan gelombang protes dan permusuhan yang
berkepanjangan, serta melanggar jaminan negara bagi warga negaranya untuk
menjalankan agamanya sesuai dengan keyakinannya masing-masing.9
Ketiga, faktor internal. Fiqh jinayah yang dibahas dalam kitab-kitab fiqh klasik,
diwarnai dengan perbedaan yang cukup tajam di antara beberapa mazhab. Hal ini belum
ditambah lagi dengan perbedaan kerangka berfikir di antara pemikir muslim berkaitan
dengan hukum yang ditetapkan dalam nas, Alquran dan Hadis. Contoh, penerapan
hukuman rajam, potong tangan, cambuk, salib dan lain sebagainya oleh sebagian fuqaha
dianggap sesuatu yang definitif dan tidak dapat diubah, sedangkan menurut fuqaha yang
lain, hukuman-hukuman tersebut harus dipahami secara kontekstual.10
Dengan kata lain,
hukuman-hukuman tersebut dapat saja diubah, asalkan tujuan penjatuhan hukumannya
mengenai sasaran. Di samping itu juga hukum pidana Islam dianggap statis dan belum
komprehensif, karena kurangnya pengkajian dan pengembangan terhadapnya.
Dari uraian di atas, tampak untuk melakukan formalisasi fiqh jinayah sebagai
hukum nasional di Indonesia, bukanlah persoalan yang mudah. Paling tidak dilihat dari
dua aspek. Pertama, realitas bangsa Indonesia yang plural harus dipertimbangkan. Kedua,
pembenahan dari aspek konsepsi, strategi dan metode perumusan fiqh jinayah, sehingga
hukum Islam yang dihasilkan tidak bertentangan dengan kesadaran hukum masyarakat
Indonesia dan kompatibel dengan karakteristik tatanan hukum nasional yang
didambakan.
Berangkat dari realitas di atas, maka agenda yang paling mendesak untuk
dilakukan adalah membongkar dan merajut kembali bangunan fiqh jinayah. Disadari
bahwa bentuk-bentuk hukum fiqh jinayah selama ini sarat dengan tradisi hukum adat
Arab pra-Islam. Karenanya untuk mempertemukan fiqh jinayah dan hukum nasional
8
Mohammad Idris Ramulyo, Asas-asas Hukum Islam: Sejarah Timbul dan Berkembangnya Kedudukan
Hukum Islam dalam Sistem Hukum di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 1997)
9
Ibid., hal, 66-67
10
Hartono Marjono, Menegakkan Syari’at Hukum Islam dalam Konteks Ke-Indonesiaan, (Bandung: Mizan,
1997).
6
adalah mengkaji aspek epistemologi fiqh jinayah Indonesia itu sendiri. Karenanya, tulisan
ini fokus dengan objek epistemologi.11
Sebab epistemologi merupakan bagian dari filsafat
ilmu yang menjadi pijakan awal penentuan asal muasal hukum. Singkatnya, sesuai
fungsinya epistemologi sebagai science of knowledge dan ilmu yang paling menentukan
corak dan karakteristik konstruksi sebuah ilmu pengetahuan (baca: hukum). Dengan
membedah aspek ini, penulis berharap menemukan model integrasi fiqh jinayah ke dalam
sistem hukum nasional.
Dengan demikian, maka terkait dengan metode hukum Islam, epistemologi fiqh
jinayah Indonesia harus mampu mengambil tradisi lama yang tentunya masih relevan
dengan tradisi modern dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern
dengan model integrasi maqashidy dan eklektisisme. Dalam rangka memanfaatkan tradisi
lama yang baik, epistemologi di Indonesia harus mampu membangkitkan tiga nalar:
bayani, burhani dan irfani sekaligus. Tentunya dengan fokus pada kajian sosial-historis
fiqh jinayah termasuk mengakomodasi tradisi masyarakat lokal, rasionalisasi hukum
Islam dan pengembangan teori maslahat. Sesuai dengan kaidah al-Muhafadzatu ‘ala al-
qadimi al-shalih wa al-akhdzu bi jadid al-ashlah. Selain itu, yang tidak kalah penting
dalam berijtihad juga menggunakan ilmu-ilmu alam dan sosial yang berkembang di Barat
selama perangkat keilmuan tersebut sesuai dengan problema hukum pidaana yang dikaji.
Terkait dengan pendekatan legislasi fiqh jinayah paling tidak ada dua model
pendekatan yang dilakukan oleh para ahli hukum. Yaitu pendekatan jawabir (paksaan)
dan pendekatan zawajir (pencegahan).12
Pendekatan jawabir adalah menghendaki
pelaksanaan hukuman pidana persis seperti hukuman yang secara tekstual literal
disebutkan di dalam nash Alqur’an dan hadits. Semisal potong tangan bagi pencuri, rajam
dan jilid bagi pezina, cambuk bagi peminum khamr dan sebagainya. Bentuk hukuman
semacam ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menebus dosa dan kesalahan yang telah
dilakukan.13
Pendekatan jawabir ini yang nampaknya dijadikan model penerapan perda
11
Dagobert D. Runes, Dictionary of Philosophy, (Toronto, New Jersey: Littlefield Adam & Co, 1976), hal.
32.
12
Juhaya S. Praja, op. cit., hal. 86-87. Lihat juga dalam karya Ibrahim Hosen, Pembaruan Hukum Islam di
Indonesia (Jakarta: Putra Harapan, 1990) hal. 126-128.
13
Muhari Agus Susanto, Paradigma Baru Hukum Pidana (Malang: Pustaka Pelajar dan Averroes Press
2002).
7
syariat di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam yang dalam praktiknya banyak menuai
badai kritikan dari para pemikir hukum Islam.14
Selain pendekatan jawabir, ada pendekatan yang lebih elegan yang lebih
kompatibel jika diterapkan di Indonesia, yakni pendekatan zawajir. Dalam pendekatan
ini, epistemologi fiqh jinayah Indonesia hukuman dalam pidana Islam yang dijatuhkan
terhadap pelaku tindak pidana tidak harus persis atau sama dengan apa yang secara
tekstual tercantum dalam Alqur’an dan hadits. Pelaku boleh dihukum dengan bentuk
hukuman apa saja. Dengan catatan hukuman tersebut mampu mencapai tujuan hukum
yaitu membuat jera pelaku dan menimbulkan rasa takut bagi orang lain untuk melakukan
tindakan pidana.
Pendekatan zawajir memang mirip dengan teori batas (hudud) yang ditawarkan
Syahrur. Perbedaannya, teori hudud mempunyai kelemahan pada sisi penetapan hukum
potong tangan bagi pencuri sebagai hukuman maksimal (hadd al’ala). Dengan model
yang demikian maka teori batas tidak bisa diterapkan secara dalam segala bentuk ruang
dan waktu. Sebab, jika hukuman potong tangan dipandang sebagai hukuman yang
maksimal, maka tujuan dari pemberian hukuman agar membuat jera bagi pelaku dan
orang lain, dimungkinkan tidak tercapai. Dalam kasus seorang pencuri kambuhan
misalnya, tentunya hukuman yang tepat tentunya tidak cukup dengan dipotong
tangannya. Pada titik inilah, pendekatan zawajir yang sifatnya lebih umum akan lebih
sesuai diterapkan di Indonesia. Sebab dalam pendekatan ini, hukuman bisa maksimal dan
bisa minimal tergantung pada kebutuhan.15
Jika ditelaah lebih mendalam, sebenarnya ada korelasi kuat antara bentuk
hukuman dan tingkat kejeraan para pelaku tindak pidana. Hanya saja, dalam kasus hukum
potong tangan yang terdapat dalam fiqh jinayah, epistemologi hukum Indonesia tidak
menjadikannya sebagai satu-satunya bentuk hukuman yang diterapkan. Namun bisa saja
dalam bentuk yang lebih berat hukuman mati misalnya atau justru bisa jadi lebih ringan.
Semuanya tergantung pada kondisi objektif lingkungan dan pelaku. Kondisi objektif
14
Lihat Perda NAD Qanun Provinsi Daerah Istimewa Aceh No.5/2000 tentang Pelaksanaan Syariat
Islam, Perda/Qanun NAD No. 7/2000 tentang Penyelenggaraan Kehidupan Adat, Qanun No. 11/2002
tentang Syariat Bidang Ibadah, Akidah, dan Syiar Islam di Aceh, Qanun NAD No. 12/2003 tentang
Minuman Khamar dan Sejenisnya, Perda/Qanun NAD No. 13/2003 tentang Maisir (perjudian),
Perda/Qanun No. 14/2003 tentang Khalwat (Mesum).
15
Bahtiar Effendy, Bahtiar, Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik Islam di
Indonesia, (Jakarta: Paramadina, 1998).
8
lingkungan bisa saja berkaitan dengan tradisi (proses pidana) yang terdapat dalam suatu
masyarakat atau kondisi sosial-ekonomi dan faktor lainnya. Sedang kondisi objektif
pelaku bisa saja berkaitan dengan tingkat kesadaran beragama dan tingkat sosial ekonomi.
Kerdua kondisi objektif tersebutlah, menurut penulis, merupakan faktor yang paling
menentukan untuk pemberian hukuman berat, sedang atau ringan.
Dalam perspektif historis, kita bisa belajar dari Umar ibn Khattab yang tidak
memotong tangan pencuri dalam kondisi paceklik. Tesis al-Jabiri, bahwa hukuman
potong tangan bagi pencuri dalam konteks masyarakat era awal Islam merupakan bentuk
hukuman yang dipandang paling rasional. Ketika kehidupan masyarakat yang nomaden
dan infra struktur masyarakat belum lengkap. Kasus-kasus tersebut memberikan pelajaran
bahwa permasalahan ekonomi menjadi kajian utama sebelum memberlakukan potongan
tangan.
Berbeda lagi jika masalah hukum pidana dibicarakan dalam konteks
keindonesiaan. Di masyarakat Lampung misalnya, orang yang membunuh dapat dituntut
balas untuk dibunuh juga. Demikian di Papua, Madura dan lain-lainnya. Nyawa harus
dibalas dengan nyawa. Dalam perspektif fiqh jinayah ada kesamaan dengan qishash
selain juga harus membayar denda yang sama dengan hukuman diyat. Dan
memungkinkan pula bisa dimaafkan tanpa kompensasi apapun. Dalam kasus masyarakat
Lampung dan Papua misalnya seseorang pembubuh bisa bebas bahkan menjadi kerabat
terbunuh setelah sebelumnya melakukan ritual tertentu. Semisal menyembelih kerbau
dalam kasus masyarakat Lampung dan memotong babi bagi masyarakat Papua.
Kesadaran-kesadaran sosiologis-historis semacam inilah yang mestinya dipahami betul
oleh para ahli hukum kita. Dengan model pendekatan semacam inilah upaya memasukkan
fiqh jinayah ke dalam rancangan KUHP baru lebih mudah dilakukan.
Akhirnya, dalam konteks kajian fiqh jinayah ke-Indonesiaan, epistemologinya
lebih memilih untuk melakukan upaya akomodasi akan adat dan tardisi hukum pidana
lokal (local wisdom) yang berkembang. Tentunya setelah dilakukannya objektivikasi baik
dari aspek istilah-istilah teknis dan bentuk-bentuk hukumannya. Dari apek peristilahan
sedapat mungkin tidak menggunakan istilah atau huruf Arab dan dari aspek bentuk dapat
dikompromikan dengan teori-teori pemidanaan modern. Upaya objektivikasi ini bukan
bertujuan untuk menghilangkan fiqh jinayah itu sendiri. Melainkan semata-mata untuk
menghindari kesalahpahaman yang tiada perlu. Dengan metode ini diharapkan fiqh
9
jinayah secara substansial tetap bisa menjadi bagian dari masyarakat muslim, meski
simbol-formal tidak begitu nampak di permukaan. Inilah yang menurut penulis sesuai
dengan kaidah ma la yudraku kulluhu la yutraku kulluhu. Amin.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas, maka dapat diambil beberapa catatan akhir terkait dengan
integrasi fiqh jinayah dengan hukum pidana nasional, sebagai berikut:
a. Keberadaan KHUP warisan kolonial Belanda sudah saatnya diperbarui agar hukum
pidana nasional sesuai dengan kesadaran, karakteristik, corak dan budaya masyarakat
bangsa Indonesia;
b. Integrasi maqashidy istishlahy merupakan model paling ideal untuk menyatukan fiqh
jinayah dengan hukum pidana nasional. Dengan demikian maka epistemologi fiqh
jinayah Indonesia mendukung desimbolisasi dan objektivikasi pidana Islam selama
dalam koridor menjaga dan meruwat maqashid al-syari’ah. Dengan metode penentuan
prinsip-prinsip fundamental dan universal inilah, niscaya fiqh jinayah dapat
diintegrasikan dengan hukum pidana nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, 2002)
Arifin, Bustanul, “Hukum Pidana (Islam) dalam Lintasan Sejarah”, dalam Jaenal Aripin
dan M.Arskal Slaim GP, Pidana Islam di Indonesia: Peluang, Prospek dan
Tantangannya (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001)
Burdah, Ibnu (ed.), Membumikan Hukum Langit: Nasionalisasi Hukum Islam dan
Islamisasi Hukum Nasional Pasca Reformasi, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008)
Effendy, Bahtiar, Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik Islam
di Indonesia, (Jakarta: Paramadina, 1998)
Ghofur, Abdul, Demokratisasi dan Prospek Hukum Islam di Indonesia: Studi atas
Pemikiran Gus Dur (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002).
10
Hidayat, Nuruddin, Ibnu al-Muqaffa’ dan Gagasannya tentang Taqnin, dalam Jurnal
Mimbar Studi (Bandung: IAIN SGD, 1991) No. 37-38/XII 1991
Marjono, Hartono, Menegakkan Syari’at Hukum Islam dalam Konteks Ke-Indonesiaan,
(Bandung: Mizan, 1997).
Mujani,
Saiful, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi dan Partisipasi Politik di
Indonesia Pasca Orde Baru, (Jakarta: Gramedia, 2007)
Praja, Juhaya S., Teori Hukum dan Aplikasinya (Bandung: Pustaka Setia, 2011)
Ramulyo, Mohammad Idris, Asas-asas Hukum Islam: Sejarah Timbul dan
Berkembangnya Kedudukan Hukum Islam dalam Sistem Hukum di Indonesia,
(Jakarta: Sinar Grafika, 1997)
Runes, Dagobert D., Dictionary of Philosophy, (Toronto, New Jersey: Littlefield Adam
& Co, 1976)
Susanto, Muhari Agus, Paradigma Baru Hukum Pidana (Malang: Pustaka Pelajar dan
Averroes Press 2002).
Perda NAD Qanun Provinsi Daerah Istimewa Aceh No.5/2000 tentang Pelaksanaan
Syariat Islam, Perda/Qanun NAD No. 7/2000 tentang Penyelenggaraan Kehidupan
Adat, Qanun No. 11/2002 tentang Syariat Bidang Ibadah, Akidah, dan Syiar Islam
di Aceh, Qanun NAD No. 12/2003 tentang Minuman Khamar dan
Sejenisnya, Perda/Qanun NAD No. 13/2003 tentang Maisir (perjudian),
Perda/Qanun No. 14/2003 tentang Khalwat (Mesum).

More Related Content

Similar to 9_33020210057_Wima Yanuar Ristya.pdf

Lembaga hukum Islam di indonesia
Lembaga hukum Islam di indonesiaLembaga hukum Islam di indonesia
Lembaga hukum Islam di indonesia
As Faizin
 
22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf
22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf
22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf
RINIRISDAYANTI0125
 
Dalam kesempatan kali ini kami berkesempatan untuk menyampaikan makalah denga...
Dalam kesempatan kali ini kami berkesempatan untuk menyampaikan makalah denga...Dalam kesempatan kali ini kami berkesempatan untuk menyampaikan makalah denga...
Dalam kesempatan kali ini kami berkesempatan untuk menyampaikan makalah denga...
Septian Muna Barakati
 
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
RINIRISDAYANTI0125
 
Fikih kel 8
Fikih kel 8Fikih kel 8
Fikih kel 8
Ltfltf
 
Fiqih kel 12
Fiqih kel 12Fiqih kel 12
Fiqih kel 12
Ltfltf
 
UMAT ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM INDONESIA
UMAT ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM INDONESIAUMAT ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM INDONESIA
UMAT ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM INDONESIA
Ayu Sefryna sari
 
KEL 11 FORMALISASI HUKUM ISLAM.pptx
KEL 11 FORMALISASI HUKUM ISLAM.pptxKEL 11 FORMALISASI HUKUM ISLAM.pptx
KEL 11 FORMALISASI HUKUM ISLAM.pptx
tegarizzulhaq
 
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabarJabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
Septian Muna Barakati
 
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabarJabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
Septian Muna Barakati
 
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabarJabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabarSeptian Muna Barakati
 
53920 id-dinamika-aspek-hukum-zakat-dan-wakaf-di
53920 id-dinamika-aspek-hukum-zakat-dan-wakaf-di53920 id-dinamika-aspek-hukum-zakat-dan-wakaf-di
53920 id-dinamika-aspek-hukum-zakat-dan-wakaf-di
rangganurjaman
 
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisan
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisanKewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisan
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisanYanels Garsione
 
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang UndanganPengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
Imbang Jaya Trenggana
 
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
RINIRISDAYANTI0125
 
Hukum islam dalam tata hukum dan pembinaan hukum nasional di indonesia
Hukum islam dalam tata hukum dan pembinaan hukum nasional di indonesiaHukum islam dalam tata hukum dan pembinaan hukum nasional di indonesia
Hukum islam dalam tata hukum dan pembinaan hukum nasional di indonesia
Septian Muna Barakati
 
Buku penerapan syariah islam di indonesia tantangan dan agenda
Buku penerapan syariah islam di indonesia tantangan dan agendaBuku penerapan syariah islam di indonesia tantangan dan agenda
Buku penerapan syariah islam di indonesia tantangan dan agenda
Anas Wibowo
 
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...
AZA Zulfi
 

Similar to 9_33020210057_Wima Yanuar Ristya.pdf (20)

Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 
Lembaga hukum Islam di indonesia
Lembaga hukum Islam di indonesiaLembaga hukum Islam di indonesia
Lembaga hukum Islam di indonesia
 
22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf
22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf
22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf
 
Dalam kesempatan kali ini kami berkesempatan untuk menyampaikan makalah denga...
Dalam kesempatan kali ini kami berkesempatan untuk menyampaikan makalah denga...Dalam kesempatan kali ini kami berkesempatan untuk menyampaikan makalah denga...
Dalam kesempatan kali ini kami berkesempatan untuk menyampaikan makalah denga...
 
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
 
Fikih kel 8
Fikih kel 8Fikih kel 8
Fikih kel 8
 
Fiqih kel 12
Fiqih kel 12Fiqih kel 12
Fiqih kel 12
 
UMAT ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM INDONESIA
UMAT ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM INDONESIAUMAT ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM INDONESIA
UMAT ISLAM DAN KONTRIBUSI UMAT ISLAM INDONESIA
 
KEL 11 FORMALISASI HUKUM ISLAM.pptx
KEL 11 FORMALISASI HUKUM ISLAM.pptxKEL 11 FORMALISASI HUKUM ISLAM.pptx
KEL 11 FORMALISASI HUKUM ISLAM.pptx
 
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabarJabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
 
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabarJabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
 
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabarJabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
Jabbar makalah sistem ketatanegaraan pa jabar
 
53920 id-dinamika-aspek-hukum-zakat-dan-wakaf-di
53920 id-dinamika-aspek-hukum-zakat-dan-wakaf-di53920 id-dinamika-aspek-hukum-zakat-dan-wakaf-di
53920 id-dinamika-aspek-hukum-zakat-dan-wakaf-di
 
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisan
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisanKewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisan
Kewenangan peradilan agama mengadili perkara kewarisan
 
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang UndanganPengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
Pengantar Ilmu Pengetahuan Perundang Undangan
 
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
 
Hukum islam dalam tata hukum dan pembinaan hukum nasional di indonesia
Hukum islam dalam tata hukum dan pembinaan hukum nasional di indonesiaHukum islam dalam tata hukum dan pembinaan hukum nasional di indonesia
Hukum islam dalam tata hukum dan pembinaan hukum nasional di indonesia
 
Buku penerapan syariah islam di indonesia tantangan dan agenda
Buku penerapan syariah islam di indonesia tantangan dan agendaBuku penerapan syariah islam di indonesia tantangan dan agenda
Buku penerapan syariah islam di indonesia tantangan dan agenda
 
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...
Makalah Peradilan Agama di Indonesia Tentang Peradilan Agama Setelah lahirnya...
 

More from RINIRISDAYANTI0125

kelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptx
kelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptxkelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptx
kelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptx
RINIRISDAYANTI0125
 
kelompok 8_Riddah.pptx
kelompok 8_Riddah.pptxkelompok 8_Riddah.pptx
kelompok 8_Riddah.pptx
RINIRISDAYANTI0125
 
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
RINIRISDAYANTI0125
 
33. 33020210170_Apriliana M.pdf
33. 33020210170_Apriliana M.pdf33. 33020210170_Apriliana M.pdf
33. 33020210170_Apriliana M.pdf
RINIRISDAYANTI0125
 
31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf
31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf
31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf
RINIRISDAYANTI0125
 
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
RINIRISDAYANTI0125
 
28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf
28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf
28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf
RINIRISDAYANTI0125
 
27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf
27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf
27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf
RINIRISDAYANTI0125
 
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
RINIRISDAYANTI0125
 
25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf
25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf
25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf
RINIRISDAYANTI0125
 
24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf
24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf
24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf
RINIRISDAYANTI0125
 
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
RINIRISDAYANTI0125
 
21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf
21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf
21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf
RINIRISDAYANTI0125
 
20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf
20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf
20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf
RINIRISDAYANTI0125
 
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
RINIRISDAYANTI0125
 
15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf
15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf
15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf
RINIRISDAYANTI0125
 
14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf
14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf
14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf
RINIRISDAYANTI0125
 
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
RINIRISDAYANTI0125
 
12_33020210078_Fathin N Fawaida.pdf
12_33020210078_Fathin N Fawaida.pdf12_33020210078_Fathin N Fawaida.pdf
12_33020210078_Fathin N Fawaida.pdf
RINIRISDAYANTI0125
 
11.33020210066_Rosita Fitriani.pdf
11.33020210066_Rosita Fitriani.pdf11.33020210066_Rosita Fitriani.pdf
11.33020210066_Rosita Fitriani.pdf
RINIRISDAYANTI0125
 

More from RINIRISDAYANTI0125 (20)

kelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptx
kelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptxkelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptx
kelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptx
 
kelompok 8_Riddah.pptx
kelompok 8_Riddah.pptxkelompok 8_Riddah.pptx
kelompok 8_Riddah.pptx
 
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
 
33. 33020210170_Apriliana M.pdf
33. 33020210170_Apriliana M.pdf33. 33020210170_Apriliana M.pdf
33. 33020210170_Apriliana M.pdf
 
31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf
31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf
31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf
 
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
 
28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf
28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf
28. 33020210156_Adam Ibnu Pratama .pdf
 
27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf
27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf
27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf
 
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
 
25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf
25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf
25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf
 
24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf
24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf
24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf
 
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
 
21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf
21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf
21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf
 
20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf
20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf
20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf
 
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
 
15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf
15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf
15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf
 
14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf
14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf
14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf
 
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
 
12_33020210078_Fathin N Fawaida.pdf
12_33020210078_Fathin N Fawaida.pdf12_33020210078_Fathin N Fawaida.pdf
12_33020210078_Fathin N Fawaida.pdf
 
11.33020210066_Rosita Fitriani.pdf
11.33020210066_Rosita Fitriani.pdf11.33020210066_Rosita Fitriani.pdf
11.33020210066_Rosita Fitriani.pdf
 

Recently uploaded

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfJURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
HERIHERI52
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
ssuser4dafea
 
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
tsuroyya38
 
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
Kanaidi ken
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptxLembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
opkcibungbulang
 
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Sathya Risma
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
d2spdpnd9185
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdfKalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
SDNBotoputih
 
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
mad ros
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
Kanaidi ken
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
junaedikuluri1
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
pristayulianabila
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Mutia Rini Siregar
 

Recently uploaded (20)

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfJURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptxPemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
Pemutakhiran Data dosen pada sister.pptx
 
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
92836246-Soap-Pada-Pasien-Dengan-as-Primer.pdf
 
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
PELAKSANAAN (13-14 Juni'24) + Link2 Materi BimTek _"PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (P...
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptxLembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
Lembar Kerja Asesmen Awal Paud ke sd.pptx
 
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
Laporan bulanan Dosen Pembimbing lapangan dalam pelaksanaan kampus mengajar a...
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdfKalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024  Kabupaten Temanggung .pdf
Kalender Pendidikan tahun pelajaran 2023/2024 Kabupaten Temanggung .pdf
 
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdfRangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas- www.kherysuryawan.id.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARUAKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
AKSI NYATA TRANSISI PAUD-SD : PENGUATAN DI TAHUN AJARAN BARU
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
 
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdfTokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
Tokoh Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.pdf
 

9_33020210057_Wima Yanuar Ristya.pdf

  • 1. 1 INTEGRASI FIQH JINÂYAH KE DALAM HUKUM PIDANA NASIONAL Wima Yanuar Ristya 33020210057 Hukum Ekonomi Syariah ABSTRAK Isu integrasi hukum fiqh jinayah dalam hukum nasional selalu menjadi tema yang kontroversial. Agenda tentang legislasi fiqh jinayah pun menuai badai pro dan kontra. Mengantagoniskan dua pandangan yang berbeda bukanlah langkah yang bijak. Sebab, fakta reformasi atas hukum pidana warisan Hindia Belanda saat ini menjadi kebutuhan yang mutlak. Di sisi lain penerapan fiqh jinayah secara literal dan simbolis juga membawa resistensi. Dengan demikian, maka rekonstruksi epistemologi fiqh jinayah Indonesia menjadi poin utama. Paper ini bertujuan mencari faktor penyebab mengapa upaya integrasi fiqh jinayah dan hukum pidana nasional sangat sulit dilakukan. Sisi lainnya juga mengkaji aspek aplikasi dan model integrasi fiqh jinayah ke dalam hukum pidana nasional. Melalui pendekatan sosio-filosofis dan metode studi dokumentasi serta pisau bedah analisis isi (content analysis), paper ini menghasilkan simpulan bahwa terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kesulitan fiqh jinayah menjadi bagian hukum nasional. Karenanya, integrasi maqashidi berbasis epistemologi ke-Indonesiaan sebagai model integrasi. Kata Kunci: integrasi, epistimologi, fiqh jinayah, hukum pidana nasional PENDAHULUAN Legislasi hukum Islam dalam bidang pidana (jinâyah) menjadi hukum nasional Indonesia tidak semudah dalam bidang ahwâl al-syakhsyiyyah, mu’âmalah dan lain- lainnya.1 Padahal, kebijakan hukum pemerintah telah menetapkan hukum Islam termasuk fiqh jinâyah menjadi bahan baku bagi pembangunan hukum pidana nasional yang dapat 1 Ibnu Burdah (ed.), Membumikan Hukum Langit: Nasionalisasi Hukum Islam dan Islamisasi Hukum Nasional Pasca Reformasi, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008), hal. 114.
  • 2. 2 menggantikan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) yang dipandang sudah tidak relevan lagi dengan semangat zaman. Namun demikian, sampai saat ini, upaya transformasi dan legislasi fiqh jinâyah sebagai pengganti KUHP masih sebatas cita-cita. Hukum Islam dalam bidang non-pidana misalnya, telah tersirat dalam Undang- Undang No.5 tahun 1960 tentang Pokok-pokok agraria, di mana perwakafan tanah milik memperoleh perlindungan hukum dan akan diatur dalam Peraturan Pemerintah. Peraturan pemerintah dimaksud telah terbit pada tahun 1977, yaitu P.P.No.28 tahun 1977 tentang Perwakafan Hak Milik. Di dalam Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974, hukum Islam pun mendapat tempat yang kuat dalam menentukan sahnya perkawinan. Pemberlakuan Kompilasi Hukum Islam (yang berisi aturan-aturan mengenai perkawinan, warisan, wasiat, hibah dan wakaf) melalui Inpres No.1 tahun 1991, merupakan hasil dari upaya yang berkesinambungan dari pemikir-pemikir Islam. Bahkan pada masa pemerintahan B.J. Habibie yang relatif singkat, telah ditetapkan pula Undang-Undang No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, yang disahkan pada tanggal 23 September 1999. Puncaknya adalah dengan diresmikannya Mahkamah Syari’ah di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam pada tanggal 4 Maret 2003, yang bertepatan dengan 1 Muharram 1424 H. Sebelumnya pemerintah telah memberikan hak istimewa dan otonomi daerah bagi Nanggroe Aceh Darussalam untuk menjadikan syari’at Islam sebagai hukum yang berlaku di sana. Dalam konteks inilah, muncul problema serius yang dirumuskan dalam pertanyaan mendasar, bagaimana kita memahami dan melaksanakan fiqh jinâyah sebagai bagian hukum Islam dalam konteks ke-Indonesia-an? Atau dengan bahasa yang lebih lugas, bagaimana memasukkan (mengintegrasikan) fiqh jinâyah sebagai bagian dari sistem tata hukum nasional bangsa Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak mudah. Sebab, banyak asumsi yang berkembang di masyarakat baik dari kalangan umat Islam sendiri maupun non-muslim terkait fiqh jinâyah itu sendiri. Pertama, dari kalangan umat Islam terutama dari golongan kulturalistik memandang formalisasi hukum Islam (termasuk fiqh jinâyah) akan membuka peluang intervensi negara terhadap agama. Negara dalam hal ini tidak diperkenankan campur tangan, apalagi melakukan pembatasan dan mendorong wilayah “hukum Islam yang resmi” dan “hukum Islam yang tidak resmi”. Terlebih formalisasi
  • 3. 3 hukum Islam yang dikhawatirkan akan dijadikan alat penguasa untuk menindas umat Islam sendiri.2 Pada sisi lain, ada sebagian kelompok umat Islam yang “ngotot” bahwa hukum Islam termasuk fiqh jinayah harus menjadi bagian dari hukum nasional baik simbol maupun substansinya, termasuk sepenuhnya mengadopsi sepenuhnya bentuk-bentuk hukuman yang secara literal tercantum dalam Alqur’an.3 Sebab dengan formalisasi (positivisasi) tersebut, maka hukum Islam dapat berjalan efektif, bersifat memaksa dan mempunyai kekuatan hukum. Sebab dalam taqnin mempunyai dua unsur yaitu al-ilzam (memaksa) dan al-ijaz wal al-ijmal (singkat dan global).4 Kedua, kekhawatiran dari umat non-muslim jika fiqh jinayah diadopsi menjadi hukum nasional. Ketakutan mereka bisa dimaklumi, sebab jika bentuk-bentuk hukum dalam fiqh jinayah diadaptasi dan diterapkan sepenuhnya, maka akan banyak dijumpai di jalanan orang yang dipotong tangannya, atau orang yang ditanam kemudian dilempari batu oleh massa hingga mati karena terbukti berzina, dan bentuk-bentuk lainnya. Berangkat dari uraian di atas, tampak untuk melakukan formalisasi fiqh jinayah sebagai hukum nasional di Indonesia, bukanlah persoalan yang mudah. Paling tidak dilihat dari dua aspek. Pertama, realitas bangsa Indonesia yang plural harus dipertimbangkan. Kedua, pembenahan dari aspek konsepsi, strategi dan metode perumusan fiqh jinayah, sehingga hukum pidana Islam yang dihasilkan tidak bertentangan dengan kesadaran hukum masyarakat Indonesia dan kompatibel dengan karakteristik tatanan hukum nasional yang didambakan. PEMBAHASAN Sejarah Sosial pelaksanaan Pidana Islam di Indonesia Merupakan fakta dan sejarah bahwa jauh sebelum pemerintahan kolonial Belanda menginjakkan kakinya di Indonesia, telah terbentuk masyarakat Islam yang kuat. Di beberapa daerah di Indonesia, Islam itu bukan saja menjadi agama yang resmi, tetapi juga merupakan hukum yang berlaku di daerah tersebut. Beberapa kerajaan di Indonesia 2 Selengkapnya baca dalam buku karya Abdul Ghofur, Demokratisasi dan Prospek Hukum Islam di Indonesia: Studi atas Pemikiran Gus Dur (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002). 3 Saiful Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca Orde Baru, (Jakarta: Gramedia, 2007) hal. 26-27. 4 Nuruddin Hidayat, Ibnu al-Muqaffa’ dan Gagasannya tentang Taqnin, dalam Jurnal Mimbar Studi (Bandung: IAIN SGD, 1991) No. 37-38/XII 1991, hal. 36
  • 4. 4 seperti kerajaan Sultan Pasai di Aceh, kerajaan Pagar Ruyung yang terkenal dengan rajanya Dang Tuangku dan Bundo Kanduang, kerajaan Paderi dengan Tuanku Imam Bonjol di Minangkabau, kerajaan Demak, Pajang Mataram dan Sultang Ageng di Banten, bahkan Malaka serta Brunai (sekarang Brunai Darussalam) di semenanjung Melayu dan Hassanuddin di Makasar, telah mempergunakan hukum Islam di wilayah kerajaannya.5 Sejumlah konsep tindak pidana dan sanksinya telah diterapkan di wilayah- wilayah Indonesia saat itu. Hukuman rajam misalnya pernah diterapkan di Aceh, hukuman potong-tangan dan sebagainya pernah menghiasi lembaran sejarah masa silam bangsa Indonesia. Ketika Belanda telah merasa lebih kuat, politik hukum Belanda mulai menerapkan apa yang dikenal dengan politik “belah bambu”, yang secara padu hendak menyingkirkan hukum Islam dari masyarakat Indonesia. Diciptakanlah teori resepsi dan “ditemukanlah” hukum adat. Hukum Islam yang telah mentradisi saat itu diberlakukan sebagai hukum adat, bukan sebagai hukum Islam.6 Pemerintah Hindia Belanda sejak awal abad ke-19 memberlakukan kodifikasi hukum pidana, yang pada mulanya masih pluralistis. Ada kitab Undang-undang Hukum Pidana untuk orang-orang Eropa, dan ada Kitab Undang-undang Hukum Pidana untuk orang-orang Bumiputra dan yang dipersamakan (inlanders). Akan tetapi, mulai tahun 1918 diberlakukan satu Kitab Undang-undang Hukum Pidana untuk seluruh golongan yang ada di Hindia Belanda (unifikasi hukum pidana). Itulah hukum yang berlaku sampai sekarang. Sejak kemerdekaan Indonesia, kitab tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan menjadi Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Unifikasi tersebut nampaknya telah “melenyapkan” penerapan hukum pidana Islam di bumi persada Indonesia.7 Model Integrasi Membahas agenda integrasi fiqh jinayah dengan hukum pidana nasional, maka terdapat beberapa kendala. Pertama, kendala historisitas. Berbeda dengan hukum-hukum Islam yang lainnya, bidang hukum publik (jinayah), hukum Islam tidak diakui 5 Bustanul Arifin, “Hukum Pidana (Islam) dalam Lintasan Sejarah”, dalam Jaenal Aripin dan M.Arskal Slaim GP, Pidana Islam di Indonesia: Peluang, Prospek dan Tantangannya (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001), hlm 45-56 6 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2002) 7 ibid
  • 5. 5 keberadaannya secara formal oleh Hindia Belanda. Pemberlakuan hukum pidana Islam secara formal, akan berpotensi konflik dengan kepentingan penjajah Belanda. Dalam beberapa hal, hukum Islam di bidang hukum publik yang telah mentradisi dalam masyarakat, diberlakukan sebagai hukum adat, bukan hukum Islam.8 Kedua, faktor sosial-budaya yang plural. Pemaksaan penerapan hukum pidana Islam yang “kaku” akan menimbulkan gelombang protes dan permusuhan yang berkepanjangan, serta melanggar jaminan negara bagi warga negaranya untuk menjalankan agamanya sesuai dengan keyakinannya masing-masing.9 Ketiga, faktor internal. Fiqh jinayah yang dibahas dalam kitab-kitab fiqh klasik, diwarnai dengan perbedaan yang cukup tajam di antara beberapa mazhab. Hal ini belum ditambah lagi dengan perbedaan kerangka berfikir di antara pemikir muslim berkaitan dengan hukum yang ditetapkan dalam nas, Alquran dan Hadis. Contoh, penerapan hukuman rajam, potong tangan, cambuk, salib dan lain sebagainya oleh sebagian fuqaha dianggap sesuatu yang definitif dan tidak dapat diubah, sedangkan menurut fuqaha yang lain, hukuman-hukuman tersebut harus dipahami secara kontekstual.10 Dengan kata lain, hukuman-hukuman tersebut dapat saja diubah, asalkan tujuan penjatuhan hukumannya mengenai sasaran. Di samping itu juga hukum pidana Islam dianggap statis dan belum komprehensif, karena kurangnya pengkajian dan pengembangan terhadapnya. Dari uraian di atas, tampak untuk melakukan formalisasi fiqh jinayah sebagai hukum nasional di Indonesia, bukanlah persoalan yang mudah. Paling tidak dilihat dari dua aspek. Pertama, realitas bangsa Indonesia yang plural harus dipertimbangkan. Kedua, pembenahan dari aspek konsepsi, strategi dan metode perumusan fiqh jinayah, sehingga hukum Islam yang dihasilkan tidak bertentangan dengan kesadaran hukum masyarakat Indonesia dan kompatibel dengan karakteristik tatanan hukum nasional yang didambakan. Berangkat dari realitas di atas, maka agenda yang paling mendesak untuk dilakukan adalah membongkar dan merajut kembali bangunan fiqh jinayah. Disadari bahwa bentuk-bentuk hukum fiqh jinayah selama ini sarat dengan tradisi hukum adat Arab pra-Islam. Karenanya untuk mempertemukan fiqh jinayah dan hukum nasional 8 Mohammad Idris Ramulyo, Asas-asas Hukum Islam: Sejarah Timbul dan Berkembangnya Kedudukan Hukum Islam dalam Sistem Hukum di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 1997) 9 Ibid., hal, 66-67 10 Hartono Marjono, Menegakkan Syari’at Hukum Islam dalam Konteks Ke-Indonesiaan, (Bandung: Mizan, 1997).
  • 6. 6 adalah mengkaji aspek epistemologi fiqh jinayah Indonesia itu sendiri. Karenanya, tulisan ini fokus dengan objek epistemologi.11 Sebab epistemologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang menjadi pijakan awal penentuan asal muasal hukum. Singkatnya, sesuai fungsinya epistemologi sebagai science of knowledge dan ilmu yang paling menentukan corak dan karakteristik konstruksi sebuah ilmu pengetahuan (baca: hukum). Dengan membedah aspek ini, penulis berharap menemukan model integrasi fiqh jinayah ke dalam sistem hukum nasional. Dengan demikian, maka terkait dengan metode hukum Islam, epistemologi fiqh jinayah Indonesia harus mampu mengambil tradisi lama yang tentunya masih relevan dengan tradisi modern dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern dengan model integrasi maqashidy dan eklektisisme. Dalam rangka memanfaatkan tradisi lama yang baik, epistemologi di Indonesia harus mampu membangkitkan tiga nalar: bayani, burhani dan irfani sekaligus. Tentunya dengan fokus pada kajian sosial-historis fiqh jinayah termasuk mengakomodasi tradisi masyarakat lokal, rasionalisasi hukum Islam dan pengembangan teori maslahat. Sesuai dengan kaidah al-Muhafadzatu ‘ala al- qadimi al-shalih wa al-akhdzu bi jadid al-ashlah. Selain itu, yang tidak kalah penting dalam berijtihad juga menggunakan ilmu-ilmu alam dan sosial yang berkembang di Barat selama perangkat keilmuan tersebut sesuai dengan problema hukum pidaana yang dikaji. Terkait dengan pendekatan legislasi fiqh jinayah paling tidak ada dua model pendekatan yang dilakukan oleh para ahli hukum. Yaitu pendekatan jawabir (paksaan) dan pendekatan zawajir (pencegahan).12 Pendekatan jawabir adalah menghendaki pelaksanaan hukuman pidana persis seperti hukuman yang secara tekstual literal disebutkan di dalam nash Alqur’an dan hadits. Semisal potong tangan bagi pencuri, rajam dan jilid bagi pezina, cambuk bagi peminum khamr dan sebagainya. Bentuk hukuman semacam ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menebus dosa dan kesalahan yang telah dilakukan.13 Pendekatan jawabir ini yang nampaknya dijadikan model penerapan perda 11 Dagobert D. Runes, Dictionary of Philosophy, (Toronto, New Jersey: Littlefield Adam & Co, 1976), hal. 32. 12 Juhaya S. Praja, op. cit., hal. 86-87. Lihat juga dalam karya Ibrahim Hosen, Pembaruan Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Putra Harapan, 1990) hal. 126-128. 13 Muhari Agus Susanto, Paradigma Baru Hukum Pidana (Malang: Pustaka Pelajar dan Averroes Press 2002).
  • 7. 7 syariat di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam yang dalam praktiknya banyak menuai badai kritikan dari para pemikir hukum Islam.14 Selain pendekatan jawabir, ada pendekatan yang lebih elegan yang lebih kompatibel jika diterapkan di Indonesia, yakni pendekatan zawajir. Dalam pendekatan ini, epistemologi fiqh jinayah Indonesia hukuman dalam pidana Islam yang dijatuhkan terhadap pelaku tindak pidana tidak harus persis atau sama dengan apa yang secara tekstual tercantum dalam Alqur’an dan hadits. Pelaku boleh dihukum dengan bentuk hukuman apa saja. Dengan catatan hukuman tersebut mampu mencapai tujuan hukum yaitu membuat jera pelaku dan menimbulkan rasa takut bagi orang lain untuk melakukan tindakan pidana. Pendekatan zawajir memang mirip dengan teori batas (hudud) yang ditawarkan Syahrur. Perbedaannya, teori hudud mempunyai kelemahan pada sisi penetapan hukum potong tangan bagi pencuri sebagai hukuman maksimal (hadd al’ala). Dengan model yang demikian maka teori batas tidak bisa diterapkan secara dalam segala bentuk ruang dan waktu. Sebab, jika hukuman potong tangan dipandang sebagai hukuman yang maksimal, maka tujuan dari pemberian hukuman agar membuat jera bagi pelaku dan orang lain, dimungkinkan tidak tercapai. Dalam kasus seorang pencuri kambuhan misalnya, tentunya hukuman yang tepat tentunya tidak cukup dengan dipotong tangannya. Pada titik inilah, pendekatan zawajir yang sifatnya lebih umum akan lebih sesuai diterapkan di Indonesia. Sebab dalam pendekatan ini, hukuman bisa maksimal dan bisa minimal tergantung pada kebutuhan.15 Jika ditelaah lebih mendalam, sebenarnya ada korelasi kuat antara bentuk hukuman dan tingkat kejeraan para pelaku tindak pidana. Hanya saja, dalam kasus hukum potong tangan yang terdapat dalam fiqh jinayah, epistemologi hukum Indonesia tidak menjadikannya sebagai satu-satunya bentuk hukuman yang diterapkan. Namun bisa saja dalam bentuk yang lebih berat hukuman mati misalnya atau justru bisa jadi lebih ringan. Semuanya tergantung pada kondisi objektif lingkungan dan pelaku. Kondisi objektif 14 Lihat Perda NAD Qanun Provinsi Daerah Istimewa Aceh No.5/2000 tentang Pelaksanaan Syariat Islam, Perda/Qanun NAD No. 7/2000 tentang Penyelenggaraan Kehidupan Adat, Qanun No. 11/2002 tentang Syariat Bidang Ibadah, Akidah, dan Syiar Islam di Aceh, Qanun NAD No. 12/2003 tentang Minuman Khamar dan Sejenisnya, Perda/Qanun NAD No. 13/2003 tentang Maisir (perjudian), Perda/Qanun No. 14/2003 tentang Khalwat (Mesum). 15 Bahtiar Effendy, Bahtiar, Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik Islam di Indonesia, (Jakarta: Paramadina, 1998).
  • 8. 8 lingkungan bisa saja berkaitan dengan tradisi (proses pidana) yang terdapat dalam suatu masyarakat atau kondisi sosial-ekonomi dan faktor lainnya. Sedang kondisi objektif pelaku bisa saja berkaitan dengan tingkat kesadaran beragama dan tingkat sosial ekonomi. Kerdua kondisi objektif tersebutlah, menurut penulis, merupakan faktor yang paling menentukan untuk pemberian hukuman berat, sedang atau ringan. Dalam perspektif historis, kita bisa belajar dari Umar ibn Khattab yang tidak memotong tangan pencuri dalam kondisi paceklik. Tesis al-Jabiri, bahwa hukuman potong tangan bagi pencuri dalam konteks masyarakat era awal Islam merupakan bentuk hukuman yang dipandang paling rasional. Ketika kehidupan masyarakat yang nomaden dan infra struktur masyarakat belum lengkap. Kasus-kasus tersebut memberikan pelajaran bahwa permasalahan ekonomi menjadi kajian utama sebelum memberlakukan potongan tangan. Berbeda lagi jika masalah hukum pidana dibicarakan dalam konteks keindonesiaan. Di masyarakat Lampung misalnya, orang yang membunuh dapat dituntut balas untuk dibunuh juga. Demikian di Papua, Madura dan lain-lainnya. Nyawa harus dibalas dengan nyawa. Dalam perspektif fiqh jinayah ada kesamaan dengan qishash selain juga harus membayar denda yang sama dengan hukuman diyat. Dan memungkinkan pula bisa dimaafkan tanpa kompensasi apapun. Dalam kasus masyarakat Lampung dan Papua misalnya seseorang pembubuh bisa bebas bahkan menjadi kerabat terbunuh setelah sebelumnya melakukan ritual tertentu. Semisal menyembelih kerbau dalam kasus masyarakat Lampung dan memotong babi bagi masyarakat Papua. Kesadaran-kesadaran sosiologis-historis semacam inilah yang mestinya dipahami betul oleh para ahli hukum kita. Dengan model pendekatan semacam inilah upaya memasukkan fiqh jinayah ke dalam rancangan KUHP baru lebih mudah dilakukan. Akhirnya, dalam konteks kajian fiqh jinayah ke-Indonesiaan, epistemologinya lebih memilih untuk melakukan upaya akomodasi akan adat dan tardisi hukum pidana lokal (local wisdom) yang berkembang. Tentunya setelah dilakukannya objektivikasi baik dari aspek istilah-istilah teknis dan bentuk-bentuk hukumannya. Dari apek peristilahan sedapat mungkin tidak menggunakan istilah atau huruf Arab dan dari aspek bentuk dapat dikompromikan dengan teori-teori pemidanaan modern. Upaya objektivikasi ini bukan bertujuan untuk menghilangkan fiqh jinayah itu sendiri. Melainkan semata-mata untuk menghindari kesalahpahaman yang tiada perlu. Dengan metode ini diharapkan fiqh
  • 9. 9 jinayah secara substansial tetap bisa menjadi bagian dari masyarakat muslim, meski simbol-formal tidak begitu nampak di permukaan. Inilah yang menurut penulis sesuai dengan kaidah ma la yudraku kulluhu la yutraku kulluhu. Amin. KESIMPULAN Dari uraian di atas, maka dapat diambil beberapa catatan akhir terkait dengan integrasi fiqh jinayah dengan hukum pidana nasional, sebagai berikut: a. Keberadaan KHUP warisan kolonial Belanda sudah saatnya diperbarui agar hukum pidana nasional sesuai dengan kesadaran, karakteristik, corak dan budaya masyarakat bangsa Indonesia; b. Integrasi maqashidy istishlahy merupakan model paling ideal untuk menyatukan fiqh jinayah dengan hukum pidana nasional. Dengan demikian maka epistemologi fiqh jinayah Indonesia mendukung desimbolisasi dan objektivikasi pidana Islam selama dalam koridor menjaga dan meruwat maqashid al-syari’ah. Dengan metode penentuan prinsip-prinsip fundamental dan universal inilah, niscaya fiqh jinayah dapat diintegrasikan dengan hukum pidana nasional. DAFTAR PUSTAKA Arief, Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2002) Arifin, Bustanul, “Hukum Pidana (Islam) dalam Lintasan Sejarah”, dalam Jaenal Aripin dan M.Arskal Slaim GP, Pidana Islam di Indonesia: Peluang, Prospek dan Tantangannya (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001) Burdah, Ibnu (ed.), Membumikan Hukum Langit: Nasionalisasi Hukum Islam dan Islamisasi Hukum Nasional Pasca Reformasi, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2008) Effendy, Bahtiar, Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik Islam di Indonesia, (Jakarta: Paramadina, 1998) Ghofur, Abdul, Demokratisasi dan Prospek Hukum Islam di Indonesia: Studi atas Pemikiran Gus Dur (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002).
  • 10. 10 Hidayat, Nuruddin, Ibnu al-Muqaffa’ dan Gagasannya tentang Taqnin, dalam Jurnal Mimbar Studi (Bandung: IAIN SGD, 1991) No. 37-38/XII 1991 Marjono, Hartono, Menegakkan Syari’at Hukum Islam dalam Konteks Ke-Indonesiaan, (Bandung: Mizan, 1997). Mujani, Saiful, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi dan Partisipasi Politik di Indonesia Pasca Orde Baru, (Jakarta: Gramedia, 2007) Praja, Juhaya S., Teori Hukum dan Aplikasinya (Bandung: Pustaka Setia, 2011) Ramulyo, Mohammad Idris, Asas-asas Hukum Islam: Sejarah Timbul dan Berkembangnya Kedudukan Hukum Islam dalam Sistem Hukum di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 1997) Runes, Dagobert D., Dictionary of Philosophy, (Toronto, New Jersey: Littlefield Adam & Co, 1976) Susanto, Muhari Agus, Paradigma Baru Hukum Pidana (Malang: Pustaka Pelajar dan Averroes Press 2002). Perda NAD Qanun Provinsi Daerah Istimewa Aceh No.5/2000 tentang Pelaksanaan Syariat Islam, Perda/Qanun NAD No. 7/2000 tentang Penyelenggaraan Kehidupan Adat, Qanun No. 11/2002 tentang Syariat Bidang Ibadah, Akidah, dan Syiar Islam di Aceh, Qanun NAD No. 12/2003 tentang Minuman Khamar dan Sejenisnya, Perda/Qanun NAD No. 13/2003 tentang Maisir (perjudian), Perda/Qanun No. 14/2003 tentang Khalwat (Mesum).