SlideShare a Scribd company logo
SYOK HIPOVOLEMIK et causa PERDARAHAN INTRAABDOMEN 
Tiara Sari Irianti 
102011418 
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 
Email : pen_143f@yahoo.co.id 
1. Pendahuluan 
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan 
metabolik yang ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi 
yang adekuat ke organ-organ vital tubuh. Hal ini muncul akibat kejadian pada hemostasis 
tubuh yang serius, seperti perdarahan masif, trauma dan luka bakar yang berat (syok 
hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru (syok kardiogenik), sepsis akibat bakteri 
yang tidak terkontrol (syok sepsis), tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok neurogenik) 
atau akibat respon imun (syok anafilaktik).7 
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan 
cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume 
sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Paling sering, 
syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik).7 
Kehilangan darah dari luar yang akut akibat trauma tembus dan perdarahan 
gastrointestinal yang berat merupakan dua penyebab yang paling sering pada syok 
hipovolemik. Syok hipovolemik juga dapat merupakan akibat dari kehilangan darah yang 
akut secara signifikan dalam rongga dada dan rongga abdomen. 
Dua penyebab utama kehilangan darah dari dalam yang cepat adalah cedera pada 
organ padat dan rupturnya aneurisma aorta abdominalis. Syok hipovolemik dapat merupakan 
akibat dari kehilangan cairan yang signifikan (selain darah). Dua contoh syok hipovolemik 
yang terjadi akibat kehilangan cairan, antara lain gastroenteritis masif dan luka bakar yang 
luas.7 
2. Defenisi
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan 
metabolik yang ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi 
yang adekuat ke organ-organ vital tubuh. Hal ini muncul akibat kejadian pada hemostasis 
tubuh yang serius, seperti perdarahan masif, trauma dan luka bakar yang berat (syok 
hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru (syok kardiogenik), sepsis akibat bakteri 
yang tidak terkontrol (syok sepsis), tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok neurogenik) 
atau akibat respon imun (syok anafilaktik).7 
Syok diklasifikasikan menurut etiologi, yaitu : 
1. Syok hipovolemik : dehidrasi, kehilangan darah dan luka bakar 
2. Syok distributif : kehilangan tonus vascular (anafilakfik, septik, syok toksik) 
3. Syok kardiogenik : kegagalan pompa jantung 
4. Syok obstruktif : hambatan terhadap sirkulasi oleh obstruksi instrinsik dan ekstrinsik. 
Emboli paru, robekan aneurisma dan tamponade perikardi.2 
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan 
cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume 
sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Paling sering, 
syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik).1,5 
3. Etiologi 
Syok hipovolemik adalah terganggunya sistem sirkulasi akibat dari volume darah 
dalam pembuluh darah yang berkurang. Hal ini bisa terjadi akibat dari volume darah yang 
berkurang. Hal ini bisa terjadi akibat pendarahan yang masif atau kehilangan plasma darah.7 
Penyebab syok hipovolemik dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yang terdiri dari: 
1. Perdarahan: 
• Hematom subkapsular hati 
• Aneurisma aorta pecah 
• Pendarahan gastrointestinal 
• Perlukaan berganda 
2. Kehilangan plasma: 
• Luka bakar yang luas
• Pankreatitis 
• Deskuamasi kulit 
• Sindrom Dumping 
3. Kehilangan cairan ekstraselular: 
• Muntah (vomitus) 
• Dehidrasi 
• Diare 
• Terapi diuretik yang sangat agresif 
• Diabetes insipidus 
• Insufisiensi renal 
4. Patofisiologi 
Tubuh manusia berespon terhadap pendarahan akut dengan mengaktivasi sistem 
fisiologi utama sebagai berikut: sistem hematologi, kardiovaskular, ginjal, dan sistem 
neuroendokrin.5 
Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan darah yang berat dan akut dengan 
mengaktivasi kaskade koagulasi dan vasokonstriksi pembuluh darah (melalui pelepasan 
tromboksan A2 lokal). Selain itu, platelet diaktivasi (juga melalui pelepasan tromboksan A2 
lokal) dan membentuk bekuan darah immatur pada sumber pendarahan. Pembuluh darah 
yang rusak menghasilkan kolagen, yang selanjutnya menyebabkan penumpukan fibrin dan 
menstabilkan bekuan darah. Dibutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk menyempurnakan 
fibrinasi dari bekuan darah dan menjadi bentuk yang sempurna.5 
Sistem kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap syok hipovolemik dengan 
meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas miokard, dan vasokonstriksi 
pembuluh darah perifer. Respon ini terjadi akibat peningkatan pelepasan norepinefrin dan 
penurunan ambang dasar tonus nervus vagus (diatur oleh baroreseptor di arcus caroticus, 
arcus aorta, atrium kiri, dan penbuluh darah pulmonal). Sistem kardiovaskuler juga berespon 
dengan mengalirkan darah ke otak, jantung, dan ginjal dengan mengurangi perfusi kulit, otot, 
dan traktus gastrointestinal.5
Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan peningkatan sekresi renin 
dari apparatus juxtaglomeruler. Renin akan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin 
I, yang selanjutnya akan dikonversi menjadi angiotensin II di paru-paru dah hati. Angotensin 
II mempunyai 2 efek utama, yang keduanya membantu perbaikan keadaan pada syok 
hemoragik, yaitu vasokonstriksi arteriol otot polos, dan menstimulasi sekresi aldosteron dari 
korteks adrenal. Aldosteron bertanggungjawab pada reabsorbsi aktif natrium dan akhirnya 
akan menyebabkan retensi air.5 
Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik dengan meningkatan 
Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH dilepaskan dari glandula pituitari 
posterior sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah (dideteksi oleh baroreseptor) dan 
terhadap penurunan konsentrasi natrium (yang dideteksi oleh osmoreseptor). Secara tidak 
langsung ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dan garam (NaCl) pada tubulus 
distalis, duktus kolektivus, dan lengkung Henle.5 
Mekanisme yang rumit yang telah dijelaskan sebelumnya efektif dalam memenuhi 
perfusi organ vital pada kehilangan darah yang berat. Tanpa resusitasi cairan dan darah dan 
atau koreksi keadaan patologi yang mendasari perdarahan, perfusi jantung akhirnya akan 
berkurang, dan kegagalan berbagai organ akan segera terjadi.5 
Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian darah rata-rata dan menurunkan aliran darah 
balik ke jantung. Hal inilah yang menimbulkan penurunan curah jantung. Curah jantung yang 
rendah di bawah normal akan menimbulkan beberapa kejadian pada beberapa organ. 
Mikrosirkulasi 
Ketika curah jantung turun, tahanan vaskular sistemik akan berusaha untuk 
meningkatkan tekanan sistemik guna menyediakan perfusi yang cukup bagi jantung dan otak 
melebihi jaringan lain seperti otot, kulit dan khususnya gastrointestinal. Kebutuhan energy 
untuk penalaksanaan metabolism di jantung dan otak sangat tinggi tetapi kedua sel organ 
tersebut tidak mampu menyimpan cadangan energy. Sehingga keduanya sangat bergantung 
akan kesediaan oksigen dan nutrisi tetapi sangat rentan bila terjadi iskemia yang berat untuk 
waktu yang melebihi kemampuan toleransi jantung dan otak. Ketika tekanan arterial rata-rata 
(mean arterial pressure/MAP) jatuh hingga < 60 mmHg, maka aliran ke organ akan turun
drastis dan fungsi sel di semua organ akan terganggu. 
Neuroendokrin 
Hipovolemia, hipotensi dan hipoksia dapat dideteksi oleh baroreseptor dan 
kemoreseptor tubuh. Kedua reseptor tadi berperan dalam respons autoimun tubuh yang 
mengatur perfusi serta substrak lain. 
Kardiovaskular 
Tiga variabel seperti : pengisian atrium, tahanan terhadap tekanan (ejeksi) ventrikel 
dan kontraksi miokard, bekerja keras dalam mengontrol volume sekuncup. Curah jantung, 
penentu utama dalam perfusi jaringan, adalah hasil kali volume sekuncup dan frekuensi 
jantung. Hipovolemia menyebabkan penurunan pengisian ventrikel, yang pada akhirnya 
menurunkan volume sekuncup. Suatu peningkatan frekuensi jantung sangat bermanfaat 
namun memiliki keterbatasan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan curah jantung. 
Gastrointestinal 
Akibat aliran darah yang menurun ke jaringan intestinal, maka terjadi peningkatan 
absorpsi endotoksin yang dilepaskan oleh bakteri gram negatif yang mati dalam usus. Hal ini 
memicu pelebaran darah serta peningkatan metabolisme dan bukan memperbaiki sel dan 
menyebabkan depresi jantung. 
Ginjal 
Gagal ginjal akut adalah suatu komplikasi dari syok dan hipoperfusi, frekuensi 
terjadinya sangat jarang karena cepatnya pemberian cairan pengganti. Yang banyak terjadi 
kini adalah nekrosis tubular akut akibat interaksi antara syok, sepsis dan pemberian obat yang 
nefrotoksik seperti aminoglikosida dan media kontras angiografi. Secara fisiologi, ginjal 
mengatasi hipoperfusi dengan mempertahankan garam dan air. Pada saat aliran darah di 
ginjal berkurang, tahanan arteriol aferen meningkat untuk mengurangi laju filtrasi 
glomerulus, yang bersama-sama dengan aldosteron dan vesopresin bertanggung jawab 
terhadap menurunnya produksi urin. 7
Pada syok, konsumsi oksigen dalam jaringan menurun akibat berkurangnya aliran 
darah yang mengandung oksigen atau berkurangnya pelepasan oksigen ke dalam jaringan. 
Kekurangan oksigen di jaringan menyebabkan sel terpaksa melangsungkan metabolisme 
anaerob dan menghasilkan asam laktat. Keasaman jaringan bertambah dengan adanya asam 
laktat, asam piruvat, asam lemak, dan keton (Stene-Giesecke, 1991). Yang penting dalam 
klinik adalah pemahaman kita bahwa fokus perhatian syok hipovolemik yang disertai 
asidosis adalah saturasi oksigen yang perlu diperbaiki serta perfusi jaringan yang harus 
segera dipulihkan dengan penggantian cairan. Asidosis merupakan urusan selanjutnya, bukan 
prioritas utama.3,8 
5. Gejala Klinis 
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi premorbid, 
besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung. Kecepatan kehilangan cairan 
tubuh merupakan faktor kritis respons kompensasi. Pasien muda dapat dengan mudah 
mengkompensasi kehilangan cairan dengan jumlah sedang dengan vasokonstriksi dan 
takhikardia. Kehilangan volume yang cukp besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada 
pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang 
cepat atau singkat.3,8 
Gejala dan tanda yang disebabkan oleh syok hipovolemik akibat non-perdarahan serta 
perdarahan adalah sama meski ada sedikit perbedaan dalam kecepatan timbulnya syok. 
Respon fisiologi yang normal adalah mempertahankan perfusi terhadap otak dan jantung 
sambil memperbaiki volume darah dalam sirkulasi efektif. Di sini akan terjadi peningkatan 
kerja simpatis, hiperventilasi, pembuluh vena yang kolaps, pelepasan hormon stress serta 
ekspansi besar guna pengisian volume pembuluh darah dengan menggunakan cairan 
interstisial, interselular dan menurunkan produksi urin.7 
Pada pasien dengan kemungkinan syok akibat hipovolemik, riwayat penyakit penting 
untuk menentukan penyebab yang mungkin dan untuk penanganan langsung. Syok 
hipovolemik akibat kehilangan darah dari luar biasanya nyata dan mudah didiagnosis. 
Perdarahan dalam kemungkinan tidak nyata, seperti pasien hanya mengeluhkan kelemahan, 
letargi, atau perubahan status mental. Gejala-gejala syok seperti kelemahan, penglihatan 
kabur, dan kebingungan, sebaiknya dinilai pada semua pasien.
Pada pasien trauma, menentukan mekanisme cedera dan beberapa informasi lain akan 
memperkuat kecurigaan terhadap cedera tertentu (misalnya, cedera akibat tertumbuk kemudi 
kendaraan, gangguan kompartemen pada pengemudi akibat kecelakaan kendaraan 
bermotor).5 
Apabila syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan hipovolemia, penurunan 
darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam beberapa menit. Adalah penting 
untuk mengenali tanda-tanda syok, yaitu: 
1. Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler selalu 
berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan. 
2. Takikardia: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respons homeostasis 
penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi berfungsi 
mengurangi asidosis jaringan. 
3. Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah sistemik dan 
curah jantung, vasokonstriksi perifer adalah faktor yang esensial dalam mempertahankan 
tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri 
turun tidak di bawah 70 mmHg. 
4. Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik. Oliguria pada 
orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30 ml/jam.3,8 
Tanda-tanda vital ortostatik mungkin normal pada individu hipovolemik, atau individu 
normal dapat memperlihatkan perubahan-perubahan ortostatik yaitu hipotensi. Jadi, gunakan 
pertimbangan klinis. Sebagai tambahan, ingesti alkohol, makan atau usia lanjut dapat 
menyebabkan perubahan-perubahan ortostatik dalam tekanan darah dan nadi. Penurunan 
diastolik ortostatik sebesar 10-20 mmHg atau peningkatan nadi sebesar 15 detak/detik 
dianggap bermakna.periksa tanda-tanda vital ortostatik, berbaring dan setelah berdiri selama 
1 sampai 2 menit. Takikardia biasanya tetap ada tetapi mungkin tidak didapatkan bila ada 
iritasi diafragma, yang menyebabkan stimulasi vagal. Hipoperfusi ditandai oleh 
berkurangnya jumlah urin, daya pikir menurun, ekstremitas dingin, bercak-bercak, dll.3,8 
Pada penderita yang mengalami hipovolemia selama beberapa saat, dia akan 
menunjukkan adanya tanda-tanda dehidrasi seperti: 
(1) Turunnya turgor jaringan
(2) Mengentalnya sekresi oral dan trakhea, bibir dan lidah menjadi kering; serta 
(3) Bola mata cekung.3,8 
Dehidrasi dapat timbul pada diare berat dan asupan oral terbatas karena nausea dan 
muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus 
yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urine gelap, tidak 
mampu berkeringat, dan perubahan ortostatik. Pada keadaan berat dapat mengarah ke gagal 
ginjal akut dan perubahan status jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala.7 
Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi 3 tingkatan, yaitu : 
1. Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5 % BB) : gambaran klinisnya turgor kurang, suara serak 
(vox cholerica), pasien belum jatuh dalam presyok. 
2. Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8 % BB) : turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam 
presyok atau syok, nadi cepat, nafas cepat dan dalam. 
3. Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10 % BB) : tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran 
menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, sianosis.7 
Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam 
menentukan beratnya diare daripada menentukan penyebab diare. Status volume dinilai 
dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, tempratur tubuh 
dan tanda-tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang 
penting. Adanya kualitas bunyi usus dan adanya distensi abdomen dan nyeri tekan 
merupakan “clue” bagi etiologi.7 
Jika sadar, pasien mungkin dapat menunjukkan lokasi nyeri. Tanda vital, sebelum 
dibawa ke unit gawat darurat sebaiknya dicatat. Nyeri dada, perut, atau punggung mungkin 
menunjukkan gangguan pada pembuluh darah. Tanda klasik pada aneurisma arteri torakalis 
adalah nyeri yang menjalar ke punggung. Aneurisma aorta abdominalis biasanya 
menyebabkan nyeri, nyeri punggung atau nyeri panggul.5 
Skor penilaian klinis dehidrasi : 
1. Rasa haus/muntah (1) 
2. Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg (1) 
3. Tekanan darah sistolik <60 mmHg (2) 
4. Frekuensi nadi >120 kali/menit (1)
5. Kesadaran apatis (1) 
6. Kesadaran somnolen, sopor atau koma (2) 
7. Frekuensi nafas >30 kali/menit (1) 
8. Facies cholerica (2) 
9. Vox cholerica (2) 
10. Turgor kulit menurun (1) 
11. Washer women’s hand (1) 
12. Eksremitas dingin (1) 
13. Sianosis (2) 
14. Umur 50-60 tahun (1) 
15. Umur >60 tahun (2) 
Skor Dalyono di atas merupakan penilaian dari klinis pasien yang menentukan jumlah 
kebutuhan cairan yang diberikan pada pasien dehidrasi.7 
Pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal, mengumpulkan keterangan hematemesis, 
melena, riwayat minum alkohol, penggunaan obat anti inflamasi non-steroid yang lama, dan 
koagulopati (iatrogenik atau selainnya) adalah sangat penting. Kronologi muntah dan 
hematemesis harus ditentukan. Pada pasien dengan hematemesis setelah episode berulang 
muntah yang hebat kemungkinan mengalami Sindrom Boerhaave atau Mallory-Weiss tear, 
sedangkan pasien dengan riwayat hematemesis sejak sejak awal kemungkinan mengalami 
ulkus peptik atau varises esofagus. Jika suatu penyebab ginekologik dipertimbangkan, perlu 
dikumpukan informasi mengenai hal berikut: periode terakhir menstruasi, faktor risiko 
kehamilan ektopik, perdarahan pervaginam (termasuk jumlah dan durasinya), produk 
konsepsi pada saluran vagina, dan nyeri. Semua wanita usia subur sebaiknya menjalani tes 
kehamilan, untuk meyakinkan apakah mereka hamil. Tes kehamilan negatif bermakna untuk 
menyingkirkan diagnosis kehamilan ektopik.5 
Pada pasien demam berdarah dengue dapat jatuh pada keadaan syok. Syok biasanya 
terjadi saat atau segera setelah suhu turun, antara hari ke-3 samapai hari sakit ke-7. Pasien 
mula-mula terlihat letargi atau gelisah kemudian jatuh ke dalam syok yang ditandai dengan 
kulit dingin–lembab, sianosis sekitar mulut, nadi cepat-lemah, tekanan nadi <20 mmHg dan 
hipotensi. Kebanyakan pasien masih tetap sadar sekalipun sudah mendekati stadium akhir.
Perubahan ini memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari perembesan 
plasma. Kondisi ini dapat diperberat dengan komplikasi yaitu asidosis metabolic, perdarahan 
saluran cerna hebat atau pendarahan lain, hal ini pertanda prognosis buruk.4 
Hipovolemia ringan (<20 % volume darah) menimbulkan takikardi ringan dengan 
sedikit gejala yang tampak, terutama pada penderita muda yang sedang berbaring. Pada 
hipovolemia sedang (20-40 % dari volume darah) pasien menjadi lebih cemas dan takikardia 
lebih jelas, meski tekanan darah bisa ditemukan normal pada posisi berbaring, namun dapat 
ditemukan dengan jelas hipotensi ortostatik dan takikardia. Pada hipovolemia berat maka 
gejala klasik syok akan muncul, tekanan darah menurun drastis dan tidak stabil walau posisi 
berbaring, pasien menderita takikardia hebat, oliguria, agitasi atau bingung. Perfusi ke 
susunan saraf pusat dipertahankan dengan baik sampai syok bertambah berat. Penurunan 
kesadaran adalah gejala penting. Transisi dari syok hipovolemik ringan ke berat dapat terjadi 
bertahap atau malah sangat cepat, terutama pada pasien usia lanjut dan yang memiliki 
penyakit berat dimana kematian mengancam. Dalam waktu yang sangat pendek dari 
terjadinya kerusakan akibat syok maka dengan resusitasi agresif dan cepat.7 
6. Stadium Syok 
Syok secara klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium, yaitu : 
1. Stadium kompensasi 
Pada stadium ini fungsi organ vital dipertahankan melalui mekanisme kompensasi fisiologis 
tubuh dengan cara meningkatkan refleks simpatis, sehingga terjadi : 
a. Resistensi sistemik meningkat : 
- distribusi selektif aliran darah dari organ sekunder ke organ primer (jantung, paru, otak) 
diastolic pressure meningkat.- resistensi arteriol meningkat 
cardiac output meningkat.b. Heart rate meningkat 
ginjal menahan air dan sodium di dalam sirkulasi.c. Sekresi vasopressin, renin-angiotensin-aldosteron 
meningkat 
Manifestasi klinis : takikardia, gelisah, kulit pucat dan dingin, pengisian kapiler lambat (lebih 
dari 2 detik). 
2. Stadium dekompensasi
Pada stadium ini telah terjadi : 
laktat asidosis, diperberat oleh penumpukan CO2 , dimana CO2 menjadi asam karbonat. 
laktat meningkat  metabolism anaerob  O2 sangat turun a. Perfusi jaringan buruk 
kerusakan sel. integritas membran sel terganggu, fungsi lisosom dan mitokondria 
memburuk b. Gangguan metabolisme energy dependent Na+/K+ pump tingkat seluler 
c. Aliran darah lambat dan kerusakan rantai kinin serta sistem koagulasi, akan diperburuk 
dengan terbentuknya agregasi trombosit dan pembentukan trombus disertai tendensi 
perdarahan. 
membentuk oksigen radikal serta platelets aggregating factor.d. Pelepasan mediator 
vaskular : histamine, serotonin, sitokin (TNF alfa dan interleukin I), xantin oxydase 
cardiac output turun. preload turun  venous return menurun Pelepsan mediator oleh 
makrofag menyebabkan vasodilatasi arteriol dan permeabilitas kapiler meningkat 
Manifestasi klinis : takikardia, tekanan darah sangat turun, perfusi perifer buruk, asidosis, 
oliguria dan kesadaran menurun. 
3. Stadium irreversible 
tubuh kehabisan energi. multi organ failure. Cadangan phosphate berenergi tinggi (ATP) 
akan habis terutama di jantung dan hepar Syok yang berlanjut akan menyebabkan kerusakan 
dan kematian sel 
Manifestasi klinis : nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur. Anuria dan tanda-tanda 
kegagalan organ.6 
7. Pemeriksaan Fisik 
Pemeriksaan fisik seharusnya selalu dimulai dengan penanganan jalan napas, 
pernapasan, dan sirkulasi. Ketiganya dievaluasi dan distabilkan secara bersamaan, sistem 
sirkulasi harus dievaluasi untuk tanda-tanda dan gejala-gejala syok. Jangan hanya berpatokan 
pada tekanan darah sistolik sebagai indikator utama syok; hal ini menyebabkan diagnosis 
lambat.5 
Mekanisme kompensasi mencegah penurunan tekanan darah sistolik secara signifikan 
hingga pasien kehilangan 30% dari volume darah. Sebaiknya nadi, frekuensi pernapasan, dan 
perfusi kulit lebih diperhatikan. Juga, pasien yang mengkonsumsi beta bloker mungkin tidak
mengalami takikardi, tanpa memperhatikan derajat syoknya. 
Klasifikasi perdarahan telah ditetapkan, berdasarkan persentase volume darah yang hilang. 
Namun, perbedaan antara klasifikasi tersebut pada pasien hipovolemik sering tidak nyata. 
Penanganan sebaiknya agresif dan langsung lebih berkaitan pada respon terapi dibandingkan 
klasifikasi awal.5 
Telah ditetapkan klasifikasi perdarahan berdasarkan persentasi volume darah yang 
hilang. Namun sifatnya tidak absolut dan hanya bersifat sebagai bantuan. Tatalaksana harus 
agresif dan lebih dituntun oleh respon terhadap terapi ketimbang menurut klasifikasi awal.2 
Pendarahan derajat I (kehilangan darah 0-15%) tidak ada komplikasi, hanya terjadi takikardi 
minimal. Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah, tekanan nadi, dan frekuensi 
pernapasan. Perlambatan pengisian kapiler lebih dari 3 detik sesuai untuk kehilangan darah 
sekitar 10%.5 
Pendarahan derajat II (kehilangan darah 15-30%). Gejala klinisnya, takikardi 
(frekuensi nadi>100 kali permenit), takipnea, penurunan tekanan nadi, kulit teraba dingin, 
perlambatan pengisian kapiler, dan ansietas ringan . Penurunan tekanan nadi adalah akibat 
peningkatan kadar katekolamin, yang menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah 
perifer dan selanjutnya meningkatkan tekanan darah diastolik.5 
Pendarahan derajat III (kehilangan darah 30-40%). Pasien biasanya mengalami takipnea dan 
takikardi, penurunan tekanan darah sistolik, oligouria, dan perubahan status mental yang 
signifikan, seperti kebingungan atau agitasi. Pada pasien tanpa cedera yang lain atau 
kehilangan cairan, 30-40% adalah jumlah kehilangan darah yang paling kecil yang 
menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik. Sebagian besar pasien ini membutuhkan 
transfusi darah, tetapi keputusan untuk pemberian darah seharusnya berdasarkan pada respon 
awal terhadap cairan.5 
Perdarahan derajat IV (kehilangan darah >40%). Gejala-gejalanya berupa takikardi, 
penurunan tekanan darah sistolik, tekanan nadi menyempit (atau tekanan diastolik tidak 
terukur), berkurangnya (tidak ada) urine yang keluar, penurunan status mental (kehilangan 
kesadaran), dan kulit dingin dan pucat. Jumlah perdarahan ini akan mengancam kehidupan 
secara cepat.5 
Pada pasien dengan trauma, pendarahan biasanya dicurigai sebagai penyebab dari 
syok. Namun, hal ini harus dibedakan dengan penyebab syok yang lain. Diantaranya
tamponade jantung (bunyi jantung melemah, distensi vena leher), tension pneumothorax 
(deviasi trakea, suara napas melemah unilateral), dan trauma medulla spinalis (kulit hangat, 
jarang takikardi, dan defisit neurologis).5 
Ada empat daerah pendarahan yang mengancam jiwa meliputi: dada, perut, paha, dan 
bagian luar tubuh. Dada sebaiknya diauskultasi untuk mendengar bunyi pernapasan yang 
melemah, karena pendarahan yang mengancam hidup dapat berasal dari miokard, pembuluh 
darah, atau laserasi paru. Abdomen seharusnya diperiksa untuk menemukan jika ada nyeri 
atau distensi, yang menunjukkan cedera intraabdominal. Kedua paha harus diperiksa jika 
terjadi deformitas atau pembesaran (tanda-tanda fraktur femur dan pendarahan dalam paha). 
Seluruh tubuh pasien seharusnya diperiksa untuk melihat jika ada pendarahan luar.5 
Pada pasien tanpa trauma, sebagian besar pendarahan berasal dari abdomen. Abdomen harus 
diperiksa untuk mengetahui adanya nyeri, distensi, atau bruit. Mencari bukti adanya 
aneurisma aorta, ulkus peptikum, atau kongesti hepar. Juga periksa tanda-tanda memar atau 
perdarahan.5 
Pada pasien hamil, dilakukan pemeriksaan dengan spekulum steril. Meskipun, pada 
pendarahan trimester ketiga, pemeriksaan harus dilakukan sebagai “double set-up” di ruang 
operasi. Periksa abdomen, uterus,atau adneksa.5 
8. Diagnosis 
Syok hipovolemik didiagnosis ketika ditemukan tanda berupa ketidak-stabilan 
hemodinamik dan ditemukan adanya sumber pendarahan. Diagnosis akan sulit bila 
pendarahan tidak ditemukan dengan jelas atau berada dalam traktus gastrointestinal atau 
hanya terjadi penurunan jumlah plasma darah. Setelah pendarahan maka biasanya 
hemoglobin dan hematokrit tidak langsung turun sampai terjadi gangguan kompensasi atau 
terjadi penggantian cairan dari luar. Jadi kadar hematokrit di awal tidak menjadi pegangan 
sebagai adanya pendarahan. Kehilangan plasma ditandai dengan hemokonsentrasi, 
kehilangan cairan bebas ditandai dengan hipernatremia. Temuan terhadap hal ini semakin 
meningkatkan kecurigaan adanya hipovolemia.7 
Pada pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas, yaitu nausea, 
muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering, bisa air, malabsorbtif, atau berdarah 
yang tergantung bakteri pathogen yang spesifik.
Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan : 
1. Keadaan klinis : ringan, sedang dan berat (telah dibicarakan di atas) 
2. Berat Jenis Plasma : pada dehidrasi BJ plasma meningkat 
a. Dehidrasi berat : BJ plasma 1,032 – 1,040 
b. Dehidrasi sedang : BJ plasma 1,028 – 1,032 
c. Dehidrasi ringan : BJ plasma 1,025 – 1,028 
3. Pengukuran Central Venous Pressure (CVP) : Bila CVP +4 s/d +11 cmH2O : normal. Pada 
syok dan dehidrasi maka CVP kurang dari +4 cmH2O.7 
Jangan mengandalkan TD sistolik sebagai indikator utama dari syok; kebiasaan ini 
mengakibatkan tertundanya diagnosis. Mekanisme kompensasi mencegah penurunan TD 
sistolik yang bermakna, sampai pasien telah kehilangan 30% dari volume darahnya. 
Perhatian harus lebih ditujukan terhadap nadi, frekuensi nafas, dan perfusi kulit. Disamping 
itu, pasien-pasien yang sedang mendapat obat penyekat beta mungkin tidak memperlihatkan 
takikardia, tanpa memandang derajat syoknya.2 
Harus dibedakan syok akibat hipovolemik dan akibat kardiogenik karena penatalaksanaan 
yang berbeda. Keduanya memang memiliki penurunan curah jantung dan mekanisme 
kompensasi simpatis. Tetapi dengan menemukan adanya tanda syok kardiogenik seperti 
distensi vena jugularis, ronki dan gallop S3 maka semua dapat dibedakan.7 
Pemeriksaan Laboratorium 
Setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan, langkah diagnosis selanjutnya 
tergantung pada penyebab yang mungkin pada hipovolemik, dan stabilitas dari kondisi pasien 
itu sendiri.7 
Pemeriksaan laboratorium awal yang sebaiknya dilakukan antara lain: analisis Complete 
Blood Count (CBC), kadar elektrolit (Na, K, Cl, HCO3, BUN, kreatinin, kadar glukosa), PT, 
APTT, AGD, urinalisis (pada pasien yang mengalami trauma), dan tes kehamilan. Darah 
sebaiknya ditentukan tipenya dan dilakukan pencocokan.5 
Pemeriksaan Radiologi
Pasien dengan hipotensi dan/atau kondisi tidak stabil harus pertama kali diresusitasi 
secara adekuat. Penanganan ini lebih utama daripada pemeriksaan radiologi dan menjadi 
intervensi segera dan membawa pasien cepat ke ruang operasi.5 
Langkah diagnosis pasien dengan trauma, dan tanda serta gejala hipovolemia langsung dapat 
ditemukan kehilangan darah pada sumber perdarahan. Pasien trauma dengan syok 
hipovolemik membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi di unit gawat darurat jika dicurigai 
terjadi aneurisma aorta abdominalis. Jika dicurigai terjadi perdarahan gastrointestinal, 
sebaiknya dipasang selang nasogastrik, dan gastric lavage harus dilakukan. Foto polos dada 
posisi tegak dilakukan jika dicurigai ulkus perforasi atau Sindrom Boerhaave. Endoskopi 
dapat dilakukan (biasanya setelah pasien tertangani) untuk selanjutnya mencari sumber 
perdarahan.5 
Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua pasien perempuan usia subur. Jika pasien 
hamil dan sementara mengalami syok, konsultasi bedah dan ultrasonografi pelvis harus 
segera dilakukan pada pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas tersebut. Syok 
hipovolemik akibat kehamilan ektopik sering terjadi. Syok hipovolemik akibat kehamilan 
ektopik pada pasien dengan hasil tes kehamilan negatif jarang, namun pernah dilaporkan.5 
Jika dicurigai terjadi diseksi dada karena mekanisme dan penemuan dari foto polos dada 
awal, dapat dilakukan transesofageal echocardiography, aortografi, atau CT-scan dada.5 
Jika dicurigai terjadi cedera abdomen, dapat dilakukan pemeriksaan FAST (Focused 
Abdominal Sonography for Trauma) yang bisa dilakukan pada pasien yang stabil atau tidak 
stabil. CT-Scan umumnya dilakukan pada pasien yang stabil. Jika dicurigai fraktur tulang 
panjang, harus dilakukan pemeriksaan radiologi.5 
9. Penatalaksanaan 
Tiga tujuan penanganan kegawatdaruratan pasien dengan syok hipovolemik antara 
lain: 
(1) memaksimalkan pengantaran oksigen-dilengkapi dengan ventilasi yang adekuat, 
peningkatan saturasi oksigen darah, dan memperbaiki aliran darah 
(2) mengontrol kehilangan darah lebih lanjut 
(3) resusitasi cairan.5
Ketika hipovolemik diketahui maka tindakan yang harus dilakukan adalah 
menempatkan pasien dalam posisi kaki lebih tinggi, menjaga jalur pernafasan dan diberikan 
resusitasi cairan dengan cepat lewat akses intra vena atau cara lain yang memungkinkan 
seperti pemasangan kateter CVP (central venous pressure) atau jalur intraarterial. Cairan 
yang diberikan adalah garam isotonus yang diteteskan dengan cepat (hati-hati terhadap 
asidosis hiperkloremia) atau dengan cairan garam seimbang seperti Ringer’s laktat (RL) 
dengan jarum infus yang terbesar. Tidak ada bukti medis tentang kelebihan pemberian cairan 
koloid pada syok hipovolemik. Pemberian 2-4 L dalam 20-30 menit diharapkan dapat 
mengembalikan keadaan hemodinamik.7 
Resusitasi Cairan Manajemen cairan adalah penting dan kekeliruan manajemen dapat 
berakibat fatal. Untuk mempertahankan keseimbangan cairan maka input cairan harus sama 
untuk mengganti cairan yang hilang. Cairan itu termasuk air dan elektrolit. Tujuan terapi 
cairan bukan untuk kesempurnaan keseimbangan cairan, tetapi penyelamatan jiwa dengan 
menurunkan angka mortalitas.3,8 
Memaksimalkan penghantaran oksigen. Jalan napas pasien sebaiknya dibebaskan 
segera dan stabilisasi jika perlu. Kedalaman dan frekuensi pernapasan, dan juga suara napas, 
harus diperhatikan. Jika terjadi keadaan patologi (seperti pneumothoraks, hemothoraks, dan 
flail chest) yang mengganggu pernapasan, harus segera ditangani. Tambahan oksigen dalam 
jumlah besar dan bantuan ventilator harus diberikan pada semua pasien. Ventilasi tekanan 
positif yang berlebihan dapat berbahaya pada pasien yang mengalami syok hipovolemik dan 
sebaiknya dihindari.5 
Posisi pasien dapat digunakan untuk memperbaiki sirkulasi; salah satu contohnya 
menaikkan kedua kaki pasien sementara cairan diberikan. Contoh lain dari posisi yang 
bermanfaat adalah memiringkan pasien yang sementara hamil dengan trauma kearah kirinya, 
dengan tujuan memposisikan janin menjauhi vena cava inferior dan meningkatkan sirkulasi. 
Posisi Trendelenburg tidak dianjurkan untuk pasien dengan hipotensi karena dikhawatirkan 
terjadi aspirasi. Posisi Trendelenburg juga tidak memperbaiki keadaan kardiopulmonal dan 
dapat mengganggu pertukaran udara.5 
Perdarahan yang banyak (syok hemoragik) akan menyebabkan gangguan pada fungsi 
kardiovaskuler. Syok hipovolemik karena perdarahan merupakan akibat lanjut. Pada keadaan
demikian, memperbaiki keadaan umum dengan mengatasi syok yang terjadi dapat dilakukan 
dengan pemberian cairan elektrolit, plasma, atau darah.Untuk perbaikan sirkulasi, langkah 
utamanya adalah mengupayakan aliran vena yang memadai. Mulailah dengan memberikan 
infus Saline atau Ringer Laktat isotonis.3,8Resusitasi cairan yang cepat merupakan landasan 
untuk terapi syok hipovolemik. Sumber kehilangan darah atau cairan harus segera diketahui 
agar dapat segera dilakukan tindakan. Cairan infus harus diberikan dengan kecepatan yang 
cukup untuk segera mengatasi defisit atau kehilangan cairan akibat syok. Penyebab yang 
umum dari hipovolemia adalah pendarahan, kehilangan plasma atau cairan tubuh lainnya 
seperti luka bakar, peritonitis, gastroenteritis yang lama atau emesis, dan pankreatitis akuta. 
Pemilihan Cairan Intravena. Pemilihan cairan sebaiknya didasarkan atas status hidrasi pasien, 
konsentrasi elektrolit, dan kelainan metabolik yang ada. Berbagai larutan parenteral telah 
dikembangkan menurut kebutuhan fisiologis berbagai kondisi medis.3,8 
Prisip menentukan jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai dengan jumlah 
cairan yang keluar dari tubuh. Macam-macam pemberian cairan : 
1. BJ plasma dengan rumus : 
Kebutuhan cairan = BJ plasma – 1,025 x Berat badan x 4 ml 
0,001 
2. Metode Pierce berdasarkan klinis : 
Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x Berat badan (kg) 
Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x Berat badan (kg) 
Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x berat badan (kg) 
3. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis : 
Kebutuhan cairan = skor x 10% x kgBB x 1 liter 15 
Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan peroral (sebanyak 
mungkin, sedikit demi sedikit). Bila skor lebih atau sama dengan 3 disertai syok diberikan 
cairan per intravena. 7 
Cairan rehidrasi pada dehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral melalui 
selangnasogastrik atau intravena. 7 
Bila dehidrasi sedang/beratsebaiknya pasien diberikan cairan melalui infuse pembuluh darah. 
Sedangkan dehidrasi ringan sebaiknya pasien diberikan cairan peroral atau selang 
nasogastrik, kecuali bila ada kontraindikasi atau oral/saluran cerna atas tidak dapat dipakai.
Pemberian per oral diberikan larutan oralit yang hipotonik dengan komposisi 29 gr glukosa, 
3,5 gr NaCl, 2,5 Natrium Bicarbonat dan 1,5 gr KCl setiap liter. Contoh oralit generik, 
renalyte, pharolit, dll. 
Pemberian cairan dehidrasi terbagi atas : 
a. Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial) : jumlah total kebutuhan cairan menurut rumus 
BJ plasma atau Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam, ini agar dapat tercapai rehidrasi 
optimal secepat mungkin. 
b. Satu jam berikutnya/jam ke-3 (tahap kedua) pemberian diberikan berdasarkan kehilangan 
cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atau 
skor Daldiyono kurang dari 3 dapat diganti cairan per oral. 
c. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan melalui tinja 
dan insensible water loss (IWL).7 
Sebaiknya dibuat dua jalur intravena berdiameter besar. Hukum Poeseuille 
mengatakan bahwa aliran berbanding terbalik dengan panjang kateter infus dan berhubungan 
langsung dengan diameter. Sehingga kateter infus intravena yang ideal adalah pendek dan 
diameternya lebar; diameter lebih penting daripada panjangnya. Jalur intravena dapat 
ditempatkan pada vena antecubiti, vena sphena, atau vena tangan, atau pada vena sentralis 
dengan menggunakan teknik Seldinger. Jika digunakan jalur utama vena sentralis maka 
digunakan kateter infus berdiameter lebar. Pada anak kurang dari 6 tahun dapat digunakan 
jalur intraosseus. Faktor yang paling penting dalam melakukannya adalah skill dan 
pengalaman. Pengadaan infus arteri perlu dipertimbangkan pada pasien dengan perdarahan 
hebat. Untuk pasien ini, infus arteri akan memonitoring tekanan darah secara berkala dan 
juga analisa gas darah.5 
Pada jalur intravena, cairan yang pertama digunakan untuk resusitasi adalah kristaloid 
isotonik, seperti Ringer Laktat atau Saline Normal. Bolus awal 1-2 liter pada orang dewasa 
(20 ml/kgBB pada pasien anak), dan respon pasien dinilai. Jika tanda vital sudah kembali 
normal, pasien diawasi agar tetap stabil dan darah pasien perlu dikirim untuk dicocokkan. 
Jika tanda vital membaik sementara, infus kristaloid dilanjutkan dan dipersiapkan darah yang 
cocok. Jika perbaikan yang terjadi tidak bermakna atau tidak ada, infus kristalo id harus 
dilanjutkan, dan darah O diberikan (darah tipe O rhesus (-) harus diberikan kepada pasien 
wanita usia subur untuk mencegah sensitasi dan komplikasi lanjut). Jika pasien sekarat dan
hipotensi berat (syok derajat IV), diberikan cairan kristaloid dan darah tipe O. Pedoman 
pemberian kristaloid dan darah tidak diatur, terapi yang diberikan harus berdasarkan kondisi 
pasien.5 
Terapi cairan intravena atau infus merupakan salah satu aspek terpenting yang 
menentukan dalam penanganan dan perawatan pasien. Terapi awal pasien hipotensif adalah 
cairan resusitasi dengan memakai 2 liter larutan isotonis Ringer Laktat. Namun, Ringer 
Laktat tidak selalu merupakan cairan terbaik untuk resusitasi. Resusitasi cairan yang adekuat 
dapat menormalisasikan tekanan darah pada pasien kombustio 18–24 jam sesudah cedera 
luka bakar. Larutan parenteral pada syok hipovolemik diklasifikasi berupa cairan kristaloid, 
koloid, dan darah.3,8 
Cairan kristaloid cukup baik untuk terapi syok hipovolemik. Keuntungan cairan 
kristaloid antara lain mudah tersedia, murah, mudah dipakai, tidak menyebabkan reaksi 
alergi, dan sedikit efek samping. Kelebihan cairan kristaloid pada pemberian dapat berlanjut 
dengan edema seluruh tubuh sehingga pemakaian berlebih perlu dicegah. Larutan NaCl 
isotonis dianjurkan untuk penanganan awal syok hipovolemik dengan hiponatremik, 
hipokhloremia atau alkalosis metabolik. Larutan RL adalah larutan isotonis yang paling mirip 
dengan cairan ekstraseluler. RL dapat diberikan dengan aman dalam jumlah besar kepada 
pasien dengan kondisi seperti hipovolemia dengan asidosis metabolik, kombustio, dan 
sindroma syok. NaCl 0,45% dalam larutan Dextrose 5% digunakan sebagai cairan sementara 
untuk mengganti kehilangan cairan insensibel.Ringer asetat memiliki profil serupa dengan 
Ringer Laktat. Tempat metabolisme laktat terutama adalah hati dan sebagian kecil pada 
ginjal, sedangkan asetat dimetabolisme pada hampir seluruh jaringan tubuh dengan otot 
sebagai tempat terpenting. Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi patut 
diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis 
laktat. Adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena 
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.3,8 
Pertanyaan apakah kristaloid atau koloid yang terbaik untuk resusitasi merupakan 
bahan diskusi dan penelitian. Banyak cairan telah dikaji untuk resusitasi, antara lain : NaCl 
0,9%, larutan Ringer Laktat, NaCl hipertonik, albumin, fraksi protein murni, plasma beku 
segar, hetastarch, pentastarch dan dekstran 70. Penganut resusitasi koloid berkilah bahwa 
tekanan onkotik yang meningkat karena penggunaan zat-zat ini adalah mengurangi edema
paru. Namun, vaskular paru memungkinkan aliran zat dalam jumlah besar, termasuk protein, 
di antara ruang intravaskular dan interstisial. Dipertahankannya tekanan hidrostatik paru 
penting dalam mencegah edema paru. Alasan lain adalah dengan koloid lebih sedikit jumlah 
yang dibutuhkan untuk meningkatkan volume intravaskular. Infus Ringer Laktat sebanyak 1 
L hanya menambah volume intravaskular sebesar 194 ml. Banyak kajian membenarkan hal 
ini. Resusitasi dengan kristaloid saja akan mengencerkan protein plasma dan dengan 
mengurangi tekanan onkotik memudahkan filtrasi cairan dari inravaskular ke interstisial. 
Edema perifer bisa mengurangi konsumsi oksigen secara mencolok karena jarak anara sel 
dan kapiler menjadi bertambah. Walaupun demikian, perbedaan prognosis belum 
ditunjukkan antara koloid dan kristaloid.2 
Larutan koloid sintetik, seperti hetastarch, pentastarch dan deksran 70, memiliki 
beberapa keunggulan dibandingkan koloid alamiah seperti fraksi protein murni, plasma beku 
segar, dan albumin. Mereka memiliki sifat ekspansi volume sama, tetapi karena struktur dan 
berat molekul yang tinggi, zat-zat koloid ini hampir seluruhnya tetap di ruangan 
intravaskular, sehingga mengurangi edema interstisial.2 
Pendapat lain adalah koloid dalam jumlah sedikit dibutuhkan untuk meningkatkan volume 
intravaskuler. Penelitian telah menunjukkan akan kebenaran hal ini. Namun, mereka belum 
menunjukkan perbedaan hasil antara koloid dibandingkan dengan kristaloid. Larutan koloid 
sintetik, seperti hetastarch, pentastarch, dan dextran 70 mempunyai beberapa keuntungan 
dibandingkan dengan koloid alami seperti fraksi protein murni, fresh frozen plasma, dan 
albumin. Larutan ini mempunyai zat dengan volume yang sama, tetapi karena strukturnya 
dan berat molekul yang tinggi, maka kebanyakan tetap berada pada intravaskuler, 
mengurangi edema intertisiel. Meskipum secara teoritis menguntungkan, penelitian gagal 
menunjukkan perbedaan pada parameter ventilasi, hasil tes fungsi paru, lama penggunaan 
ventilator, lama perawatan, atau kelangsungan hidup.5 
Kombinasi salin hipertonis dan dextran juga telah dipelajari sebelumnya karena fakta-fakta 
menunjukkan bahwa hal ini dapat meningkatkan kontraktilitas dan sirkulasi jantung. 
Penelitian di Amerika Serikat dan Jepang gagal menunjukkan perbedaan kombinasi ini jika 
dibandingkan dengan larutan natrium klorida isotonik atau ringer laktat. Selanjutnya, meski 
ada banyak cairan resusitasi yang dapat digunakan, tetap dianjurkan untuk menggunakan
Saline Normal atau Ringer Laktat. Di Amerika Serikat, satu alasan untuk menggunakan 
kristaloid untuk resusitasi adalah harga cairan tersebut.2,5 
Rekomendasi terbaru adalah resusitasi cairan yang agresif dilakukan dengan Ringer 
Laktat atau Saline Normal pada semua pasien dengan tanda-tanda dan gejala-gejala syok 
tanpa memperhatikan penyebab yang mendasari.5 
Autortransfusi mungkin dilakukan pada beberapa pasien trauma. Beberapa alat 
diizinkan untuk koleksi steril, antikoagulasi, filtrasi, dan retransfusi darah disediakan. Pada 
penanganan trauma. Darah yang berasal dari hemothoraks dialirkan melalui selang 
thorakostomi.5 
Kontol perdarahan lanjut. Kontrol perdarahan tergantung sumber perdarahan dan 
sering memerlukan intervensi bedah. Pada pasien dengan trauma, pendarahan luar harus 
diatasi dengan menekan sumber perdarahan secara langsung, pendarahan dalam 
membutuhkan intervensi bedah. Fraktur tulang panjang ditangani dengan traksi untuk 
mengurangi kehilangan darah. Pada pasien dengan nadi yang tidak teraba di unit gawat 
darurat atau awal tibanya, dapat diindikasikan torakotomi emergensi dengan klem menyilang 
pada aorta diindikasikan untuk menjaga suplai darah ke otak. Tindakan ini hanya bersifat 
paliatif dan butuh segera dibawa di ruang operasi.5 
Pada pasien dengan perdarahan varises, penggunaan Sengstaken-Blakemore tube 
dapat dipertimbangkan. Alat ini memiliki balon gaster dan balon esofagus. Balon gaster 
pertama dikembangkan dan dilanjutkan balon esofagus bila perdarahan berlanjut. 
Penggunaan selang ini dikaitkan dengan akibat yang buruk, seperti ruptur esofagus, asfiksi, 
aspirasi, dan ulserasi mukosa. Oleh karena alasan tersebut, penggunaan ini dipertimbangkan 
hanya sebagai alat sementara pada keadaan yang ekstrim. Pada dasarnya penyebab 
perdarahan akut pada sistem reproduksi (contohnya kehamilan ektopik, plasenta previa, 
solusio plasenta, ruptur kista, keguguran) memerlukan intervensi bedah.2,5 
Hampir semua pendarahan ginekologi yang menyebabkan hipovolemia (misalnya kehamilan 
ektopik, plasenta previa, abruptio plasenta, kista ruptur, keguguran) membutuhkan intervensi 
bedah.2 
Pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal, vasopressin intravena dan H2 bloker 
telah digunakan. Vasopressin umumnya dihubungkan dengan reaksi negatif, seperti 
hipertensi, aritmia, gangren, dan iskemia miokard atau splanikus. Oleh karena itu, harus
dipertimbangkan untuk penggunaannya secara tetap. H2 Bloker relatif aman, tetapi tidak 
terlalu menguntungkan. Infus somatostatin dan ocreotide telah menunjukkan adanya 
pengurangan perdarahan gastrointestinal yang bersumber dari varises dan ulkus peptikum. 
Obat ini membantu kerja vasopressin tanpa efek samping yang signifikan.2,5 
Tujuan farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas dan mencegah 
komplikasi. Obat anti sekretorik, obat ini memiliki efek vasokonstriksi dan dapat mengurangi 
aliran darah ke sistem porta. Somatostatin (Zecnil), secara alami menyebabkan tetrapeptida 
diisolasi dari hipotalamus dan pankreas dan sel epitel usus. Berkurangnya aliran darah ke 
sistem portal akibat vasokonstriksi. Memiliki efek yang sama dengan vasopressin, tetapi 
tidak menyebabkan vasokonstriksi arteri koroner. Cepat hilang dalam sirkulasi, dengan 
waktu paruh 1-3 menit. Dosis Dewasa : bolus intravena 250 mcg, dilanjutkan dengan 250- 
500 mcg/jam, infus selanjutnya; maintenance 2-5 hari jika berhasil. Tindak dianjurkan 
interaksi epinefrin, demeclocycline, dan tambahan hormon tiroid dapat mengurangi efek obat 
ini. Kontraindikasi Hipersensitifitas dan kehamilan. Risiko yang fatal ditunjukkan pada 
binatang percobaan, tetapi tidak diteliti pada manusia, dapat digunakan jika keuntungannya 
lebih besar daripada risiko terhadap janin. Dapat menyebabkan eksaserbasi atau penyakit 
kandung kemih; mengubah keseimbangan pusat pengaturan hormon dan dapat menyebabkan 
hipotiroidisme dan defek konduksi jantung. Ocreotide (Sandostatin) Oktapeptida sintetik, 
dibandingkan dengan somatostatin memiliki efek farmakologi yang sama dengan potensi 
kuat dan masa kerja yang lama. Digunakan sebagai tambahan penanganan non operatif pada 
sekresi fistula kutaneus dari abdomen, duodenum, usus halus (jejunum dan ileum), atau 
pankreas. Dosis Dewasa: 25-50 mcg/jam intravena, kontinyu; dapat dilanjutkan dengan bolus 
intravena 50 mcg; penanganan hingga 5 hari. Anak-anak 1-10 mcg/kgBB intravena q 12 jam; 
dilarutkan dalam 50-100 ml Saline Normal atau D5W. Kontraindikasi hipersensitivitas 
kehamilan risiko terhadap janin tidak diteliti pada manusia, tetapi telah ditunjukkan pada 
beberapa penelitian pada binatang. Perhatian Efek samping yang utama berhubungan dengan 
perubahan motilitas gastrointestinal, termasuk mual, nyeri abdomen, diare, dan peningkatan 
batu empedu dan batu kandung kemih; hal ini karena perubahan pada pusat pengaturan 
hormon (insulin, glukagon, dan hormon pertumbuhan), dapat timbul hipoglikemia, 
bradikardi, kelainan konduksi jantung, dan pernah dilaporkan terjadi aritmia, karena
penghambatan sekresi TSH dapat terjadi hipotiroidisme, hati-hati pada pasien dengan 
gangguan ginjal, kolelithiasis dapat terjadi.5 
Konsultasi segera dan penanganan yang tepat adalah kuncinya. Tujuan penanganan 
kegawatdaruratan adalah untuk menstabilkan keadaan pasien hipovolemik, menentukan 
penyebab perdarahan, dan menyediakan penanganan yang tepat sesegera mungkin. Jika perlu 
untuk membawa pasien ke rumah sakit lain, hal ini harus dilakukan segera.5 
KESIMPULAN 
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan 
dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume 
sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Paling sering, 
syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik). 
Gejala dan tanda yang disebabkan oleh syok hipovolemik akibat non-perdarahan serta 
perdarahan adalah sama meski ada sedikit perbedaan dalam kecepatan timbulnya syok. 
Gejala klasik syok yaitu, tekanan darah menurun drastis dan tidak stabil walau posisi 
berbaring, pasien menderita takikardia hebat, oliguria, agitasi atau bingung, peningkatan 
kerja simpatis, hiperventilasi, pembuluh vena yang kolaps, pelepasan hormone stress serta 
ekspansi besar guna pengisian volume pembuluh darah dengan menggunakan cairan 
interstisial, interselular dan menurunkan produksi urin. 
Tiga tujuan penanganan kegawatdaruratan pasien dengan syok hipovolemik antara lain: (1) 
memaksimalkan pengantaran oksigen-dilengkapi dengan ventilasi yang adekuat, peningkatan 
saturasi oksigen darah, dan memperbaiki aliran darah, (2) mengontrol kehilangan darah lebih 
lanjut, dan (3) resusitasi cairan. 
DAFTAR PUSTAKA 
1. Corwin, Elizabeth J. 2001. Patofisiologi. EGC. Jakarta. Hal. 390. 
2. Graber, Mark A. 2002. Terapi Cairan, Elektrolit, dan Metabolik. Farmamedia. Jakarta. 
Hal. 1-9.
3. FH Feng, KM Fock. 1996. Pengantar Penuntun Pengobatan Darurat. Yayasan Essentia 
Medica - Andi Yogyakarta. Yogyakarta. Hal. 5–163. 
4. Hadinegoro, Sri Rezeki H, dkk. 2004. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di 
Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pemberantasan 
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta. Hal. 9-10. 
5. Kolecki, Paul. 2008. Syok Hipovolemik. www. Asrama Medica Fakultas kedokteran 
UNHAS. Diakses tanggal 24 Oktober 2009. 
6. Leksana, Ery. 2004. Terapi Cairan dan Elektrolit. SMF/Bagian Anestesi dan Terapi 
Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. Hal. 12- 14. 
7. Sudoyo, Aru. W, Bambang Setyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simabrata K. 2007. Buku 
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, Edisi IV. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas 
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal. 180-181. 
8. Sunatrio, S. 14 Agustus 1999. Larutan Ringer Asetat dalam Praktik Klinis, Simposium 
Alternatif Baru Dalam Terapi Resusitasi Cairan. Bagian Anestesiologi FKUI/RSCM. Jakarta.

More Related Content

What's hot

Syok kardiogenik
Syok kardiogenikSyok kardiogenik
Syok kardiogenik
Sulistia Rini
 
Asuhan keperawatan gawat darurat
Asuhan keperawatan gawat daruratAsuhan keperawatan gawat darurat
Asuhan keperawatan gawat darurat
Arief Alvian
 
Syok kardiogenik
Syok kardiogenikSyok kardiogenik
Syok kardiogenik
Sulistia Rini
 
Diagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan SyokDiagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan Syok
Fransiska Oktafiani
 
Askep syok hipovolemik
Askep syok hipovolemikAskep syok hipovolemik
Askep syok hipovolemik
Lukman ima
 
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
Adam Muhammad
 
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)KANDA IZUL
 
Materi Gagal jantung
Materi Gagal jantungMateri Gagal jantung
Materi Gagal jantung
Rey Sipa
 
Referat syok interne
Referat syok interneReferat syok interne
Referat syok interne
Amrullah Amrullah
 
Laporan pendahuluan chf
Laporan pendahuluan chfLaporan pendahuluan chf
Laporan pendahuluan chf
Masykur Khair
 
Gagal jantung, chf
Gagal  jantung, chfGagal  jantung, chf
Gagal jantung, chf
Marito Simanungkalit
 
Gagal jantung
Gagal jantungGagal jantung
Gagal jantung
Agustin Nanda Uti
 

What's hot (14)

Syok kardiogenik
Syok kardiogenikSyok kardiogenik
Syok kardiogenik
 
Konsep shock
Konsep shockKonsep shock
Konsep shock
 
Asuhan keperawatan gawat darurat
Asuhan keperawatan gawat daruratAsuhan keperawatan gawat darurat
Asuhan keperawatan gawat darurat
 
5. syok kardiogenik
5. syok kardiogenik5. syok kardiogenik
5. syok kardiogenik
 
Syok kardiogenik
Syok kardiogenikSyok kardiogenik
Syok kardiogenik
 
Diagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan SyokDiagnosis & Penanganan Syok
Diagnosis & Penanganan Syok
 
Askep syok hipovolemik
Askep syok hipovolemikAskep syok hipovolemik
Askep syok hipovolemik
 
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
ppt_Penatalaksanaan Syok (Adam_FIK UI)
 
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)Makalah gagal jantung kongestif (chf)
Makalah gagal jantung kongestif (chf)
 
Materi Gagal jantung
Materi Gagal jantungMateri Gagal jantung
Materi Gagal jantung
 
Referat syok interne
Referat syok interneReferat syok interne
Referat syok interne
 
Laporan pendahuluan chf
Laporan pendahuluan chfLaporan pendahuluan chf
Laporan pendahuluan chf
 
Gagal jantung, chf
Gagal  jantung, chfGagal  jantung, chf
Gagal jantung, chf
 
Gagal jantung
Gagal jantungGagal jantung
Gagal jantung
 

Similar to 236409749 makalah-blok-29-syok-hipovolemik

236409749 makalah-blok-29-syok-hipovolemik
236409749 makalah-blok-29-syok-hipovolemik236409749 makalah-blok-29-syok-hipovolemik
236409749 makalah-blok-29-syok-hipovolemik
Warnet Raha
 
236409749 makalah-blok-29-syok-hipovolemik
236409749 makalah-blok-29-syok-hipovolemik236409749 makalah-blok-29-syok-hipovolemik
236409749 makalah-blok-29-syok-hipovolemik
Septian Muna Barakati
 
202948858 makalah-syok-hipovolemik-docx
202948858 makalah-syok-hipovolemik-docx202948858 makalah-syok-hipovolemik-docx
202948858 makalah-syok-hipovolemik-docxSeptian Muna Barakati
 
202948858 makalah-syok-hipovolemik-docx
202948858 makalah-syok-hipovolemik-docx202948858 makalah-syok-hipovolemik-docx
202948858 makalah-syok-hipovolemik-docx
Warnet Raha
 
Makalah Shock
Makalah ShockMakalah Shock
Makalah Shock
SimsonFrengki
 
SYOK uss ppt
SYOK uss pptSYOK uss ppt
SYOK uss ppt
ruslitaher
 
Chf
Chf Chf
Askep gadar dengan kondisi syok
Askep gadar dengan kondisi syokAskep gadar dengan kondisi syok
Askep gadar dengan kondisi syok
SuciNofiyanti
 
SYOK HIPOVOLEMIK DAN SYOK SEPSIS.pptx
SYOK HIPOVOLEMIK DAN SYOK SEPSIS.pptxSYOK HIPOVOLEMIK DAN SYOK SEPSIS.pptx
SYOK HIPOVOLEMIK DAN SYOK SEPSIS.pptx
FITRIANOVIANTI4
 
Ppt_syok.pptx
Ppt_syok.pptxPpt_syok.pptx
Ppt_syok.pptx
ssuser9696fe
 
Laporan pendahuluan chf
Laporan pendahuluan chfLaporan pendahuluan chf
Laporan pendahuluan chf
Masykur Khair
 
Translatean raiza (1)
Translatean raiza (1)Translatean raiza (1)
Translatean raiza (1)
indriinsan
 
Laporan pendahuluan chf unu
Laporan pendahuluan chf unuLaporan pendahuluan chf unu
Laporan pendahuluan chf unuKhusnul Khotimah
 
Makalah anemia
Makalah anemia Makalah anemia
Makalah anemia
MJM Networks
 
gangguan sirkulasi syok berbahaya jika tidak di tolong secepatnya
gangguan sirkulasi syok berbahaya jika tidak di tolong secepatnyagangguan sirkulasi syok berbahaya jika tidak di tolong secepatnya
gangguan sirkulasi syok berbahaya jika tidak di tolong secepatnya
Dianhasdin
 

Similar to 236409749 makalah-blok-29-syok-hipovolemik (20)

236409749 makalah-blok-29-syok-hipovolemik
236409749 makalah-blok-29-syok-hipovolemik236409749 makalah-blok-29-syok-hipovolemik
236409749 makalah-blok-29-syok-hipovolemik
 
236409749 makalah-blok-29-syok-hipovolemik
236409749 makalah-blok-29-syok-hipovolemik236409749 makalah-blok-29-syok-hipovolemik
236409749 makalah-blok-29-syok-hipovolemik
 
202948858 makalah-syok-hipovolemik-docx
202948858 makalah-syok-hipovolemik-docx202948858 makalah-syok-hipovolemik-docx
202948858 makalah-syok-hipovolemik-docx
 
202948858 makalah-syok-hipovolemik-docx
202948858 makalah-syok-hipovolemik-docx202948858 makalah-syok-hipovolemik-docx
202948858 makalah-syok-hipovolemik-docx
 
Makalah Shock
Makalah ShockMakalah Shock
Makalah Shock
 
SYOK uss ppt
SYOK uss pptSYOK uss ppt
SYOK uss ppt
 
Chf
Chf Chf
Chf
 
Askep gadar dengan kondisi syok
Askep gadar dengan kondisi syokAskep gadar dengan kondisi syok
Askep gadar dengan kondisi syok
 
SYOK HIPOVOLEMIK DAN SYOK SEPSIS.pptx
SYOK HIPOVOLEMIK DAN SYOK SEPSIS.pptxSYOK HIPOVOLEMIK DAN SYOK SEPSIS.pptx
SYOK HIPOVOLEMIK DAN SYOK SEPSIS.pptx
 
Ppt_syok.pptx
Ppt_syok.pptxPpt_syok.pptx
Ppt_syok.pptx
 
Laporan pendahuluan chf
Laporan pendahuluan chfLaporan pendahuluan chf
Laporan pendahuluan chf
 
Askep gagal jantung kongesti
Askep gagal jantung kongestiAskep gagal jantung kongesti
Askep gagal jantung kongesti
 
Askep gagal jantung kongesti
Askep gagal jantung kongestiAskep gagal jantung kongesti
Askep gagal jantung kongesti
 
Translatean raiza (1)
Translatean raiza (1)Translatean raiza (1)
Translatean raiza (1)
 
Askep jul
Askep julAskep jul
Askep jul
 
Askep jul
Askep julAskep jul
Askep jul
 
Laporan pendahuluan chf unu
Laporan pendahuluan chf unuLaporan pendahuluan chf unu
Laporan pendahuluan chf unu
 
Makalah anemia
Makalah anemia Makalah anemia
Makalah anemia
 
Patologi. Penuaan Sel
Patologi. Penuaan SelPatologi. Penuaan Sel
Patologi. Penuaan Sel
 
gangguan sirkulasi syok berbahaya jika tidak di tolong secepatnya
gangguan sirkulasi syok berbahaya jika tidak di tolong secepatnyagangguan sirkulasi syok berbahaya jika tidak di tolong secepatnya
gangguan sirkulasi syok berbahaya jika tidak di tolong secepatnya
 

More from Septian Muna Barakati

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Septian Muna Barakati
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Septian Muna Barakati
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Septian Muna Barakati
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Septian Muna Barakati
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Septian Muna Barakati
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Septian Muna Barakati
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
Septian Muna Barakati
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
Septian Muna Barakati
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
Septian Muna Barakati
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
Septian Muna Barakati
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Septian Muna Barakati
 
E
EE
Faktor
FaktorFaktor
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
Septian Muna Barakati
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
Septian Muna Barakati
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
Septian Muna Barakati
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
Septian Muna Barakati
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
Septian Muna Barakati
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
Septian Muna Barakati
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Recently uploaded

Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
sabir51
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
SdyokoSusanto1
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
PikeKusumaSantoso
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
DrEngMahmudKoriEffen
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
indraayurestuw
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
NURULNAHARIAHBINTIAH
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
MashudiMashudi12
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
budimoko2
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
PreddySilitonga
 

Recently uploaded (20)

Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs KonsekuensiAksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
Aksi Nyata Disiplin Positif: Hukuman vs Restitusi vs Konsekuensi
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
2. PEMBELAJARAN YANG MENGUATKAN TRANSISI PAUD-SD Merancang Instrumen Asesmen ...
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
Kebijakan PPDB Siswa SMA dan SMK DIY 2024
 
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdfKisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
Kisi-kisi PAT IPS Kelas 8 semester 2.pdf
 
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKANSAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
SAINS TINGKATAN 4 BAB 11 DAYA DAN GERAKAN
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum Merdeka
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul AjarPowerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
Powerpoint Materi Menyusun dan Merencanakan Modul Ajar
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
ATP Kimia Fase E Kelas X bisa deigunakan ditahun ajaran 2024/2025
 

236409749 makalah-blok-29-syok-hipovolemik

  • 1. SYOK HIPOVOLEMIK et causa PERDARAHAN INTRAABDOMEN Tiara Sari Irianti 102011418 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Email : pen_143f@yahoo.co.id 1. Pendahuluan Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh. Hal ini muncul akibat kejadian pada hemostasis tubuh yang serius, seperti perdarahan masif, trauma dan luka bakar yang berat (syok hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru (syok kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tidak terkontrol (syok sepsis), tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok neurogenik) atau akibat respon imun (syok anafilaktik).7 Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik).7 Kehilangan darah dari luar yang akut akibat trauma tembus dan perdarahan gastrointestinal yang berat merupakan dua penyebab yang paling sering pada syok hipovolemik. Syok hipovolemik juga dapat merupakan akibat dari kehilangan darah yang akut secara signifikan dalam rongga dada dan rongga abdomen. Dua penyebab utama kehilangan darah dari dalam yang cepat adalah cedera pada organ padat dan rupturnya aneurisma aorta abdominalis. Syok hipovolemik dapat merupakan akibat dari kehilangan cairan yang signifikan (selain darah). Dua contoh syok hipovolemik yang terjadi akibat kehilangan cairan, antara lain gastroenteritis masif dan luka bakar yang luas.7 2. Defenisi
  • 2. Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh. Hal ini muncul akibat kejadian pada hemostasis tubuh yang serius, seperti perdarahan masif, trauma dan luka bakar yang berat (syok hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru (syok kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tidak terkontrol (syok sepsis), tonus vasomotor yang tidak adekuat (syok neurogenik) atau akibat respon imun (syok anafilaktik).7 Syok diklasifikasikan menurut etiologi, yaitu : 1. Syok hipovolemik : dehidrasi, kehilangan darah dan luka bakar 2. Syok distributif : kehilangan tonus vascular (anafilakfik, septik, syok toksik) 3. Syok kardiogenik : kegagalan pompa jantung 4. Syok obstruktif : hambatan terhadap sirkulasi oleh obstruksi instrinsik dan ekstrinsik. Emboli paru, robekan aneurisma dan tamponade perikardi.2 Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik).1,5 3. Etiologi Syok hipovolemik adalah terganggunya sistem sirkulasi akibat dari volume darah dalam pembuluh darah yang berkurang. Hal ini bisa terjadi akibat dari volume darah yang berkurang. Hal ini bisa terjadi akibat pendarahan yang masif atau kehilangan plasma darah.7 Penyebab syok hipovolemik dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yang terdiri dari: 1. Perdarahan: • Hematom subkapsular hati • Aneurisma aorta pecah • Pendarahan gastrointestinal • Perlukaan berganda 2. Kehilangan plasma: • Luka bakar yang luas
  • 3. • Pankreatitis • Deskuamasi kulit • Sindrom Dumping 3. Kehilangan cairan ekstraselular: • Muntah (vomitus) • Dehidrasi • Diare • Terapi diuretik yang sangat agresif • Diabetes insipidus • Insufisiensi renal 4. Patofisiologi Tubuh manusia berespon terhadap pendarahan akut dengan mengaktivasi sistem fisiologi utama sebagai berikut: sistem hematologi, kardiovaskular, ginjal, dan sistem neuroendokrin.5 Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan darah yang berat dan akut dengan mengaktivasi kaskade koagulasi dan vasokonstriksi pembuluh darah (melalui pelepasan tromboksan A2 lokal). Selain itu, platelet diaktivasi (juga melalui pelepasan tromboksan A2 lokal) dan membentuk bekuan darah immatur pada sumber pendarahan. Pembuluh darah yang rusak menghasilkan kolagen, yang selanjutnya menyebabkan penumpukan fibrin dan menstabilkan bekuan darah. Dibutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk menyempurnakan fibrinasi dari bekuan darah dan menjadi bentuk yang sempurna.5 Sistem kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap syok hipovolemik dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas miokard, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Respon ini terjadi akibat peningkatan pelepasan norepinefrin dan penurunan ambang dasar tonus nervus vagus (diatur oleh baroreseptor di arcus caroticus, arcus aorta, atrium kiri, dan penbuluh darah pulmonal). Sistem kardiovaskuler juga berespon dengan mengalirkan darah ke otak, jantung, dan ginjal dengan mengurangi perfusi kulit, otot, dan traktus gastrointestinal.5
  • 4. Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan peningkatan sekresi renin dari apparatus juxtaglomeruler. Renin akan mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang selanjutnya akan dikonversi menjadi angiotensin II di paru-paru dah hati. Angotensin II mempunyai 2 efek utama, yang keduanya membantu perbaikan keadaan pada syok hemoragik, yaitu vasokonstriksi arteriol otot polos, dan menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron bertanggungjawab pada reabsorbsi aktif natrium dan akhirnya akan menyebabkan retensi air.5 Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik dengan meningkatan Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH dilepaskan dari glandula pituitari posterior sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah (dideteksi oleh baroreseptor) dan terhadap penurunan konsentrasi natrium (yang dideteksi oleh osmoreseptor). Secara tidak langsung ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dan garam (NaCl) pada tubulus distalis, duktus kolektivus, dan lengkung Henle.5 Mekanisme yang rumit yang telah dijelaskan sebelumnya efektif dalam memenuhi perfusi organ vital pada kehilangan darah yang berat. Tanpa resusitasi cairan dan darah dan atau koreksi keadaan patologi yang mendasari perdarahan, perfusi jantung akhirnya akan berkurang, dan kegagalan berbagai organ akan segera terjadi.5 Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian darah rata-rata dan menurunkan aliran darah balik ke jantung. Hal inilah yang menimbulkan penurunan curah jantung. Curah jantung yang rendah di bawah normal akan menimbulkan beberapa kejadian pada beberapa organ. Mikrosirkulasi Ketika curah jantung turun, tahanan vaskular sistemik akan berusaha untuk meningkatkan tekanan sistemik guna menyediakan perfusi yang cukup bagi jantung dan otak melebihi jaringan lain seperti otot, kulit dan khususnya gastrointestinal. Kebutuhan energy untuk penalaksanaan metabolism di jantung dan otak sangat tinggi tetapi kedua sel organ tersebut tidak mampu menyimpan cadangan energy. Sehingga keduanya sangat bergantung akan kesediaan oksigen dan nutrisi tetapi sangat rentan bila terjadi iskemia yang berat untuk waktu yang melebihi kemampuan toleransi jantung dan otak. Ketika tekanan arterial rata-rata (mean arterial pressure/MAP) jatuh hingga < 60 mmHg, maka aliran ke organ akan turun
  • 5. drastis dan fungsi sel di semua organ akan terganggu. Neuroendokrin Hipovolemia, hipotensi dan hipoksia dapat dideteksi oleh baroreseptor dan kemoreseptor tubuh. Kedua reseptor tadi berperan dalam respons autoimun tubuh yang mengatur perfusi serta substrak lain. Kardiovaskular Tiga variabel seperti : pengisian atrium, tahanan terhadap tekanan (ejeksi) ventrikel dan kontraksi miokard, bekerja keras dalam mengontrol volume sekuncup. Curah jantung, penentu utama dalam perfusi jaringan, adalah hasil kali volume sekuncup dan frekuensi jantung. Hipovolemia menyebabkan penurunan pengisian ventrikel, yang pada akhirnya menurunkan volume sekuncup. Suatu peningkatan frekuensi jantung sangat bermanfaat namun memiliki keterbatasan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan curah jantung. Gastrointestinal Akibat aliran darah yang menurun ke jaringan intestinal, maka terjadi peningkatan absorpsi endotoksin yang dilepaskan oleh bakteri gram negatif yang mati dalam usus. Hal ini memicu pelebaran darah serta peningkatan metabolisme dan bukan memperbaiki sel dan menyebabkan depresi jantung. Ginjal Gagal ginjal akut adalah suatu komplikasi dari syok dan hipoperfusi, frekuensi terjadinya sangat jarang karena cepatnya pemberian cairan pengganti. Yang banyak terjadi kini adalah nekrosis tubular akut akibat interaksi antara syok, sepsis dan pemberian obat yang nefrotoksik seperti aminoglikosida dan media kontras angiografi. Secara fisiologi, ginjal mengatasi hipoperfusi dengan mempertahankan garam dan air. Pada saat aliran darah di ginjal berkurang, tahanan arteriol aferen meningkat untuk mengurangi laju filtrasi glomerulus, yang bersama-sama dengan aldosteron dan vesopresin bertanggung jawab terhadap menurunnya produksi urin. 7
  • 6. Pada syok, konsumsi oksigen dalam jaringan menurun akibat berkurangnya aliran darah yang mengandung oksigen atau berkurangnya pelepasan oksigen ke dalam jaringan. Kekurangan oksigen di jaringan menyebabkan sel terpaksa melangsungkan metabolisme anaerob dan menghasilkan asam laktat. Keasaman jaringan bertambah dengan adanya asam laktat, asam piruvat, asam lemak, dan keton (Stene-Giesecke, 1991). Yang penting dalam klinik adalah pemahaman kita bahwa fokus perhatian syok hipovolemik yang disertai asidosis adalah saturasi oksigen yang perlu diperbaiki serta perfusi jaringan yang harus segera dipulihkan dengan penggantian cairan. Asidosis merupakan urusan selanjutnya, bukan prioritas utama.3,8 5. Gejala Klinis Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung. Kecepatan kehilangan cairan tubuh merupakan faktor kritis respons kompensasi. Pasien muda dapat dengan mudah mengkompensasi kehilangan cairan dengan jumlah sedang dengan vasokonstriksi dan takhikardia. Kehilangan volume yang cukp besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat.3,8 Gejala dan tanda yang disebabkan oleh syok hipovolemik akibat non-perdarahan serta perdarahan adalah sama meski ada sedikit perbedaan dalam kecepatan timbulnya syok. Respon fisiologi yang normal adalah mempertahankan perfusi terhadap otak dan jantung sambil memperbaiki volume darah dalam sirkulasi efektif. Di sini akan terjadi peningkatan kerja simpatis, hiperventilasi, pembuluh vena yang kolaps, pelepasan hormon stress serta ekspansi besar guna pengisian volume pembuluh darah dengan menggunakan cairan interstisial, interselular dan menurunkan produksi urin.7 Pada pasien dengan kemungkinan syok akibat hipovolemik, riwayat penyakit penting untuk menentukan penyebab yang mungkin dan untuk penanganan langsung. Syok hipovolemik akibat kehilangan darah dari luar biasanya nyata dan mudah didiagnosis. Perdarahan dalam kemungkinan tidak nyata, seperti pasien hanya mengeluhkan kelemahan, letargi, atau perubahan status mental. Gejala-gejala syok seperti kelemahan, penglihatan kabur, dan kebingungan, sebaiknya dinilai pada semua pasien.
  • 7. Pada pasien trauma, menentukan mekanisme cedera dan beberapa informasi lain akan memperkuat kecurigaan terhadap cedera tertentu (misalnya, cedera akibat tertumbuk kemudi kendaraan, gangguan kompartemen pada pengemudi akibat kecelakaan kendaraan bermotor).5 Apabila syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam beberapa menit. Adalah penting untuk mengenali tanda-tanda syok, yaitu: 1. Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan. 2. Takikardia: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respons homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi asidosis jaringan. 3. Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah sistemik dan curah jantung, vasokonstriksi perifer adalah faktor yang esensial dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak di bawah 70 mmHg. 4. Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik. Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30 ml/jam.3,8 Tanda-tanda vital ortostatik mungkin normal pada individu hipovolemik, atau individu normal dapat memperlihatkan perubahan-perubahan ortostatik yaitu hipotensi. Jadi, gunakan pertimbangan klinis. Sebagai tambahan, ingesti alkohol, makan atau usia lanjut dapat menyebabkan perubahan-perubahan ortostatik dalam tekanan darah dan nadi. Penurunan diastolik ortostatik sebesar 10-20 mmHg atau peningkatan nadi sebesar 15 detak/detik dianggap bermakna.periksa tanda-tanda vital ortostatik, berbaring dan setelah berdiri selama 1 sampai 2 menit. Takikardia biasanya tetap ada tetapi mungkin tidak didapatkan bila ada iritasi diafragma, yang menyebabkan stimulasi vagal. Hipoperfusi ditandai oleh berkurangnya jumlah urin, daya pikir menurun, ekstremitas dingin, bercak-bercak, dll.3,8 Pada penderita yang mengalami hipovolemia selama beberapa saat, dia akan menunjukkan adanya tanda-tanda dehidrasi seperti: (1) Turunnya turgor jaringan
  • 8. (2) Mengentalnya sekresi oral dan trakhea, bibir dan lidah menjadi kering; serta (3) Bola mata cekung.3,8 Dehidrasi dapat timbul pada diare berat dan asupan oral terbatas karena nausea dan muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urine gelap, tidak mampu berkeringat, dan perubahan ortostatik. Pada keadaan berat dapat mengarah ke gagal ginjal akut dan perubahan status jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala.7 Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi 3 tingkatan, yaitu : 1. Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5 % BB) : gambaran klinisnya turgor kurang, suara serak (vox cholerica), pasien belum jatuh dalam presyok. 2. Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8 % BB) : turgor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam presyok atau syok, nadi cepat, nafas cepat dan dalam. 3. Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10 % BB) : tanda dehidrasi sedang ditambah kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, sianosis.7 Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam menentukan beratnya diare daripada menentukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi, tempratur tubuh dan tanda-tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang penting. Adanya kualitas bunyi usus dan adanya distensi abdomen dan nyeri tekan merupakan “clue” bagi etiologi.7 Jika sadar, pasien mungkin dapat menunjukkan lokasi nyeri. Tanda vital, sebelum dibawa ke unit gawat darurat sebaiknya dicatat. Nyeri dada, perut, atau punggung mungkin menunjukkan gangguan pada pembuluh darah. Tanda klasik pada aneurisma arteri torakalis adalah nyeri yang menjalar ke punggung. Aneurisma aorta abdominalis biasanya menyebabkan nyeri, nyeri punggung atau nyeri panggul.5 Skor penilaian klinis dehidrasi : 1. Rasa haus/muntah (1) 2. Tekanan darah sistolik 60-90 mmHg (1) 3. Tekanan darah sistolik <60 mmHg (2) 4. Frekuensi nadi >120 kali/menit (1)
  • 9. 5. Kesadaran apatis (1) 6. Kesadaran somnolen, sopor atau koma (2) 7. Frekuensi nafas >30 kali/menit (1) 8. Facies cholerica (2) 9. Vox cholerica (2) 10. Turgor kulit menurun (1) 11. Washer women’s hand (1) 12. Eksremitas dingin (1) 13. Sianosis (2) 14. Umur 50-60 tahun (1) 15. Umur >60 tahun (2) Skor Dalyono di atas merupakan penilaian dari klinis pasien yang menentukan jumlah kebutuhan cairan yang diberikan pada pasien dehidrasi.7 Pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal, mengumpulkan keterangan hematemesis, melena, riwayat minum alkohol, penggunaan obat anti inflamasi non-steroid yang lama, dan koagulopati (iatrogenik atau selainnya) adalah sangat penting. Kronologi muntah dan hematemesis harus ditentukan. Pada pasien dengan hematemesis setelah episode berulang muntah yang hebat kemungkinan mengalami Sindrom Boerhaave atau Mallory-Weiss tear, sedangkan pasien dengan riwayat hematemesis sejak sejak awal kemungkinan mengalami ulkus peptik atau varises esofagus. Jika suatu penyebab ginekologik dipertimbangkan, perlu dikumpukan informasi mengenai hal berikut: periode terakhir menstruasi, faktor risiko kehamilan ektopik, perdarahan pervaginam (termasuk jumlah dan durasinya), produk konsepsi pada saluran vagina, dan nyeri. Semua wanita usia subur sebaiknya menjalani tes kehamilan, untuk meyakinkan apakah mereka hamil. Tes kehamilan negatif bermakna untuk menyingkirkan diagnosis kehamilan ektopik.5 Pada pasien demam berdarah dengue dapat jatuh pada keadaan syok. Syok biasanya terjadi saat atau segera setelah suhu turun, antara hari ke-3 samapai hari sakit ke-7. Pasien mula-mula terlihat letargi atau gelisah kemudian jatuh ke dalam syok yang ditandai dengan kulit dingin–lembab, sianosis sekitar mulut, nadi cepat-lemah, tekanan nadi <20 mmHg dan hipotensi. Kebanyakan pasien masih tetap sadar sekalipun sudah mendekati stadium akhir.
  • 10. Perubahan ini memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari perembesan plasma. Kondisi ini dapat diperberat dengan komplikasi yaitu asidosis metabolic, perdarahan saluran cerna hebat atau pendarahan lain, hal ini pertanda prognosis buruk.4 Hipovolemia ringan (<20 % volume darah) menimbulkan takikardi ringan dengan sedikit gejala yang tampak, terutama pada penderita muda yang sedang berbaring. Pada hipovolemia sedang (20-40 % dari volume darah) pasien menjadi lebih cemas dan takikardia lebih jelas, meski tekanan darah bisa ditemukan normal pada posisi berbaring, namun dapat ditemukan dengan jelas hipotensi ortostatik dan takikardia. Pada hipovolemia berat maka gejala klasik syok akan muncul, tekanan darah menurun drastis dan tidak stabil walau posisi berbaring, pasien menderita takikardia hebat, oliguria, agitasi atau bingung. Perfusi ke susunan saraf pusat dipertahankan dengan baik sampai syok bertambah berat. Penurunan kesadaran adalah gejala penting. Transisi dari syok hipovolemik ringan ke berat dapat terjadi bertahap atau malah sangat cepat, terutama pada pasien usia lanjut dan yang memiliki penyakit berat dimana kematian mengancam. Dalam waktu yang sangat pendek dari terjadinya kerusakan akibat syok maka dengan resusitasi agresif dan cepat.7 6. Stadium Syok Syok secara klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium, yaitu : 1. Stadium kompensasi Pada stadium ini fungsi organ vital dipertahankan melalui mekanisme kompensasi fisiologis tubuh dengan cara meningkatkan refleks simpatis, sehingga terjadi : a. Resistensi sistemik meningkat : - distribusi selektif aliran darah dari organ sekunder ke organ primer (jantung, paru, otak) diastolic pressure meningkat.- resistensi arteriol meningkat cardiac output meningkat.b. Heart rate meningkat ginjal menahan air dan sodium di dalam sirkulasi.c. Sekresi vasopressin, renin-angiotensin-aldosteron meningkat Manifestasi klinis : takikardia, gelisah, kulit pucat dan dingin, pengisian kapiler lambat (lebih dari 2 detik). 2. Stadium dekompensasi
  • 11. Pada stadium ini telah terjadi : laktat asidosis, diperberat oleh penumpukan CO2 , dimana CO2 menjadi asam karbonat. laktat meningkat  metabolism anaerob  O2 sangat turun a. Perfusi jaringan buruk kerusakan sel. integritas membran sel terganggu, fungsi lisosom dan mitokondria memburuk b. Gangguan metabolisme energy dependent Na+/K+ pump tingkat seluler c. Aliran darah lambat dan kerusakan rantai kinin serta sistem koagulasi, akan diperburuk dengan terbentuknya agregasi trombosit dan pembentukan trombus disertai tendensi perdarahan. membentuk oksigen radikal serta platelets aggregating factor.d. Pelepasan mediator vaskular : histamine, serotonin, sitokin (TNF alfa dan interleukin I), xantin oxydase cardiac output turun. preload turun  venous return menurun Pelepsan mediator oleh makrofag menyebabkan vasodilatasi arteriol dan permeabilitas kapiler meningkat Manifestasi klinis : takikardia, tekanan darah sangat turun, perfusi perifer buruk, asidosis, oliguria dan kesadaran menurun. 3. Stadium irreversible tubuh kehabisan energi. multi organ failure. Cadangan phosphate berenergi tinggi (ATP) akan habis terutama di jantung dan hepar Syok yang berlanjut akan menyebabkan kerusakan dan kematian sel Manifestasi klinis : nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur. Anuria dan tanda-tanda kegagalan organ.6 7. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik seharusnya selalu dimulai dengan penanganan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi. Ketiganya dievaluasi dan distabilkan secara bersamaan, sistem sirkulasi harus dievaluasi untuk tanda-tanda dan gejala-gejala syok. Jangan hanya berpatokan pada tekanan darah sistolik sebagai indikator utama syok; hal ini menyebabkan diagnosis lambat.5 Mekanisme kompensasi mencegah penurunan tekanan darah sistolik secara signifikan hingga pasien kehilangan 30% dari volume darah. Sebaiknya nadi, frekuensi pernapasan, dan perfusi kulit lebih diperhatikan. Juga, pasien yang mengkonsumsi beta bloker mungkin tidak
  • 12. mengalami takikardi, tanpa memperhatikan derajat syoknya. Klasifikasi perdarahan telah ditetapkan, berdasarkan persentase volume darah yang hilang. Namun, perbedaan antara klasifikasi tersebut pada pasien hipovolemik sering tidak nyata. Penanganan sebaiknya agresif dan langsung lebih berkaitan pada respon terapi dibandingkan klasifikasi awal.5 Telah ditetapkan klasifikasi perdarahan berdasarkan persentasi volume darah yang hilang. Namun sifatnya tidak absolut dan hanya bersifat sebagai bantuan. Tatalaksana harus agresif dan lebih dituntun oleh respon terhadap terapi ketimbang menurut klasifikasi awal.2 Pendarahan derajat I (kehilangan darah 0-15%) tidak ada komplikasi, hanya terjadi takikardi minimal. Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah, tekanan nadi, dan frekuensi pernapasan. Perlambatan pengisian kapiler lebih dari 3 detik sesuai untuk kehilangan darah sekitar 10%.5 Pendarahan derajat II (kehilangan darah 15-30%). Gejala klinisnya, takikardi (frekuensi nadi>100 kali permenit), takipnea, penurunan tekanan nadi, kulit teraba dingin, perlambatan pengisian kapiler, dan ansietas ringan . Penurunan tekanan nadi adalah akibat peningkatan kadar katekolamin, yang menyebabkan peningkatan resistensi pembuluh darah perifer dan selanjutnya meningkatkan tekanan darah diastolik.5 Pendarahan derajat III (kehilangan darah 30-40%). Pasien biasanya mengalami takipnea dan takikardi, penurunan tekanan darah sistolik, oligouria, dan perubahan status mental yang signifikan, seperti kebingungan atau agitasi. Pada pasien tanpa cedera yang lain atau kehilangan cairan, 30-40% adalah jumlah kehilangan darah yang paling kecil yang menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik. Sebagian besar pasien ini membutuhkan transfusi darah, tetapi keputusan untuk pemberian darah seharusnya berdasarkan pada respon awal terhadap cairan.5 Perdarahan derajat IV (kehilangan darah >40%). Gejala-gejalanya berupa takikardi, penurunan tekanan darah sistolik, tekanan nadi menyempit (atau tekanan diastolik tidak terukur), berkurangnya (tidak ada) urine yang keluar, penurunan status mental (kehilangan kesadaran), dan kulit dingin dan pucat. Jumlah perdarahan ini akan mengancam kehidupan secara cepat.5 Pada pasien dengan trauma, pendarahan biasanya dicurigai sebagai penyebab dari syok. Namun, hal ini harus dibedakan dengan penyebab syok yang lain. Diantaranya
  • 13. tamponade jantung (bunyi jantung melemah, distensi vena leher), tension pneumothorax (deviasi trakea, suara napas melemah unilateral), dan trauma medulla spinalis (kulit hangat, jarang takikardi, dan defisit neurologis).5 Ada empat daerah pendarahan yang mengancam jiwa meliputi: dada, perut, paha, dan bagian luar tubuh. Dada sebaiknya diauskultasi untuk mendengar bunyi pernapasan yang melemah, karena pendarahan yang mengancam hidup dapat berasal dari miokard, pembuluh darah, atau laserasi paru. Abdomen seharusnya diperiksa untuk menemukan jika ada nyeri atau distensi, yang menunjukkan cedera intraabdominal. Kedua paha harus diperiksa jika terjadi deformitas atau pembesaran (tanda-tanda fraktur femur dan pendarahan dalam paha). Seluruh tubuh pasien seharusnya diperiksa untuk melihat jika ada pendarahan luar.5 Pada pasien tanpa trauma, sebagian besar pendarahan berasal dari abdomen. Abdomen harus diperiksa untuk mengetahui adanya nyeri, distensi, atau bruit. Mencari bukti adanya aneurisma aorta, ulkus peptikum, atau kongesti hepar. Juga periksa tanda-tanda memar atau perdarahan.5 Pada pasien hamil, dilakukan pemeriksaan dengan spekulum steril. Meskipun, pada pendarahan trimester ketiga, pemeriksaan harus dilakukan sebagai “double set-up” di ruang operasi. Periksa abdomen, uterus,atau adneksa.5 8. Diagnosis Syok hipovolemik didiagnosis ketika ditemukan tanda berupa ketidak-stabilan hemodinamik dan ditemukan adanya sumber pendarahan. Diagnosis akan sulit bila pendarahan tidak ditemukan dengan jelas atau berada dalam traktus gastrointestinal atau hanya terjadi penurunan jumlah plasma darah. Setelah pendarahan maka biasanya hemoglobin dan hematokrit tidak langsung turun sampai terjadi gangguan kompensasi atau terjadi penggantian cairan dari luar. Jadi kadar hematokrit di awal tidak menjadi pegangan sebagai adanya pendarahan. Kehilangan plasma ditandai dengan hemokonsentrasi, kehilangan cairan bebas ditandai dengan hipernatremia. Temuan terhadap hal ini semakin meningkatkan kecurigaan adanya hipovolemia.7 Pada pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas, yaitu nausea, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja yang sering, bisa air, malabsorbtif, atau berdarah yang tergantung bakteri pathogen yang spesifik.
  • 14. Derajat dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan : 1. Keadaan klinis : ringan, sedang dan berat (telah dibicarakan di atas) 2. Berat Jenis Plasma : pada dehidrasi BJ plasma meningkat a. Dehidrasi berat : BJ plasma 1,032 – 1,040 b. Dehidrasi sedang : BJ plasma 1,028 – 1,032 c. Dehidrasi ringan : BJ plasma 1,025 – 1,028 3. Pengukuran Central Venous Pressure (CVP) : Bila CVP +4 s/d +11 cmH2O : normal. Pada syok dan dehidrasi maka CVP kurang dari +4 cmH2O.7 Jangan mengandalkan TD sistolik sebagai indikator utama dari syok; kebiasaan ini mengakibatkan tertundanya diagnosis. Mekanisme kompensasi mencegah penurunan TD sistolik yang bermakna, sampai pasien telah kehilangan 30% dari volume darahnya. Perhatian harus lebih ditujukan terhadap nadi, frekuensi nafas, dan perfusi kulit. Disamping itu, pasien-pasien yang sedang mendapat obat penyekat beta mungkin tidak memperlihatkan takikardia, tanpa memandang derajat syoknya.2 Harus dibedakan syok akibat hipovolemik dan akibat kardiogenik karena penatalaksanaan yang berbeda. Keduanya memang memiliki penurunan curah jantung dan mekanisme kompensasi simpatis. Tetapi dengan menemukan adanya tanda syok kardiogenik seperti distensi vena jugularis, ronki dan gallop S3 maka semua dapat dibedakan.7 Pemeriksaan Laboratorium Setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan, langkah diagnosis selanjutnya tergantung pada penyebab yang mungkin pada hipovolemik, dan stabilitas dari kondisi pasien itu sendiri.7 Pemeriksaan laboratorium awal yang sebaiknya dilakukan antara lain: analisis Complete Blood Count (CBC), kadar elektrolit (Na, K, Cl, HCO3, BUN, kreatinin, kadar glukosa), PT, APTT, AGD, urinalisis (pada pasien yang mengalami trauma), dan tes kehamilan. Darah sebaiknya ditentukan tipenya dan dilakukan pencocokan.5 Pemeriksaan Radiologi
  • 15. Pasien dengan hipotensi dan/atau kondisi tidak stabil harus pertama kali diresusitasi secara adekuat. Penanganan ini lebih utama daripada pemeriksaan radiologi dan menjadi intervensi segera dan membawa pasien cepat ke ruang operasi.5 Langkah diagnosis pasien dengan trauma, dan tanda serta gejala hipovolemia langsung dapat ditemukan kehilangan darah pada sumber perdarahan. Pasien trauma dengan syok hipovolemik membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi di unit gawat darurat jika dicurigai terjadi aneurisma aorta abdominalis. Jika dicurigai terjadi perdarahan gastrointestinal, sebaiknya dipasang selang nasogastrik, dan gastric lavage harus dilakukan. Foto polos dada posisi tegak dilakukan jika dicurigai ulkus perforasi atau Sindrom Boerhaave. Endoskopi dapat dilakukan (biasanya setelah pasien tertangani) untuk selanjutnya mencari sumber perdarahan.5 Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua pasien perempuan usia subur. Jika pasien hamil dan sementara mengalami syok, konsultasi bedah dan ultrasonografi pelvis harus segera dilakukan pada pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas tersebut. Syok hipovolemik akibat kehamilan ektopik sering terjadi. Syok hipovolemik akibat kehamilan ektopik pada pasien dengan hasil tes kehamilan negatif jarang, namun pernah dilaporkan.5 Jika dicurigai terjadi diseksi dada karena mekanisme dan penemuan dari foto polos dada awal, dapat dilakukan transesofageal echocardiography, aortografi, atau CT-scan dada.5 Jika dicurigai terjadi cedera abdomen, dapat dilakukan pemeriksaan FAST (Focused Abdominal Sonography for Trauma) yang bisa dilakukan pada pasien yang stabil atau tidak stabil. CT-Scan umumnya dilakukan pada pasien yang stabil. Jika dicurigai fraktur tulang panjang, harus dilakukan pemeriksaan radiologi.5 9. Penatalaksanaan Tiga tujuan penanganan kegawatdaruratan pasien dengan syok hipovolemik antara lain: (1) memaksimalkan pengantaran oksigen-dilengkapi dengan ventilasi yang adekuat, peningkatan saturasi oksigen darah, dan memperbaiki aliran darah (2) mengontrol kehilangan darah lebih lanjut (3) resusitasi cairan.5
  • 16. Ketika hipovolemik diketahui maka tindakan yang harus dilakukan adalah menempatkan pasien dalam posisi kaki lebih tinggi, menjaga jalur pernafasan dan diberikan resusitasi cairan dengan cepat lewat akses intra vena atau cara lain yang memungkinkan seperti pemasangan kateter CVP (central venous pressure) atau jalur intraarterial. Cairan yang diberikan adalah garam isotonus yang diteteskan dengan cepat (hati-hati terhadap asidosis hiperkloremia) atau dengan cairan garam seimbang seperti Ringer’s laktat (RL) dengan jarum infus yang terbesar. Tidak ada bukti medis tentang kelebihan pemberian cairan koloid pada syok hipovolemik. Pemberian 2-4 L dalam 20-30 menit diharapkan dapat mengembalikan keadaan hemodinamik.7 Resusitasi Cairan Manajemen cairan adalah penting dan kekeliruan manajemen dapat berakibat fatal. Untuk mempertahankan keseimbangan cairan maka input cairan harus sama untuk mengganti cairan yang hilang. Cairan itu termasuk air dan elektrolit. Tujuan terapi cairan bukan untuk kesempurnaan keseimbangan cairan, tetapi penyelamatan jiwa dengan menurunkan angka mortalitas.3,8 Memaksimalkan penghantaran oksigen. Jalan napas pasien sebaiknya dibebaskan segera dan stabilisasi jika perlu. Kedalaman dan frekuensi pernapasan, dan juga suara napas, harus diperhatikan. Jika terjadi keadaan patologi (seperti pneumothoraks, hemothoraks, dan flail chest) yang mengganggu pernapasan, harus segera ditangani. Tambahan oksigen dalam jumlah besar dan bantuan ventilator harus diberikan pada semua pasien. Ventilasi tekanan positif yang berlebihan dapat berbahaya pada pasien yang mengalami syok hipovolemik dan sebaiknya dihindari.5 Posisi pasien dapat digunakan untuk memperbaiki sirkulasi; salah satu contohnya menaikkan kedua kaki pasien sementara cairan diberikan. Contoh lain dari posisi yang bermanfaat adalah memiringkan pasien yang sementara hamil dengan trauma kearah kirinya, dengan tujuan memposisikan janin menjauhi vena cava inferior dan meningkatkan sirkulasi. Posisi Trendelenburg tidak dianjurkan untuk pasien dengan hipotensi karena dikhawatirkan terjadi aspirasi. Posisi Trendelenburg juga tidak memperbaiki keadaan kardiopulmonal dan dapat mengganggu pertukaran udara.5 Perdarahan yang banyak (syok hemoragik) akan menyebabkan gangguan pada fungsi kardiovaskuler. Syok hipovolemik karena perdarahan merupakan akibat lanjut. Pada keadaan
  • 17. demikian, memperbaiki keadaan umum dengan mengatasi syok yang terjadi dapat dilakukan dengan pemberian cairan elektrolit, plasma, atau darah.Untuk perbaikan sirkulasi, langkah utamanya adalah mengupayakan aliran vena yang memadai. Mulailah dengan memberikan infus Saline atau Ringer Laktat isotonis.3,8Resusitasi cairan yang cepat merupakan landasan untuk terapi syok hipovolemik. Sumber kehilangan darah atau cairan harus segera diketahui agar dapat segera dilakukan tindakan. Cairan infus harus diberikan dengan kecepatan yang cukup untuk segera mengatasi defisit atau kehilangan cairan akibat syok. Penyebab yang umum dari hipovolemia adalah pendarahan, kehilangan plasma atau cairan tubuh lainnya seperti luka bakar, peritonitis, gastroenteritis yang lama atau emesis, dan pankreatitis akuta. Pemilihan Cairan Intravena. Pemilihan cairan sebaiknya didasarkan atas status hidrasi pasien, konsentrasi elektrolit, dan kelainan metabolik yang ada. Berbagai larutan parenteral telah dikembangkan menurut kebutuhan fisiologis berbagai kondisi medis.3,8 Prisip menentukan jumlah cairan yang akan diberikan yaitu sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari tubuh. Macam-macam pemberian cairan : 1. BJ plasma dengan rumus : Kebutuhan cairan = BJ plasma – 1,025 x Berat badan x 4 ml 0,001 2. Metode Pierce berdasarkan klinis : Dehidrasi ringan, kebutuhan cairan = 5% x Berat badan (kg) Dehidrasi sedang, kebutuhan cairan = 8% x Berat badan (kg) Dehidrasi berat, kebutuhan cairan = 10% x berat badan (kg) 3. Metode Daldiyono berdasarkan skor klinis : Kebutuhan cairan = skor x 10% x kgBB x 1 liter 15 Bila skor kurang dari 3 dan tidak ada syok, maka hanya diberikan cairan peroral (sebanyak mungkin, sedikit demi sedikit). Bila skor lebih atau sama dengan 3 disertai syok diberikan cairan per intravena. 7 Cairan rehidrasi pada dehidrasi dapat diberikan melalui oral, enteral melalui selangnasogastrik atau intravena. 7 Bila dehidrasi sedang/beratsebaiknya pasien diberikan cairan melalui infuse pembuluh darah. Sedangkan dehidrasi ringan sebaiknya pasien diberikan cairan peroral atau selang nasogastrik, kecuali bila ada kontraindikasi atau oral/saluran cerna atas tidak dapat dipakai.
  • 18. Pemberian per oral diberikan larutan oralit yang hipotonik dengan komposisi 29 gr glukosa, 3,5 gr NaCl, 2,5 Natrium Bicarbonat dan 1,5 gr KCl setiap liter. Contoh oralit generik, renalyte, pharolit, dll. Pemberian cairan dehidrasi terbagi atas : a. Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial) : jumlah total kebutuhan cairan menurut rumus BJ plasma atau Daldiyono diberikan langsung dalam 2 jam, ini agar dapat tercapai rehidrasi optimal secepat mungkin. b. Satu jam berikutnya/jam ke-3 (tahap kedua) pemberian diberikan berdasarkan kehilangan cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya. Bila tidak ada syok atau skor Daldiyono kurang dari 3 dapat diganti cairan per oral. c. Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan melalui tinja dan insensible water loss (IWL).7 Sebaiknya dibuat dua jalur intravena berdiameter besar. Hukum Poeseuille mengatakan bahwa aliran berbanding terbalik dengan panjang kateter infus dan berhubungan langsung dengan diameter. Sehingga kateter infus intravena yang ideal adalah pendek dan diameternya lebar; diameter lebih penting daripada panjangnya. Jalur intravena dapat ditempatkan pada vena antecubiti, vena sphena, atau vena tangan, atau pada vena sentralis dengan menggunakan teknik Seldinger. Jika digunakan jalur utama vena sentralis maka digunakan kateter infus berdiameter lebar. Pada anak kurang dari 6 tahun dapat digunakan jalur intraosseus. Faktor yang paling penting dalam melakukannya adalah skill dan pengalaman. Pengadaan infus arteri perlu dipertimbangkan pada pasien dengan perdarahan hebat. Untuk pasien ini, infus arteri akan memonitoring tekanan darah secara berkala dan juga analisa gas darah.5 Pada jalur intravena, cairan yang pertama digunakan untuk resusitasi adalah kristaloid isotonik, seperti Ringer Laktat atau Saline Normal. Bolus awal 1-2 liter pada orang dewasa (20 ml/kgBB pada pasien anak), dan respon pasien dinilai. Jika tanda vital sudah kembali normal, pasien diawasi agar tetap stabil dan darah pasien perlu dikirim untuk dicocokkan. Jika tanda vital membaik sementara, infus kristaloid dilanjutkan dan dipersiapkan darah yang cocok. Jika perbaikan yang terjadi tidak bermakna atau tidak ada, infus kristalo id harus dilanjutkan, dan darah O diberikan (darah tipe O rhesus (-) harus diberikan kepada pasien wanita usia subur untuk mencegah sensitasi dan komplikasi lanjut). Jika pasien sekarat dan
  • 19. hipotensi berat (syok derajat IV), diberikan cairan kristaloid dan darah tipe O. Pedoman pemberian kristaloid dan darah tidak diatur, terapi yang diberikan harus berdasarkan kondisi pasien.5 Terapi cairan intravena atau infus merupakan salah satu aspek terpenting yang menentukan dalam penanganan dan perawatan pasien. Terapi awal pasien hipotensif adalah cairan resusitasi dengan memakai 2 liter larutan isotonis Ringer Laktat. Namun, Ringer Laktat tidak selalu merupakan cairan terbaik untuk resusitasi. Resusitasi cairan yang adekuat dapat menormalisasikan tekanan darah pada pasien kombustio 18–24 jam sesudah cedera luka bakar. Larutan parenteral pada syok hipovolemik diklasifikasi berupa cairan kristaloid, koloid, dan darah.3,8 Cairan kristaloid cukup baik untuk terapi syok hipovolemik. Keuntungan cairan kristaloid antara lain mudah tersedia, murah, mudah dipakai, tidak menyebabkan reaksi alergi, dan sedikit efek samping. Kelebihan cairan kristaloid pada pemberian dapat berlanjut dengan edema seluruh tubuh sehingga pemakaian berlebih perlu dicegah. Larutan NaCl isotonis dianjurkan untuk penanganan awal syok hipovolemik dengan hiponatremik, hipokhloremia atau alkalosis metabolik. Larutan RL adalah larutan isotonis yang paling mirip dengan cairan ekstraseluler. RL dapat diberikan dengan aman dalam jumlah besar kepada pasien dengan kondisi seperti hipovolemia dengan asidosis metabolik, kombustio, dan sindroma syok. NaCl 0,45% dalam larutan Dextrose 5% digunakan sebagai cairan sementara untuk mengganti kehilangan cairan insensibel.Ringer asetat memiliki profil serupa dengan Ringer Laktat. Tempat metabolisme laktat terutama adalah hati dan sebagian kecil pada ginjal, sedangkan asetat dimetabolisme pada hampir seluruh jaringan tubuh dengan otot sebagai tempat terpenting. Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi patut diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.3,8 Pertanyaan apakah kristaloid atau koloid yang terbaik untuk resusitasi merupakan bahan diskusi dan penelitian. Banyak cairan telah dikaji untuk resusitasi, antara lain : NaCl 0,9%, larutan Ringer Laktat, NaCl hipertonik, albumin, fraksi protein murni, plasma beku segar, hetastarch, pentastarch dan dekstran 70. Penganut resusitasi koloid berkilah bahwa tekanan onkotik yang meningkat karena penggunaan zat-zat ini adalah mengurangi edema
  • 20. paru. Namun, vaskular paru memungkinkan aliran zat dalam jumlah besar, termasuk protein, di antara ruang intravaskular dan interstisial. Dipertahankannya tekanan hidrostatik paru penting dalam mencegah edema paru. Alasan lain adalah dengan koloid lebih sedikit jumlah yang dibutuhkan untuk meningkatkan volume intravaskular. Infus Ringer Laktat sebanyak 1 L hanya menambah volume intravaskular sebesar 194 ml. Banyak kajian membenarkan hal ini. Resusitasi dengan kristaloid saja akan mengencerkan protein plasma dan dengan mengurangi tekanan onkotik memudahkan filtrasi cairan dari inravaskular ke interstisial. Edema perifer bisa mengurangi konsumsi oksigen secara mencolok karena jarak anara sel dan kapiler menjadi bertambah. Walaupun demikian, perbedaan prognosis belum ditunjukkan antara koloid dan kristaloid.2 Larutan koloid sintetik, seperti hetastarch, pentastarch dan deksran 70, memiliki beberapa keunggulan dibandingkan koloid alamiah seperti fraksi protein murni, plasma beku segar, dan albumin. Mereka memiliki sifat ekspansi volume sama, tetapi karena struktur dan berat molekul yang tinggi, zat-zat koloid ini hampir seluruhnya tetap di ruangan intravaskular, sehingga mengurangi edema interstisial.2 Pendapat lain adalah koloid dalam jumlah sedikit dibutuhkan untuk meningkatkan volume intravaskuler. Penelitian telah menunjukkan akan kebenaran hal ini. Namun, mereka belum menunjukkan perbedaan hasil antara koloid dibandingkan dengan kristaloid. Larutan koloid sintetik, seperti hetastarch, pentastarch, dan dextran 70 mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan koloid alami seperti fraksi protein murni, fresh frozen plasma, dan albumin. Larutan ini mempunyai zat dengan volume yang sama, tetapi karena strukturnya dan berat molekul yang tinggi, maka kebanyakan tetap berada pada intravaskuler, mengurangi edema intertisiel. Meskipum secara teoritis menguntungkan, penelitian gagal menunjukkan perbedaan pada parameter ventilasi, hasil tes fungsi paru, lama penggunaan ventilator, lama perawatan, atau kelangsungan hidup.5 Kombinasi salin hipertonis dan dextran juga telah dipelajari sebelumnya karena fakta-fakta menunjukkan bahwa hal ini dapat meningkatkan kontraktilitas dan sirkulasi jantung. Penelitian di Amerika Serikat dan Jepang gagal menunjukkan perbedaan kombinasi ini jika dibandingkan dengan larutan natrium klorida isotonik atau ringer laktat. Selanjutnya, meski ada banyak cairan resusitasi yang dapat digunakan, tetap dianjurkan untuk menggunakan
  • 21. Saline Normal atau Ringer Laktat. Di Amerika Serikat, satu alasan untuk menggunakan kristaloid untuk resusitasi adalah harga cairan tersebut.2,5 Rekomendasi terbaru adalah resusitasi cairan yang agresif dilakukan dengan Ringer Laktat atau Saline Normal pada semua pasien dengan tanda-tanda dan gejala-gejala syok tanpa memperhatikan penyebab yang mendasari.5 Autortransfusi mungkin dilakukan pada beberapa pasien trauma. Beberapa alat diizinkan untuk koleksi steril, antikoagulasi, filtrasi, dan retransfusi darah disediakan. Pada penanganan trauma. Darah yang berasal dari hemothoraks dialirkan melalui selang thorakostomi.5 Kontol perdarahan lanjut. Kontrol perdarahan tergantung sumber perdarahan dan sering memerlukan intervensi bedah. Pada pasien dengan trauma, pendarahan luar harus diatasi dengan menekan sumber perdarahan secara langsung, pendarahan dalam membutuhkan intervensi bedah. Fraktur tulang panjang ditangani dengan traksi untuk mengurangi kehilangan darah. Pada pasien dengan nadi yang tidak teraba di unit gawat darurat atau awal tibanya, dapat diindikasikan torakotomi emergensi dengan klem menyilang pada aorta diindikasikan untuk menjaga suplai darah ke otak. Tindakan ini hanya bersifat paliatif dan butuh segera dibawa di ruang operasi.5 Pada pasien dengan perdarahan varises, penggunaan Sengstaken-Blakemore tube dapat dipertimbangkan. Alat ini memiliki balon gaster dan balon esofagus. Balon gaster pertama dikembangkan dan dilanjutkan balon esofagus bila perdarahan berlanjut. Penggunaan selang ini dikaitkan dengan akibat yang buruk, seperti ruptur esofagus, asfiksi, aspirasi, dan ulserasi mukosa. Oleh karena alasan tersebut, penggunaan ini dipertimbangkan hanya sebagai alat sementara pada keadaan yang ekstrim. Pada dasarnya penyebab perdarahan akut pada sistem reproduksi (contohnya kehamilan ektopik, plasenta previa, solusio plasenta, ruptur kista, keguguran) memerlukan intervensi bedah.2,5 Hampir semua pendarahan ginekologi yang menyebabkan hipovolemia (misalnya kehamilan ektopik, plasenta previa, abruptio plasenta, kista ruptur, keguguran) membutuhkan intervensi bedah.2 Pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal, vasopressin intravena dan H2 bloker telah digunakan. Vasopressin umumnya dihubungkan dengan reaksi negatif, seperti hipertensi, aritmia, gangren, dan iskemia miokard atau splanikus. Oleh karena itu, harus
  • 22. dipertimbangkan untuk penggunaannya secara tetap. H2 Bloker relatif aman, tetapi tidak terlalu menguntungkan. Infus somatostatin dan ocreotide telah menunjukkan adanya pengurangan perdarahan gastrointestinal yang bersumber dari varises dan ulkus peptikum. Obat ini membantu kerja vasopressin tanpa efek samping yang signifikan.2,5 Tujuan farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas dan mencegah komplikasi. Obat anti sekretorik, obat ini memiliki efek vasokonstriksi dan dapat mengurangi aliran darah ke sistem porta. Somatostatin (Zecnil), secara alami menyebabkan tetrapeptida diisolasi dari hipotalamus dan pankreas dan sel epitel usus. Berkurangnya aliran darah ke sistem portal akibat vasokonstriksi. Memiliki efek yang sama dengan vasopressin, tetapi tidak menyebabkan vasokonstriksi arteri koroner. Cepat hilang dalam sirkulasi, dengan waktu paruh 1-3 menit. Dosis Dewasa : bolus intravena 250 mcg, dilanjutkan dengan 250- 500 mcg/jam, infus selanjutnya; maintenance 2-5 hari jika berhasil. Tindak dianjurkan interaksi epinefrin, demeclocycline, dan tambahan hormon tiroid dapat mengurangi efek obat ini. Kontraindikasi Hipersensitifitas dan kehamilan. Risiko yang fatal ditunjukkan pada binatang percobaan, tetapi tidak diteliti pada manusia, dapat digunakan jika keuntungannya lebih besar daripada risiko terhadap janin. Dapat menyebabkan eksaserbasi atau penyakit kandung kemih; mengubah keseimbangan pusat pengaturan hormon dan dapat menyebabkan hipotiroidisme dan defek konduksi jantung. Ocreotide (Sandostatin) Oktapeptida sintetik, dibandingkan dengan somatostatin memiliki efek farmakologi yang sama dengan potensi kuat dan masa kerja yang lama. Digunakan sebagai tambahan penanganan non operatif pada sekresi fistula kutaneus dari abdomen, duodenum, usus halus (jejunum dan ileum), atau pankreas. Dosis Dewasa: 25-50 mcg/jam intravena, kontinyu; dapat dilanjutkan dengan bolus intravena 50 mcg; penanganan hingga 5 hari. Anak-anak 1-10 mcg/kgBB intravena q 12 jam; dilarutkan dalam 50-100 ml Saline Normal atau D5W. Kontraindikasi hipersensitivitas kehamilan risiko terhadap janin tidak diteliti pada manusia, tetapi telah ditunjukkan pada beberapa penelitian pada binatang. Perhatian Efek samping yang utama berhubungan dengan perubahan motilitas gastrointestinal, termasuk mual, nyeri abdomen, diare, dan peningkatan batu empedu dan batu kandung kemih; hal ini karena perubahan pada pusat pengaturan hormon (insulin, glukagon, dan hormon pertumbuhan), dapat timbul hipoglikemia, bradikardi, kelainan konduksi jantung, dan pernah dilaporkan terjadi aritmia, karena
  • 23. penghambatan sekresi TSH dapat terjadi hipotiroidisme, hati-hati pada pasien dengan gangguan ginjal, kolelithiasis dapat terjadi.5 Konsultasi segera dan penanganan yang tepat adalah kuncinya. Tujuan penanganan kegawatdaruratan adalah untuk menstabilkan keadaan pasien hipovolemik, menentukan penyebab perdarahan, dan menyediakan penanganan yang tepat sesegera mungkin. Jika perlu untuk membawa pasien ke rumah sakit lain, hal ini harus dilakukan segera.5 KESIMPULAN Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik). Gejala dan tanda yang disebabkan oleh syok hipovolemik akibat non-perdarahan serta perdarahan adalah sama meski ada sedikit perbedaan dalam kecepatan timbulnya syok. Gejala klasik syok yaitu, tekanan darah menurun drastis dan tidak stabil walau posisi berbaring, pasien menderita takikardia hebat, oliguria, agitasi atau bingung, peningkatan kerja simpatis, hiperventilasi, pembuluh vena yang kolaps, pelepasan hormone stress serta ekspansi besar guna pengisian volume pembuluh darah dengan menggunakan cairan interstisial, interselular dan menurunkan produksi urin. Tiga tujuan penanganan kegawatdaruratan pasien dengan syok hipovolemik antara lain: (1) memaksimalkan pengantaran oksigen-dilengkapi dengan ventilasi yang adekuat, peningkatan saturasi oksigen darah, dan memperbaiki aliran darah, (2) mengontrol kehilangan darah lebih lanjut, dan (3) resusitasi cairan. DAFTAR PUSTAKA 1. Corwin, Elizabeth J. 2001. Patofisiologi. EGC. Jakarta. Hal. 390. 2. Graber, Mark A. 2002. Terapi Cairan, Elektrolit, dan Metabolik. Farmamedia. Jakarta. Hal. 1-9.
  • 24. 3. FH Feng, KM Fock. 1996. Pengantar Penuntun Pengobatan Darurat. Yayasan Essentia Medica - Andi Yogyakarta. Yogyakarta. Hal. 5–163. 4. Hadinegoro, Sri Rezeki H, dkk. 2004. Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta. Hal. 9-10. 5. Kolecki, Paul. 2008. Syok Hipovolemik. www. Asrama Medica Fakultas kedokteran UNHAS. Diakses tanggal 24 Oktober 2009. 6. Leksana, Ery. 2004. Terapi Cairan dan Elektrolit. SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. Hal. 12- 14. 7. Sudoyo, Aru. W, Bambang Setyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simabrata K. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, Edisi IV. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal. 180-181. 8. Sunatrio, S. 14 Agustus 1999. Larutan Ringer Asetat dalam Praktik Klinis, Simposium Alternatif Baru Dalam Terapi Resusitasi Cairan. Bagian Anestesiologi FKUI/RSCM. Jakarta.