Pasien datang dengan keluhan anggota gerak badan sebelah kanan tidak bisa digerakan setelah terjatuh. Pemeriksaan menunjukkan kesadaran baik tetapi anggota gerak kanan terbatas dan lemah. Hasil pemeriksaan laboratorium dan CT scan menunjukkan adanya metastasis tumor otak di lobus frontal dan parietal kiri serta serebellum dan pons. Diagnosa yang ditetapkan adalah hemiparesis kanan akibat metastasis tumor otak dari kanker payudara.
1. Get Homework/Assignment Done
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
BAB I
STATUS PENDIDIKAN ILMU PENYAKIT SARAF
KEPANITERAAN KLINIK FK UKRIDA
SMF ILMU PENYAKIT SARAF
RS. PANTI WILASA DR CIPTO
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny.S
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMP
Alamat : Jl. Kebun Harjo RT 5 RW 3
No RM :168609
Dirawat Diruang : Etha kamar no. 3
Tanggal Masuk :29 agustus 2013
1
2. Tanggal pulang : 8 september 2013
II. SUBJEKTIF
Dilakukan Autoanmnesis pada tanggal 29/08/2013 Jam 14.00 WIB di ruang Etha 03
Keluhan Utama:
Badan sebelah kanan tidak bisa digerakan 8 jam SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengatakan anggota gerak badan sebelah kanan tidak bisa digerakan sejak 8 jam
SMRS, sebelumnya pasien mengatakan tiba-tiba terjatuh pada saat mengambil pakaian untuk
mandi, pasien mengatakan jatuh tidak didahului oleh penglihatan kabur, kepala berputar, melihat
sinar, maupun sakit kepala yang semakin memberat. Pada saat jatuh pasien mengaku masih sadar
dengan hal sekelilingnya, sampai tiba di UGD pasien merasakan separuh badan tidak dapat
digerakan serta tidak dapat bangkit untuk berjalan tetapi tidak ada lumpuh pada wajah maupun
pelo serta masih sadar dan dapat berinteraksi dengan orang sekitarnya. Pada saat terjatuh kepala
bagian belakang membentur ujung lemari sehingga terdapat luka robek dibelakang kepala. Mual
(-) muntah (-) Batuk (-) Pusing (-) BAB dan BAK dalam batas normal
Riwayat Penyakit Keluarga:
Ibu pasien menderita sakit kepala hebat, dan meninggal tapi tidak tau penyebabnya
Migarin (-)
DM (-)
Alergi (-)
Stroke (-)
Riwayat Penyakit Dahulu:
sebelumnya pasien mengatakan tidak enak badan sejak 1 minggu SMRS, kaki kanan
sudah mulai terasa berat, tetapi masih bisa digerakan, dan ada riwayat disuntik dibokong tapi
tidak tau suntik apa, ada perbaikan kemudian kembali memberat.
Riwayat kanker payudara kiri sejak 3 tahun SMRS dan sudah dioperasi sejak januari
2013, pasien mengatakan sudah kemo 5 kali tanpa penyinaran.
Riwayat Sosial, Ekonomi, Pribadi:
Kesan: Baik
2
3. III. OBJEKTIF
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 29-08-2013 di ruang Etha
1. Status Generalis
a. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran : CM GCS = E4M5V6= 15
c. TD : 120/70mmHg
d. Nadi : 84 x/menit
e. Pernapasan : 20 x/menit
f. Suhu : 36,7o
C
g. Kepala : normosefali, tidak ada kelainan, luka robek di belakang kepala
akibat terjatuh
h. Mata : OS : pupil bulat, ø 2mm, RCL(+), RCTL (+/+)
OD : Pupil bulat ø 2mm, RCL(+), RCTL (+/+)
i. Mulut : simetris, dbn
j. Leher : KGB dan tiroid tidak terlihat membesar
k. Paru : SN vesikuler, wheezing -/-, rhonki +/+, post pengangkatan
payudara kiri
l. Jantung : batas jantng dbn, BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
m. Abdomen : datar, supel, timpani, BU (+) normal, hepar dan lien tidak teraba,
nyeri tekan epigastrium (-)
n. Kelamin : tidak dilakukan pemeriksaan
o. Berat badan : 50 Kg
p. Tinggi badan : 150 cm
2. Status psikikus
a. Cara berpikir : realistik, sesuai umur
b. Perasaan hati : eutim
c. Tingkah laku : pasien sadar, aktif
d. Ingatan : baik, amnesia (-)
e. Kecerdasan : sesuai tingkat pendidikan
3. Status neurologikus
3
4. a. Kepala
i. Bentuk : normosefali
ii. Nyeri tekan : (+)
iii. Simetris : (+)
iv. Pulsasi : (-)
b. Leher
i. Sikap : simetris
ii. Pergerakan : bebas
c. Tanda-tanda perangsangan meningen
i. Kaku kuduk : tidak di lakukan
ii. Kernig : tidak di lakukan
iii. Brudzinski I : tidak di lakukan
iv. Brudzinski II : tidak di lakukan
d. Pemeriksaan saraf kranial
I. N . olfaktorius
Subjektif : normosmia
Dengan bahan : Tidak dilakukan
II. N. optikus
Kanan Kiri
Tajam penglihatan Tidak di lakukan Tidak di lakukan
Pengenalan warna Tidak di lakukan Tidak di lakukan
Lapang pandang Tidak di lakukan Tidak di lakukan
Fundus okuli Tidak di lakukan Tidak di lakukan
III. N. okulomotorius
Kanan Kiri
Kelopak mata Terbuka Terbuka
Gerakan mata:
Superior +N +N
Inferior +N +N
Medial +N +N
Endoftalmus Tidak ada Tidak ada
Eksoftalmus Tidak ada Tidak ada
4
5. Pupil
Diameter
kanan
±2mm
kiri
±2mm
Bentuk Bulat Bulat
Posisi Sentral Sentral
Refleks cahaya langsung + +
Refleks cahaya tidak langsung + +
Strabismus - -
Nistagmus - -
IV. N. trochlearis
Bawah-medial
kanan
+N
kiri
+N
Strabismus - -
Diplopia - -
V. N. trigeminus
Membuka mulut
Kanan
+N
Kiri
+N
Sensibilitas atas +N +N
Sensibilitas bawah +N +N
VI. N. abdusens
Gerak mata ke lateral
Kanan
+N
Kiri
+N
Strabismus divergen - -
Diplopia - -
VII. N. fasialis
Mengerutkan dahi
Kanan
+N
Kiri
+N
Menutup mata +N +N
Sudut mulut +N +N
Meringis +N +N
Memperlihatkan gigi +N +N
Bersiul tidak dilakukan Tidak dilakukan
5
6. Perasaan lidah bagian 2/3 depan tidak dilakukan tidak dilakukan
VIII. N. vestibulokoklearis
Mendengar suara berbisik
Kanan
tidak dilakukan
Kiri
tidak dilakukan
Test Rinne tidak dilakukan tidak dilakukan
Test Weber tidak dilakukan tidak dilakukan
Test Shwabach tidak dilakukan tidak dilakukan
IX. N. Glosofaringeus
Arkus faring Simetris
Daya mengecap 1/3 belakang tidak dilakukan
Refleks muntah tidak di lakukan
Sengau -
X. N. vagus
Arkus faring tidak dilakukan
Menelan tidak ada kelainan
XI. N. asesorius
Menoleh kanan, kiri, bawah tidak ada kelainan
Angkat bahu tidak ada kelainan
Trofi otot bahu tidak ada kelainan
XII. N. hipoglosus
Pergerakan lidah tidak ada kelainan
Julur lidah tidak ada kelainan
Tremor -
6
7. e. Badan dan anggota gerak
Ekstremitas atas
Kanan Kiri
Simetris Simetris Simetris
Trofik
Pergerakan
Eutrofik
Terbatas
Eutrofik
Luas
Tonus Normotonus normotonus
Kekuatan 2-2-2 5-5-5
Refleks bisep ++ +
Refleks trisep ++ +
Refleks H.Trommer + -
Sensibilitas
Raba +N +N
Nyeri Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Suhu Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Vibrasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Badan
R. abdomen atas tidak dilakukan
R. abdomen bawah tidak dilakukan
R. anus tidak dilakukan
Ekstremitas bawah
Kanan Kiri
Bentuk Simetris Simetris
Trofik
pergerakan
Eutrofik
Tidak ada
Eutrofik
Luas
Tonus Normotonus Normotonus
Kekuatan 0-0-0-0 5-5-5-5
Refleks patella ++ +
Refleks Achilles ++ +
Refleks patologis:
Babinski - -
Chaddock - -
Openheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Sensibilitas:
Raba +N +N
7
8. Nyeri +N +N
Suhu Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Vibrasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
f. Koordinasi, gait, dan keseimbangan
• Cara berjalan : tidak dapat berjalan
• Test Romberg : tidak dapat di lakukan
• Heel to knee : tidak di lakukan
g. Gerakan-gerakan abnormal
• Tremor : (-)
• Miokloni : (-)
• Khorea : (-)
h. Alat vegetative
• Miksi : dalam batas normal
• Defekasi : dalam batas normal
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 29 – 08 – 2013
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
8
9. HEMATOLOGI
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
LED 1 jam
LED 2 jam
Basofil
Eusinofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
MCV
MCH
Gula Sewaktu
13,7
7,3
43
275
H 45
H 89
0.30
1,70
H 78,00
L 14,50
5,50
94
H 50
143
g/dl
ribu/mm
%
Ribu/mm
mm/jam
mm/jam
%
%
%
%
%
fL
pg
mg/dl
13 -18
5-10
38-47
150-450
0-20
0-20
0-1
1-3
54-62
25-33
3-7
80-100
26-34
70-150
CT scan kepala tanpa kontras 29-08-2013
Tampak lesi hipoden pada pons dan serebellum dextra sinistra, pada lobus frontalis dan parietalis
sinistra.
Ventrikel lateral kanan kiri, ventrikel III dan ventrikel IV normal.
Sistema sisterna normal
Deferensiasi substansia alba dan grisea baik
Tidak tampak deviasi garis tengah
Falx cerebri ditengah
Sulci dan gyri kortikalis sinistra kabur.
Kesan : metastasi pada lobus fronto parietalis sinistra, serebellum dextra-sinistra dan pons.
9
10. Rontgen Toraks AP 29-8-2013
Cor : membesar, bentuk normal.
Pulmo : tampak bayangan bulat opak pada lapangan kanan-kiri
Diafragma n : kanan kiri normal.
Sinus kostofrenikus : kanan dan kiri tenang
Kosta : tak tampak destruksi kosta kanan dan kiri
Kesan : cardiomegali, Metastase Pulmo.
RESUME
Subjektif:
Pasien datang dengan anggota gerak badan sebelah kanan tidak bisa digerakan sejak 8
jam SMRS, sebelumnya pasien tiba-tiba terjatuh pada saat mengambil pakaian untuk mandi,
pasien mengatakan jatuh tidak didahului oleh penglihatan kabur, kepala berputar, melihat sinar,
maupun sakit kepala yang semakin memberat. Pada saat jatuh pasien mengaku masih sadar
dengan hal sekelilingnya, sampai tiba di UGD pasien merasakan separuh badan tidak dapat
digerakan serta tidak dapat bangkit untuk berjalan tetapi tidak ada lumpuh pada wajah maupun
pelo serta masih sadar dan dapat berinteraksi dengan orang sekitarnya. Pada saat terjatuh kepala
bagian belakang membentur ujung lemari sehingga terdapat luka robek dibelakang kepala.
Objektif:
Pada pemeriksaan fisik saat di ruang Etha 3,
Kesadaran : compos mentis GCS E4M6V5
Tanda-tanda vital : tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi nadi 84x/ menit, frekuensi nafas
20x/menit, suhu 36,5C
Kepala : normosefali, tidak ada kelainan, luka robek di belakang kepala akibat
terjatuh
Paru : SN vesikuler, wheezing -/-, rhonki +/+, post pengangkatan payudara kiri
Pemeriksaan N. Cranialis : tidak ada kelainan
Badan dan Anggota gerak
1. Badan :
Motorik
10
11. Respirasi : paru kiri tertinggal
2. Anggota gerak atas :
Kanan Kiri
Simetris Simetris Simetris
Trofik
Pergerakan
Eutrofik
Terbatas
Eutrofik
Luas
Tonus Normotonus normotonus
Kekuatan 2-2-2 5-5-5
Refleks bisep ++ +
Refleks trisep ++ +
Refleks H.Trommer + -
3. Anggota gerak bawah :
Kanan Kiri
Bentuk Simetris Simetris
Trofik
pergerakan
Eutrofik
Tidak ada
Eutrofik
Luas
Tonus Normotonus Normotonus
Kekuatan 0-0-0 5-5-5
Refleks patella ++ +
Refleks Achilles ++ +
IV. DIAGNOSIS
1 Diagnosa Klinis : Hemiparesa dextra dan tidak dapat berdiri.
2. Diagnosa Topis : Tumor otak Metastase hemisfer sinistra , serebellum dextra-sinistra dan
pons.
3. Diagnosa Etiologi: Tumor otak metastase ec. Ca mammae
V. TATALAKSANA
Medikamentosa:
• IVFD RL 20 tpm+ Neurobion
• BIO ATP TAB 3x1
• Citicoline 250 inj 1x1
• Kalmeco (mecobalamin ) 500 mcg 3x1
• Kortikosteroid inj
11
12. • Cefadroxil 500 mg 3x1
• Analsik tab
• Ranitidin inj
Non-medikamentosa:
• Bedrest
• Menjaga pola makan, perbanyak makanan yang mengandung vitamin dan
antioksidan
VI. PROGNOSIS
Ad vitam : malam
Ad functionam : malam
Ad sanationam : mlaam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi tumor otak
Tumor otak atau glioma adalah sekelompok tumor yang timbul dalam sistem saraf pusat dan
dapat dijumpai beberapa derajat diferensiasi glia. (Liau, 2001). Apabilasel-sel tumor berasal dari
12
13. jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain,
disebut tumor otak metastase. (Huff, 2009).
2.2.Etiologi dan Faktor Risiko
Sebenarnya, penyebab tumor otak masih belum diketahui tetapi masih ada faktor-
faktor yang perlu ditinjau yaitu:
Herediter
Sindrom herediter seperti von Recklinghausen’s Disease, tuberous sclerosis,
retinoblastoma, multiple endocrine neoplasma bisa meningkatkan resiko tumor otak. Gen yang
terlibat bisa dibahagikan pada dua kelas yaitu tumor –suppressor genes danoncogens. Selain itu,
sindroma seperti Turcot dapat menimbulkan kecenderungan genetik untuk glioma tetapi hanya
2%. ( Mehta, 2011)
Radiasi
Radiasi jenis ionizing radiation bisa menyebabkan tumor otak jenis neuroepithelial
tumors, meningiomas dan nerve sheath tumors. Selain itu, paparan therhadap sinar X juga dapat
meningkatkan risiko tumor otak.( Keating, 2001)
Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah
diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti nitrosamides dan nitrosoureas yang bisa
menyebabkan tumor system saraf pusat ( Petrovich, et al., 2003., Mardjono, 2000)
Virus
Infeksi virus juga dipercayai bisa menyebabkan tumor otak. Contohnya, virusEpseien-
barr. (Kauffman, 2007)
Gaya Hidup
penelitian telah menunjukkan bahwa makanan seperti makanan yang diawetkan, daging
asap atau acar tampaknya berkorelasi dengan peningkatan risiko tumor otak. Di samping itu,
risiko tumor otak menurun ketika individu makan lebih banyak buah dan sayuran. (Stark-
Vance, et al., 2011)
13
14. 2.3.Epidemiologi
Berdasarkan data-data dari Central Brain Tumor Registry of the United State (CBTRUS)
dari tahun 2004-2005 dijumpai 23.62 per 100,000 orang- tahun ( umur 20+). Kadar mortilitas di
Amerika Utara, Western Europe dan Australia dijumpai 4-7per 100,000 orang per tahun pada
pria dan 3-5 per 100,000 orang per tahun pada wanita. Selain itu telah dilaporkan bahawa
meningioma merupakan jenis tumor yang paling sering dijumpai yaitu 33.4% diikuti dengan
glioblastoma yaitu 17.6% ( Quan,2010).
Di Medan data-data lengkap tentang penyakit tumor otak belum ada, namun dari observasi
yang dilakukan tahun 2005 terhadap 48 penderita tumor otak yang dirawat di beberapa rumah
sakit; RSUP.H.Adam Malik, RS Haji medan diperoleh hasil sebagai berikut:
Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (72,92 persen) dibanding perempuan
(27,08 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai≥60 tahun (29,17 persen); selebihnya
terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. hanya 43
penderita (89,59 persen) yang dioperasi dan lainnya (10,41 persen) tidak dilakukan operasi
karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau tumor metastase (sekunder). Lokasi tumor
terbanyak berada di cerebellum (20,83 persen), sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di
beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, brainstem, cerebellopontine angle dan
multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), jenis tumor terbanyak yang dijumpai
adalah; Meningioma (25,00 persen), sisanya terdiri dari berbagai jenis tumor dan lain-lain yang
tak dapat ditentukan (Hakim. AA, 2005).
2.4. Klasifikasi
Pembagian tumor otak menurut WHO berdasarkan klasifikasi histogenetik:
Tabel: 2.1. Klasifikasi Histogenik
1.Tumor-tumor jaringan
Neuroepithelial:
6.Tumor-tumor meningeal terdiri dari;
• Meningioma
• Tumor meningeal lainnya.
14
15. A. Astrocytic tumor, terdiri dari;
• Pilocytic astrocytoma (grade I)
• Diffuse astrocytoma (grade II)
• Anaplastic astrocytoma (grade III)
• Glioblastoma multiforme (grade IV)
B. Oligo dendrodial tumor, terdiri dari;
• Oligodendroglioma (grade II)
• Anaplastic oligoastrocytoma (gradeIII)
C. Mixed gliomas terdiri dari;
• Oligoastrocytoma (grade II)
• Anaplastic oligoastrocytoma (gradeIII)
2.Tumor-tumor Ependymal
3.Tumor-tumor Choroid plexus
4.Tumor-tumor Pineal parenchymal
5.Tumor-tumor Embryonal terdiri dari;
• Medulloblastoma
• Primitive neuroectodermal tumor (PNET)
7.Primary CNS Lymphoma
8.Tumor-tumor Germ cells.
9.Tumors of the sellar region
10.Brains metastases of the systemic cancers
Yang berikut merupakan ,klasifikasi tumor otak yang penting dari segi klinis:
Tabel: 2.2. Klasifikasi Tumor Otak Dari Segi Klinis
15
16. Primary brain tumor:
Histologically benign or malformative
Mengioma
Pituitary adenoma
Acustic neuroma
Craniopharyngima
Pilocytic astrocytoma
Hemangioblastoma
Histologically malignant
Glioma
•Anaplastic Astrocytoma
•Glioblastoma multiforme
Ependymoma
Medulloblastoma
Oligodendroglioma
Pineal cell tumor
Choroid plexus carcinoma
Primitive neuroectodermal tumors
Metastatic brain tumors:
Single or multiple metastases
Meningeal Carcinomatosis
2.5. Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
16
17. Secara umum pasien tumor otak bisa memiliki gejala seperti perubahan perilaku contohnya,
pasien mungkin mudah lelah atau kurang konsentrasi. Selain itu, gejala hipertensi intracranial
seperti sakit kepala, mual, vertigo. Serangan epilepsi juga sering dijumpai pada pasien tumor
otak. (Rohkamm, 2004)
1.Lobus frontal
• Menimbulkan gejala perubahan kepribadian seperti depresi.
• Menimbulkan masalah psychiatric.
• Bila jaras motorik ditekan oleh tumor hemiparese kontra lateral, kejang fokal dapat
timbul. Gejala kejang biasanya ditemukan pada stadium lanjut
• Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia.
• Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia.
2.Lobus temporal
•Dapat menimbulkan gejala hemianopsia.
•Gejala neuropsychiatric seperti amnesia, hypergraphia dan Déjà vu juga dapat timbul.
•Lesi pada lopus yang dominan bisa menyebabkan aphasia.
3.Lobus parietalis
• Akan menimbulkan gangguan sensori dan motor yang kontralateral.
• Gejala homonymous hemianopia juga bisa timbul.
• Bila ada lesi pada lobus yang dominant gejala disfasia.
• Lesi yang tidak dominan bisa menimbulkan geographic agnosia dandressing
apraxia.
4.Lobus oksipital
• Menimbulkan homonymous hemianopia yang kontralateral
• Gangguan penglihatan yang berkembang menjadi object agnosia.
5.Tumor di cerebello pontin angle
17
18. • Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma.
• Dapat dibedakan karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi pendengaran.
7.Glioma batang otak
• Biasanya menimbulkan neuropati cranial dengan gejala-gejala sepertidiplopia, facial
weakness dan dysarthria.
8.Tumor di cerebelum
• Didapati gangguan berjalan dan gejala tekanan intrakranial yang tinggi seperti mual,
muntah dan nyeri kepala. Hal ini juga disebabkan oleh odem yang terbentuk.
• Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar ke leher dan spasme dari otot-
otot servikal (Schiff, 2008., Youmans,1990).
2.6.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan neuroradiologis yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi ada
tidaknya kelainan intra kranial, adalah dengan:
1. Rontgen foto (X-ray) kepala; lebih banyak sebagai screening test, jika adatanda-
tanda peninggian tekanan intra kranial, akan memperkuat indikasi perlunya dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut.
2. Angiografi; suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam pembuluh
darah leher agar dapat melihat gambaran peredaran darah (vaskularisasi) otak
3. Computerized Tomography (CT-Scan kepala) dapat memberikan informasi tentang lokasi
tumor tetapi MRI telah menjadi pilihan untuk kebanyakan karena gambaran jaringan
lunak yang lebih jelas (Schober, 2010).
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI), bisa membuat diagosa yang lebih dini dan akurat
serta lebih defititif. Gambar otak tersebut dihasilkan ketika medan magnet berinteraksi
dengan jaringan pasien itu ( Satyanegara, 2010., Freedman, 2009).
2.7 Terapi
• Gulcocorticoid biasanya diberikan untuk memberringankan gejala edema.
18
19. • Terapi radiasi jenis Whole Brain Radiation Therapi merupakan terapi yang utama untuk
tumor otak yang malignant. Cara diberikan dengan 30- 37.5 Gy dalam 10-
15 fraction. Selain itu, stereotaxic radiosurgery biasanya digunakan pada pasien dengan
kadar meatastasis yang lebih kurang. Terapi ini hanya memperlambatkan kambuhnya
tumor otak dan tidak memperpanjangkan survival.
• Pembedahan juga merupakan pilihan terapi yang hanya dilakukan pada tumor yang jinak.
Pembedahan lebih sukar dilakukan pada tumor otak yang ganas karena adanya metastase
ke organ yang lain. Terapi radiasi juga diberikan selepas pembedahan untuk hasil yang
lebih baik.
• Kemoterapi merupakan terapi yang diberikan pada tumor otak jenis metastase dan pada
tumor opak yang tidak dapat disembuhkan dangan pembedahan. Pada tumor-
tumor tertentu seperti meduloblastoma dan astrositoma stadium tinggi yang meluas ke
batang otak, kemoterapi dapat membantu sebagai terapi paliatif.
• Jika terapi-terapi diatas tidak membantu, terapi piliatif diberikan untuk
memperingankan gejala-gjala yang dialami oleh pasien (Fauci,et al., 2008).
2.8. Prognosa
Prognosa penderita tumor otak didapati bahawa tanpa terapi radiasi, harapan hidup rata-
rata pasien dengan metastase otak adalah 1 bulan. Selain itu, Resectability Tumor, lokasi tumor,
usia pasien, dan histologi tumor adalah penentu utama kelangsungan hidup. Pasien dengan
kejang sekunder ke tumor otak umumnya mengalami kerusakan neurologis yang jelas selama
kursus 6 bulan. Kebanyakan pasien dengan metastase otak mati dari perkembangan keganasan
utama mereka bukan dari kerusakan otak (Huff, 2009).
19
20. BAB III
ANALISIS KASUS
Diagnosis pada pasien ini:
1. Diagnosa Klinis : Hemiparesa dextra dan tidak dapat
berdiri.
2. Diagnosa Topis : Tumor otak Metastase hemisfer sinistra , serebellum
dextra-sinistra dan pons.
3. Diagnosa Etiologi: Tumor otak metastase ec. Ca mammae
Anamnesis
• Pasien mengatakan anggota gerak badan sebelah kanan tidak bisa digerakan sejak 8 jam
SMRS
Pemeriksaan fisik neurologi :
• Pemeriksaan N. Cranialis : tidak ada kelainan
• Anggota gerak atas :
Kanan Kiri
Simetris Simetris Simetris
Trofik
Pergerakan
Eutrofik
Terbatas
Eutrofik
Luas
Tonus Normotonus normotonus
Kekuatan 2-2-2 5-5-5
Refleks bisep ++ +
Refleks trisep ++ +
Refleks H.Trommer + -
• Anggota gerak bawah :
Kanan Kiri
Bentuk Simetris Simetris
Trofik
pergerakan
Eutrofik
Tidak ada
Eutrofik
Luas
Tonus Normotonus Normotonus
Kekuatan 0-0-0 5-5-5
Refleks patella ++ +
20
21. Refleks Achilles ++ +
CT scan kepala tanpa kontras 29-08-2013
Kesan : metastasi pada lobus fronto parietalis sinistra, serebellum dextra-sinistra dan pons.
Analisis :
Pasien ini adalah pasien rawat gabung dengan dokter bedah dengan diagnosa klinis Ca.
Mammae sinistra. Setelah dilakukan pemeriksaan ct scan otak tanpa kontras ternyata didapatkan
tumor otak metastasis pada lobus fronto parietalis sinistra, serebellum dextra-sinistra dan pons.
Pada pasien ini awalnya didapatkan kelumpuhan tipe UMN seperti reflek patologis(+), reflek
fisiologis meningkat, tetapi tidak ada spastis dan belum ada atrofi otot pada tubuh sebelah kanan,
tanpa disertai kelainan N. Cranialis, dengan kekuatan ekstremitas kanan atas 2-2-2 dan
ektremitas kanan bawah 0-0-0 . Pada pemeriksaan ct scan seharusnya terdapat kelainan pada
lobus frontal dan parietalis sinistra seperti:
1 .Lobus frontal
• Menimbulkan gejala perubahan kepribadian seperti depresi.
• Menimbulkan masalah psychiatric.
• Bila jaras motorik ditekan oleh tumor hemiparese kontra lateral, kejang fokal dapat
timbul. Gejala kejang biasanya ditemukan pada stadium lanjut
• Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia.
• Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia.
2. Lobus parietalis
• Akan menimbulkan gangguan sensori dan motor yang kontralateral.
• Gejala homonymous hemianopia juga bisa timbul.
• Bila ada lesi pada lobus yang dominant gejala disfasia.
21
22. Tetapi pada keadaan klinis yang didapati hanyalah kelemahan kekuatan kekuatan motorik
serta reflek patologis (+) pada ekstremitas kanan atas, serta pasien tidak dapat berjalan sesuai
dengan hasil ct scan terdapat penyebaran ke cerbelum yang menyebabkan gangguan koordinasi.
Tetapi pada follow harian kekuatan motorik meningkat dengan cepat, hal ini tentunya tidak
sesuai dengan keadaan metastasis yang pada teorinya mempunyai prognosa yang tidak baik, hal
ini tidak menutup kemungkinan terjadinya stroke non hemoragik atau Reversible Ischemic
Neurogical Defect secara bersamaan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Parkin DM, Bray F, Ferlay J, Pasani P. Global cancer statistics, 2002. CA Cancer J Clin
2005; 55: 74-108.
2. Kanker paru. Pedoman diagnosis & penatalaksanaan di Indonesia Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia 2006.
3. Sorensen JB, Hansen HH, Hansen M, Dombernowsky P. Brain metastasis in
adenocarcinoma of the lung: frequency, risk group, and prognosis. J Clin Oncol
2000;6:1474- 80.
4. Taneja S, Talwar V, Jena A, Doval DC. Incidens of asymtomatic brain metastasis in lung
cancer patient at initial staging work up – a study of 211 cases. JIACM 2007; 8: 312-5.
5. Bertolona SJ. Tumours of the central nervous system. Concept in cance medicine. 2000.
6. Shapiro WR. Intracranial neoplasma. Rosenberg RN ad. The clinical neurosciences
neurology. New york, edinburgh, london, melbourne. Chruchill livingstone, 2000.
22