Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang konsep akhlak dalam berbagai agama seperti Hindu, Buddha, Islam, Kristen, dan Konghucu serta membedakan antara moralitas, etika, dan hati nurani.
Sebuah presentasi tentang ulasan secara mendasar tentang tentang konsep etika Islam atau akhlak. Sebagian besarnya otomatis akan menuju pada praktek sufisme Islam.
Sebuah presentasi tentang ulasan secara mendasar tentang tentang konsep etika Islam atau akhlak. Sebagian besarnya otomatis akan menuju pada praktek sufisme Islam.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratEldi Mardiansyah
Di dalamnya mencakup Presentasi tentang Pendampingan Individu 2 Pendidikan Guru Penggerak Aangkatan ke 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat tahun 2024 yang bertemakan Visi dan Prakarsa Perubahan pada SMP Negeri 4 Ciemas. Penulis adalah seorang Calon Guru Penggerak bernama Eldi Mardiansyah, seorang guru bahasa Inggris kelahiran Bogor.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
3. World Religions - The Doctrine of Man - jh 3
Akhlak
• didefinisikan sebagai moral, tabiat, perangai, budi, adab,
sifat semula-jadi, marwah, watak, amalan agama atau
rupa batin seseorang
• Akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu Khuluqun yang
bererti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat
4. Akhlak sebagai Ilmu
• suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang
manusia kepada yang lainnya, menyatakan tujuan yang
harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus
diperbuat.
5. • Prinsip-prinsip dan dasar atau kaidah yang ditentukan oleh
wahyu untuk mengatur tingkah laku manusia dalam
kehidupannya.
• Ia membentuk dan menentukan hubungan dengan orang
lain agar misi kehidupan manusia terlaksana dengan
sempurna.
6. HINDU
• Akhlak berisi dasar-dasar ketuhanan dan prinsip-prinsip
etika yang wajib dipegang teguh oleh pengikutnya
• Prinsip tersebut ialah sifat patuh dan disiplin dalam
melaksanakan upacara keagamaan
• Tanda-tanda kebaikan dalam agama Hindu ialah
kemerdekaan, kesehatan, kekayaan dan kebahagiaan
• Tanda-tanda kejahatan lain ialah
perhambaan/perbudakan, sakit, dan kecelakaan.
7. • Prinsip etika Hindu ialah peraturan agama itu dipandang
sebagai sumber segala kemuliaan akhlak manusia
• Etika dalam agama Hindu bergantung kepada prinsip
“Brahma” yang menjadi dasar kepada norma yang teratur
dan serasi
• Ia bermaksud pada keadilan, kebaikan, kesucian, benar,
sederhana dan suci
8. BUDDHA
Empat Kebenaran Mulia atau etika yang diperjuangkan yaitu:
1. Hidup manusia penuh penderitaan.
2. Manusia menderita karena nafsu.
3. Manusia perlu menghapuskan nafsunya untuk melepaskan
diri daripada penderitaan dan
4. Penderitaan dapat dihapuskan dengan mengamalkan 8
Jalan Mulia
9. Kerangka dasar Ajaran Buddha
1. Ajaran tentang Sradha (keyakinan):
• Penganut Buddha harus memiliki keyakinan terhadap
Tuhan, adanya para Buddha, kitab suci dan nirwana.
2. Ajaran tentang sila (etika):
✓ Sila atau budi pekerti manusia dititikberatkan supaya
manusia boleh mencapai suatu kebijaksanaan yang
sempurna
10. 8 Jalan Utama (Susila)
Susila: 8 Jalan Utama (Hasta Arya Marga)
1. Pengertian yang Benar
2. Pikiran yang Benar
3. Berbicara yang Benar
4. Perbuatan yang Benar
5. Penghidupan yang Benar
6. Berusaha yang Benar
7. Perhatian yang Benar
8. Konsentrasi yang Benar
11. 3. Ajaran tentang ritual (bhakti):
• Rasa hormat dan sujud kepada sesuatu yang harus
dihormati
12. ISLAM
Islam membagi akhlak menjadi dua:
• akhlak yang mulia atau akhlak terpuji (Al-Akhlak
Mahmudah) dan
• akhlak yang buruk atau akhlak tercela (Al-Akhlak
Mazmumah).
• Menurut hadis riwayat Bukhari “Akhlak Rasulullah S.A.W.
adalah Al-Quran”.
13. Menurut Imam Ghazali:
• akhlak yang mulia mempunyai empat perkara yaitu:
• bijaksana,
• memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik,
• keberanian (menundukkan hawa nafsu) dan
• bersifat adil.
14. 14
KRISTEN
• Ajaran agama Kristian menitikberatkan unsur kasih Ilahi
(Agape).
• Azasnya ialah mencintai Tuhan dengan sepenuh hati, akal
budi, jiwa, kekuatan dan mencintai sesamanya seperti ia
mencintai dirinya sendiri.
15. KONGHUCU
• Orang yang bijaksana mampu untuk mencapai
kesempurnaan berbanding dengan orang biasa.
• Kebijaksanaan boleh dicapai melalui proses berfikir,
menganalisis, meneliti dan belajar mencari kebenaran.
Hanya kebenaran dapat menghasilkan etika yang baik.
16. • Mengasingkan diri dengan tujuan mengabdikan diri kepada
Tuhan. Perbuatan mengasingkan diri untuk beribadat
dianggap beretika
• Sentiasa gemar pada ilmu. Sentiasa menghadiri dan
menganjurkan perbincangan yang berkaitan dengan ilmu
secara terbuka.
17. • Membimbing dan menyebarluaskan ilmu berkaitan dengan
etika kepada ahli masyarakat.
• Masyarakat digalakkan mengamalkan etika yang baik dan
mengelakkan etika yang jahat supaya hidup selesa dan
bahagia.
18. Pembentuk Akhlak?
• Keluarga
• Hereditas?
• Ajaran agama
• Budaya
• Proses belajar:
• Diri sendiri
• Sekolah
• Pergaulan / Masyarakat
20. Hati Nurani
• Inggris = consciece.
• is an ability or a faculty that distinguishes whether
one’s actions are right or wrong
• consciece = suara hati, kata hati atau hati nurani.
• Berdekatan dengan kata conscience, ada kata conscious
& intuition.
• Conscious = sadar, berkesadaran, atau kesadaran.
• intuition = gerak hati, lintasan hati, gerak batin.
21. • Hati nurani merupakan penerapan kesadaran moral
yang tumbuh dan berkembang dalam hati manusia
dalam situasi konkret.
• Suara hati menilai suatu tindakan manusia benar atau
salah , baik atau buruk.
• Hati nurani tampil sebagai hakim yang baik dan jujur,
walaupun dapat keliru.
22.
23. MORALITAS
• Sistem nilai (tradisi kepercayaan dalam agama dan
kepercayaan)
• Sistem nilai ini terkandung dalam ajaran, diwariskan
turun temurun
• Sebagai petunjuk konkret manusia dalam menjalankan
hidupnya
24. ETIKA
• Secara etimologis ‘ethos’(yunani) = kebiasaan; cara
bertindak.
• Sebagai ilmu : refleksi kritis, metodis dan sistematis
tentang tingkah laku manusia.
• Sifat fisiologisnya : melampaui data aktual. Bertanya
tentang yang harus dan tidak boleh, yang baik dan yang
buruk
25. World Religions - The Doctrine of Man - jh 25
Perbedaan MORAL & ETIKA
• Moralitas adalah suatu ajaran, sedangkan etika adalah
sebuah ilmu (ilmu tentang moralitas)
26. Kategori Etika
• Etika deskriptif.
• Etika normative.
• Etika umum : prinsip moral dasar.
• Etika khusus : etika terapan.
27. World Religions - The Doctrine of Man - jh 27
Fungsi Etika
• Memberi orientasi kritis dan rasional dalam menghadapi
pluralisme moral, yang diakibatkan oleh :
• Adanya aneka pandangan moral.
• Adanya gelombang modernisasi.
• Munculnya bebagai ideologi
28. ETIKA & AGAMA
• Agama mendasarkan diri pada wahyu, sedangkan etika pada rasio
• Orang beriman menemukan orientasi dasar kehidupannya dalam
agamanya. Etika membantu memberi orientasi rasional terhadap iman
• Secara khusus etika diperlukan untuk dua hal berikut:
• Mengatasi interpretasi yang berbeda-beda atas ajaran-ajaran moral yang
termuat dalam wahyu
• Membantu pemecahan masalah-masalah moral yang baru muncul kemudianyang
tidak secara langsung disinggung dalam wahyu
29. ETIKA
1. Absolutisme: ada hukum yang absolut.
• 1.1. Absolutisme Situasional: hanya ada satu hukum yang absolut
yang berlaku untuk setiap situasional
• 1.2. Absolutisme Total: berkeyakinan bahwa di antara hukum-
hukum absolut tidak satu pun hukum yang saling bertentangan
• 1.3. Absolutisme Bertentangan: ada banyak norma-norma absolut
yang kadang kal bertentangan, dan setiap pelaku etis berkewajiban
memilih yang bukan paling jahat
• 1.4. Absolutisme Bertingkat: ada byk hukum-hukum absolut yang
bertentangan dan pelaku etis wajib menaati hukum yang lebih
tinggi.
1. Generalisme: ada beberapa hukum yang umum tetapi tidak bersifat
absolut
2. Antinomianisme: tidak ada hukum-hukum moral
30. Reference
• Amstrong Karen, Sejarah Tuhan, terjemahan (Bandung: Mizan, 2001)
• Baramuli, Wielsma DK. Ilmu Perbandingan Agama (Karawaci: UPH, 2004)
• Baum Gregory, Religion and Alienation (New York: Harper & Row Publisher, 1991)
• Bahar, Saafroedin. Risalah Sidang BPUPKI: PPKI 28 Mei 1945 –
22 Juni 1045; dengan Kata Pengantar oleh Taufik Abdullah (Jakarta: Sekneg RI, 1995)
• Coward Harold, Pluralisme, terjemahan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999)
• Darmaputra, Eka. Pancasila Identitas dan Modernitas (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991)
• Hidayat Komaruddin dan Ahmad Gaus AF (ed.), Passing Over: Melintasi Batas Agama (Jakarta: Gramedia,1998)
• Keene Michael, Agama-Agama Dunia, terjemahan (Yogyakarta: Penerbit Kanasius, 2006)
• Knitter F
.Paul, Satu Bumi Banyak Agama, terjemahan (Jakarta; BPK Gunung Mulia,2003)
• Kung, Hans. Theology for the Third Millenium (New York: Dobleday,1988)
• Rampen Robert dkk. (ed), Perbandingan Agama (Lippo Karawaci: UPH, 2001)
• Sutama, Aji A. Apakah AdaAgama Yang Benar? Mencari Tolok Ukur Ekumenis, terjemahan (Yogyakarta:
Pusat Pastoral, 1994)
• Magnis-suseno, Frans. Bersilsafat dari Konteks (Jakarta: Gramedia,1992)
• Tim Balitbang PGI. Meretas Jalan Teologi Agama-agama di Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999)
• Titaley John. Pertimbangan-Pertimbangan Pendirian Program Pascasarjana Bidang Studi Agama dan Masyarakat
(Salatiga,: UKSW, 1991)