Ringkasan dari dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang perkembangan ilmu geologi teknik dan mekanika batuan dari masa lampau hingga masa kini.
2. Beberapa kasus kegagalan struktur akibat ketidakmampuan memprediksi mekanika batuan diuraikan.
3. Berbagai klasifikasi batuan dan analisis yang dapat digunakan untuk memahami mekanika batuan dijelaskan.
Mendefinisikan Geologi Lingkungan
Geologi lingkungan dapat didefinisikan sebagai interaksi manusia dengan - secara fundamental geologis - lingkungannya. Lingkungan dapat dianggap terdiri dari konstituen Bumi itu sendiri (batuan, sedimen, dan fluida) dan permukaannya serta proses yang beroperasi untuk mengubahnya seiring waktu.
Geologi lingkungan adalah bagian dari ilmu lingkungan, yang mempelajari interaksi manusia dengan semua aspek lingkungannya - fisik, atmosfer, dan biologis - dan terkait langsung dengan geologi teknik (lihat GEOLOGI TEKNIK | Gambaran Umum). Definisi ini dengan jelas menunjukkan bahwa itu adalah pengenalan elemen manusia ke persamaan yang mendefinisikan konsep ilmu lingkungan - dan, oleh karena itu, geologi lingkungan - dan itu adalah pertimbangan baik debet (dampak) dan kredit (manfaat) dari keberadaan kita. Ilmu lingkungan adalah cara mengelola keberadaan kita untuk memaksimalkan kesuksesan manusia sekaligus meminimalkan aspek negatifnya. Inti dari geologi lingkungan, seperti semua ilmu lingkungan, adalah konsep pengelolaan berkelanjutan - bekerja dengan sistem alam untuk menopang pembangunan tetapi bukan dengan biaya lingkungan yang tidak dapat diterima.
Wilayah Indonesia merupakan daerah pertemuan atau tumbukan tiga lempeng tektonik, yaitu Eurasia, Hindia - Australia, dan Lempeng Pasifik. Tumbukan tersebut telah terjadi sejak berjuta-juta tahun yang lalu, yang mengakibatkan terbentuknya struktur geologi yang beragam. Berbagai jenis dan umur batuan yang bervariasi membuat wilayah Indonesia kaya akan sumber daya geologi, baik mineral, logam, mineral non logam, dan energi. Penyebaran mineral di Indonesia tidak merata, hal ini dipengaruhi oleh kondisi geologi.
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 5 ayat (2) adalah landasan hukum bagi penataan lingkungan fisik (geologi). Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan yang terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pengertian kedua kawasan tersebut kemudian dijelaskan dalam Pasal 1 no. 21 dan 22, yakni kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Sedangkan kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudi dayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan (Sumber : http://airtanah.bgl.esdm.go.id/index.php/c_berita_menu/list_dok_ajax/3200).
Seminar Nasional UnderGround Structure - Sesi Materi TerowonganAzka Napsiyana
Materi Seminar Underground Structure sesi Terowongan
disampaikan oleh
Ir. Agita Widjajanto, M.Sc
pada Seminar Nasional Underground Structure di Universitas SIliwangi Tasikmalaya tahun 2012
Mendefinisikan Geologi Lingkungan
Geologi lingkungan dapat didefinisikan sebagai interaksi manusia dengan - secara fundamental geologis - lingkungannya. Lingkungan dapat dianggap terdiri dari konstituen Bumi itu sendiri (batuan, sedimen, dan fluida) dan permukaannya serta proses yang beroperasi untuk mengubahnya seiring waktu.
Geologi lingkungan adalah bagian dari ilmu lingkungan, yang mempelajari interaksi manusia dengan semua aspek lingkungannya - fisik, atmosfer, dan biologis - dan terkait langsung dengan geologi teknik (lihat GEOLOGI TEKNIK | Gambaran Umum). Definisi ini dengan jelas menunjukkan bahwa itu adalah pengenalan elemen manusia ke persamaan yang mendefinisikan konsep ilmu lingkungan - dan, oleh karena itu, geologi lingkungan - dan itu adalah pertimbangan baik debet (dampak) dan kredit (manfaat) dari keberadaan kita. Ilmu lingkungan adalah cara mengelola keberadaan kita untuk memaksimalkan kesuksesan manusia sekaligus meminimalkan aspek negatifnya. Inti dari geologi lingkungan, seperti semua ilmu lingkungan, adalah konsep pengelolaan berkelanjutan - bekerja dengan sistem alam untuk menopang pembangunan tetapi bukan dengan biaya lingkungan yang tidak dapat diterima.
Wilayah Indonesia merupakan daerah pertemuan atau tumbukan tiga lempeng tektonik, yaitu Eurasia, Hindia - Australia, dan Lempeng Pasifik. Tumbukan tersebut telah terjadi sejak berjuta-juta tahun yang lalu, yang mengakibatkan terbentuknya struktur geologi yang beragam. Berbagai jenis dan umur batuan yang bervariasi membuat wilayah Indonesia kaya akan sumber daya geologi, baik mineral, logam, mineral non logam, dan energi. Penyebaran mineral di Indonesia tidak merata, hal ini dipengaruhi oleh kondisi geologi.
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 5 ayat (2) adalah landasan hukum bagi penataan lingkungan fisik (geologi). Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan yang terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budidaya. Pengertian kedua kawasan tersebut kemudian dijelaskan dalam Pasal 1 no. 21 dan 22, yakni kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Sedangkan kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudi dayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan (Sumber : http://airtanah.bgl.esdm.go.id/index.php/c_berita_menu/list_dok_ajax/3200).
Seminar Nasional UnderGround Structure - Sesi Materi TerowonganAzka Napsiyana
Materi Seminar Underground Structure sesi Terowongan
disampaikan oleh
Ir. Agita Widjajanto, M.Sc
pada Seminar Nasional Underground Structure di Universitas SIliwangi Tasikmalaya tahun 2012
Dampak yang nyata dari suatu proses penambangan adalah bentang alam yg cenderung berubah. Sejalan dengan perubahan kondisi alam serta kerusakan yang diakibatkan oleh proses penambangan, maka perusahaan sebagai penanggungjawab bertanggungjawab untuk mereklamasi lahan bekas tambang tersebut sesuai dengan peruntutannnya. Supaya habitat di sekitar lokasi itu bisa kembali normal walaupun tidak sepeti sedia kala.
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdfnarayafiryal8
Industri batu bara telah menjadi salah satu penyumbang utama pencemaran udara global. Proses ekstraksi batu bara, baik melalui penambangan terbuka maupun penambangan bawah tanah, menghasilkan debu dan gas beracun yang dilepaskan ke atmosfer. Gas-gas tersebut termasuk sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), dan partikel-partikel halus (PM2.5) yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, pembakaran batu bara di pembangkit listrik dan industri menyebabkan emisi karbon dioksida (CO2), yang merupakan penyebab utama perubahan iklim global dan pemanasan global.
Pencemaran udara yang disebabkan oleh industri batu bara juga memiliki dampak lokal yang signifikan. Di sekitar area penambangan, debu batu bara yang dihasilkan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan ekosistem lokal. Paparan terus-menerus terhadap debu batu bara dapat menyebabkan masalah pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta berkontribusi pada penyakit paru-paru yang lebih serius. Selain itu, hujan asam yang disebabkan oleh emisi sulfur dioksida dapat merusak tanaman, air tanah, dan ekosistem sungai, mengancam keberlanjutan lingkungan di sekitar lokasi industri batu bara.
ANALISIS PENGARUH INDUSTRI BATU BARA TERHADAP PENCEMARAN UDARA.pdf
22018005 wawan gl5027_psa01
1. TUGAS 1
GEOLOGI TEKNIK BATUAN
Oleh
WAWAN SEPTIAN
NIM : 22018005
(Program Magister Teknik Geologi)
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
2. I. General Trend in Rock Mechanics
Konferensi GeoEng tahun 2000 di Melbourneyang merupakan ahli teknik Kanada,
menyatakan bahwa dibutuhkannya kesadaran publik akan pentingnya peran keteknikan
lahan (ground engineering). Istilah ini pada umumnya berasosiasi dengan penerapan
mekanika tanah dan teknik sipil. Istilah ground engineering tersebar luas dan diterima
khalayak publik. Istilah lain untuk ground engineering adalah geoteknik (geo-
engineering).
Geoteknik adalah suatu keteknikan yang mengacu pada aspek material geologi,
membuat solusi yang secara lingkungan dan teknis berkelanjutan, efektif dalam biaya,
dan aman. Geoteknik berkontribusi pada keberlangsungan dan pengembangan
masyarakat pada berbagai cara, contohnya:
1. keamanan struktur fondasi perumahan dan industri,
2. desain konstruksi infrastruktur yang lebih hemat (semua rute transportasi,
terowongan, pipa gas, air, dan listrik),
3. cadangan air, energi, dan mineral (airtanah, sumur minyak dan gas bumi, batubara,
besi dan tambang mineral),
4. mitigasi bencana geologi (banjir, longsor, gempabumi, aktivitas volkanik).
5. pengurangan dampak bencana akibat manusia (polusi tanah, reboisasi, lahan tidak
stabil di aera tambang tua, limbah radioaktif).
Morgenstern juga menekankan pada pendekatan ilmu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan permasalahan geoteknik. Disiplin ilmu yang mendasari geoteknik
adalah mekanika tanah, mekanika batuan, dan geologi teknik.
1. Geologi teknik, mekanika batuan pada masa lampau
Munculnya ilmu geologi teknik terjadi bersamaan dengan konsep geologi modern
(sekitar abad ke 18 – 19). Pada saat itu juga dibutuhkan ahli teknik sipil untuk
pembangunan proyek industri. Geologi teknik awal sering direfleksikan pada William
3. Smith, yang dikenal sebagai “Father of British Geology”. Smith terlibat pada proyek-
proyek penting seperti tambang batubara, pengairan lahan, dan pembangunan kanal.
1.2 Mekanika Batuan dan Leopold Muller
Muller sama seperti Terzaghi dikenal sebagai ayah dari mekanika batuan. Muller
mengatakan “Rock engineering remains a sheer nonsense without engineering
geology, it is even more dangerous than rock construction without rock mechanics”,
yang secara garis besar berarti “mekanika batuan merupakan omong kosong tanpa
geologi teknik, bahkan lebih berbahaya dari pembangunan tanpa memperhatikan
mekanika batuan”.
Pada 1976, Muller diyakinkan bahwa geologi teknik tidak dapat dipungkiri sebagai
disiplin ilmu mandiri dan dasar dari segala praktek geoteknik. Pendapat ini diperkuat
dengan terbentuknya IAEG (International Association for Engineering Geology) dan
sukses mengadakan kongres pertama IAEG pada 1970 di Paris.
2. Geologi teknik, mekanika batuan sekarang dan di masa depan
Jika pada masa lampau fitur dominan dari tiga disiplin ilmu geoteknik bersifat berbeda
pada tingkat tertentu maka sekarang terintegrasi dan kooperatif. Berbagai alasan yang
turut ambil bagian pada perubahan ini meliputi:
1. Puluhan tahun setelah perjuangan Terzaghi untuk mencapai istilah “strangely
elusive subject”, geologi teknik telah menemukan identitasnya. Dibuktikan oleh
Knill (2002), geologi teknik telah berdiri sendiri, bersamaan dengan mekanika
tanah dan batuan, sebagai disiplin ilmu mandiri dengan metode dan prosedur
tersendiri.
2. Ada perdebatan tentang kontribusi dan tanggungjawab khusus dari ahli geologi
teknik dan insinyur geoteknik pada pemecahan masalah geoteknik. Hal ini
diakibatkan oleh perbedaan ruang lingkup kerja dan akreditasi dalam negara
industri.
4. 3. Pada dunia yang didominasi oleh media ada kebutuhan untuk meningkatkan
kesadaran publik akan profil profesi geoteknik berkaitan dengan klien, publik
umum, pihak pengambil keputusan, dan politisi. Hal ini hanya dapat tercapai
melalui upaya bersama.
Hubungan antara segitiga geomekanik, segitiga geologi teknik dan segitiga
geoteknik/ground engineering. Pada segitiga geomakanik, dapat dilihat bahwa
mekanika tanah lebih dipengaruhi oleh interaksi mekanik antara padatan dan fluida,
sedangkan mekanika batuan lebih condong kepada mekanika diskontiniuitas yang
terpengaruh dari mekanika padatan dan fluida.
Segitiga geologi teknik menggambarkan kebutuhan dari sebuah proyek akan delineasi
dari kondisi bawah permukaan. Suatu aktivitas utama dari ahli geologi teknik
merupakan karakterisasi situs yang didasarkan pada pemahaman material geologi,
struktur serta proses yang kemudian menjadi suatu model geologi. Segitiga geoteknik
menunjukkan aktivitas keteknikan dalam pandangan yang lebih sempit, contohnya
analisis dan desain struktur, serta pengwasan padasaat konstruksi. Fokus utamanya
untuk memprediksi sifat tanah yang menjadi kunci utama untuk hematnya biaya serta
kemananan struktur.
Dengan diagram ini, ahli geologi dan insinyur geoteknik bersatu dalam tujuan
utamanya untuk membuat suatu solusi geologis, teknis, bertahan lama, hemat dan
aman. Hal ini merupakan pertama kalinya, pada level internasional, posisi geologi
teknik pada ground engineering telah terdefinisi dengan dokumen resmi.
Geoteknik didasarkan pada model lahan yang menggabungkan model geologi dan
parameter keteknikan yang sesuai serta ciri material. Untuk analisis dan desain, model
lahan didapat dari berbagai investigasi lahan (konseptual, fisik, dan atau numerik).
Lahan dianalisis dalam pengaruh gaya internal, eksternal, alami, buatan manusia, statis
dan dinamis.
5. II. Evert Hoek Lecture Resume (yotube)
Sebuah terowongan di yunani (kota Pythagorean) 2500 tahun lalu, yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat di perkotaan membuktikan bahwa
pada saat itu ilmu mekanika batuan telah ada dan diterapkan.
Pada awal 1900an sering diasumsikan bahwa batuan merupakan pondasi yang kuat
untuk bangunan.
Pada tahun 1920 terdapat suatu masalah yang sangat serius, yaitu suatu tambang
bawah tanah yang sangat dalam (kolar gold mine, India) yang juga memiliki tekanan
yang sangat kuat menyebabkan tambang tersebut runtuh dan membunuh banyak
penambang. Hal ini terjadi karena kita kurang bisa memprediksi secara akurat dan
mencegah bahaya tersebut.
Analisis triaksial merupakan salah satu alat yang sangat membantu dalam
memahami mekanika batuan yang dapat digunakan untuk mengetahui dan
memprediksi kekuatan batuan untuk membangun terowongan.
Gravitasi merupakan salah satu media yang dapat membuat retakan pada batuan,
oleh karena itu gravitasi sangat perlu diperhatiakan dalam memahami mekanika
batuan.
Terdapat suatu model yang digunakan saat ini yaitu model of slope failure in jointed
rock untuk menguji kekuatan batuan.
Pada tahun 1960an merupakan tahun kebangkitan dari mekanika batuan dalam
dunia pertambangan dan teknik sipil. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya kejadian
yang merugikan akibat runtuhnya infrastruktur yang telah dibangun.
Kasus yang terkenal adalah saat runtuhnya bendungan Malpass di Prancis pada
desember 1959 saat pengisian air di bendungan tersebut. Hal ini diakibatkan oleh
sesar yang bergeser akibat adanya tekanan air pada saat pengisian.
Kasus yang lebih serius terjadi di Wyant (Italy) pada tahun 1963. Keruntuhan lereng
gunung Toc mengakibatkan munculnya ombak setinggi 100 meter yang menerjang
bendungan sehingga bendungan tersebut runtuh. Tidak hanya merusak bendungan
6. Vajont, ombak tersebut juga merusak kota yang ada di hilir dari dam tersebut yang
membunuh sekitar 2400 penduduk.
Peralatan pemboran sangat perlu diperhatikan agar proyek dari pembangunan
terowongan atau bendungan dapat berjalan dengan baik sehingga infrastruktur
tersebut dapat digunakan dengan aman.
Struktur keteknikan pada batuan sangat dipengaruhi oleh discontinuities. Dalam
banyak kasus, heavily jointed rock mass dapat diperlakukan sebagai material
engineering yang homogeny. Oleh karena itu diperlukan kasifikasi yang tepat untuk
menetukan sifat batuan.
Terdapat banyak klasifikasi pada batuan, yaitu Terzaghi (Qualitative description
rock mass behavior), Laufer (tunnel stand-up time classification for tunnels), Deere
(RQD), Wickham et al (RSR), Bieniawski (RMR), Barton et al (Rock Mass
Quality), Laubscher (MRMR), Hoek and Brown (GSI), Pierson et al (Rockfall
Hazard Rating System), dan Palmstrom (RMI). Masing-masing klasisikasi memiliki
metode dan peruntukan tersendiri.
Pada saat ini terdapat software yang dapat menghitung dan mengolah data untuk
memudahkan engineer untuk menganalisis data.
Hasil dari barbagai analisis yang telah diuraikan diatas, sangat berguna untuk
merancang struktur bangunan, mengidentifikasi resiko, mengetahui biaya yang akan
dikeluarkan agar bangunan tersebut dapat dibangun seefektif dan seefisien
mungkin.
Struktur batuan seperti seser dan shear zone (rekahan) dapat mendominasi seluruh
perilaku dari batuan.
Saat ini terdapat banyak teknologi yang memudahkan para engineer untuk
menganalisis kekuatan batuan, tetapi itu tidaklah cukup jika tidak memahami
kondisi geologi di daerah yang akan di eksplorasi. Pemahaman geologi sangat
diperlukan untuk memahami kondisi batuan yang sebenarnya.
Pemahaman geologi juga sangat diperlukan untuk menyeleksi data yang akan
dianalisis di laboratorium ataupun di software sehingga hasil analisis dapat akurat,
sehingga infrastruktur yang akan dibangun akan kuat dan efisien.
7. Daftar Pustaka
Bock, H., 2006, Common ground in engineering geology, soil mechanics and rock
mechanics: past, present and future, Bull. Eng. Geol. Env, 65: 209-216